Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 78

IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK DALAM

PENANGGULANGAN KEKERASAN PADA ANAK


(Studi pada SD N 3 Panggungrejo Kabupaten Pringsewu)

(Skripsi)

Oleh

AYU KARTIKA SARI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2017
ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF CHILD FRIENDLY


SCHOOLSPROGRAMME IN TACKLING VIOLENCE IN CHILDREN
(Studies in Pringsewu Regency SDN Panggungrejo 3)

By

Ayu Kartika Sari

Every child needs to get a chance to grow and develop optimally, both physical,
mental and social. State Minister for Women Empowerment and Child Friendly
Issued Ministerial Regulation No. 8 2014 About Child Friendly School Policy,
namely a school able to ensure and fulfill the rights of the child to provide
protection of children from violence in education environments. This research
aims to find out how is the Child Friendly Schools programme implementation in
Pringsewu Regency SDN Panggungrejo 3 and the factors that affect the program.
Institutions that become Child Friendly Schools programme implementor is a
local NGO called Children and the Community Observer Agency (L-PAMAS).

This research uses descriptive research methods with qualitative approachas well
as using the implementation model with a bottom up approach advanced by
Richard Elmore. Based on the research that has been done, the implementation of
child friendly school programme at SDN Panggungrejo 3 has done good enough.
In the implementation of this programme, the main actors involved, among others,
L-PAMAS, SDN Panggungrejo 3, Department of education and culture of the
Pringsewu, the village government and Panggungrejo village community. The
process of implementation and activities on child friendly school programme was
in line with the policy objectives as well as reference and are based on the
regulations of the Minister for women’s empowerment and child protection No. 8
2014 About child friendly school policy.

Keywords: Program Implementation, Public Policy, Child Friendly Schools


ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK DALAM


PENANGGULANGAN KEKERASAN PADA ANAK
(Studi pada SDN 3 Panggungrejo Kabupaten Pringsewu)

Oleh

Ayu Kartika Sari

Setiap anak perlu mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal, baik fisik, mental maupun sosial. Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak mengeluarkan Peraturan Menteri No 8 Tahun
2014 Tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak, yaitu sekolah yang mampu
menjamin dan memenuhi hak-hak anak untuk memberikan perlindungan terhadap
anak dari tindak kekerasan di lingkungan pendidikan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimanakah implementasi program Sekolah Ramah Anak di
SDN 3 Panggungrejo Kabupaten Pringsewu dan faktor-faktor yang
mempengaruhi program.Lembaga yang menjadi implementor program Sekolah
Ramah Anak merupakan LSM lokal bernama Lembaga Pemerhati Anak dan
Masyarakat (L-PAMAS).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan


kualitatif serta menggunakan model implementasi dengan pendekatan bottom up
yang dikemukakan oleh Richard Elmore.Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, implementasi program Sekolah Ramah Anak di SDN 3 Panggungrejo
telah terlaksana cukupbaik. Dalam implementasi program ini, aktor-aktor utama
yang terlibat antara lain L-PAMAS, SDN 3 Panggungrejo, Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Pringsewu, pemerintah desa dan masyarakat desa
Panggungrejo. Proses implementasi dan kegiatan pada program Sekolah Ramah
Anak telah sejalan dengan tujuan kebijakan serta mengacu dan berpedoman pada
Peraturan menteriPemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No 8
Tahun2014 Tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak.

Kata Kunci: Implementasi program, Kebijakan publik, Sekolah Ramah Anak


IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK DALAM
PENANGGULANGAN KEKERASAN PADA ANAK
(Studi pada SD N 3 Panggungrejo Kabupaten Pringsewu)

Oleh

AYU KARTIKA SARI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ayu Kartika Sari. Lahir di

Tanjung Karang pada tanggal 28 Agustus 1995,sebagai

putri dari pasangan Drs.Murdoko (alm) dan

Mulyana.Penulis merupakan anak keempat dari empat

bersaudara.

Penulis mengawali pendidikan pada Taman Kanak-Kanak Intan Pertiwi pada

tahun 2000-2001, Sekolah Dasar Negeri 1 Rawas pada tahun 2001-2007,

kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Pesisir Tengah

dan lulus pada tahun 2010. Setelah itu, penulis melanjutkan jenjang pendidikan di

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pesisir Tengah serta lulus pada tahun 2013.

Pada tahun 2013, penulis diterima sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur

SNMPTN.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan dan organisasi

kampus.Penulis pada tahun 2013 tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa

Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung dan sempat menjabat sebagai Staff

Inventaris periode tahun 2014-2015. Selain itu, pada periode tahun 2016, penulis

dipercaya menjabat sebagai Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni

Universitas Lampung. Ketertarikan penulis dalam berorganisasi khususnya pada

bidang seni terbukti dengan beberapa kegiatan penulis antara lain:


1. Pada tahun 2014, penulis mengikuti Pekan Seni Mahasiswa Daerah
Provinsi Lampung untuk tangkai lomba penulisan cerpen.
2. Pada tahun 2015, penulis menjadi pemeran utama dalam lakon teater “Bila
Malam Bertambah Malam” karya Putu Wijaya yang dipentaskan dalam
Hajatan Teater 2015.
3. Pada tahun 2015 penulis menjadi stage manager pada pementasan
monolog yang dipentaskan di Festival Teater Mahasiswa Nasional
(STIGMA IV) di Palembang.
4. Pada tahun 2016, penulis menjadi official tim Lampung pada Pekan Seni
Mahasiswa Nasional (PEKSIMINAS) di Kendari, Sulawesi Tenggara.

Sebagai bentuk pengabdian penulis kepada masyarakat dan sekaligus sebagai

kewajiban studi, pada Januari sampai Maret 2016, penulis mengikuti Kuliah Kerja

Nyata (KKN) Tematik di desa Tebakak, Kabupaten Pesisir Barat.


MOTTO

Bukan gunung di depanmu yang membuatmu menyerah, tapi


kerikil yang ada dalam sepatumu.

( Muhammad Ali)

“pendidikan hanya sebagian yang diperlukan hidup. Hal


lainnya adalah integritas, kejujuran, disiplin dan
kesungguhan”

(Susi Pudjiastuti)
PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT


Dengan segala kerendahan hati kuucapkan syukur atas
karuniamu
kupersembahkan karya kecil ini teruntuk yang tercinta

Papa (alm) dan mama yang telah memberikansegenap kasih


dan sayangnya

Kakak, abang, dan ponakan kecilku yang selalu


menyemangatiterimakasih untuk segala pengorbanan dan
telah menjadi malaikat dalam hidupku

Keluarga besar UKMBS Unila, yang telah memberi warna


warni masa mudaku

Serta teruntuk yang terkasih, terimakasih telah menemani


menuju pendewasaan diri

Para pendidik, guruku dari jenjang sekolah dasar sampai


perkuliahan, sahabat, teman-teman dan almamaterku
tercinta

Universitas Lampung
SANWACANA

Bismillaahirrahmaannirahiim

Alhamdulillahirabil’alaminsegala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Implementasi Program Sekolah Ramah Anak Dalam

Penanggulangan Kekerasan Pada Anak (Studi pada SDN 3 Panggungrejo

Kabupaten Pringsewu)”. Skripsi ini ditulis, sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ilmu

Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis dengan segala kerendahan hati, sangat menyadari bahwasanya skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan

penulis. Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak, yang baik secara moril maupun materiil telah membantu. Oleh

karenanya, dengan hati yang setulus-tulusnya Penulis mengucapkan terima kasih

Kepada:

1. Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, menciptakan

siang dan malam yang selalu mengiringi hidup penulis, dan Nabi

Muhammad SAW yang selalu menjadi suri tauladan dan inspirasi dalam

kehidupan penulis.

2. Mama tercinta, terimaksih telah menjadi sosok perempuan yang luar biasa.

Almarhum papa, terimakasih telah menjadi sosok ayah hingga hayat


menjemput. Dan untuk kakak, abang, mbak, serta ponakanku, terimakasih

untuk waktu, semangat, pengorbanan dan cinta kasihnya.

3. Bapak Drs. Syarief Makhya, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu

Administrasi Negara sekaligus menjadi Dosen Pembahas penulis, yang

selalu bersedia memberikan kritik, saran dan masukannya yang

membangun kepada penulis.

5. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.Sos., M.Si dan Ibu Selvi Diana Meilinda,

S.A.N.,MPA selaku Dosen Pembimbing yang selalu bersedia meluangkan

waktu, tenaga, arahan dan masukannya dengan sabar kepada penulis

dalam menyelesaikan proses penyusunan skripsi. Terimakasih telah

menjadi dosen pembimbing yang menyenangkan.

6. Bapak Dr. Bambang Utoyo, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik

penulis, serta seluruh dosen dan staf Jurusan Ilmu Administrasi Negara

FISIP Unila, terimakasih telah memberikan ilmu selama ini, semoga akan

ternilai menjadi amal jariyah sebagai ilmu yang bermanfaat.

7. Untuk seluruh informan dalam penelitian ini, seluruh pihak L-PAMAS,

LPA, Pemerintah Desa Panggungrejo dan SDN 3 Panggungrejo,

terimakasih untuk waktu dan bantuannya selama proses penyusunan

skripsi ini.

8. Terimakasih untuk kanda dan yunda Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu

Aministrasi Negara (HIMAGARA), terimakasih kawan-kawan

seperjuangan Alasmenara, keluarga saya di Unit Kegiatan Mahasiswa


Bidang Seni (UKMBS) Unila, serta rekan-rekan lintas jurusan yang telah

banyak memberikan warna selama masa perkuliahan.

9. Terimakasih untuk semua yang saya rasa kita punya kedekatan tersendiri,

Kurnia Dwi Permata Sari, Irnawati, Dita Meinurisa, wo Nevia Setiana,

mba Nice Radianse, mba Qorri Hidayati, bang Rio Wirawan, Beni

Elyasari, Muthia Tazakka, Rahma Dyan, Suci Andayani, Yuyus

Firmansyah, M Faridl Masda, Reza Fadlie, Cahya Ayu, Siska Ranida,

Chandra Aria, Rhirik, Warih, Sejuk Prianto, Edo Pratama, bang Daniel,

bang Yandi,Dina Romayanti, Agnes Wahyu, Vania Cristine Silalahi, Sinta

Dewi O, alin, iyar, vivi dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu

persatu, terimakasih untuk canda, tawa, air mata kerja keras dan

bantuannya selama ini.

10. Keluarga KKN Desa Tebakak, Monica, Viola, Ijal, Amel, Anas, dan

Ambos terimakasih telah menjadi partner selama 60 hari bersama.

11. Terimakasih untuk setiap cinta yang datang dan pergi, dan yang sampai

saat ini masih setia menemani.

Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, namun penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat

bagi diri penulis secara pribadi maupun mereka yang telah menyediakan waktu

membacanya.

