Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Survey Fast Food Nilsen PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGKONSUMSI FAST

FOOD DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA

T. Syarifah Latifah Hanum1, Ari Pristiana Dewi2, Erwin3

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau1


Departemen Keperawatan Komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau2
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau3

Email: tsl.hanum@gmail.com

Abstract

The aim of this research is to identify the correlation between knowledge and habit of consuming
fast food with nutrition status in teenage. This research used a cross sectional design. The sample
was 83 teenage were taken by using technique of proportionate stratified random sampling. The
measuring instrument used was questionnaire as its measure system which was designed by the
researcher herself and has been proven by using validity and reliability tests. The analyses of this
research were univariate and biavariate analysis by using Chi Square test. The result showed
knowledge on nutrition status was obtained p value > alpha (ρ0,80>α 0,05), so it was got no
significant correlation between fast food and nutrition status in teenage. Type of the most frequently
consumed fast food was non-traditional fast food (55,4%), there was no significant relation
between. The frequency of fast food consumption and nutrition status in teenage (ρ0,347>α 0,05).
Frequency of eating fast food are in the category of frequent (55,4%), there was a significant
association between the frequency of fast food consumption and nutrition status in teenage p value
< alpha (ρ0,029<α 0,05). Based on this research, researcher suggested that teenage had a better
concern and able to choose food that is safe for consumption.

Keyword: fast food, habits, knowledge, teens

PENDAHULUAN Golongan pelajar dapat dikategorikan


Fast food adalah jenis makanan yang dalam usia remaja. Menurut Menteri
mudah dikemas, disajikan, dan praktis. Jenis Kesehatan RI tahun 2010, batas usia remaja
fast food misalnya adalah hamburger, fried adalah antara 10-19 tahun. Masa remaja adalah
chicken, french fries potatoes, soft drink, dan fase individu yang mengalami perkembangan
pizza (Sari, 2008). Menjamurnya restaurant fast sehingga dapat mencapai kematangan secara
food juga mempengaruhi tingkat konsumsi mental, emosional, sosial serta fisik. Pada masa
masyarakat. Berdasarkan hasil survei yang ini remaja cendrung labil dan mudah sekali
dilakukan oleh Nilsen tahun 2008, didapatkan terpengaruh oleh lingkungan dan orang-orang
data bahwa 69% masyarakat kota di Indonesia terdekat, mudah mengikuti alur zaman seperti
mengkonsumsi fast food, dengan rincian mode dan tren yang sedang berkembang di
sebagai berikut: sebanyak 33% menyatakan masyarakat. Pengaruh tren ini membuat remaja
sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% mempunyai ragam makanan apa yang
menyatakan makanan selingan dan 2% memilih dikonsumsi. Pilihan makanan yang tidak tepat
untuk makan pagi. Penelitian yang dilakukan akan berdampak buruk pada kesehatan remaja
Heryanti tahun 2009, dengan judul “kebiasaan (Kristianti, 2009).
makan cepat saji, aktifitas fisik dan faktor Dampak buruk dari kebiasaan konsumsi
lainnya dengan status gizi”, didapatkan hasil fast food jika dikonsumsi secara berlebihan
tingkat konsumsi fast food tertinggi adalah yaitu dapat menimbulkan berbagai gangguan
golongan pelajar yaitu sebesar (83,3%). kesehatan, seperti diabetes (kencing manis),
hipertensi (tekanan darah tinggi), pengerasan
750
pembuluh darah (aterosklerosis), penyakit mengetahui pengertian fast food, jenis-jenis fast
jantung koroner, stroke, kanker, dan food, dan dampak negatif fast food bagi
peningkatan status gizi seperti kegemukan dan kesehatan. Dari hasil studi pendahuluan juga
obesitas (Sari, 2008). Data Riset Kesehatan didapatkan 7 siswa diantaranya memiliki
Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan overweight, namun 8 siswa memiliki berat
8,8% remaja mengalami kelebihan berat badan badan normal, yang ditunjukkan dari
(overweight), dan 10,4% mengalami obesitas. penghitungan Indeks Masa Tubuh (IMT). Hasil
Riskesdas tahun 2010 memaparkan bahwa data tersebut menunjukkan suatu fenomena
remaja perempuan yang mengalami obesitas bahwa siswa yang mengerti dan mengetahui
mencapai 11,9% dan laki-laki mencapai 8,8%. tentang fast food tetapi masih memiliki
Dan terakhir, angka kejadian remaja yang keinginan yang besar dalam mengonsumsi fast
mengalami overweight didapatkan 8,8%, food meskipun mereka tahu dampak negatif
meningkat pada kejadian obesitas 10,8% jika mengonsumsi fast food tersebut. Ini
(Riskesdas, 2013). dibuktikan dengan 12 dari informan (80%)
Purwoningsih tahun 2006 dalam tetap ingin mengkonsumsi fast food. Oleh
penelitiannya berjudul ”fast food sebagai faktor karena itu peneliti ingin meneliti tentang
resiko terjadinya obesitas pada remaja di “Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan
SMUN 3 Semarang” menunjukkan siswa kebiasaan mengkonsumsi fast food dengan
dengan 6% energinya berasal dari fast food status gizi pada remaja”.
