DRAF PROPOSAL Aldi Asraf Syarif (Filsafat Jiwa Ibnu Sina Di Era Modern)
DRAF PROPOSAL Aldi Asraf Syarif (Filsafat Jiwa Ibnu Sina Di Era Modern)
DRAF PROPOSAL Aldi Asraf Syarif (Filsafat Jiwa Ibnu Sina Di Era Modern)
Kata falsafah yang mulanya diambil dari kata Yunani yaitu, philosophia, yang
dimana kata filsafat diindonesiakan menjadi kata "filsafat" atau "filosofi", semua itu
terjadi karena adanya pengaruh kata-kata filsafat dalam bahasa Inggris yaitu,
Philoshopy. Seperti dalam bahasa arabnya, ini adalah cabang pengetahuan islam
tradisional yang disebut ulum al-hikmah atau biasa disingkat al-hikmah (setara
inggrisnya wisdom. Dengan begitu, kata filsafat yang berasal dari kata Yunani
philosophos, biasa juga disebut dengan al-hakim atau ahli hikmah serta juga
kemudian pada akhirnya menjadi begitu sangat luas. Pertama kata sophia bermakna
ilmiah, dan kontemplasi yang solid terhadap kelihaian para ahli dan bahkan
1
Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1992), h.218-219
2
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Cet.IV (Yogyakarta, 1999), h.29
1
2
memiliki persamaan makna, seperti yang dikatakan oleh Al-Farabi, didalam kitabnya
Fushuh Al-Hikam dimana arti dari kata al-hikmah yang bermakna suatu proses
pencarian hakikat dari sesuatu dan perbuatan. Dari pengertian al-hikmah, yang
memiliki hakikat yang sama, tetapi redaksinya berbeda seperti yang diungkapkan Ar-
pengetahuan dan akal.3 Begitu juga, dalam ungkapan Nurcholish Madjid yang
tersembunyi, dan hanya bisa diambil manfaat dan pelajarannya pada masa dan waktu
yang berbeda.4
pengertian filsafat. Dengan begitu, dapat diartikan bahwa, hikmah dan filsafat itu
ialah setali mata uang.5 Persamaan kedua makna ini terbukti sejak awal filsafat
dicirikan sebagai the love of wisdom atau juga love for wisdom. Waktu itu, filsafat
diartikan sebagai sifat yang berupaya menjadi bijak ataupun sifat yang ingin cinta
pada kebijakan. Fase ini, filsafat diartikan sebagai usaha orang yang berusaha
menjadi seseorang yang bijak. Dalam praktik filsafat, untuk menunjukkan pentingnya
fundamental suatu hal, seseorang harus memproses secara mendalam, logis, dan
3
Faturrahman Djamil, Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah, (Jakarta: Logos, 1997),
h.4
4
Nurcholis Madjid, Memahami Hikmah dan Agama:Dalam Kehampaan Spritual Masyarakat
Modern, (Jakarta: Mediacita, 2000), h.397
5
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Uninus, 1995), h.4
3
harus berfilsafat, dan jika anda tidak mau menjadi seorang filsuf, anda juga perlu
berfilsafat".6
dijawab oleh disiplin ilmu yang biasa, karena terkadang masalah yang bersangkutan
berada diluar ruang lingkup disiplin ilmu biasa. Filsafat ialah hasil dari usaha manusia
dengan menggunakan akal baiknya agar memahami atau mendalami serta menyelami
secara radikal dan integral juga sistematis dari hakikat sesuatu-hal, seperti, hakikat
Tuhan, hakikat alam semesta, hakikat manusia, dan juga sikap manusia termasuk juga
berlebihan dalam mengungkapkan suatu hal seperti yang dilakukan orang dalam
memang sudah ada semenjak masa Yunani, seperti dalam hal mendasar yang tetap
sama. Dapat disingkat juga bahwa filsafat itu merupakan hasil dari pikiran seseorang
Dengan kata lain, filsafat ialah ilmu yang mempelajari secara mendalam hakikat dari
kebenaran segala sesuatu. Walaupun dalam pendefinisian filsafat itu sendiri selalu
memunculkan berbagai pendapat atau perbedaan antar satu tokoh dengan tokoh yang
lainnya.7
Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa filsafat ialah ilmu yang mempelajari
segala fenomena dalam kehidupan manusia dengan berpikir secara kritis dengan
6
Murtadha Muthahari, Gerakan Islam Abad XX, (Jakarta: Beunebi Cipta, 1986), h.110
7
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam:Konsep, Filsuf, dan Ajarannya, Cet.I (Bandung:
Pustaka Setia, 2009), h.21
4
logika, yang bersifat sistematis. Upaya ini tidak hanya dengan melakukan
