Pengaruh Pemberian Puding Daun Kelor (Moringa Oleifera) Terhadap Produksi Air Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Cawang Jakarta Timur
Pengaruh Pemberian Puding Daun Kelor (Moringa Oleifera) Terhadap Produksi Air Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Cawang Jakarta Timur
Pengaruh Pemberian Puding Daun Kelor (Moringa Oleifera) Terhadap Produksi Air Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Cawang Jakarta Timur
1, November 2020
The Effect of Giving Moringa Leaf (Moringa oleifera) Pudding on Mother's Milk Production in
Breastfeeding Mothers in Puskesmas Kelurahan Cawang , East Jakarta Working
Abstract
The increasing presentation of exclusive breastfeeding is still below the national target, one of the
obstacles of that issue is the lack of mother breast milk volume. Therefore, need an effort to
increase breastmilk production. Moringa leaves contain phytosterol compounds that can facilitate
breastmilk production. This study aimed to analyze the effect of Moringa leaf pudding on
breastmilk production for breastfeeding mothers at Puskesmas Kelurahan Cawang, East Jakarta.
This was an experimental study with a pretest-posttest control group design to evaluate the
difference of milk production before and after the mother consumed moringa leaf pudding. The
baby weight was an indicator of the mother breastmilk production. Therefore, the population on
this research were mothers and babies, the mothers are given 250 grams of moringa leaf pudding
per day for seven days, then the baby weight was measured before and after treatment. The
mother as a subject have to meet the inclusion criteria such as mothers of infants age 0-6 months,
exclusive breastfeeding , do not smoke, do not drink alcohol, do not have infectious and
degenerative diseases. The analysis showed that there was a significant effect on Moringa leaf
pudding on baby weight in the intervention group (p = 0.03), while there was no significant
difference in the control group (p = 0.461). The conclusion is Moringa pudding could increase the
breastmilk production of mother who consumed it for seven days.
53
Indri Partiwi, dkk
Timur merupakan wilayah yang terendah tidak merokok, ibu tidak minum alkohol dan ibu
dalam pemberian ASI esklusif (7). yang tidak mempunyai penyakit degeneratif
Menurut penelitian Gopalakrishan, salah dan infeksi. Setiap responden telah
satu upaya untuk meningkatkan produksi ASI menandatangani Informed Consent yang
adalah mengkonsumsi makanan yang menyatakan persetujuannya untuk ikut serta
mengandung laktagogum. Makanan yang dalam penelitian ini. Pelaksanaan ini telah
mengandung laktagogum seperti daun katuk, mendapat persetujuan etik dari Komisi Etik
buah pepaya, jantung pisang batu dan daun Universitas Pembangunan Nasional Veteran
kelor. Daun kelor juga mengandung senyawa Jakarta dengan nomor B/2358/1/2020/KEPK.
fitosterol diantaranya kampesterol, Pengambilan sampel dilakukan dengan
stigmasterol, dan B- sitosterol yang bersifat teknik konsekutif sampling, yaitu dengan
laktagogum yang dapat meningkatkan memilih responden yang sesuai dengan kriteria
produksi ASI (8). Dalam 100 g daun kelor yang telah ditentukan. Jumlah sampel pada
segar terdapat mineral seperti kalsium (440 penelitian ini sebanyak 12 subyek per
mg), potasium (259 mg), magnesium (42 mg), kelompok, sehingga jumlah seluruh sampel
dan zat besi (0,85 mg) (9). yaitu sebanyak 24 subjek yang memenuhi
Menurut Zakaria, pemberian ekstrak kriteria.
daun kelor terhadap ibu menyusui bayi 0-6 Pada penelitian ini, sampel diawali
bulan menghasilkan rata-rata volume ASI dengan observasi atau melakukan
meningkat secara nyata pada kelompok penimbangan berat badan bayi pada kedua
intervensi sebesar 66,2% (10). Menurut Johan, kelompok tersebut (pre test), kemudian untuk
menyatakan bahwa potensi minuman daun kelompok intervensi diberikan perlakuan yaitu
kelor terhadap peningkatan produksi ASI pada dengan pemberian puding daun kelor
ibu postpartum terdapat perbedaan sebanyak 250 gram/hari selama tujuh hari.
peningkatan produksi ASI yang dilihat dari Setelah diberi perlakuan observasi kembali
peningkatan berat badan bayi, frekuensi BAK, dengan melakukan penimbangan berat badan
frekuensi BAB bayi dan frekuensi menyusui bayi pada kedua kelompok (post test).