mengalami 4,2 kali lebih mungkin mengalami
obesitas. Hal ini juga didukung penelitian oleh TUJUAN PENELITIAN
Wijayanti tahun 2013 yang berjudul “analisis Untuk mengetahui adanya hubungan antara
faktor penyebab obesitas dan cara mengatasi pengetahuan dan kebiasaan mengkonsumsi fast
obesitas pada remaja” didapatkan hasil faktor food terhadap status gizi pada remaja.
penyebab terjadinya obesitas yaitu pola makan
yang tidak sehat 71,4%. Muwakhidah tahun MANFAAT PENELITIAN
2008 dalam penelitiannya berjudul ”faktor Mendapatkan gambaran secara teoritis
resiko yang berhubungan dengan obesitas di tentang fast food seperti pengertian, jenis,
SMU Batik Surakarta” menunjukkan 55% kandungan dalam fast food, bagaimana cara
disebabkan oleh konsumsi fast food. Hal ini meminimalisir mengonsumsi fast food dan
juga didukung penelitian oleh Wijayanti tahun dampak negatifnya bagi kesehatan secara
2013 yang berjudul “analisis faktor penyebab umum melalui ilmu pengetahuan yang sudah
obesitas dan cara mengatasi obesitas pada berkembang pesat dan canggih pada masa
remaja” didapatkan hasil faktor penyebab sekarang ini, dan dapat menjadidata dasar bagi
terjadinya obesitas yaitu pola makan yang tidak penelitian selanjutnya.
sehat 71,4%.
Berdasarkan penelitian Muniroh (2008)
berjudul “hubungan pengetahuan gizi, body
image, dan status gizi remaja” menunjukkan
tingkat pengetahuan gizi remaja di Jombang METODOLOGI PENELITIAN
adalah baik sebesar 81,5%, masih terdapat
remaja yang berstatus gizi kurang sebesar 20% Jenis penelitian ini menggunakan desain
walaupun pengetahuan gizinya baik. cross sectional. Jumlah sampel adalah 83
Berbanding terbalik dengan penelitian yang responden di SMA Negeri 1 Pekanbaru yang
dilakukan Anggraini tahun 2009 didapatkan diambil dengan menggunakan teknik
hasil tingkat pengetahuan rendah dan terdapat proportionate stratified random sampling. Alat
18,5% remaja mengalami obesitas. ukur yang digunakan adalah kuesioner yang
Hasil wawancara yang telah dilakukan oleh dirancang sendiri oleh peneliti dan telah
peneliti pada siswa di SMA Negeri 1 Pekanbaru dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Analisa
sebanyak 15 orang informan yang pernah yang digunakan adalah analisis univariat dan
mengkonsumsi fast food, dan diambil secara bivariat dengan menggunakan uji Chi Square.
acak, didapatkan data bahwa semua informan
751
HASIL PENELITIAN Spaggety 1 1,2
Kentang Goreng 1 1,2
A. Karakteristik Responden Mie Pansit 1 1,2
Tabel 1 Hamburger 1 1,2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pizza
jenis kelamin, umur, pengetahuan tentang fast Sandwich
food di SMA Negeri 1 Pekanbaru (n = 83) Frekuensi
Karakteristik Jumlah Persentase (%) Sering 46 55,4
Jenis Kelamin Jarang 37 46,6
Laki-Laki 36 43,4 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari
Perempuan 47 56,6 83 orang responden yang diteliti, sebagian
Umur besar responden memilih fast food non
17 tahun 6 7,2 tradisional dengan jumlah 46 orang responden
16 tahun 40 48,2
15 tahun 35 42,2
(55,4%), dan fast food tradisional dengan
14 tahun 2 2,4 jumlah 37 orang responden (44,6%).
