Daun Katuk
Daun Katuk
Daun Katuk
Abstract
Katuk leaf (Saoropus androgynus) is known in South Asia and South East Asia as a traditional
medicine to supplement breast milk production. The objective of this study is to assess the efficacy of
katuk leaf extract treatment during the study period in the increase of breast milk production for the
success of exclusive breastfeeding. As a matter of fact, breastfeeding practice in Indonesia has been
decreasing and about 50-80% of pregnant mothers afterwards complain about their insufficient breast
milk production in their first week of puerperium. A controlled randomized study was conducted to 80
pregnant women with > 37 weeks gestational age who later delivered at Immanuel Hospital Bandung.
The study group obtained the katuk leaf extract, while the control group obtained placebo, daily for 4
weeks. Breastfeeding time was divided into 3 periods: < 1 hour, 1 24 hours, and > 24 hours postpartum.
The participants were observed by phone for 4 weeks. Breastfeeding was considered to be successful if the
baby was given only breast milk during the study period without any food and drink supplement. The
result showed that in general, katuk leaf extract treatment did not have significant effect on breastfeeding
success. Some effect was seen in the earlier breastfeeding: < 1 hour postpartum breastfeeding had more
effect tobreastfeeding success than 1 24 hours and > 24 hours ( < 0,001). In fact, breastfeeding at < 1
hour pospartum was related with exclusive breastfeeding during the study period ( < 0,001).Thus, it
was the earlier initiation of breastfeeding that had significant effect on breastfeeding success.
Keywords: Katuk leaf extract, breastfeeding initiation, breastfeeding success
Pendahuluan
Praktek menyusui Air Susu Ibu
(ASI) di Indonesia semakin menurun
dari tahun ke tahun, dari 42% pada
tahun 1997 menjadi 40% pada tahun
2002.1 Kecenderungan ini ternyata
ditemui di negara-negara berkembang
lainnya seperti di Filipina dari 20% pada
tahun 1998 menjadi 16% pada 2003,
* dr Rimonta F Gunanegara, SpOG
Bagian/KSM Obstetri Ginekologi
FK Universitas Kristen Maranatha
RS Immanuel Bandung
Jl Kopo 161 Bandung 40234
Tel. 022-5201656 HP 081 321 744 516
e-mail: gunanegara_rimonta@yahoo.com
104
105
106
n=
Keterangan :
1) 1:
persentase
keberhasilan
menyusui pada kelompok kelola
(80%)
2) 2:
persentase
keberhasilan
menyusui pada kelompok kontrol
(50%)
1+ 2
= --------------------- =
0,65 %
2
Data-data berasal dari hasil penelitian
terdahulu.14
Dengan
mengambil
taraf
kepercayaan 95% dan power test 95%,
diperoleh besar sampel minimal per
kelompok adalah: 30 per kelompok.
Pemilihan subjek penelitian dipilih
secara
konsekutif
sampling yang
memenuhi kriteria di atas. Pemilihan
peserta penelitian dilakukan atas dasar
sukarela, bukan paksaan dan peserta
telah memperoleh penjelasan tentang
keuntungan dan kerugiannya serta
menandatangani informed consent.
Analisis Data
Analisis data disesuaikan dengan
tujuan penelitian, uji statistik yang
digunakan adalah Uji chi kuadrat untuk
membandingkan
perbedaan
dua
proporsi. Seluruh perhitungan akan
dikerjakan dengan menggunakan piranti
lunak SPSS for Windows ver 13.0.
Kemaknaan uji statistik ditentukan
berdasarkan nilai < 0,05.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Berdasarkan penghitungan jumlah
sampel minimal didapatkan 60 orang
ibu hamil, tetapi dengan prediksi 10%
akan drop-out/loss to follow up/tidak bisa
107
Kontrol (K)
74
38
51,4
n
36
48,6
12
25
28
9
6
13
15
4
50,0
52,0
53,6
44,4
6
12
13
5
50,0
48,0
46,4
55,6
x2=0,24
=0,971
8
44
22
4
21
13
50,0
47,7
59,1
4
23
9
50,0
52,3
40,9
x2=0,76
=0,682
32
12
21
9
13
8
11
6
40,6
66,7
52,4
66,7
19
4
10
3
59,4
33,3
47,6
33,3
x2=3,45
=0,327
25
29
20
14
13
11
56,0
44,8
55,0
11
16
9
44,0
55,2
45,0
x2=0,82
=0,665
kedua
kelompok
ini
dapat
diperbandingkan.
