Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Abstract: This Research Purpose Is To Describe About Effort To Increase Learning Achieve

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

OPTIMALISASI PRESTASI BELAJAR MATERI ELEKTROMAGNET

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN EKSPERIMEN DALAM


PEMBELAJARAN IPA PADA PESERTA DIDIK KELAS IX A SMP
NEGERI 3 TERAS SEMESTER GASAL KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Budiharjo
Guru SMP Negeri 3 Teras Boyolali
Abstract: This research purpose is to describe about effort to increase learning achievement giving task autonomous structure in learning electromagnet material of the students class IX A SMP Negeri 3 Teras Boyolali regency semester 2011/2012. Subject
and data source of the research the students class IX A sum 40 students. Collecting
data method uses observation, documentation and test. Analysis data uses critic and
comparative. Reaching indicator uses KKM 63 and complete target 100%. Research
procedure uses cycles. According to achievement of the research and review conclusion if observation result of the teacher in learning from they teach material in the
class that gets pre cycle to cycle II shows pre cycle is 50%, cycle I is 74,43% and
cycle II is 97,15%. From data shows advance from pre cycle to cycle I is 12,86%, so
cycle I to cycle II increases 25,72% and pre cycle to cycle II is 38,58%. Hence, result
observation of the teacher in learning shows advance significant. Result observation
of the teacher prepares class to learning, data get pre cycle to cycle II, it get advance
at pre cycle is 56%, cycle I is 80% and cycle II is 94%. From this data shows advance
from pre cycle to cycle I is 24%, so cycle I to cycle II advance 14% and pre cycle to
cycle II is 38%. Hence, result observation of the teacher prepares class to learning
shows significant. Percentage optimum motivation pre cycle step gets 45%, cycle I is
85% and cycle II is 100%. Hence, it increases from pre cycle to cycle I is 40%, cycle I
to cycle II increases 15% and pre cycle to cycle II increases 55%. Hence, motivation
of the student in physics learning from pre cycle to cycle II is significant. Percentage learning complete from pre cycle gets 62,5% and cycle I is 67,5% and cycle II is
100%. Pre cycle step to cycle I increases 15% from cycle I to cycle II is 22,5% and
pre cycle to cycle II increases 37,5%. Hence, physics learning achievement of the
student from pre cycle to cycle II are significant.
Keywords: experiment, physics learning, Junior High School

Pendahuluan

secara pribadi mendapat layanan sehingga


dapat menjadi pribadi yang optimal, termasuk pembelajaran eksperimen berupaya untuk melatih dan membiasakan siswa menguji suatu teori atau ilmu pengetahuan sesuai
kompetensi yang dipelajari oleh siswa.
Pembelajaran dengan cara eksperimen
dapat membantu guru dalam menghubungkan mata pelajaran dengan dunia nyata
terutama dalam konsep IPA, serta dapat

Pembelajaran diarahkan untuk tercapainya individu yang berkembang secara


optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan pembelajaran yang berorientasi menyeluruh dan tidak hanya berupa transfer ilmu
dari guru kepada siswa, akan tetapi meliputi
kegiatan yang menjamin bahwa setiap siswa
195

196 Varia Pendidikan, Vol. 25. No. 2, Desember 2013

membuat hubungan antara pengetahuan


dan penerapan dalam kehidupan seharihari melalui eksperimen. Metode eksperimen ialah suatu tuntutan demi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi agar
menghasilkan suatu produk yang dapat
dinikmati masyarakat secara umum. Eksperimen pun dilakukan orang agar diketahui kebenaran suatu gejala dan dapat
menguji dan mengembangkannya menjadi
suatu teori, kegiatan eksperimen yang dilakukan peserta didik merupakan kesempatan mereka melakukan suatu eksplorasi.
Mereka akan memperoleh pengalaman
meneliti yang dapat mendorong mereka
untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, berpikir ilmiah dan rasional
serta lebih lanjut pengalamannya itu bisa
berkembang di masa mendatang (Fradika,
2009: 1). Dalam proses pembelajaran, guru
sering menghadapi berbagai kendala yang
terkait dengan diri siswa, siswa sebagai
subjek merupakan pribadi-pribadi yang
unik dengan segala karakteristiknya. Siswa
sebagai individu yang dinamik dan berada
dalam proses perkembangan memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. Sebagai pribadi yang
unik terdapat perbedaan individual antara
siswa yang satu dengan yang lain.
Mengingat pentingnya peranan dengan materi elektromagnet dalam kehidupan sehari-hari, terutama berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta perkembangan industri, peran dengan materi elektromagnet tak
dapat disangkal lagi setiap siswa dituntut
mampu menguasai dengan materi elektromagnet merupakan suatu pelajaran yang
sangat penting dengan materi elektromagnet
disampaikan dalam pembelajaran sejak taman kanak-kanak secara tematik meskipun
sangat sederhana hingga sekolah menengah

