Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kampung KB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 85

IMPLEMENTASI PROGRAM KAMPUNG KB DALAM UPAYA

PENANGGULANGAN KEMISKINAN
(Studi pada Kelurahan Kota Karang Raya, Kecamatan Teluk Betung Timur,
Kota Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

NURHAFIFAH ZULTHA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF KAMPUNG KB PROGRAM


TO REDUCE POVERTY
(A Study at Kota Karang Raya Village, Sub-District of Teluk Betung Timur,
Bandar Lampung)

By

NURHAFIFAH ZULTHA

The program of Kampung KB is one of the innovations of government programs


in strengthening Family Planning and Family Development program by narrowing
the scope of the target at the level of region/ village. The purpose of the program
is to improve the life quality of the community at the village level and to realize a
quality small family. This study aims to analyze the implementation of Kampung
KB program in Kota Karang Raya village as well as to find out the obstacles in
the implementation of the program of Kampung KB in Kota Karang Raya village.
The type of the research is descriptive research with qualitative approach.

The results of the research showed that from four indicators of the program, three
of them have been achieved well, namely: communication indicator, disposition
and bureaucracy structure, this was because in the implementation of the program
of Kampung KB, the program executor and the target were already maximum. Yet
the indicators of resources have not met the requirements because of the
inadequate facilities. Among the obstacles in the implementation of Kampung KB
program were: insufficient budgets and the lack of participation and awareness of
the community in Kota Karang Raya village. The researcher recommended
suggestions: the posts of Kampung KB are to be separated from village's office,
and in the socialization, the BKKBN (National Population and Family Planning
Board) Lampung should motivate the community to participate in the
implementation of Kampung KB program in Kota Karang Raya village.

Keywords: Public Policy, Public Policy Implementation, Poverty, Kampung


KB Program
ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROGRAM KAMPUNG KB DALAM UPAYA


PENANGGULANGAN KEMISKINAN
(Studi pada Kelurahan Kota Karang Raya, Kecamatan Teluk Betung Timur,
Kota Bandar Lampung)

Oleh

NURHAFIFAH ZULTHA

Program Kampung KB merupakan salah satu inovasi program pemerintah dalam


memperkuat program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga dengan mempersempit ruang lingkup sasaran yaitu dalam tingkat
wilayah/desa/kelurahan. Tujuan dari program Kampung KB adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat di tingkat desa/kelurahan serta dapat
mewujudkan keluarga kecil berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
pelaksanaan program Kampung KB di Kelurahan Kota Karang Raya serta hambatan-
hambatan dalam pelaksanaan program Kampung KB di Kelurahan Kota Karang Raya.
Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari empat indikator implementasi


program yang digunakan dalam penelitian ini, tiga diantaranya sudah dapat
tercapai dengan baik, yakni pada indikator komunikasi, disposisi dan struktur
birokrasi, karena dalam pelaksanaan program Kampung KB pelaksana dan target
sasaran sudah maksimal. Sedangkan indikator sumberdaya belum mampu tercapai
dengan baik, karena fasilitas yang masih kurang memadai. Hambatan-hambatan
dalam pelaksanaan program Kampung KB adalah kurangnya anggaran, serta
kurangnya partisipasi dan kesadaran masyarakat di Kelurahan Kota Karang Raya.
Peneliti merekomendasikan saran yaitu, sebaiknya fasilitas seperti posko
Kampung KB dibuat terpisah dari kantor Kelurahan, dan dalam melakukan
sosialisasi pihak BKKBN Lampung sebaiknya lebih bisa memotivasi masyarakat
agar mereka dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan program Kampung KB di
Kelurahan Kota Karang Raya.

Kata Kunci: Kebijakan Publik, Implementasi Kebijakan Publik,


Kemiskinan, Program Kampung KB
IMPLEMENTASI PROGRAM KAMPUNG KB DALAM UPAYA
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
(Studi pada Kelurahan Kota Karang Raya, Kecamatan Teluk Betung Timur,
Kota Bandar Lampung)

Oleh

NURHAFIFAH ZULTHA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA ADIMINITRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Nurhafifah Zultha, lahir di Bandar

Lampung pada tanggal 02 Desember 1994. Merupakan anak

pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Tolha dan

Ibu Zulailla. Penulis menempuh jenjang pendidikan dari

Taman Kanak-Kanak (TK) Kartini Bandar Lampung yang

diselesaikan pada tahun 2001. Selanjutnya pada tahun 2007

menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Palapa Bandar

Lampung. Pendidikan selanjutnya Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 25

Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Bandar Lampung

diselesaikan pada tahun 2013.

Pada tahun 2013 penulis diterima sebagai mahasiswi pada jurusan Ilmu

Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas

Lampung melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasiswi, penulis

berkesempatan berorganisasi dalam Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara

(HIMAGARA) dan terdaftar sebagai anggota Himagara pada Bidang Hubungan

Luar (HUBLU) FISIP Universitas Lampung. Pada tahun 2016 penulis mengikuti

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Lok, Kecamatan Pulau Pisang, Kabupaten

Pesisir Barat selama 60 hari.


MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”

(QS. AL Insyirah:5)

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan

dengan kesanggupannya”

(QS. AL Baqarah:286)

“Hidup adalah sebuah impian yang harus diwujudkan

dan hidup adalah suatu perjalanan yang harus diselesaikan”

(Nurhafifah Zultha)
PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama ALLAH SWT

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, kupersembahkan karya ini untuk:

Kedua Orang Tuaku Tercinta

Bapak Tolha dan Ibu Zulailla

Yang telah memberikan cinta dan kasihnya, memberikan semangat,

dukungan, serta motivasi. Terimakasih atas keikhlasan dan ketulusan

serta doa yang tak henti-hentinya yang selalu kalian berikan.

Adikku tersayang Ahmad Afandi Zultha

Terimakasih atas segala dukungan dan semangatnya.

Untuk Keluarga besarku, Sahabat-sahabat tercinta, dan

Teman-teman seperjuanganku

Para Pendidik Tanpa Tanda Jasa yang Ku Hormati

ALMAMATER TERCINTA, UNIVERSITAS LAMPUNG


SANWANCANA

Assalamualaikum, Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

rahmat dan hidayah-Nya yang tiada henti tercurahkan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Implementasi Program Kampung KB

dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan (Studi pada Kelurahan Kota

Karang Raya, Kecamatan Teluk Betung Timur, Kota Bandar Lampung)”.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara

pada jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Lampung.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari keterbatasan kemampuan dan

pengetahuan yang dimiliki sehingga skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya

dukungan berupa pengarahan, bimbingan, dan kerja sama semua pihak yang telah

turut membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Allah SWT yang telah menciptakan seluruh alam semesta berupa isinya,

dengan rasa syukur selalu kupanjatkan atas limpahan rahmat serta

hidayah-Nya.
2. Bapak Dr. Syarief Makhya, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Noverman Duadji, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu

Administrasi Negara, FISIP Universitas Lampung sekaligus Dosen

Pembimbing Akademik. Terimakasih telah bersedia meluangkan waktu,

tenaga, pikiran, memberikan saran, nasihat dan bimbingan kepada penulis.

4. Ibu Intan Fitri Meutia, M.A., Ph.D. selaku dosen Pembimbing Utama yang

selalu bersedia untuk meluangkan waktu, tenaga, pikiran, motivasi, dan

memberikan saran serta nasihat kepada penulis selama proses bimbingan

dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini. Terimakasih banyak kepada

Ibu, semoga segala keikhlasan dan ketulusan Ibu dalam mendidik serta

membimbing saya selama ini mendapatkan berkah dari Allah SWT.

5. Ibu Ita Prihantika, S.Sos., M.A. selaku dosen Pembimbing Kedua yang

senantiasa selalu bersedia meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan, saran, masukan, motivasi serta nasihat kepada penulis dari

awal hingga akhir penyusunan skripsi. Terimakasih banyak Ibu, semoga

keikhlasan dan ketulusan Ibu dalam membimbing dan mendidik saya

selama ini mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

6. Ibu Dra. Dian Kagungan, M.H. selaku dosen Pembahas yang telah

bersedia untuk banyak memberikan saran dan masukan yang sangat

berharga dan membimbing kepada penulis dalam proses menyelesaikan

skripsi ini. Terimakasih banyak kepada Ibu, semoga keikhlasan dan

ketulusan hati Ibu dalam mendidik saya selama ini mendapatkan

keberkahan selalu dari Allah SWT.


7. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara, FISIP Unila.

Terimakasih atas segala ilmu yang telah Bapak Ibu berikan, semoga ilmu

dan pengalaman yang telah penulis peroleh selama perjalanan di kampus

dapat menjadi bekal yang berharga untuk kehidupan penulis kedepannya.

8. Ibu Nur’aini dan Bapak Azhari sebagai staf jurusan Ilmu Administrasi

Negara yang selalu sabar memberikan pelayanan dan membantu penulis

terkait administrasi yang berkaitan dengan penyusunan skripsi.

9. Segenap Informan penelitian yaitu Bapak Drs. Putra Alam selaku Kepala

Bidang KB-KR BKKBN Lampung, Bapak H. Marjuki, S.H selaku

Koordinator PLKB Kota Karang Raya, Ibu Anani, S.E selaku Sekretaris

Kelurahan Kota Karang Raya, serta pihak lainnya yang telah menjadi

informan penulis. Terimakasih telah memberikan informasi serta waktunya

demi kelancaran selama proses penelitian ini.

10. Ayah dan Ibuku tercinta. Terimakasih merupakan ucapan yang tidak

seimbang dengan apa yang telah kalian berikan kepadaku, yang tiada henti

selalu mendoakan setiap saat, mendidik dan membesarkanku dengan

penuh kesabaran serta memberikan kasih sayang yang tulus dan ikhlas,

memberikan dukungan, semangat, dan motivasi. Semoga Allah SWT

selalu melimpahkan kesehatan dan keberkahan rezeki untuk kalian.

Terimakasih banyak Ayah dan Ibu.

11. Adikku tersayang Ahmad Afandi Zultha. Terimakasih untuk semangat dan

dukungannya kepadaku.

12. Keluarga Besar dan Nyaiku Hj.Halimah CH. Terimakasih atas semangat,

motivasi, dan doa yang diberikan, sehingga penulis bisa sampai tahap ini.
13. Sahabatku Vanche tercinta, Merry Yana Sari, Desi Eriyanti, Puspita Cahya

Rivai, Nanda Fitriani, dan Risni Anjani. Terimakasih telah menjadi

sahabat terbaik dari awal masuk SMA sampai dengan saat ini, terimakasih

atas semua kebersamaan canda tawa, kegokilan, kekonyolan, yang telah

kalian ciptakan selama ini, yang selalu bikin ngakak LOL kalau sudah

kumpul bareng, yang terkadang suka bikin paleng dan bikin kesel, selalu

teriweh, terrumpi, terjulidta, dan pastinya terpance! Kusayang kalian,

semangat terus buat kita mengejar mimpi dan cita-cita, sukses selalu genk.

14. Sahabat terbaiku yang luar biasa, Andan Rahayu, Desti Eka Rahmawati,

Rindu Nova Daria Putri. Mungkin deskripsi sederhana ini hanya bisa

menggambarkan sebagian dari kebaikan kalian, akan tetapi penulis akan

selalu ingat kebaikan dan pertolongan kalian kepadaku. Terimakasih telah

menjadi sahabat terbaik sekaligus saudara dari awal masuk kuliah hingga

saat ini, yang telah memberikan semangat, dukungan, serta motivasi, yang

selalu siap membantu dan menolong kapanpun itu, yang selalu setia

menemani ke kampus walaupun hanya untuk bimbingan. Terimakasih atas

kebersamaan, canda tawa, yang telah kalian buat selama ini, yang selalu

heboh kalau lagi cerita, kalau ngomong sukanya seotot-ototan gak mau

kalah, terkadang suka pundungan dan singutan, sukanya rumpi ntah apa

yang dibahas, tapi itu yang buat kita nyaman. Btw, untuk Andan

terimakasih karena selalu mau direpotin dan selalu setia menemani riset

bolak-balik dari ujung ke ujung, untuk Desti selalu semangat ya mencari

kerjanya, untuk Rindu jangan malas ngelarin skripsinya, jangan menyerah

dan yakin usaha sampai. Sukses selalu!See you on top genk!SEMANGAT!