bayi (11). Pengukuran asupan makan dengan
Daun kelor dapat diolah menjadi bubuk menggunakan formulir 2x24 jam Food Recall
daun kelor, menjadi olahan minuman teh daun yang dilakukan 2 kali yaitu pada hari sebelum
kelor seperti pada penelitian Nuryanti (12), dan perlakuan dan setelah perlakuan yaitu hari ke
diolah menjadi puding seperti pada penelitian delapan. Data karakteristik dan pengetahuan
Fathnur (13). Senyawa Fitosterol merupakan didapatkan dengan pengisian kuesioner oleh
senyawa yang tidak larut dalam air, sehingga responden. Untuk melihat data berdistribusi
pada pengolahan puding daun kelor normal menggunakan uji Shapiro-Wilk. Data
menggunakan daun kelor segar yang asupan makanan dan berat badan pada
dimanfaatkan semua bagian dari daun. sebelum dan sesudah perlakuan pada
Menurut penelitian Muthia, puding memiliki kelompok yang sama dianalisis menggunakan
tekstur yang lembut dan memiliki daya simpan uji paired t-test, sedangkan data sebelum dan
yang lama yaitu pada suhu 17oC puding tahan sesudah perlakuan pada kelompok yang
64 jam dan pada suhu 27oC dapat bertahan berbeda dianalisis mengunakan uji
selama 59 jam (14). Oleh karena itu, peneliti independent paired test.
tertarik untuk meneliti pengaruh pemberian
puding daun kelor terhadap produksi ASI pada Hasil
ibu menyusui bayi 0-6 bulan. 1. Karakteristik Responden
Tabel 1 Karakteristik Responden
Metode Penelitian
Intervensi Kontrol Total
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental study dengan rancangan Variabel (n=12) (n=12) (n=24)
pretest-posttest with control group. Populasi N % n % N %
dalam penelitian ini adalah ibu menyusui bayi
yang berumur 0-6 bulan di wilayah kerja Umur Ibu
Puskesmas Kelurahan Cawang Jakarta Timur. > 25 tahun 11 92 9 75 20 83.3
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah ibu
< 25 tahun 1 8 3 25 4 16.7
menyusui bayi 0-6 bulan, bayi asi eksklusif, ibu
Pendidikan
Ibu
54
Indri Partiwi, dkk
Energi
c d
Kelompok 1506±279.8 64% 1668±79.6 71% 0.03 1.62±244.4
Intervensi
Protein
Lemak
Karbohidrat
55
Indri Partiwi, dkk
Berdasarkan Tabel 3. Hasil analisis data kelompok kontrol, berat badan bayi sebelum
berat badan bayi pada Tabel 10 menunjukkan dan sesudah menunjukkan angka p=0,461
bahwa berat badan bayi sebelum dan sesudah yang artinya bahwa berat badan bayi sebelum
perlakuan pada kelompok intervensi dan sesudah perlakuan tidak berbeda
menunjukkan angka p=0,03 yang artinya signifikan (p>0,05) sehingga dapat diartikan
bahwa berat badan bayi sebelum dan sesudah bahwa pada kelompok kontrol tidak terdapat
berbeda signifikan (p<0,05) sehingga dapat perubahan yang signifikan terhadap
diartikan bahwa pemberian puding daun kelor penambahan berat badan.
pada kelompok intervensi berpengaruh pada Pada Tabel 3. Menjelaskan bahwa hasil
penambahan berat badan bayi. Pada analisis perbedaan berat badan pada kedua
54
Indri Partiwi, dkk
kelompok menunjukkan bahwa berat badan ibu yang berpendidikan diatas SMA yaitu
bayi sebelum perlakuan pada kedua kelompok sebanyak 11 orang. Menurut penelitian
yaitu kelompok intervensi dan kelompok Trianita menunjukan bahwa tidak ada
kontrol menghasilkan angka p=0,390 yang hubungan antara pendidikan ibu terhadap
artinya bahwa berat badan pada kedua praktik menyusui, hal ini berarti seseorang
kelompok tersebut tidak berbeda signifikan dengan tingkat pendidikan yang rendah
(p>0,05) sehingga dapat diartikan bahwa berat maupun tinggi dapat melakukan praktik
badan bayi pada kedua kelompok tersebut menyusui dengan benar ataupun sebaliknya
tidak terdapat perbedaan. (16). Pada penelitian ini kategori umur bayi,
Berat badan bayi sesudah perlakuan kelompok intervensi lebih banyak bayi yang
pada kedua kelompok yaitu kelompok berumur diatas 3 bulan yaitu sebanyak 9 orang
intervensi dan kelompok kontrol menunjukkan dan pada kelompok kontrol lebih banyak bayi
angka p=0,161 yang artinya bahwa berat yang berumur dibawah 3 bulan yaitu sebanyak
badan bayi sesudah perlakuan pada kedua 7 orang. Menurut penelitian Rahmawati dan
kelompok tersebut tidak berbeda signifikan Prayogi bahwa usia bayi tidak berhubungan
(p>0,05) sehingga dapat diartikan bahwa berat dengan produksi ASI (17).
