Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

p-ISSN: 2087-3476 Pepatuzdu: Media Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan

e-ISSN: 2541-5700 Vol 16, No. 1 Mei 2020


DOI: 10.35329/fkip.v16i1.656

ANALISIS PROSES PERENCANAAN PROGRAM PENDIDIKAN NONFORMAL


BAGI ANAK JALANAN DI KLINIK JALANAN SAMARINDA

Mustangin*
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Mulawarman
*Email: mustangin1992@gmail.com

ABSTRACT

Street children become one of the problems that exist today, so it needs non-formal
education efforts through its programs to overcome these problems. To get maximum
educational results, a non-formal education program planning strategy is needed for
these street children. This study aims to analyze the planning process of non-formal
education programs for street children in Klinik Jalanan Samarinda. This study uses
a qualitative approach because it will reveal how the non-formal education program
planning process is for street children. This type of research is a descriptive study that
will produce a description of the focus of the research conducted. Data collection
techniques using interviews, observation, and study of documents. While the data
analysis technique uses data reduction, data presentation, and drawing conclusions.
The analyzing the validity of the data using data triangulation. The results of the study
revealed that the planning process carried out by the Klinik Jalanan Samarinda was
divided into several processes including the approach to street children as a means of
learning citizens. The next process is identifying the learning needs of street children to
design non-formal education programs such as what is suitable for street children. Next
is the preparation of learning to get an agreement with street children because street
children have their preoccupations, so the need for an agreement on the time and place
for the implementation of learning.

Keywords: street childreen, education, non-formal education, planning programs

PENDAHULUAN
Permasalahan anak jalanan masih menjadi permasalahan yang masih
dihadapi oleh bangsa ini. Anak jalanan sering dipandang sebagai komunitas yang
negatif di masyarakat saat ini. Puruhita, Suyahmo dan Atmaja (2016)
mengungkapkan bahwa pendapat yang berkembang dalam masyarakat mengenai
anak jalanan merupakan sesuatu yang negatif. Selain itu Armita (2016)
mengungkapkan bahwa di wilayah masyarakat kota, keberadaan anak jalanan
menjadi suatu realitas kehidupan sehingga anak jalanan menjadi semakin tidak
mendapatkan makna hidup dan apresiasi positif dalam hubunganhubungan sosial
budaya dengan masyarakat kota pada umumnya Selain itu komunitas anak

1
p-ISSN: 2087-3476 Pepatuzdu: Media Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan
e-ISSN: 2541-5700 Vol 16, No. 1 Mei 2020 2
DOI: 10.35329/fkip.v16i1.656

jalanan ini juga termasuk salah satu komunitas dari kalangan menengah ke bawah
atau berasal dari komunitas miskin. Astri (2014) mengungkapkan bahwa
keberadaan anak jalanan dilatarbelakangi oleh kemiskinan, penyimpangan
kepribadian, dan faktor luar dari anak jalanan tersebut selain itu fakta di
lapangan mengungkapkan bahwa sebagian besar anak jalanan memang berasal
dari keluarga miskin. Hal tersebut membuktikan bahwa kondisi yang terjadi pada
anak jalanan saat ini berada dalam permasalahan sosial dan ekonomi
Upaya mengatasi permasalahan anak jalanan tersebut dapat dilaksanakan
melalui upaya pendidikan bagi anak jalanan. Fatoni (2020) mengungkapkan
bahwa Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena
sasarannya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Selain itu
Sukmaningrum dan Faizah (2019) mengungkapkan bahwa apabila anak-anak
sudah turun di jalanan dan bekerja, maka mereka akan kehilangan masa kanak-
kanaknya serta kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi,
sehingga diragukan kualitasnya dalam menyongsong masa depan. Pendidikan
adalah upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi anak jalanan
sehingga anak jalanan tersebut memiliki bekal untuk menghadapi
permasalahannya tersebut. Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa salah satu pendidikan
yang ada di Indonesia adalah pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal
merupakan pendidikan yang tepat untuk memfasilitasi anak jalanan untuk
mendapatkan layanan pendidikan. Pendidikan nonformal dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat sasaran khususnya anak jalanan. Selain itu juga
anak jalanan banyak yang termasuk ke dalam anak yang putus sekolah.
Alasannya adalah anak jalanan tidak memiliki waktu untuk sekolah formal dan
dikarenakan kesulitan perekonomian sehingga anak jalanan tidak bersekolah pada
pendidikan formal.
Pendidikan nonformal dapat dilaksanakan bagi semua kalangan yang
membutuhkan layanan pendidikan untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan. Pendidikan nonformal dilaksanakan melalui program-program yang
disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan untuk anak jalanan itu sendiri.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu ada perencanaan program pendidikan
nonformal agar mampu memberikan layanan yang dibutuhkan oleh masyarakat
sasaran khususnya anak jalanan. Adanya perencanaan program pendidikan
nonformal maka akan memudahkan pelaksana program pendidikan nonformal
untuk melaksanakan program pendidikan nonformal tersebut. Sehingga
perencanaan program pada pendidikan nonformal menjadi sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
Hasil studi lapangan yang telah dilaksanakan, salah satu pelaksana
pendidikan nonformal adalah Klinik Jalanan Samarinda. Berdasarkan laporan
penelitian yang dilaksanakan oleh Anwar (2016) diketahui bahwa Klinik Jalanan
p-ISSN: 2087-3476 Pepatuzdu: Media Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan
e-ISSN: 2541-5700 Vol 16, No. 1 Mei 2020 3
DOI: 10.35329/fkip.v16i1.656