15. Sahabat terhebohku, Maya Shella Andhiny, Dewi Agustini, Jita Aryani,

mereka adalah wanita baik hati, suka membantu dan menolongku, heboh,

berisik, cerewet, suka banget ngerumpi kalau udah ketemu, yang hobi

banget ke kampus walupun gak ada kepentingan, yang kalau berbicara

harus banget ya teriak-teriak biar puas. Terimakasih teruntuk kalian yang

sudah sangat membantuku dalam segala hal, terimakasih atas waktu dan

kebersamaan selama berada di kampus dan di luar kampus, tetap jadi

terheboh, tergupek, dan terumpi ya kalian pokoknya. Sukses selalu genk.

16. Sahabat kampusku, Meilika Ardyuansyah Zaidar, Arinta Fitriani Agnes,

Elva Yonanda, Rijkiana Nuansa. A dan Syntia Bela Tama. Terimakasih

sudah menjadi sahabat baikku dari awal maba hingga saat ini, yang selalu

membantu penulis pada saat perkuliahan, serta kebersamaan dan cerita-

cerita yang telah kalian ciptakan dari awal perkuliahan hingga sekarang.

17. Keluarga Besar Alas Menara, Zikri, Ade, Ade, Agnes, Edo, Fajar, Andan,

Anggi, Arinta, Asti, Ayu Krui, Ayu M, Ayu W, Cici, Eci, Desti, Emon,

Devi, Deviyona, Dewi W, Dimas, Dinda, Dwi, Nuris, Eka, Ellyza, Elva,

Fela, Ghozie, Gibran, Isti, Hafiz, Hendri, Hendro, Tika, Kesy, Kaidir,

Laras, Lela, Sasa, Hasby, Leo, Meilika, Iqbal, Nanda, Nca, Nita, Oca,

Okke, Panji, Pindo, Yoga, Yogi, Galih, Ratu, Resqi, Respatih, Revardo,

Rico, Rindu, Riska, Mala, Septya, Silvia, Uci, Syntia, Topik, Tiara, Tulva,

Uki, Umar, Uun, Vania, Wahyu, Wiza, Wulan, Artha, Zulham, Ari, Arif,

Bayu, Sedy, Defita, Dewi A, Fitri, Luse, Hendriko, Jita, Maya, Meylani,

Okta, Pepy, Rahma, Kiana, Ala, Poni. Terimakasih atas kebersamaannya

selama masa perkuliahan dari maba sampai sekarang. Tetap Kompak ya!
18. Keluarga Besar HIMAGARA FISIP Universitas Lampung. Terimakasih

sudah menjadi keluarga selama masa perkuliahan.

19. Teman-teman KKN Desa Pekon Lok, Kecamatan Pulau Pisang, Kabupaten

Pesisir Barat. Udo Devolta Diningrat, Bang Imam Dermawan, Bang Rizki

Hendarji Putra, Ardy Yanto, Mbak Ista Mayasari, dan Indah Permata.

Terimakasih atas pengalaman dan pembelajarannya selama KKN di Pulau

Pisang serta untuk kesan-kesannya selama 60 hari yang sangat berharga

dan tentunya tidak akan terlupakan.

20. Terimakasih untuk semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan

skripsi ini tanpa terkecuali, yang tidak dapat ditulis satu persatu, yang

memberikan doa dan dukungan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan karya sederhana ini.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua dan

pihak-pihak lain yang membutuhkan terutama bagi penulis. Saran dan kritik yang

bersifat membangun akan selalu diharapkan. Akhir kata penulis ucapkan

terimakasih, semoga Allah SWT memberikan perlindungan dan kebaikan bagi

kita semua serta semoga tali silaturahmi diantara kita tetap terjaga dan dapat

dipertemukan kembali dalam keridhoan-Nya. Amiin Yaa Rabbal’alamin.

Bandar Lampung, 27 Desember 2017


Penulis,

Nurhafifah Zultha
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 11
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 11
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Kebijakan Publik .............................................................. 13
1. Konsep Kebijakan Publik............................................................ 13
2. Proses Kebijakan Publik.............................................................. 15
B. Tinjauan Implementasi Kebijakan Publik........................................ 17
1. Konsep Implementasi Kebijakan Publik ..................................... 17
2. Model Implementasi Kebijakan Publik....................................... 18
3. Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan Publik .................. 27
C. Tinjauan Kemiskinan ....................................................................... 28
D. Tinjauan Program Kampung KB ..................................................... 31
E. Kerangka Pikir ................................................................................. 35

III. METODE PENELITIAN


A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ....................................................... 37
B. Fokus Penelitian............................................................................... 37
C. Lokasi Penelitian.............................................................................. 39
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 40
E. Teknik Analisis Data........................................................................ 42
F. Teknik Keabsahan Data ................................................................... 44

IV. GAMBARAN UMUM


A. Gambaran Umum BKKBN Provinsi Lampung ............................... 48
1. Visi dan Misi ............................................................................... 49
2. Struktur Organisasi...................................................................... 50
3. Tugas Pokok dan Fungsi ............................................................. 50
B. Gambaran Umum Kecamatan Teluk Betung Timur ........................ 51
1. Visi dan Misi ............................................................................... 52
2. Struktur Organisasi...................................................................... 53
C. Gambaran Umum Kelurahan Kota Karang Raya ............................ 55
1. Keadaan Penduduk...................................................................... 57
2. Struktur Organisasi...................................................................... 59
3. Visi dan Misi ............................................................................... 59

V. PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 61
1. Implementasi Program Kampung KB dalam Upaya
Penanggulangan Kemiskinan di Kelurahan Kota Karang
Raya, Kota Bandar Lampung ...................................................... 62
A. Komunikasi............................................................................. 62
B. Sumberdaya ............................................................................ 70
C. Disposisi ................................................................................. 77
D. Struktur Birokrasi ................................................................... 81
2. Faktor Penghambat Implementasi Program Kampung KB
dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Kelurahan
Kota Karang Raya, Kota Bandar Lampung ................................ 84
B. Pembahasan...................................................................................... 85
1. Implementasi Program Kampung KB dalam Upaya
Penanggulangan Kemiskinan di Kelurahan Kota Karang
Raya, Kota Bandar Lampung ...................................................... 86
A. Komunikasi............................................................................. 86
B. Sumberdaya ............................................................................ 92
C. Disposisi ................................................................................. 98
D. Struktur Birokrasi ................................................................... 100
2. Faktor Penghambat Implementasi Program Kampung KB
dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Kelurahan
Kota Karang Raya, Kota Bandar Lampung ................................ 103

VI. KESIMPULAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 106
B. Saran ................................................................................................ 107

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Lampung ................... 5


2. Lokasi Kampung KB di Provinsi Lampung................................................. 7
3. Data Penduduk Miskin di Kecamatan Teluk Betung Timur........................ 9
4. Perkembangan Pembinaan Kampung KB LK.1 .......................................... 10
5. Daftar Informan Wawancara........................................................................ 41
6. Dokumen terkait Program Kampung KB..................................................... 42
7. Data Penduduk Kelurahan Kota Karang Raya Menurut Umur.................... 57
8. Data Penduduk Kelurahan Kota Karang Raya Menurut Pekerjaan ............. 57
9. Data Penduduk Kelurahan Kota Karang Raya Menurut Pendidikan........... 58
10. Data Penduduk Kelurahan Kota Karang Raya Menurut Agama ................. 58
11. Data Staf Petugas Lapangan Kampung KB ................................................. 71
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Proses Kebijakan Publik .............................................................................. 15


2. Bagan Kerangka Pikir .................................................................................. 36
3. Struktur Organisasi BKKBN Provinsi Lampung......................................... 50
4. Struktur Organisasi Kecamatan Teluk Betung Timur.................................. 54
5. Struktur Organisasi Kelurahan Kota Karang Raya ...................................... 59
6. Sosialisasi Program Kampung KB di Kelurahan Kota Karang Raya .......... 64
7. Jadwal Rencana Kegiatan Program Kampung KB ...................................... 68
8. Posko Kampung KB di Kantor Kelurahan Kota Karang Raya.................... 76
9. Pelayanan KB di Kelurahan Kota Karang Raya .......................................... 80
10. Petunjuk Teknis Kampung KB .................................................................... 82
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan

berkelanjutan. Pembangunan yang baik hanya akan bisa diwujudkan oleh

penduduk yang berkualitas baik, yang tentu tergantung pada besar jumlah

penduduk. Jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan yang cepat

serta kualitas rendah tentu mempersulit tercapainya tujuan pembangunan dan

menimbulkan masalah peningkatan jumlah penduduk. Permasalahan peningkatan

jumlah penduduk merupakan permasalahan penting yang dialami oleh banyak

Negara berkembang, termasuk Indonesia.

Besarnya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan

kondisi kesejahteraan yang baik masih menjadi permasalahan pokok di Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sensus penduduk tahun 2015,

menunjukan bahwa jumlah penduduk di Indonesia telah mencapai 255.461.700

jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 128.648.542 jiwa dan jumlah perempuan

sebanyak 126.813.158 jiwa. Jumlah penduduk di Indonesia masih akan terus

meningkat setiap tahunnya.


2

Menyikapi permasalahan peningkatan jumlah penduduk, pemerintah Indonesia

kemudian fokus menjalankan program Keluarga Berencana (KB). Program KB di

Indonesia dimulai sejak masa Orde Baru (1971) dan pernah terbukti mampu

menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. Berdasarkan BPS, laju

pertumbuhan penduduk pada tahun 1971-1980 adalah 2,31%. Jika dilihat dalam

sepuluh tahun berikutnya, angka ini mengalami penurunan yang cukup signifikan,

yakni sebesar 1,47% pada tahun (1990-2000). Jumlah penduduk Indonesia pada

tahun 2010 kurang lebih mencapai 237.556.363 jiwa dengan laju pertumbuhan

penduduk mencapai 1,49%. Artinya, ada penambahan sekitar 3,5 hingga 4 juta

penduduk setiap tahun. Dengan pertumbuhan sebesar ini, jumlah penduduk

Indonesia diakhir tahun 2015 diperkirakan akan menyentuh 250 juta jiwa. Akan

tetapi, dalam sepuluh tahun terakhir (2000-2010) laju pertumbuhan penduduk

Indonesia kembali naik dan ini tentu menjadi perhatian penting bagi pemerintah

agar lebih serius dalam menjalankan program KB.

Jumlah penduduk Indonesia saat ini melaju dengan cepat dan mengakibatkan

angka pengangguran dan kemiskinan semakin tinggi. Pada dasarnya hasil dari

program KB berguna untuk pembangunan dan perkembangan masyarakat

Indonesia itu sendiri. Upaya untuk terus memaksimalkan pelaksanaan program

KB tentu menjadi pilihan mutlak bagi pemerintah saat ini. Pelaksanaan program

KB Nasional dimandatkan kepada Badan Kependudukan Keluarga Berencana

Nasional sebagai sebuah lembaga non kementerian. BKKBN merupakan lembaga

resmi pelaksana teknis program yang pelaksana kegiatannya terstruktur secara

hierarkis dan terkoordinasi mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota,


3

hingga Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang berada di kecamatan

dan kelurahan/desa.

Indonesia saat ini tengah menghadapi suatu persoalan yang rumit yakni masalah

kemiskinan. Menurut Martono (2011:163), kemiskinan adalah salah satu dampak

sosial pembangunan karena pembangunan dapat menyebabkan ketimpangan

pendapatan antar penduduk. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi ketika

seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup minimal (sandang, pangan

dan papan). Karena sifat kemiskinan yang multidimensi tersebut, menurut

Martono (2011:163), kemiskinan telah memberi akibat yang juga beragam, yaitu:

a. Secara sosial ekonomi dapat menjadi beban masyarakat

b. Rendahnya kualitas dan produktivitas masyarakat

c. Rendahnya partisipasi masyarakat

d. Menurunnya keterlibatan umum dan ketentraman masyarakat

e. Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat

f. Merosotnya mutu generasi yang akan datang

Pertambahan jumlah penduduk di Provinsi Lampung dari tahun ke tahun kian

bertambah. Kepadatan penduduk yang disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan

penduduk yang sulit diatasi adalah: Pertama, laju pertumbuhan penduduk yang

cepat menyebabkan kelahiran yang tinggi, dan kebutuhan bahan pokok yang

meningkat (pangan). Kedua, penyebaran penduduk tidak merata menyebabkan

mobilitas yang rendah. Ketiga, peningkatan jumlah penduduk dalam umur sekolah

yakni, kebutuhan dan kesempatan belajar yang meningkat, arus urbanisasi yang
4

meningkat, selain mengalami kepadatan penduduk, tingkat kemiskinan juga pasti

akan meningkat seiring dengan jumlah pengangguran tinggi dan lowongan

pekerjaan yang tidak memadai. BKKBN Provinsi Lampung akan mengendalikan

jumlah penduduk dan mengentaskan kemiskinan, salah satunya dengan

menekankan program KB.