Bandar Lampung, 13 Juli 2017

Penulis,

Ayu Kartika Sari


DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ......................................................................................... i


DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ii
BAB IPEDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Mengenai Kebijakan Publik ................................................. 10
1. Pengertian Kebijakan Publik .......................................................... 10
2. Ciri-ciri Kebijakan Publik .............................................................. 11
3. Tahapan Kebijakan Publik ............................................................. 11
B. Tinjauan Implementasi Kebijakan Publik ........................................... 13
1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik ................................... 13
2. Model Implementasi Kebijakan ..................................................... 14
2.1 Model Van Meter dan Van Horn ............................................. 15
2.2 Model Edwards III ................................................................... 17
2.3 Model Mazmanian dan Sabatier............................................... 18
2.4 Model Marilee S. Grindle ....................................................... 19
2.5 Model Hoogwood dan Gun ...................................................... 20
2.6 Model Goggin dkk ................................................................... 20
2.7 Model Richard Elmore dkk ...................................................... 21
C. Tipe Kekerasan Terhadap Anak ........................................................... 26
D. Kerangka Pikir Penelitian .................................................................... 27

BAB IIIMETODE PENELITIAN


A. Tipedan Pendekatan Penelitian ............................................................ 30
B. Fokus Penelitian .................................................................................. 31
C. Lokasi Penelitian ................................................................................ 32
D. Informan Penelitian ............................................................................ 33
E. Sumber Data ........................................................................................ 34
F. TeknikPengumpulan Data.................................................................... 35
G. TeknikAnalisisData .............................................................................. 36
H. Teknik Keabsahan Data ....................................................................... 37

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


A. Sekolah Ramah Anak .......... ............................................................... 40
1. Pengertian Sekolah Ramah Anak ..................................................... 40
2. Maksud dan Tujuan Kebijakan Sekolah Ramah Anak .................... 40
3. Landasan Hukum Kebijakan Sekolah Ramah Anak ........................ 41
4. Prinsip Sekolah Ramah Anak .......................................................... 43
5. Tahapan Sekolah Ramah Anak ........................................................ 44
B. Gambaran Umum Lembaga Pemerhati Anak dan Masyarakat
(L-PAMAS) ......................................................................................... 48
C. Gambaran Umum Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten
Pringsewu ............................................................................................. 49
D. Gambaran Umum Kabupaten Pringsewu ............................................. 51
E. Gambaran Umum Desa Panggungrejo ................................................. 52

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian .................................................................................... 54
1. Implementasi Program SRA Dalam Penanggulangan Kekerasan
Pada Anak di SDN 3 Panggungrejo Kabupaten Pringsewu ............ 54
a. Persiapan Program SRA di SDN 3 Panggungrejo
Kabupaten Pringsewu ................................................................. 56
b. Perencanaan Program SRA di SDN 3 Panggungrejo
Kabupaten Pringsewu ................................................................. 60
1) Workshop Manajemen SDM Berbasis Kinerja....................... 62
2) Workshop Peningkatan Kompetensi Kepribadian dan Sosial
Guru ........................................................................................ 64
3) Workshop Penyusunan dan Pengembangan Kurikulum ......... 65
4) Workshop PAIKEM Terintegrasi dengan Lingkungan Hidup 67
5) Workshop Pemberdayaan Komite Sekolah dan Masyarakat .. 69
6) Workshop Penyusunan Profil Sekolah.................................... 70
c. Pelaksanaan Program SRA di SDN 3 Panggungrejo
Kabupaten Pringsewu ................................................................. 73
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Program
Sekolah Ramah Anak di SDN 3 Panggungrejo ............................. 99

B. Pembahasan .......................................................................................... 102


1. Implementasi Program SRA Dalam Penanggulangan Kekerasan
Pada Anak di SDN 3 Panggungrejo Kabupaten Pringsewu ............ 102
a. Persiapan Program SRA di SDN 3 Panggungrejo
Kabupaten Pringsewu ................................................................. 102
b. Perencanaan Program SRA di SDN 3 Panggungrejo
Kabupaten Pringsewu ................................................................. 107
c. Pelaksanaan Program SRA di SDN 3 Panggungrejo
Kabupaten Pringsewu ................................................................. 111
2. Faktor yang Mempengaruhi Program SRA ................................... 117
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 120
B. Saran ..................................................................................................... 121

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Daftar Informan ................................................................................... 33
2. Daftar Data Sekunder ........................................................................... 35
3. Luas Daerah, Jumlah Kecamatan, Desa dan Penduduk Menurut
Kecamatan ............................................................................................ 52
4. Kondisi Proses dan Pelaksanaan Pembelajaran ................................... 68
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Menurut
Van Meter dan Van Horn ..................................................................... 16
2. Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Menurut
Edward III ............................................................................................ 18
3. Kerangka Pikir ..................................................................................... 29
4. Kegiatan Workshop Manajemen SDM Berbasis Kinerja ..................... 63
5. Kegiatan Workshop Peningkatan Kompetensi Kepribadian dan
Sosial Guru ........................................................................................... 65
6. Kegiatan Workshop Penyusunan dan Pengembangan Kurikulum ....... 66
7. Kegiatan Workshop PAIKEM Terintegrasi Dengan Lingkungan
Hidup .................................................................................................... 68
8. Kegiatan Gotong Royong Hasil Nyata Dari Kegiatan Workshop
Pemberdayaan Komite Sekolah dan Masyarakat ................................. 69
9. Kegiatan Workshop Penyusunan Profil Sekolah .................................. 71
10. Plang Visi dan Misi Sekolah ................................................................ 72
11. Kondisi Gedung Sekolah Sebelum dan Sesudah Direhabilitasi ........... 75
12. Pekarangan Sekolah ............................................................................. 76
13. Kebun dan Hasil Perkebunan Siswa .................................................... 77
14. Kolam Ikan Nila dan Lele .................................................................... 78
15. Tempat Pembuangan Sampah Organik dan Non Organik ................... 80
16. Lahan Sekolah Hasil Sumbangan Masyarakat ..................................... 81
17. Kondisi dan Lokasi Kantin Sekolah..................................................... 82
18. Kondisi Toilet Sekolah......................................................................... 84
19. Sumur Bor dan Pompa Air ................................................................... 85
20. Keran Wudhu dan Keran Cuci Tangan ................................................ 86
21. Ruang UKS .......................................................................................... 87
22. Dokter Kecil DN 3 Panggungrejo ........................................................ 88
23. Kondisi Lingkungan Pembelajaran dan Perilaku Warga Sekolah ....... 90
24. Kelompok Aflatoun dan Lifeskill serta Modul Penunjang ................... 91
25. Bimbel Ca-Tung Salah Satu Kegiatan Di Luar Sekolah ...................... 92
26. Ketua OSIS dan Struktur Kepengurusan OSIS .................................... 92
27. Kegiatan Mapping Isu Kekerasan Terhadap Anak .............................. 96
28. Kunjungan Tim Monitoring dan Evaluasi International Organization
Of Childfund ......................................................................................... 100
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap anak perlu mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara

optimal, baik fisik, mental maupun sosial karena anak merupakan generasi

penerus bangsa yang memiliki hak dan kewajiban ikut serta membangun negara.

Anak merupakan subjek dan objek pembangunan nasional Indonesia dalam usaha

mencapai aspirasi Bangsa Indonesia, masyarakat yang adil dan makmur baik

secara spiritual maupun materil. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak, anak didefinisikan sebagai seseorang yang belum

berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Baik anak dan orang dewasa dapat tumbuh dan mengembangkan potensi dirinya

secara optimal jauh dari ketakutan akan kekerasan. Maka penting dan perlu

adanya pemberdayaan terhadap anak, dengan tujuan agar tiap individu anak dapat

mengembangkan kepribadian, menggali potensi dan menumbuhkan kepercayaan

diri yang baik.

Mengingat anak merupakan generasi penerus bangsa di masa yang akan datang,

maka sudah selayaknya negara melindungi dan menjaga generasi mudanya dari

hal-hal buruk yang kemungkinan akan terjadi. Negara berkewajiban memenuhi


2

hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi

serta mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi. Tidak

terpenuhinya hak anak akan menurunkan kualitas hidup anak dan pada akhirnya

akan menimbulkan masalah bagi negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan

orangtua.

Jika kita menelaah persoalan yang terjadi di lingkungan sosial anak, maka akan

banyak timbul keprihatinan yang mendalam. Banyak anak-anak yang harus

menanggung resiko akibat kelalaian maupun ketidak mampuan orang dewasa dan

orang tua khususnya dalam melindungi anak. Hak-hak mendasar anak seringkali

diabaikan dan tidak terpenuhi, seperti akses pendidikan, perlindungan atas

kekerasan, seksual dan psikis.

Menurut data kasus berdasarkan klaster perlindungan anak KPAI (Komisi

Perlindungan Anak Indonesia), terdapat 22.109 kasus kekerasan terhadap anak

dalam kurun waktu 2011 hingga 2016 di Indonesia. Untuk itu, anak memerlukan

perlindungan kuat secara hukum. Pemerintah tentunya harus mengambil suatu

tindakan sebagai jalan keluar pada kasus kekerasan terhadap anak yang semakin

meningkat setiap tahunnya. Maka kebijakan publik sebagai strategi untuk

merealisasikan tujuan publik sangat dibutuhkan pada kasus ini.

Seperti yang dikatakan Peterson dalam Nugroho (2014;125) bahwa kebijakan

publik merupakan government action to address some problem. Dapat dipahami

bahwa, tindakan yang paling tepat yang harus diambil oleh pemerintah dalam

menyelesaikan masalah adalah dengan cara mengeluarkan sebuah kebijakan yang

menguntungkan bagi kehidupan bernegara. Pemerintah harus mempertimbangkan


3

kebijakan apa yang harus dikerjakan, mengapa kebijakan itu harus dilakukan dan

apa hasil dari kebijakan tersebut.

Hal mendasar yang telah dilakukan pemerintah dalam rangka perlindungan anak

adalah dengan membuat Udang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak yang telah diperbaharui menjadi Undang-Undang No. 35

Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Intruksi Presiden No. 5 Tahun 2014

tentang Gerakan Nasional Anti kejahatan Seksual Terhadap Anak, dan Undang-

Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, sangat

lengkap dan sistematis agar anak-anak dilindungi oleh hukum.

Kekerasan terhadap anak terjadi disegala lingkungan pertumbuhan anak, termasuk

dilingkungan pendidikan. Sebagian besar waktu dan pertumbuhan anak dibentuk

pada fase sekolah. Bukan hanya kekerasan fisik yang sering terjadi dilingkungan

sekolah, tetapi juga kekerasan psikis, dan kekerasan seksual.

Bentuk kekerasan fisik yang sering terjadi di lingkungan sekolah yaitu antara lain

menjewer, mencubit menendang, memukul dengan tangan, memukul dengan

benda, menghukum hingga jatuh sakit seperti pingsan, melukai dengan benda

berbahaya. Bentuk kekerasan yang bersifat psikis seperti membandingkan dengan

saudara atau anak lain, membentak dengan suara keras dan kasar, menghina

dihadapan teman atau orang lain, menyebut “bodoh, pemelas, nakal” dan

sebagainya, mencap dengan sebutan jelek atau jahat, pembullyan, serta kekerasan

dalam bentuk psikis lainnya yang tidak kasat mata. Kemudian kekerasan seksual

seperti dicium, diraba, dipeluk, diintip ketika berada di toilet, diperlihatkan foto

dan video berbau porno, atau bahkan sampai kekerasan seksual pada tingkatan
4

pemerkosaan. Pelaku kekerasan di lingkungan sekolah merupakan warga sekolah

seperti guru, teman sekolah, atau perangkat lain yang berada di lingkungan

sekolah seperti penjaga sekolah, penjaga kantin dan lain sebagainya.

Fenomena tersebut membuat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak mengeluarkan Permen PPPA No 8 Tahun 2014 Tentang

Kebijakan Sekolah Ramah Anak. Kebijakan ini dikeluarkan agar anak merasa

aman dan terlindungi dari kekerasan dalam dunia pendidikan. Di dalam Permen

PPPA pasal 1 dijelaskan bahwa, Sekolah Ramah Anak yang selanjutnya disingkat

SRA adalah satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman,

bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin,

memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan,

diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta mendukung partisipasi anak

terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan

mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di

pendidikan.

Di Provinsi Lampung, kasus kekerasan pada anak membuat banyak Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) yang berfokus di bidang pemerhati anak mencoba

untuk ikut andil membantu pemerintah dalam upaya pemberdayaan serta

perlindungan anak. Di Kabupaten Pringsewu terdapat LSM bernama Lembaga

Pemerhati Anak dan Masyarakat (L-PAMAS). L-PAMAS berdiri dilatarbelakangi

oleh adanya keprihatinan terhadap situasi dan kondisi masyarakat yang mayoritas

secara ekonomi masih berkekurangan, sumber daya manusia masyarakat yang

masih relative lemah, rendahnya pemahaman tentang kehidupan anak dan


5

masyarakat yang saling menghormati, mencintai serta penuh penghormatan

terhadap hak-hak anak. Selain dari pada itu juga semakin menurunnya tingkat

solidaritas, penghargaan, penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan antar

warga masyarakat.