Terlihat bahwa penyebaran subjek
Dari segi pendidikan, tampak bahwa
taraf pendidikan kedua kelompok tidak
berbeda jauh, pendidikan SMP, SMA,
Universitas masing-masing yaitu 4, 21,
13 kasus pada kelompok kelola dan 4,
23, 9 kasus pada kelompok kontrol,
keadaan ini secara statistik tidak
bermakna (=0,682).
Sementara untuk pekerjaan, subjek
penelitian terdiri dari Ibu Rumah
Tangga, Karyawan, Wiraswasta, PNS
masing-masing yaitu 13, 8, 11, 6 untuk
kelompok kelola dan 19, 4, 10, 3 pada
penelitian menurut usia pada kedua
kelompok ini tidak bermakna secara
statistik (=0,971).
kelompok kontrol,
penyebaran
keadaan ini secara statistik juga tidak
bermakna (=0,327).
Dari segi paritas, terlihat bahwa
perbadingan paritas pertama, kedua dan
ketiga atau lebih pada kedua kelompok
hampir sama, keadaan ini secara statistik
memang tidak bermakna (=0,665).
Hasil
analisis
di
atas
memperlihatkan bahwa homogenitas
subjek penelitian pada kedua kelompok
penelitian cukup baik, sehingga kedua
kelompok ini dapat dibandingkan
dengan baik.
Perbandingan jenis kelamin bayi,
metode
persalinan, dan minuman
tambahan pada kedua kelompok
penelitian ditampilkan pada Tabel 1.2.
108
Tabel 1.2. Perbandingan Jenis Kelamin Bayi, Metode Persalinan, dan Minuman
Tambahan pada Kedua Kelompok Penelitian
T (Kelola)
Jenis Kelamin Bayi
Laki
39
Perempuan
35
Metode Persalinan
non seksio sesar
41
seksio sesar
33
Minuman tambahan
Suplementasi
21
non-suplementasi
53
Ket: t= uji t ; x2= uji chi kuadrat
K (Kontrol)
20
18
51,3
51,4
19
17
48,7
48,6
x2=0,001
=0,990
22
16
53,7
48,5
19
17
46,3
51,5
x2=0,20
=0,658
12
26
57,1
49,1
9
27
42,9
50,9
x2=0,39
=0,530
Kelompok
<1
1-24
> 24
x2
T
K
T
K
T
K
T
K
3
3
5
8
10
9
1
2
3
1
5
3
3
3
1
1
0
2
3
1
2
1
2
2
3,000
0,223
2,156
0,340
0,244
0,885
0,225
0,894
T
K
T
K
11
9
8
13
6
7
6
1
3
3
4
3
0,251
0,882
4,880
0,087
T
8
2
4
K
8
3
0
2
T
10
1
2
K
10
4
2
3
T
1
9
1
K
4
1
4
Ket: T=kelompok kelola ; K=kelompok kontrol
t= uji t ; x2= uji chi kuadrat, EF = nilai berdasarkan uji eksak Fisher
3,896
0,143
1,561
0,471
9,899
0,007
25-29
30-34
35
2. Jenis Kelamin Bayi
Laki
Perempuan
3. Paritas
1
109
110
Tabel 1.4. Perbandingan Waktu Mulai Menyusui antara Kedua Kelompok Penelitian
Waktu (jam)
Kelola (T)
Kontrol (K)
<1
1-24
> 24
<1
>1
<1
>24
1-24
>24
<1
1-24
19
12
7
19
19
19
7
12
7
19
12
22
8
6
22
14
22
6
8
6
22
8
x2
x2=1,040
=0,593
x2=0,92
=0,336
x2=0,22
=0,637
x2=0,12
=0,727
x2=1,0
=0,316
< 1 jam
1-24 jam
> 24 jam
74
41
55,4
20
27,0
13
17,6
18-24
12
50,0
33,3
16,7
x2=6,987
25-29
25
13
52,0
32,0
16,0
=0,0322
30-34
28
19
67,9
21,4
10,7
35-41
33,3
22,2
44,4
SMP
25,0
50,0
25,0
x2=7,951
SMA
44
22
50,0
13
29,5
20,5
=0,093
Universitas
22
17
77,3
13,6
9,1
IRT
32
16
50,0
28,1
21,9
x2=3,446
Karyawan
12
50,0
33,3
16,7
=0,751
Wiraswasta
21
15
71,4
19,0
9,5
PNS
44,4
33,3
22,2
Laki
39
20
51,3
13
33,3
15,4
x2=1,690
Perempuan
35
21
60,0
20,0
20,0
=0,429
25
29
