Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Daun Katuk

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Efektivitas Ekstrak Daun Katuk dalam Produksi Air Susu Ibu

untuk Keberhasilan Menyusui


Rimonta F. Gunanegara*, Aloysius Suryawan, Ucke S. Sastrawinata,
Tatang Surachman
Bagian/KSM Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha -RS Immanuel
Jl. Kopo 161 Bandung 40234 Indonesia

Abstract
Katuk leaf (Saoropus androgynus) is known in South Asia and South East Asia as a traditional
medicine to supplement breast milk production. The objective of this study is to assess the efficacy of
katuk leaf extract treatment during the study period in the increase of breast milk production for the
success of exclusive breastfeeding. As a matter of fact, breastfeeding practice in Indonesia has been
decreasing and about 50-80% of pregnant mothers afterwards complain about their insufficient breast
milk production in their first week of puerperium. A controlled randomized study was conducted to 80
pregnant women with > 37 weeks gestational age who later delivered at Immanuel Hospital Bandung.
The study group obtained the katuk leaf extract, while the control group obtained placebo, daily for 4
weeks. Breastfeeding time was divided into 3 periods: < 1 hour, 1 24 hours, and > 24 hours postpartum.
The participants were observed by phone for 4 weeks. Breastfeeding was considered to be successful if the
baby was given only breast milk during the study period without any food and drink supplement. The
result showed that in general, katuk leaf extract treatment did not have significant effect on breastfeeding
success. Some effect was seen in the earlier breastfeeding: < 1 hour postpartum breastfeeding had more
effect tobreastfeeding success than 1 24 hours and > 24 hours ( < 0,001). In fact, breastfeeding at < 1
hour pospartum was related with exclusive breastfeeding during the study period ( < 0,001).Thus, it
was the earlier initiation of breastfeeding that had significant effect on breastfeeding success.
Keywords: Katuk leaf extract, breastfeeding initiation, breastfeeding success

Vietnam dari 29% pada 1998 menjadi


15% pada 2002. Thailand merupakan
negara paling rendah dengan hanya
5,4% ibu menyusui ASI ekskusif. 1,2
Kecenderungan ini mungkin terjadi
karena makin banyaknya ibu yang
berkeja penuh-waktu dan pengetahuan
ibu tentang ASI eksklusif yang kurang
adekuat.2 Ibu-ibu di negara maju seperti
Amerika Utara dan Eropa justru
memperlihatkan kecenderungan yang
meningkat
untuk
menyusui
ASI
eksklusif dalam bulan-bulan pertama
kelahiran.1,2

Pendahuluan
Praktek menyusui Air Susu Ibu
(ASI) di Indonesia semakin menurun
dari tahun ke tahun, dari 42% pada
tahun 1997 menjadi 40% pada tahun
2002.1 Kecenderungan ini ternyata
ditemui di negara-negara berkembang
lainnya seperti di Filipina dari 20% pada
tahun 1998 menjadi 16% pada 2003,
* dr Rimonta F Gunanegara, SpOG
Bagian/KSM Obstetri Ginekologi
FK Universitas Kristen Maranatha
RS Immanuel Bandung
Jl Kopo 161 Bandung 40234
Tel. 022-5201656 HP 081 321 744 516
e-mail: gunanegara_rimonta@yahoo.com

104

Efektivitas Ekstrak Daun Katuk dalam


Produksi Air Susu Ibu untuk Keberhasilan Menyusui
(Rimonta F. Gunanegara, Aloysius Suryawan, Ucke S. Sastrawinata,Tatang Surachman)

WHO merangkum hasil studi dari


efek-efek menyusui awal pada langkah 4
dari 10 Langkah Sukses Menyusui yang
menyatakan Menolong ibu memulai
menyusui dalam waktu 30 menit setelah
kelahiran.3,4 Banyak penelitian yang
menyatakan tentang pentingnya kontak
kulit ke kulit antara ibu dan bayinya
dalam menyusui pertama kali terutama
dalam waktu 30 menit setelah
persalinan.5
Pada
pengamatanpengamatan yang dilakukan di berbagai
rumah sakit, terkadang cukup sulit bagi
ibu untuk melakukan hal ini, karena
bayi-bayi belum siap untuk mulai
menyusui karena banyaknya prosedurprosedur klinis yang dilakukan di RS,
beberapa
diantaranya
tidak
saja
menghambat kontak dini antara ibu dan
bayinya
tapi
juga
diragukan
kegunaannya untuk bayi.6,7 Selain itu
terdapat bukti bahwa operasi seksio
sesar merupakan penghambat yang
signifikan terhadap implementasi pada
rumah sakit yang ramah terhadap bayi
untuk memulai menyusui.8 Praktek
rawat gabung sedini mungkin agar ibu
dan bayi selalu berdekatan dalam satu
ruangan ternyata sangat menunjang
keberhasilan menyusui.8 Keberhasilan
menyusui juga tampak lebih tinggi pada
bayi yang mulai menyusui lebih dini
dibandingkan dengan bayi yang mulai
menyusui lebih lambat.9,10
Produksi
ASI
yang
tidak
mencukupi merupakan keluhan yang
sering diutarakan oleh ibu terutama
minggu pertama nifas dan mengenai
sekitar 50-80% wanita hamil.11 Banyak
sekali obat-obatan yang ditawarkan
kepada mereka untuk mengurangi
keluhan tersebut, salah satunya adalah
daun katuk, yang diduga dapat
menambah produksi ASI.12,13
Daun katuk (Saoropus androgynus)
ternyata telah dikenal dalam pengobatan
tradisional di Asia Selatan dan Asia