badan bayi pada kelompok intervensi yang
sudah yang diberi puding daun kelor dan 2. Asupan Makanan Ibu Menyusui
kelompok kontrol yang tidak diberi puding daun Berdasarkan hasil data analisis asupan
kelor tidak memiliki perbedaan yang nyata makanan ibu menyusui menunjukkan bahwa
pada penambahan berat badan. asupan makanan sebelum perlakuan pada
Selisih berat badan bayi sebelum dan kedua kelompok yaitu kelompok intervensi dan
sesudah perlakuan pada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol tidak signifikan yang artinya
kelompok intervensi dan kelompok perlakuan bahwa makanan yang dikonsumsi oleh kedua
menunjukkan angka p=0,317 yang artinya kelompok tersebut sebelum perlakuaan tidak
bahwa selisih berat badan bayi pada kedua jauh berbeda, sehingga asupan makanan
kelompok tersebut tidak berbeda signifikan sebelum perlakuan tidak menjadi variabel
(p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa penggangu dalam penelitian ini.
selisih berat badan bayi sebelum dan sesudah Asupan makanan baik sebelum atau
perlakuan pada kedua kelompok intervensi sesudah perlakuan yang dikonsumsi oleh
yang diberikan puding daun kelor dan responden dalam penelitian ini masih dalam
kelompok kontrol yang tidak diberikan puding ketegori kurang, dilihat dari angka kecukupan
daun kelor tidak memiliki perbedaan energi, protein, lemak dan karbohidrat yang
pernambahan berat badan yang nyata. masih dibawah 80% AKG, sehingga angka
kecukupan asupan makanan bisa menjadi
Pembahasan varibel penganggu dalam penelitian ini. Salah
1. Karakteristik Responden satu penyebab produksi ASI tidak lancar
Berdasarkan hasil analisis data adalah asupan makanan ibu yang kurang,
karakteristik responden menurut kategori menu makanan yang tidak seimbang, dan pola
umur, pada kelompok intervensi dan kelompok makan yang teratur (22).
kontrol lebih banyak ibu yang berumur diatas
25 tahun yaitu sebanyak 11 orang dan 9 Pengaruh Pemberian Puding Daun Kelor
orang. Kategori umur ibu yang masa Terhadap Berat Badan Bayi
reproduksi sehat dan tidak beresiko adalah 20- Pada penelitian ini, pemberian puding
35 tahun. Menurut penelitian Hartini daun kelor pada ibu menyusui dapat
menunjukkan bahwa ibu yang 20-35 tahun memperlancar produksi ASI berdasarkan
adalah masa reproduksi sehat sehingga ibu indikator penambahan berat badan bayi. Hal
dapat mampu memecahkan masalah-masalah ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang dihadapi dengan lebih matang secara yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
emosional, terutama dalam menghadapi yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif
kehamilan, persalinan dan merawat bayinya dengan peningkatan berat badan bayi (18).
sendiri (15). Pada kategori pendidikan, Salah satu faktor yang mempengaruhi
kelompok intervensi lebih banyak ibu yang pemberian ASI eksklusif adalah ASI ibu tidak
berpendidikan dibawah SMA yaitu sebanyak 8 keluar atau ASI keluar hanya sedikit sehingga
orang dan pada kelompok kontrol lebih banyak tidak mencukupi kebutuhan bayi (19). Menurut
54
Indri Partiwi, dkk
penelitian sebelumnya faktor yang dapat menyebabkan pemberian ASI pada bayi
mempengaruhi produksi ASI pada ibu berkurang, sehingga kebutuhan bayi tidak
menyusui adalah kecemasan dan dukungan terpenuhi yang menyebabkan berat badan bayi
keluarga, sehingga jika suasana ibu menyusui tidak bertambah.