atas. Dalam pembelajaran dapat timbul berbagai permasalahan, baik bagi diri siswa
maupun guru. Masalah yang muncul pada
diri siswa misalnya pengaturan waktu belajar, pemilihan materi yang dipelajari sebelum tatap muka dalam pembelajaran dengan
guru, memilih cara belajar yang efektif,
mempersiapkan ulangan harian, mid semester hingga akhirnya mengikuti ujian akhir,
memusatkan perhatian, belajar kelompok
maupun individu itu sendiri, rasa kurang
nyaman mengikuti pelajaran tertentu, menghadapi kesulitan dan cara penyelesaiannya,
menghadapi guru dengan berbagai karakternya, dan lain sebagainya.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
Optimalisasi Prestasi Belajar Materi Elektromagnet dengan Menggunakan Pendekatan
Eksperimen dalam Pembelajaran IPA pada
Peserta Didik Kelas IX A SMP Negeri 3 Teras
Semester Gasal Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2011/2012. Sedangkan permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan
yaitu : Adakah peningkatan hasil belajar melalui eksperimen dalam pembelajaran dengan
materi elektromagnet pada siswa Kelas IX A
SMP Negeri 3 Teras Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2011/2012?

Metode
Metode eksperimen atau percobaan
diartikan sebagai cara belajar mengajar
yang melibatkan aktifnya peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu. Adapun
tujuan dari metode eksperimen ini adalah
agar peserta didik mampu mengumpulkan
fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh, melatih peserta didik merancang,
mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan, dan melatih peserta di-

Optimalisasi Prestasi Belajar Materi Elektromagnetik dengan... 197

dik menggunakan logika berpikir induktif


untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan. Langkah-langkah metode eksperimen, antara lain: Persiapan menyiapkan
peralatan dan bahan yang diperlukan dalam
pelaksanaan eksperimen, pelaksanaan,
siswa dibimbing oleh guru melaksanakan
eksperimen, dan evaluasi, siswa membuat
kesimpulan dari hasil pengamatan dan mengisi lembar pengamatan yang disediakan
(Fradika, 2009: 1).
Dorongan ingin tahu telah terbentuk
secara kodrati mendorong manusia mengagumi dan mempercayai adanya keterampilan pada alam. Hal ini mendorong
munculnya sekelompok orang berfikir. Pemikiran dilakukan secara terpola sehingga
dipahami oleh orang lain. Dorongan ingin
tahu meningkat untuk mencari kepuasan
dan penggunaannya. Penemuan yang dapat
diuji kebenarannya oleh orang lain dapat
diterima secara universal. Dengan demikian dari pengetahuan akan berkembang
menjadi ilmu pengetahuan. Perolehan yang
didapat melalui percobaan, didukung oleh
fakta menggunakan metode berfikir secara
sistematis dapat diterima sebagai ilmu pengetahuan yang selanjutnya disebut produk,
sedangkan langkah-langkah dilakukan
merupakan suatu proses. Langkah-langkah
atau proses ditempuh dalam mengembangkan ilmu menjadi cara atau metode memungkinkan berkembangnya pengetahuan.
Ada hubungan antara fakta dan gagasan.
Pola memecahkan masalah dengan menggunakan metode ilmiah dianut orang secara
umum. Orang yang terbiasa menggunakan
metode ilmiah berarti mempunyai sikap ilmiah.
Penelitian eksperimen (Experimental
Research) merupakan kegiatan penelitian
yang bertujuan untuk menilai pengaruh