Pengetahuan Berdasarkan rincian fast food dari 83 responden
Baik 50 60,2 terbanyak responden memilih jenis fast food
Cukup 33 39,8 mie instant dengan jumlah 24 responden
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa dari (28,9%). Sedangkan berdasarkan frekuensi
83 responden yang diteliti, distribusi responden mengkonsumsi fast food sebagian besar
berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden sering mengkonsumsi fast food
adalah perempuan dengan jumlah 47 orang dengan jumlah 46 orang responden (55,4%),
responden (56,6%) dan laki-laki dengan jumlah dan jarang dengan jumlah 37 orang responden
36 orang responden (43,4%). Distribusi (46,6%).
responden menurut umur yang terbanyak Tabel 3
adalah 16 tahun dengan jumlah 40 orang Distribusi Status Gizi Responden di SMA
responden (48,2%), dan terendah adalah 14 Negeri 1 Pekanbaru (n = 83)
tahun dengan jumlah 2 orang responden No. Status Gizi Jumlah Persentase
(2,4%), sedangkan distribusi responden Responden dalam (%)
berdasarkan pengetahuan yaitu sebagian besar Mengonsumsi Fast
responden berpengetahuan baik dengan jumlah Food
1. Tidak Normal 48 42,2
50 orang responden (60,2%), dan 2. Normal 35 57,8
berpengetahuan cukup dengan jumlah 33 orang Total 83 100
responden (39,8%). Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa dari
83 orang responden yang diteliti, terbanyak
responden memiliki status gizi tidak normal
Tabel 2 dengan jumlah 48 orang responden (42,2%),
Distribusi frekuensi berdasarkan kebiasaan dan normal dengan jumlah 35 orang responden
responden mengkonsumsi fast food yang sering (57,8%).
dikonsumsi responden di SMA Negeri 1 Data lebih lengkap untuk rincian dari status
Pekanbaru (n = 83) gizi responden dapat dilihat dari tabel 4
Karakteristik Jumlah Persentase
dibawah ini.
(%)
Jenis Fast Food
Tabel 4
Non Tradisional 46 55,4 Distribusi Status Gizi Tidak Normal Responden
Tradisional 37 44,6 di SMA Negeri 1 Pekanbaru
Rincian Jenis Fast No. Status Gizi Jumlah Persentase
Food 24 28,9 Responden dalam (%)
Mie Instant 23 27,7 Mengonsumsi
Fried Chicken 9 10,8 Fast Food
Mie Ayam 6 7,2
Nugget 6 7,2
1. BB Lebih 20 41,7
Minuman 3 3,6 2. Obesitas 18 37,5
Bersoda 3 3,6 3. BB Kurang 10 20,8
Bakso 3 3,6 Total 48 100
Sossis 2 2,4
752
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dari normal 12 responden (36,4%) dan tidak normal
48 orang responden yang diteliti, terbanyak 21 responden (63,6%). Berdasarkan hasil uji
responden memiliki status gizi tidak normal statistik Chi-square didapatkan p value = 0,127
yaitu BB lebih dengan jumlah 20 orang >  (0.05), berarti Ho ditolak sehingga dapat
responden (41,7%). disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan tentang fast food terhadap status
B. Analisa Bivariat remaja dalam mengonsumsi fast food.
Analisa bivariat untuk melihat hubungan Hasil analisis lanjut menunjukkan remaja
antara tingkat pengetahuan dan kebiasaan yang memiliki pengetahuan cukup tentang fast
mengkonsumsi fast food terhadap status gizi food beresiko sebanyak 2,227 kali memiliki
remaja di SMA Negeri 1 pekanbaru status gizi tidak normal dibandingkan remaja
menggunakan uji chi-square. Nilai p value yang memiliki pengetahuan yang tinggi tentang
diambil dari nilai Continiuty Correction. fast food (OR: 2,227; CI 0,903-5,493).
Berdasarkan pengolahan data dengan Hasil analisa berdasarkan kebiasaan
menggunakan perhitungan statistik melalui mengkonsumsi dilihat dari jenis Fast food
computer diperoleh dari perhitungan. didapatkan bahwa responden yang menyukai
Hubungan Pengetahuan dan Kebiasaan fast food non tradisional memiliki status gizi
Mengkonsumsi Fast Food Terhadap Gizi normal berjumlah 22 responden (47,8%) dan
pada Remaja tidak normal 24 responden (52,2%) sedangkan
Pada penelitian ini dilakukan uji statistik responden menyukai fast food tradisional
dengan uji Chi-Square. Berdasarkan memiliki status gizi normal 13 responden
pengolahan data dengan bantuan penghitungan (35,1%) dan 24 responden memiliki status gizi
statistik melalui komputer diperoleh hasil tidak normal (64,9%). Berdasarkan hasil uji
perhitungan yang dapat dilihat pada tabel 5 statistik Chi-square didapatkan p value = 0,347
sebagai berikut: >  (0.05), berarti Ho ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
jenis fast food terhadap status remaja.