Program KB disiapkan untuk menekan jumlah penduduk dan kemiskinan.

Program ini dilaksanakan di daerah yang angka kelahirannya sangat tinggi serta di

daerah yang pemenuhan layanan pendidikan, kesehatan, dan ekonominya masih

terbelakang. Dengan ini jumlah penduduk dapat dikendalikan dan dapat menekan

jumlah penduduk sehingga tingkat kemiskinan berkurang. Berdasarkan data BPS

garis kemiskinan yang ada di Provinsi Lampung tahun 2016 mencapai 13,86%,

dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 1.140.000 jiwa. Jumlah penduduk di

Provinsi Lampung hingga tahun 2015 telah mencapai 8.117.268 jiwa dan tahun

2016 sebanyak 8.205.144 jiwa. Bila dibandingkan dengan hasil sensus penduduk

tahun 2000 yang mencatat jumlah penduduk Lampung sebanyak 6.730.751 jiwa,

populasi hingga 2010 bertambah 12,86% dengan laju pertumbuhan 1,23% per

tahun.

Kota Bandar Lampung termasuk kota yang memiliki laju pertumbuhan penduduk

tertinggi dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang ada di Provinsi

Lampung. Pada tahun 2010-2015 laju pertumbuhan penduduk di Bandar Lampung

tercatat sebanyak 2,04% serta jumlah penduduk miskin di Bandar Lampung pada

tahun 2015 tercatat sebanyak 233.270 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

tabel 1 yaitu:
5

Tabel 1. Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Lampung


LP(%)
LP(%) LP(%) LP(%) LP(%) LP(%)
Kabupaten/Kota 2011-
2011 2012 2013 2014 2015
2015
Lampung Barat 1,16 1,10 1,09 0,97 0,94 1,05
Tanggamus 1,39 1,33 1,29 1,22 1,19 1,28
Lampung Selatan 1,33 1,27 1,22 1,16 1,11 1,22
Lampung Timur 1,22 1,16 1,10 1,06 1,01 1,11
Lampung Tengah 1,17 1,13 1,08 1,03 0,97 1,08
Lampung Utara 0,79 0,73 0,68 0,63 0,56 0,68
Way Kanan 1,32 1,27 1,21 1,16 1,13 1,22
Tulang Bawang 1,57 1,51 1,48 1,42 1,37 1,47
Pesawaran 1,38 1,32 1,29 1,23 1,16 1,28
Pringsewu 1,16 1,14 1,09 1,03 0,99 1,08
Mesuji 0,87 0,87 0,76 0,79 0,72 0,80
Tulang Bawang Barat 1,11 1,12 0,99 1,02 0,91 1,03
Pesisir Barat 1,12 1,11 1,04 1,01 1,00 1,05
Bandar Lampung 2,14 2,08 2,04 1,98 1,94 2,04
Kota Metro 1,78 1,70 1,59 1,61 1,55 1,65
Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2016

Berdasarkan tabel 1, Kota Bandar Lampung memiliki laju pertumbuhan penduduk

tertinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Lampung.

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Bandar Lampung pada tahun 2011-2015

tercatat sebanyak 2,04%. Pada tahun 2011 laju pertumbuhan penduduk sebanyak

2,14%, kemudian pada tahun 2012 sebanyak 2,08%, pada tahun 2013 sebanyak

2,04%, tahun 2014 sebanyak 1,98%, dan pada tahun 2015 sebanyak 1,94%.

Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota dari Provinsi Lampung terus

mengalami kenaikan jumlah penduduk setiap tahunnya. Berdasarkan data BPS

pada tahun 2010 jumlah penduduk kota Bandar Lampung berjumlah 885.363

jiwa, pada tahun 2011 tercatat sebanyak 904.322 jiwa, kemudian pada tahun

2012 jumlah tersebut meningkat sebanyak 9 2 3 . 1 7 5 jiwa dan kembali

mengalami peningkatan menjadi 942.039 jiwa pada tahun 2013, pada tahun 2014

sebanyak 960.695 jiwa, kemudian pada tahun 2015 jumlah penduduk bertambah
6

sebanyak 979.287 jiwa, dan kembali mengalami peningkatan menjadi 997.728

jiwa pada tahun 2016. Karenanya, dengan program KB diharapkan menjadi pintu

untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup manusia. Manusia hidup

bukan hanya untuk sekedar hidup, seperti pemenuhan sandang, pangan, dan papan

saja, mereka memerlukan kualitas hidup yang baik. Hal-hal yang menunjang agar

manusia dapat menciptakan hidup yang berkualitas adalah dengan mempunyai

pendidikan yang baik, pekerjaan yang layak, dan juga adanya rasa aman serta

kesehatan.

BKKBN sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program

Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) secara

nasional membuat terobosan baru yaitu “Program Kampung KB” atau lengkapnya

“Program Kampung Keluarga Berencana”. Undang-Undang Nomor 52 tahun

2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sebagai

dasar pelaksanaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana menekan

kewenangan BKKBN untuk tidak memfokuskan pada masalah pengendalian

penduduk saja namun masalah pembangunan keluarga berencana juga. Oleh

karena itu pemerintah provinsi telah mencanangkan program Kampung Keluarga

Berencana atau Kampung KB di Provinsi Lampung.

Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor: 146/111.21/HK/2016 tentang

Pembentukan Kelompok Kerja Kampung Keluarga Berencana Kota Bandar

Lampung. Pemerintah Provinsi Lampung bekerja sama dengan BKKBN Provinsi

Lampung membentuk Kampung KB. Program Kampung KB merupakan salah

satu gerakan membangun desa dan termasuk dalam program penanggulangan


7

kemiskinan. Kampung KB bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup

masyarakat di tingkat kampung atau yang setara melalui program KKBPK serta

pembangunan sektor terkait dalam rangka mewujudkan keluarga kecil berkualitas

(https://www.teraslampung.com/pemprov-dan-bkkbn-tetapkan-15-kampung/

diakses pada tanggal 16 Desember 2016).

Tabel 2. Lokasi Kampung KB di Provinsi Lampung

Kabupaten/kota Lokasi Jumlah Penduduk

Lampung Selatan Dusun Sukapura Desa Tanjng Raya, Palas 319 jiwa

Lampung Tengah Dusun IV Gunung Agung, Terusan Nunyai 763 jiwa

Lampung Utara Dusun Muara Balak, Sungkai Barat 1890 jiwa

Bandar Lampung Kota Karang Raya, Teluk Betung Timur 3273 jiwa

Lampung Barat Dusun I Desa Mekar Sari, Pagar Dewa 579 jiwa

Tulang Bawang Dusun I Desa Banjar Aji, Gedung Aji 709 jiwa

Tanggamus Dusun V Desa Pekon Balak, Wonosobo 1161 jiwa

Metro Hadimulyo Barat, Kota Metro 1306 jiwa

Lampung Timur Dusun I Pakuan Aji, Sukadana 871 jiwa

Way Kanan Dusun Bangun Rejo, Way Tuba 69 jiwa

Pesawaran Dusun V Pulau Pahawang, Marga Punduh 599 jiwa

Pringsewu Dusun II Desa Sukoharjo 501 jiwa

Mesuji Dusun IV Desa Sungkai Cambai, Mesuji 764 jiwa

Tulang Bawang Barat Dusun IV Desa Bujung Dewa, Pagar Dewa 1298 jiwa

Pesisir Barat Dusun I Desa Pakuan Aji, Karya Pengawa 248 jiwa

Sumber: Data BKKBN Provinsi Lampung, 2016

Berdasarkan data yang diperoleh dari BKKBN Provinsi Lampung, sebanyak 15

kabupaten/kota terpilih sebagai lokasi kampung KB di Provinsi Lampung, salah

satunya yaitu, Kelurahan Kota Karang Raya, Kecamatan Teluk Betung Timur,
8

Kota Bandar Lampung, karena kelurahan tersebut memiliki jumlah penduduk

terbanyak diantara desa atau kecamatan yang terpilih sebagai Kampung KB di

Provinsi Lampung. Kelurahan Kota Karang Raya terpilih sebagai pusat

pencanangan Kampung KB tingkat Kota Bandar Lampung pada tahun 2016.

Kelurahan Kota Karang Raya merupakan salah satu dari kelurahan yang berada di

wilayah Kecamatan Teluk Betung Timur. Luas wilayah kelurahan tersebut 22Ha

dan mempunyai jumlah penduduk sebanyak 6104 jiwa dengan jumlah Kepala

Keluarga (KK) sebanyak 1531 KK. Jika dibandingkan dengan kelurahan lain yang

ada di Teluk Betung Timur, dari sisi KKBPK kondisi kelurahan Kota Karang

Raya termasuk yang mempunyai jumlah penduduk miskin paling tinggi.

Kelurahan Kota Karang terpilih sebagai Kampung KB dikarenakan data penduduk

keluarga berencana pada metode keluarga berencana jangka panjang di kelurahan

Kota Karang Raya paling rendah diantara kelurahan yang ada di Bandar

Lampung. Dimana kelurahan Kota Karang Raya mayoritas penduduknya sebagian

besar bermata pencarian sebagai pekerja lepas, nelayan dan pemulung, penduduk

yang tinggal di kelurahan tersebut mayoritas hanya tamatan SD dan SMP, serta

termasuk dalam daerah kumuh yang angka kelahirannya tidak terkendali, dan

sering terjadinya pernikahan dini (http://lenteraswaralampung.com/berita-1072-

kota-karang-raya-dipilih-jadi-kampung kb.html diakses pada tanggal 16

Desember 2016).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi angka

kemiskinan salah satunya yaitu melalui program Kampung KB. Kelurahan Kota

Karang Raya menjadi salah satu dari enam kelurahan yang ada di Kecamatan
9

Teluk Betung Timur dengan partisipasi peserta KB aktif atau PA MKJP (Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang) terendah dari kelurahan yang ada di Kecamatan

tersebut. Dari data yang didapatkan Kelurahan Kota Karang Pa MKJP 21.8%,

Kota Karang Raya 18.6%, Perwata 18.8%, Keteguhan 19.0%, Sukamaju 24.1 dan

Way Tataan 23.7%. Dapat disimpulkan bahwa peserta PA MKJP tertinggi berada

di Kelurahan Sukamaju dan PA MKJP terendah berada di Kelurahan Kota Karang

Raya (Sumber: Data Kecamatan Teluk Betung Timur,2016).

Berdasarkan data kependudukan Kecamatan Teluk Betung Timur, Kelurahan Kota

Karang Raya memiliki tingkat keluarga sejahtera dengan jumlah penduduk miskin

paling banyak diantara kelurahan yang ada di Kecamatan Teluk Betung Timur.

Tahap Keluarga Pra Sejahtera (KPS), keluarga yang belum dapat memenuhi

kebutuhan dasar termasuk kategori sangat miskin. Keluarga Sejahtera I (KS I),

keluarga yang sudah memenuhi kebutuhan dasar dalam hal sandang, pangan,

papan, dan pelayanan kesehatan yang sangat dasar termasuk kategori miskin.

Sedangkan Keluarga Sejahtera II (KS II), keluarga yang sudah dapat memenuhi

kebutuhan dasar, juga dapat memenuhi kebutuhan sosial termasuk kategori

keluarga menengah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3:

Tabel 3. Data Penduduk Miskin di Kecamatan Teluk Betung Timur

No Kelurahan KPS dan KS I


1 Kelurahan Kota Karang Raya 70,7%
2 Kelurahan Way Tataan 54,7%
3 Kelurahan Kota Karang 63,7%
4 Kelurahan Perwata 48,6%
5 Kelurahan Keteguhan 59,8%
6 Kelurahan Sukamaju 51,9%
Sumber: Data Kependudukan Kecamatan Teluk Betung Timur, 2016
10

Berdasarkan tabel 3, dapat dibandingkan dengan lima kelurahan lain yang ada di

Kecamatan Teluk Betung Timur, dari sisi KKBPK kondisi kelurahan Kota Karang

Raya termasuk yang mempunyai jumlah penduduk miskin (KPS dan KS I) paling

tinggi, sebesar 70,7 % dengan data tahapan keluarga berupa tahap KPS: 59 KK

(sangat miskin), KS I: 576 KK (miskin), dan KS II: 144 KK pada kategori

keluarga menengah.