suatu perlakuan/ tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau


menguji hipotesis tentang ada-tidaknya
pengaruh tindakan itu bila dibandingkan
dengan tindakan lain. Berdasarkan hal
tersebut maka tujuan umum penelitian
eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap
gejala suatu kelompok tertentu dibanding
dengan kelompok lain yang menggunakan
perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu
eksperimen dimaksudkan untuk menilai/
membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode pemecahan soal) terhadap hasil belajar pada siswa
atau untuk menguji hipotesis tentang adatidaknya pengaruh perlakuan tersebut bila
dibandingkan dengan metode pemahaman
konsep. Tindakan di dalam eksperimen
disebut treatment, dan diartikan sebagai
semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/ diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas adalah
mengukur atau melakukan deskripsi atas
pengaruh treatment yang dicobakan sekaligus ingin menguji sampai seberapa besar
tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau
berarti tidaknya) pengaruh tersebut bila
dibandingkan dengan kelompok yang sama
tetapi diberi perlakuan yang berbeda (Sulipan, 2007: 1).
Langkah-langkah pembelajaran eksperimen, antara lain : 1) Percobaan awal, yang
dirancang oleh guru yang bertujuan untuk
menggugah anak belajar, membangkitkan
rasa ingin tahu dan menghubungkan konsep
yang dipelajari dengan alam lingkungan, 2)
Pengematan, dilakukan oleh siswa secara
berkelompok yang mempunyai tujuan untuk menghasilkan hasil pengamatan yang
menuju pada konsep, 3) Rumusan Masalah,
dilakukan oleh siswa berdasarkan hasil

198 Varia Pendidikan, Vol. 25. No. 2, Desember 2013

pengematan yang bertujuan untuk membantu


siswa dalam menyusun dugaan sementara, 4)
Dugaan sementara, dilakukan siswa secara
kelompok yang bertujuan untuk membuktikan dugaan sementara yang telah dirumuskan, 6) Perumusan Konsep, dilakukan oleh
siswa yang bertujuan untuk dapat rumusan
yang berlaku umum, 7) Penerapan Konsep,
dilakukan oleh siswa yang bertujuan menggunakan kemapuannya dalam menerapkan
konsep dalam situasi lain. Evaluasi, dilakukan oleh siswa dengan tujuan, untuk menentukan efektifitas dari kegiatan belajar dalam
wujud tingkat pemahaman siswa atas konsep yang telah diperoleh (Yasa, 2008 : 3).
Pembelajaran di SMP
Dalam KTSP 2006 mata pelajaran dengan materi elektromagnet ditetapkan tujuan
pengajaran dengan materi elektromagnet di
SMP, antara lain agar siswa : 1) Memahami
konseptentang ciri-ciri elektromagnet dan
keterkaitannya dengan kehidupan seharihari; 2) Memiliki ketrampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan dan gagasan
tentang alam sekitarnya; 3) Sikap ingin tahu,
tekan, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri; 4)
Mampu menerapkan berbagai konsep dengan
materi elektromagnet untuk menjelaskan gejalagejala alam dan memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari; 5) Mampu
menggunakan teknologi sederhana dalam kehidupan sehari-hari; 6) Mengenal dan memupuk rasa cinta pada alam sekitar sehingga
menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk mengetahui tercapainya tujuan
pengajaran dengan materi elektromagnet
yang telah dirumuskan dilakukan penilaian
sebagai hasil belajar siswa dalam bentuk penilaian tes tertulis dan penilaian keterampilan
proses. Penilaian keterampilan proses dilakukan dengan penilaian : 1) Penilaian perbuatan

untuk mengetahui kemampuan siswa dalam


menguasai beberapa keterampilan tertentu;
2) Penilaian sikap dilakukan melalui pengamatan cara kerja anak, selama melakukan kegiatan dan menguji coba alat kerja; 3)
Penilaian hasil kerja anak lebih menekankan
pada proses dan perilaku sikap teknologi bukan hanya menilai produk saja.
Pendidikan di SMP disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak,
artinya dengan tingkat kemampuan berfikir
anak. Pikiran anak SMP perlu dikembangkan tidak hanya terbatas pada obyek di
sekitar lingkungan sekolah. Pada tingkat ini
anak SMP dapat mengenal fluida, arus listrik, alat ukur listrik, elektromagnet, medan
magnet, dan sebagainya. Kemampuan yang
dikembangkan adalah menggolongkan dengan berbagai cara, menyusun dan merangkai
berurutan, melakukan proses berfikir kebalikan, pengamatan, hitungan, dan kajian
materi dengan materi elektromagnet, seperti
arus listrik, momentum dan impuls, usaha
dan energi, cepat rambat cahaya, dan sebagainya.
Kerangka Berpikir
Melalui eksperimen, maka pembelajaran dengan materi elektromagnet dengan
mengoptimalkan perhatian dan kreativitas
yang dilakukan oleh siswa, yang diharapkan siswa akan mampu meningkatkan dalam
pemecahan masalah lebih jelas dan efektif,
sehingga mampu mendukung penguasaan
materi dan hasil belajar siswa lebih baik. Berdasarkan tujuannya untuk meningkatkan kemampuan siswa mempelajari dengan materi
elektromagnet dan meminimalkan anggapananggapan negatif terhadap dengan materi
elektromagnet dengan melihat karakteristik
yang dimungkinkan dapat diujicobakan juga
di sekolah.
Pada siklus I, penyampaian materi se-