20
16
20
5
64,0
69,0
25,0
5
5
10
20,0
17,2
50,0
4
4
5
16,0
13,8
25,0
x2=10,922
=0,027
Total
Usia Ibu (tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
Paritas
Pertama
Kedua
Ketiga atau lebih
111
< 1 jam
1-24 jam
> 24 jam
Metode Persalinan
non seksio sesar
41
32
78,0
19,5
2,4
x2=22,407
seksio sesar
33
27,3
12
36,4
12
36,4
<0,001
suplementasi
21
33,3
19,0
10
47,6
x2=18,342
Non-suplementasi
53
34
64,2
16
30,2
5,7
Minuman
tambahan
<0,001
Pembahasan
Pemilihan subjek penelitian yang
akan diikutkan ke dalam penelitian ini
didasarkan pada pertimbangan untuk
mendapatkan subjek penelitian yang
normal sambil menyingkirkan faktorfaktor perancu seperti preeklamsi berat,
112
Individu
dengan
komplikasi
kehamilan seperti preeklamsi atau
eklamsi atau kelainan lain sehingga
dapat menyebabkan kesejahteraan janin
terganggu tidak diikutsertakan dalam
penelitian ini dengan pertimbangan
bahwa pada individu dan bayinya akan
membutuhkan terapi atau tindakan
tambahan yang dapat membuat hasil
penelitian menjadi bias.
Banyak faktor-faktor lain yang
dapat
mempengaruhi
validitas
penelitian ini seperti suku bangsa,
keluarga, golongan darah, faktor
lingkungan, ketinggian tempat tinggal,
kebiasaan dan sosioekonomi. Pemilihan
kandidat kedalam kelompok kelola dan
kontrol dilakukan dengan cara alokasi
blok permutasi, diharapkan dapat
memberikan kesempatan yang sama
kepada semua kandidat yang memiliki
berbagai variasi faktor perancu untuk
tersebar merata ke dalam kedua
kelompok tersebut.
Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa
ditinjau dari
karakteristik
subjek
penelitian, baik dari segi usia, paritas,
usia kehamilan, pendidikan, maupun
pekerjaan tidak ditemukan perbedaan
yang bermakna antara kelompok kelola
dan kelompok kontrol, dengan demikian
kedua
kelompok
ini
dapat
diperbandingkan.
Terlihat bahwa penyebaran subjek
penelitian menurut usia pada kedua
kelompok ini tidak bermakna secara
statistik (=0,971). Dari segi paritas,
terlihat bahwa perbadingan paritas
pertama, kedua dan ketiga atau lebih
pada kedua kelompok hampir sama,
keadaan ini secara statistik memang
tidak bermakna (=0,665).
Beberapa
penelitian
memperlihatkan bahwa ibu hamil dengan usia
remaja dan primigravida mempunyai
kecenderungan yang besar untuk
mengalami kesulitan dalam menyusui
bayinya
untuk
pertama
kali
dibandingkan dengan ibu yang berusia
lebih dewasa atau yang telah pernah
menyusui
sebelumnya.16,18
Pada
penelitian ini perbandingan usia ibu,
primi dan multigravida cukup seimbang
ke dalam kedua kelompok penelitian
sehingga menghindari bias dalam
menganalisis hasil penelitian.
Dari segi pendidikan, tampak
bahwa
taraf
pendidikan
kedua
kelompok
tidak
berbeda
jauh,
pendidikan SMP, SMA, Universitas
masing-masing yaitu 4, 21, 13 kasus
pada kelompok kelola dan 4, 23, 9 kasus
pada kelompok kontrol, keadaan ini
secara
statistik
tidak
bermakna
(=0,682).