kemudian mencari solusi untuk masalah tersebut, dan memberikan argumen dan
alasan yang tepat untuk solusi tertentu, juga akhir dari proses-proses itu kemudian
pencarian akal manusia. Oleh karena itu, islam dan filsafat memiliki tujuan yang
sama, yaitu, “Kebenaran”. Dilain waktu islam datang untuk membawa kebenaran
sedangkan filsafat datang untuk mencari suatu kebenaran, oleh karena itu kebenaran
dari islam tidak akan pernah dirasakan oleh orang yang tak berakal kecuali orang
memiliki akal. seperti didalam QS Ali Imran ayat 190 yang berbunyi;
Ayat diatas menjelaskan bahwa untuk menuju kepada kebenaran yang hakiki
perlu menggunakan akal untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah Swt, oleh karena
itu, untuk melihat kebenaran dari agama islam harus dilakukan penggalian secara
mendalam dengan menggunkan nalar filsafat guna mendapatkan kebenaran yang jelas
dan sebenar-benarnya. Dengan begitu, tak dapat disangkal bahwa islam adalah agama
perkembangan dunia ilmu sains, khususnya di Barat. Meskipun secara tidak langsung
8
Irmayanti Meliono, Dkk, MPKT Modul I, (Jakarta: Lembaga Penelitian FEUI, 2007), h.1
9
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (t.c; Bandung: CV Penerbit J-art, 2011)
5
umat islam telah dipengaruhi oleh dunia filsafat yunani, namun ide-ide orisinil para
filsuf islam akan tetap memiliki pengaruh yang besar terhadap pemikiran filsafat.10
sekaligus obyek. Manusia merupakan makhluk yang unik dan itu sangat menarik bagi
manusia itu sendiri, seperti mempertanyakan dirinya, apakah manusia itu jahat atau
baik. Tetapi secara internal, manusia itu dipuja, dilain waktu mereka juga dihina,
manusia terkadang bangga dan bahagia dengan dirinya sendiri, tetapi terkadang
mereka juga menyesali keberadaan mereka. Terkadang juga ada manusia dengan
tingkah laku yang dipandang diluar batas perikemanusiaan, namun sebagian lainnya
itu dipandang suci karena telah berhasil mencapai tingkat insan kamil atau manusia
yang telah berhasil mencapai jati dirinya. Artinya, siapapun yang telah berhasil
menunjukkan bahwa untuk mengenal tuhan, manusia harus terlebih dahulu mengenal
dirinya sendiri. Dan ada banyak cara untuk mengenal diri sendiri, mulai dengan
bertanya apa manusia itu? Mengapa manusia berada didunia ini?, Bagaimana manusia
sampai kedunia ini?, Kemana manusia akan kembali setelah kematian? dengan
dibandingkan makhluk lain yang berada disekitar atau diantaranya. Manusia memiliki
kekhasan yang sangat tidak biasa dibandingkan makhluk lain, karena manusia
keakuan, juga terkadang disebut dengan jiwa. Jiwa merupakan suatu pembahasan
yang begitu menarik bagi para filosof, dan inilah alasan mereka mempelajari jiwa,
10
Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafah Dalam Islam, Cet.I (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), h.30
6
karena jiwa merupakan sesuatu yang misterius dan sangat dekat dari hakikat
manusia.11
jiwa manusia diciptakan oleh Allah swt dengan beberapa kelebihan seperti
kekuatan untuk melakukan sesuatu kebaikan dan keburukan, bahkan manusia dibekali
Ayat ini menjelaskan bahwa Jiwa itu memiliki peran besar dalam setiap
individu terutama dalam membentuk perilaku atau karakter manusia. Kemudian Allah
telah menciptakan manusia dengan fisik dan psikis yang sempurna, lalu setelah Allah
menciptakan manusia dengan sempurna, Allah masukkan kedalam diri manusia sifat
baik dan buruk. Dan manusia sendirilah yang menentukan jiwa mereka, kearah yang
Eksistensi entitas jiwa manusia adalah eksistensi yang berdiri sendiri, dia
adalah makhluk yang murni berwujud immaterial, dan membutuhkan tubuh untuk
mengaktualisasikannya di dunia ini. Pada era sebelum masehi, jiwa manusia telah
menjadi topik pembicaraan, terutama dalam kalangan para filosof, yang membahas
11
Achmad Mubarok, Psikologi Qur,an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h.1
12
Abdul Hamid Al-Bilali, Penyucian Jiwa Metode Tabi’in, ( Jakarta Timur:Pustaka Al-
Kautsar, 2000), h.13.