Menurut Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Pringsewu, pada tahun

2014 di Kabupaten Pringsewu terdapat 12 kasus kekerasan seksual terhadap anak

dan 1 kasus pembulian, pada tahun 2015 terdapat 8 kasus kekerasan dan pada

tahun 2016 terdapat 4 kasus kekerasan yang didampingi oleh LPA. Sedangkan

menurut catatan kasus di Polsek Pringsewu terdapat 5 kasus kekerasan seksual

terhadap anak pada tahun 2015, 1 kasus penganiayaan dan 1 kasus kekerasan

seksual pada tahun 2016, dan 1 kasus kekerasan seksual pada tahun 2017.

Terhitung 8 kasus kekerasan yang didominasi dengan kekerasan seksual yang

terlapor dan ditangani oleh Polsek Pringsewu pada 3 tahun terakhir.

Dalam upaya pemerhati anak dilingkungan pendidikan, L-PAMAS

mengimplementasikan program Sekolah Ramah Anak (SRA) dibantu donatur

yang merupakan NGO (Non Government Organization) Internasional bernama

ChildFund International.. Program SRA ini diimplementasikan jauh sebelum

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak

(Permen PPPA) No 8 Tahun 2014 tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak

dikeluarkan dan disahkan.

L-PAMAS telah mengimplementasikan program SRA sejak tahun 2010 di

beberapa Sekolah Dasar yang berada di enam desa binaan L-PAMAS. Desa

binaan L-PAMAS merupakan desa yang perduli dan berkomitmen untuk turut
6

serta dalam mengembangkan program-program yang diselenggarakan oleh L-

PAMAS. Enam desa binaan L-PAMAS antara lain yaitu Desa Mataram, Desa

Kediri, Desa Karangsari, Desa Way Ngison, Desa Panggungrejo, dan Desa

Tanjung anom. Setiap sekolah dasar di enam desa binaan ini menjadi perioritas

untuk diterapkan program SRA, akan tetapi hanya ada dua sekolah yang mampu

berkomitmen penuh untuk mengimplementasikan program SRA hingga saat ini,

dua sekolah tersebut yaitu SDN 2 Karangsari dan SDN 3 Panggungrejo.

Pada penelitian ini, penulis lebih tertarik memilih lokasi penelitian di SDN 3

Panggungrejo Kecamatan Sukoharjo. Implementasi program SRA di sekolah ini

sudah berjalan sejak September 2013. Hal-hal yang menjadi pertimbangan penulis

memilih SDN 3 Panggungrejo yaitu lokasi sekolah yang lebih jauh, akses jalan

yang rusak dan terpencil dibandingkan dengan SDN 2 Karangsari yang lebih

dekat dengan pusat kabupaten kota. Tentunya penulis sadar bahwa dalam

pengimplementasian program, kedua sekolah ini memiliki perkembangan yang

berbeda namun tetap dengan tujuan yang sama.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sekolah, salah satunya

yaitu lingkungan sekolah. SDN 2 Karangsari yang memiliki lingkungan sekolah

yang sempit dan dikelilingi pemukiman penduduk tidak mampu meluaskan area

sekolahnya agar dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sarana belajar. Berbeda

dengan SDN 3 Panggungrejo yang terletak dilingkungan yang masih dikelilingi

perkebunan, pihak sekolah mampu meluaskan area sekolah dan dapat

memanfaatkan lingkungan perkebunan sebagai media pembelajaran bagi siswa.


7

Lingkungan sekolah dan area sekolah juga yang menjadi daya tarik penulis untuk

meneliti di SDN 3 Panggungrejo.

Visi dari SD N 3 Panggungrejo sebagai sekolah yang menerapkan program SRA

ialah “Menuju Sekolah Ramah Anak Berbasis Lingkungan dan Budaya”. Visi dari

sekolah tentunya didukung dengan misi yang jelas, SD N 3 Panggungrejo

memiliki 3 misi utama antara lain yang pertama yaitu memberikan hak-hak dan

perlindungan anak sesuai perkembangannya agar terhindar dari kekerasan

terhadap anak, serta memberikan rasa aman dan nyaman. Kedua, melaksanakan

proses pembelajaran aktif dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai alat

pembelajaran. Ketiga, menumbuhkankembangkan nilai budaya lokal sebagai

sarana dan prasarana pengembangan bakat serta menggali sumber daya peserta

didik.

Tujuan dari SD N 3 Panggurejo sebagai Sekolah Ramah Anak ialah terciptanya

lingkungan yang aman dan nyaman bagi peserta didik, pemanfaatan lingkungan

sekolah sebagai sarana pembelajaran bagi peserta didik, dan meningkatnya mutu

sekolah dan kinerja guru sebagai teladan bagi peserta didik secara berkelanjutan.

Serta target atau tujuan jangka pendek dari sekolah ini ialah menjadi sekolah

percontohan di tingkat regional pada tahun 2017, menjadi sekolah ramah anak

berbasis lingkungan dan budaya, dan meningkatkan prestasi olahraga khususnya

atletik di tingkat kecamatan dan kabupaten.

Program Sekolah Ramah Anak di Kabupaten Pringsewu ini merupakan program

SRA pertama yang diimplementasikan di Provinsi Lampung. Implementasi

program ini termasuk kedalam implementasi yang menggunakan pendekatan


8

Buttom Up. Pendekatan Buttom Up merupakan pendekatan yang menggunakan

logika berfikir dari ‘bawah ke atas’, dengan aktor utamanya ialah street level

bureaucrat. SRA merupakan program yang dicanangkan oleh Lembaga Swadaya

Masyarakat yang merupakan bagian dari street level bureaucrat. Sehingga

penelitian ini nantinya dapat menggunakan model implementasi yang

menggunakan pendekatan Buttom Up.

Beberapa hal yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana

implementasi program SRA, siapa saja yang terlibat, bagaimana tingkat

partisipasi pihak yang terlibat, serta sejauh apa program ini telah berjalan selama

3 tahun diimplementasikan. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan

penelitian ini belum pernah dilakukan oleh para peneliti dahulu, sehingga penulis

memilih judul penelitian: “Implementasi Program Sekolah Ramah Anak Dalam

Penanggulangan Kekerasan Pada Anak (Studi pada SDN 3 Panggungrejo

Kabupaten Pringsewu).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana Implementasi Program Sekolah Ramah Anak Dalam

Penanggulangan Kekerasan Pada Anak di SDN 3 Panggungrejo Kabupaten

Pringsewu?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi Implementasi Program Sekolah Ramah

Anak Dalam Penanggulangan Kekerasan Pada Anak di SDN 3 Panggungrejo

Kabupaten Pringsewu?
9

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mendeskripsi implementasi Program Sekolah Ramah Anak Dalam

Penanggulangan Kekerasan Pada Anak di SDN 3 Panggungrejo Kabupaten

Pringsewu.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Program

Sekolah Ramah Anak Dalam Penanggulangan Kekerasan Pada Anak di SDN 3

Panggungrejo Kabupaten Pringsewu.

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat diantaranya :

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

terutama dalam pembahasan mengenai kebijakan publik, serta dapat digunakan

sebagai bahan referensi bagi peneliti dan pihak lain yang tertarik dengan

penelitian ini.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan atau referensi bagi

pelaksana program Sekolah Ramah Anak, masyarakat, pemerintah, dan

akademika agar dapat ikut serta dalam peningkatan kualitas.


10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Mengenai Kebijakan Publik

1. Pengertian Kebijakan Publik

Menurut Dunn dalam Syafiie (2006:106), mengatakan bahwa kebijakan publik

merupakan suatu rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat

oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut

tugas pemerintahan seperti pertahanan keamanan energi, kesehatan, pendidikan,

kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, dan perkotaan. Sedangkan menurut

Anderson dalam Subarsono (2013:2), kebijakan publik merupakan kebijakan yang

ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Hal ini diperkuat oleh

pernyataan dari Thomas Dye dalam subarsono (2013:2), menyatakan bahwa

kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak

melakukan, definisi tersebut mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik

tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta; (2) kebijakan

publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh

pemerintah.

Menurut Dewey dalam Parson (2014:8), Kebijakan publik menitikberatkan pada

“publik dan problem-problemnya” atau “bagaimana, mengapa, dan apa efek dari

tindakan aktif (action) dan pasif (anaction) pemerintah”.


11

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa, kebijakan publik merupakan segala bentuk kegiatan yang dilakukan

pemerintah dalam mengatasi permasalahan-permasalahan publik guna memenuhi

kebutuhan publik yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat.

2. Ciri-ciri Kebijakan Publik

Menurut Wahab (2012:17), kebijakan publik memiliki ciri-ciri antara lain:

a. Kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang mempengaruhi pada tujuan

dari pada sebagai prilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan.

b. Kebijakan pada hakikatnya terdiri atas tindakan yang saling berkait dan berpola

yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-pejabat

pemerintah dan bukan merupakan keputusan-keputusan yang berdiri sendiri.

c. Kebijakan berangkat bersangkut paut dengan apa yang senyatanya dilakukan

oleh pemerintah dalam bidang-bidang tertentu.

d. Kebijakan publik mungkin berbentuk positif dan negatif.

3. Tahapan Kebijakan Publik

Tahap-tahap kebijakan publik menurut Dunn dalam Nugroho (2014: 269) adalah

sebagai berikut:

a. Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik.

Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk

ke dalam agenda kebijakan. Setelah itu Pada akhirnya beberapa masalah masuk ke

agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin
12

tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus

pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk

waktu yang lama.

b. Tahap formulasi

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para

pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari

pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai

alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu

masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan

kebijakan masing-masing alternatif berasaing untuk dapat dipilih sebagai

kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

c. Tahap adopsi kebijakan

Alternatif kebijakan yang banyak ditawarkan oleh para perumus kebijakan tadi,

Akhirnya dari sekian banyaknya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut

diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur

lembaga atau keputusan peradilan.

d. Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program

tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan program kebijakan

yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus

diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administratif maupun

agen-agen pemerintah ditingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil

dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya


13

finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan

saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para

pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para

pelaksana.

e. Tahap evaluasi kebijakan

Tahap evaluasi kebijakan merupakan tahap dimana kebijakan yang telah

dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang

dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan yaitu guna memecahkan

permmasalahan yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukan ukuran-

ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan

publik telah meraih dampak yang diinginkan.

B. Tinjauan Implementasi Kebijakan Publik

1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Menurut Jones dalam Sahya (1996:300) Implementasi melibatkan seperangkat

instruksi politik dan saling berhubungan dengan para pelaku. Sedangkan menurut

Wahab dalam Sahya (1997:59), “Implementasi kebijakan publik merupakan aspek

yang penting dari proses kebijakan”.

Agar dapat menilai apakah suatu kebijakan dapat dikatakan berhasil atau gagal,

dilakukan berbagai upaya untuk mempelajari sebab dan akibat keberhasilan atau

kegagalan kebijakan pemerintah melalui pembahasan mengenai aspek-aspek

yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan. Menurut Silalahi dalam Sahya

(1989:148) implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu


14

kebijakan dirumuskan. Implementasi melibatkan usaha dari policy untuk

memengaruhi apa yang oleh Lipsky sebut sebagai “Street Level Bureaucrats”

untuk memberikan pelayanan atau mengatur perilaku kelompok sasaran atau

target group (Subarsono, 2013;88).

Maka, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, implementasi merupakan

aspek utama dalam proses kebijakan publik dan memiliki peran yang penting

terhadap keberhasilan dari kebijakan publik. Implementasi juga merupakan tahap

yang menentukan dalam proses kebijakan, karena tanpa implementasi yang efektif

maka sebuah kebijakan tidak dapat dikatakan berhasil.

2. Model implementasi kebijakan

Sejarah perkembangan implementasi kebijakan, terdapat dua pendekatan guna

memahami implementasi kebijakan, yakni pendekatan Top-Down dan Bottom Up.

Pendekatan yang bersifat top-down dipakai untuk mengklasifikasikan para peneliti

yang menggunakan logika berfikir dari ‘atas’ kemudian melakukan pemetaan ‘ke

bawah’ untuk melihat keberhasilan atau kegagalan implementasi suatu kebijakan.

Menurut Nugroho (2014;680) model “top-downer” mudahnya ialah berupa pola

yang dikerjakan oleh pemerintah untuk rakyat, dimana partisipasi lebih berbentuk

mobilisasi. Sedangkan pendekatan bottom-up menggunakan logika berfikir dari

‘bawah ke atas’ dan menekankan pentingnya memperhatikan dua aspek penting

dalam implementasi suatu kebijakan, yaitu birokrat pada level bawah (street level

bureaucrat), dan kelompok sasaran kebijakan. Model “bottom-upper” bermakna

meski kebijakan dibuat oleh pemerintah, namun pelaksaan oleh rakyat.