Samarinda mengembangkan model-model pendekatan humanis yang lebih


memanusiakan anak-anak jalanan selain itu tidak ada tanda-tanda model
penangananan represif pada klinik ini, Klinik Jalanan Samarinda memiliki fokus
pendidikan bagi anak jalanan dengan membuat program pendidikan nonformal
bagi anak jalanan, seperti kegiatan pelatihan dan lainnya. Program-program
tersebut pastilah memiliki perencanaan sehingga program dapat terlaksana
dengan baik. Berdasarkan realita tersebut maka fokus yang menjadi kajian ini
adalah bagaimana proses perencanaan program pendidikan nonformal pada Klinik
Jalanan Samarinda. Sehingga dari kajian ini akan diperoleh sebuah analisis
perenanaan pendidikan nonformal bagi anak jalanan di Klinik Jalanan
Samarinda.

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Alasan Pendekatan kualitatif dipilih sebagai pendekatan dalam
penelitian karena sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan yaitu
untuk menganalisis secara detail dan rinci mengenai bagaimana proses
perencanaan program pendidikan nonformal bagi anak jalanan di Klinik Jalanan
Samarinda. Cresswell (2013) menyatakan bahwa melakukan penelitian kualitatif
perlu mengkaji masalah yang kompleks selain itu perlu pemahaman yang lebih
rinci tentang topik yang diangkat dalam penelitian. Oleh karena itu, data yang
akan dikumpulkan lebih spesifik membutuhkan penggalian data secara mendalam
mengenai proses perencanaan program pendidikan nonformal bagi anak jalanan di
Klinik Jalanan Samarinda.
Metode penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah menggunakan metode
deskriptif. Metode ini dipilih karena pada penelitian ini akan mendeskripsikan
secara lebih detail dan rinci hasil analisis tentang proses perencanaan program
pendidikan nonformal bagi anak jalanan di Klinik Jalanan Samarinda.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
pelaksanaan penelitian ini. Pengumpulan data dilaksanakan oleh peneliti selama
melaksanakan kegiatan penelitian. Pengumpulan data yang dilaksanakan
menggunakan teknik pengumpulan data seperti Wawancara, Observasi, dan Studi
Pendahuluan. Secara lebih rinci penjelasan tentang teknik pengumpulan yang
dilaksanakan untuk memperoleh data pada penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Pengumpulan data melalui wawancara merupakan salah satu pengumpulan
data yang utama dalam penelitian ini. Jenis data yang akan diperoleh dari
penelitian ini adalah data yang berupa kata-kata yang akan didapat dari
kegiatan tanya jawab antara peneliti dengan informan. Informan kunci yang
p-ISSN: 2087-3476 Pepatuzdu: Media Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan
e-ISSN: 2541-5700 Vol 16, No. 1 Mei 2020 4
DOI: 10.35329/fkip.v16i1.656

