134 519 1 PB PDF
134 519 1 PB PDF
134 519 1 PB PDF
Keywords : Abstract :
Heat transfer coefficient This research was conducted to examine the thermal conductivity and heat
Nanofluids transfer characteristic of Al203/ethylene glycol nanofluid on a circular tube
Particle concentrations heat exchanger under constant heat flux conditions. Al2O3 nanoparticles were
Thermal conductivity dispersed in ethylene glycol as base fluid at three different particles
Al2O3 nano particle concentration of 0,2%, 0,5%, and 1,0% w/v, respectively. A straight
horizontal stainless-steel tube of 1,2 m length, 0,005 m inner diameter and
0,0063 m outer diameter was used as a test section. A nickelin coil heater was
connected to an AC regulated power supply to obtain constant wall heat-flux
boundary condition. The flow rates were adjusted to obtain the Reynolds
number specification from 350 to 700. The result shows that the effective
thermal conductivity increases from its base fluid. The highest enhancement
of thermal conductivity of the observed nanofluids is 5,81% for nanoparticles
concentration of 1,0% w/v. For the same Reynolds number, heat transfer
increases with the increase of the Nusselt number from base fluid to
nanofluids at x/Di = 200 with the highest value of 37,62% for 1,0% w/v. At
the Reynolds number variation, the highest Nusselt number enhancement at
x/Di = 200 reaches 45,52% from Reynolds number 350 to 630 concentration
of 1,0% w/v.
Liu dan Yu (2010) melakukan penelitian posisi 0,2 m (Ts1), 0,4 m (Ts2), 0,6 m (Ts3), 0,8 m
mengenai karakteristik perpindahan kalor fluida (Ts4), dan 1,0 m (Ts5). Kemudian dua termokopel
nano Al2O3/air pada saluran mini dibawah kondisi lain digunakan untuk mengetahui temperatur masuk
fluks kalor konstan. Hasil penelitian menunjukkan dan keluar fluida. Gambar 1 adalah skema dari alat
bahwa koefisien perpindahan kalor dan bilangan yang diguakan.
Nusselt fluida nano lebih tinggi dari fluida dasarnya Partikel nano yang digunakan adalah Al2O3.
dan meningkat seiring dengan meningkatnya Serta menggunakan variasi konsentrasi, dari 0,2
bilangan Reynolds dan laju aliran. Penggunaan hingga 1,0% dari partikel nano pada fluida dasar
fluida nano sebagai fluida kerja transfer kalor dapat ethylene glycol. Untuk mendapatkan fluida nano
dikatakan sangat menjanjikan karena hasil penelitian yang stabil, larutan diaduk menggunakan pengaduk
menunjukkan peningkatan koefisien perpindahan magnetik dan diagitasi dengan menggunakan
kalor yang tinggi. ultrasonic vibrator. Setelah fluida nano didapat,
dilakukan pengujian konduktivitas termal dari fluida
METODOLOGI PENELITIAN nano menggunakan alat Termal Conductivity of
Pada penelitian ini menguji mengenai Liquid and Gases P.A. Hilton LTD tipe H111 untuk
konduktifitas termal dari fluida kerja, kemudian mendapatkan nilai konduktifitas termal dari fluida
mengenai perpindahan kalor yang terjadi pada fluida kerja.
nano dibandingkan dengan fluida dasarnya. Alat Data yang didapatkan dari penelitian ini adalah
yang digunakan terdiri dari saluran uji, pemanas, debit fluida, temperatur masuk dan keluar fluida,
pendingin, serta pengontrol dan pengukur. Saluran serta temperatur dinding luar seksi uji. Dari data
uji terdiri dari pompa, saluran uji, serta penampung. yang didapatkan maka akan didapatkan nilai
Untuk alat pengukur menggunakan thermocouple koefisien perpindahan kalor serta nilai bilangan
reader yang telah terintegrasi untuk temperatur Nusselt dari fluida kerja.
masuk dan keluar fluida, serta temperatur dinding
luar seksi uji. Seksi uji berupa pipa stainless-steel
Fluida Nano
Sifat-sifat fluida nano
sepanjang 1,2 m, dengan diameter dalam 0,005 m
- Densitas Fluida Nano
dan diameter luar 0,0063 m. Untuk mengalirkan
Densitas dapat didefinisikan sebagai massa suatu zat
fluida menggunakan pompa sentrifugal dengan debit
per satuan volume.
dari variasi bilangan Reynolds dari 350 hingga 630.