Hasil analisis lanjut menunjukkan remaja
yang memilih kebiasaan mengkonsumsi fast
food tradisional memiliki resiko sebanyak
Variabel Status Gizi Remaja Total OR P
Normal Tidak (95%
1,692 kali lebih tingi terjadinya status gizi tidak
Normal CI) normal dibandingkan remaja yang memiliki
Pengetahuan 28 22 50
Baik 2,227 kebiasaan mengkonsumsi fast food non
Cukup 12 21 33 (0,903- 0,127
5,493)
tradisional (OR: 1,692; CI 0,696-4,117).
Total 40 43 83 Hasil analisa kebiasaan mengkonsumsi fast
Jenis 22 24 46 food dilihat dari frekuensi mengkonsumsi fast
Non Tradisional 1,692
Tradisional 13 24 37 (0,696- 0,347
food didapatkan bahwa responden yang sering
4,117) mengkonsumsi fast food memiliki status gizi
Total 35 48 83
normal berjumlah 14 responden (30,4%) dan
Frekuensi
Sering
14 32 46
3,000
tidak normal 32 responden (69,6%) sedangkan
Jarang 21 16 37 (01,215 0,029 responden yang jarang mengkonsumsi fast food
-7,409)
Total 35 48 83 memiliki status gizi normal 21 responden
(56,8%) dan 16 responden memiliki status gizi
Tabel 5 menggambarkan hubungan tidak normal (43,2%). Berdasarkan hasil uji
pengetahuan remaja tentang fast food terhadap statistik Chi-square didapatkan p value = 0,029
status gizi siswa di SMA Negeri 1 Pekanbaru. <  (0.05), berarti Ho gagal ditolak sehingga
Hasil analisa didapatkan bahwa responden yang dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
memiliki pengetahuan baik memiliki status gizi frekuensi mengkonsumsi fast food terhadap
normal berjumlah 28 responden (56%) status remaja.
memiliki status gizi tidak normal 22 responden Hasil analisis lanjut menunjukkan remaja
(44%) sedangkan responden yang memiliki yang memiliki frekuensi mengkonsumsi fast
pengetahuan cukup yang memiliki status gizi food sering memiliki resiko sebanyak 3,000 kali
753
lebih tinggi terjadinya status gizi tidak normal dan berpengetahuan cukup dengan jumlah 33
dibandingkan yang jarang mengkonsumsi fast orang responden (39,8%).
food (OR: 3,000; CI 1,215-7,409). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah seseorang melakukan
PEMBAHASAN penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
1. Karakteristik responden Penginderaan terjadi melalui panca indera
a). Jenis Kelamin manusia, yakni indera penglihatan,
Berdasarkan jenis kelamin didapatkan pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
bahwa sebagian besar responden berjenis Pengetahuan sebagian besar diperoleh melalui
kelamin perempuan 47 responden (56,6%) dan mata dan telinga (Fitriani, 2011). Menurut
laki-laki 36 responden (43,4%). Berdasarkan Iqbal, Chayatin, Rozikin dan Supradi (2007)
kenyataan yang ditemukan dilapangan makin tinggi pendidikan seseorang semakin
mayoritas siswa di SMA Negeri 1 Pekanbaru mudah pula mereka menerima informasi dan
yaitu berjenis kelamin perempuan. Dengan makin banyak pula pengetahuan yang
banyaknya siswa berjenis kelamin perempuan dimilikinya.
tersebut memberi peluang besarnya jumlah Faktor umur, minat dan pengalaman dapat
responden perempuan. Gaya hidup remaja putri mempengaruhi pengetahuan individu,
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bertambahnya umur seseorang menyebabkan
kebiasaan makan remaja tersebut. Remaja terjadinya perubahan pada aspek fisik dan
perempuan menjadi lebih aktif, lebih banyak psikologis. Minat yang merupakan
makan di luar rumah, dan mendapat banyak kecenderungan atau keinginan yang tinggi
pengaruh dalam pemilihan makanan yang akan terhadap sesuatu menjadikan seseorang untuk
dimakannya, remaja putri juga lebih sering mencoba dan menekuni suatu hal dan pada
mencoba-coba makanan baru (Adriani, 2012). akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih
b). Umur mendalam. Pengalaman merupakan suatu cara
Karakteristik responden berdasarkan umur untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
terhadap 83 orang responden yang diteliti Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman
diperoleh responden terbanyak adalah umur 16 diri sendiri maupun orang lain. Pengalaman
tahun dengan jumlah 40 orang responden yang diperoleh digunakan dalam memecahkan
(48,2%). Umur 16 tahun dapat dikategorikan permasalahan yang dihadapi, apabila berhasil
dalam usia remaja pertengahan. Usia remaja maka orang akan menggunakan cara tersebut
pertengahan adalah fase individu yang dan bila gagal tidak akan mengulangi cara itu
mengalami perkembangan sehingga dapat (Iqbal, Chayatin, Rozikin & Supradi, 2007).