diwawancarai seperti yang telah dibahas sebelumnya yaitu Pengelola Klinik


Jalanan, Pendidik, dan Anak Jalalan sebagai peserta didik yang ada di Klinik
Jalanan Samarinda.
2. Observasi
Peneliti bertindak langsung kelapangan untuk melakukan observasi dengan
mengamati kegiatan-kegiatan pendidikan yang ada di Klinik Jalanan.
Observasi yang dilakukan peneliti digunakan untuk mendukung data utama
yang didapat dari wawancara sehingga data yang didapat akan lebih akurat.
3. Studi Dokumen
Studi dokumen yang dilakukan peneliti berupa studi mengenai dokumen-
dokumen yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. Jenis data yang
akan dikumpulkan melalui studi dokumen ini adalah data yang berupa sumber-
sumber tertulis dan foto-foto terkait dengan topik penelitian. Studi dokumen
ini dilakukan untuk memperkuat data hasil wawancara. Hal ini dilakukan oleh
peneliti karena untuk mendukung data agar lebih akurat.
Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, menorganisasikan data, memilah-milahnya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting untuk dilaporkan sebagai hasil
penelitian. Teknik analisis data pada penelitian ini mengacu pada Milles &
Huberman (dalam Sugiyono 2010) yang terbagi dalam tiga langkah, yaitu:
1. Reduksi data (Data Reduction )
Reduksi data yaitu suatu proses pemilahan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam penelitian proses reduksi data
adalah Pertama, data yang didapat dari wawancara merupakan data mentah.
Selanjutnya peneliti memilah-milah data yang dikumpulkan. Kedua, setelah
data dipilah-pilah peneliti melakukan pengkodean data, artinya mengkodekan
data menggunakan simbol, berdasarkan informan dan waktu wawancara untuk
mempermudah mencari data. Ketiga, data yang sudah diberi kode, kemudian
disesuaikan dengan fokus penelitian.
2. Penyajian data ( Display Data )
Setelah data dipilah-pilah dan disesuaikan dengan fokus penelitian maka
peneliti melakukan penyajian data. Peneliti menyajikan data yang bermakna
tersebut dalam bentuk narasi atau uraian yang lebih mudah dipahami dan
lebih komunikatif
3. Penarikan kesimpulan (Verifikasi)
Setelah data disajikan peneliti melakukan penarikan kesimpulan awal
berdasarkan hasil temuan data. Setelah data diverifikasi berdasarkan bukti-
bukti yang kuat dan konsisten dengan kondisi saat dilakukan penenlitian,
p-ISSN: 2087-3476 Pepatuzdu: Media Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan
e-ISSN: 2541-5700 Vol 16, No. 1 Mei 2020 5
DOI: 10.35329/fkip.v16i1.656

maka peneliti menarik kesimpulan sebagai kesimpulan akhir sesuai dengan


tujuan penelitian yang telah ditetapkan
Teknik Analisis Keabsahan Data
Peningkatan kesahihan (keabsahan) data, peneliti menggunakan beberapa
teknik keabsahan data. Analisis kesahihan data dilakukan agar data penelitian
untuk tesis ini benar-benar sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Pada
penelitian ini, pengecekan keabsahan data dilakukan dengan Triangulasi Sumber
dan Triangulasi Teknik. Triangulasi Sumber dilaksanakan dengan cara peneliti
membandingkan data yang diperoleh melalui hasil wawancara mendalam.
Triangulasi teknik dilakukan dengan mengecek hasil wawancara, observasi dan
studi dokumen.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pendidikan Nonformal terlebih dahulu dilakukan perencanaan program,
terutama pada program konservasi lingkungan ini. Pentingnya perencanaan
program bertujuan agar didapatkan hasil yang maksimal. Terlebih program
pendidikan nonformal merupakan program yang berbasis kebutuhan masyarakat
sasaran, sehingga perlu persiapan yang matang juga. Oleh karena itu maka posisi
tahapan perencanaan program ini penting untuk dilaksanakan.
Proses pendekatan kepada anak jalanan
Pada pelaksanaan program pendidikan nonformal hal yang dilakukan salah
satunya adalah pendekatan kepada calon warga belajar. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Raharjo (2018) bahwa tahap pendekatan ini dilaksanakan
sebagai penjajagan awal sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Proses
pendekatan dilaksanakan oleh klinik jalanan untuk mencari informasi dan
pendataan anak jalanan diberbagai zona. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilaksanakan oleh Syahid (2017) bahwa proses awal yang perlu dilakukan
untuk pelaksanaan program adalah identifikasi sasaran calon warga belajar
program pendidikan nonformal. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Pamungkas (2017) bahwa Sebuah desain program pendidikan masyarakat dapat
diadopsi sepenuhnya dalam merancang program pendidikan ada beberapa langkah
diantaranya adalah penetapan kelompok sasaran atau warga belajar.
Proses pendekatan yang dilaksanakan oleh Klinik Jalanan Samarinda
memiliki tujuan untuk mengetahui karakteristik anak jalanan yang akan menjadi
sasaran kegiatan pendidikan yang akan dilaksanakan oleh Klinik Jalanan
Samarinda sehingga Klinik Jalanan mengetahui karakteristik anak jalanan ada
yang sangat terbuka ada pula memiliki ketakutan tersendiri dengan orang baru
khususnya tim dari Anak Jalanan Samarinda. Hal ini sesuai dengan yang ditulis
oleh Mustangin (2018) bahwa pada kegiatan perencanaan tahap pertama adalah
mengenali peserta didik yang akan menjadi bagian dari kegiatan pembelajaran
dengan tujuan untuk mengenali calon warga belajar sasaran program dan juga hal
p-ISSN: 2087-3476 Pepatuzdu: Media Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan
e-ISSN: 2541-5700 Vol 16, No. 1 Mei 2020 6
DOI: 10.35329/fkip.v16i1.656

