Bab Iii Hasil Perhitungan Dan Pembahasan III-1 Bab Iii Hasil Perhitungan Dan Pembahasan
Bab Iii Hasil Perhitungan Dan Pembahasan III-1 Bab Iii Hasil Perhitungan Dan Pembahasan
Bab Iii Hasil Perhitungan Dan Pembahasan III-1 Bab Iii Hasil Perhitungan Dan Pembahasan
BAB III
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Tabel III.1.1.2 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru muda
Energi Loss, hf (J/kg)
f f
Sudden Sudden bend bend
Nre percobaa korelas bend globe
expansio contractio 100m 150m
n i 50mm valve
n n m m
577.99 27.3809 0.110 9.7469 9.7460 0.058 0.127 0.019 5.56
39 7 74 26 59 24
1040.3 15.1291 0.061 9.7478 9.7451 0.019 0.029 0.019 5.56
89 5 59 38 59 24
1502.7 10.5378 0.042 9.7493 9.7435 0.029 0.039 0.029 5.68
84 6 38 17 38 60
Tabel III.1.1.3 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru tua
L eq (m)
Nre
gate valve Straight 26.6 90 mitre Elbow 90 (m)
577.9939 1184.924 7.511 7.511 7.511 0.006
1040.389 321.831 2.318 2.318 2.318 0.011
1502.784 140.228 1.111 1.111 1.666 0.015
Tabel III.1.1.4 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru muda
L eq (m)
(m)
Nre
Sudden Sudden
Bend 50 Bend Bend 150 Globe
Expansio Contractio
mm 100 mm mm valve
n n
Tabel III.1.2.2 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru muda
Energi Loss, hf (J/kg)
f glob
f Sudden Sudden bend bend
Nre percobaa bend e
korelasi expansio contractio 100m 150m
n 50mm valv
n n m m
e
2658.7 25.1337 0.0441 9.7555 9.7374 0.029 0.029 0.019 5.56
72 3 3 5 2
3467.9 43.5336 0.0412 19.5083 19.4775 0.039 0.029 0.029 4.44
63 1 3 3 9
3814.7 24.1448 0.0403 9.7651 9.7278 0.029 0.029 0.019 4.57
6 3 3 5 3
Tabel III.1.2.3 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pipa pada pipa biru tua
L eq (m)
Nre
gate valve Straight 26.6 90 mitre Elbow 90 (m)
2658.7 125.510 2.485 1.988 0.994 0.020
72
3467.9 72.600 0.575 0.863 0.575 0.023
63
3814.7 53.040 0.420 0.420 0.420 0.024
6
Tabel III.1.2.4 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pipa pada pipa biru muda
Nre
L eq (m)
(m)
Sudden Sudden Bend 50 Bend 100 Bend 150 Globe
Expansio Contracti mm mm mm valve
n on
2658.77 0.051 494.354 1.491 1.491 0.994 282.397 0.003
2
3467.96 0.059 571.988 1.150 0.863 0.863 130.680 0.002
3
3814.76 0.021 208.707 0.630 0.630 0.420 98.124 0.005
Tabel III.1.3.2 Hasil perhitungan friction factor dan energy loss pada pipa biru muda
Energi Loss, hf (J/kg)
f f
Sudden Sudden bend bend
Nre percobaa korelas bend globe
expansio contractio 100m 150m
n i 50mm valve
n n m m
6935.9 3.7966 0.133 29.3010 9.6847 0.646 0.695 1.086 0.61
27 4 05 00 54 80
24853. 2.0358 0.116 30.0315 47.9400 0.587 0.695 0.890 0.61
74 2 32 00 77 80
39534. 1.1282 0.111 21.4974 46.7277 0.646 0.890 1.184 0.24
78 0 05 77 42 72
Tabel III.1.3.3 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru tua
L eq (m)
Nre
gate valve Straight 26.6 90 mitre Elbow 90 (m)
6935.927 16.457 0.156 0.313 0.209 0.027
24853.74 1.282 0.045 0.008 0.028 0.036
39534.78 0.507 0.010 0.066 0.071 0.038
Tabel III.1.3.4 Hasil perhitungan panjang ekivalen dan kekasaran pada pipa biru muda
Nre
L eq (m)
(m)
Sudden Sudden Bend 50 Bend Bend 150 Globe
Expansio Contractio mm 100 mm mm valve
n n
6935.9 0.016 51.577 22.524 3.441 5.786 3.291 0.00
27 5
24853. 0.001 19.883 2.318 0.244 0.369 0.256 0.01
74 0
39534. 0.000 7.659 1.666 0.106 0.194 0.041 0.01
78 5
III.2 Pembahasan
Percobaan Energy Losses in Pipe and Bends bertujuan mempelajari variasi faktor friksi,
f, terhadap bilangan Reynold pada aliran laminer, transisi, maupun turbulen; mengukur
kehilangan energi pada fitting dan menghitung panjang ekuivalennya; dan menaksir kekasaran
(roughness) permukaan pipa dengan persamaan Colebrook.
Pada percobaan terdapat dua jalur aliran yang digunakan, ditandai dengan perbedaan
warna pada pipa. Adapun jalur yang digunakan adalah jalur pada pipa biru tua dan jalur pada
pipa biru muda. Pada jalur biru tua terdapat fitting berupa gate valve, 90 elbow, straight pipe
diameter 26.6 mm, dan 90 mitre. Sedangkan pada jalur biru muda terdapat fitting berupa
globe valve, pipe bend 50 mm, pipe bend 100 mm, pipe bend 150 mm, sudden expansion, dan
sudden contraction. Untuk pengukuran energy losses digunakan dua macam manometer, yaitu
manometer air-udara dan manometer air-raksa. Manometer air-raksa digunakan untuk
mengukur energy losses pada globe valve dan gate valve, sedangkan manometer air-udara
digunakan untuk mengukur fitting selain globe valve dan gate valve.
