Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Bdhgvhsjkalj, ZSXMCBN XZM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Journal of Nutrition

Journal College,
of Nutrition Volume
College, 4, Nomor
Volume 2, Tahun
4, Nomor 2015,
2, Tahun Halaman
2015, 469-479
Halaman 469
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc

KUALITAS DIET DAN AKTIVITAS FISIK PADA REMAJA OBESITAS DAN NON OBESITAS

Garnis Retnaningrum, Fillah Fithra Dieny*)

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro


Jl.Dr.Sutomo No.18, Semarang, Telp (024) 8453708, Email : gizifk@undip.ac.id

ABSTRACT

Background: Obesity in adolescents was caused by low diet quality which described through inappropriate food
consumption compared to recommendation, while physical activity (energy output) was very minimal.
Objective: This study aimed to analyze affect of diet quality and physical activity with obesity status in adolescents.
Method: Observational study used case control design with 112 subjects at junior high school Nasima, Al Azhar 14,
and 23 Semarang. The subjects in this study was conducted 56 obese and 56 non obese adolescents aged 13-15 years
old, which selected by proportional random sampling with matching in gender and origin of school. Data on identity
subjects, fat body percentage, diet quality, and physical activity. Fat body percentage was measured by Bioelectrical
Impedance Analysis (BIA), diet quality was obtained by Diet Quality index-International (DQI-I) form and physical
activity was obtained by International Physical Activity Questionnaire-short form (IPAQ-short form) survey. Chi
square test was used to analyze association between diet quality, physical activity, and obesity status. Logistic
regression test was used to analyze the most common variable that caused the obesity.
Result: Mostly obese (96.4%) and non obese (64.3%) adolescents had low diet quality. Low diet quality in non obese
adolescents were caused by lack of fiber and micronutrient consumption, high intake of saturated fatty acid, and
imbalance proportion of macronutrient and fatty acid, while in obese adolescents added with excessive energy,
carbohydrat, fat, cholesterol, and food with low nutrient density intake. About 73.2% obesity had low physical activity
than non-obesity which only 23.2%. Low diet quality and lack of physical activity both had risk at 10.4 and 7.2 more
to had obesity.
Conclusion: Low diet quality and lack of physical activity affected to obesity status in adolescents
Keywords: Diet quality, obesity, physical activity, adolescents

ABSTRAK

Latar Belakang: Obesitas pada remaja disebabkan oleh rendahnya kualitas diet yang digambarkan melalui asupan
makanan yang tidak sesuai dengan rekomendasi, sedangkan aktivitas fisik (pengeluaran energi) sangat minimal.
Tujuan: menganalisis pengaruh kualitas diet dan aktivitas fisik terhadap status obesitas remaja.
Metode: Penelitian observasional dengan pendekatan case control melibatkan 112 subjek di SMP Nasima, SMP Al
Azhar 14, dan 23 Semarang. Subjek terdiri dari 56 remaja obesitas dan 56 remaja non obesitas usia 13-15 tahun yang
dipilih melalui proportional random sampling dan dilakukan matching terhadap jenis kelamin dan asal sekolah. Data
yang dikumpulkan meliputi identitas sampel, persen lemak tubuh, kualitas diet, dan aktivitas fisik. Persen lemak tubuh
diukur menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA), kualitas diet diperoleh melalui formulir Diet Quality
Index- International (DQI-I), dan aktivitas fisik menggunakan kuesioner International Physical Activity
Questionnaire-short form (IPAQ-short form). Uji chi square untuk menganalisis hubungan kualitas diet dan aktivitas
fisik terhadap status obesitas. Uji regresi logistik untuk menganalisis variabel yang paling berpengaruh terhadap
status obesitas.
Hasil: Sebagian besar remaja obesitas (96.4%) dan non obesitas (64.3%) memiliki kualitas diet rendah. Kualitas diet
rendah pada remaja non obesitas digambarkan dengan rendahnya asupan serat dan mikronutrien, tingginya asupan
lemak jenuh dan adanya ketidakseimbangan proporsi makronutrien dan asam lemak, sementara pada remaja obesitas
ditambah dengan tingginya asupan energi, karbohidrat, lemak, kolestrol, dan makanan rendah zat gizi. Sebanyak
73.2% remaja obesitas juga memiliki aktivitas fisik yang rendah, sementara remaja non obesitas yang memiliki
aktivitas fisik rendah hanya 23.2%. Remaja dengan kualitas diet rendah dan aktivitas fisik rendah masing-masing
memiliki risiko 10.4 dan 7.2 kali lebih besar untuk mengalami obesitas.
Simpulan: Kualitas diet yang rendah dan aktivitas fisik yang rendah berpengaruh terhadap status obesitas pada
remaja.
Kata Kunci: kualitas diet, obesitas, aktivitas fisik, remaja

PENDAHULUAN diasup tidak sesuai dengan kebutuhan atau


Remaja membutuhkan asupan zat gizi yang rekomendasi diet yang dianjurkan.1.2 Perilaku
lebih besar daripada masa anak-anak, namun pada makan yang salah dapat menyebabkan munculnya
kenyataannya remaja cenderung melakukan masalah gizi.2
perilaku makan yang salah yaitu zat gizi yang

*)
Penulis Penanggungjawab
470 Journal of Nutrition College, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015