Tabel 4. Perkembangan Pembinaan Kampung KB LK.1

Kondisi Perkembangan
Data/sasaran Awal
Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan
LK 1 1 2 3 4
Jumlah penduduk 3273 Jiwa 3362 Jiwa 3372 Jiwa 3378 Jiwa 3386 Jiwa
Jumlah kepala keluarga 762 KK 787 KK 791 KK 793 KK 797 KK

Jumlah pasangan usia subur 549 PUS 555 PUS 559 PUS 563 PUS 567 PUS

Jumlah balita (0-5tahun) 276 Anak 281 Anak 283 Anak 285 Anak 286 Anak
351 361 379 380 381
Jumlah remaja (10-24tahun)
Remaja Remaja Remaja Remaja Remaja

Jumlah Lansia (60thn


179 Lansia 181 Lansia 188 Lansia 189 Lansia 190 Lansia
keatas)
Jumlah KLP kegiatan KB 8 Klp 8 Klp 8 Klp 8 Klp 8 Klp

Sumber: Data BKKBN Provinsi Lampung, 2016

Tabel 4, dari data hasil pra riset yang dilakukan di Kecamatan Teluk Betung

Timur dengan informan Bapak Marjuki, S.H, selaku PKBL Kampung KB di

Kelurahan Kota Karang Raya, peneliti memperoleh informasi terkait program

Kampung KB. Sejak program Kampung KB dijalankan pada bulan Maret

2016 sampai saat ini tercatat jumlah penduduk di Kelurahan Kota Karang

Raya pada Lingkungan 1 tahun 2016 kian mengalami penurunan secara

bertahap. Jumlah penduduk pada tahun 2014 sebanyak 4.276 jiwa, tahun 2015
11

sebanyak 3.891 jiwa, dan pada tahun 2016 sejak program Kampung KB

dijalankan jumlah penduduk mengalami penurunan yaitu menjadi 3.273 jiwa.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Implementasi Program

Kampung KB dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan (Studi pada

Kelurahan Kota Karang Raya, Kecamatan Teluk Betung Timur, Kota

Bandar Lampung)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan program Kampung KB dalam upaya menanggulangi

kemiskinan di Kelurahan Kota Karang Raya?

2. Apa saja hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program Kampung KB

dalam upaya menanggulangi kemiskinan di Kelurahan Kota Karang Raya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana pelaksanaan program

Kampung KB dalam upaya menanggulangi kemiskinan di Kelurahan Kota

Karang Raya.

2. Untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program

Kampung KB dalam upaya menanggulangi kemiskinan di Kelurahan Kota

Karang Raya.
12

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini dapat memperluas wawasan peneliti, dan

menambah penelitian/kajian yang berguna bagi perkembangan Ilmu

Administrasi Negara khususnya tentang implementasi kebijakan publik.

2. Manfaat praktis, penelitian ini dapat berguna sebagai bahan masukan bagi

instansi dan pihak-pihak terkait dalam membuat dan menyempurnakan

program KB, khususnya pada BKKBN Provinsi Lampung, dan Kelurahan

Kota Karang Raya, Kecamatan Teluk Betung Timur.


13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik

1. Konsep Kebijakan Publik

Terdapat banyak definisi mengenai apa yang dimaksud dengan kebijakan publik.

Masing-masing definisi memberi penekanan yang berbeda-beda. Perbedaan ini

timbul karena masing-masing para ahli mempunyai latar belakang yang berbeda-

beda, walaupun pendekatan dan model yang digunakan oleh para ahli pada

akhirnya juga akan dapat menentukan bagaimana kebijakan publik tersebut

hendak didefinisikan.

Anderson dalam Mulyadi (2016:165), mendefinisikan kebijakan publik

merupakan kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan

pejabat-pejabat pemerintah. Kebijakan publik sebagai serangkaian kegiatan atau

tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh

aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau

suatu hal yang diperhatikan. Nugroho dalam Mulyadi (2016:165), mengemukakan

kebijakan publik adalah usaha pencapaian tujuan atau sebagai aktivitas-aktivitas

yang dikerjakan untuk mencapai tujuan yang dapat disederhanakan dengan

mengetahui sejauh mana kemajuan pencapaian yang telah ditempuh.


14

Menurut Dye dalam Suaib (2016:72), kebijakan publik adalah apa saja yang

dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Dalam pengertian

ini, pusat perhatian dari kebijakan publik tidak hanya dilakukan oleh pemerintah,

melainkan termasuk apa saja yang tidak dilakukan oleh pemerintah. Apa saja yang

tidak dilakukan oleh pemerintah itulah yang memberikan dampak cukup besar

terhadap masyarakat seperti halnya dengan tindakan-tindakan atau program-

program yang dilakukan pemerintah.

Jenkin dalam Suaib (2016:74), mengatakan kebijakan publik adalah serangkaian

keputusan yang saling berkaitan, yang diambil oleh seorang aktor politik atau

sekelompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-

cara untuk mencapainya dalam suatu situasi dimana keputusan-keputusan itu pada

prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor

tersebut.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik

merupakan serangkaian tindakan yang telah ditentukan oleh pemerintah (instansi

publik) dalam rangka merespon permasalahan yang dihadapi masyarakat dan

bertujuan untuk mengatur kepentingan seluruh anggota masyarakat. Kebijakan

juga memuat semua tindakan pemerintah baik yang dilakukan maupun tidak

dilakukan oleh pemerintah yang dalam pelaksanaanya terdapat unsur pemaksaan

kepada pelaksana atau pengguna kebijakan agar dipatuhi. Kebijakan publik

tersebut dapat berupa peraturan perundang-undangan yang dipergunakan untuk

tujuan, sasaran dari program-program dan tindakan yang dilakukan oleh

pemerintah.
15

2. Proses Kebijakan Publik

Nugroho (2014:199) mengemukakan dasar proses kebijakan publik sebagai

berikut:

Perumusan

Isu kebijakan Implementasi

Evaluasi

Sumber: Nugroho (2014:199)


Gambar 1. Proses Kebijakan Publik

Gambar tersebut dapat dijelaskan dalam sekuensi berikut:

1. Isu kebijakan. Disebut isu apabila bersifat strategis, yakni bersifat mendasar,

yang menyangkut banyak orang atau bahkan keselamatan bersama, (biasanya)

berjangka panjang, tidak bisa diselesaikan oleh orang-seorang, dan memang

harus diselesaikan. Isu ini diangkat sebagai agenda politik untuk diselesaikan.

Isu kebijakan teriri atas dua jenis, yaitu problem dan goal. Artinya, kebijakan

publik dapat berorientasi pada permasalahan yang muncul pada kehidupan

publik, dan dapat pula berorientasi pada goal atau tujuan yang hendak dicapai

pada kehidupan publik. Pada saat itu, sebagian besar kebijakan publik

mengacu pada permasalahan daripada antisipasi ke depan, dalam bentuk goal

oriented policy, sehingga dalam banyak hal kita melihat kebijakan publik

yang berjalan tertatih-tatih di belakang masalah publik yang terus

bermunculan dan akhirnya semakin tak tertangani.


16

2. Isu kebijakan ini kemudian menggerakan pemerintah untuk merumuskan

kebijakan publik dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut. Rumusan

kebijakan ini akan menjadi hukum bagi seluruh negara dan warganya

termasuk pimpinan negara.

3. Setelah dirumuskan, kebijakan publik ini kemudian dilaksanakan baik oleh

pemerintah atau masyarakat maupun pemerintah bersama-sama dengan

masyarakat.

4. Namun, dalam proses perumusan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan

diperlukan tindakan evaluasi sebagai sebuah siklus baru untuk dinilai apakah

kebijakan tersebut sudah dirumuskan dengan baik dan benar dan

diimplementasikan dengan baik dan benar pula.

5. Implementasi kebijakan bermuara pada output yang berupa kebijakan itu

sendiri ataupun manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh pemanfaat.

6. Dalam jangka panjang, kebijakan tersebut menghasilkan outcome dalam

bentuk impak kebijakan yang diharapkan semakin meningkatkan tujuan yang

hendak dicapai dengan kebijakan tersebut.

Dengan melihat skema diatas, terdapat tiga kegiatan pokok yang berkenaan

dengan kebijakan publik, yaitu:

1. Perumusan kebijakan;

2. Implementasi kebijakan;

3. Evaluasi kebijakan dan, dengan penambahan;

4. Revisi kebijakan, yang merupakan perumusan kembali dari kebijakan.

Diantara proses-proses kebijakan publik tersebut, yang menjadi fokus dalam

penelitian ini yaitu tahap implementasi kebijakan publik.


17

B. Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan Publik

1. Konsep Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan

publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai

dampak atau dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Studi implementasi

merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang mengarah pada proses

pelaksanaan dari suatu kebijakan. Implementasi kebijakan pada prinsipnya

adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.

Menurut Mazmanian dan Sebatier dalam Wahab (2012:135), implementasi

adalah memahami apa yang sebenarnya terjadi sesudah sesuatu program

dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi

kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah

disahkannya pedoman-pedoman kebijakan publik yang mencakup baik usaha-

usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/

dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Wahab (2012:135), mengatakan bahwa

proses implementasi sebagai “those actions by public or private individuals (or

groups) that are directed at the achievement of objective set fort in prior policy

decision” yaitu implementasi kebijakan publik sebagai tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh individual/ pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah

maupun swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah

digariskan dalam keputusan kebijakan.


18

Grindle dalam Agustino (2008:139), mendefinisikan keberhasilan implementasi

dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan

program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program

dari individual projects dan kedua apakah tujuan program tercapai. Tahap

implementasi kebijakan sangat penting dalam keseluruhan struktur kebijakan,

karena melalui prosedur ini proses kebijakan secara keseluruhan dapat

dipengaruhi tingkat keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan. Hal ini tak

jauh berbeda dengan apa yang diutarakan oleh Lester dan Stewart dalam

Agustino (2008:139), proses implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat

dari proses pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu tercapai atau tidaknya

tujuan-tujuan yang ingin diraih.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka

peneliti dapat menyimpulkan bahwa, implementasi kebijakan publik merupakan

suatu pelaksanaan atau tindakan yang dilakukan oleh individu maupun

kelompok untuk melaksanakan keputusan demi tercapainya tujuan dan sasaran

yang diinginkan dari proses kebijakan tersebut.

2. Model Implementasi Kebijakan

Waldo dalam Suaib (20016:86) menyatakan bahwa model implementasi adalah

saran untuk mengurangi semua konsepsi tentang sifat, realitas, atau universal,

yang berfungsi untuk menyederhanakan pemahaman terhadap sesuatu atau

menggunakan analogi, dimana pengkonsepsian sesuatu yang belum diketahui

didasarkan pada sesuatu yang sudah diketahui, serta dengan menggunakan

metafora untuk memperoleh kejelasan suatu fenomena. Model-model


19

implementasi ada yang bersifat abstrak, adapula yang bersifat lebih operasional.

Berikut adalah model-model implementasi kebijakan dalam perkembangannya

yaitu:

2.1 Model Implementasi Van Metter dan Van Horn

Keberhasilan implementasi menurut Van Metter dan Van Horn dalam

Agustino (2008:141), terdapat enam variabel yang mempengaruhi kinerja

kebijakan publik, yaitu:

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya

jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis

dengan sosio-kultur yang ada di level pelaksana kebijakan. Ketika

ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal untuk dilaksanakan

di level warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan

publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.

2. Sumberdaya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia

merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu

keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan

proses implementasi menuntut adanya sumberdaya manusia yang

berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang disyaratkan oleh kebijakan

yang telah ditetapkan secara apolitik. Tetapi ketika kompetensi dan

kapabilitas dari sumberdaya itu nihil, maka kinerja kebijakan kebijakan


20

publik sangat sulit untuk diharapkan. Tetapi diluar sumberdaya manusia,

sumberdaya lain yang perlu diperhitungkan juga ialah sumberdaya

finansial dan sumberdaya waktu. Karena itu sumberdaya yang diminta

dan dimaksud oleh Van Metter dan Van Horn adalah ketiga bentuk

sumber daya tersebut.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan

organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan

publik. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan

(publik) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta

cocok dengan para agen pelaksananya. Selain itu, cakupan atau luas

wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala

hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan

implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang

dilibatkan.

4. Sikap Kecenderungan (disposition) para Pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat

banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi

kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan

yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang

mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan.

Tetapi kebijakan yang akan implementor pelaksanaan adalah kebijakan

dari atas (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusannya
21

tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan,

keinginan, atau permasalahan yang warga ingin selesaikan.