30.0000
25.0000
20.0000
f laminer percobaan
f laminer korelasi
Faktor Friksi (f) 15.0000
f transisi percobaan
10.0000 f transisi korelasi
f turbulen percobaan
5.0000 f turbulen korelasi
0.0000
0 200004000060000
Gambar III.2.1. Grafik Faktor Friksi vs Bilangan Reynold untuk Jalur Pipa Biru Muda
4.0000
3.5000
3.0000
0.0000
0 20000 40000 60000
Gambar III.2.2. GrafikFaktor Friksi vs Bilangan Reynold untuk Jalur Pipa Biru Tua
Berdasarkan gambar III.2.1, terlihat bahwa pada aliran pipa biru muda terdapat ketidak
sesuaian antara faktor friksi yang didapatkan berdasarkan percobaan dengan faktor friksi
korelasi. Hasil yang sama ditunjukkan juga pada gambar III.2.2 yaitu pada jalur pipa biru tua.
Pada kedua gambar, terlihat bahwa pada aliran turbulen didapatkan bahwa harga f secara
korelasi maupun percobaan, menurun seiring dengan bertambahnya nilai bilangan
Reynoldnya. Hal ini ditunjukkan dengan kemiringan garis (slope) yang sangat kecil hingga
mendekati nol. Penurunan nilai f mengindikasikan bahwa nilai bilang Reynold hanya sedikit
mempengaruhi harga f atau friction factor-nya. Hasil yang sama juga terlihat untuk aliran
laminer dan transisi. Hasil tersebut juga sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
semakin besar nilai bilangan Reynoldnya, maka nila f akan semakin kecil. Dengan kata lain,
harga f untuk aliran laminer, transisi, turbulen akan semakin kecil.
Harga f pada grafik didapatkan dengan dua persamaan, yaitu persamaan Darcy dan juga
persamaan korelasi, dimana untuk aliran laminer digunakan korelasi persamaan Hagen-
Poiseulle, aliran transisi digunakan korelasi persamaan Blasius, dan aliran turbulen digunakan
korelasi persamaan von Karman. Pada kedua grafik, dapat terlihat bahwa nilai f hasil
percobaan, atau perhitungan Darcy, dengan hasil korelasi sangatlah berbeda jauh. Sebagai
contoh, pada grafik untuk jalur biru muda, didapatkan bahwa untuk aliran turbulen, grafik f
hasil percobaan semakin menurun dan membentuk kurva, sedangkan grafik f berdasarkan
korelasi cenderung membentuk garis linier dan mendekati nol. Hal yang sama juga terjadi
untuk aliran laminer dan transisi, dan juga untuk jalur pipa biru tua. Adanya perbedaan antara
harga f percobaan dengan harga f korelasi disebabkan oleh pembacaan manometer yang tidak
akurat dikarenakan manometer belum menunjukkan hasil yang konstan maupun karena pada
saat pengamatan selang manometer terdapat gelembung udara.
4.0000
3.5000
3.0000
2.5000
0.5000
0.0000
0 20000 40000 60000
Gambar III.2.3 Grafik antara f dengan Bilangan Reynold untuk aliran turbulen
Gambar III.2.3 merupakan grafik antara f dengan bilangan Reynold untuk aliran
turbulen pada jalur pipa biru muda dan pipa biru muda. Pada saat bilangan Reynold sangat
tinggi, atau kondisi aliran sangat turbulen, maka harga f menjadi tidak dipengaruhi oleh
1 3.7 D
bilangan Reynold tetapi menjadi asimptotik pada nilai
f (
=2 log
) . Namun, pada
gambar III.2.3, terlihat bahwa hasil faktor friksi percobaan atau dengan perhitungan Darcy
tidak menunjukkan kesesuaian dengan faktor friksi hasil korelasi persamaan von Karman.
Pada perhitungan Darcy, harga f cenderung membentuk kurva turun. Hal ini nampak pada
harga f perhitungan Darcy untuk jalur pipa biru tua dan pipa biru muda. Sedangkan pada
harga f korelasi von Karman, didapatkan bahwa kurva f korelasi von Karman cenderung
membentuk garis linier, dimana garis linier ini menandakan bahwa nilai f menjadi asimptotik
1 3.7 D
pada
f (
=2 log
) . Adanya perbedaan nilai f ini dapat disebabkan oleh adanya
Seperti yang sudah dijelaskan bawha semakin tinggi nilai bilangan Reynold, maka harga
faktor friksi tidak dipengaruhi oleh bilangan Reynold lagi, tetapi dipengaruhi oleh kekasaran
1 3.7 D
pipa. Harga faktor friksi yang asimptotik dengan
f (
=2 log
) dapat digunakan
untuk menghitung kekasaran pipa. Nilai kekasaran pipa () berdasarkan percobaan dan
korelasi von Karman adalah sebagai berikut :
Berdasarkan percobaan, didapatkan rata-rata kekasaran pipa () untuk jalur pipa biru tua
adalah 0.034 dan untuk jalur pipa biru muda adalah 0.010. Sedangkan berdasarkan persaman
von Karman, didapatkan rata-rata kekasaran pipa () adalah 0.001807. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat terlihat bahwa kekasaran pipa () biru muda sedikit mendekati harga kekasaran
pipa secara perhitungan von Karman, sedangkan kekasaran pipa () biru tuasangat jauh
dibandingkan dengan perhitungan von Karman. Adanya perbedaan dapat disebabkan oleh
ketidakstabilan aliran air yang melalui pipa sehingga data head loss yang didapat tidak akurat.