Gizi lebih merupakan masalah gizi yang saat mendukung rendahnya kualitas diet ditunjukkan
ini prevalensinya terus mengalami peningkatan dengan frekuensi konsumsi pangan, makanan cepat
yang lebih tajam dari tahun ke tahun. Data dari saji, minuman soda, dan kudapan yang memiliki
Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi remaja densitas energi tinggi lebih tinggi daripada
gemuk usia 13-15 tahun meningkat dari 2,5% pada kelompok non obesitas.12 Konsumsi makanan cepat
tahun 2010 menjadi 10,8% pada tahun 2013 yang saji berkaitan dengan mereka yang mengalami
terdiri dari 8,3% overweight dan 2,5% obesitas.3,4 masalah obesitas karena makanan cepat saji
Riskesdas Jawa Tengah tahun 2013 pun cenderung padat energi, rendah mikronutrien,
menunjukkan prevalensi obesitas pada remaja usia rendah serat sehingga berkontribusi terhadap gizi
13-15 tahun mencapai 2,4%.5 lebih dan obesitas.13 Penelitian di US tahun 2001
Obesitas disebabkan adanya keseimbangan juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
energi positif, yaitu ketidakseimbangan antara signifikan antara konsumsi makanan cepat saji
energi yang masuk dengan energi yang keluar dengan peningkatan asupan energi dan asupan
dimana jumlah asupan energi berlebihan namun lemak.14 Penelitian lain yang melibatkan anak-anak
aktivitas fisik yang digunakan untuk pengeluaran dan remaja di negara yang sama tahun 2004 juga
energi sangat minimal, sehingga terjadi kelebihan menunjukkan hal serupa yaitu remaja yang
energi yang disimpan dalam bentuk jaringan mengkonsumsi makanan cepat saji memiliki total
lemak.6,7 Penelitian terhadap remaja di Amerika asupan energi, lemak, karbohidrat lebih tinggi
mendapatkan hubungan antara aktivitas fisik yang dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi
rendah dengan kejadian obesitas. Remaja dengan makanan cepat saji. Selain itu, asupan serat mereka
aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko cenderung rendah, dan kurang konsumsi buah serta
peningkatan berat badan sebesar ≥ 5 kg dalam sayuran.15 Konsumsi minuman soda juga dapat
rentang satu tahun. Selain itu, remaja yang memepengaruhi kualitas diet karena berpengaruh
menonton TV ≥ 5 jam perhari mempunyai risiko terhadap total asupan energi.16 Hal tersebut
obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding didukung penelitian yang dilakukan di US bahwa
mereka yang menonton TV ≤ 2 jam setiap harinya.8 peningkatan konsumsi minuman soda berkorelasi
Kurangnya aktivitas fisik inilah yang menjadi salah positif dengan peningkatan asupan energi dan
satu pemicu terjadinya obesitas karena sedikitnya kejadian obesitas secara bersamaan pada remaja.17
energi yang dipergunakan.7 Dilihat dari segi kuantitas, sebagian besar
Faktor lain selain aktivitas fisik yaitu kelompok obesitas memiliki tingkat konsumsi
ketidaksesuaian pemenuhan zat gizi seperti asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak lebih tinggi
energi yang berlebihan tidak hanya memberikan daripada kelompok non obesitas. Penelitian yang
pengaruh terhadap status gizinya, tetapi juga dilakukan di Malaysia tahun 2006 menunjukkan
memberikan pengaruh terhadap kualitas dietnya.9 remaja dengan kelompok obesitas memiliki asupan
Kualitas diet menunjukkan apakah asupan makanan lemak lebih dari 30%.18 Penelitian tersebut sejalan
telah sesuai dengan rekomendasi. Kualitas diet dan dengan penelitian yang dilakukan terhadap remaja
status gizi saling berhubungan karena asupan yang di Surabaya tahun 2012 yang menunjukkan
tidak sesuai rekomendasi akan mempengaruhi sebanyak 90% remaja yang termasuk dalam
status gizinya.10 Penelitian di Inggris tahun 2009 kelompok obesitas memiliki tingkat konsumsi
menunjukkan mereka yang memiliki Indeks Massa lemak lebih dari 20%, 85% memiliki tingkat
Tubuh (IMT) tinggi (overweight dan obesitas) konsumsi karbohidrat lebih dari 60% dan 45%
memiliki kualitas diet yang lebih rendah dibanding remaja obesitas memiliki tingkat konsumsi protein
dengan yang memiliki IMT normal.9 lebih dari 20%.12
Kualitas diet mencakup empat kategori utama, Berdasarkan penelitian pendahuluan pada
yaitu variasi, kecukupan, moderasi, dan siswa kelas VII dan VIII SMP Nasima, SMP Al
keseimbangan keseluruhan dari diet.10 Kualitas diet Azhar 14, dan 23 Semarang ditemukan angka
yang tinggi dikaitkan dengan konsumsi makanan prevalensi obesitas masing-masing sebesar 13.16%
yang mencukupi kebutuhan makronutrien secara ; 10.3% ; 8.26%. Hasil ini cukup tinggi
tepat, tidak kurang maupun lebih dan asupan dibandingkan dengan prevalensi obesitas di
mikronutrien yang mencukupi kebutuhan. Kualitas Indonesia dan Jawa Tengah. Lokasinya yang
diet yang rendah dikaitkan dengan konsumsi terletak di daerah perkotaan membuat akses menuju
makanan yang tinggi energi dan lemak, serta rendah pusat perbelanjaan dan restoran cepat saji lebih
serat dan mikronutrien.11 mudah sehingga mendorong remaja untuk
Perilaku makan pada sebagian besar mengkonsumsi makanan yang tinggi energi, lemak
kelompok obesitas di US tahun 2008 yang jenuh dan rendah serat. Berdasarkan latar belakang
Journal of Nutrition College, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 471

tersebut, peneliti ingin menganalisis pengaruh lebih seseorang melakukan aktivitas fisik berat
kualitas diet dan aktivitas fisik terhadap status minimal 20 menit/hari, atau 5 hari atau lebih
obesitas remaja. seseorang dalam melakukan aktivitas fisik sedang/
aktivitas berjalan minimal 30 menit/hari atau 5 hari
METODE PENELITIAN atau lebih kombinasi dari aktivitas berjalan,
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Nasima, aktivitas fisik sedang dan aktivitas fisik berat
SMP Islam Al Azhar 14, dan 23 Semarang pada mencapai total MET minimal 600 MET-
bulan April-Mei 2015. Penelitian ini termasuk menit/minggu. Komponen rendah jika total
lingkup gizi masyarakat dan merupakan studi aktivitas fisik seseorang tidak mencakup komponen
observasional dengan desain case control. tinggi atau sedang.22
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Pengolahan dan analisis data dilakukan
siswa kelas VII dan VIII dari ketiga sekolah tersebut dengan program komputer. Analisis univariat untuk
sejumlah 582 siswa. Pengambilan subjek diawali mendeskripsikan kategori, rerata, standar deviasi,
dengan melakukan skrining terhadap seluruh siswa nilai minimal dan maksimal semua variabel yang
untuk mengkategorikankan status gizi berdasarkan diambil. Analisis bivariat digunakan untuk
persen lemak tubuh. Siswa yang memiliki persen menganalisis perbedaan skor kualitas diet dan
lemak tubuh dengan persentil >95 dikategorikankan aktivitas fisik sebagai variabel perancu antara kedua
obesitas dan yang memiliki persentil 2-85 kelompok serta menganalisis hubungan kualitas diet
dikategorikan non obesitas. Selanjutnya, subjek dan aktivitas fisik terhadap status obesitas. Analisis
diambil dengan cara proportional random sampling bivariat diawali dengan uji kenormalan data dengan
untuk mendapatkan 56 subjek pada masing-masing menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Uji
kelompok sehingga total subjek dalam penelitian ini independent t test digunakan untuk menganalisis
berjumlah 112 subjek. Subjek obesitas dimasukkan perbedaan skor kualitas diet karena data
dalam kelompok kasus, sementara subjek non berdistribusi normal, sementara uji Mann Whitney
obesitas dimasukkan dalam kelompok kontrol. digunakan untuk menganalisis perbedaan skor
Pemilihan kelompok kontrol diambil dengan cara aktivitas fisik karena data berdistribusi tidak
matching by design. Variabel yang di matching normal. Uji bivariat dengan chi square untuk
yaitu kelompok jenis kelamin dan asal sekolah. menganalisis hubungan kualitas diet dan aktivitas
Data yang dikumpulkan dalam penelitian fisik terhadap status obesitas serta analisis
ini adalah identitas subjek, persen lemak tubuh, multivariat dengan regresi logistik dilakukan untuk
kualitas diet, dan aktivitas fisik. Kualitas diet mengetahui variabel yang paling berpengaruh
adalah penilaian konsumsi makanan yang terdiri terhadap status obesitas.
dari 4 kategori utama yaitu variasi, kecukupan,
moderasi, dan keseimbangan keseluruhan HASIL PENELITIAN
berdasarkan rekomendasi diet atau pedoman gizi Total subjek pada penelitian ini sebanyak 112
dengan menggunakan formulir DQI-I (Diet Quality yang terdiri dari 56 remaja obesitas dan 56 remaja
Indexs International). Total nilai dalam DQI-I bisa non obesitas usia 13-15 tahun. Subjek terdiri dari 11
bervariasi mulai dari 0 sampai 100 (0 adalah skor siswa perempuan (19.64%) dan 45 siswa laki-laki
terendah dan 100 merupakan skor tertinggi). (80.36%) pada masing-masing kelompok.
Kualitas diet dinilai rendah jika skor ≤ 60% dan Kelompok obesitas memiliki persen lemak tubuh
kualitas diet dinilai tinggi jika skor > 60%.19,20 25.5% hingga 50% dengan rerata 34.96% ± 6.27,
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh sementara kelompok non obesitas memiliki persen
yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan lemak tubuh 11.9% hingga 28% dengan rerata
pengeluaran energi.21 Pengukuran aktivitas fisik 17.01% ± 3.59.
menggunakan kuesioner International Physical Kualitas Diet
Activity Questionnaire (IPAQ)-short form. Berdasarkan tabel 1, rerata skor kualitas
Aktivitas fisik digolongkan kedalam 3 komponen, diet pada obesitas yaitu 48.36±7.24 sedangkan
yaitu komponen rendah, sedang, dan tinggi. pada non obesitas yaitu 57.21±7.76. Keduanya
Komponen tinggi jika aktivitas fisik berat dilakukan memiliki rerata yang menunjukkan kualitas diet
setidaknya 3 hari dan minimal MET 1500 MET
rendah, walaupun secara statistik menunjukkan
menit/minggu atau 7 hari atau lebih kombinasi
aktivitas berjalan kaki dan aktivitas fisik sedang adanya perbedaan antara skor kualitas diet
atau aktivitas berjalan kaki dan aktivitas fisik berat remaja obesitas dan non obesitas (p=0.000).
dan menghasilkan setidaknya 3000 MET- Remaja obesitas yang memiliki kualitas diet
menit/minggu. Komponen sedang jika 3 hari atau rendah sebanyak 96.4% dan dari kelompok non
472 Journal of Nutrition College, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015