Optimalisasi Prestasi Belajar Materi Elektromagnetik dengan... 199

Gambar 1. Kerangka berpikir peningkatan hasil belajar melalui eksperimen


suai dengan indikator, alokasi waktu 30 menit,
membagi kelompok, memberikan tugas secara
kelompok, membantu atau membimbing siswa
yang mengalami kesulitan. Pada siklus II, penyampaian materi sesuai dengan indikator, alokasi waktu 60 menit, membagi kelompok, memberikan tugas secara kelompok, membantu atau
membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang masalah
dan permasalahan atau perumusan masalah
dapat diajukan hipotesis tindakan, yaitu : Ada
peningkatan hasil belajar melalui eksperimen dalam pembelajaran IPA dengan materi
elektromagnet pada siswa Kelas IX A SMP
Negeri 3 Teras Kabupaten Boyolali semester
gasal tahun pelajaran 2011/2012.

Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Teras Kabupaten Boyolali. Penelitian
tindakan kelas ini berlangsung selama tiga

bulan, dimulai sejak tanggal 12 Januari sampai dengan 12 April 2012. Subjek penelitian
adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Teras
Kabupaten Boyolali. Sumber data dalam
penelitian angket motivasi dan observasi
selama dan setelah dilaksanakan pembelajaran mengoptimalkan eksperimen. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian adalah
observasi, tes atau ulangan harian, dan dokumentasi. Validitas data dimaksudkan
apabila menunjukkan bukti nyata ada peningkatan atau perubahan perilaku (afektif),
kognitif, dan psikomotor yang lebih baik
dalam pembelajaran, maka data yang digunakan adalah valid atau memiliki validitas
yang tinggi. Penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas, jadi tidak perlu menggunakan analisis statistik untuk menguji validitas
data. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis kritis dan analisis komparatif. Teknik analisis
kritis yang dimaksud dalam penelitian ini
mencakup kegiatan mengungkap kelemahan
kelebihan siswa dan guru dalam proses pem-

200 Varia Pendidikan, Vol. 25. No. 2, Desember 2013

belajaran berdasarkan kriteria. Hasil analisis


kritis tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap
berikutnya sesuai dengan siklus yang ada.
Berkaitan dengan kemampuan siswa, analisis kritis mencakup hasil menyelesaikan tes
mata pelajaran IPA Fisika dengan materi
elektromagnet sesuai permasalahan yang
diteliti. Teknik komparatif yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah memadukan hasil penelitian deskripsi awal, siklus pertama
dan kedua. Hasil komparasi tersebut untuk
mengetahui keberhasilan maupun kekurangberhasilan dalam setiap siklusnya. Teknis
analisis data dalam penelitian yang akan digunakan adalah dengan model pembelajaran
Kemmis dan Mc Taggart. Model pembelajaran ini menggunakan siklus sistem spiral,
yang masing-masing siklus terdiri dari empat komponen, yaitu rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Keempat langkah tersebut dapat digambarkan berikut :
Gambar 2.Bagan Penelitian Tindakan

Kelas (Sarwiji Suwandi, 2008: 34)


Indikator adalah harapan atau batas

nilai akhir yang diharapkan setelah perlakuan pembelajaran mengoptimalkan eksperimen. Indikator penilaian adalah harapan atau batas nilai akhir yang diharapkan
selama dan setelah perlakuan pembelajaran
mengoptimalkan eksperimen. Upaya mengoptimalkan eksperimen ini akan memberikan perubahan dan peningkatan partisipasi
aktif siswa mulai dari prasiklus ke siklus I,
dan diakhiri dari siklus I ke siklus II bila
sudah optimal atau ada peningkatan partisipasi aktif. Intinya ada peningkatan hasil
belajar siswa lebih baik sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 63 dan
KKM 100%. Prosedur penelitian menggunakan siklus, yaitu kondisi awal, siklus I,
dan siklus II.