15

Berikut beberapa model implementasi kebijakan dari beberapa para ahli:

2.1 Model Van Meter dan Van Horn

Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2013:99), terdapat 5

variabel yang mempengaruhi implementasi kebiajakan yaitu:

a. Standar dan sasaran kebijakan.

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat

direalisasikan. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi

multi interpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen

implementasi.

b. Sumber daya

Implementasi kebijakan perlu didukung oleh sumber daya, baik sumberdaya

manusia (human resources) maupun sumber daya non-manusia (human non-

resources).

c. Hubungan antar organisasi

Implementasi sebuah program perlu didukung oleh koordinasi dengan instansi

lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi

keberhasilan suatu program.

d. Karakteristik agen pelaksana

Agen pelaksana mencakup birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan yang

terjadi dalam birokrasi. Yang semuanya itu akan menpengaruhi implementasi

suatu program.
16

e. Kondisi sosial, politik dan ekonomi.

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung

keberhasilan implementasi mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini

publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung implementasi

kebijakan.

f. Disposisi implementor.

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting yaitu, (1) respon

implementator terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk

melaksanakan kebijakan, (2) kognisi, yaitu pemahaman terhadap kebijakan, dan

(3) intensitas disposisi implementator, yaitu preferensi nilai yang dimiliki oleh

implementator.

Komunikasi antar
organisasi dan
agen pelaksana

Ukuran
Kinerja
dan tujuan
implementasi
kebijakan
Karakteristik
Disposisi
agen
pelaksana
pelaksana

Sumber daya

Lingkungan
sosial, ekonomi
dan poltik

Gambar 1. Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter Dan
Van Horn.
Sumber: Van Meter Van Horn dalam Subarsono (2013:100)
17

2.2 Model Edwards III

Menurut Edwards dalam (Subarsono 2013:90), implementasi kebijakan

dipengaruhi oleh empat variabel yaitu :

a. Komunikasi

Agar dapat menjamin keberhasilan implementasi kebijakan, pelaksana harus

mengetahui betul apa yang harus dilakukannya berkaitan dengan pelaksanaan

kebijakan tersebut. Selain itu kelompok sasaran juga harus diinformasikan

mengenai apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan. Hal ini penting untuk

menghindari adanya resistensi dari kelompok sasaran.

b. Faktor sumber daya

Tanpa sumber daya yang memadai, tentunya implementasi kebijakan tidak akan

berjalan secara optimal. Sumber daya dapat berupa sumberdaya manusia, yaitu

kompetisi implementator dan sumber daya finansial.

c. Faktor disposisi

Disposisi yang dimaksud adalah watak dan karakter yang dimiliki implementator,

seperti kejujuran dan komitmen. Disposisi implementator menjadi variabel

penting dalam implementasi kebijakan. Apabila implementator memiliki disposisi

yang baik, maka akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik, sebagaimana

diharapkan oleh pembuat kebijakan.

d. Struktur birokrasi

Birokrasi merupakan struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan

kebijakan. Birokrasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi


18

kebijakan. Untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan diperlukan

standard operational procedure (SOP). Sebagai pedoman bagi setiap

implementator kebijakan.

Comumunication

Resources

Implementation

Dispotion

Bureaucratic structure

Gambar 2. Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan


Menurut Edwads III
Sumber: Edward III dalam Subarsono (2013:91)

2.3 Model Mazmanian dan Sabastier

Menurut Mazmanian dan Sabastier dalam Subarsono (2013:94), ada tiga

kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi yaitu :

a. Mudah tidaknya masalah dikendalikan (tractability of the problem)

Kategori tractability of the problem mencakup variabel-variabel yang disebutkan

oleh Subarsono (2013:95) : (1) Tingkat kesulitan teknis dari maslah yang

bersangkutan (2) tingkat kemajemukan kelompok sasaran (3) proporsi kelompok

sasaran terhadap total populasi (4) Cakupan perubahan prilaku yang diharapkan.
19

b. Kemampuan kebijakan untuk menstrukturisasi proses implementasi (ability of

statue to structure implementation). Kategori ability of statue to structure

implementation mencakup variabel-variabel antara lain : (1) menjelaskan isu

kebijakan (2) seberapa jauh kebijakantersebut memiliki dukungan teoritis (3)

besarnya alokasi sumberdaya fianansial terhadap kebijakan tersebut (4) seberapa

besar adanya keterpautan dan dukungan antar instansi pelaksana (5) kejelasan dan

konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana (6) Tingkat komitmen aparat

terhadap tujuan kebijakan (7) seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk

berpartisipasi dalam implementasi kebijakan.

c. Variabel di luar kebijakan

Kategori nonstatutory variables affectingimplementation mencakup variabel yang

terdiri dari : (1) kondisi sosial masyarakat dan tingkat kemajuan ekonomi (2)

Dukungan publik terhadap kebijkan (3) sikap dari kelompok pemilih (4) Tingkat

komitmen dan ketrampilan dari aparat dan implementator”.

2.4 Model Merilee S. Grindle

Menurut Merilee S. Grindle dalam Subarsono (2013:93), terdapat dua variabel

besar yang mempengaruhi implementasi kebijakan yakni isi kebijakan dan

lingkungan implementasi. Isi kebijakan mencakup: (1) sejauh mana kepentingan

kelompok sasaran termuat dalam isi kebijakan (2) jenis manfaat yang diterima

oleh kelompok sasaran (3) sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah

kebijakan (4) apakah letak sebuah program sudah tepat (5) apakah sebuah

kebijakan menyebut implementator dengan rinci dan (6) apakah sebuah program

didukung oleh sumberdaya yang memadai. Sedangkan variabel lingkungan


20

implementasi mencakup : (1) seberapa besar kekuasaan, kepentingan dan strategi

yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan (2)

karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa (3) tingkat kepatuhan dan

responsivitas kelompok sasaran.

2.5 Model Hoogwood dan Gun

Menurut Hoogwood dan Gun dalam Nugroho (2014;668) , untuk melakukan

implementasi kebijakan memerlukan beberapa syarat. Syarat yang pertama

berkenaan dengan jaminan bahwa kondisi eksternal yang dihadapi oleh lembaga

atau badan pelaksana tidak akan menimbulkan masalah yang besar. Sayarat yang

kedua adalah apakah untuk melaksanakannya tersedia sumberdaya yang memadai,

termasuk sumberdaya waktu. Syarat ketiga, apakah perpaduan sumber-sumber

yang diperlukan benar-benar ada. Syarat keempat yaitu apakah kebijakan yang

akan diimplementasikan didasari hubungan kausal yang andal. Syarat kelima,

seberapa banyak hubungan kausalitas yang terjadi. Syarat keenam apakah

hubungan saling ketergantungan kecil. Syarat ketujuh adalah pemahaman yang

mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan. Syarat kedelapan adalah bahwa

tugas-tugas telah dirinci dan ditempatkan dalam urutan yang benar. Model ini

mendasarkan kepada konsep manajemen strategi yang mengarah kepada praktek

manajemen yang sistematis dan tidak meninggalkan kaidah-kaidah pokok.

2.6 Model Goggin dkk

Model ini dikembangkan oleh Malcolm Goggin, Ann Bowman, dan james Lester.

Menurut Goggin dkk dalam Nugroho (2014;670), mereka bertujuan


21

mengembangkan sebuah model implementasi kebijakan yang lebih ilmiah dengan

mengedepankan pendekatan “metode penelitian” dengan adanya variabel

independen, intervening, dan dependen dan meletakkan faktor “komunikasi”

sebagai penggerak dalam implementasi kebijakan.

2.7 Model Richard Elmore dkk

Model ini dikembangkan oleh Richard Elmore (1979), Michael Lipsky (1971),

serta Benny Hjern dan David O’Porter (1981). Menurut Elmore dkk dalam

Nugroho (2014;672), model ini dimulai dari mengidentifikasi jaringan aktor yang

terlibat di dalam proses pelayanan dan menanyakan kepada mereka: tujuan,

strategi, aktivitas, dan kontak-kontak yang mereka miliki. Model implementasi ini

didasarkan kepada jenis kebijakan publik yang mendorong masyarakat untuk

mengerjakan sendiri implementasi kebijakannya atau masih melibatkan pejabat

pemerintah, namun hanya di tataran rendah. Karena itu, kebijakan yang dibuat

harus sesuai dengan harapan, keinginan, publik yaang menjadi target atau

kliennya dan sesuai pula dengan pejabat eselon rendah yang menjadi

pelaksananya. Kebijakan model ini biasanya diprakarsai oleh masyarakat, baik

secara langsung ataupun melalui lembaga-lembaga nirlaba kemasyarakatan

(LSM). Elmore dalam Golembiewski (1997:766-769) mengatakan bahwa ada

empat hal utama yang membuat implementasi kebijakan efektif, yaitu :

1. Clearly specified tasks and objectives that accurately reflect the intent of policy

(tugas dan tujuan yang jelas yang secara akurat merefleksikan maksud dari

suatu kebijakan)
22

Implementasi kebijakan yang dalam hal ini terdiri dari satu set rincian dari

tujuan pelaksanaan suatu kebijakan yang secara akurat mencerminkan maksud

dari kebijakan tertentu, memberikan tanggung jawab dan standar kinerja

kepada unit yang dapat melaksanakannya secara konsisten dengan tujuan dari

kebijakan tersebut. Tugas dan tujuan organisasi pelaksana diasumsikan sebagai

unit yang beroperasi dalam pelaksanaan kebijakan sebagai unit yang memiliki

tugas dan tujuan yang jelas yang digunakan untuk mengatur semua tugas dan

tujuannya. Kegagalan dalam implementasi kebijakan sering dikaitkan dengan

manajemen yang buruk. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu bahwasanya

kegagalan dalam pelaksanaan suatu kebijakan disebabkan dari ketidakjelasan

tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada seseorang terhadap hasil

yang ingin dicapai dalam suatu kebijakan tersebut. Serta adanya orang-orang

yang tidak bertanggung jawab atas kinerja yang mereka lakukan. Manajemen

yang baik tentu saja adalah kebalikan dari semua hal di atas. Manajemen ini

dimulai dari asumsi normatif bahwa manajemen yang efektif adalah yang

melaksanakan tujuan yang diarahkan.

2. A management plan that allocates tasks and performance standards to subunits

(manajemen rencana yang mengalokasikan tugas dan standar kinerja ke

organisasi pelaksana)

Manajemen perencanaan merupakan proses dimana perencanaan dilakukan

untuk memastikan bahwa sumber daya yang diperoleh, tugas, standar kinerja

dapat digunakan dan berjalan secara efektif dan efisien dalam melaksanaan

suatu kebijakan. Selain itu didalam meanajemen perencanaan terdapat


23

pengendalian operasional yang dilakukan sebagai proses untuk meyakinkan

bahwa tugas-tugas tertentu telah dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Penerjemahan kebijakan ke dalam tindakan dilakukan melalui proses

perencanaan dalam mengalokasikan tugas dan standar kinerja. Manajemen

perencanaan dan pengendalian di dalamnya memberikan pernyataan singkat

tentang transisi dari kebijakan untuk operasi. Perencanaan strategis ini adalah

sebagai proses untuk menentukan tujuan, sumber daya yang digunakan dalam

mencapai tujuan dari kebijakan tersebut. Selanjutnya Fungsi ini kemudian

didistribusikan dalam urutan dari yang tertinggi sampai tingkat terendah dalam

organisasi. Secara bersama-sama mereka menggambarkan aturan umum

keputusan untuk alokasi sumber daya yang optimal, tugas, dan standar kinerja

organisasi pelaksana.