obesitas sebanyak 64.3%. Kualitas diet rendah terdapat hubungan kualitas diet terhadap status
diartikan bahwa asupan makanannya belum obesitas pada remaja. Kualitas diet antara
sesuai dengan rekomendasi. Berdasarkan uji remaja obesitas dan non obesitas dapat dilihat
chi square (p=0.000), dapat disimpulkan bahwa pada tabel 2.
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian antara Kelompok Obesitas dan Non Obesitas
Karakteristik Subjek Obesitas (n=56) Non Obesitas (n=56)
p
Min Max Rerata±SD Min Max Rerata±SD
Usia (tahun) 13.02 14.73 13.84±0.44 13.05 14.93 13.88±0.48
Persen lemak tubuh (%) 25.5 50 34.96±6.27 11.9 28 17.01±3.59 0.000*(S)
Kualitas diet (skor DQI-I) 33 68 48.36±7.24 38 73 57.21 ±7.76 0.000*(S)
Skor aktivitas fisik (MET- 40 3219 556.04±471.89 49.5 3988.5 1155.49±792.91 0.000**(S)
min-minggu)
*Independent t test
**Mann-Whitney

Tabel 2. Hubungan kualitas diet dengan status obesitas


Status Obesitas
Obesitas Non Obesitas p
n % n %
Kualitas Diet Rendah 54 96.4 36 64.3 0.000*(S)
Tinggi 2 3.6 20 35.7
Total 56 100.0 56 100.0
*chi square

Kualitas diet terdiri dari empat kategori, keseimbangan keseluruhan (p=0.000 ; p=0.000),
yaitu variasi, kecukupan, moderasi, dan sedangkan kategori variasi dan kecukupan
keseimbangan keseluruhan. Kategori kualitas diet menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara
yang menunjukkan perbedaan antara kelompok kelompok obesitas dan non obesitas (p=0.209 ;
obesitas dan non obesitas adalah moderasi dan p=0.934).

Tabel 3. Perbedaan Kategori Kualitas Diet antara Kelompok Obesitas dan Non Obesitas
Obesitas (n=64) Non Obesitas (n=64)
Kategori p
Min Max Rerata±SD Min Max Rerata±SD
Variasi (skor) 10 20 15.88±2.95 10 20 16.57±2.61 0.209**(NS)
Keseluruhan 3 5 3.95±0.74 3 5 4.21±0.75 0.061**(NS)
Sumber protein 1 4 2.77±0.85 1 4 2.63±0.75 0.432**(NS)
Kecukupan (skor) 14 38 25.07±5.49 14 36 24.98±5.84 0.934*(NS)
Kelompok sayuran 0 3.6 0.83±0.69 0.04 2.8 0.9±0.61 0.362**(NS)
Kelompok buah 0.2 6 1.8±1.49 0.01 6.3 1.78±1.26 0.604**(NS)
Kelompok makanan 2.6 11.3 6.81±1.47 3.2 11.6 5.75±1.51 0.000*(S)
pokok
Serat 8 41.3 14.09±6.48 4 25.7 16.76±33.11 0.018**(S)
Ptotein 9.3 33.7 15.39±4.83 4.4 26.5 13.56±3.57 0.024*(S)
Besi 6.7 127 17.84±21.46 3.7 81.4 16.47±13.31 0.800**(NS)
Kalsium 174.5 2319.2 682.96±403.52 249.5 1495.4 661.79±295.96 0.751**(NS)
Vitamin C 28 321.7 113.75±65.01 17.6 371.2 96.39±66.33 0.061**(NS)
Moderasi (skor) 0 15 7.5±3.75 6 27 14.73±5.09 0.000**(S)
Total lemak 29 60.5 39.78±6.03 17.3 46.2 31.88±7.31 000**(S)
Lemak jenuh 13.2 28.1 19.38±3.37 8.7 34.5 16.38±3.96 0.000*(S)
Kolestrol 156.1 1084.4 402.55±207.44 110.7 688.7 321.54±136.5 0.000*(S)
Natrium 904 3544.9 2042.82±604.86 405.3 2598 1103.84±584.92 0.029**(S)
Makanan rendah zat 5.8 29.6 13.79±3.36 1.1 35.8 6.54±5.02 0.000**(S)
gizi
Keseimbangan 0 2 0.17±0.57 0 6 1.07±1.47 0.000**(S)
keseluruhan (skor)
Rasio makronutrien 0 2 0.17±0.57 0 6 1.07±1.47 0.000**(S)
*Independent t test ** Mann-Whitney
Journal of Nutrition College, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 473

Kategori variasi dievaluasi dengan dengan sumber protein antara kelompok obesitas dan non
dua cara, yaitu secara keseluruhan dan berbagai obesitas (p=0.061 ; p=0.432). Kedua kelompok
jenis makanan yang termasuk dalam sumber sama-sama memiliki skor variasi makanan yang
protein. Kategori ini digunakan untuk menilai tidak jauh berbeda karena makanan yang diasup
apakah asupan berasal dari sumber yang berbeda. sama-sama bervariasi baik secara keseluruhan
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada maupun dari sumber protein.
perbedaan variasi secara keseluruhan maupun