Untuk mendapatkan fluks kalor konstan digunakan nf = p + (1- )bf (1)
kawat nikelin yang dililitkan pada seksi uji dan Dimana nf adalah densitas fluida nano (kg/m3),
dihubungkan dengan regulator AC yang dapat diatur adalah fraksi volume fluida nano, bf adalah densitas
besar dayanya yang berkisar 45015 Watt. Untuk fluida dasar (kg/m3), p adalah densitas partikel nano
mengurangi kehilangan panas, seluruh seksi uji (kg/m3). Persamaan diatas didapat dari korelasi Pak
dibungkus dengan insulator panas. dan Cho (1998), yang diambil dalam jurnal
Digunakan 5 termokopel untuk mengetahui Duangthongsuk dan Wongwises (2010).
temperatur dinding luar seksi uji yang dipasang pada
dimana knf, kp, kw dan adalah konduktivitas pada bagian tersebut. Dari persamaan (17), maka
termal fluida nano, partikel nano, fluida dasar, akan didapat:
fraksi volum fluida nano secara berurutan. dTm = dx (18)
Penentuan fraksi volume
Pada penelitian ini menggunakan variasi Variasi dari Tm terhadap x ditentukan melalui
konsentrasi partikel, untuk dapat diperbandingkan integrasi dari x = 0 ke x, kemudian didapatkan
dengan referensi yang ada, diperlukan konversi persamaan sebagai berikut:
untuk dapat menjadi fraksi volum. Untuk
Tm(x) = Tin + x (19)
menentukan volum dari partikel, menggunakan
persamaan sebagai berikut: Mensubstitusikan persamaan (16) dan (19) kepada
persamaan (15), koefisien perpindahan kalor hnf-x
V= (13)
didapat melalui persamaan berikut:
Dan untuk mendapatkan fraksi volume dari fluida (20)
nano dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
= (14)
Dengan memasukkan temperatur dinding,
temperatur fluida, serta fluks kalor konstan yang
Perpindahan kalor didapat dari pengukuran kedalam persamaan (20),
Langkah perhitungan yang akan dilakukan mula- maka koefisien perpindahan kalor dapat diketahui
mula adalah dengan mencari nilai perpindahan kalor dalam studi ini. Setalah koefisien perpindahan kalor
yang terjadi pada fluida nano. Perhitungan akan dari fluida nano diketahui, serta konduktifitas termal
didefinisikan pada koefisien perpindahan kalor diketahui dari pengujian. Bilangan Nusselt dapat
konvektif lokal dengan persamaan sebagai berikut: diketahui dari persamaan berikut ini:
hnf-x = (15) = (21)
Dimana hnf-x adalah koefisien perpindahan kalor Bilangan Nusselt juga dapat diketahui melalui
lokal dari fluida nano (W/m2K), = ( cp(Tout- persamaan dari Shah untuk aliran laminar dengan
Tin ))/Di L adalah fluks kalor dari seksi uji (W/m2), kondisi fluks kalor konstan yang dapat dilihat dari
Ti,w(x) adalah temperatur dinding dalam tabung (C), Bejan (2004) seperti pada persamaan sebagai
Tm(x) adalah temperatur bulk rata pada posisi x (C), berikut:
Di adalah diameter dalam tabung stainless (m), L
Nu = 1,953 (22)
adalah panjang seksi uji (m), = uAc adalah laju
aliran massa (kg/s), cp adalah kalor spesifik dari untuk 33,3
fluida (kJ/kg.K).
Bilangan Reynolds, Prandtl, dan Peclet dapat
Karena temperatur dinding dalam tidak bisa
didefinisikan sebagai berikut:
diukur secara langsung, nilainya dapat dicari dengan
menggunakan persamaan konduktifitas termal untuk Re = (23)
silinder dari Pak dan Cho (1991) sebagai berikut.
dari Anoop et al. (2009) dan Murshed et al. (2008). nilai bilangan Reynolds 350 hingga 630 untuk
Peningkatan ini terjadi karena adanya peningkatan variasi konsentrasi partikel Al2O3 1,0% w/v. Dari
nilai konduktifitas termal dari fluida kerja yang dapat gambar 8 juga terjadi trend peningkatan yang sama
mempengaruhi perpindahan kalor dari fluida kerja dengan grafik pada gambar 7.
tersebut.