13
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (t.c; Bandung: CV Penerbit J-art, 2011)
7
berbagai aspek jiwa manusia, mencari asumsi, pemahaman, dan aksioma umum, yang
Manusia terbagi dari tubuh dan jiwa, apa yang dituntut jiwa dan tubuh,
keduanya harus terpenuhi, guna mendapatkan hidup aman di dunia ini. Seperti dalam
tulisan-tulisan filsafat Yunani yang ditinggalkan oleh Plato dan Aristoteles, lebih
manusia pada hakikatnya adalah hewan yang bisa berbicara, memahami, dan berpikir.
Yang menjadi pembeda antara manusia dan hewan hanyalah dari segi kejiwaannya,
Pembahasan tentang jiwa memang bukan hal yang asing lagi didengar telinga
manusia, karena setiap orang pasti cukup memahami secara sederhana hakikat dari
jiwa, walaupun tidak semua orang dapat mendefinisikannya secara jelas dan spesifik.
pemahaman tentang hal-hal yang tidak membutuhkan pikiran atau penalaran lagi,
seperti ilmu pengetahuan yang memang sudah ada pada dasrnya, contohnya cinta.
Setiap individu memahami apa itu jiwa, dimana hal yang memberi kehidupan pada
jasad sehingga manusia bebas untuk menentang atau mematuhi hukum alam. Akan
tetapi, tidak semua yang dapat bergerak dianggap memiliki jiwa, karena orang awam
pun memahami secara sederhana, bahwa robot yang dapat bergerak, itu bukan karena
ia memiliki jiwa seperti manusia, bahkan jika robot itu dapat bergerak melawan
hukum alam.16
14
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2003), h.73
15
Ahmad Fuad Al-Ahwani, Filsafat Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h.156
16
Siti Mariam, “Konsep Jiwa Dalam Perspektif Ibnu Sina”, Skripsi, Universitas Islam Negeri
Banten, 2018, h.2-3
8
Jiwa adalah salah satu topik yang paling menarik bagi kalangan para ilmuan
Barat, banyak dari mereka meluangkan waktunya untuk meneliti masalah ini. Namun,
penelitian mereka tidak disandarkan pada agama, hal ini sangat kontras dengan
ilmuan muslim yang berlandasan pada agama. Seperti dalam penelitian ini yang
membahas salah satu ilmuan muslim yang sangat terkenal, yaitu, Ibnu Sina mengenai
filsafat jiwanya, dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Dimana jiwa adalah
kesempurnaan asli yang membuat manusia menjadi nyata, kemudian, jiwa itu abadi
Salah satu khazanah ilmu pengetahuan islam ialah filsafat islam, yang
pemikiran filsafat dengan ajaran islam yang bermuatan sarat institusi ilmiah. Cara
berpikir filosofis para filosof muslim memang dipengaruhi cara berpikir para filosof
yunani (khususnya), tetapi mereka tidak secara begitu saja menerima pemikiran
filosofis para filosof yunani, tetapi itu diterima secara bertahap-tahap. Untuk alasan
ini, mereka sangat berusaha untuk menyelaraskan logika dengan agama, wahyu dan
filsafat dengan perbandingan akal. Perpaduan “bahasa langit” dan “bahasa bumi”
telah diakui, sehingga terbentuk suatu ilmu dengan metode-metode yang logis, dan
Kemudian salah satu filosof islam dari abad pertengahan yang paling
menonjol adalah Ibnu Sina. Ibnu Sina sangat dihormati dan menempati tempat khusus
dalam sejarah dan perkembangan filsafat hingga saat ini. Ibnu Sina membangun
sistem filsafat islam yang lengkap dan terperinci, dengan kecerdasannya yang tajam.