Tabel 4. Gambaran Kategori Kecukupan antara Kelompok Obesitas dan Non Obesitas
Obesitas Non Obesitas
Variabel Komponen (n=56) (n=56)
n % n %
Kecukupan
Kelompok sayuran Baik (≥ 3-5 sajian/hari) 2 3.6 0 0
Cukup (< 3-1.5 sajian/hari) 4 7.1 7 12.5
Kurang (< 1.5 sajian/hari) 50 89.3 49 87.5
Kelompok buah Baik (≥ 2-3 sajian/hari) 21 37.5 11 19.6
Cukup (< 2-1 sajian/hari) 17 30.4 25 44.5
Kurang (< 1 sajian/hari) 18 32.1 20 35.7
Kelompok makanan pokok Baik (≥ 3-5 sajian/hari) 55 98.2 56 100
Cukup (< 3-1.5 sajian/hari) 1 1.8 0 0
Serat Baik (≥ 20-30 g/hari) 8 14.2 7 12.5
Cukup (< 20-10 g/hari) 38 67.9 27 48.2
Kurang (< 10 gr/hari) 10 17.9 22 39.3
Protein Baik (≥ 15% energi/hari) 25 44.6 19 33.9
Cukup (< 15%-7.5 energi/hari) 31 55.4 36 64.3
Kurang (< 7.5% energi/hari) 0 0 1 1.8
Besi Baik (≥ 100% RDA mg/hari) 10 17.9 11 19.6
Cukup (< 100-50% RDA mg/hari) 33 58.9 35 62.5
Kurang (< 50% RDA mg/hari) 13 23.2 10 17.9
Kalsium Baik (≥ 100% RDA mg/hari) 5 8.9 4 7.1
Cukup (< 100-50% RDA mg/hari) 24 42.9 20 35.7
Kurang (< 50% RDA mg/hari) 27 48.2 32 57.2
Vitamin C Baik (≥ 100% RDA mg/hari) 38 67.9 27 48.2
Cukup (< 100-50% RDA mg/hari) 16 28.6 24 42.9
Kurang (< 50% RDA mg/hari) 2 3.5 5 8.9

Tabel 5. Gambaran Kategori Moderasi antara Kelompok Obesitas dan Non Obesitas
Obesitas Non Obesitas
Variabel Komponen (n=56) (n=56)
n % n %
Total lemak Baik (≤ 30% total energi/hari) 1 1.8 29 51.8
Lebih (> 30% total energi/hari) 55 98.2 27 48.2
Lemak jenuh Baik (≤ 10% total energi/hari) 0 0 4 7.1
Lebih (> 10% total energi/hari) 56 100 52 92.9
Kolestrol Baik (≤ 300 mg/hari) 18 32.1 29 51.8
Lebih (> 300 mg/hari) 37 67.9 27 48.2
Natrium Baik (≤ 2400 mg/hari) 33 58.9 52 92.9
Lebih (> 2400 mg/hari) 22 41.1 4 7.1
Makanan Baik (≤ 10% total energi/hari) 1 1.8 51 91.1
rendah zat gizi Lebih (> 10% total energi/hari) 55 98.2 5 8.9

Kategori kecukupan terdiri dari komponen kecukupan menunjukkan adanya perbedaan


kelompok sayuran, buah, makanan pokok, serat, signifikan antara kelompok obesitas dan non
protein, besi, kalsium, dan vitamin C. Kategori ini obesitas pada komponen kelompok makanan
mengevaluasi unsur-unsur asupan makanan yang pokok, serat, dan protein (p=0.000 ; p=0.018 ;
seharusnya tersedia dalam jumlah yang cukup. p=0.024). Ketiga zat gizi tersebut merupakan zat
Hasil penelitian pada komponen di kategori gizi yang berperan dalam kejadian obesitas. Jika
474 Journal of Nutrition College, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015

dilihat dari kategori pemenuhan, secara keseluruhan menyebabkan rendahnya kualitas diet pada kedua
asupan makanan kelompok sayuran, buah, serat, kelompok, terutama pada kelompok obesitas.
besi, dan kalsium pada remaja kelompok obesitas Kelompok obesitas memiliki proporsi asupan lemak
dan non obesitas sama-sama rendah atau kurang >30% total energi/hari lebih tinggi (98.2%)
dari kebutuhan sehingga memberikan pengaruh daripada kelompok non obesitas (48.2%). Begitu
terhadap rendahnya kualitas diet remaja pada kedua juga dengan asupan protein, sebanyak 44.6% dari
kelompok, namun remaja obesitas memiliki total kelompok obesitas memiliki asupan protein >15%,
asupan yang lebih tinggi (tabel 4) dibandingkan sementara pada kelompok non obesitas hanya
dengan remaja non obesitas sehingga kategori ini 39.3%. Proporsi lemak dan protein yang tinggi akan
lebih berpengaruh terhadap rendahnya kualitas diet memberikan pengaruh pada proporsi karbohidrat
pada remaja non obesitas. pada kelompok obesitas sehingga tidak didapatkan
Kategori moderasi mengevaluasi asupan keseimbangan yang sesuai dengan rekomendasi
makanan dan zat gizi yang berhubungan dengan antara ketiga makronutrien ini. Sementara pada
penyakit kronis dan perlu dibatasi yang terdiri dari komponen rasio asam lemak menunjukkan tidak
total lemak, lemak jenuh, kolestrol, natrium, dan ada perbedaan karena kedua kelompok sama-sama
makanan rendah zat gizi. Hasil penelitian ini memiliki skor rasio asam lemak yang rendah. Hal
menunjukkan adanya perbedaan antara kelompok ini terjadi karena secara keseluruhan semua subjek
obesitas dan non obesitas pada seluruh komponen memiliki asupan SFA (Saturated Fatty Acid) yang
moderasi (p=0.000 ; p=0.000 ; p=0.029 ; p=0.000 ; lebih tinggi, yaitu mencapai >10% total energi/hari
p=0.000). Kelompok obesitas lebih banyak baik pada kelompok obesitas maupun non obesitas
mengkonsumsi zat gizi yang seharusnya dibatasi dibandingkan asupan PUFA (Poly Unsaturated
dibandingkan dengan kelompok non obesitas, Fatty Acid) dan MUFA (Mono Unsaturated Fatty
seperti terlihat pada tabel 5, namun terdapat satu Acid), padahal seharusnya MUFA memiliki
komponen yang memiliki asupan sama-sama tinggi proporsi yang lebih tinggi dibandingkan PUFA dan
pada kedua kelompok yaitu lemak jenuh yang SFA.
menjadi pemicu rendahnya kualitas diet, tidak Aktivitas Fisik
hanya pada kelompok obesitas namun juga pada Tabel 1 pada skor aktivitas fisik
kelompok non obesitas. Hasil analisis pada kategori menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor
ini menandakan bahwa seluruh komponen dalam aktivitas fisik antara remaja obesitas dan non
kategori moderasi berperan dalam rendahnya obesitas (p=0.000), dimana rerata skor aktivitas
kualitas diet kelompok obesitas, sedangkan pada fisik pada remaja obesitas lebih rendah, yaitu
kelompok non obesitas hanya disebabkan oleh sebesar 556.04 MET/min/minggu ± 471.89,
lemak jenuh. sedangkan pada remaja non obesitas sebesar
Kategori terakhir yaitu keseimbangan 1155.49 MET/min/minggu ± 792.91. Remaja
keseluruhan merupakan kategori yang menganalisis obesitas sebanyak 73.2% memiliki komponen
keseimbangan keseluruhan diet dalam hal aktivitas fisik rendah yang artinya gerakan tubuh
proporsionalitas antara sumber-sumber energi dan yang dilakukan sangat minimal baik dari jenisnya
komposisi asam lemak. Kategori ini terdiri dari maupun intensitasnya. Sementara kelompok remaja
rasio makronutrien (karbohidrat : protein : lemak) non obesitas yang memiliki komponen aktivitas
dan rasio asam lemak (PUFA : MUFA : SFA). Rasio fisik rendah hanya 23.2%.
makronutrien menunjukkan adanya perbedaan Hasil analisis chi square antara aktivitas
antara kelompok obesitas dan non obesitas fisik dengan kejadian obesitas dapat dilihat pada
(p=0.000), namun keduanya masih memiliki tabel 5. Aktivitas fisik berhubungan dengan status
keseimbangan yang rendah walaupun nilainya lebih obesitas pada remaja yang ditunjukkan dengan nilai
baik pada kelompok non obesitas. Hal inilah yang p=0.000.