3. An objective means of measuring subunit performance (pengukuran kinerja

organisasi pelaksana yang dinilai dengan tujuan yang ingin dicapai)

Pengukuran kinerja dilakukan dengan melihat konsistensi organisasi pelaksana

kebijakan dengan tujuan dari program tersebut, namun dalam pelaksanaannya

proses ini dapat bersifat dinamis, tidak statis, lingkungan terus memaksakan

tuntutan baru yang membutuhkan penyesuaian internal apabila terjadi yang

demikian dapat dibuat toleransi sebagai penyesuaian internal demi untuk

mencapai tujuan kebijakan. Tetapi implementasi tetap selalu diarahkan untuk

memaksimalkan tujuan dan nilai akhir yang diinginkan. Keberhasilan atau

kegagalan organisasi pelaksana dapat dinilai dengan mengamati perbedaan


24

antara deklarasi kebijakan dengan perilaku organisasi pelaksana yang meliputi

fokus pada kejelasan, presisi, kelengkapan dan kewajaran antara isi deklarasi

kebijakan dengan hasil akhir kebijakan.

4. A system of management controls and social sanctions sufficient to hold

subordinates accountable for their performance (sistem manajemen kontrol

dan sanksi sosial untuk menjaga bawahan agar tetap akuntabel)

Implementasi sebagai proses kontrol administratif. Definisi ini berangkat dari

asumsi serta kecenderungan umum bahwa organisasi pelaksana yang paling

banyak terlibat dalam proses implementasi. Agen-agen pelaksana tersebut

sangat mungkin membuat kesalahan ketika melakukan interpretasi atas

kebijakan dan menerjemahkannya ke dalam berbagai program dan proyek,

yang biasanya selalu disertai bias kepentingan, ideologi, dan kerangka acuan.

Berdasarkan hal tersebut, karenanya keberhasilan implementasi akan

ditentukan oleh tingkat penegakan kontrol atas organisasi pelaksana serta

dilengkapi dengan arahan dan aturan yang jelas untuk mencegah terjadinya

berbagai penyimpangan.

Manajemen kontrol yang kuat menunjukkan bahwa organisasi telah mendekati

nilai ideal dalam artian dapat memaksimalkan kinerja dari unit organisasi.

Kinerja yang demikian dinilai dalam hal pencapaian, yakni adanya kesesuaian

hasil target dengan standar kebijakan. Dalam prakteknya, biasa disebut sebagai

kriteria kinerja yang cenderung untuk melihat lebih sebagai kesesuaian dengan

standar kebijakan yang pada akhirnya dapat mencapai hasil yang memuaskan.
25

Guna mengidentifikasi hal-hal yang dapat membuat implementasi kebijakan

efektif di atas, Elmore juga telah mengidentifikasi beberapa faktor penyebab

terjadinya kegagalan dalam implementasi kebijakan diantaranya penyimpangan

dari perencanaan, spesifikasi, dan kontrol. Artinya keberhasilan implementasi

kebijakan sangat ditentukan oleh perencanaan yang dibuat dan manajemen

yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Dari beberapa model implementasi yang berbeda-beda diatas, dapat disimpulkan

bahwa terdapat dua model pendekatan yaitu model top down dan model bottom

up. Menurut Erwan (2015:37) Pendekatan yang bersifat top-down dipakai untuk

mengklasifikasikan para peneliti yang menggunakan logika berfikir dari ‘atas’

kemudian melakukan pemetaan ‘ke bawah’ untuk melihat keberhasilan atau

kegagalan implementasi suatu kebijakan. Sedangkan pendekatan bottom-up

menggunakan logika berfikir dari ‘bawah ke atas’ dan menekankan pentingnya

memperhatikan dua aspek penting dalam implementasi suatu kebijakan, yaitu

birokrat pada level bawah (street level bureaucrat), dan kelompok sasaran

kebijakan.

Model yang dikemukakan oleh Elmore, dkk. merupakan model yang digunakan

menjadi alat analisis dalam penelitian ini yaitu tentang implementasi program

Sekolah Ramah Anak. Peneliti memilih model ini, karena adanya kesesuaian

model implementasi kebijakan yaitu menggunakan pendekatan implementasi

Bottom Up yang mana implementasi kebijakannya didasarkan pada jenis

kebijakan publik yang mendorong masyarakat untuk mengerjakan sendiri

implementasi kebijakannya atau tetap melibatkan pejabat pemerintah namun


26

hanya ditataran rendah (Street Level Bureaucrat). Model implementasi ini

nantinya dapat digunakan untuk menganalisis implementasi program dalam

mencapai hasil akhir yang diinginkan.

C. Tipe Kekerasan Terhadap Anak

Menurut Lembaga Pemerhati Anak dan Masyarakat (L-PAMAS), ada dua tipe

kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkungan sekolah, antara lain yaitu:

1. Kekerasan fisik

Tipe kekerasan ini meliputi kekerasan yang dapat terlihat kasat mata. Kekerasan

ini melibatkan kontak langsung dan dimaksudkan untuk menimbulkan perasaan

intimidasi, cedera, atau penderitaan fisik lain atau kerusakan tubuh. Kekerasan ini

meliputi antara lain:

a. Dipukul dengan tangan maupun dipukul dengan benda, dijewer, disabet,

dipecut, ditendang, ditampar, dijambak, dilempar batu, dicubit.

b. Kerja paksa, diberi pekerjaan yang membahayakan, menghukum hingga jatuh

sakit, dan eksploitasi anak.

c. Berkelahi, dikeroyok, dan tawuran.

d. Kekerasan seksual, meliputi dipeluk, dicium, dicolek, diraba, diintip ketika

berada di toilet, ditunjukkan foto maupun vidio porno, dijuluki panggilan

seksualitas sepertiseksi, dan bentuk kekerasan seksualitas lainnya.

2. Kekerasan non fisik

Tipe kekerasan non fisik merupakan tipe kekerasan yang bersifat psikis dan sering

tidak kasat mata serta sulit untuk ditelusuri. Tipe kekerasan ini biasanya dalam
27

bentuk perkataan ataupun melalui pernyataan yang sering tidak disadari banyak

orang telah melukai pikiran maupun hati anak-anak. Kekerasan tipe ini antara lain

seperti:

a. Penelantaran anak, diskriminasi atau dibandingkan dengan sodara dan teman.

b. Dimarah menggunakan kata-kata kasar, dibentak, diancam, diolok-olok,

dipalak, dikucilkan, dicaci maki atau dihina, dan dicela.

c. Korban pergaulan bebas, intimidasi anak oleh teman sebaya, dan intimidasi

anak oleh guru.

D. Kerangka Pikir Penelitian

Kekerasan terhadap anak merupakan fenomena sosial yang diakibatkan oleh

banyak faktor. Fenomena ini akan berdampak nyata pada tiap individu anak yang

seharusnya dapat mengembangkan kepribadian, menggali potensi dan

menumbuhkan kepercayaan diri yang baik tanpa perlu merasa takut dan cemas

akan diskriminasi dan tindak kekerasan. Untuk ikut andil dalam perlindungan

anak, kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak juga

menetapkan Peraturan Menteri PPPA No 8 Tahun 2014 tentang Kebijakan

Sekolah Ramah Anak dalam upaya mengurangi kekerasan terhadap anak di

lingkungan sekolah.

Di Provinsi Lampung, upaya pemerintah dalam melakukan penerapan undang-

undang tentang perlindungan anak nampaknya tidak akan berhasil tanpa adanya

partisipasi aktif dari masyarakat dan juga lembaga-lembaga non pemerintah.

Banyaknya kasus kekerasan pada anak membuat banyak Lembaga Swadaya


28

Masyarakat (LSM) yang berfokus di bidang pemerhati anak mencoba untuk ikut

andil membantu pemerintah dalam upaya pemberdayaan serta perlindungan anak.

Salah satu LSM benama L-PAMAS yang berada di Kabupaten Pringsewu,

mencoba menerapkan program Sekolah Ramah Anak (SRA) di beberapa sekolah

di Kabupaten Pringsewu salah satunya yaitu di SDN 3 Panggungrejo Kabupaten

Pringsewu. Program Sekolah Ramah Anak (SRA), merupakan program yang

berupaya menciptakan lingkungan non kekerasan yang nyaman bagi anak di ranah

pendidikan yang juga dilandasi oleh Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak No 8 Tahun 2014 tentang Kebijakan Sekolah Ramah

Anak. Sekolah yang mengimplementasikan program ini merupakan sekolah yang

berupaya menciptakan warga sekolah yang peduli terhadap lingkungan hidup,

sekaligus mewujudkan sumberdaya manusia yang berkarakter dan tanggap

terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya, serta berupaya melakukan

penjaminan terhadap adanya perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak dalam

semua aspek kehidupan secara terencana dan bertanggungjawab.

Dalam implementasi program ini, peneliti menggunakan model implementasi

yang dikemukakan oleh Elmore dkk, karena adanya kesesuaian model

implementasi kebijakan yaitu menggunakan pendekatan implementasi Bottom Up.

Pendekatan Bottom Up merupakan pendekatan implementasi yang mana

kebijakannya didasarkan pada jenis kebijakan publik yang mendorong masyarakat

untuk mengerjakan sendiri implementasi kebijakannya atau tetap melibatkan

pejabat pemerintah namun hanya ditataran rendah (Street Level Bureaucrat).

Model ini dirasa mampu mendeskripsikan dan menggambarkan bagaimana proses


29

implementasi dan apa saja faktor yang mempengaruhi implementasi program

SRA dengan konkrit dan sederhana.

Model implementasi
Masalah kekerasan Elmore dkk dalam
terhadap anak Golembiewski (1997;776)
yaitu:

a. Tugas dan tujuan


Permen PPPA No 8 program
Tahun 2014 Tentang Fakto-faktor yang
b. Manajemen rencana
Kebijakan Sekolah mempengaruhi
dalam program implementasi
Ramah Anak
c. kinerja dalam program SRA
implementasi

Implementasi Program program


Sekolah Ramah Anak d.-------
manajemen kontrol
(SRA) di SDN 3
dalam implementasi
Panggungrejo
Kabupaten Pringsewu program

Gambar 3. Kerangka Pikir


Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2017
30

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tipe dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini tergolong pada tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Menurut Moleong (2011:6) penelitian kualitatif bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya,

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll secara holistik, dan dengan cara

deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan dalam kondisi objek

alamiah, yaitu antara individu dengan latar atau fokus penelitiannya tidak diisolasi

kedalam bentuk variabel atau hipotesis, karena antara peneliti dengan tempat sia

melakukan penelitiannya merupakan satu kesatuan yang utuh. Selain itu, peneliti

sendiri menjadi instrumen kunci dalam penelitiannya, karena penelitian itu sendiri

bergantung pada pengamatan yang dilakukan peneliti dalam suatu kawasan

tersendiri dan hanya peneliti yang mampu berinteraksi dengan orang-orang

didalam kawasan tersebut, baik dalam bahasanya maupun didalam

peristilahannya.
31

Pada metode penelitian deskriptif menurut Moleong (2011:11), data yang

dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Selain

itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang

sudah diteliti. Laporan penelitian berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan

gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah

wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau

memo, dan dokumen resmi lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian

kualitatif dengan tipe deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk

mengungkapkan data-data yang telah dihimpun yang berupa kata-kata, gambar,

dan bukan angka-angka yang didapat dari fenomena lapangan yang bersifat

empiris guna menggambarkan dan menafsirkan hasil penelitian.

Jenis penelitian ini berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai

dengan apa yang terjadi dilapangan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan

dan menganalisis mengenai Implementasi Program Sekolah Ramah Anak dalam

penanggulangan kekerasan pada anak (studi kasus SDN3 Panggungrejo) yang

masih berjalan hingga saat ini.

B. Fokus penelitian

Penelitian ini difokuskan kepada proses implementasi dengan menggunakan

model implementasi dengan pendekatan bottom up yang dikemukakan oleh

Richard Elmore dkk, alasan peneliti menggunakan model ini ialah karena program

SRA merupakan program yang dilaksankan LSM lokal yang merupakan bagian

dari street level bureaucrat sesuai dengan model implementasi dengan pendekatan

bottom up. Empat variabel utama dari model tersebut adalah:


32

1. Clearly specified tasks and objectives that accurately reflect the intent of

policy yakni, tugas dan tujuan yang jelas yang secara akurat merefleksikan

maksud dari program SRA di SDN 3 Panggungrejo.