17
Herwansyah, Pemikiran Filsafat Ibnu SIna: Filsafat Emanasi, Jiwa dan Al-Wujud, El-Fikr:
Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Uin Raden Fatah Palembang, v.I no.I, (2017), h.54
9
Dan Ibnu Sina berhasil menguasai filsafat dan berbagai cabang-cabangnya, meskipun
harus menunggu waktu yang tepat untuk menyelami metafisika Aristoteles, walaupun
telah membaca bukunya sebanyak empat puluh kali. Tetapi setelah ia membaca buku
sepertinya semua pertanyaan itu terjawab dengan jelas. Seolah-olah dia telah
menemukan kunci dari semua rumah harta karun metafisika. Dalam hal inilah, yang
membuat Ibnu SIna dengan tulus menyatakan bahwa dirinya adalah murid setia dari
Al-Farabi.18
Ibnu Sina sendiri adalah seorang filosof, ilmuan, dokter dan penulis yang
aktif, ia lahir pada masa keemasan pradaban islam. Saat itu, banyak para ilmuan
muslim yang menerjemahkan teks-teks ilmiah dari yunani, Persia dan india. Ibnu Sina
adalah seorang filosof islam yang berhasil membangun suatu kerangka filsafat yang
lengkap serta terperinci yang mendominasikan tradisi filsafat islam selama berabad-
abad. Dampak tersebut terwujud bukan hanya karena ia memiliki sebuah kerangka
filsafat, akan tetapi karena kerangka yang ia miliki menampakkan keasliannya, dalam
menunjukkan jiwa yang cerdas dengan menemukan metode serta alasan agar dapat
Hellenisme yang ia peroleh, juga lebih jauh lagi dalam sistem agama islam. Ibnu Sina
juga adalah seorang filsuf yang pertama kalinya, secara lengkap mencatat dan
mengilustrasikan anatomi tubuh secara terperinci, juga mengenai jiwa manusia. Bagi
Ibnu Sina jiwa adalah wujud spiritual (immaterial) yang ada dalam tubuh manusia.
Tubuh dapat berubah secara fisik, tetapi jiwa ada sebelum tubuh ada.
18
Thawil Akhyar Dasuki, Sebuah Kompilasi Filsafat Islam, Cet.I (Semarang: Dina Utama,
1993), h.34
10
Jiwa dalam setiap perkembangan akan selalu menjadi salah satu teka-teki
perkembangannya selalu dihantui rasa ingin tahu mengenai hakekat dirinya sendiri.
Hingga pada saat ini manusia selalu berusaha dengan segala kemampuannya untuk
memecahkan permasalahan dan hakikat dari jiwa. Manusia sangat bersemangat untuk
mengetahui lebih teliti dan mendalam tentang hakikatnya, rasa ingin tahu hubungan
Didalam sejarah pemikiran filsafat dari zaman Pertengahan, Ibnu Sina telah
menjadi salah satu tokoh filosof islam yang telah berhasil membangun sebuah sistem
filsafat secara lengkap dan tersusun. Yaitu sistem yang mendominasikan tradisi
filsafat islam selama bertahun tahun lamanya, meskipun ada beberapa serangan dari
Al-Ghazali dan Fahkruddin Ar-Razi, pembahasan tentang jiwa ini telah mengambil
Dari ungkapan Ibnu Sina, jiwa itu dapat dibagi dalam tiga komponen, yang
pertama, jiwa tumbuhan, jiwa tumbuhan sendiri memiliki tiga komponen, yaitu;
berkembang. Kedua, jiwa binatang, jiwa binatang ini memliki dua kekuatan jiwa,
yaitu: pertama, suatu keinginan yang membuat suatu gerakan badan dan yang kedua,
kemampuan emosi yang dapat mendorong pokok materi tempat bergeraknya organ.
Ketiga, jiwa rasional, jiwa ini dapat dibagi pada kemampuan praktis dan kemampuan
teoritis. Kemampuan praktis inilah yang mejadi prinsip pergerakan dari tubuh dan
19
Ibrahim Madkour, Filsafat Islam: Metode dan Penerapan Bagian I, Terjemahan, Yudian
Wahyudi, (Jakarta: Rajawali, 1991), h.167-168
11
Dengan itu, Ibnu Sina menjelaskan bahwa, jika fungsi dari jiwa itu terbatas
pada makan, tumbuh dan reproduksi maka itu adalah jiwa tumbuhan. Akan tetapi jika
pengindraan, gerak, makan dan tumbuh itu merupakan jiwa binatang. Jiwa manusia
itu meliputi dua fungsi kepada tumbuhan dan binatang dan juga memiliki fungsi yang
manusiawi atau rasional. Didalam hal ini dibagi menjadi daya-daya atau intelek
praktis dan jyga teoritis. Jadi ketika bagian rasional ini terdapat pada suatu wujud,
maka wujud itu menjadi manusia. Dengan melalui beberapa hubungan kerjasama
dengan intelek agen yang mengandung intelijibel, bagian teoritis jiwa rasional akan
menerima penyempurnaan yang tepat. Kesempurnaan inti ialah hal terbaik yang
dicapai oleh manusia, sebagaimana hal terbaik yang dicapai semua wujud ialah
penulis mngetahui bahwa belum ada satu tulisan ataupun karya ilmiah yang secara
khusus membahas filsafat jiwa Ibnu Sina di era modern. Maka dalam penelitian ini,
penulis mencoba membahas seorang filosof muslim yang terkenal, Ibnu Sina.