Tabel 6. Hubungan aktivitas fisik dengan status obesitas


Status Obesitas
Obesitas Non Obesitas p
n % n %
Aktivitas fisik Rendah 41 73.2 13 23.2 0.000*(S)
Sedang 13 23.2 29 51.8
Tinggi 2 3.6 14 25
Total 56 100.0 56 100.0
*chi square
Journal of Nutrition College, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 475

Pengaruh Kualitas Diet dan Aktivitas Fisik kuat antara kualitas diet dan aktivitas fisik terhadap
terhadap Status Obesitas status obesitas pada remaja.
Uji multivariat dengan regresi logistik
dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang paling

Tabel 6. Pengaruh kualitas diet dan aktivitas fisik terhadap status obesitas
95%CI
Variabel koefisien p OR
Minimum maksimum
Kualitas diet 2.34 0.004 10.38 2.1 51.24
Aktivitas fisik 1.981 0.000 7.25 2.93 17.92
Konstanta -1.374 0.000 0.253
*regresi logistik

Hasil uji regresi logistik (tabel 6) dapat kelompok. Kualitas diet yang rendah di kelompok
dilihat bahwa kualitas diet dan aktivitas fisik obesitas terutama disebabkan oleh berlebihnya
merupakan faktor risiko terhadap status obesitas seluruh zat gizi yang ada pada kategori moderasi,
pada remaja. Kualitas diet merupakan variabel yang kurangnya beberapa zat gizi di kategori kecukupan,
paling berpengaruh terhadap obesitas yang dan rendahnya keseimbangan keseluruhan
ditunjukkan dengan OR sebesar 10.38 (95% CI : (makronutrien dan asam lemak), sementara pada
2.1-51.24), sementara aktivitas fisik memiliki nilai kelompok non obesitas kategori yang paling
OR sebesar 7.25 (95% CI : 2.93-17.92). Hal ini berperan dalam rendahnya kualitas diet adalah
menunjukkan bahwa remaja dengan kualitas diet kecukupan dimana sebagian besar zat gizi yang ada
rendah memiliki risiko 10.4 kali lebih besar untuk pada kategori kecukupan kurang dari kebutuhan.
mengalami obesitas dibandingkan dengan remaja Kategori moderasi juga berperan dalam rendahnya
dengan kualitas diet yang tinggi. Selain itu, remaja kualitas diet pada kelompok non obesitas tetapi
dengan aktivitas fisik yang rendah memiliki risiko hanya pada komponen lemak jenuh dan kategori
7.2 kali lebih besar untuk mengalami obesitas. keseimbangan keseluruhan juga ikut berperan baik
Berdasarkan tabel 6, dapat diperoleh pada rasio makronutrien maupun asam lemak.
persamaan yaitu y = -1.374 + 2.34 (kualitas diet) + Skor pada kategori kecukupan
1.981 (aktivitas fisik). Hasil perhitungan dari menunjukkan tidak adanya perbedaan antara kedua
persamaan tersebut adalah probabilitas subjek akan kelompok, namun terdapat perbedaan pemenuhan
mengalami obesitas sebesar 95% apabila terdapat beberapa kelompok makanan dan zat gizi yang
faktor risiko kualitas diet yang rendah dan aktivitas menyebabkan rendahnya kualitas diet pada kedua
fisik yang rendah. kelompok. Kelompok obesitas hanya memenuhi
asupan kelompok makanan pokok, protein, dan
PEMBAHASAN vitamin C sedangkan kelompok non obesitas hanya
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor memenuhi asupan pada kelompok makanan pokok
kualitas diet lebih tinggi pada remaja non obesitas dan vitamin C. Sementara komponen lain dari
dibanding obesitas, namun sebagian besar remaja kategori kecukupan, yaitu asupan sayur, buah, serat,
pada kedua kelompok memiliki kualitas diet yang besi, dan kalsium pada kedua kelompok sebagian
rendah. Sebanyak 96.4% remaja obesitas dan 64.3% besar kurang dari kebutuhan. Rendahnya asupan zat
remaja non obesitas memiliki kualitas diet rendah. gizi yang ada di kategori kecukupan menjadi faktor
Rendahnya skor kualitas diet pada kedua kelompok rendahnya kualitas diet pada kedua kelompok.
dipengaruhi oleh ketidaksesuaian asupan zat gizi Asupan serat pada kedua kelompok belum ada yang
yang terdapat pada kategori kualitas diet. memenuhi kebutuhan, namun kelompok obesitas
Kualitas diet terdiri dari empat kategori memiliki asupan yang lebih rendah dari kelompok
utama, yaitu variasi, kecukupan, moderasi, dan non obesitas. Asupan serat yang rendah pada
keseimbangan keseluruhan. Hasil analisis kelompok obesitas dan non obesitas disebabkan
berdasarkan skor masing-masing kategori kualitas rendahnya konsumsi kelompok makanan yang
diet, skor kategori variasi dan kecukupan tidak memiliki serat tinggi, seperti sayuran dan buah-
menunjukkan adanya perbedaan, namun perbedaan buahan. Hasil ini sejalan dengan penelitian
muncul pada kategori moderasi dan keseimbangan Aprianthi (2009) yang menunjukkan bahwa
keseluruhan. Berdasarkan pemenuhan zat gizinya, konsumsi serat pada remaja masih kurang dan dapat
beberapa komponen pada kategori kecukupan, menjadi faktor risiko terhadap terjadinya obesitas.23
moderasi, dan keseimbangan keseluruhan lah yang Konsumsi serat yang cukup dapat mencegah
membuat rendahnya kualitas diet pada kedua kejadian obesitas karena serat mengabsorbsi air,
476 Journal of Nutrition College, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015