ini dilakukan untuk pemantapan dan penilaian terhadap karakteristik peserta


didik.
Proses pendekatan warga belajar merupakan proses penjajakan awal yang
dilaksanakan untuk melaksanakan program pendidikan nonformal. Proses ini juga
dilaksanakan oleh klinik jalanan dengan tujuan mendapatkan informasi yang
akurat tentang anak jalanan sebagai calon warga belajar Klinik Jalanan Jalanan
Samarinda. Proses pendekatan kepada anak jalanan merupakan bagian awal
dalam pelaksanaan yang disarankan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan
nonformal.
Identifikasi Kebutuhan Belajar Anak Jalanan
Program pendidikan nonformal dilaksanakan berdasarkan kebutuhan warga
belajar, hal tersebut juga dilaksanakan oleh Klinik Jalanan Samarinda. Hal ini
dikarenakan Pendidikan Non Formal (NFE) berkembang berdasarkan kebutuhan
belajar manusia (Rahma, Zulkarnain, Desyanty dan Wahyuni, 2019). Proses
identifikasi kebutuhan belajar anak jalanan samarinda dilaksanakan oleh Divisi
RnD yang memang bertugas sebagai tim khusus dari Klinik Jalanan Samarinda
untuk tujuan perancangan program yang pendidikan nonformal yang
dilaksanakan oleh Klinik Jalanan Samarinda sesuai dengan kebutuhan anak
jalanan itu sendiri. Irmawita (2018) juga mengungkapkan bahwa Perencanaan
diawali dengan perumusan tujuan dengan mempertimbangkan kebutuhan warga
belajar.
Berdasarkan hasil lapangan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses
identifikasi kebutuhan belajar anak jalanan untuk program pendidikan nonformal
tidak melibatkan seluruh anak jalanan yang menjadi sasaran didik Klinik Jalanan
Samarinda. Proses ini dilaksanakan melalui diskusi-diskusi antara beberapa anak
jalanan dengan Tim dari Divisi RnD.
Proses identifikasi kebutuhan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan
oleh Sudjana (2004) bahwa dalam penyelenggaraan program pendidikan
nonformal, penyelenggara kegiatan dapat menggunakan beberapa langkah
diantaranya adalah identifikasi kebutuhan belajar yaitu melakukan identifikasi
kebutuhan belajar yang dinyatakan oleh calon peserta didik sehingga kebutuhan
belajar dapat diidentifikasi langsung dari calon peserta didik atau warga belajar.
Proses identifikasi kebutuhan belajar pada klinik jalanan dilaksanakan melalui
diskusi dengan warga belajar yaitu anak jalanan namun berdasarkan hasil
lapangan tidak melibatkan seluruh peserta didik.
Persiapan Pembelajaran
Proses persiapan pembelajaran dilakukan dengan menjalin kesepakatan
dengan warga belajar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang juga
dilaksanakan oleh Suryana, Siswanto, dan Dismawanti (2016) bahwa proses
pembelajaran yang dilaksanakan sebelumnya dilakukan dengan menjalin
kesepakatan dengan warga belajar meliputi kesepakatan jadwal pertemuan untuk
p-ISSN: 2087-3476 Pepatuzdu: Media Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan
e-ISSN: 2541-5700 Vol 16, No. 1 Mei 2020 7
DOI: 10.35329/fkip.v16i1.656

pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian yang sama juga


diungkapkan oleh Putri dan Desmawati (2016) bahwa Pada pelaksanaan program
dimulai dengan perencanaan atau persiapan pembelajaran yang salah satunya
adalah menjalin kesepakatan dengan warga belajar untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Hasil lapangan yang telah dibahas diatas membuktikan bahwa
proses penyampaian kesepakatan dengan anak jalanan dimaksudkan untuk
mempersiapkan anak jalanan agar dapat mengkuti kegiatan pendidikan
nonformal yang dilaksanakan oleh Klinik Jalanan. Sehingga anak jalanan menjadi
lebih siap untuk menerima kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh Klinik
Jalanan Samarinda. Hal tersebut sama dengan yang diungkapkan oleh Hidayati,
Setiawati, dan Sunarti (2018) bahwa untuk meningkatkan kehadiran warga
belajar perlu dilakukan penjadwalan yang sesuai dengan kondisi warga belajar dan
pemilihan waktu dilakukan semaksimal mungkin dapat diikuti oleh semua warga
belajar tanpa harus merugikan mereka dengan meninggalkan pekerjaan,
pemilihan waktu ini akan lebih baik jika melibatkan seluruh warga belajar dengan
musyawarah agar kesepakatan penjadwalan dapat dipertanggungjawabkan secara
bersama-sama.
Proses yang dilaksanakan oleh pihak Klinik Jalanan Samarinda terkait
dengan menjalin kesepakatan dengan warga belajar merupakan bagian dari proses
penyiapan warga belajar untuk dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Proses ini penting untuk dilaksanakan karena untuk mendapatkan kesepakatan
waktu belajar anak jalanan sehingga anak jalanan dapat mengikuti pembelajaran
yang telah dirancang oleh Klinik Jalanan Samarinda. Anak jalanan menghabiskan
waktunya di jalanan sehingga dalam merancang program pendidikan nonformal
juga harus menyesuaikan dengan kondisi dari anak jalanan itu sendiri.

SIMPULAN
Pendidikan nonformal bagi anak jalanan merupakan pendidikan yang
diselenggarakan oleh satuan lembaga nonformal yang dalam penelitian ini adalah
Klinik Jalanan Samarinda bagi anak jalanan untuk membekali anak jalanan
pengetahuan dan keterampilan. Perencanaan program pendidikan nonformal bagi
anak jalanan di samarinda pada penelitian ini dikaji dalam beberapa hal,
berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Perencanaan pendidikan
nonformal bagi anak jalanan dilaksanakan dalam beberapa hal dimulai dari
kegiatan pendekatan kepada anak jalanan sebagai calon warga belajar. Proses ini
dilaksanakan untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik anak jalanan.
Proses pendekatan kepada anak jalanan merupakan bagian awal dalam
pelaksanaan yang disarankan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan
nonformal. Selanjutnya proses identifikasi kebutuhan belajar anak jalanan yang
dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan belajar apa yang diperlukan oleh
anak jalanan, proses ini penting dilakukan untuk merancang program pendidikan
p-ISSN: 2087-3476 Pepatuzdu: Media Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan
e-ISSN: 2541-5700 Vol 16, No. 1 Mei 2020 8
DOI: 10.35329/fkip.v16i1.656

nonformal. Langkah berikutnya adalah persiapan pembelajaran anak jalanan


untuk mempersiapkan jadwal belajar, karena anak jalanan memiliki kesibukan
setiap harinya sehingga harus disesuaikan dengan kondisi anak jalanannya.

SARAN
Klinik Jalanan Samarinda telah melaksanakan program pendidikan
nonformal hal ini dibuktikan dengan adanya studi awal penjejakan dan
identifikasi kebutuhan serta penjadwalan kegiatan. Berdasarkan hal tersebut
maka penelitian ini disarankan kepada pihak pemerintah dalam pelaksanaan
kegiatan pendidikan anak jalanan perlu untuk melakukan perencanaan program
meliputi kegiatan penjejakan, identifikasi kebutuhan, dan persiapan
pembelajaran. Selain itu penelitian ini juga disarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk mengkaji lebih dalam setiap proses perencanaan ini dengan
teori-teori lain.