Tenggara sebagai obat penambah


ASI.13,14
Penelitian ini bertujuan untuk
menilai efektivitas ekstrak daun katuk
dengan dosis yang dianjurkan dalam
menambah
produksi
ASI
untuk
keberhasilan menyusui ASI dan sebagai
pembanding
kami
menggunakan
plasebo.
Selain pemberian ekstrak daun
katuk
dan
plasebo
kami
juga
memperhitungkan
waktu
mulai
menyusui pasca salin. Penelitian lain
menyatakan inisiasi menyusui dini
memegang peranan penting pada
keberhasilan menyusui.15
Perbandingan lain adalah usia ibu,
paritas, jenis persalinan, jenis kelamin
bayi,
dan
pemberian
minuman
tambahan selain ASI.
Dari uraian di atas, maka
penjabaran
hal-hal
spesifik
yang
dipertanyakan terkait dengan masalah
yang dihadapi, yaitu bagaimanakah
efektivitas pemberian ekstrak daun
katuk dalam meningkatkan produksi
ASI sehingga menunjang keberhasilan
menyusui?
Maksud penelitian ini adalah
menilai efektivitas ekstrak daun katuk
dalam meningkatkan produksi ASI
untuk keberhasilan menyusui.
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat mengungkapkan informasi yang
bermanfaat bagi pengembangan bidangbidang :
1) aspek teoritis (keilmuan)
wawasan ilmiah hubungan antara
pemberian ekstrak daun katuk
dengan peningkatan produksi ASI
untuk
menunjang
keberhasilan
menyusui.
2) aspek praktis (guna laksana)
pemberian ekstrak daun katuk dapat
menambah produksi ASI sehingga
menunjang keberhasilan menyusui.

105

JKM. Vol.9 No.2 Februari 2010:104-117

sebelum obat dikonsumsi. Keberhasilan


menyusui yaitu pemberian ASI eksklusif
selama
periode
penelitian
tanpa
pemberian minuman atau makanan
tambahan apapun.
Preparat ekstrak daun katuk
maupun plasebo yang diberikan pada
peserta penelitian telah dimasukkan
kedalam kapsul yang mempunyai
bentuk, besar dan berwarna sama,
kemudian dimasukkan ke dalam
kantung
obat
tertutup,
sehingga
diharapkan peserta penelitian tidak
mengetahui isinya.
Keberhasilan menyusui ASI akan
dinilai kembali setiap minggu dengan
menggunakan kuesioner lewat telepon
atau saat peserta kontrol ke RS, untuk
menilai keberhasilan menyusui yang
dialami peserta penelitian.
Pada penelitian ini digunakan
Asifit buatan PT Kimia Farma berisi
simplisia daun kering katuk 114 mg, vit
B12 20 mcg, vit B6 15 mg, vit B2 2,5 mg
dan vit B1 10 mg. Plasebo yang
digunakan merupakan sacharine 100 mg.
Penelitian dilakukan di Ruang
rawat nifas Debora dan Poliklinik
Kebidanan
Bagian
Obstetri
dan
Ginekologi
Fakultas
Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha RS
Immanuel Bandung, mulai bulan 1 Juli
2008 31 Desember 2008.
Penelitian
ini
dirancang
menggunakan
metode
pengkajian
intervensional/trial serta uji klinis secara
acak tersamar tunggal (randomized single
blinded control trial) dengan metode
analisis varian (sidik ragam) dengan
pengukuran berulang (repeated measures).

Bahan dan Cara


Kriteria
inklusi bagi subyek
penelitian adalah:
- wanita hamil dengan usia kehamilan
37 minggu
- hamil tunggal hidup
- bersedia ikut dalam penelitian
dengan mengisi lembar informed
consent
- memiliki alamat dan nomor telepon
yang jelas di Bandung dan mudah
untuk dihubungi.
Kriteria
ekslusi
bagi
subyek
penelitian adalah:
- mempunyai penyakit lain yang
menyebabkan
pemberian
ASI
dihindari
- alergi terhadap ekstrak daun katuk
dan/atau vitamin B komplek
- mengalami komplikasi kehamilan
seperti preeklamsi berat, eklamsi,
kelainan jantung atau keadaan lain
yang menyebabkan pemberian ASI
tidak memungkinkan
- tidak mengikuti >1 kali pemeriksaan
pemantauan ulang
- kepatuhan penggunaan obat selama
penelitian kurang
- memutuskan
untuk
tidak
memberikan ASI
- pindah alamat dengan alamat baru
tidak jelas atau tidak diketahui atau
pindah ke luar kota.
Ibu yang bersalin di RS Immanuel
dimasukkan ke dalam penelitian bila
memenuhi kriteria inklusi. Kemudian
ibu-ibu ini dibagi menjadi dua
kelompok, kelompok pertama diberi
kapsul berisi ekstrak daun katuk dan
kelompok berikutnya mendapatkan
kapsul plasebo, keduanya akan diminta
memakan obat setiap hari sebanyak satu
kali sehari setiap pagi selama 4 minggu.
Penilaian keberhasilan menyusui
ASI
eksklusif
peserta
penelitian
dilakukan
dengan
menggunakan
kuesioner, pertama dilakukan saat
peserta menerima obat di RS Immanuel,

Penentuan Ukuran sampel


Sejalan dengan pendekatan analisis
data yang dipergunakan di atas, maka
ukuran sampel ditetapkan berdasarkan
rumus besar sampel untuk menguji dua
proporsi yaitu:

106

Efektivitas Ekstrak Daun Katuk dalam


Produksi Air Susu Ibu untuk Keberhasilan Menyusui
(Rimonta F. Gunanegara, Aloysius Suryawan, Ucke S. Sastrawinata,Tatang Surachman)

n=

mengikuti penelitian, diputuskan untuk


mengambil 80 orang ibu hamil.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
lanjutan berupa pemeriksaan fisik dan
saringan laboratorik terhadap 80 ibu
hamil dengan umur kehamilan 37
minggu
yang
memenuhi
kriteria
penelitian.
Pembagian calon kelompok kelola
dan kelompok kontrol dilakukan secara
acak menurut alokasi blok permutasi.
Setelah penelitian berakhir, ternyata
hanya ada 74 kasus yang dapat
dianalisis karena enam kasus terdiri dari
dua kasus dari kelompok kelola dan
empat kasus dari kelompok kontrol
ternyata loss to follow up yaitu dua orang
tidak dapat mengikuti penelitian karena
sulit dihubungi atau pindah ke luar
kota, satu orang menolak ikut terus
dalam penelitian, dan tiga orang
memutuskan untuk tidak memberikan
ASI.
Dari 74 kasus yang datanya dapat
dianalisis, 38 kasus termasuk kedalam
kelompok kelola (mendapat ekstrak
daun katuk) dan 36 kasus termasuk ke
dalam kelompok kontrol (mendapat
plasebo). Oleh karena itu penelitian ini
telah memenuhi persyaratan jumlah
sampel minimal yang diperlukan dan
layak untuk dianalisis lebih lanjut.
Karakteristik subjek penelitian dari
kelompok kelola dan kelompok kontrol
dianalisis. Analisis ini dimaksudkan
untuk lebih meyakinkan homogenitas
subjek
penelitian
pada
tiap-tiap
kelompok agar dapat dibandingkan
dengan baik.
Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa
ditinjau dari
karakteristik
subjek
penelitian, baik dari segi usia ibu,
pekerjaan, pendidikan, maupun paritas
tidak ditemukan perbedaan yang
bermakna antara kelompok kelola dan
kelompok kontrol, dengan demikian

[z 1- 2 (1- ) + z1- 1(1- 1)+ 2(1- 2)]2


( 1 2)2

Keterangan :
1) 1:
persentase
keberhasilan
menyusui pada kelompok kelola
(80%)
2) 2:
persentase
keberhasilan
menyusui pada kelompok kontrol
(50%)
1+ 2
= --------------------- =
0,65 %
2
Data-data berasal dari hasil penelitian
terdahulu.14
Dengan
mengambil
taraf
kepercayaan 95% dan power test 95%,
diperoleh besar sampel minimal per
kelompok adalah: 30 per kelompok.
Pemilihan subjek penelitian dipilih
secara
konsekutif
sampling yang
memenuhi kriteria di atas. Pemilihan
peserta penelitian dilakukan atas dasar
sukarela, bukan paksaan dan peserta
telah memperoleh penjelasan tentang
keuntungan dan kerugiannya serta
menandatangani informed consent.
Analisis Data
Analisis data disesuaikan dengan
tujuan penelitian, uji statistik yang
digunakan adalah Uji chi kuadrat untuk
membandingkan
perbedaan
dua
proporsi. Seluruh perhitungan akan
dikerjakan dengan menggunakan piranti
lunak SPSS for Windows ver 13.0.
Kemaknaan uji statistik ditentukan
berdasarkan nilai < 0,05.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Berdasarkan penghitungan jumlah
sampel minimal didapatkan 60 orang
ibu hamil, tetapi dengan prediksi 10%
akan drop-out/loss to follow up/tidak bisa

107

JKM. Vol.9 No.2 Februari 2010:104-117

Tabel 1.1. Perbandingan Karakteristik Subjek Penelitian pada


Kedua Kelompok Penelitian
Kelola (T)
Karakteristik
Total
Usia Ibu (tahun)
18-24
25-29
30-34
35-41
Pendidikan
SMP
SMA
UNIVERSITAS
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
Karyawan
Wiraswasta
PNS
Paritas
Pertama
Kedua
Ketiga atau lebih

Kontrol (K)

74

38

51,4

n
36

48,6

12
25
28
9

6
13
15
4

50,0
52,0
53,6
44,4

6
12
13
5

50,0
48,0
46,4
55,6

x2=0,24
=0,971

8
44
22

4
21
13

50,0
47,7
59,1

4
23
9

50,0
52,3
40,9

x2=0,76
=0,682

32
12
21
9

13
8
11
6

40,6
66,7
52,4
66,7

19
4
10
3

59,4
33,3
47,6
33,3

x2=3,45
=0,327

25
29
20

14
13
11

56,0
44,8
55,0

11
16
9

44,0
55,2
45,0

x2=0,82
=0,665

Ket: t= uji t ; x2= uji chi kuadrat

kedua
kelompok
ini
dapat
diperbandingkan.
Terlihat bahwa penyebaran subjek
Dari segi pendidikan, tampak bahwa
taraf pendidikan kedua kelompok tidak
berbeda jauh, pendidikan SMP, SMA,
Universitas masing-masing yaitu 4, 21,
13 kasus pada kelompok kelola dan 4,
23, 9 kasus pada kelompok kontrol,
keadaan ini secara statistik tidak
bermakna (=0,682).
Sementara untuk pekerjaan, subjek
penelitian terdiri dari Ibu Rumah
Tangga, Karyawan, Wiraswasta, PNS
masing-masing yaitu 13, 8, 11, 6 untuk
kelompok kelola dan 19, 4, 10, 3 pada
penelitian menurut usia pada kedua
kelompok ini tidak bermakna secara
statistik (=0,971).

kelompok kontrol,
penyebaran
keadaan ini secara statistik juga tidak
bermakna (=0,327).
Dari segi paritas, terlihat bahwa
perbadingan paritas pertama, kedua dan
ketiga atau lebih pada kedua kelompok
hampir sama, keadaan ini secara statistik
memang tidak bermakna (=0,665).
Hasil
analisis
di
atas
memperlihatkan bahwa homogenitas
subjek penelitian pada kedua kelompok
penelitian cukup baik, sehingga kedua
kelompok ini dapat dibandingkan
dengan baik.
Perbandingan jenis kelamin bayi,
metode
persalinan, dan minuman
tambahan pada kedua kelompok
penelitian ditampilkan pada Tabel 1.2.