2. A management plan that allocates tasks and performance standards to subunits

atau manajemen rencana yang mengalokasikan tugas dan standard kinerja ke

organisasi pelaksana implementasi program SRA yaitu L-PAMAS sebagai

implementor dan SDN 3 Panggungrejo sebagai sasaran implementasi.

3. An objective means of measuring subunit performance atau pengukuran kinerja

organisasi pelaksana (L-PAMAS dan SDN 3 Panggungrejo) yang dinilai

dengan tujuan yang ingin dicapai oleh program SRA.

4. A system of management controls and social sanctions sufficient to hold

subordinates accountable for their performance atau sistem manajemen

kontrol pada program yang dilakukan langsung oleh L-PAMAS setiap akhir

pekan agar dapat menjaga kinerja tetap akuntabel.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program Sekolah Ramah Anak

di SDN 3 Panggungrejo Kabupaten Pringsewu.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan dan tujuan penelitian.

Penelitian dilakukan dalam ruang lingkup wilayah SD N 3 Panggungrejo dan

lingkup Desa Panggungrejo. Adapun pertimbangan dalam pemilihan lokasi adalah

karena SD N 3 Panggungrejo yang belokasi di Desa Panggungrejo dan merupakan

desa binaan dari L-PAMAS yang berkomitmen untuk mengimplementasikan


33

program SRA. Selain itu, penelitian juga akan dilakukan di L-PAMAS sebagai

lembaga yang bermitra dan berkomitmen mengimplementasikan program ini.

D. Informan Penelitian

Adapun informan dalam penelitian diperoleh dari kunjungan lapangan ke lokasi

penelitian oleh peneliti, yakni di desa Panggungrejo dipilih secara purposive

sampling, yaitu merupakan metode penetapan informan yang dibutuhkan atau

dengan memilih narasumber yang benar-benar mengetahui tentang implementasi

program SRA sehingga mereka akan memberikan informasi secara tepat sesuai

dengan yang dibutuhkan oleh peneliti. Dengan penjelasan tersebut, maka pihak-

pihak yang dijadikan informan oleh peneliti diantaranya yaitu dijelaskan dalam

tabel sebagai berikut :

Tabel 1 . Daftar Informan


Tanggal
NO Nama Jabatan
Wawancara

1. Ahmad Asari, S.Pd Pimpinan L-PAMAS 20 Februari 2017

2. Rizal Bahrul Mustofa Sekretaris LPA 24 Maret 2017

3. Sumariyam, S.Pd.SD Kepala SDN 3 Panggungrejo 23 Februari 2017

4. Yusufudin Koordinator Program L-PAMAS 20 Februari 2017

5. Brigpol Siska Indria Anggota Reskrim Polsek Pringsewu 24 Maret 2017

6. Miswoto, S.Pd.SD Wali kelas 5 SDN 3 Panggungrejo 25 Maret 2017

7. Sumaryono, S.Pd.SD Wali kelas 6 SDN 3 Panggungrejo 25 Maret 2017

8. Nur Ahmat Kepela Pekon Panggungrejo 24 Maret 2017

9. Defa Fajar Ardian Ketua OSIS SDN 3 Panggungrejo 25 Maret 2017

10. Wayan Carlos Ketua Dokter Kecil SDN 3 25 Februari 2017


Panggungrejo

11. Sinta Penjaga kantin SDN 3 Panggungrejo 20 Februari 2017


Sumber: data diolah peneliti tahun 2017
34

E. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain. Sumber data

yang dikumpulkan melalui penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Berupa kata-kata dan tindakan (informan) serta peristiwa-peristiwa tertentu yang

berkaitan dengan permasalahan penelitian, dan merupakan hasil pengumpulan

peneliti sendiri selama berada di lokasi penelitian. Data primer merupakan data

yang diperoleh secara langsung dari responden penelitian, melalui wawancara

mendalam kepada informan yang telah ditetapkan yang ditulis atau direkam,

observasi terhadap peristiwa dan kegiatan yang berlangsung di lapangan, maupun

dokumentasi serta catatan lapangan peneliti yang relevan dengan permasalahan

yang diteliti yaitu implementasi program sekolah ramah anak dalam

penanggulanagn kekerasan pada anak.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber yang ada. Data

sekunder ini digunakan sebagai pendukung guna mencari fakta yang sebenarnya.

Data sekunder juga diperlukan untuk melengkapi informasi dalam rangka

mencocokkan data yang diperoleh. Sumber data sekunder yang digunakan antara

lain berupa berita surat kabar, website, artikel, dan referensi-referensi yang

menjadi panduan implementasi program SRA. Berikut beberapa data sekunder

dalam penelitian ini:


35

Tabel 2. Daftar Data Sekunder


No Dokumen Subtansi
1. Profil SDN 3 Panggungrejo Gambaran umum SDN 3
Panggungrejo
2. Profil L-PAMAS Gambaran umum L-PAMAS
3. Profil LPA Gambaran umum LPA
4. Permen PPPA No.8 Tahun 2014 Berisi tentang gambaran SRA,
Tentang Kebijakan Sekolah Ramah indikator SRA, tujuan SRA, prinsip
Anak SRA, landasan hukum SRA dan
informasi lain berkaitan dengan
SRA.
5. Dokumen progres SDN 3 Panggungrejo Berisi informasi mengenai kemajuan
SDN 3 Panggungrejo setelah
menerapkan program SRA.
6. Dokumen mapping isu kekerasan Berisi proses dan hasil mapping di
terhadap anak SDN 1 Panggungrejo dan SDN 3
Panggungrejo
Sumber: diolah oleh peneliti tahun 2017

F. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data adalah satu pekerjaan dan sangat menentukan dalam suatu

penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Wawancara

Metode wawancara yang digunakan pada penelitian ini ialah dengan cara

melakukan sesi tanya jawab dengan tatap muka kepada informan yang telah

ditetapkan. Untuk melakukan sesi wawancara, peneliti langsung datang dan tatap

muka dengan informan yang telah terpilih dan dirasa mampu memberikan

informasi mengenai program SRA.

2. Observasi

Observasi merupakan kegiatan mengadakan pengamatan dan pencatatan langsung

terhadap suatu objek, dalam hal ini peneliti menggunakan observasi atau
36

pengamatan langsung terhadap fenomena yang terjadi di lapangan mengenai

proses pelaksanaan program SRA. Pengamatan dialakukan terhadap berbagai

pihak yang menjalankan dan terlibat dalam implementasi SRA.

3. Dokumentasi

Dokumen yang berkaitan dengan implementasi SRA, serta informasi dalam

bentuk surat, foto, maupun berkas lainnya mengenai implementasi SRA yang

dilaksnankan di SD N 3 Panggungrejo. Dokumen didapat langsung dari lembaga

yang berkaitan dengan program SRA yaitu L-PAMAS dan SDN 3 Panggungrejo

serta dari beberapa sumber informan lainnya. Selain itu, beberapa dokumentasi

berupa foto didapat langsung oleh peneliti ketika berada di lapangan.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Nasution dalam Sugiono (2013:336), mengemukakan bahwa analisis

telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah sebelum terjun ke

lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan penelitian. Menurut Miles dan

Hubberman (Ibrahim, 2015:109) bahwa konsep analisis data meliputi kegiatan:

1. Reduksi data, mengumpulkan informasi yang didapat dan menyederhanakan

informasi tersebut, memilih hal-hal pokok dan memfokuskan pada hal-hal

penting, mencari tema atau pola dari lapangan. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran lebih tajam tentang hasil

pengamatan, disamping mempermudah peneliti untuk mencari kembali data

yang diperoleh bila diperlukan.


37

2. Display data atau penyajian data, menyajikan berbagai informasi dari data yang

telah dianalisis sehingga memberikan gambaran keseluruhan atau bagian-

bagian tertentu dari penelitian yang dilakukan.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, merupakan kegiatan analisis data yang

dimaksudkan untuk mencari makna dan membuat kesimpulan dari data yang

telah dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal

yang sering timbul dan hipotesis kerja. Pada mulanya kesimpulan tersebut

tersebut tentunya masih sangat tentatif, kabur dan diragukan, akan tetapi

dengan bertambahnya data melalui verifikasi yang terus dilakukan selama

penelitian berlangsung maka kesimpulan tersebut menjadi lebih mendalam dan

akurat.

H. Teknik Keabsahan Data

Setiap penelitian harus memiliki kreditibilitas sehingga dapat

dipertanggungjawabkan. Kredibilitas kualitatif adalah keberhasilan mencapai

maksud mengeksplorasi masalah. Keabsahan data merupakan konsep penting

yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) atas keandalan (realibilitas).

Menurut Moleong (2011: 324) ada beberapa kriteria yang digunakan untuk

memeriksa keabsahan data, yaitu;

1. Derajat Kepercayaan (credibility)

Penerapan kriteria derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan konsep

validitas internal dari nonkualitatif. Kriteria ini berfungsi: pertama, melaksanakan

inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat


38

dicapai; kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan

dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

a. Triangulasi

Triangulasi berupaya untuk mengecek kebenaran data dan membandingkan

dengan data yang diperoleh dengan sumber lain melalui berbagai fase penelitian

lapangan, pada waktu yang berlainan dan dengan metode yang berlainan. Adapun

triangulasi yang dilakukan dengan tiga macam teknik pemeriksaan yang

memanfaatkan penggunaan sumber data, metode, dan teori. Untuk itu maka

peneliti dapat melakukannya dengan cara :

1) mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan

2) mengeceknya dengan berbagai sumber data

3) memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data.

Penelitian ini melakukan pengecekan data melalui beberapa sumber lain dengan

melakukan wawancara ke beberapa informan yakni dari L-PAMAS, LPA, dan

Polsek Pringsewu guna mengetahui tingkat kekerasan terhadap anak dan

perkembangan implementasi SRA.

b. Kecukupan referensial

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan berbagai bahan-bahan, catatan, atau

rekaman-rekaman yang dapat digunakan sebagai referensi dan patokan untuk

menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data.


39

2. Keteralihan (Transferability)

Kriterium keteralihan berbeda dengan validitas eksternal dari nonkualitatif.

Konsep validitas itu menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat

berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar

penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representatif mewakili

populasi.

3. Ketergatungan (Dependability)

Kebergantungan merupakan substitusi reliabilitas dalam penelitian nonkualitatif.

Reliabilitas merupakan syarat bagi validitas. Dalam penelitian kualitatif, uji

kebergantungan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan

proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke

lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji

dependability-nya.Kalau proses penelitiannya tidak dilakukan tetapi datanya ada,

maka penelitian tersebut tidak dependable.

4. Kepastian (confirmability)

Penelitian kualitatif ini, uji kepastian mirip dengan uji kebergantungan, sehingga

pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji kepastian

(confirmability) berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang

dilakukan dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada.

Kepastian yang dimaksud berasal dari konsep objektivitas, sehingga dengan

disepakati hasil penelitian tidak lagi subjektif tapi sudah objektif.


40

BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sekolah Ramah Anak

1. Pengertian Sekolah Ramah Anak

Berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perampuan dan Perlindungan

Anak No 8 Tahun 2014 pasal 1 dijelaskan bahwa, Sekolah Ramah Anak yang

selanjutnya disingkat SRA adalah satuan pendidikan formal, nonformal, dan

informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup,

mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak

dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta mendukung

partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran,

pengawasan, dan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan

anak di pendidikan.

2. Maksud dan Tujuan Kebijakan Sekolah Ramah Anak

Maksud dari Kebijakan Sekolah Ramah Anak ialah menjadi acuan bagi

pemangku kepentingan termasuk anak dalam mengembangkan Sekolah Ramah

Anak sebagai upaya untuk mewujudkan salah satu indikator Kbupaten/Kota

Layak Anak. Sadangkan tujuannya yaitu meliputi dua poin, yang pertama

memenuhi, menjamin, dan melindungi hak anak melalui Sekolah Ramah Anak.
41

Kedua, memastikan bahwa satuan pendidikan mengembangkan minat, bakat, dan

kemampuan anak serta mempersiapkan anak untuk bertanggungjawab kepada

kehidupan yang toleran, saling menghormati, dan bekerjasama untuk kemajuan

dan semangat perdamaian ( lampiran Permen PPPA No 8 Tahun 2014 Tentang

Kebijakan Sekolah Ramah Anak).