Hasil dan Pembahasan


Observasi guru dalam pembelajaran,
diperoleh kemajuan guru dalam pembelajaran, pada prasiklus sebesar 50%, siklus I
sebesar 71,43% dan siklus II sebesar 97,15%.
Dari data ini menunjukkan bahwa ada kemajuan dari prasiklus ke siklus I sebesar 12,86%,
kemudian dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 25,72% serta dari prasiklus ke
siklus II sebesar 38,58%. Hasil obervasi guru
dalam pembelajaran menunjukkan peningkatan yang signifikan
Tabel 1. Data Kemajuan Hasil Observasi

Guru dalam Pembelajaran


Prasiklus, Siklus I, Siklus II
TAHAPAN SIKLUS
No.

PERINCIAN

Prasiklus

Persentase ketercapaian hasil


1. observasi guru
50%
dalam pembelajaran
Sumber : Data diolah 2012

Siklus I

Siklus II

71,43%

97,15%

PERSENTASE KENAIKAN
Prasiklus
Siklus
Prasikke Siklus
I ke
lus ke
I
Siklus II Siklus II

12,86%

25,72%

38,58%

Optimalisasi Prestasi Belajar Materi Elektromagnetik dengan... 201

Observasi guru dalam persiapan kelas


untuk pembelajaran, diperoleh kemajuan guru
dalam mempersiapkan kelas untuk pembelajaran, pada prasiklus sebesar 56%, siklus I sebesar 80% dan siklus II sebesar 94%. Dari data
ini menunjukkan bahwa ada kemajuan dari

prasiklus ke siklus I sebesar 24%, kemudian


dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 14% serta dari prasiklus ke siklus II sebesar 38%. Dengan demikian, hasil obervasi guru
dalam mempersiapkan kelas untuk pembelajaran menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Tabel 2. Data Kemajuan Hasil Observasi Guru dalam Persiapan Kelas untuk
Pembelajaran Prasiklus, Siklus I, Siklus II
TAHAPAN SIKLUS
No.

PERINCIAN

Prasiklus

Persentase ketercapaian hasil


observasi guru
1.
56%
dalam persiapan kelas untuk
pembelajaran
Sumber : Data diolah 2012

Siklus I

Siklus II

80%

94%

Diperoleh kemajuan motivasi siswa


dalam pembelajaran Fisika, pada prasiklus
rata-rata sebesar 60,6 dan siklus I rata-rata
sebesar 67,8 serta siklus II sebesar 87,0. Dari
data ini, tampak jelas bahwa terjadi kenaikan
dari prasiklus ke siklus I sebesar 16,2 poin
(26,7%), dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 19,2 poin (28,3%), dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar
26,4 poin (43,6%). Nilai tertinggi pada tahap
prasiklus diperoleh sebesar 68,0 dan siklus I
sebesar 76,0 serta siklus II sebesar 94,0 maka
dapat diketahui bahwa dari prasiklus ke siklus I terjadi kenaikan 8 poin (11,8%), dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 18
poin (23,7%), dan dari prasiklus ke siklus II
terjadi kenaikan sebesar 26 poin (38,2%). Nilai terendah pada prasiklus sebesar 52,0 dan

PERSENTASE KENAIKAN
PraSiklus Prasiksiklus
I ke
lus ke
ke Sik- Siklus
Siklus
lus I
II
II

24%

14%

38%

pada siklus I sebesar 58,0 serta pada siklus


II sebesar 72,0 maka dapat ditegaskan bahwa terjadi kenaikan dari prasiklus ke siklus I
sebesar 6 poin (11,5%), dari siklus I ke siklus
II terjadi kenaikan sebesar 14 poin (24,1%),
dan dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 20 poin (38,5%). Persentase optimalisasi motivasi pada tahap prasiklus diperoleh sebesar 45%, siklus I sebesar 85%,
dan siklus II sebesar 100%. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa terjadi kenaikan
dari prasiklus ke siklus I sebesar 40%, dari
siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar
15%, dan dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 55%. Dengan demikian, motivasi siswa dalam pembelajaran Fisika dari
prasiklus hingga siklus II terjadi kenaikan
yang signifikan.