DAFAR PUSTAKA
Anwar, S. (2016). Strategi Penguatan Kapasitas (Capacity Building) Di Klinik
Jalanan Samarinda. eJournal Sosiatri-Sosiologi. Vol. 4 (4). Hal. 75-84
Armita, P. (2016). Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan dengan
Teori Self Esteem. Jurnal PKS. Vol. 15 (4): Hal. 377-386
Astri, H. (2014). Kehidupan Anak Jalanan Di Indonesia: Faktor Penyebab,
Tatanan Hidup, dan Kerentanan Berperilaku Menyimpang. Aspirasi:
Jurnal Masalah-Masalah Sosial. Vol. 5 (2): Hal. 145-155
Cresswell, J.W. (2013). Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Among
Five Approaches. London: Sage Publication
Fatoni, A. (2020). Wawasan Pendidikan (Pendidikan dan Pendidik). Mida: Jurnal
Pendidikan Dasar Islam. Vol. 3 (1): 65-79
Hidayati, A., Setiawati., & Sunarti, V. (2018). Gambaran Strategi Pembelajaran
Partisipatif Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia Program Paket B Di
PKBM Tanjung Sari. Spektrum PLS: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, Vol.
1 (1): 1-8
Irmawita. (2018). Pengelolaan Program Pendidikan Nonformal Untuk Kelompok
Masyarakat Lanjut Usia. Kolokium: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah. Vol. 6
(1): 1-8
Mustangin. (2018). Kajian perencanaan pendidikan orang dewasa pada program
kesetaraan paket C PKMB Jayagiri Lembang. Jurnal Penelitian Ilmu
Pendidikan. Vol. 11 (1): Hal 40-47
Pamungkas, A.H. (2017). Rancangan Pengembangan Program Pendidikan
Kewirausahaan Berbasis Pendidikan Luar Sekolah. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Nonformal FKIP Universitas Bengkulu, Vol. 1 (1): 199-
206
p-ISSN: 2087-3476 Pepatuzdu: Media Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan
e-ISSN: 2541-5700 Vol 16, No. 1 Mei 2020 9
DOI: 10.35329/fkip.v16i1.656

Puruhita, A.A, Suyahmo & Atmaja, H.T. (2016). Perilaku Sosial Anak-Anak
Jalanan di Kota Semarang. Journal of Educational Social Studies. Vol. 5 (2).
Hal. 104-112
Putri, D.N.N & Desmawati, L. (2016). Penyelenggaraan Program Kelompok
Belajar Usaha Di PKBM Kartika Kabupaten Purbalingga. Journal of
Nonformal Education, Vol. 2 (2): 128-134
Raharjo, K.M. 2018. Pemberdayaan Anak Jalanan Sebagai Upaya Penyadaran
Belajar Melalui Pendidikan Kesetaraan Di Kota Samarinda. Jurnal
Pendidikan Nonformal, Vol. 13 (2): 63-69
Rahma, R.A, Zulkarnain, Desyanty, E.S, & Wahyuni, S. (2019). The Role of
Community Learning Center (CLC) in Providing Nonformal Education
Services Based on Entrepreneurship. Journal of Nonformal Education, Vol. 5
(2): 13-20
Sudjana, D. (2004). Manajemen Program Pendidikan: Untuk Pendidikan
Nonformal dengan Pengembang Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah
Production
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bandung (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung : Alfabeta
Sukmaningrum, P.S & Faizah, S.I. (2019). Penguatan Ekonomi Orang Tua pada
Keluarga Anak Jalanan (Studi Kasus: Sanggar Alang-Alang Surabaya).
Jurnal Sosial Humaniora (JSH). Vol. 12 (2): 66-76
Suryana, S. Siswanto, & Dismawati, L. (2016). Model Pembelajaran Dan Evaluasi
Program Pendidikan Kesetaraan Paket B Dan Paket C Di Kota Semarang.
Edukasi, Vol. 1 (1): 1-11
Syahid, A. (2017). Teknik Identifikasi Program Paket C dalam Meningkatkan
Keterampilan Fungsional Warga Belajar. Journal of Nonformal Education
and Community Empowerment, Vol. 1 (1): 18-25
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional

You might also like