5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi

kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-

pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya

kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula

sebaiknya.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja

implementasi publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van Metter

dan Van Horn adalah, sejauh mana lingkungan eksternal turut

mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan.

Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat

menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan.

Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula

memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.

2.2 Model Implementasi Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

Menurut teori implementasi kebijakan Mazmanian dan Sabatier dalam

Agustino (2008:144), variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya

tujuan pada proses implementasi dapat dikategorikan menjadi tiga kategori

besar, yaitu:

1. Mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap, meliputi:


22

a. Kesukaran-kesukaran teknis

b. Keberagaman perilaku yang diatur

c. Presentase totalitas penduduk yang tercakup dalam kelompok sasaran

d. Tingkat dan ruang lingkup perubahan perilaku yang dikehendaki

2. Kemampuan kebijakan menstruktur proses implementasi secara tepat.

Pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang dimilikinya untuk

menstuktur proses implementasi secara tepat melalui beberapa cara:

a. Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan resmi yang

akan dicapai

b. Keterandalan teori kausalitas yang diperlukan

c. Ketetapan alokasi sumber dana

d. Keterpaduan hirarki didalam lingkungan dan diantara lembaga-

lembaga atau instansi-instansi pelaksana

e. Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana

f. Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam

undang-undang

g. Akses formal pihak-pihak luar

3. Variabel-variabel diluar undang-undang yang mempengaruhi

implementasi, yaitu:

a. Kondisi sosial ekonomi dan teknologi

b. Dukungan publik

c. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat

d. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana


23

2.3 Model Implementasi George C. Edward III

Model implementasi kebijakan publik lainnya yang berperspektif top down

dikembangkan oleh George C. Edward III. Menurut teori implementasi

kebijakan Edward III dalam Agustino (2008:149), terdapat empat variabel

yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu:

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat menentukan keberhasilan

pencapaian tujuan dari pelaksanaan atau implementasi suatu

program/kebijakan. Komunikasi menyangkut proses penyampaian

informasi atau transmisi, kejelasan informasi tersebut serta konsistensi

informasi yang disampaikan. Pengetahuan atas apa yang mereka

kerjakan dapat berjalan apabila komunikasi berjalan dengan baik,

sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan. Ada tiga indikator

yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan aspek komunikasi

ini, yaitu:

a. Transmisi, yaitu penyaluran komunikasi yang baik akan dapat

menghasilkan suatu hasil implementasi atau pelaksanaan yang

baik pula. Seringkali yang terjadi dalam proses transmisi yaitu

adanya salah pengertian, hal ini terjadi karena komunikasi

pelaksanaan tersebut telah melalui beberapa tingkatan birokrasi,

sehingga hal yang diharapkan terdistorsi di tengah jalan.

b. Kejelasan informasi, dimana komunikasi atau informasi yang

diterima oleh pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak

membingungkan. Kejelasan informasi kebijakan tidak selalu


24

menghalangi pelaksanaan kebijakan atau program, dimana pada

tataran tertentu para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam

melaksanakan program, tetapi pada tataran yang lain maka hal

tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai

oleh kebijakan yang telah ditetapkan.

c. Konsistensi informasi yang disampaikan, yaitu perintah ataupun

informasi yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi

haruslah jelas dan konsisten untuk dapat diterapkan dan dijalankan.

Apabila perintah yang diberikan seringkali berubah-ubah, maka dapat

menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.

2. Sumberdaya

Meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan

konsisten, akan tetapi pelaksana atau implementor kekurangan

sumberdaya untuk melaksanakan kebijakan, maka implementasi tidak

akan berjalan secara efektif. Sumberdaya adalah faktor penting untuk

pelaksanaan program agar efektif, dimana tanpa sumberdaya maka

program atau kebijakan hanya sekedar kertas dokumen. Ada empat

komponen yang meliputi, yaitu:

a. Staf, sumberdaya utama dalam implementasi kebijakan adalah

staf. Kegagalan yang seiring terjadi dalam implementasi kebijakan

salah satunya disebabkan oleh staf yang tidak mencukupi, memadai,

ataupun tidak kompeten dibidangnya. Penambahan jumlah staf dan

implementor saja tidak mencukupi, tetapi diperlukan pula kecukupan

staf dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan (kompeten


25

dan kapabel) dalam mengimplementasikan kebijakan atau

melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu sendiri.

b. Informasi dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai

dua bentuk, yaitu pertama informasi yang berhubungan dengan cara

melaksanakan kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang

harus mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk melakukan

tindakan. Kedua informasi mengenai data kepatuhan dari para

pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah

ditetapkan. Implementor harus mengetahui apakah orang lain yang

terlibat didalam pelaksanaan kebijakan tersebut terhadap payung

hukum.

c. Wewenang, pada umumnya kewenangan harus bersifat formal

agar perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas

atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan

yang ditetapkan secara politik. Ketika wewenang itu nihil, maka

kekuatan para implementor dimana publik tidak terlegitimasi,

sehingga dapat menggagalkan proses implementasi kebijakan.

d. Fasilitas, merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan.

implementor mungkin memiliki staf yang mencukupi, mengerti apa

yang harus dilakukannya dan tanpa adanya fasilitas pendukung maka

implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil.

3. Disposisi

Disposisi atau sikap dari para pelaksana kebijakan adalah faktor penting

dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu kebijakan publik. Jika


26

pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana

kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi

juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga

dalam praktiknya tidak terjadi bias.

4. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.

Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah

adanya prosedur operasi standar (Standard Operating Procedures atau

SOP). SOP menjadi pedoman baik bagi setiap implementator dalam

bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung

melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur

birokrasi yang rumit dan kompleks.

Berdasarkan dari penjelasan beberapa teori diatas mengenai implementasi

kebijakan publik, maka dalam fokus penelitian ini peneliti menggunakan teori

implementasi kebijakan publik menurut Edward III yang menyatakan terdapat

empat variabel yang menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan.

Alasan peneliti menggunakan teori implementasi kebijakan publik dari Edward

III, karena program Kampung KB bersifat Top-Down, artinya program tersebut

dicanangkan oleh pemerintah kepada masyarakat, yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pembangunan berwawasan

kependudukan, untuk menuruni angka kelahiran tinggi serta dapat

mengendalikan angka kemiskinan.


27

Dimana variabel ataupun indikator yang dikemukakan oleh Edward III

merupakan variabel yang menjelaskan secara komprehensif tentang kinerja

implementasi dan dapat lebih konkret dalam menjelaskan proses implementasi

yang sebenarnya. Untuk lebih memperjelas dan memperkuat teori yang peneliti

pakai, peneliti mengambil dua jurnal yang menggunakan teori implementasi

Edward III, dengan judul penelitian “Analisis Implementasi Kebijakan Program

Daerah Pemberdayaan Masyarakat (PDPM) Kecamatan Palu Timur Kota

Palu” dan “Implementasi Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Oleh Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Samarinda” dimana dua jurnal tersebut

menggunakan teori implementasi menurut Edward III yang bersifat top down

dalam konteks yang sama yaitu tentang pemberdayaan masyarakat dalam

mengurangi kemiskinan.

3. Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan

Menurut Turner dan Hulme dalam Pasolong (2011:59), Implementasi kebijakan

mempunyai berbagai hambatan yang mempengaruhi pelaksanaan suatu

kebijakan publik. Hambatan ini dapat dengan mudah dibedakan atas hambatan

dari dalam (faktor internal) dan dari luar (faktor eksternal), yaitu:

a. Hambatan dari dalam (faktor internal), dapat dilihat dari ketersediaan dan

kualitas input yang digunakan seperti sumber daya manusia, dana,

struktur organisasi, informasi, sarana dan fasilitas yang dimiliki, serta

aturan-aturan, sistem dan prosedur yang harus digunakan.

b. Hambatan dari luar (faktor eksternal), dapat dibedakan atas semua kekuatan

yang berpengaruh langsung ataupun tidak langsung kepada proses


28

implementasi kebijakan pemerintah, kelompok sasaran, kecenderungan

ekonomi, politik, kondisi sosial budaya dan sebagainya.

C. Tinjauan Tentang Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin

kelangsungan hidup. Menurut Chambers dalam Suryawati (2005:122),

kemiskinan merupakan suatu intergrated concept yang memiliki lima dimensi,

yaitu: kemiskinan (poverty), ketidakberdayaan (powerless), kerentanan

menghadapi situasi darurat (state of emergency), ketergantungan (dependence),

dan keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis. Hidup

dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat

pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat kesehatan dan

pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap

ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya

sendiri.

Kemiskinan menurut Chambers dalam Suryawati (2005:122) dibagi dalam empat

bentuk, yaitu:

1. Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan

dibawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang

dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja.

2. Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan

yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan

ketimpangan pada pendapatan.


29

3. Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau

masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha

memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun

ada bantuan dari pihak luar.

4. Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya akses

terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan

sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi

seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan. Kemiskinan juga dapat

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Kemiskinan alamiah, berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan

prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.

2. Kemiskinan buatan, lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi

atau pembangunan yang membuat masyarakat tidak mendapat menguasai

sumber daya, sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata.

Menurut Nasikun dalam Suryawati (2005:123), beberapa sumber dan proses

penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu:

1. Policy induces processes, yaitu proses pemiskinan yang dilestarikan,

direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan, diantaranya adalah

kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitanya justru melestarikan.

2. Socio-economic dualism, negara bekas koloni mengalami kemiskinan karena

pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang

paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor.

3. International processes, adalah bekerjanya sistem internasional

(kolonialisme dan kapitalisme) membuat banyak negara menjadi miskin.


30

4. Internal political fragmentation and civil stratfe, adalah suatu kebijakan

yang diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat, dapat

menjadi penyebab kemisknan.

5. Resources management and the environment, adalah unsur mismanagement

sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang

asal tebang akan menurunkan produktivitas.

6. Natural cycle and processes, kemiskinan terjadi karena siklus alam.

Misalnya tinggal dilahan kritis, dimana lahan itu jika turun hujan akan terjadi

banjir, akan tetapi jika musim kemarau kekurangan air, sehingga tidak

memungkinkan produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.

7. The marginalization of woman, peminggiran kaum perempuan karena masih

dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan

hasil kerja yang lebih rendah dari laki-laki.

8. Population growth, adalah perspektif yang didasari bahwa pertambahan

penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan seperti deret

hitung.

9. Cultural and ethnic factors, bekerjanya faktor budaya dan etnik yang

memelihara kemiskinan. Misalnya pada pola konsumtif pada petani dan

nelayan ketika panen raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara

adat atau keagamaan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kemiskinan

merupakan kondisi dimana kelompok masyarakat mengalami hambatan dalam

pemenuhan kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar yang lain, sehingga kualitas

hidup dan tingkat kesejahteraan sosialnya rendah.


31

D. Program Kampung Keluarga Berencana

1. Konsep Kampung KB

Menurut data BKKBN Provinsi Lampung (2016), program Kampung Keluarga

Berencana atau yang lebih dikenal dengan program Kampung KB merupakan

salah satu contoh dalam pelaksanaan program Kependudukan Keluarga

Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) dengan melibatkan seluruh

Bidang yang ada di lingkungan BKKBN dan bekerja sama dengan instansi terkait

dengan kebutuhan dan kondisi wilayah setempat, serta dilaksanakan ditingkat

pemerintah terendah (RW/RT).

Kampung KB adalah satuan wilayah setingkat RW, dusun atau setara, yang

memiliki kriteria tertentu, dimana terdapat keterpaduan program kependudukan,

keluarga berencana, pembanguan keluarga dan pembangunan sektor terkait yang

dilaksanakan secara sistemik dan sistematis. Kampung KB merupakan salah satu

model pelaksanaan total program KKBPK serta merupakan program strategis

dalam upaya percepatan agenda program pembangunan khususnya pada daerah

pinggiran.

Kampung KB dibentuk sebagai salah satu upaya penguatan program KKBPK

yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat dalam

memberdayakan dan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk

memperoleh pelayanan total program KB sehingga dapat mewujudkan keluarga

yang berkualitas. Kampung KB direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi oleh

dan untuk masyarakat. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga non

pemerintah dan swasta berperan dalam fasilitasi, pendampingan dan pembinaan.