Tabel 3. Data Kemajuan Motivasi Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I, Siklus II


TAHAPAN SIKLUS
No.
1.

PERINCIAN
Rata rata

Pra- siklus
60,6

PERSENTASE KENAIKAN
Prasiklus Siklus I ke Prasiklus ke
Siklus I Siklus II
ke Siklus I Siklus II
Siklus II
67,8
87,0
26,7%
28,3%
43,6%

202 Varia Pendidikan, Vol. 25. No. 2, Desember 2013


2.
3.

Tertinggi
Terendah
Prosentase optimalisasi mo4.
tivasi
belajar
siswa
Sumber : Data diolah 2012

68,0
52,0

76,0
58,0

94,0
72,0

11,8%
11,5%

23,7%
24,1%

38,2%
38,5%

45%

85%

100%

55%

10%

62%

Prestasi belajar siswa, diperoleh kemajuan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
Fisika, pada prasiklus rata-rata sebesar 63,0
dan siklus I rata-rata sebesar 67,4 serta siklus
II rata-rata sebesar 83,7. Dari data ini, tampak
jelas bahwa terjadi kenaikan rata-rata nilai dari
prasiklus ke siklus I sebesar 4,4 poin (6,98%),
dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 6,3 poin (20,06%), dari pasiklus ke siklus
II terjadi kenaikan sebesar 19,8 poin (26,8%).
Nilai tertinggi tahap prasiklus sebesar 74,0 dan
siklus I sebesar 82,0 serta siklus II sebesar 92,0.
Tampak jelas bahwa dari tahap prasiklus ke siklus I terjadi kenaikan sebesar 8 poin (10,81%),
dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar
10 poin (10,81%), dan dari prasiklus ke siklus II
terjadi kenaikan sebesar 18 poin (24,32%). Nilai
terendah tahap prasiklus diperoleh sebesar 54,0
dan siklus I sebesar 58,0 serta siklus II sebesar
74. dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa

dari tahap prasiklus ke siklus I terjadi kenaikan


sebesar 4 poin (7,4%), dari siklus I ke siklus II
terjadi kenaikan sebesar 16 poin (27,6%), dan
dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 20 poin (37,04%). Persentase ketuntasan
belajar mulai dari prasiklus diperoleh sebesar
62,5% dan siklus I diperoleh sebesar 67,5% serta siklus II sebesar 100%. Tampak jelas bahwa
dari tahap prasiklus ke siklus I terjadi kenaikan
sebesar 15%, dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 22,5%, dan dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 37,5%. Dengan
demikian, prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Fisika dari prasiklus hingga siklus II terjadi kenaikan yang signifikan. Dari hasil penelitian dan pembahasan tersebut, dapat ditegaskan
bahwa terjadi perubahan perilaku, pola pikir,
dan unjuk kerja siswa dalam meningkatkan
hasil belajar siswa melalui eksperimen dalam
pembelajaran dengan materi elektromagnet.

Tabel 4. Data Kemajuan Prestasi Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I, Siklus II


No.
1.
2.
3.
4.

PERINCIAN

TAHAPAN SIKLUS
PraSiklus
Siklus I
siklus
II
63,0
67,4
83,7
74,0
82,0
92,0
54,0
58,0
74,0

Rata rata
Tertinggi
Terendah
Prosentase tun62,5%
tas belajar
Sumber : Data diolah 2012

77,5%

Simpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Melalui Eksperimen Dalam Pembe-

100%

PERSENTASE KENAIKAN
Prasiklus Siklus I ke
Prasiklus
ke Siklus I Siklus II
ke Siklus II
6,98%
9,3%
26,8%
10,81%
12,19%
24,32%
7,4%
27,6%
37,04%
15%

22,5%

37,5%

lajaran Dengan Materi Elektromagnet Pada


Siswa Kelas IX A SMP Negeri 3 Teras Kabupaten Boyolali Semester Gasal Tahun Pelajaran 2011/2012, dapat disimpulkan sebagai berikut: Hasil observasi guru dalam