108

Efektivitas Ekstrak Daun Katuk dalam


Produksi Air Susu Ibu untuk Keberhasilan Menyusui
(Rimonta F. Gunanegara, Aloysius Suryawan, Ucke S. Sastrawinata,Tatang Surachman)

Tabel 1.2. Perbandingan Jenis Kelamin Bayi, Metode Persalinan, dan Minuman
Tambahan pada Kedua Kelompok Penelitian
T (Kelola)
Jenis Kelamin Bayi
Laki
39
Perempuan
35
Metode Persalinan
non seksio sesar
41
seksio sesar
33
Minuman tambahan
Suplementasi
21
non-suplementasi
53
Ket: t= uji t ; x2= uji chi kuadrat

K (Kontrol)

20
18

51,3
51,4

19
17

48,7
48,6

x2=0,001
=0,990

22
16

53,7
48,5

19
17

46,3
51,5

x2=0,20
=0,658

12
26

57,1
49,1

9
27

42,9
50,9

x2=0,39
=0,530

Tabel 1.3. Perbandingan Karakteristik Subjek Penelitian pada Kedua Kelompok


Penelitian Dihubungkan dengan Waktu Mulai Menyusui
Waktu (Jam)
Karakteristik
1. Usia Ibu (Tahun)
18-24

Kelompok

<1

1-24

> 24

x2

T
K
T
K
T
K
T
K

3
3
5
8
10
9
1
2

3
1
5
3
3
3
1
1

0
2
3
1
2
1
2
2

3,000

0,223

2,156

0,340

0,244

0,885

0,225

0,894

T
K
T
K

11
9
8
13

6
7
6
1

3
3
4
3

0,251

0,882

4,880

0,087

T
8
2
4
K
8
3
0
2
T
10
1
2
K
10
4
2
3
T
1
9
1
K
4
1
4
Ket: T=kelompok kelola ; K=kelompok kontrol
t= uji t ; x2= uji chi kuadrat, EF = nilai berdasarkan uji eksak Fisher

3,896

0,143

1,561

0,471

9,899

0,007

25-29
30-34
35
2. Jenis Kelamin Bayi
Laki
Perempuan
3. Paritas
1

109

JKM. Vol.9 No.2 Februari 2010:104-117

Dari segi jenis kelamin bayi,


tampak
pada
Tabel 1.2
bahwa
penyebaran bayi laki-laki dan bayi
perempuan tidak jauh berbeda, 20 bayi
laki-laki dan 18 bayi perempuan pada
kelompok kelola dan 19 bayi laki-laki
dan 17 bayi perempuan pada kelompok
kontrol, keadaan ini tidak bermakna
secara statistik (=0,990). Tampak juga
bahwa metode persalinan pada kedua
kelompok tidak jauh berbeda, pada
kelompok kelola terdapat 22 kasus non
seksio sesar dan 16 kasus seksio sesar,
sementara pada kelompok kontrol
terdapat 19 kasus non seksio sesar dan
17 kasus seksio sesar, keadaan ini tidak
bermakna secara statistik (=0,658).
Terlihat bahwa penyebaran subjek
penelitian
berdasarkan
pemeberian
minuman tambahan suplementasi selain
ASI (susu formula, air gula, dan lainlain) selama periode penelitian pada
kedua kelompok ini tidak berbeda jauh,
terdapat 12 kasus pada kelompok kelola
dan 9 kasus pada kelompok kontrol
yang mengakui memberikan minuman
tambahan selain ASI, tapi keadaan ini
tidak
bermakna
secara
statistik
(=0,530).
Pada penelitian ini dipelajari
perbandingan
karakteristik
subjek
penelitian pada kedua kelompok
dihubungkan dengan waktu mulai
menyusui.
Tabel 1.3 memperlihatkan bahwa
tidak terdapat perbedaan bermakna
antara kedua kelompok penelitian, bila
kita membandingkan
karakteristik

subjek penelitian dengan waktu mulai


menyusui. Waktu mulai menyusui
dibagi menjadi
3 kelompok yaitu
<1jam, 1-24 jam, dan >24 jam pasca
persalinan.
Dari segi usia ibu dihubungkan
dengan waktu mulai menyusui, tidak
tampak
perbedaan
antara
kedua
kelompok penelitian, baik itu dari
rentang usia 18-24 tahun (=0,223), 25-29
tahun (=0,340), 30-34 tahun (=0,885),
maupun 35 tahun (=0,894).
Dari segi jenis kelamin bayi
dihubungkan dengan waktu mulai
menyusui, juga tidak tampak perbedaan
antara kedua kelompok penelitian, baik
itu jenis kelamin bayi laki (=0,882)
maupun bayi perempuan (=0,087).
Jumlah paritas ibu dihubungkan
dengan waktu mulai menyusui, juga
tidak tampak perbedaan antara kedua
kelompok penelitian, baik itu pertama
(=0,143), paritas kedua (=0,471)
maupun paritas ketiga atau lebih
(=0,007).
Perbandingan antara waktu mulai
menyusui pada kedua kelompok
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4 memperlihatkan bahwa
tidak terdapat perbedaan bermakna
antara kedua kelompok penelitian, bila
kita membandingkan antara waktu
mulai menyusui.
Perbandingan karakteristik subjek
penelitian dihubungkan dengan waktu
mulai menyusui ditampilkan pada Tabel
1.5.