memperluas penyerapan di usus, dan dan makanan rendah zat gizi berpengaruh terhadap
memperlambat pergerakan makanan pada saluran rendahnya kualitas diet pada kelompok obesitas
pencernaan sehingga menimbulkan rasa kenyang karena asupannya sangat melebihi rekomendasi.
yang lebih lama. Selain itu, serat tidak dicerna oleh Asupan lemak dan natrium yang tinggi berkaitan
enzim pencernaan sehingga tidak menghasilkan dengan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji
energi.24 Asupan besi dan kalsium pada kedua pada remaja obesitas dalam penelitian ini. Hasil ini
kelompok juga kurang dari kebutuhan (26 mg ; 1200 sejalan dengan sebuah penelitian di US tahun 2001
µg). Hal ini disebabkan oleh pemilihan makanan yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
dan kebiasaan jajan dari remaja itu sendiri. Mereka signifikan antara konsumsi makanan cepat saji
lebih banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi dengan peningkatan asupan energi dan asupan
energi, lemak, natrium serta rendah vitamin dan lemak.14 Penelitian lain yang melibatkan anak-anak
mineral, yaitu fastfood seperti fried chiken, french dan remaja di negara yang sama tahun 2004 juga
fries, hamburger, beef steak, spaghetti dan pizza. menunjukkan hal serupa yaitu remaja yang
Protein menjadi zat gizi yang pemenuhannya mengkonsumsi makanan cepat saji memiliki total
berbeda antara kedua kelompok ini. Secara statistik asupan energi, lemak, karbohidrat lebih tinggi
protein juga menunjukkan adanya perbedaan yang dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi
signifikan antara kelompok obesitas dan non makanan cepat saji.15 Sementara, hubungan asupan
obesitas. Hal ini terjadi karena remaja obesitas lebih natrium dengan tingginya asupan makanan cepat
banyak mengkonsumsi sumber protein hewani saji ditunjukkan pada penelitian di Australia tahun
(bersumber dari daging dan unggas) ≥ 2-3 kali 2010, dimana makanan cepat saji merupakan salah
sajian/hari dengan total asupan protein ≥ 15% dari satu makanan yang memiliki kandungan natrium
total energi/hari. Asupan protein memiliki yang tinggi.28 Makanan cepat saji, misalnya fried
hubungan langsung dengan obesitas. Jumlah protein chicken dalam satu sajian mengandung 287.75 Kal,
yang berlebihan akan mengalami deaminase atau 15.32 g lemak, 660.14 mg natrium, dan 0 g serat
melepasnya gugus amino (NH2) dari asam amino. yang artinya konsumsi satu jenis makanan cepat saji
Nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan satu kali dalam sehari saja sudah memenuhi 13.6%
karbon akan diubah menjadi asetil KoA yang kebutuhan energi, 6.5% kebutuhan lemak, dan
nantinya dapat disintesis menjadi trigliserida 27.5% kebutuhan natrium yang belum ditambah
melalui proses lipogenesis. Hal ini menyebabkan dengan asupan cepat saji lain yang dikonsumsi
seseorang yang mengkonsumsi banyak protein bersamaan dan asupan lainnya dalam sehari,
dalam makanannya dan melebihi jumlah yang sementara remaja obesitas biasanya mengkonsumsi
dibutuhkan oleh tubuh maka sebagian besar akan 3 jenis makanan cepat saji dalam satu kali waktu
disimpan sebagai lemak.25 Hasil penelitian ini makan.29 Makanan cepat saji juga berdampak pada
sejalan dengan penelitian Yi Lin di Eropa tahun peningkatan asupan makanan rendah zat gizi seperti
2014 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan dalam penelitian di Brazil tahun 2011.30 Hal
antara asupan protein dengan obesitas. 26 tersebut sesuai dengan penelitian ini, dimana asupan
Kategori moderasi yang mencakup total makanan rendah zat gizi juga lebih tinggi pada
lemak, lemak jenuh, kolestrol, natrium, dan kelompok obesitas dan salah satu jenisnya
makanan rendah zat gizi seluruhnya menunjukkan mencakup makanan cepat saji (fastfood) karena
perbedaan antara kelompok obesitas dan non merupakan makanan yang tinggi energi, namun
obesitas. Asupan lemak jenuh menyumbangkan rendah serat. Selain fastfood, softdrink juga
rendahnya kualitas diet pada kedua kelompok termasuk dalam makanan rendah zat gizi karena
karena asupan lemak jenuhnya tergolong tinggi. dalam 340 ml regular cola mengandung energi
Sebanyak 92.9% remaja non obesitas dan 100% sebanyak 140-150 Kal, 39-41 g gula.31 Minuman
remaja obesitas memiliki asupan lemak jenuh > soda diyakini memiliki kontribusi besar terhadap
10% total energi/hari. Asupan lemak jenuh yang kejadian kelebihan berat badan dan obesitas.
tinggi pada kedua kelompok terjadi karena mereka Remaja yang mengkonsumsi minuman soda
sama-sama lebih banyak mengkonsumsi makanan memiliki asupan energi yang lebih tinggi
hewani, seperti daging, jeroan, susu, dan makanan dikarenakan pemanis buatan yang ditambahkan
yang diolah dengan cara digoreng yang rata-rata untuk menambah rasa manis pada minuman soda
memiliki kandungan lemak jenuh tinggi. Hasil ini mencapai 7-14% sehingga meningkatkan asupan
sejalan dengan penelitian di Iran tahun 2014 yang energi remaja.32
menunjukkan bahwa asupan lemak jenuh pada Skor kategori keseimbangan keseluruhan
remaja tergolong tinggi atau melebihi kebutuhan.27 menunjukkan adanya perbedaan antara kedua
Sementara asupan lemak total, kolestrol, natrium, kelompok. Kelompok non obesitas memiliki nilai
Journal of Nutrition College, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 477