32

2. Tujuan Kampung KB

Menurut data BKKBN Provinsi Lampung (2016), terdapat dua tujuan pada

program Kampung KB yaitu:

a. Tujuan umum:

1. Untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung atau

setara melalui program kependudukan, keluarga berencana dan

pembanguan keluarga serta pembangunan sektor terkait dalam rangka

mewujudkan keluarga kecil berkualitas.

b. Tujuan khusus:

1. Meningkatkan peran pemerintah, lembaga non pemerintah dan swasta

untuk menyelenggarakan program kependudukan.

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pembangunan berwawasan

kependudukan.

3. Meningkatkan peserta KB aktif modern.

4. Meningkatkan Ketahanan keluarga melalui Bina Keluarga Balita (BKB),

Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL) serta Pusat

Informasi dan Konseling (PIK) Remaja.

5. Meningkatkan pemberdayaan keluarga (kelompok UPPKS).

6. Meningkatkan drajat kesehatan masyarakat.

7. Menurunkan angka Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

8. Meningkatkan sarana dan prasarana pembangunan kampung.

9. Meningkatkan lingkungan kampung yang bersih dan sehat.

10. Meningkatkan kualitas sekolah penduduk usia sekolah

11. Meningkatkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air pada masyarakat.
33

3. Prasyarat Pembentukan Kampung KB

Menurut data BKKBN Provinsi Lampung (2016), proses pembentukan suatu

wilayah akan dijadikan sebagai lokasi Kampung KB perlu memperhatiakan

prasyaratan wajib yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Tersedianya data kependudukan yang akurat. Data ini bersumber dari hasil

Pendataan Keluarga, data Potensi Desa dan data Catatan Sipil yang akan

digunakan sebagai dasar penetapan prioritas, sasaran dan program yang akan

dilaksanakan disuatu wilayah Kampung KB secara berkesinambungan.

b. Dukungan dan komitmen Pemerintah Daerah. Dukungan dan komitmen yang

dimaksud adalah dukungan, komitmen dan peran aktif seluruh instansi/unit

kerja pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten/Kota, Kecamatan dan

Desa/Kelurahan dalam memberikan dukungan pelaksanaan program dan

kegiatan yang akan dilaksanakan di Kampung KB dan memberikan pelayanan

kepada masyarakat sesuai dengan bidang instansi masing-masing untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat.

c. Partisipasi aktif masyarakat, partisipasi aktif masyarakat yang dimaksudkan

adalah partisipasi dalam pengelolaan dan pelaksanaan seluruh kegiatan yang

akan dilakukan di Kampung KB secara berkesinambungan guna

meningkatkan taraf hidup seluruh masyarakat.

4. Kriteria Pemilihan Wilayah Kampung KB

Menurut data BKKBN Provinsi Lampung (2016), dalam memilih atau

menentukan wilayah yang akan dijadikan lokasi Kampung KB ada tiga kriteria

yang dipakai, yakni kriteria utama, kriteria wilayah dan kriteria khusus, yaitu:
34

a. Kriteria Utama

1. Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan KS 1 (miskin) di atas rata-rata Pra

Sejahtera dan KS 1 tingkat desa/kelurahan di mana kampung tersebut

berada.

2. Jumlah peserta KB di bawah rata-rata pencapaian peserta KB tingkat

desa/kelurahan dimana kampung tersebut berlokasi.

b. Kriteria Wilayah dalam pembentukan Kampung KB mencakup 10 kategori

wilayah (dipilih salah satu), yaitu:

1. Kumuh

2. Pesisir atau Nelayan

3. Daerah Aliran Sungai (DAS)

4. Bantaran Kereta Api

5. Kawasan Miskin (termasuk Miskin Perkotaan)

6. Terpencil

7. Perbatasan

8. Kawasan Industri

9. Kawasan Wisata

10. Padat Penduduk.

c. Kriteria Khusus

1. Kriteria data, dimana setiap RT/RW memiliki Data dan Peta Keluarga

yang bersumber dari hasil Pendataan Keluarga, data Kependudukan dan

atau pencacatan sipil yang akurat.

2. Kriteria kependudukan, dimana angka partisipasi penduduk usia sekolah

rendah.
35

3. Kriteria program Keluarga Berencana, dimana peserta KB Aktif dan

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) lebih rendah dari capaian

rata-rata tingkat desa atau kelurahan.

E. Kerangka Pikir

Keberhasilan pembangunan nasional sangat memerlukan dukungan penuh

dari unsur-unsur masyarakat dan bukan semata-mata merupakan tanggung jawab

pemerintah. Tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.

Pembangunan nasional mencakup semua aspek kehidupan termasuk kegiatan

yang dilaksanakan dalam program KB.

Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga sebagai dasar pelaksanaan Program Kependudukan

dan Keluarga Berencana menekan kewenangan BKKBN untuk tidak

memfokuskan pada masalah pengendalian penduduk saja namun masalah

pembangunan Keluarga Berencana juga. Oleh karena itu pemerintah telah

membuat kebijakan Kampung Keluarga Berencana atau Kampung KB. Berbagai

upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menggurangi angka kemiskinan

salah satunya melalui program Kampung KB.

Implementasi kebijakan merupakan suatu tahapan yang sangat penting dalam

keseluruhan struktur kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan sekedar berupa

impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak

diimplementasikan. Begitu juga dengan program Kampung KB, program ini

harus diimplementasikan dengan baik melalui prosedur ini proses kebijakan


36

secara keseluruhan dapat dipengaruhi oleh tingkat keberhasilan atau tidaknya

pencapaian tujuan.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model implementasi kebijakan

menurut George C. Edward III dengan menggunakan empat variabel yang

mempengaruhi kebijakan publik. Empat variabel tersebut diantaranya:

komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Secara jelas kerangka

pikir dapat dilihat sebagai berikut:

Upaya Pemerintah dalam menuruni angka kemiskinan melalui program


Kampung KB (Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga)

Pelaksanaan Analisis menggunakan teori


implementasi program implementasi kebijakan George C.
Kampung KB Edward III dalam Agustino
(2008:149), keberhasilan implementasi
kebijakan ditentukan oleh empat
variabel, yaitu:

Tercapainya tujuan 1. Komunikasi, terdiri dari: transmisi,


implementasi program kejelasan dan konsistensi
Kampung KB 2. Sumber daya, terdiri dari: staf,
informasi, wewenang dan fasilitas
3. Disposisi
4. Struktur birokrasi

Hambatan-Hambatan dalam pelaksanaan


program Kampung KB dalam upaya
menanggulangi kemiskinan.

Sumber: Diolah oleh peneliti, 2017


Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir
37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe dan Pendekatan Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian ini berdasarkan pendapat

dari Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2013:4), berupaya menggambarkan

kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan, dimana data

yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Data yang dikumpulkan tersebut berupa kata-kata hasil

wawancara, gambar, catatan di lapangan, foto, dokumen pribadi, dengan kata lain

metode deskriptif menggambarkan suatu fenomena yang ada dengan jalan

memaparkan data secara kata-kata, dan gambar. Maksud peneliti menggunakan

metode tersebut untuk mendeskripsikan dan memperoleh pemahaman menyeluruh

dan mendalam tentang implementasi program Kampung KB dalam upaya

penanggulangan kemiskinan di Kota Bandar Lampung.

B. Fokus Penelitian

Untuk mempertajam penelitian maka dalam penelitian kualitatif perlu menetapkan

fokus. Spradley dalam Sugiyono (2015:208) menyatakan bahwa fokus itu

merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial.
38

Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus dalam proposal lebih didasarkan

pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi di lapangan.

Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori implementasi kebijakan

publik menurut Edward III. Berdasarkan UU Nomor 52 tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sebagai dasar

pelaksanaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana menekan

kewenangan kepada BKKBN untuk tidak memfokuskan pada masalah

pengendalian penduduk saja namun masalah pembangunan KB juga.

Fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Implementasi program Kampung KB di Kelurahan Kota Karang Raya,

Kecamatan Teluk Betung Timur, Kota Bandar Lampung:

a. Komunikasi yang berkenaan dengan:

1) Penyampaian informasi tentang proses pelaksanaan program

Kampung KB.

2) Kejelasan penyampaian informasi tentang pelaksanaan program

Kampung KB di Kelurahan Kota Karang Raya, yaitu meliputi tujuan

serta waktu pelaksanaan.

3) Konsistensi tentang pelaksanaan program kampung KB dan

konsistensi penyampaian informasi mengenai pelaksanaan program

Kampung KB.

b. Sumber daya yang berkenaan dengan:

1) Sumber daya manusia dalam program ini yang memiliki kewenangan

dalam implementasi program Kampung KB di Kelurahan Kota

Karang Raya, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.


39

2) Sumber daya non manusia seperti fasilitas dan wewenang yang

mendukung implementasi tersebut.

c. Disposisi, kecenderungan sikap positif pelaksanan untuk melaksanakan

kebijakan yang menjadi tujuan dalam implementasi program Kampung KB

di Kelurahan Kota Karang Raya, Kecamatan Teluk Betung Timur, Kota

Bandar Lampung.

d. Struktur birokrasi yang berkenaan dengan:

Standard Operating Prosedures (SOP) adalah mekanisme, sistem, dan

prosedur pelaksana kebijakan, pembagian tugas pokok, fungsi

kewenangan, dan tanggung jawab dalam implementasi program Kampung

KB serta fragmentasi yang meliputi upaya penyebaran tanggung jawab

kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa unit

kerja.

2. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program Kampung KB di Kelurahan

Kota Karang Raya, Kecamatan Teluk Betung Timur, Kota Bandar Lampung.

C. Lokasi Penelitian

Menurut Moleong (2013:128) lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti

melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang

sebenarnya terjadi dari objek yang di teliti dalam rangka mendapatkan data-data

penelitian yang akurat. Sedangkan unit analisis adalah sesuatu yang berkaitan

dengan fokus/komponen yang di teliti. Unit analisis suatu penelitian dapat berupa

individu, kelompok, organisasi, benda, dan waktu tertentu sesuai dengan fokus

permasalahannya. Unit analisis yang berupa lembaga atau organisasi dapat berupa
40

organisasi dalam skala kecil dan terbatas. Dengan mempertimbangkan hal diatas

dan membatasi penelitian, maka lokasi penelitian dan unit analisis dalam

penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive) di Kota Bandar Lampung.

Instansi-instansi yang akan menjadi lokasi penelitian ini yaitu Badan

Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kelurahan Kota

Karang Raya, Kecamatan Teluk Betung Timur, karena kelurahan tersebut

mempunyai angka kemiskinan yang tinggi, serta termasuk daerah kumuh yang

angka kelahirannya tinggi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2015:224), teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti

tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Menurut Moleong (2013:186), wawancara merupakan percakapan dengan

maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara

dilakukan untuk mengumpulkan data dengan jalan mewawancarai sumber-

sumber data dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan

program Kampung KB di Kelurahan Kota Karang Raya.


41

Dalam penelitian ini, informan yang diwawancarai adalah Badan

Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), PLKB Kota Karang

Raya, sekretaris lurah Kota Karang Raya, serta masyarakat yang berkaitan

dengan fokus penelitian. Yang dijadikan informan penelitian adalah:

Tabel 5. Daftar Informan Wawancara

Tanggal
No Informan Jabatan
Wawacara
Kabid Keluarga Berencana Senin, 25
1 Bapak Drs. Putra Alam
BKKBN Lampung September 2017
Koordinator PLKB Kampung KB Senin, 25
2 Bapak Hi. Marjuki, S.H
Kota Karang Raya September 2017
Sekretaris Lurah Kota Karang Selasa, 26
3 Ibu Anani, S.E
Raya September 2017
Masyarakat Kelurahan Kota Selasa, 26
4 Ibu Mariah
Karang Raya September 2017
Masyarakat Kelurahan Kota Selasa, 26
5 Ibu Lisnawati
Karang Raya September 2017
Masyarakat Kelurahan Kota Selasa, 26
6 Ibu Iin
Karang Raya September 2017
Masyarakat Kelurahan Kota Selasa, 26
7 Ibu Nina Karmila
Karang Raya September 2017
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2017

2. Dokumentasi
Sugiyono (2015:240) menyatakan studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel atau dapat

dipercaya jika didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik yang telah

ada. Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data dengan cara

mengumpulkan data yang bersumber pada data-data tertulis, arsip maupun


42

gambar yang berkaitan dengan program Kampung KB. Adapun dokumen-

dokumen yang peneliti dapatkan, antara lain:

Tabel 6. Dokumen terkait Program Kampung KB

No Dokumen

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang


1
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor:


2 146/111.21/HK/2016 tentang Pembentukan Kelompok Kerja
Kampung Keluarga Berencana Kota Bandar Lampung.