110

Efektivitas Ekstrak Daun Katuk dalam


Produksi Air Susu Ibu untuk Keberhasilan Menyusui
(Rimonta F. Gunanegara, Aloysius Suryawan, Ucke S. Sastrawinata,Tatang Surachman)

Tabel 1.4. Perbandingan Waktu Mulai Menyusui antara Kedua Kelompok Penelitian
Waktu (jam)

Kelola (T)

Kontrol (K)

<1
1-24
> 24
<1
>1
<1
>24
1-24
>24
<1
1-24

19
12
7
19
19
19
7
12
7
19
12

22
8
6
22
14
22
6
8
6
22
8

x2

x2=1,040

=0,593

x2=0,92

=0,336

x2=0,22

=0,637

x2=0,12

=0,727

x2=1,0

=0,316

Tabel 1.5. Perbandingan Karakteristik Subjek Penelitian Dihubungkan


dengan Waktu Mulai Menyusui
Karakteristik

< 1 jam

1-24 jam

> 24 jam

74

41

55,4

20

27,0

13

17,6

18-24

12

50,0

33,3

16,7

x2=6,987

25-29

25

13

52,0

32,0

16,0

=0,0322

30-34

28

19

67,9

21,4

10,7

35-41

33,3

22,2

44,4

SMP

25,0

50,0

25,0

x2=7,951

SMA

44

22

50,0

13

29,5

20,5

=0,093

Universitas

22

17

77,3

13,6

9,1

IRT

32

16

50,0

28,1

21,9

x2=3,446

Karyawan

12

50,0

33,3

16,7

=0,751

Wiraswasta

21

15

71,4

19,0

9,5

PNS

44,4

33,3

22,2

Laki

39

20

51,3

13

33,3

15,4

x2=1,690

Perempuan

35

21

60,0

20,0

20,0

=0,429

25
29
20

16
20
5

64,0
69,0
25,0

5
5
10

20,0
17,2
50,0

4
4
5

16,0
13,8
25,0

x2=10,922
=0,027

Total
Usia Ibu (tahun)

Pendidikan

Pekerjaan

Jenis Kelamin Bayi

Paritas
Pertama
Kedua
Ketiga atau lebih

111

JKM. Vol.9 No.2 Februari 2010:104-117

Tabel 1.5 memperlihatkan bahwa


tidak terdapat perbedaan bermakna
antara karakteristik subjek penelitian
dengan waktu mulai menyusui. Waktu
mulai menyusui dibagi menjadi 3
kelompok yaitu <1 jam, 1-24 jam, dan
>24 jam pasca persalinan.
Dari segi usia ibu dihubungkan
dengan waktu mulai menyusui, tidak
tampak perbedaan bermakna (=0,0322).
Jenis kelamin bayi dihubungkan dengan
waktu mulai menyusui, juga tidak
tampak perbedaan bermakna (=0,429).
Dari
segi
pendidikan
ibu

dihubungkan dengan waktu mulai


menyusui, juga tidak tampak perbedaan
bermakna (=0,093). Pekerjaan ibu
dihubungkan dengan waktu mulai
menyusui, juga tidak tampak perbedaan
bermakna (=0,751).
Jumlah paritas ibu dihubungkan
dengan waktu mulai menyusui, juga
tidak tampak perbedaan bermakna
(=0,027).
Perbandingan metode persalinan
dan minuman tambahan dihubungkan
dengan
waktu
mulai
menyusui
ditampilkan pada Tabel 1.6.

Tabel 1.6. Perbandingan Metode Persalinan dan Minuman Tambahan


Dihubungkan dengan Waktu Mulai Menyusui
Karakteristik

< 1 jam

1-24 jam

> 24 jam

Metode Persalinan
non seksio sesar

41

32

78,0

19,5

2,4

x2=22,407

seksio sesar

33

27,3

12

36,4

12

36,4

<0,001

suplementasi

21

33,3

19,0

10

47,6

x2=18,342

Non-suplementasi

53

34

64,2

16

30,2

5,7

Minuman
tambahan

Pada Tabel 1.6 metode persalinan


ibu dihubungkan dengan waktu mulai
menyusui, ternyata tampak perbedaan
yang bermakna (<0,001). Pemberian
minuman
tambahan
selain
ASI
dihubungkan dengan waktu mulai
menyusui, juga tampak perbedaan
bermakna (<0,001).

<0,001

eklamsi, kelainan jantung, persalinan


prematur atau keadaan lain yang
menyebabkan pemberian ASI tidak
memungkinkan.
Kelainan-kelainan
ini
dapat
menyebabkan keberhasilan menyusui
tidak dapat tercapai sehingga dapat
menimbulkan bias pada hasil penelitian.
Pemilihan individu dalam rentang
usia kehamilan 37 minggu berdasarkan
pada kemampuan bayi untuk menyusui
ASI dengan baik16, sehingga pada
kehamilan <37 minggu pada umumnya
kemampuan bayi untuk menyusui
masih kurang, dan belum dianjurkan
untuk rawat gabung.17

Pembahasan
Pemilihan subjek penelitian yang
akan diikutkan ke dalam penelitian ini
didasarkan pada pertimbangan untuk
mendapatkan subjek penelitian yang
normal sambil menyingkirkan faktorfaktor perancu seperti preeklamsi berat,

112

Efektivitas Ekstrak Daun Katuk dalam


Produksi Air Susu Ibu untuk Keberhasilan Menyusui
(Rimonta F. Gunanegara, Aloysius Suryawan, Ucke S. Sastrawinata,Tatang Surachman)

Individu
dengan
komplikasi
kehamilan seperti preeklamsi atau
eklamsi atau kelainan lain sehingga
dapat menyebabkan kesejahteraan janin
terganggu tidak diikutsertakan dalam
penelitian ini dengan pertimbangan
bahwa pada individu dan bayinya akan
membutuhkan terapi atau tindakan
tambahan yang dapat membuat hasil
penelitian menjadi bias.
Banyak faktor-faktor lain yang
dapat
mempengaruhi
validitas
penelitian ini seperti suku bangsa,
keluarga, golongan darah, faktor
lingkungan, ketinggian tempat tinggal,
kebiasaan dan sosioekonomi. Pemilihan
kandidat kedalam kelompok kelola dan
kontrol dilakukan dengan cara alokasi
blok permutasi, diharapkan dapat
memberikan kesempatan yang sama
kepada semua kandidat yang memiliki
berbagai variasi faktor perancu untuk
tersebar merata ke dalam kedua
kelompok tersebut.
Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa
ditinjau dari
karakteristik
subjek
penelitian, baik dari segi usia, paritas,
usia kehamilan, pendidikan, maupun
pekerjaan tidak ditemukan perbedaan
yang bermakna antara kelompok kelola
dan kelompok kontrol, dengan demikian
kedua
kelompok
ini
dapat
diperbandingkan.
Terlihat bahwa penyebaran subjek
penelitian menurut usia pada kedua
kelompok ini tidak bermakna secara
statistik (=0,971). Dari segi paritas,
terlihat bahwa perbadingan paritas
pertama, kedua dan ketiga atau lebih
pada kedua kelompok hampir sama,
keadaan ini secara statistik memang
tidak bermakna (=0,665).
Beberapa
penelitian
memperlihatkan bahwa ibu hamil dengan usia
remaja dan primigravida mempunyai
kecenderungan yang besar untuk
mengalami kesulitan dalam menyusui