yang lebih baik pada rasio makronutrien jenuh juga merupakan penyebab utama peningkatan
(karbohidrat : protein : lemak), sementara pada rasio kolesterol dan kolesterol-LDL, karena peningkatan
asam lemak (PUFA : MUFA : SFA) sama-sama lemak jenuh akan menurunkan aktivitas ambilan
memiliki nilai yang rendah walaupun kenyataannya LDL oleh reseptor LDL dan menurunkan ekskresi
sebagian besar remaja pada kedua kelompok kolesterol dalam pembuluh darah, selain itu lemak
memiliki keseimbangan yang rendah. Rasio jenuh meningkatkan produksi LDL, sehingga
makronutrien pada kelompok obesitas sebanyak asupan lemak jenuh yang tinggi menjadi risiko
91.1% dan 69.7% pada kelompok non obesitas terjadinya dislipidemia pada individu obesitas.35
menunjukkan keseimbangan yang rendah, Aktivitas fisik pada remaja obesitas dan non
ditunjukkan dengan proporsi lemak yang mencapai obesitas menunjukkan adanya perbedaan. Hasil
>30%, proporsi protein <8% atau >17%, dan pengukuran aktivitas fisik dalam penelitian ini
karbohidrat <50% atau >70%. Hasil ini sejalan adalah sebanyak 73.2% remaja obesitas memiliki
dengan penelitian yang dilakukan pada remaja di aktivitas fisik yang rendah, sementara hanya ada
Bahrain dan Saudi Arabia yang menemukan bahwa 23.2% remaja non obesitas yang memiliki aktivitas
keseimbangan antara konsumsi sumber karbohidrat, rendah. Di sisi lain, terdapat 25% remaja non
lemak, dan protein masih rendah karena lemak yang obesitas memiliki komponen aktivitas fisik yang
mencapai >36%, protein <12%, dan karbohidrat tinggi dan 51.8% remaja non obesitas memiliki
<55%.33 Skor rasio asam lemak (PUFA : MUFA : komponen aktivitas fisik sedang. Rendahnya
SFA) dalam kualitas diet pada kedua kelompok juga aktivitas fisik pada pada remaja obesitas dalam
sama-sama menunjukkan nilai yang rendah. Hal ini penelitian ini berkaitan dengan perilaku sedentary
terjadi karena kebutuhan SFA seharusnya adalah lifestyle. Remaja obesitas lebih banyak melakukan
<7% total energi/hari, namun asupan SFA pada aktivitas seperti menonton televisi, bermain
kedua kelompok memiliki nilai rata-rata yang handphone atau laptop, dan tiduran disertai
tinggi, yaitu 19.4% total energi/hari pada kelompok mendengarkan lagu. Rata-rata mereka
obesitas dan 16.4% total energi/hari pada kelompok menghabiskan waktu 4-5 jam di luar jam sekolah
non obesitas. Sementara pada asupan PUFA yang dalam melakukan kegiatan sedentary seperti di atas
seharusnya <10% total energi/hari dan MUFA dibandingkan kelompok non obesitas yang
sebesar <15% total energi/hari justri tidak ada yang menghabiskan waktu 1-2 jam. Hasil ini sejalan
mencapai kebutuhan pada kedua kelompok. Asupan dengan berbagai penelitian yang menunjukkan
PUFA hanya sebanyak 8.2% pada kelompok adanya hubungan aktivitas fisik dengan kejadian
obesitas dan 6.4% pada kelompok non obesitas, obesitas remaja.36 Sementara lebih tingginya
sedangkan asupan MUFA sebesar 5.1% pada aktivitas fisik pada remaja non obesitas disebabkan
kelompok obesitas dan 4.7% pada kelompok non karena keikutsertaan mereka dalam kegiatan
obesitas. Asupan SFA yang tinggi membuat skor ekstrakulikuler, terutama basket dan futsal yang
rasio asam lemak menjadi rendah. Proporsi antara merupakan jenis kegiatan dengan komponen
PUFA, MUFA, dan SFA seharusnya lebih banyak aktivitas tinggi, sedangkan remaja non obesitas
di MUFA, PUFA, kemudian SFA sehingga bisa lebih banyak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di
didapatkan rasio asam lemak melalui P/S dan M/S bidang non olahraga, seperti paduan suara dan
yang baik yaitu antara 0.8-1.7 untuk keduanya. informatika yang termasuk kategori aktivitas
Asupan SFA yang lebih tinggi dibanding PUFA dan rendah.
MUFA pada kedua kelompok terjadi karena mereka Berdasarkan hasil uji chi square, kualitas
sama-sama lebih banyak mengkonsumsi makanan diet dan aktivitas fisik sama-sama berhubungan
yang rata-rata memiliki kandungan SFA tinggi dengan status obesitas pada remaja. Kualitas diet
dibandingkan makanan dengan PUFA dan MUFA yang berhubungan dengan obesitas digambarkan
yang tinggi, seperti alpukat, ikan dan produk dari dari hasil penilaian empat kategori kualitas diet,
kacang-kacangan terutama kacang kedelai. Hasil ini yaitu variasi, kecukupan, moderasi, dan
sejalan dengan penelitian di Iran tahun 2014 yang keseimbangan keseluruhan. Kelompok obesitas
menunjukkan bahwa asupan SFA pada remaja memiliki variasi asupan sumber makanan yang
tergolong tinggi atau melebihi kebutuhan, tinggi. Pada kategori kecukupan, kelompok obesitas
sementara asupan PUFA dan MUFA tergolong memiliki asupan sayur, buah, serat, dan
rendah.27 Asupan SFA yang tinggi pada remaja mikronutrien yang rendah, sementara asupan
dapat memberikan efek yang negatif. Kelebihan energi, kelompok makanan pokok, dan protein
asupan SFA dapat mengakibatkan peningkatan tergolong tinggi. Kategori moderasi menunjukkan
jumlah lemak tubuh, karena sebagian besar lemak kelompok obesitas memiliki asupan lemak, lemak
jenuh besar disimpan di jaringan adipose.34 Lemak jenuh, kolestrol, natrium, dan makanan rendah zat
478 Journal of Nutrition College, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015

gizi yang tinggi dan dari kategori keseimbangan besar kelompok makanan dan zat gizi di kategori
keseluruhan, kategori obesitas memiliki kecukupan (sayur, buah, protein, serat, dan
keseimbangan makronutrien dan asam lemak yang mikronutrien), asupan lemak jenuh yang tinggi pada
rendah. Selain itu, aktivitas fisik juga menunjukkan kategori moderasi, dan keseimbangan yang rendah
adanya hubungan dengan status obesitas remaja. pada kategori keseimbangan keseluruhan
Aktivitas fisik yang berperan dalam terjadinya (makronutrien dan asam lemak). Remaja obesitas
obesitas adalah aktivitas fisik yang rendah yang lebih banyak yang memiliki aktivitas fisik rendah
digambarkan dengan perilaku sedentary lifestyle dibandingkan dengan remaja non obesitas. Remaja
yang dilakukan oleh remaja obesitas. dengan kualitas diet rendah dan aktivitas fisik
Hasil uji multivariat menunjukkan kualitas rendah masing-masing memiliki risiko 10.4 dan 7.2
diet dan aktivitas fisik yang rendah masing-masing kali lebih besar untuk mengalami obesitas.
berisiko 10.4 dan 7.2 kali lebih besar untuk
SARAN
mengalami obesitas. Kualitas diet rendah
Kelompok remaja obesitas dan non obesitas
menunjukkan asupan makanan pada remaja tidak
sebaiknya diberikan edukasi atau konseling gizi
sesuai dengan rekomendasi, padahal keseimbangan
mengenai kualitas diet yang baik seperti
dan pemenuhan zat gizi yang sesuai dengan
mengurangi makanan tinggi lemak, terutama lemak
rekomendasi sangat dianjurkan, sementara aktivitas
jenuh dan peningkatan asupan makanan yang tinggi
fisik yang rendah menunjukkan minimalnya
serat dan mikronutrien, serta peningkatan aktivitas
pergerakan yang dilakukan oleh seseorang, baik
fisik, seperti olahraga sebagai tindakan preventif
dari jenis maupun intensitasnya. Penerapan kualitas
untuk remaja non obesitas dan tindakan kuratif
diet rendah dan aktivitas fisik rendah pada subjek
untuk remaja obesitas.
menjadi sebuah faktor gaya hidup yang berlangsung
lama sehingga berdampak terjadinya obesitas pada
DAFTAR PUSTAKA
periode tersebut. Keduanya merupakan kategori 1. Proverawati A. Obesitas dan Gangguan Perilaku
yang berperan dalam keseimbangan energi positif, Makan pada Remaja. Yogyakarta: Muha Medika;
dimana keseimbangan energi positif dapat terjadi 2010.
kerena tiga hal, yaitu (1) peningkatan asupan dan 2. Sulistyoningsih H. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan
tidak terjadi pengeluaran energi, (2) terjadi Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011.
penurunan pengeluaran energi, tanpa peningkatan 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
asupan, dan (3) peningkatan asupan dan rendahnya Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Jakarta:
pengeluaran energi. 6,7 Obesitas yang terjadi pada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
remaja dalam subjek penelitian ini disebabkan oleh 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010). Jakarta:
adanya peningkatan asupan dan rendahnya
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2010.
pengeluaran energi. Kualitas diet rendah pada 5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
remaja obesitas sebagai tanda adanya peningkatan Hasil Riskesdas 2013 Provinsi Jawa Tengah. 2013.
asupan dan aktivitas fisik yang rendah menjadi Available from URL:
sebab rendahnya pengeluaran energi. Apabila http://www.dinkesjatengprov.go.id/. Accessed
asupan seseorang sangat melebihi kebutuhan March 4, 2015.
sementara aktivitas fisiknya rendah, maka yang 6. Heird W.C. Parental Feeding Behavior and
terjadi adalah asupan yang melebihi kebutuhan tadi Children’s Fat Mass. The American Journal Of
akan disimpan oleh tubuh sebagai lemak karena Clinical Nutrition. 2002; 75(3): 451–452.
sedikitnya penggunaan energi yang lama-kelamaan 7. Nugraha GI. Etiologi dan Patofisiologi Obesitas.
Dalam: Soegih RR, dan Wiramihardja KK (Editor).
dapat menimbulkan obesitas.37
Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta:
Sagung Seto; 2009. hal. 9-18.
SIMPULAN 8. Kopelman PG. Obesity as a Medical Problem.
Sebagian besar remaja obesitas dan non Nature. 2000; 404 (6778): 635-643.
obesitas memiliki kualitas diet rendah. Kualitas diet 9. Wolongevicz DM, Zhu L, Pencina MJ, Kimokoti
yang rendah pada remaja obesitas disebabkan RW, Newby PK, D'Agostino RB, et al. Diet quality
karena tingginya seluruh asupan pada kategori and obesity in women: the Framingham Nutrition
moderasi, rendahnya asupan sayur, buah, serat, dan Studies. British Journal of Nutrition. 2010; 103(8):
mikronutrien pada kategori kecukupan, dan 1223–1229.
keseimbangan makronutrien serta asam lemak yang 10. Kim S, Haines PS, Siega-Riz AM, and Popkin BM..
The Diet Quality Index-International (DQI-I)
rendah pada kategori keseimbangan keseluruhan,
Provides an Effective Tool for Cross-National
sementara pada remaja non obesitas lebih Comparison of Diet Quality as Illustrated by China
disebabkan karena rendahnya asupan pada sebagian
Journal of Nutrition College, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 479