Petunjuk Teknis Program Kampung KB oleh Badan


3
Kependudukan Keluarga Berencana (BKKBN) Lampung.

Laporan Perkembangan Program Kampung KB Provinsi


4 Lampung oleh Badan Kependudukan Keluarga Berencana
(BKKBN) Lampung.

Sumber: Diolah Oleh Peneliti, 2017

3. Observasi

Nasution dalam Sugiyono (2015:226) menyatakan bahwa observasi adalah

dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yng diperoleh

melalui observasi. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data

mengenai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan perogram Kampung KB di

Kelurahan Kota Karang Raya, dengan cara melakukan pengamatan langsung

di lapangan.

E. Teknik Analisis Data

Bogdan dalam Sugiyono (2015:244), analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
43

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan diperlajari,

dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Miles and Huberman dalam Sugiyono (2015:246), terdapat tiga komponen analis

data, yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi dan

transformasi data mentah yang ada dalam semua bentuk catatan dan dokumen

lapangan. Data yang ada dilapangan kemudian dirangkum, memilah hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan

polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas. Dalam tahap ini peneliti memilah-milah mana data

yang dibutuhkan dalam penelitian pelaksanaan program Kampung KB dan

mana yang bukan, kemudian peneliti akan memisahkan data yang tidak perlu

dan memfokuskan data yang benar-benar berhubungan dengan program

Kampung KB di Kelurahan Kota Karang Raya.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang berguna

untuk memudahkan peneliti memahami gambaran secara keseluruhan atau

bagian tertentu dari penelitian. Dengan menyajikan data maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Batasan yang


44

diberikan dalam penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun

dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dalam penelitian ini, penyajian data diwujudkan dalam bentuk

uraian dengan teks naratif, bagan, foto atau gambar dan sejenisnya.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan secara terus menerus selama

penelitian berlangsung. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin

juga tidak. Karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan

rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan

akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.

F. Teknik Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2015:270)

meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),

dependability (realibilitas), dan confirmability (obyektivitas).

1. Uji kredibilitas

Penjaminan keabsahan data melalui derajat kredibilitas dapat dilakukan

dengan menggunakan beberapa kriteria teknik pemeriksaan antara lain:


45

a. Perpanjangan pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah

data yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar

atau tidak. Bila data yang diperoleh selama ini setelah dicek kembali pada

sumber data asli atau sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti

melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga

diperoleh data yang pasti kebenarannya.

b. Meningkatkan ketekunan

Menigkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data

dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

c. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

Terdapat tiga metode triangulasi:

1) Triangulasi sumber, untuk menguji kredibilitas dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data

dari beberapa sumber kemudian dikategorisasikan mana pandangan

yang sama, mana pandangan yang berbeda dan mana yang spesifik.

2) Triangulasi teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda. Misalnya, data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek

dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner.


46

3) Triangulasi waktu, dalam rangka pengujian kredibilitas data, dapat

dilakukan dengan cara pengecekan dengan wawancara, observasi, atau

teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

2. Pengujian Transferability

Dalam transferability peneliti harus memberikan uraian rinci, jelas, sistematis

dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil

penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk

mengaplikasikan hasil penelitian tersebut ditempat lain. Bila pembaca laporan

penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya “semacam apa”

suatu hasil penelitian diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut

memenuhi standar transferabilitas.

3. Pengujian Depenability

Uji depenability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan

proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke

lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji

dependability nya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada,

maka penelitian tersebut tidak reliable atau dependable. Untuk itu pengujian

dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan

penelitian oleh auditor yang independence atau pembimbing.

4. Pengujian Confirmability

Dalam penelitian kualitatif, uji confirmability mirip dengan uji dependability,

sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji

confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang

dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang
47

dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.

Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya tidak ada.

Peneliti melakukan pengecekan melalui derajat kepercayaan dengan

menggunakan cara triangulasi sumber dengan membandingkan data hasil

wawancara kepada sumber yang berbeda (informan yang berbeda). Data dari

beberapa sumber tersebut kemudian dikategorisasikan mana pandangan yang

sama, mana yang berbeda dan mana yang spesifik.


48

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) Provinsi Lampung

Upaya pemerintah dalam hal mengendalikan angka kelahiran dan laju

pertumbuhan penduduk adalah melalui program keluarga berencana nasional yang

secara resmi dimulai pada tahun 1970. Lembaga yang menangani hal ini

adalah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Sejak

berlakunya Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Penduduk dan Pembangunan Keluarga, lembaga ini berubah menjadi Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dengan tugas

utama urusan program keluarga berencana dan penyerasian kebijakan

kependudukan.

Lembaga yang mengelola program kependudukan dan keluarga berencana

ditingkat provinsi diselenggarakan oleh Perwakilan Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional, sedangkan ditingkat Kabupaten/Kota masih

dengan struktur yang lama yaitu penggabungan Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan. Pengelolaan program KB ditingkat Provinsi masih

tetap diselenggarakan oleh BKKBN selaku instansi vertikal. Sejak tahun 2003
49

sampai dengan sekarang mengenai pengelolaan program KB ada dua lembaga

sebagai pelaksananya, yaitu:

1. Untuk tingkat provinsi pengelolanya adalah BKKBN Provinsi Lampung

sebagai instansi vertikal perwakilan BKKBN Pusat. Kedudukan BKKBN

Provinsi Lampung adalah perwakilan dari BKKBN Pusat, sehingga tetap

sebagai instansi vertikal yang diberi kewenangan untuk mengelola dan

melaksanakan program KB di Provinsi Lampung.

2. Untuk tingkat Kabupaten/Kota pengelolanya adalah Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) yang merupakan perangkat Pemerintah Kabupaten/Kota,

kedudukan SKPD KB Kabupaten/Kota adalah merupakan perangkat

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

1. Visi dan Misi BKKBN Provinsi Lampung

Visi dan misi Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional Provinsi

Lampung adalah:

a. Visi

Menjadi Lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan penduduk

tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas.

b. Misi

1) Mengutamakan pembangunan berwawasan kependudukan

2) Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

3) Memfasilitasi pembangunan keluarga

4) Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan kependudukan,

keluarga berencana dan pembangunan keluarga

5) Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara konsisten


50

2. Struktur Organisasi

Struktur organisai Badan Kependudukan Keluarga Berencana (BKKBN) Provinsi

Lampung adalah sebagai berikut:

Sumber: Data BKKBN Provinsi Lampung, 2017


Gambar 3. Struktur Organisasi BKKBN Provinsi Lampung

3. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok dan fungsi Badan Kependudukan Keluarga Berencana Provinsi

Lampung sebagai berikut:

a. Tugas Pokok

Melaksanakan tugas pemerintah di bidang pengendalian penduduk dan

penyelengaraan keluarga berencana.


51

b. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas pokok, BKKBN menyelenggarakan fungsi, yaitu:

1) Penyelenggaraan pelatihan, penelitian dan pengembangan di bidang KB

2) Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi umum di

lingkungan BKKBN

3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

BKKBN

4) Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BKKBN

5) Penyampaian laporan, saran dan pertimbangan di bidang KB

B. Gambaran Umum Kecamatan Teluk Betung Timur

Kecamatan Teluk Betung Timur merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang

terdapat di Kota Bandar Lampung. Kecamatan Teluk Betung Timur berasal dari

sebagian wilayah geografis dan administratif. Kecamatan Teluk Betung Timur

dengan luas wilayah 1.210 Ha, yang terletak antara 4-50 meter dari permukaan

laut. Kecamatan Teluk Betung Timur memiliki batas wilayah sebagai berikut:

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Betung Barat

b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung dan Kecamatan Teluk

Betung Barat

c) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Betung Barat dan

Kecamatan Teluk Betung Selatan

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Teluk Betung Barat dan

Kabupaten Pesawaran
52

Kecamatan Teluk Betung Timur secara administratif dibagi menjadi enam

Kelurahan, yaitu:

1) Kelurahan Kota Karang

2) Kelurahan Kota Karang Raya

3) Kelurahan Perwata

4) Kelurahan Keteguhan

5) Kelurahan Sukamaju

6) Kelurahan Way Tataan

Adapun pusat pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur berada di Kelurahan

Sukamaju. Kecamatan Teluk Betung Timur secara geografis merupakan wilayah

pantai yang membujur dari Timur kearah Barat pantai Teluk Lampung.

Berdasarkan angka proyeksi tahun 2016 jumlah penduduk Kecamatan Teluk

Betung Timur mencapai 38.821 jiwa penduduk tetap berdasarkan jenis kelamin,

jumlah penduduk laki-laki mencapai 19.908 jiwa lebih besar dibandingkan

dengan jumlah penduduk perempuan yang mencapai 18.913 jiwa. Kepala keluarga

di kecamatan ini berjumlah 9.995 KK, dengan luas 1.210 Ha. Di wilayah

Kecamatan Teluk Betung Timur adat istiadat pada kalangan masyarakat tidak

mengikat, dikarenakan penduduk di wilayah Kecamatan Teluk Betung Timur

terdiri dari bermacam-macam suku, bangsa, dan agama.

1. Visi dan Misi Kecamatan Teluk Betung Timur

a. Visi

Terwujudnya kesejahteraan dan tertib administrasi pemerintahan

pembangunan ketentraman, ketertiban, kebersihan lingkungan serta


53

administrasi tata pemerintahan kelurahan yang baik dalam rangka mendukung

pelaksanaan otonomi daerah.

b. Misi

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut telah dirumuskan dengan misi

sebagai berikut:

1) Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2) Meningkatkan kualitas pelayanan umum kepada masyarakat

3) Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan

meningkatkan upaya kebersihan lingkungan

4) Meningkatkan koordinasi dalam penyusunan program kerja dan kebijakan

teknis baik dibidang pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan

masyarakat

5) Meningkatkan koordinasi upaya penyelenggaraan ketentraman dan

ketertiban umum dengan menerapkan, menegakkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

6) Mengkoordinasikan penyelenggaran kegiatan pemerintah ditingkat

Kecamatan dan melaksanakan pembinaan pemerintahan di Kelurahan

2. Struktur Organisasi

Struktur organisai Kecamatan Teluk Betung Timur, Kota Bandar Lampung adalah

sebagai berikut:

a. Camat

b. Sekretaris Camat

c. Seksi Pemerintahan

d. Seksi Pelayanan Umum


54

e. Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum

f. Seksi pembangunan

g. Seksi Pemberdayaan Masyarakat

Bagan struktur organisasi Kecamatan Teluk Betung Timur, Kota Bandar

Lampung adalah sebagai berikut:

WALIKOTA
Drs.Herman HN

CAMAT
Drs.Yushirawan.A

Sekretaris
Drs. Syamsi TH

Kasubag Keuangan
Ruaidah, S.Sos

Kasubag
A.Nurikhsan, SE

Kasubag umum &


kepegawaian
Azizah, SE

Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi


pemerintahan P. Umum Trantib Pembangunan P.Masyarakat

Sumber: Data Kecamatan Teluk Betung Timur, 2017


Gambar 4. Struktur Organisasi Kecamatan Teluk Betung Timur
55

C. Gambaran Umum Kelurahan Kota Karang Raya

Kelurahan Kota Karang Raya merupakan salah satu dari kelurahan yang berada di

wilayah Kecamatan Teluk Betung Timur yang mempunyai garis batas pantai

(daerah pesisir) dan merupakan pemekaran wilayah Kelurahan Kota Karang.

Kelurahan Kota Karang Raya terbagi menjadi dua wilayah lingkungan yaitu,

Lingkungan I terdiri dari delapan Rukun Tetangga, dan Lingkungan II terdiri dari

tujuh Rukun Tetangga. Batas wilayah Kelurahan Kota Karang Raya yaitu:

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kota Karang

b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Keteguhan

c) Sebelah Timur berbatasan dengan Laut/Teluk Lampung

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Perwata

Kelurahan Kota Karang Raya memiliki jalan beraspal dengan lebar ±5 m

sepanjang 3 km, akses jalan masuk ke perumahan/permukiman sebagian sudah

disemen akan tetapi jalan tersebut sangat sempit dan hanya bisa dilalui oleh

kendaraan roda dua. Sedangkan akses jalan masuk ke perumahan yang berada di

atas air laut hanya menggunakan jembatan kayu sebagai penghubung antar rumah

yang satu ke rumah yang lain dan hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki. Sarana

pendidikan ada satu Sekolah Dasar, satu Madrasah, satu Masjid, dan tujuh

Mushala. Sedangkan sarana unit kesehatan terdapat satu puskesmas.