mencapai kematangan secara mental, Pendidikan formal merupakan faktor utama
emosional, sosial serta fisik. Pada masa ini yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
remaja cenderung labil dan mudah sekali termasuk pengetahuan tentang gizi dan
terpengaruh oleh lingkungan dan orang-orang kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
terdekat, mudah mengikuti alur zaman seperti akan semakin mudah menyerap informasi gizi
mode dan tren yang sedang berkembang di dan kesehatan sehingga pengetahuan gizi dan
masyarakat. Pengaruh tren ini membuat remaja kesehatan akan semakin membaik (Kristianti,
mempunyai ragam makanan apa yang 2009).
dikonsumsi. Pilihan makanan yang tidak tepat Notoatmodjo (2010) menyatakan informasi
akan berdampak buruk pada kesehatan remaja memberikan pengaruh pada pengetahuan
(Kristianti, 2009). seseorang. Meskipun seseorang memiliki
1) Gambaran Pengetahuan Remaja tentang pendidikan yang rendah tapi jika mendapatkan
Fast Food informasi yang baik dari berbagai media
Karakteristik responden berdasarkan misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal
pengetahuan siswa tentang fast food diketahui itu akan dapat meningkatkan pengetahuan
bahwa dari 83 orang responden yang diteliti, seseorang. Kemudahan untuk memperoleh
sebagian besar responden berpengetahuan baik suatu informasi dapat membantu mempercepat
dengan jumlah 50 orang responden (60,2%), seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang
baru.
754
2) Kebiasaan remaja mengkonsumsi fast bahwa status gizi dipengaruhi oleh pola
food berdasarkan jenis fast food yang konsumsi makanan sehari-hari dan kebiasaan
sering dikonsumsi makannya.
Karakteristik responden berdasarkan jenis 5) Status Gizi Remaja
fast food yang sering dikonsumsi remaja Karakteristik responden berdasarkan jenis
diketahui bahwa dari 83 orang responden yang status gizi diketahui bahwa dari 83 orang
diteliti, sebagian besar responden memilih fast responden yang diteliti,terbanyak responden
food non tradisional dengan jumlah 46 orang memiliki status gizi tidak normal dengan
responden (55,4%), dan fast food tradisional jumlah 48 orang responden (42,2%), dan
dengan jumlah 37 orang responden (44,6%). normal dengan jumlah 35 orang responden
Suryanti 2013 mengatakan konsumsi (57,8%). Dari 48 orang responden yang diteliti,
makanan fast food mengandung gula dan lemak terbanyak responden memiliki status gizi tidak
selain meningkatkan kalori masuk yang normal yaitu BB lebih dengan jumlah 20 orang
ditumpuk dalam jaringan lemak tubuh dapat responden (41,7%).
meningkatkan status gizi. Hasil penelitian ini berbanding lurus
3) Kebiasaan berdasarkan jenis fast food dengan Suryanti 2013 yang mengatakan bahwa
yang sering dikonsumsi gizi lebih terjadi karena asupan energi yang
Karakteristik responden berdasarkan jenis masuk lebih besar dibanding yang keluar
fast food yang sering dikonsumsi remaja sehingga terjadi kelebihan energi dalam bentuk
diketahui bahwa dari 83 orang responden yang jaringan lemak. Sering mengkonsumsi makanan
diteliti, terbanyak responden memilih jenis fast fast food dapat mengakibatkan terjadinya
food mie instant dengan jumlah 24 responden perubahan pola makan yang merujuk pada pola
(28,9%). makan tinggi kalori, lemak dan kolesterol yang
Ratnasari 2012 mengatakan bahwa dalam berdampak meningkatkan gizi lebih
sebungkus mie instant terdapat kandungan 2.Analisa Bivariat
bahan tambahan makanan seperti MSG, sodium a. Hubungan Pengetahuan Tentang Fast
tripolyphospat sebagai bahan pengenyal dan Food dengan Status Gizi pada Remaja
bahan pengawet seperti tartrazine yellow Hasil uji statistik Chi-square didapatkan p
sebagai pewarna kuning pada mie instant dan value = 0,80 yang berarti p value >  (0.05),
terdapat kandungan natrium yang tinggi dalam artinya Ho gagal ditolak sehingga dapat
mie sebungkus mie instant yaitu 1460 mg. disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
Kebutuhan natrium menurut World Health pengetahuan tentang fast food terhadap status
Organization (WHO), konsumsi natrium sehari gizi pada remaja. Hal ini disebabkan karena
yaitu 2400 mg. Kandungan berbahaya ini yang adanya faktor internal dan eksternal yang
menyebabkan mie instant berpengaruh buruk terjadi pada responden yaitu karena faktor
terhadap kesehatan bila dikonsumsi pada meniru orang lain, pergaulan, ajakan teman,
frekuensi sering. dan kesenangan. Selain itu terdapat faktor lain
4) Kebiasaan remaja mengkonsumsi fast yaitu adanya media seperti iklan. Iklan dapat
food berdasarkan frekuensi konsumsi fast mempengaruhi konsumsi makanan cepat saji
food. bagi remaja. Semakin banyak iklan yang dilihat
Karakteristik responden berdasarkan jenis remaja di televisi dapat mempengaruhi
fast food yang sering dikonsumsi remaja peningkatan pembelian makanan cepat saji
diketahui bahwa dari 83 orang responden yang (Imtihani, 2013). Hasil analisis lanjut
diteliti, sebagian besar responden sering menunjukkan peluang remaja yang memiliki
mengkonsumsi fast food dengan jumlah 46 pengetahuan cukup tentang fast food beresiko
orang responden (55,4%), dan jarang dengan sebanyak 2,227 kali memiliki status gizi tidak
jumlah 37 orang responden (46,6%). normal daripada remaja yang memiliki
Mardayanti 2008 mengatakan bahwa status pengetahuan yang baik tentang fast food (OR:
gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor 2,227; CI 0,903-5,493).