and the United States. The Journal of Nutrition. 24. Thompson JL, Manore MM, Voughan LA. Science
2003; 133(11): 3476–3484. of Nutrition. 2nd ed. USA: Pearson Education Inc.;
11. Family Nutrition Program Diet Quality of 2011. p. 126-7, 345.
American by Food Stamp Participation Status: Data 25. Mahan LK, Stump SE, and Raymond JL. Krause’s
from the National Health and Nutrition Food and The Nutrition Care Process Thiteenth
Examination Survey, 1999-2004. United States Edition. USA: Elesevier; 2012. Hal: 410-421.
Food and Department of Nutrition Agriculture 26. Lin Y, Mouratidou T, Vereecken C, Kersting M,
Service, July 2008. Bolca S, Moraes AC, et al. Dietary animal and plant
12. Suryaputra K dan Nadhiroh SR. Perbedaan Pola protein intakes and their associations with obesity
Makan dan Aktivitas fisik antara Remaja Obesitas and cardio-metabolic indicators in European
dengan Non Obesitas. Makara, kesehatan. 2012; adolescents: the HELENA cross-sectional study.
16(1): 45-50. Nutrition Journal. 2015; 14(10).
13. Rosenheck R. Fast food consumption and increased 27. Takalloo SM, Mirmiran P, Esfahani FH, Azizi F.
caloric intake: a systematic review of a trajectory Dietary Fat Intake and Its Relationship with Serum
towards weight gain and obesity risk. Obesity Lipid Profiles in Tehranian Adolescents. Journal of
reviews. 2008; 9(6): 535–547. Food and Nutrition Research. 2014; 6(2): 330-334.
14. French SA, Story M, Neumark-Sztainer D, 28. Webster JL., Dunford EK, and Neal BC. A
Fulkerson JA, Hannan P. Fast food restaurants use systematic survey of the sodium contents of
among adolescents: associations with nutrient processed foods. Am J Clin Nutr. 2010; 91: 413–
intake, food choices, and behavioral and 420.
psychosocial variables. Int J Obes. 2001; 25(12): 29. Novitasari. Kebiasaan Mengonsumsi Western Fast
1823–1833. Food Pada Remaja SMU yang Berstatus Gizi
15. Bowman SA, Gortmaker SL, Ebbeling CB, Pereira Normal dan Obese di Kota Bogor. [skripsi]. Jurusan
MA and Ludwig DS. Effect of Fast Food Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga,
Consumption on Energy Intake and Diet Quality Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 2005.
Among Children In a National Household Survey. 30. Monteiro CA, Levy RB, Claro RM., Castro IR, and
Journal of The American Academy of Pediatrics. Cannon G. Increasing consumption of ultra-
2004; 113(1): 112-118. processed foods and likely impact on human health:
16. Malik VS, Schulze MB, and Hu FB. Intake of sugar- evidence from Brazil. Public Health Nutr.2011; 14:
sweetened beverages and weight gain: a systematic 5–13.
review. The American Journal Of Clinical 31. Tufts University Health and Nutrition Letter. 2011.
Nutrition. 2006; 84(2): 274–288. “Hard News About Soft Drinks”.
17. Harrington S. The role of sugar-sweetened beverage http://search.proquest.com/.
consumption in adolescent obesity: a review of the 32. Sufiati B. Dampak negatif konsumsi junk-food.
literature. J Sch Nurs. 2008; 24(1): 3-12. Simposium fast food; 13 April 2003; Semarang.
18. Zalilah MS, Khor GL, Mirnalini K, Norimah AK, 33. Gharib N, Rasheed P. Energy and Macronutrient
Ang M. Dietary intake, physical activity and energy Intake and Dietary Pattern Among School Children
expenditure of Malaysian adolescents. Singapore in Bahrain: a Cross-Sectional Study. Nutritional
Medical Journal. 2006; 47(6): 491-498. Journal. 2011; 10(62).
19. Tur JA, Romaguera D and Pons A. The Diet Quality 34. Juturu V. Trans Fatty Acids and Cardiometabolic
Index-International (DQI-I): is it a useful tool to Syndrome. AOC Press. Urbana: 2009
evaluate the quality of the Mediterranean diet?. 35. Fatimah ZB, Saifuddin S, Rahayu I. Pola Konsumsi
British Journal of Nutrition. 2005; 93(3): 369–376. Terhadap Kejadian Obesitas Sentral pada Pegawai
20. Florence MD, Asbridge M, and Veugelers PJ. Diet Pemerintahan di Kantor Bupati Kabupaten
Quality and Academic Performance. Journal of Jeneponto. 2012. Skripsi Sarjana. Fakultas
School Health. 2008; 78(4): 209-215. Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin.
21. World Health Organization. Global Physical Makassar
Activity Surveillance. 2010. Available from: 36. Stankov I, Olds T, Cargo M. Overweight and obese
http://www.who.int/chp/steps/GPAQ/en/index.htm adolescents: what turns them off physical activity?.
l. Accessed February 5, 2015. International Journal of Behavioral Nutrition and
22. Guidelines for Data Processing and Analysis of the Physical Activity. 2012; 9: 53.
International Physical Activity Questionnaire 37. Steffen N, S B. Infant Weight Gain and Childhood
(IPAQ)– Short and Long Forms. November 2005. Overweight Status in a Multicenter, Cohort Study.
Diunduh dari Journal of the American Academy of Pediatrics.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC27 2002; 109: 109-94.
44347/ diakses pada tanggal 18 Februari 2015.
23. Aprianthi Wayan. Kajian Konsumsi Serat pada
Remaja di SMA Negeri 1. [Skripsi]. Kupang
:Universitas Nusa Cendanat. 2009.

Anda mungkin juga menyukai