Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Psyche
Jurnal Psyche
Anrilia Ema
Abstract
Anrilia Ema 33
Vol. 1 No. 1, Juli 2004
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Burnout
Maslach dan Jackson (dalam Maslach, 1980) mendefiniskan burnout
sebagai berikut ini:
“burnout as a psychological syndrome of emotional exhaustion,
depersonalization, and reduced personal accomplishment that can
occur among individuals who work with aother people in some capacity”
Birokrasi
Birokrasi berasal dari kata “bureau” yang berarti meja atau kantor; dan
kata “kratia” (cratein) yang berarti pemerintah. Jadi pada mulanya, istilah ini
digunakan untuk menunjuk pada suatu sistematika kegiatan kerja yang diatur
atau diperintah oleh suatu kantor melalui kegiatan-kegiatan administrasi
(Ernawan, 1988).
Birokrasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem kontrol dalam
organisasi yang dirancang berdasarkan aturan-aturan yang rasional dan
sistematis, yang bertujuan untuk mengkoordinasi dan mengarahkan aktivitas-
aktivitas kerja individu dalam rangka penyelesaian tugas-tugas administrasi
berskala besar. Birokrasi memiliki beberapa karakteristik, yaitu pembagian kerja
dan spesialisasi kerja, prinsip hirarki, peraturan-peraturan, impersonality,
kualifikasi teknis, dokumen-dokumen tertulis, dan kelangsungan kerja dalam
organisasi.
Tabel 1
Segi Positif dan Negatif Birokrasi
Para ahli (misalnya Kast & Rosenzweig, 1974; Bernis, 1993: Baron,
1986; Wood dkk., 1998) mengemukakan bahwa birokrasi memiliki sisi positif
dan negatif. Pendapat para ahli tersebut diringkas dalam Tabel 1 di atas.
Hipotesis mayor:
Dimensi-dimensi birokrasi memiliki peranan terhadap burnout pada perawat
rumah sakit di Jakarta.
Hipotesis minor:
1) Terdapat sumbangan yang bermakna dari dimensi-dimensi birokrasi secara
bersama-sama terhadap kelelahan emosional pada perawat rumah sakit di
Jakarta.
2) Struktur hirarki memiliki sumbangan yang bermakna terhadap kelelahan
emosional pada perawat rumah sakit di Jakarta.
3) Spesialisasi kerja memiliki sumbangan yang bermakna terhadap kelelahan
emosional pada perawat rumah sakit di Jakarta.
4) Kompleksitas peraturan memiliki sumbangan yang bermakna terhadap
kelelahan emosional pada perawat rumah sakit di Jakarta.
Anrilia Ema 39
Vol. 1 No. 1, Juli 2004
Metodologi Penelitian
Variabel-Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu variabel terikat
(dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel terikat
penelitian ini adalah burnout yang terdiri dari tiga dimensi yaitu: kelelahan
emosional, depersonalisasi, dan reduced personal accomplishmnet. Variabel
bebas penelitian adalah birokrasi, yang terdiri dari enam dimensi, yaitu: struktur
hirarki, spesialisasi kerja, kompleksitas peraturan, prosedur, impersonality, dan
kualifikasi teknis.
Subjek
Subjek penelitian ini ditentukan berdasarkan karaketristik: berprofesi
sebagai perawat, dan bekerja tetap di sebuah rumah sakit. Jumlah subjek
penelitian ini adalah 143 orang perawat yang diambil dengan menggunakan
teknik incidental sampling.
Alat Ukur
Dalam penelitian ini terdapat dua buah alat yang digunakan, yaitu
pertama alat ukur burnout, yakni Maslach Burnout Invertory (MBI), dan kedua
alat ukur birokrasi yang dibuat oleh peneliti berdasarkan dimensi-dimensi yang
dikemukakan oleh Hall (1968). Sebelum digunakan, terhadap kedua alat ukur
tersebut dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan teknik korelasi item-total
dan koefisien Alpha Cronbach.
Hasilnya, dari enam dimensi birokrasi tersebut, terdapat tiga dimensi
birokrasi yang menenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas, yakni dimensi
spesialisasi kerja, kualifikasi teknis, dan struktur kerja; dan tiga yang tidak
memenuhi persyaratan, yakni kompleksitas peraturan, prosedur, dan
impersonality. Oleh karena itu, hipotesis-hipotesis yang berkaitan dengan
dimensi kompleksitas peraturan, prosedur, dan impersonality tidak diuji lebih
lanjut.
Anrilia Ema 41
Vol. 1 No. 1, Juli 2004
Hasil
Pembahasan
4,06 sampai 4,86. Nilai ini pada rentang 1 (nilai terendah) sampai nilai 7 (nilai
tertinggi) cenderung terletak di tengah-tengah. Dapat diartikan bahwa subjek-
subjek menilai rumah sakit mereka sebagai memiliki karakteristik birokrasi
dalam derajat sedang. Penilaian subjek terhadap derajat birokrasi rumah sakit
mempengaruhi kemungkinan munculnya dan juga intensitas burnout yang
dirasakan.