bayinya
untuk
pertama
kali
dibandingkan dengan ibu yang berusia
lebih dewasa atau yang telah pernah
menyusui
sebelumnya.16,18
Pada
penelitian ini perbandingan usia ibu,
primi dan multigravida cukup seimbang
ke dalam kedua kelompok penelitian
sehingga menghindari bias dalam
menganalisis hasil penelitian.
Dari segi pendidikan, tampak
bahwa
taraf
pendidikan
kedua
kelompok
tidak
berbeda
jauh,
pendidikan SMP, SMA, Universitas
masing-masing yaitu 4, 21, 13 kasus
pada kelompok kelola dan 4, 23, 9 kasus
pada kelompok kontrol, keadaan ini
secara
statistik
tidak
bermakna
(=0,682).
Sementara untuk pekerjaan, subjek
penelitian terdiri dari IRT, Karyawan,
Wiraswasta, PNS masing-masing yaitu
13, 8, 11, 6 untuk kelompok kelola dan
19, 4, 10, 3 pada kelompok kontrol,
penyebaran keadaan ini secara statistik
juga tidak bermakna (=0,327).
Pendidikan dan pekerjaan juga
dianggap mempunyai pengaruh besar
dalam keberhasilan menyusui, sebuah
penelitian
memperlihatkan
bahwa
pendidikan ibu di bawah SMA ternyata
berhubungan
dengan
kegagalan
menyusui
yang
lebih
tinggi
kejadiannya18, keadaan ini memang
ditunjang kenyataan bahwa sebagian
besar dari ibu hamil dengan pendidikan
dibawah
SMA
tersebut
ternyata
karyawan pabrik (10 dari 12 orang).
Penelitian tersebut memperlihatkan
bahwa
kesulitan menyusui ASI
eksklusif lebih banyak dikeluhkan oleh
ibu
yang
mempunyai
aktivitas/
pekerjaan di luar rumah misalnya
seperti karyawan.18
Keadaan ini
mungkin terjadi karena pengetahuan ibu
tentang menyusui ASI ekslusif yang
kurang atau lingkungan tempat kerja
dan jam kerja yang tidak mendukung.

113

JKM. Vol.9 No.2 Februari 2010:104-117

Pada penelitian ini kami mendapatkan


penyebaran ibu hamil dengan taraf
pendidikan dan pekerjaan ke dalam
kedua kelompok penelitian seimbang.
Hasil analisis di atas memperlihatkan bahwa homogenitas subjek
penelitian pada kedua kelompok
penelitian cukup baik, sehingga kedua
kelompok ini dapat dibandingkan
dengan baik.
Pada Tabel 1.2 tampak bahwa
penyebaran bayi laki-laki dan bayi
perempuan tidak jauh berbeda, 20 bayi
laki dan 18 bayi perempuan pada
kelompok kelola dan 19 bayi laki dan 17
bayi perempuan pada kelompok kontrol,
keadaan ini tidak bermakna secara
statistik (=0,990).
Pada sebuah penelitian di Jepang15,
bayi laki-laki jarang yang mendapatkan
ASI eksklusif, mungkin karena ibu
berpendapat
bayi
laki-laki
membutuhkan energi lebih banyak
dibandingkan bayi perempuan sehingga
mereka mendapat minuman susu
formula atau makanan tambahan lebih
dini, keadaan ini juga ditemukan di
negara Amerika Latin18, Yunani19 dan
China.20
Tampak juga bahwa metode
persalinan pada kedua kelompok tidak
jauh berbeda, pada kelompok kelola
terdapat 22 kasus non seksio sesar dan
16 kasus seksio sesar, sementara pada
kelompok kontrol terdapat 19 kasus non
seksio sesar dan 17 kasus seksio sesar,
keadaan ini tidak bermakna secara
statistik (=0,658).
Terlihat bahwa penyebaran subjek
penelitian
berdasarkan
pemeberian
minuman tambahan suplementasi selain
ASI (susu formula, air gula, dan lainlain) selama periode penelitian pada
kedua kelompok ini tidak berbeda jauh,
terdapat 12 kasus pada kelompok kelola
dan 9 kasus pada kelompok kontrol
yang mengakui memberikan minuman
tambahan selain ASI, tapi keadaan ini