Kelurahan Kota Karang Raya menjadi salah satu Kelurahan yang ada di Kota

Bandar Lampung yang terpilih sebagai pelaksana program yang telah dibuat oleh

Pemerintah yaitu program Kampung KB. Program Kampung KB bertujuan untuk

mensejahterahkan masyarakat ditingkat kampung/desa serta meningkatkan


56

kualitas hidup masyarakat pada bidang pelayanan KB. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Koordinator PLKB Kota Karang Raya, Bapak Marjuki

menyatakan bahwa, sebelum program Kampung KB dijalankan di Kelurahan Kota

Karang Raya, kelurahan tersebut merupakan kelurahan yang paling rendah dari

sisi pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Masyarakat Kelurahan Kota Karang

Raya sebagian besar hanya bermata pencarian sebagai nelayan dan buruh serta

tingkat pendidikan di Kelurahan tersebut tergolong rendah. Masyarakat di

Kelurahan Kota Karang Raya sebagian masih ada yang tidak paham terkait

pentingnya cara ber KB pada zaman ini serta masih rendahnya partisipasi

masyarakat terhadap pelayanan KB. Dari segi infrastrukur Kelurahan Kota

Karang Raya masih sangat kurang seperi jalan yang masih tanah, sistem drainase

dan gorong-gorang yang masih suka tersumbat dikarenakan masyarakat yang

masih membuang sampah sembarangan.

Sejak program Kampung KB dicanangkan di Kelurahan Kota Karang Raya,

pelayanan yang diberikan dalam plaksanaan program Kampung KB menjadi lebih

maksimal. Karena sejak adanya program ini masyarkat di Kelurahan tersebut tidak

perlu susah-susah lagi jika ingin melakukan KB, karena dalam program ini

pelayanan KB yang diberikan oleh pihak penanggung jawab diberikan secara

gratis di puskesmas kelurahan. Pelaksanaan posyandu yang tadinya tidak

dilaksanakan secara rutin, sekarang telah dilaksanakan secara rutin yaitu setiap

seminggu sekali. Sarana dan prasarana dalam segi infrastruktur yang telah

terlaksana dan terlihat hasilnya yaitu perbaikan jalan yang sudah di paving,

pemasangan lampu jalan, pembuatan MCK, sudah adanya grobak pembuangan

sampah, perbaikan gorong-gorong dan sistem drainase.


57

1. Keadaan Penduduk

Kelurahan Kota Karang Raya memiliki luas wilayah seluas 22 Ha dengan jumlah

penduduk sebesar 6.104 jiwa. Terdiri dari 3.076 jiwa penduduk laki-laki dan

3.029 jiwa penduduk perempuan, dengan jumlah kepala keluarga sebesar 1.531

KK (Sumber: Data Kelurahan Kota Karang Raya,2017).

Tabel 7. Data Penduduk Kelurahan Kota Karang Raya Menurut Umur

No Golongan Umur Jumlah

1 0-4 tahun 462 jiwa


2 5-6 tahun 368 jiwa
3 7-13 tahun 755 jiwa
4 14-16 tahun 489 jiwa
5 17-24 tahun 857 jiwa
6 25-54 tahun 2463 jiwa
7 55 tahun keatas 710 jiwa
Sumber: Data Kelurahan Kota Karang Raya, 2017

Berdasarkan tabel 7, pada kelurahan Kota Karang Raya usia 25-54 tahun memiliki

jumlah paling banyak yaitu sebesar 2.463 jiwa, sedangkan usia 5-6 tahun paling

sedikit yaitu, 368 jiwa.

Tabel 8. Data Penduduk Kelurahan Kota Karang Raya Menurut Pekerjaan

No Golongan Pekerjaan Jumlah

1 Pegawai Negeri Sipil 32 jiwa


2 TNI 9 jiwa
3 Berdagang 344 jiwa
4 Petani 37 jiwa
5 Tukang 143 jiwa
6 Buruh 1534 jiwa
7 Pensiunan 33 jiwa
8 Lain-Lain 3972 jiwa
Sumber: Data Kelurahan Kota Karang Raya, 2017
58

Berdasarkan tabel 8, mata pencaharian penduduk di Kelurahan Kota Karang Raya

paling banyak bekerja sebagai buruh dengan jumlah 1.534 jiwa, sedangkan

golongan pekerjaan paling sedikit yaitu TNI hanya 9 jiwa. Selain itu, jumlah

penduduk di Kelurahan Kota Karang Raya dari tingkat pendidikannya, dapat

dilihat pada tabel 9, yaitu:

Tabel 9.Data Penduduk Kelurahan Kota Karang Raya Menurut Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Sarjana 107 jiwa


2 D3 55 jiwa
3 SLTA 1328 jiwa
4 SLTP 1381 jiwa
5 SD 2365 jiwa
6 TK 224 jiwa
7 Belum Sekolah 580 jiwa
8 Buta Huruf 64 jiwa
Sumber: Data Kelurahan Kota Karang Raya, 2017

Berdasarkan tabel diatas, dilihat dari tingkat pendidikan maka jumlah penduduk di

Kelurahan Kota Karang Raya tingkat pendidikan yang paling besar yaitu Sekolah

Dasar berjumlah 2.365 jiwa, sedangkan tingkat pendidikan D3 yang terendah,

hanya berjumlah 55 jiwa.

Tabel 10. Data Penduduk Kelurahan Kota Karang Raya Menurut Agama

No Agama Jumlah

1 Islam 5584 jiwa


2 Kristen Protestan 56 jiwa
3 Kristen Katolik 90 jiwa
4 Budha 68 jiwa
5 Hindu 6 jiwa
Sumber: Data Kelurahan Kota Karang Raya, 2017
59

Pada tabel 10, penduduk di Kelurahan Kota Karang Raya mayoritas beragama

islam dengan jumlah terbanyak yaitu 5.584 jiwa, sedangkan penduduk beragama

hindu yang terdikit hanya berjumlah 6 jiwa.

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Kelurahan Kota Karang Raya, Kecamatan Teluk Betung

Timur, Kota Bandar Lampung sebagai berikut:

CAMAT
Drs. Yushirawan. A

LURAH
Yantoni, S.Sos

Jabatan Fungsional
PLKB : Hi. Marjuki, SH
PPN : Suhaemi, S.Ag SEKRETARIS
Babinkamtibmas : Bambang T, SH Anani, SE
Babinsa : Bahrun

Seksi Pemerintahan Seksi Seksi Seksi


dan P.Umum Pem. Masyarakat Trantib Pembangunan
------------------------ Siti Nurfatimah, SE Bambang Hermawan ------------------------

Sumber: Data Kecamatan Teluk Betung Timur, 2017


Gambar 5. Struktur Organisasi Kelurahan Kota Karang Raya

3. Visi dan Misi Kelurahan Kota Karang Raya

Visi dan misi Kelurahan Kota Karang Raya, Kec. Teluk Betung Timur adalah:

a. Visi
Terwujudnya pelayanan prima masyarakat melalui peningkatan kinerja

aparatur kelurahan (good government).


60

b. Misi
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut telah dirumuskan dengan misi

sebagai berikut:

1) Tercapainya tertib administrasi pelayanan.

2) Terciptanya pelayanan yang cepat, tepat, ramah, dan berkualitas.

3) Tercapainya profesionalitas aparatur yang berjiwa melayani, bukan untuk

dilayani.
106

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang dilakukan peneliti tentang Implementasi Program

Kampung KB dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Kelurahan Kota

Karang Raya, Kecamatan Teluk Betung Timur, Kota Bandar Lampung, maka

kesimpulannya adalah sebagai berikut:

a) Implementasi Program Kampung KB di Kelurahan Kota Karang Raya,

Kecamatan Teluk Betung Timur, Kota Bandar Lampung

1. Komunikasi pada pelaksanaan program Kampung KB yang terdiri dari

beberapa indikator diantaranya yaitu, transmisi, kejelasan, dan konsistensi

dalam pelaksanaan program Kampung KB di Kelurahan Kota Karang

Raya sudah berjalan dengan baik.

2. Sumberdaya pada pelaksanaan program Kampung KB yang terdiri dari

empat indikator yaitu, sumberdaya manusia (staf), informasi, wewenang,

dan fasilitas dalam pelaksanaan program Kampung KB di Kelurahan Kota

Karang Raya masih belum berjalan dengan baik, karena salah satu

indikator sumberdaya yaitu fasilitas yang tersedia masih kurang memadai.


107

3. Disposisi dalam pelaksanan program Kampung KB sudah berjalan dengan

baik. Para pelaksana kebijakan mempunyai sikap dan motivasi yang tinggi

terhadap program tersebut. Serta masyarakat mendukung adanya program

Kampung KB dan merupakan salah satu kegiatan untuk menanggulangi

angka kemiskinan.

4. Struktur Birokrasi dalam mendukung kinerja pelaksana program Kampung

KB sudah terdapat SOP dan fragmentasi telah berjalan dengan baik dan

efektif karena telah sesuai dengan peran dan tugas pelaksana dalam

program ini.

b) Dalam pelaksanaan program ini terdapat faktor penghambat dalam

implementasi program Kampung KB diantaranya faktor internal yaitu

kurangnya anggaran berupa dana yang diberikan oleh pemerintah terhadap

pelaksanaan program Kampung KB, karena program tersebut belum

mempunyai alokasi khusus dalam anggarannya. Sedangkan faktor eksternal

yaitu kurangnya partisipasi serta kesadaran masyarakat yang masih belum

ikut serta dalam pelaksanaan program Kampung KB di Kelurahan Kota

Karang Raya.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan peneliti dalam implementasi program

Kampung KB dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Kota

Karang Raya, Kecamatan Teluk Betung Timur, Kota Bandar Lampung adalah:

1. Sebaiknya fasilitas seperti Posko Kampung KB dibuat terpisah dari kantor

Kelurahan Kota Karang Raya. Selain itu jika mempunyai posko tersendiri
108

dapat lebih memudahkan masyarakat dalam menyalurkan aspirasinya dan

akan menjadi lebih efektif karena tidak akan menganggu pelayanan di

kantor Kelurahan Kota Karang Raya.

2. Untuk mengatasi respon masyarakat yang masih rendah, pihak BKKBN

Lampung selaku penanggung jawab dari program Kampung KB harus bisa

menguatkan partisipasi masyarakat kepada masyarakat yang terlibat dalam

program Kampung KB, serta lebih rutin melakukan sosialisasi langsung

kepada masyarakat terkait pelayanan KB secara aktif.


DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial (Perspektif, Modern,


Posmodern, dan Poskolonial). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Mulyadi, Deddy. 2016. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik: Konsep
dan Aplikasi Proses Kebijakan Publik Berbasis Analisis Bukti untuk
Pelayanan Publik. Bandung: Alfabeta.
Nugroho, Riant. 2014. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Pasolong, Harbani. 2011. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

Suaib, Muhammad Ridha. 2016. Pengantar Kebijakan Publik: dari Administrasi


Negara, Kebijakan Publik, Administrasi Publik, Pelayanan Publik, Good
Governance, hingga Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta: Calpulis.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Wahab, Solichin Abdul. 2012. Analisis Kebijakan: dari Formulasi Penyusunan
Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus)
Yogyakarta: PT Buku Seru.

Peraturan:

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan


dan Pembangunan Keluarga.
Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor: 146/111.21/HK/2016 tentang
Pembentukan Kelompok Kerja Kampung Keluarga Berencana Kota Bandar
Lampung.
Petunjuk Teknis Program Kampung KB oleh Badan Kependudukan Keluarga
Berencana (BKKBN) Lampung.
Laporan Perkembangan Program Kampung KB Provinsi Lampung oleh Badan
Kependudukan Keluarga Berencana (BKKBN) Lampung.

Jurnal:
Suryawati, C. 2005. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional: JMPK.
Vol 08, No.3.
Nirwan. 2013. Analisis Implementasi Kebijakan Program Daerah Pemberdayaan
Masyarakat (PDPM) Kecamatan Palu Timur di Kota Palu. Palu: e-Jurnal
Katalogis. Vol 1, No. 7.
Rizki Alawiyah. 2016. Implementasi Program Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan oleh Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Samarinda. Samarinda:
e-Jurnal Administrasi Negara. Vol 4, No.4.

Sumber lain:

https://lampung.bps.go.id
https://www.teraslampung.com/pemprov-dan-bkkbn-tetapkan-15-kampung/
http://lenteraswaralampung.com/berita-1072-kota-karang-raya-dipilih-jadi-
kampung kb.html

You might also like