Gambar 6. Grafik hubungan Nu dengan konsentrasi Gambar 8. Grafik hubungan Nu dengan Re fluida
partikel untuk x/D 200. kerja pada x/D 200
Pada gambar 7 menunjukkan pengaruh bilangan Dari dua grafik didapatkan bahwa nilai Nu akan
Reynolds terhadap karakteristik perpidahan kalor. semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
Pengujian karakteristik perpindahan kalor dari fluida nilai bilangan Reynolds dan konsentrasi partikel.
kerja pada penelitian ini dilakukan dengan Fenomena ini serupa dengan penelitian dari Murshed
memvariasikan bilangan Reynolds aliran di pipa et al. (2008), Liu dan Yu (2011), Duangthongsuk dan
serta konsentrasi partikel nano dalam fluida dasar. Wongwises (2010), serta Murshed dan Castro
Pengaruh variasi bilangan Reynolds aliran fluida di (2011). Bilangan Reynolds (Re) didefinisikan
pipa dalam serta pengaruh variasi konsentrasi sebagai perbandingan antara gaya inersia dengan
partikel pada fluida kerja terhadap nilai koefisien gaya kekentalan, di dalam lapis batas kecepatan.
perpindahan kalor dapat dilihat pada gambar 7. Untuk harga Re yang tinggi, gaya inersia akan lebih
Sedangkan perngaruh dari variasi bilangan Reynolds berpengaruh daripada gaya kekentalan. Untuk harga
aliran fluida di pipa dalam serta pengaruh variasi Re yang rendah, gaya kekentalan akan lebih
konsentrasi partikel pada fluida kerja terhadap nilai berpengaruh dari gaya inersia Hal ini akan
perpindahan kalor (dilihat dari nilai Nu) dapat dilihat memperngaruhi tebalnya lapis batas aliran. Apabila
pada gambar 8. Karakteristik perpindahan kalor dari nilai bilangan Reynolds tinggi, lapis batas akan
fluida kerja ini dapat dilihat dari hubungan antara semakin tipis, karena lapis batas dipengaruhi oleh
koefisien perpindahan kalor (h) dengan bilangan gaya inersia yang menekan lapis batas.
Reynolds, sedangkan untuk perpindahan kalor dari Berkurangnya tebal fluida yang memiliki kecepatan
fluida kerja ini dapat dilihat dari hubungan antara rendah akan meningkatkan jumlah fluida
bilangan Nusselt (Nu) dengan bilangan Reynolds berkecepatan tinggi yang pergerakan molekulnya
(Re). akan mempercepat proses penarikan molekul dengan
temperatur lebih tinggi keluar lapis batas dan
mempercepat laju transfer kalor. Variasi konsentrasi
partikel juga akan mempengaruhi besarnya nilai
perpindahan kalor dari fluida, dari penelitian yang
didapatkan, peningkatan perpindahan kalor pada
fluida kerja meningkat dari fluida dasar ke fluida
nano. Hal ini disebabkan adanya peningkatan nilai
konduktifitas termal dari fluida kerja karena
penambahan partikel yang memiliki nilai
konduktifitas termal lebih tinggi dibandingkan
dengan fluida dasarnya. Nilai konduktifitas thermal
Gambar 7. Grafik hubungan koefisien perpindahan mengindikasikan seberapa cepat kalor akan dialirkan
kalor dengan Re fluida kerja pada x/D 200 pada suatu material..