Optimalisasi Prestasi Belajar Materi Elektromagnetik dengan... 203

pembelajaran mulai dari menyampaikan


materi hingga suasana kelas yang diperoleh
dari prasiklus hingga siklus II, menunjukkan bahwa pada prasiklus sebesar 50%, siklus I sebesar 71,43% dan siklus II sebesar
97,15%. Dari data ini menunjukkan bahwa
ada kemajuan dari prasiklus ke siklus I sebesar 12,86%, kemudian dari siklus I ke siklus
II terjadi kenaikan sebesar 25,72% serta dari
prasiklus ke siklus II sebesar 38,58%. Dengan
demikian, hasil obervasi guru dalam pembelajaran menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hasil observasi guru dalam mempersiapkan kelas untuk pembelajaran data
yang diperoleh dari prasiklus hingga siklus II,
diperoleh kemajuan guru dalam mempersiapkan kelas untuk pembelajaran, pada prasiklus
sebesar 56%, siklus I sebesar 80% dan siklus
II sebesar 94%. Dari data ini menunjukkan
bahwa ada kemajuan dari prasiklus ke siklus
I sebesar 24%, kemudian dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 14% serta dari
prasiklus ke siklus II sebesar 38%. Dengan
demikian, hasil obervasi guru dalam mempersiapkan kelas untuk pembelajaran menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Persentase optimalisasi motivasi pada
tahap prasiklus diperoleh sebesar 45%, siklus
I sebesar 85%, dan siklus II sebesar 100%.
Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa
terjadi kenaikan dari prasiklus ke siklus I
sebesar 40%, dari siklus I ke siklus II terjadi
kenaikan sebesar 15%, dan dari prasiklus ke
siklus II terjadi kenaikan sebesar 55%. Dengan demikian, motivasi siswa dalam pembelajaran Biologi dari prasiklus hingga siklus II
terjadi kenaikan yang signifikan. Persentase

ketuntasan belajar mulai dari prasiklus diperoleh sebesar 62,5% dan siklus I diperoleh
sebesar 67,5% serta siklus II sebesar 100%.
Tampak jelas bahwa dari tahap prasiklus ke
siklus I terjadi kenaikan sebesar 15%, dari
siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar
22,5%, dan dari prasiklus ke siklus II terjadi
kenaikan sebesar 37,5%. Dengan demikian,
prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
Biologi dari prasiklus hingga siklus II terjadi
kenaikan yang signifikan.
Berkaitan dengan simpulan di atas,
maka peneliti dapat mengajukan saran-saran
sebagai berikut: 1) Bagi guru, hendaknya menguasai kelas dalam pelaksanaan pembelajaran
biologi dapat berhasil dan bermakna, guru
perlu memantau perkembangan kemajuan
motivasi kepada siswa. Guru perlu mengembangkan pembelajaran dengan inovasi yang
lebih kreatif, termasuk melaksanakan eksperimen sesuai dengan kompetensi dan materi
ajar. Selain itu, guru hendaknya memberikan
latihan mengerjakan latihan soal-soal biologi
dengan mempertimbangkan taraf perkembangan siswa, lingkungan, dan daya dukung
fasilitas yang digunakan dalam pembelajaran terutama untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa; 2) Bagi siswa, hendaknya
siswa berupaya untuk meningkatkan aktivitas
belajar mandiri sebelum pembelajaran berlangsung, agar dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajarnya, aktif melaksanakan
tugas guru khususnya yang melalui eksperimen, perlu didukung dengan berlatih mengerjakan soal-soal Biologi secara hirarkhis, yang
diharapkan mampu meningkatkan prestasi
belajar secara optimal.

204 Varia Pendidikan, Vol. 25. No. 2, Desember 2013

DAfTAR PUSTAKA
Fradika, Jaka, 2009: Metode Pembelajaran Eksperimen. http://ackmat-smpirdk. blogspot.com
Sudrajat, 2005. Strategi Pembelajaran. http:www. Akhmadsudrajat.wordpress.com/ modelpembelajaran-2.htm
Nasution S., 2002. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : P.T. C.V. Bina Aksara.
Sulipan. 2007. Penelitian Eksperimen. http://www.sekolah.8k.com rich_text_4.html eksperimen.htm
Sarwiji, Suwandi. 2008. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru : Penelitian Tindakan
Kelas. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 UNS.
Yasa, Dorantara, 2008. Pendekatan Starter Eksperimen (PSE). http://www.ipotes. wordpress.com

You might also like