Kenyataan yang didapat dari penelitian ini membuka wawasan peneliti
bahwa birokrasi sebaiknya dipandang sebagai suatu konsep yang tidak
memiliki konotasi baik ataupun buruk. Meskipun saat ini birokrasi sering
dipersalahkan sebagai penyebab disfungsi yang terjadi pada institusi, namun
tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat aspek-aspek positif pada konsep ini
(Baron, 1986). Penelitian-penelitian tentang birokrasi dan peranannya terhadap
variabel tertentu menunjukkan hasil yang bervariasi dan dapat bertentangan
satu sama lain. Oleh karena itu masih dibutuhkan penelitian-penelitian
selanjutnya untuk lebih menjelaskan peranan birokrasi.
Berikut ini akan dikemukakan saran-saran metodologis untuk penelitian
selanjutnya, dan di samping itu juga saran praktis bagi pihak pengelola rumah
sakit. Saran metodologis yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya
adalah sebagai berikut:
1) melakukan pengujian kembali terhadap item-item pada Maslach Burnout
Inventory (MBI);
2) menggunakan alat burnout yang spesifik bagi profesi perawat atau profesi
pekerja di bidang medis;
3) Melakukan perbaikan lebih lanjut terhadap alat ukur birokrasi;
4) menjaring subjek berdasarkan rumah sakit dengan derajat birokrasi yang
berbeda;
5) menjalin rapport dengan pihak rumah sakit demi kelancaran proses
pengambilan data;
6) untuk pengembangan penelitian burnout di Indonesia, perlu dilakukan
penelitian burnout pada profesi pelayanan sosial lainnya. Selanjutnya.
Pembahasan dan penelitian tentang burnout juga perlu dilakukan dengan
pendekatan lain, ataupun pendekatan yang sama namun variabel yang
berbeda, dengan tujuan untuk memperkaya hasil penelitian burnout.
Saran praktis yang dapat diberikan kepada pihak pengelola rumah sakit
dalam rangka meminimalkan munculnya burnout adalah sebagai berikut:
1) Dari hasil penelitian ini, spesialisasi kerja merupakan faktor yang berperan
penting dalam mengurangi burnout. Karena itu, spesialisasi kerja perlu
dilakukan secara tegas, sehingga jelas tugas dan tanggung jawab masing-
masing profesi atau personal yang terlibat dalam rumah sakit.
2) Dalam melakukan pekerjaannya, para perawat dapat mengalami konflik
dengan pihak rumah sakit menyangkut kebijakan tertentu ataupun tuntutan
yang dirasakan sulit dihadapi. Untuk mengatasi hal ini ataupun untuk tujuan
pencegahan, dapat diselenggarakan workshop.
3) Meningkatkan partisipasi perawat pelaksana dalam pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan bidang kerjanya.
4) Mengadakan penelitian terbatas untuk mengetahui sumber-sumber stres
atau ketidakpuasan yang dirasakan perawat dalam lingkungan kerjanya.
Daftar Pustaka
Blau, P.M., & Meyer, M.W. (1971). Bureaucracy in Modern Society (2nd ed.).
New York: Random House, Inc.
Cherniss, C. (1991). Staff Burnout: Job Stress in the Human Service. Beverly
Hills: Sage.
Coser, L.A. & Rosenberg, B. (1976). Sociological Theory: A Handbook of
Readings (4th ed.). New York: Macmillan Publishing Co., Inc.
Daft, R.L. (1983). Organization theory and Design. St. Paul, Minnesota: West.
DiMatteo, M.R. (1991) The Psychology of Health, Illness and Medical Care: An
Individual Perfective. California: Wadsworth, Inc.
Ernawan, E. (1988). Peranan Birokrasi Terhadap Peningkatan Efektifitas
Pengambilan Keputusan di Perusahaan Besar. Skripsi: Tidak
Diterbitkan. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Freudenberger, H.J. (1989). Burnout: Past, Present, and Future Concerns.
Dalam D.T. Wessels, Jr., A.H. Kutscher, I.B. Seeland, F.E. Selder, D.J.
Cherico, & E.J. Clack (Eds.), Professional Burnout in Medicine and The
Helping Professions (pp.1-10). New York: The Haworth Press.
Greenber, J., & Baron, R.A. (1993). Behavior in Organizations: Understanding
and Managing The Human Side of Work (4th ed.). Needham Heights:
Allyn & Bacon.
Rohman, T.N., Prihartanti, N., & Rosyid, H.F. (1997). Hubungan Antara
Dukungan Sosial Dengan Burnout Pada Perawat Putri di Rumah Sakit
Swasta. Psikologika, II, 4, 51-59.
Sarafino, E.P. (1998). Burnout Pada Guru Sekolah Luar Biasa Tuna Ganda
(Studi Kualitatif Mengenai Gambaran, Sumber, dan Proses Burnout
Pada Guru Sekolah Luar Biasa Tuna Ganda Di Jakarta). Skripsi: Tidak
Diterbitkan. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Wood, J., Wallace, J., Zeffane, R.M., Schermerhorn Jr., Hunt, J.G., Osborn,
R.N. (1998). Organizational Behavior: An Asia-Pacific Perspective. New
York: John Wiley & Sons, Inc.