Sementara untuk pekerjaan, subjek
penelitian terdiri dari IRT, Karyawan,
Wiraswasta, PNS masing-masing yaitu
13, 8, 11, 6 untuk kelompok kelola dan
19, 4, 10, 3 pada kelompok kontrol,
penyebaran keadaan ini secara statistik
juga tidak bermakna (=0,327).
Pendidikan dan pekerjaan juga
dianggap mempunyai pengaruh besar
dalam keberhasilan menyusui, sebuah
penelitian
memperlihatkan
bahwa
pendidikan ibu di bawah SMA ternyata
berhubungan
dengan
kegagalan
menyusui
yang
lebih
tinggi
kejadiannya18, keadaan ini memang
ditunjang kenyataan bahwa sebagian
besar dari ibu hamil dengan pendidikan
dibawah
SMA
tersebut
ternyata
karyawan pabrik (10 dari 12 orang).
Penelitian tersebut memperlihatkan
bahwa
kesulitan menyusui ASI
eksklusif lebih banyak dikeluhkan oleh
ibu
yang
mempunyai
aktivitas/
pekerjaan di luar rumah misalnya
seperti karyawan.18
Keadaan ini
mungkin terjadi karena pengetahuan ibu
tentang menyusui ASI ekslusif yang
kurang atau lingkungan tempat kerja
dan jam kerja yang tidak mendukung.
113
tidak
bermakna
secara
statistik
(=0,530).
Pada Tabel 1.3 dan 1.4 tampak tidak
ada perbedaan yang bermakna antara
kedua kelompok penelitian bahkan bila
dihubungkan dengan waktu mulai
menyusui pasca salin
Pada penelitian ini tidak tampak
perbedaan yang bermakna keberhasilan
menyusui antara kelompok kelola yang
mendapatkan ekstrak daun katuk
dengan
kelompok
kontrol
yang
mendapatkan plasebo.
Pada Tabel 1.5 dibandingkan
kelompok penelitian berdasarkan waktu
mulai menyusui pasca salin tanpa
membagi mereka kedalam kelompok
kelola atau kontrol, pada tabel ini
peserta penelitian dibagi menjadi 3
kelompok yaitu: kelompok yang mulai
menyusui < 1 jam, kelompok 1-24 jam,
dan kelompok > 24 jam pasca salin.
Tabel 1.5 memperlihatkan bahwa
tidak terdapat perbedaan bermakna
antara karakteristik subjek penelitian
dengan waktu mulai menyusui. Waktu
mulai menyusui dibagi menjadi 3
kelompok yaitu <1 jam, 1-24 jam, dan
>24 jam pasca salin.
Dari segi usia ibu dihubungkan
dengan waktu mulai menyusui, tidak
tampak perbedaan bermakna (=0,0322).
Jenis kelamin bayi dihubungkan dengan
waktu mulai menyusui, juga tidak
tampak perbedaan bermakna (=0,429).
Dari
segi
pendidikan
ibu
dihubungkan dengan waktu mulai
menyusui, juga tidak tampak perbedaan
bermakna (=0,093). Pekerjaan ibu
dihubungkan dengan waktu mulai
menyusui, juga tidak tampak perbedaan
bermakna (=0,751).
Jumlah paritas ibu dihubungkan
dengan waktu mulai menyusui, juga
tidak tampak perbedaan bermakna
(=0,027).
Pada
Tabel
1.6
kami
membandingkan
ketiga
kelompok
114
115
utama
yang
berpengaruh
dalam
kegagalan menyusui ASI adalah faktor
kepercayaan diri ibu yang rendah dalam
kemampuan menyusui.24
6.
Simpulan
Pemberian ekstrak daun katuk
tidak lebih baik dibandingkan plasebo
dalam keberhasilan menyusui ASI.
Inisiasi menyusui dini kurang dari 1 jam
pasca salin berperan dalam keberhasilan
menyusui ASI.
7.
8.
9.
Saran
Disarankan
agar
dilakukan
penelitian lanjutan dengan jumlah
subjek penelitian yang lebih besar
dengan pemantauan yang lebih lama,
sehingga dapat diketahui pengaruhnya
terhadap luaran perinatal dan tumbuh
kembangnya.
10.
Daftar Pustaka
12.
1.
2.
3.
4.
5.
11.
13.
14.
15.
116
117