3. Landasan Hukum Kebijakan Sekolah Ramah Anak

Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak No 8 Tahun 2014, Kebijakan Sekolah Ramah Anak memiliki

landasan hukum sebagai berikut.

Ketentuan Internasional meliputi:

a. Deklarasi Umum mengenai Hak Asasi Manusia pada tahun 1948;

b. Konvensi Hak Anak oleh PBB tahun 1989;

c. Deklarasi Dakar Education For All (EFA) tahun 2000;

d. Deklarasi Millenium Development Goals (MDGs); dan

e. Deklarasi World Fit for Children tahun 2002.

Ketentuan Nasional meliputi:

a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

c. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International

Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional

tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya);

d. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan;
42

e. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi

Pangan;

g. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar;

h. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan;

i. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

j. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention

on the Rights of the Child (Konvensi tentang Hak-Hak Anak);

k. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang

Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki

Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa;

l. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Nomor 11 Tahun 2011 tentang Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota

Layak Anak;

m. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Nomor 12 Tahun 2011 tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak;

n. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Nomor 13 Tahun 2011 tentang Panduan Pengembangan Kabupaten/Kota

Layak Anak;

o. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman

Pelaksanaan Program Adiwiyata;


43

p. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010

tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.

4. Prinsip Sekolah Ramah Anak

Pengembangan sekolah ramah anak didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:

a. Nondiskriminasi yaitu menjamin kesempatan setiap anak untuk menikmati hak

anak untuk pendidikan tanpa diskriminasi berdasarkan disabilitas, gender, suku

bangsa, agama, dan latar belakang orang tua.

b. Kepentingan terbaik bagi anak yaitu senantiasa menjadi pertimbangan

utama dalam semua keputusan dan tindakan yang diambil oleh pengelola dan

penyelenggara pendidikan yang berkaitan dengan anak didik.

c. Hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan yaitu menciptakan

lingkungan yang menghormati martabat anak dan menjamin pengembangan

holistik dan terintegrasi setiap anak.

d. Penghormatan terhadap pandangan anak yaitu mencakup penghormatan atas

hak anak untuk mengekspresikan pandangan dalam segala hal yang

mempengaruhi anak di lingkungan sekolah.

e. Pengelolaan yang baik, yaitu menjamin transparansi, akuntabilitas,

partisipasi, keterbukaan informasi, dan supremasi hukum di satuan

pendidikan.
44

5. Tahapan Sekolah Ramah Anak

Masing-masing satuan pendidikan dalam menerapkan sekolah ramah anak harus

melaksanakan tahapan-tahapan yang meliputi:

a. Persiapan

1) Melakukan sosialisasi pemenuhan hak dan perlindungan anak,

bekerjasama dengan Gugus Tugas KLA di provinsi/kabupaten/kota.

2) Melakukan konsultasi anak untuk memetakan pemenuhan hak dan

perlindungan anak serta menyusun rekomendasi dari hasil pemetaan oleh

anak.

3) Kepala Sekolah/Madrasah, Komite Sekolah/Madrasah, Orang tua/Wali,

dan peserta didik berkomitmen untuk mengembangkan SRA, dalam

bentuk Kebijakan SRA di masing-masing satuan pendidikan.

4) Kepala Sekolah bersama Komite Sekolah/Madrasah, dan peserta didik

untuk membentuk Tim Pelaksana SRA (bagi satuan pendidikan yang telah

memiliki Tim antara lain Tim Pelaksana UKS dan/atau Adiwiyata untuk

menyesuaikan). Tim ini bertugas untuk mengoordinasikan berbagai upaya

pengembangan SRA, sosialisasi pentingnya SRA, menyusun dan

melaksanakan rencana SRA, memantau proses pengembangan SRA, dan

evaluasi SRA.

5) Tim Pelaksana SRA mengidentifikasi potensi, kapasitas, kerentanan, dan

ancaman di satuan pendidikan untuk mengembangkan SRA.


45

b. Perencanaan

Tim Pelaksana SRA mengintegrasikan kebijakan, program, dan kegiatan yang

sudah ada, seperti Usaha Kesehatan Sekolah, Pangan Jajanan Anak Sekolah,

Sekolah Adiwiyata, Sekolah Inklusi, Sekolah/Madrasah Aman Bencana, Sekolah

Hebat, Kantin Kejujuran, Madrasah Insan Cendekia, Pesantren Ramah Anak,

Bebas Napza, dan lainnya sebagai komponen penting dalam perencanaan

pengembangan SRA ke dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah

(RKAS) untuk mewujudkan SRA.

c. Pelaksanaan

Tim Pelaksana SRA melaksanakan RKAS dengan mengoptimalkan semua

sumber daya sekolah, dan bermitra dengan pemerintah, pemerintah daerah,

masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya.

Di Kabupaten Pringsewu, terdapat dua Sekolah Dasar yang menerapkan program

Sekolah Ramah Anak, yaitu SDN 2 Karangsari dan SDN 3 Panggungrejo.

Peneliti akan memaparkan gambaran umum SDN 3 Panggungrejo sebagai

sekolah yang menerapkan program SRA dan merupakan sekolah yang peneliti

pilih untuk menjadi lokasi penelitian. SDN 3 Panggungrejo berada di jalan CPM

Suratno Desa Panggungrejo Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

Sekolah ini resmi berdiri pada tahun 1984 dengan akreditasi C dan saat ini

dipimpin oleh Ibu Sumariyam,S.Pd.SD selaku kepala sekolah.

Jumlah siswa yang masih menempuh pendidikan di SDN 3 Panggungrejo hingga

April 2017 tercatat 180 siswa yang terbagi atas 96 siswa laki-laki dan 84 siswa
46

perempuan. Sedangkan terdapat 6 tenaga pengajar yang telah berstatus PNS,

meliputi 4 orang guru laki-laki dan 2 orang guru perempuan. Selain tenaga

pengajar yang telah berstatus PNS, terdapat juga tenaga pengajar non PNS atau

honorer yaitu 2 orang guru laki-laki dan 1 orang guru perempuan. Kemudian di

SDN 3 Panggungrejo mendapatkan tambahan tenaga pengajar dari program

Lampung Mengajar sebanyak 2 orang guru perempuan dan 1 orang guru laki-

laki. Sehingga jumlah tenaga pengajar keseluruhan yaitu 12 orang.

Fasilitas gedung yang dimiliki oleh SDN 3 Panggungrejo meliputi, 1 unit kantor

guru, 6 unit ruang kelas, 1 unit gedung perpustakaan, 1 unit ruang UKS, 1 unit

ruang mushola, 1 unitgudang, dan 9 unit toilet. Luas lahan yang dimiliki sekolah

yaitu 4.700 meter persegi yang digunakan sebagai lahan gedung dan lahan

pertanian sebagai media belajar siswa. Sarana dan prasarana pendukung lainnya

yang dimiliki sekolah yaitu keran cuci tangan, sumur bor, kantin, dan tempat

pembuangan sampah.

Visi dari SDN 3 Panggungrejo yaitu menuju sekolah adiwiyata dan ramah anak

berbasis agrowisata. Visi tersebut tentunya harus didukung dengan misi yang

baik, dalam mewujudkan visi, SDN 3 Panggungrejo memiliki 7 misi utama yaitu

yang pertama membiasakan warga sekolah agar disiplin, sopan, santun, ramah

dalam bersikap dan berperilaku. Kedua, membiasakan warga sekolah untuk hidup

sehat dengan membangun lingkungan yang bersih, indah, rapi, rindang, agamis,

aman dan nyaman. Ketiga, menyediakan air bersih yang cukup. Keempat,

memberdayakan lingkungan untuk media pembelajaran. Kelima, berupaya

menciptakan proses, dan melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan,


47

bermakna dan bermutu bagi siswa. Keenam, meningkatkan prestasi akademik dan

non akademik peserta didik. Ketujuh, berupaya mewejudkan sekolah yang peduli

terhadap lingkungan hidup, berkarakter dan melakukan perlindungan serta

pemenuhan hak-hak anak dalam semua aspek secara terencana dan

bertanggungjawab.

Kemudian tujuan dari SDN 3 Panggungrejo yaitu Terciptanya lingkungan yang

aman dan nyaman bagi peserta didik, pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai

sarana pembelajaran bagi peserta didik dan meningkatnya mutu sekolah dan

kinerja guru sebagai teladan bagi peserta didik secara berkelanjutan. Dengan

target sekolah yaitu menjadi sekolah percontohan di tingkat regional pada tahun

2016, menjadi sekolah ramah anak berbasis lingkungan dan budaya,

meningkatkan prestasi olahraga khusunya atletik di tingkat kecamatan.

Proses dan pelaksanaan pembelajaran di SDN 3 Panggungrejo menggunakan

kurikulum KTSP 2006 dan metode Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,

dan Menenyenangkan (PAIKEM) melalui penguatan pada aspek sikap, kete-

rampilan, dan pengetahuan secara terintegrasi. Pelaksanaan pembelajaran

dilakukan mulai pukul 07:30 WIB sampai dengan pukul 12:00 WIB. Kegiatan

pembelajaran disekolah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

diintegrasikan dengan lingkungan dan ramah anak sebagai media pembelajaran.

Pengelolaan pada aspek sikap bagi warga sekolah dituangkan dalam suatu aturan

atau tatatertib yang dibuat dan disepakati bersama. Tatatertib ini dirancang khusus

tanpa memuat satupun kata “dilarang”. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa

mendidik anak tidak harus dilakukan dengan cara “melarang” mereka berbuat
48

salah. Prinsipnya: Anak boleh saja melakukan kesalahan, tetapi yang paling

penting adalah mereka sudah berusaha untuk tidak berbuat salah, dan itu harus

dihargai. Inilah pembelajaran yang akan diperoleh melalui penerapan tatatertib ini.

B. Gambaran Umum Lembaga Pemerhati Anak dan Masyarakat (L-


PAMAS)

Lembaga Pemerhati Anak dan Masyarakat (L-PAMAS) merupakan NGO lokal

yang berada di Kelurahan Pringsewu Selatan Kecamatan Pringsewu Kabupaten

Pringsewu Lampung. NGO ini resmi berdiri pada tanggal 18 Juni 2007, secara

umum dilatarbelakangi oleh adanya keprihatinan terhadap situasi dan kondisi

masyarakat yang mayoritas secara ekonomi masih berkekurangan, sumber daya

manusia masyarakat yang masih relative lemah, rendahnya pemahaman tentang

kehidupan anak dan masyarakat yang saling menghormati, mencintai serta penuh

penghormatan terhadap hak-hak anak. Selain dari pada itu juga semakin

menurunnya tingkat solidaritas, penghargaan, penghormatan terhadap nilai-nilai

kemanusiaan antar warga masyarakat.

Visi L-PAMAS yaitu terwujudnya kondisi masyarakat yang dinamis, sejahtera,

mandiri berbasis pada nilai-nilai kehidupan yang luhur. Kemudian misinya yaitu

mendorong terwujudnya lingkungan masyarakat yang penuh pengharapan dan

penghargaan bagi kedamaian. Dengan mitra kerja L-PAMAS yaitu NGO

internasional bernaman Childfund.

Berdirinya L-PAMAS dilegalitaskan melalui Akta Pendirian Notaris : M. Reza

Berawi SH. Nomor 24 tanggal 18 Juni 2007, Akte Perubahan Anggaran Dasar

Notaris: M. Reza Berawi SH. Nomor 03 tanggal 04 Januari 2008, Akte Perubahan
49

Anggaran Dasar Notaris: M. Reza Berawi SH. Nomor 197 tanggal 17 Juni 2013,

Surat Tanda Pendaftaran pada Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Pringsewu nomor : 430/30/D.10/2013 tertanggal 07 Juni

2013, Sertifikat Tanda Bukti Keberadaan Organisasi Masyarakat dari Dinas

Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Pringsewu nomor :

00-II.03-LT.11/0127/VI/2013 tanggal 20 Juni 2013., Surat Keterangan Terdaftar

pada Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Bandar Lampung dengan

nomor : PEM-903/WPJ.28/KP.0303/2007 dan NPWP : 02.707.139.8-322.000,

Surat Tanda Pendaftaran Yayasan/ Badan Sosial pada Kantor Dinas Kesejahteraan

Sosial Propinsi Lampung Nomor : 465/034/Orsos/B.IV/2013, Surat Rekomendasi

dari Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Propinsi Lampung No.