tidak
bermakna
secara
statistik
(=0,530).
Pada Tabel 1.3 dan 1.4 tampak tidak
ada perbedaan yang bermakna antara
kedua kelompok penelitian bahkan bila
dihubungkan dengan waktu mulai
menyusui pasca salin
Pada penelitian ini tidak tampak
perbedaan yang bermakna keberhasilan
menyusui antara kelompok kelola yang
mendapatkan ekstrak daun katuk
dengan
kelompok
kontrol
yang
mendapatkan plasebo.
Pada Tabel 1.5 dibandingkan
kelompok penelitian berdasarkan waktu
mulai menyusui pasca salin tanpa
membagi mereka kedalam kelompok
kelola atau kontrol, pada tabel ini
peserta penelitian dibagi menjadi 3
kelompok yaitu: kelompok yang mulai
menyusui < 1 jam, kelompok 1-24 jam,
dan kelompok > 24 jam pasca salin.
Tabel 1.5 memperlihatkan bahwa
tidak terdapat perbedaan bermakna
antara karakteristik subjek penelitian
dengan waktu mulai menyusui. Waktu
mulai menyusui dibagi menjadi 3
kelompok yaitu <1 jam, 1-24 jam, dan
>24 jam pasca salin.
Dari segi usia ibu dihubungkan
dengan waktu mulai menyusui, tidak
tampak perbedaan bermakna (=0,0322).
Jenis kelamin bayi dihubungkan dengan
waktu mulai menyusui, juga tidak
tampak perbedaan bermakna (=0,429).
Dari
segi
pendidikan
ibu
dihubungkan dengan waktu mulai
menyusui, juga tidak tampak perbedaan
bermakna (=0,093). Pekerjaan ibu
dihubungkan dengan waktu mulai
menyusui, juga tidak tampak perbedaan
bermakna (=0,751).
Jumlah paritas ibu dihubungkan
dengan waktu mulai menyusui, juga
tidak tampak perbedaan bermakna
(=0,027).
Pada
Tabel
1.6
kami
membandingkan
ketiga
kelompok

114

Efektivitas Ekstrak Daun Katuk dalam


Produksi Air Susu Ibu untuk Keberhasilan Menyusui
(Rimonta F. Gunanegara, Aloysius Suryawan, Ucke S. Sastrawinata,Tatang Surachman)

tersebut berdasarkan metode persalinan


dan pemberian minuman tambahan. Bila
metode persalinan ibu dihubungkan
dengan waktu mulai menyusui, ternyata
tampak perbedaan yang bermakna
(<0,001).
Pemberian
minuman
tambahan selain ASI dihubungkan
dengan waktu mulai menyusui, juga
tampak perbedaan bermakna (<0,001).
Metode persalinan seksio sesar
ternyata
memang
merupakan
penghambat keberhasilan menyusui,
hanya 27,3% ibu dengan seksio sesar
yang dapat mulai menyusui <1 jam
pasca salin dibandingkan dengan 78%
ibu dengan pesalinan non-seksio sesar,
mungkin berhubungan dengan rasa
nyeri ibu dan jenis anestesi yang
digunakan. Keadaan ini juga ditemukan
oleh beberapa penelitian terdahulu. 7,8,15
Inisiasi menyusui dini <1 jam pasca
salin
ternyata
berperan
dalam
keberhasilan menyusui. Pada ibu yang
mulai menyusui <1 jam pasca salin
terdapat 64,2% yang menyusui ASI
eksklusif selama periode penelitian,
sementara pada ibu yang baru mulai
menyusui >24 jam pasca salin hanya
didapatkan 5,7% yang dapat menyusui
ASI eksklusif. Sebagian besar dari ibu
yang memberikan minuman tambahan
(suplementasi) pada bayinya mengeluh
ASI yang tidak mencukupi atau sedikit.
Ibu yang melakukan kontak lebih
dini dengan bayinya dan mulai
menyusui segera setelah melahirkan
mempunyai perilaku positif terhadap
menyusui, mendukung hubungan yang
lebih hangat antara ibu dan bayinya. 21,22
Sebuah
penelitian
di
Afrika
menemukan inisiasi menyusui dini
ternyata berperan penting dalam
kehidupan bayi. Sekitar 16% kematian
neonatal dapat dicegah pada bayi yang
mulai menyusui dari hari pertama
kelahiran (pasca salin), 22% kematian

neonatal dapat dicegah pada bayi yang


mulai menyusui mulai jam pertama.23
Masa pengamatan penelitian kami
hanya
4
minggu,
dengan
mempertimbangkan waktu pemantauan
yang singkat akan mengurangi jumlah
kasus loss to follow up atau drop out.
Penelitian terdahulu juga melakukan
pemantauan sekitar 4 minggu.15
Sebuah
penelitian
melakukan
pemantauan selama 4 bulan, tanpa
menggunakan suplemen daun katuk15,
selain mengalami banyak kasus drop out,
ternyata terdapat bias pada hasil
penelitiannya, karena jenis penelitiannya
retrospektif sebagian besar peserta
penelitian lupa kapan waktu mereka
mulai menyusui pasca salin.
Beberapa penelitian menyatakan
ekstrak daun katuk memang terbukti
efektif untuk menambah volume ASI
dibandingkan plasebo14, tapi pada
penelitian kami ternyata tidak berbeda
bermakna dengan pemberian plasebo.
Kami memang tidak mengukur volume
ASI
peserta penelitian, keberhasilan
menyusui
dinilai
berdasarkan
pemberian ASI ekslusif selama periode
penelitian tanpa adanya pemberian
minuman tambahan seperti susu
formula atau air gula dan air tajin.
Pemberian kapsul ekstrak daun
katuk atau plasebo ternyata tidak
berbeda
secara
bermakna,
tapi
setidaknya memberikan efek positif
terhadap sugesti peserta penelitian
untuk melanjutkan pemberian ASI,
karena dari 80 orang peserta penelitian
terdapat 74 orang yang terus menyusui
ASI selama periode penelitian. Kami
juga memantau usaha menyusui peserta
penelitian baik saat kontrol ke rumah
sakit atau lewat telepon setiap minggu,
ternyata tindakan ini juga direspon
positif oleh mereka untuk tidak berhenti
memberikan ASI untuk bayinya. Sebuah
penelitian juga menyatakan faktor

115

JKM. Vol.9 No.2 Februari 2010:104-117

utama
yang
berpengaruh
dalam
kegagalan menyusui ASI adalah faktor
kepercayaan diri ibu yang rendah dalam
kemampuan menyusui.24

6.

Simpulan
Pemberian ekstrak daun katuk
tidak lebih baik dibandingkan plasebo
dalam keberhasilan menyusui ASI.
Inisiasi menyusui dini kurang dari 1 jam
pasca salin berperan dalam keberhasilan
menyusui ASI.

7.

8.

9.