mendatar di bawah kondisi fluks kalor yang konstan, = Laju aliran massa (kg/s)
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Nu = Bilangan Nusselt
1. Semakin besar konsentrasi partikel nano Al2O3 Pr = Bilangan Prandtl
yang didispersikan ke dalam fluida dasar EG q = Kalor yang disalurkan (Watt)
maka semakin besar nilai konduktifitas = Perpindahan kalor secara konduksi melalui
termalnya. Nilai konduktifitas termal fluida kerja fluida (Watt)
mengalami peningkatan dari fluida dasar dengan = Perpindahan kalor secara konduksi melalui
peningkatan tertinggi pada variasi 1,0% w/v
sebesar 5,81%. fluida nano (Watt)
2. Penambahan partikel nano pada fluida kerja akan = Kalor yang diterima dari elemen (Watt)
meningkatkan nilai bilangan Nusselt lokal dan = Kalor yang diterima dari elemen pada fluida
koefisien perpindahan kalor pada setiap titik nano (Watt)
pengukuran. Peningkatan nilai bilangan Nusselt = Perpindahan kalor insidental fluida dasar
dari fluida dasar ke fluida nano pada posisi x/D = (Watt)
200 dengan peningkatan tertinggi sebesar 34,75%
= Perpindahan kalor insidental fluida nano
untuk variasi 1,0% w/v. Sedangkan peningkatan
nilai koefisien perpindahan kalor fluida dasar ke (Watt)
fluida nano pada posisi x/D = 200 dengan = Fluks kalor dari seksi uji (W/m2)
peningkatan tertinggi sebesar 45,52% untuk = Fluks kalor konstan (W/m2)
variasi 1,0% w/v. r = Jarak rongga dari tabung dalam dan luar
3. Semakin besar laju aliran massa fluida kerja (0,0003 m)
maka akan meningkatkan nilai koefisien Re = Bilangan Reynolds
perpindahan kalor dan bilangan Nusselt T = Perbedaan temperatur antara T1 dan T2 (C)
Tnf = Perbedaan temperatur antara T1 dan T2 pada
SARAN fluida kerja nano (C)
Berdasarkan analisis data dan pembahasan T1 = Temperatur plug dari alat (C)
mengenai pengujian karakteristik perpindahan kalor T2 = Temperatur jacket dari alat (C)
dari fluida nano Al2O3/Ethylene Glycol pada pipa Te = Temperatur fluida keluar tabung (C)
mendatar di bawah kondisi fluks kalor yang konstan, Ti = Temperatur fluida masuk tabung (C)
menyarankan untuk diadakan pengembangan Ti,w(x) = Temperatur dinding dalam tabung (C)
penelitian dengan modifikasi variasi bilangan Tm = Temperatur rata-rata fluida (C)
Reynolds dengan rentang yang lebih luas, variasi Tm(x) = Temperatur bulk rata pada posisi x (C)
jenis fluida dasar yang digunakan, variasi To,w(x) = Temperatur dinding luar (C)
konsentrasi partikel yang digunakan, serta variasi Ts = Temperatur permukaan dinding (C)
jenis partikel nano yang digunakan. Ts,(x) = Temperatur permukaan dinding pada jarak
x(C)
DAFTAR NOTASI um = Kecepatan ratarata fluida (m/s)
A = Luas area (m2) V =Voltase (Volt)
cp = Kalor spesifik fluida (kJ/kg.K) Vnf = Volume campuran/fluida nano (cm3)
cp,bf = Kalor spesifik fluida dasar (kJ/kg.K) Vp = Volume dari partikel (cm3)
cp,nf = Kalor spesifik fluida nano (kJ/kg.K) W = Berat (kg)
cp,p = Kalor spesifik partikel (kJ/kg.K) w/v = Fraksi massa
D = Diameter dalam pipa (m) x = Posisi longitudinal dari seksi uji dari saluran
Di = Diameter dalam tabung (m) masuk (m)
Do = Diameter luar tabung (m)
h = Koefisien perpindahan kalor konveksi Greek Symbol
(W/m2.C) = Viskositas dinamik (kg/m.s)
hnf-x = Koefisien perpindahan kalor lokal dari bf = Viskositas dinamik fluida dasar (kg/m.s)
fluida nano (W/m2.C) eff = Viskositas efektif fluida nano
hx = Koefisien perpindahan kalor konveksi lokal nf = Viskositas dinamik fluida nano (kg/m.s)
(W/m2.C) = Fraksi volume
I = Arus (ampere) = Fraksi volume dari partikel nano
p
k = Konduktifitas termal fluida(W/m.C)
kbf = Konduktifitas termal dari fluida dasar = Massa jenis fluida (kg/m3)
(W/m.C) bf = Densitas fluida dasar (kg/m3)
knf = Konduktifitas termal dari fluida nano nf = Densitas fluida nano (kg/m3)
(W/m.C) p = Densitas partikel nano (kg/m3)
ks = Konduktifitas termal dari pipa (stainless
steel) (W/m.C)
L = Panjang seksi uji (m)
MEKANIKA 108
Volume 11 Nomor 2, Maret 2013