diantaranya faktor lingkungan, kognitif, faktor Hasil penelitian ini sejalan dengan
biologis, dan faktor prilaku. Hal ini juga penelitian yang dilakukan oleh Yusnita (2007),
didukung oleh Heriati (2009) menyatakan yang menyatakan tidak ada hubungan yang
755
nyata pada analisa statistik antara tingkat c. Hubungan Frekuensi Mengkonsumsi Fast
pengetahuan keluarga terhadap pentingnya Food dengan Status Gizi pada Remaja
membatasi mengonsumsi makanan instan. Hasil uji statistik Chi-square didapatkan p
Notoatmodjo (2010), menyatakan individu value = 0,029 yang berarti p value >  (0.05),
yang bersangkutan harus mampu menyerap, artinya Ho gagal ditolak sehingga dapat
mengolah dan memahami informasi yang disimpulkan bahwa ada hubungan antara
diterima sebagai stimulus. Salah satu penyebab frekuensi fast food dengan status gizi pada
timbulnya masalah gizi adalah pengetahuan gizi remaja. Hasil penelitian ini sejalan dengan
yang rendah dan kebiasaan makan yang salah. Virani (2012), yang menyatakan adanya
Pengetahuan dan praktik gizi yang rendah hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food
antara lain seperti perilaku menyimpang dalam dengan kejadian gizi lebih, tetapi berbanding
memilih makanan. Pengetahuan gizi terbalik dengan hasil penelitian Kristianti tahun
menentukan mudah tidaknya seseorang 2009 yang menyatakan tidak adanya hubungan
memahami manfaat kandungan gizi dari antara frekuensi konsumsi fast food dengan
makanan yang dikonsumsi (Imtihani, 2013). status gizi.
b. Hubungan Antara Jenis Fast Food Hasil analisis lanjut menunjukkan remaja
dengan Status Gizi pada Remaja yang memiliki frekuensi mengkonsumsi fast
Hasil uji statistik Chi-square didapatkan p food sering memiliki resiko sebanyak 3,000 kali
value = 0,347 yang berarti p value >  (0.05), lebih tinggi terjadinya status gizi tidak normal
artinya Ho gagal ditolak sehingga dapat dibandingkan yang jarang mengkonsumsi fast
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara food (OR: 3,000; CI 1,215-7,409). Kebiasaan
jenis fast food dengan status gizi pada makan atau pola makan dapat menggambarkan
remaja.Hasil penelitian ini sejalan dengan frekuensi makan remaja dalam kesehariannya.
penelitian Heryanti (2009), yang menyatakan Hal ini bergantung pada kebiasaan remaja di
tidak ada hubungan yang nyata pada analisa rumah maupun dilingkungan sekolah. Pola
statistik antara makan makanan fast food makan remaja sangat berkaitan erat dengan gizi
dengan kejadian gizi lebih pada siswa. remaja tersebut, karena semakin sering remaja
Hasil analisis lanjut menunjukkan peluang mengkonsumsi makanan fast food dalam
remaja yang memiliki kebiasaan kesehariannya, maka kecenderungan untuk
mengkonsumsi fast food tradisional memiliki mengalami status gizi tidak normal akan
resiko sebanyak 1,692 kali lebih tingi terjadinya semakin tinggi.