tidak tegang, cemas dan keluarga dapat Perbedaan berat badan bayi sebelum
mengurangi kelelehan pada ibu dengan perlakuan kedua kelompok yaitu kelompok
mengambil alih sebagian tugas ibu hal tersebut intervensi dan kelomok kontrol menunjukkan
dapat membuat reflek pengaliran susu angka p=0,390 yang artinya bahwa berat
berfungsi dengan baik (20). badan bayi sebelum perlakuan pada kedua
Pemberian daun kelor dalam bentuk kelompok tersebut tidak signifikan (p>0,05)
puding pada ibu menyusui dapat atau tidak berbeda nyata. Berat badan bayi
memperlancar produksi ASI. Daun kelor sebelum perlakuan pada kedua kelompok
memiliki senyawa fitosterol yang dapat yang tidak signifikan atau tidak berbeda nyata
memperlancar produksi ASI, fitosterol dapat menjadikan berat badan bayi sebelum
merangsang secara langsung sel-sel skretoris perlakuan tidak menjadi variabel pengganggu
kelenjar susu sehingga sekresi air susu pada penelitian ini.
meningkat (21). Hal ini sejalan dengan Akan tetapi, berat badan bayi setelah
penelitian sebelumnya yang menyatakan pelakuan pada kedua kelompok yaitu
bahwa pemberian ekstrak daun kelor pada ibu kelompok intervesi dan kelompok kontrol
menyusui dapat meningkatkan kuantitas ASI menunjukkan angka p=0,161 yang artinya
sebanyak 263,1 ml/hari atau sekitar 66,2%. bahwa berat badan bayi setelah perlakuan
Pemberian puding daun kelor pada ibu pada kedua kelompok tersebut tidak signifikan
menyusui dapat meningkatkan produksi ASI, (p>0,05) atau tidak berbeda nyata. Hal
sehingga ASI yang diberikan memenuhi tersebut dapat disebabkan karena kenaikan
kebutuhan bayi, sehingga berat bada bayi berat badan bayi pada kelompok intervensi
meningkat (22). dan kelompok kontrol tidak berbeda jauh. Pada
Pada kelompok kontrol berat badan kelompok intervensi rata-rata berat badan bayi
sebelum dan sesudah perlakuan tidak terdapat sebelumnya yaitu 6,32±1,56 meningkat
perbedaan yang signifikan, sedangkan pada menjadi 6,48±1,60, sehigga berat badan bayi
kelompok intervensi terdapat perbedaan yang pada kelompok intervensi meningkat rata-
signifiksn pada berat badan bayi sebelum dan ratanya sebesar 0,16 g. Sedangkan pada
sesudah perlakuan. Hal tersebut kelompok kontrol rata-rata berat bayi
mengindikasikan bahwa pemberian puding sebelumnya 5,35±1,98 meningkat menjadi
daun kelor dapat memberikan pengaruh pada 5.40±1.99, sehingga berat badan bayi pada
peningkatan produksi ASI. Selain tidak kelompok kontrol meningkat rata-ratanya
diberikannya puding daun kelor, faktor lain sebesar 0,05 g.
seperti asupan makanan yang kurang dan pola Kenaikan berat badan bayi yang tidak
makan yang tidak teratur pada kelompok berbeda jauh menjadikan berat badan bayi
kontrol dapat mempengaruhi kelancaran pada kedua kelompok tersebut tidak signifikan.
produksi ASI (23). Pada kelompok intervensi hal tersebut dapat
Selain itu, hal yang dapat menyebabkan disebabkan oleh kurangnya kepatuhan
tidak adanya perbedaan atau kenaikan berat responden dalam mengkonsumsi puding daun
badan bayi yaitu faktor dari asupan makanan kelor. Berdasarkan tabel 10 kepatuhan
yang kurang pada kelompok intervensi dan responden dalam mengkonsumsi semua
kelompok kontrol. Hal ini sejalan dengan puding (100%) hanya sebanyak 3 orang,
penelitian yang sebelumnya yang menyatakan sehingga dapat diartikan bahwa hampir dari
bahwa ada hubungan yang signifikan antara semua responden ibu menyusui kurang
asupan makanan dengan produksi ASI pada asupan fitosterol yang terdapat pada puding
ibu menyusui bayi 0-6 bulan, sehingga dapat daun kelor. Asupan fitosterol yang kurang
diartikan bahwa ibu menyusui yang menyebabkan kurang lancarnya produksi ASI
memberikan ASI dengan asupan gizi yang baik pada ibu menyusui. Pada kelompok kontrol hal
maka produksi ASI nya baik dari pada ibu tersebut dapat disebabkan oleh asupan
menyusui dengan asupan yang kurang maka makanan yang kurang pada ibu menyusui
produksi ASI nya juga menjadi kurang lancar sehingga memicu hormon prolaktin.
(24). Tidak lancarnya ASI pada ibu menyusui
55
Indri Partiwi, dkk
56
Indri Partiwi, dkk
57