Saran
Disarankan
agar
dilakukan
penelitian lanjutan dengan jumlah
subjek penelitian yang lebih besar
dengan pemantauan yang lebih lama,
sehingga dapat diketahui pengaruhnya
terhadap luaran perinatal dan tumbuh
kembangnya.

10.

Daftar Pustaka

12.

1.
2.

3.

4.

5.

11.

Breast Feeding Debate. Available from:


http://abcnews.go.com/International.
International Breastfeeding Journal 2008;
3:1.Breast Feeding Debate in Philippines.
[cited 2008 Mar 22]. Available from:
http://boston.com/news/world/asia/a
rticles.
UNICEF: Implementing the ten steps to
successful breast-feeding. [cited 2008
Mar 22]. Available from: http://www.
unicef.org/nutrition/files/BFHI_Revise
d_Section2.4.a_Slides.ppt.
WHO/CHD: Evidence for the ten steps
to successful breast-feeding. [cited 2008
Mar
22].
Available
from:
http://www.who.int/child-adolescent
health/publications. NUTRITION/WHO
_CHD_98.9.htm.
Moore RE, Anderson GC, Bergman N.
Early skin-to-skin contact for mothers
and their healthy newborn infants
(Cochrane Review). Cochrane Database
Syst Rev 2007, 3:CD003519.

13.

14.

15.

116

Widstrom AM, Ransjo-Arvidson AB,


Christensson K, Matthiesen AS, Winberg
J, Uvnas-Moberg K. Gastric suction in
healthy newborn infants. Effects on
circulation and developing feeding
behaviour. Acta Paediatr Scand 1987;
76:566-72.
Righard L, Alade MO. Effect of delivery
room routines on success of first breastfeed. Lancet 1990; 336:1105-7.
Rowe-Murray HJ, Fisher JRW. Baby
friendly hospital practices: cesarean
section is a persistent barrier to early
initiation of breastfeeding. Birth 2002;
29(2):124-31.
Dyson L, McCormick F, Renfrew M.
Interventions
for
promoting
the
initiation of breastfeeding (Cochrane
Review). Cochrane Database Syst Rev
2005, 18(2):CD001688.
Taylor PM, Maloni JA, Brown DR. Early
sucking and prolonged breast-feeding.
Am J Dis Child 1986; 140(2):151-4.
Horton S, Sanghvi T, Phillips M.
Breastfeeding promotion and priority
setting in health. Health Policy Plan
1996; 11 (2):15668.
Sardjono OS, Hasanah M, Yuliani S dan
Setiawati A. Produksi sediaan dari daun
katuk (Sauropus androgynus Merr)
sebagai obat untuk meningkatkan
produksi dan kualitas ASI. RUT. Kantor
Menteri Negara Riset & Teknologi.
Jakarta, 1996.
Andria A, Marapini M, dan Chairul.
Analisis kandungan kimia ekstrak daun
katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.
dengan GCMS. Warta Tumbuhan Obat
Indonesia 1997; 3:313.
Saroni, Sadjimin T, Sjabani M, Zulaela.
Effectiveness
of
the
sauropus
androgynus (L.) merr leaf extract in
increasing
mothers
breast
milk
production. Media Litbang Kesehatan
2004; XIV:3.
Yuko N, Kazuhiko M, Sumihisa H,
Kazuyo O. Initiation of breastfeeding
within 120 minutes after birth is
associated with breastfeeding at four
months among Japanese women: A selfadministered questionnaire survey.

Efektivitas Ekstrak Daun Katuk dalam


Produksi Air Susu Ibu untuk Keberhasilan Menyusui
(Rimonta F. Gunanegara, Aloysius Suryawan, Ucke S. Sastrawinata,Tatang Surachman)

16. Kaneko A, Kaneita Y, Yokoyama E,


Miyake T, Harano S, Suzuki K, Ibuka E,
Tsutsui T, Yamamoto Y, Ohida T. Factor
associated with exclusive breast-feeding
in Japan: for activities to support childrearing with breast-feeding. J Epidemiol
2006; 16(2):57-63.
17. Hashimoto T. Breastfeeding. The
Japanese Journal of Neonatal Care 2000;
13(12):10-7.
18. Perez-Escamilla R, Lutter C, Segall AM,
Rivera A, Trevino-Siller S, Sanghvi T.
Exclusive breast-feeding duration is
associated with attitudinal, socioeconomic and biocultural determinants
in three Latin American countries. J Nutr
1995; 125(12):2972-84.
19. Ladomenou F, Kafatos A, Galanakis E.
Risk factors related to intention to
breastfeed,
early
weaning
and
suboptimal duration of breastfeeding.
Acta Paediatr 2007; 96(10):1441-4.
20. Graham MJ, Larsen U, Xu X. Sons
preference in Anhui Province, China. Int
Fam Plan Perspect 1998; 24(2):72-7.

21. Widstrom AM, Wahlberg V, Matthiesen


A, Eneroth AP, Uvnas-Moberg K,
Werner S, Winberg J. Short-term effects
of early suckling and touch of the nipple
on maternal behaviour. Early Hum Dev
1990; 21:153-63.
22. Nakamura K, Yamanouchi T. Early
breastfeeding and the meaning. The
Japanese Journal of Neonatal Care 2000;
13(12):156-61.
23. Edmon KM, Zandoh C, Quigley MA,
Amenga-Etego S, Owusu-Agyei S,
Kirkwood BR. Delayed breastfeeding
initiation increases risk of neonatal
mortality. Pediatrics 2006; 117;e380-e386.
[cited 2008 Feb 2]. Available from:
http://www.pediatrics.org/cgi/content
/full/117/3/e380.
24. Loughlin HH, Clapp-Channing NE,
Gehlbach SH, Pollard JC, McCutchen
TM. Early termination of breastfeeding:
Identifying those at risk. Pediatrics 1985;
75;508-13. [cited 2008 Feb 2]. Available
from: http://www. pediatrics.org.

117

You might also like