status gizi tidak normal dibandingkan remaja
yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi fast A. Keterbatasan Penelitian
food non tradisional (OR: 1,692; CI 0,696- Dari target penelitian ini peneliti
4,117). menargetkan masuk ke semua kelas X dan
Hasil penelitian ini terjadi karena XI yang berjumlah 17 kelas untuk
responden yang memilih fast food non pengambilan sampel yang digunakan yaitu
tradisional belum tentu memiliki frekuensi proportionate stratified random sampling
mengkonsumsi sering dalam mengkonsumsi karena jadwal siswa yang padat peneliti
fast food. Tingginya frekuensi konsumsi hanya masuk ke 6 kelas saja, tetapi peneliti
makanan cepat saji tiap orang berbeda-beda. tetap mendapatkan sampel yang cukup
Jenis fast food yang dipilih belum dapat sesuai dengan target penelitian. Jadwal
dijadikan ukuran mempengaruhi kebiasaan siswa yang padat juga membuat
yang dapat mengubah keadaan gizi remaja. keterbatasan waktu penelitian. Peneliti
Responden sudah dapat memutuskan sendiri harus memanagement waktu mulai dari
makanan apa yang ingin responden makan pengambilan responden, menjelaskan
tanpa harus tergantung atau mengikuti pendapat tentang cara pengisian koesioner sampai
orang lain termasuk pendapat teman sebaya. dengan mempersingkat waktu yang
Keputusan mengkonsumsi suatu makanan dibutuhkan untuk pengisian koesioner agar
biasanya dipengaruhi faktor kesukaan dan tidak mengganggu aktifitas pelajaran siswa.
besarnya uang saku (Adriani, 2012).
PENUTUP
756
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh terhadap gaya hidup dan kebiasaan pola
peneliti tentang hubungan antara pengetahuan makan.
dan kebiasaan mengkonsumsi fast food dengan 2. Bagi Institusi Pendidikan
status gizi remaja kepada 83 orang remaja yang Hasil penelitian ini dapat dijadikan
ada di SMA Negeri 1 Pekanbaru dapat sebagai data evidence-based atau informasi
disimpulkan berdasarkan hasil uji statistik dari dasar untuk melaksanakan penelitian lebih
pengetahuan tentang fast food dengan status lanjut.
gizi pada remaja menggunakan uji Chi-square 3. Bagi Masyarakat
didapatkan p value = 0,80 yang berarti p value Diharapkan masyarakat agar dapat
>  (0.05), artinya Ho gagal ditolak sehingga lebih bijak untuk mengonsumsi makanan
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan dan mengurangi frekuensi konsumsi
antara pengetahuan tentang fast food terhadap makanan cepat saji.
status gizi pada remaja. Hasil analisis lanjut 4. Peneliti lain
menunjukkan remaja yang memiliki Bagi peneliti selanjutnya, dapat
pengetahuan rendah tentang fast food beresiko melakukan penelitian lanjut dengan
sebanyak 2,227 kali memiliki status gizi tidak menggunakan teknik pengumpulan data
normal dibandingkan remaja yang memiliki yang lebih baik, jumlah sampel yang lebih
pengetahuan yang tinggi tentang fast food (OR: banyak serta tidak hanya menghubungkan
2,227; CI 0,903-5,493). Berdasarkan hasil uji faktor pengetahuan dan kebiasaan
statistik dari jenis fast food dengan status gizi mengkonsumsi saja tetapi bisa
pada remaja menggunakan Chi-square menghubungkan dengan faktor yang
didapatkan p value = 0,24 >  (0.05), berarti lainnya seperti sikap dan perilaku, faktor
Ho gagal ditolak sehingga dapat disimpulkan ekstrinsik, media, dan lainnya. Data dalam
bahwa tidak ada hubungan antara jenis fast food penelitian ini dapat menjadi referensi untuk
terhadap status remaja. Hasil analisis lanjut peneliti selanjutnya sebagai dasar untuk
menunjukkan remaja yang memilih kebiasaan mengatasi masalah nutrisi pada remaja yang
mengkonsumsi fast food tradisional memiliki memiliki berat badan diatas normal.
resiko sebanyak 1,692 kali lebih tingi terjadinya
1
status gizi tidak normal dibandingkan remaja T. Syarifah Latifah Hanum: Mahasiswa
yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi fast Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
food non tradisional (OR: 1,692; CI 0,696- Riau, Indonesia.
2
4,117), sedangkan berdasarkan hasil uji statistik Ns. Ari Pristiana Dewi, M.Kep: Dosen
dari frekuensi mengkonsumsi fast food dengan Bidang Keilmuan Keperawatan Komunitas
status gizi pada remaja menggunakan Chi- Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
square didapatkan p value = 0,029 <  (0.05), Riau, Indonesia.