037/REK-LKSA/LKKS/V/2013.

Program SRA telah tertuang di profil L-PAMAS dan menjadi program jangka

panjang L-PAMAS di bidang pendidikan. Program ini bertujuan untuk membantu

pemerintah dalam upaya melaksanakan program pendidikan wajib belajar dan

ramah anak. Selain itu program SSRA ini juga didukung dengan program jangka

L-PAMAS di bidang advokasi anak dan masyarakat. Program advokasi ini

bertujuan untuk membantu mengatasi masalah yang berkaitan dengan kekerasan

terhadap anak.

C. Gambaran Umum Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten


Pringsewu

Dalam rangka untuk mengimplementasikan gerakan nasional perlindungan anak

yang di canangkan oleh presiden RI pada tanggal 23 juli 1998, maka dibentuklah
50

lembaga perlindungan anak indonesia dengan SK MENSOS NO. 81/ HUK /1998

Tentang Pembentukan Lembaga Perlindungan Anak Indonesia dan pada Forum

Nasional yang di ikuti oleh LPA Daerah/Provinsi dari seluruh indonesia ke II

tahun 2001 di Gedung Pertemuan DEPSOS RI di sepakati menjadi Komisioner

dengan nama Komisi Nasional Perlindungan Anak ( Komnas Anak ). LPA

Kabupaten Pringsewu resmi berdiri pada tanggal 28 Juni 2007.

Fungsi LPA Pringsewu yaitu antara lain mempengaruhi pembuat keputusan dan

praktisi untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar terhadap hak-hak

anak, mendorong untuk memberi penghargaan terhadap pandangan anak,

meningkatkan kesadaran hak anak pada anak dan orang dewasa, mengupayakan

semaksimal mungkin agar anak mempunyai cara yang efektif untuk membela diri

ketika haknya dilanggar. LPA juga memiliki tugas tersendiri, tugas LPA yaitu

sebagai lembaga pemantau implementasi hak anak, lembaga informasi mengenai

permasalahan dan penanganan perlindungan anak, lembaga pengaduan dan

rujukan perlindungan anak, lembaga pendidikan dan pelatihan perlindungan anak,

lembaga advokasi dan lobby, kemudian sebagai lembaga kajian kebijakan.

Visi LPA Kabupaten Pringsewu sebagai lembaga yang fokus dengan hak-hak

anak yaitu terwujudnya kondisi perlindungan anak yang optimum dalam

mewujudkan anak yang handal, berkualitas, dan berwawasan menuju masyarakat

yang sejahtera dan mandiri, terpenuhi akan hak-haknya,dan bermartabat sebagai

anak indonesia, terbangunya kesadaran bahwa demi anak selamatkan bangsa, dan

demi bangsa selamatkan NKRI. Kemudian misinya terdiri dari 3 poin yaitu

pertama meningkatkan upaya perlindungan anak melalui peningkatan kesadaran,


51

pengetahuan dan kemampuan masyarakat serta meningkatkan kualitas lingkungan

yang memberi peluang, dukungan dan kebebasan terhadap mekanisme

perlindungan anak. Memberikan pelayanan advokasi hukum dan pendampingan

pada anak agar terpenuhi akan hak-haknya. Kedua, membangun jejaring gerakan

bersama untuk mencegah dan menghapus eksploitasi, kekerasan dan trafficking

terhadap anak. Dan yang ketiga, membangun kesadaran bahwa demi anak

selamatkan bangsa, dan demi bangsa selamatkan NKRI.

Landasan hukum LPA yaitu Konvensi PBB: Tentang Hak Anak / Konvensi Hak

Anak (KHA), UU.No.23 th 2002 tentang Perlindungan Anak, UU SPPA No. 11

Tahun 2012 Tentang Sistem Perlindungan Peradilan Anak, SK Bupati Pringsewu

Nomor ; B/127/KPTS/LT.05/2014 Tentang Pengurus Lembaga Perlindungan

Anak kabupaten Pringsewu Tahun 2014 – 2018.

D. Gambaran Umum Kabupaten Pringsewu

Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun

2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Pringsewu. Kabupaten Pringsewu

diresmikan pada tanggal 3 April 2009 dengan luas wilayah 534,30 km² dan

terletak pada 1040 421 011 – 1050 81 011 Bujur Timur serta 5081011 - 6081011 Lintang

Selatan dengan batas sebelah Utara Kabupaten Lampung Tengah, sebelah Selatan

berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus, sebelah Timur berbatasan dengan

Kabupaten Pesawaran, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus.


52

Luas wilayah Kabupaten Pringsewu terbagi dalam tiga kategori, yaitu dataran

rendah, dataran tinggi, dan daerah pegunungan. Luas masing-masing kecamatan

di Kabupaten Pringsewu disajikan pada Tabel.

Tabel 3. Luas Daerah, Jumlah Kecamatan, Desa dan Penduduk Menurut Kecamatan
No. Kecamatan Luas (km2) Jumlah Jumlah
Desa Penduduk
1. PRINGSEWU 44,34 13 72,661
2. GADINGREJO 52,17 23 70,486
3. PAGELARAN 105,30 22 42,238
4. SUKOHARJO 63,98 15 48,660
5. PARDASUKA 90,49 15 34,729
6. ADILUWIH 56,21 13 35,218
7. AMBARAWA 24,76 8 35,328
8. BANYUMAS 32,30 8 21,669
9. PAGELARAN UTARA 69,75 11 25,119
Kabupaten Pringsewu 539,30 128 386,108
Sumber : BPS Kabupaten Pringsewu, 2016

E. Gambaran Umum Desa Panggungrejo

Desa Panggungrejo memiliki luas wilayah 338 Hektar dengan jumlah penduduk

2.050 jiwa, yang terdiri dari laki-laki berjumlah 1.031 jiwa, dan perempuan

berjumlah 1.019 jiwa. Sebelah utara wilayah desa Panggungrejo berbatasan

dengan desa Panggungrejo Utara, Sebelah selatan berbatasan dengan desa

Mataram, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Roworejo, dan sebelah Barat

berbatasan dengan Desa Pandansari Selatan.

Jarak yang harus ditempuh dari pusat pemerintahan menuju desa Panggungrejo

yaitu dari pemerintah kecamatan berjarak 6km, dari pusat pemerintahan

kabupaten berjarak 5km, dan dari pusat pemerintahan provinsi berjarak 57km.

Mata pencaharian penduduk didominasi dengan petani dan buruh dengan jumlah

persentase mencapai 80%.


53

Sarana dan prasarana yang dimiliki desa Panggungrejo antara lain yaitu sarana

peribadatan dengan kuantitas tiga buah masjid, lima buah mushola, satu buah

gereja, dan satu buah pura. Sarana pendidikan yaitu dua buah TK, tiga buah SD,

dua buah TPA, satu buah pondok pesantren, dan satu buah SMP. Sedangkan

sarana kesehatan yaitu puskesmas dan posyandu.


120

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis implementasi program

Sekolah Ramah Anak di SDN 3 Panggungrejo Kabupaten Pringsewu, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa implementasi program program SRA ini telah

terlaksana cukup baik. Dilihat dari persiapan program berupa sosialisasi

mengenai SRA kepada sekolah dan pemerintah desa sudah berjalan baik. Serta

mambangun kerjasama dengan beberapa pihak seperti pemerintah daerah

Kabupaten Pringsewu, dan LPA. Jika dilihat dari tugas, dalam implementasi

program SRA tugas dari organisasi dan pihak yang terlibat sudah dijalankan

sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dan selaras dengan tujuan dari

program SRA yang tercantum dalam Permen PPPA No.8 Tahun 2014 Tentang

Kebijakan Sekolah Ramah Anak.

Dilihat dari perencanaan program yang diberikan melalui pelatihan-pelatihan

soft skill guna memberdayakan pendidik dan perangkat pendidik serta

masyarakat guna meningkatkan standar kinerja telah diterapkan dengan cukup

baik di lingkungan sekolah. Sedangkan pada pelaksanaanya, kinerja organisasi

pelaksana sudah baik, sarana prasarana yang di butuhkan SRA hampir

terpenuhi, lingkungan sekolah sudah kondusif dan tenaga pendidik sudah

cukup memiliki standar kompetensi yang baik.


121

Kontroling yang dilakukan juga telah memenuhi standar yang tercantum pada

Permen PPPA No 8 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak.

Pengawasan perilaku warga sekolah dilakukan dengan menerapkan tata tertib

yang bersifat mengikat telah berjalan dengan baik. Kemudian, kontrol terhadap

isu kekerasan yang dilakukan dengan mapping, hasilnya tingkatkekerasan di SRA

masih tinggi, dan pihak L-PAMAS maupun pihak sekolah belum menemukan

metode dan solusi guna menurunkan tingkat kekerasan di SRA. Semua bentuk

kontroling berjalan dengan baik.

Pada implementasi program SRA, yang menjadi faktor penghambat diawal

program diimplementasikan adalah pihak L-PAMAS kesulitan dalam menyatukan

persepsi dan mengajak warga sekolah untuk merubah kebiasaan-kebiasaan serta

faktor lainnya yaitu minimnya dana dalam pembangunan sarana dan prasarana

sekolah. Serta akses transportasi yang masih buruk untuk mencapai SDN 3

Panggungrejo.

B. Saran

Setelah melihat dan menganalisis hasil penelitian, maka penulis mencoba

memberikan saran, yaitu:

1. Pihak L-PAMAS harus lebih banyak bekerjasama dengan pemerintah dan

mensosialisasikan program SRA kepada sekolah tingkat dasar di Kabupaten

Pringsewu dengan menjadikan sekolah yang telah berhasil menerapkan SRA

sebagai sekolah percontohan.

2. Agar dapat mengurangi tingkat kekerasan anak pada lingkungan sekolah,

sebaiknya sekolah sudah memiliki guru bimbingan konseling, mengingat pada


122

usia anak kekerasan yang sering terjadi di sekolah dianggap wajar karena anak

masih dalam fase pertumbuhan dan kekerasan fisik juga dianggap sudah

menjadi tradisi dalam mendidik anak-anak.

3. Selain yang menyangkut permasalah internal sekolah, pemerintah juga

seharusnya memperbaiki akses transportasi menuju sekolah, agar tujuan dari

sekolah berbasis agrowisata dapat cepat terwujud didukung dengan akses

transportasi yang baik.


DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Erwan, Agus Purwanto.2015. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta:Gava


Media

Golembiewski, Robert T. 1997. Public Administration and Public Policy/64:


Marcel Dekker United States Of America.

Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Ismail. 2013. Budaya Organisasi Kepemimpinan Dan Kinerja. Jakarta:


Prenadamedia Group.

Nugroho, Riant.2014.Public Policy.Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.

Parsons, Wayne. 2014. Publik Policy. Jakarta: Kencana Premedia Group.

Sahya, Anggara. 2012. Ilmu Administrasi Negara. Bandung: Pustaka Media.

Subarsono. 2013, Analisis Kebijakan Publik: Konsep Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Syafiie, Inu K. 2006. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Wahab, Solichin Abdul. 2012.Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan


Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sumberlainnya:

http://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-data/data-kasus-per-tahun/data-kasus-
berdasarkan-klaster-perlindungan-anak-2011-2016 (diakses pada 6 Januari
2017 pukul 15:23).

Profil SDN 3 PanggungrejoKabupatenPringsewu.

Dokumen ProgresRencanaPengembanganSekolah(RPS) SDN 3Panggungrejo.


Profil Lembaga Pemerhati Anak dan Masyarakat (L-PAMAS)

Undang– Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Intruksi Presiden No. 5 Tahun 2014 tentang Gerakan Nasional Anti kejahatan
Seksual terhadap Anak.

Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak No.8 Tahun


2014.

Dokumen proses dan hasil Mapping SRA di Kabupaten Pringsewu.

You might also like