3
berarti Ho diterima sehingga dapat disimpulkan H. Erwin, S.Kp M.Kep., Dosen Bidang
bahwa ada hubungan antara frekuensi Keilmuan Manajemen Keperawatan Program
mengkonsumsi fast food terhadap status remaja. Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
Hasil analisis lanjut menunjukkan remaja yang Indonesia.
memiliki frekuensi mengkonsumsi fast food
sering memiliki resiko sebanyak 3,000 kali DAFTAR PUSTAKA
lebih tinggi terjadinya status gizi tidak normal Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Peranan
dibandingkan yang jarang mengkonsumsi fast gizi dalam siklus kehidupan, edisi 1.
food (OR: 3,000; CI 1,215-7,409). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Berdasarkan hasil penelitian yang Ade. (2012). Gambaran pengetahuan, sikap
dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran dan tindakan mahasiswa fakultas
yang ditujukan kepada: kedokteran universitas sumatera utara
1. Bagi Siswa SMA Negeri 1 Pekanbaru tentang konsumsi makanan cepat saji.
Diharapkan kepada siswa agar lebih Diperoleh tanggal 25 Oktober 2014 dari
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat http://repository.usu.ac.id
dalam kehidupan sehari-hari termasuk /bitstream/123456789/31100/6/Chapter
%20I.pdf.articles
757
Arisman. (2009). Gizi dalam daur kehidupan. Nursalam. (2003). Konsep & penerapan
Jakarta: EGC metodologi penelitian ilmu
Imtihani, T. (2013). Hubungan pengetahuan, keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
uang saku, dan peer group dengan Purwoningsih. (2006). Fast food sebagai faktor
frekuensi konsumsi makanan cepat saji resiko terjadinya obesitas pada remaja
pada remaja putri. Journal of Nutrition di SMUN 3 Semarang. Diperoleh
College, 2, 346-359. Diperoleh 28 tanggal 20 oktober 2014 dari
Januari 2015 dari http://eprints.undip.ac.id /21855/1/G.pdf
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/j PSIK-UR. (2013). Pedoman penulisan skripsi
nc. dan penelitian. Pekanbaru: Buku
Khomsan, A. (2008). Sehat itu mudah, panduan tidak dipublikasikan.
wujudkan hidup sehat dengan makanan Riskesdas. (2007). Laporan Riset Keperawatan
tepat. Bandung: Hikmah PT. Mizan Dasar 2007 Badan Penelitian dan
Publika. pengembangan kesehatan Kementrian
Kristianti. (2009). Hubungan pengetahuan gizi Kesehatan RI . Diperoleh tanggal 10
dan frekuensi konsumsi fast food oktober 2010 dari
dengan status gizi mahasiswa fakultas http://www.litbang.depkes.go.id
ilmu keperawatan universitas /2014/bl_riskesdas2007
muhammadiyah surakarta. Diperoleh Riskesdas. (2010). Laporan Riset
tanggal 20 oktober 2014 dari Keperawatan Dasar 2010 Badan
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstrea Penelitian dan pengembangan
m/handle/123456789/2064/5.pdf?seque kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
nce=1. Diperoleh tanggal 10 oktober 2014 dari
Mubarak, Chayatin, N. (2009). Ilmu kesehatan http://www.litbang.
masyarakat: teori dan aplikasi. Jakarta: depkes.go.id/sites/download/buku_lapor
Salemba Medika. an/lapnas_riskesdas2010/Laporan_riske
Muniroh, (2008). Hubungan pengetahuan gizi, sdas_2010.pdf
body image, dan status gizi remaja di Riskesdas. (2013). Laporan Riset
SMA Islam Makasar. Diperoleh pada Keperawatan Dasar 2013 Badan
tanggal 20 oktober 2014 dari Penelitian dan pengembangan
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/h kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
andle/123456789/5651/%20MKMI.pdf? Diperoleh tanggal 10 oktober 2014dari
sequence=1 http://www.litbang.depkes.go.id/sites/do
Muwakhidah. (2008). Faktor resiko yang wnload/rkd2013/Laporan_Riskesdas201
berhubungan dengan obesitas di SMU 3.PDF
batik Surakarta. Diperoleh tanggal 28 Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan
september 2014 dari Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstrea Ilmu
m/handle/123456789/1464/jurnal%20ke Sugiyono. (2010). Metodelogi penelitian
s%20vol%201%20no%202%20f%2013 kualitatif dan kuantitatif. Bandung:
3-140.pdf?sequence=1 Alfabeta
Nilsen, A.C, (2008). Majalah Appetite Journey. Wijayanti. 2013. Analisis faktor penyebab
Diperoleh tanggal 28 september 2014 obesitas dan cara mengatasi obesitas
dari pada remaja. Diperoleh tanggal 10
http:repository.usu.ac.id./appetitejourne november 2014 dari
y/docs/appetitejourney_39. http://lib.unnes.ac.id/18887/1/62504080
55.pdf

758

You might also like