Menarik untuk dikaji ulang karena cara berpikir filosofisnya yang terinspirasi dari
cara berpikir filosofis Aristoteles dan Plato, namun Ibnu Sina tidak meninggalkan
identitasnya sebagai seorang filosof muslim. Dalam sejarah pemikiran filsafat abad
pertengahan, citra Ibnu Sina sebagai seorang filosof muslim tidak hanya unik, tetapi
20
Fazlur Rahman, Avicenna’s Psychology, An English Translation of Kitab Al-Najat, Book II
Chapter VI (London: Oxford University Press, 1952), h.25
21
Shams Inati Dkk, artikel Oleh: Ensklopedi Tematis Filsafat Islam, Jilid I (Bandung: Mizan,
2003), h.293
12
juga semakin dihormati hingga zaman Modern,22 Dan inilah salah satu alasan yang
paling mendasar bagi penulis untuk mengkaji lebih dalam pemikiran Ibnu Sina.
Karena menurut penulis, Ibnu Sina adalah seorang tokoh yang begitu berpengaruh
dalam dunia filosof dan termasuk juga dalam dunia islam, sampai saat ini setiap
karya-karyanya banyak dijadikan sebagai refrensi ilmu pengetahuan untuk itu pada
penelitian ini akan dijelaskan pemikiran Ibnu Sina mengenai Jiwa pada era Modern.
berfokus pada filsafat jiwa Ibnu Sina pada era Modern. Dan adapun deskripsi fokus
dalam penelitian ini yaitu, hanya berfokus mendiskripsikan pemikiran Ibnu Sina
tentang filsafat jiwa kemudian ditelaah pada dunia modern. Tidak lupa juga penulis
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan Penjelasan latar belakang masalah diatas, maka yang akan
menjadi rumusan masalah pokok pada penelitian kali ini yaitu, Bagaimana filsafat
jiwa Ibnu Sina dalam dunia Modern. Untuk itu agar membuat penelitian ini lebih
jelas dan terarah dengan baik, maka penulis membagi pokok permasalah menjadi 3
22
Ahmad Fuad Al-Ahwani, Filsafat Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h.82
13
D. Kajian Pustaka
sebelumnya mengenai suatu topik. Kemudian dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini,
dan acuan yang dianggap sesuai dengan obyek penelitian, seperti berikut ini:
manusia menurut Ibnu Sina dan Sigmund Freud Tinjauan Psikologis”, skripsi ini
berisikan studi perbandingan antara dua tokoh yakni, Ibnu Sina dan Sigmund Freud.
Didalam skripsi ini menjeleskan konsep mengenai jiwa serta bermacam-macam jiwa
dan daya yang dimiliki oleh jiwa. Perbedaanya masuk dalam pola pemikiran dan
menjelaskan sebuah kajian-kajian tentang asal-usul jiwa, serta dijelaskan pula seperti,
jiwa yang tidak mati dengan kematian jasad, jiwa yang tidak rusak, jiwa binatang,
Ketiga, buku yang ditulis oleh Ris’an Rusli berjudul “Filsafat Islam: Telaah
Tokoh dan Pemikirannya”. Didalam buku ini menjelaskan beberapa tokoh dan corak
serta corak pemikirannya mengenai jiwa, dan membaginya dalam tiga bagian yakni.
pertama, Jiwa Tumbuh-tumbuhan yang mempunyai tiga daya yaitu, makan, tubuh,
dan berkembang. Kedua, jiwa binatang yang mempunyai 2 bagian yaitu, gerak dan
23
Ifful Muzarkasyah, “Konsep Jiwa Menurut Ibnu Sina dan Sigmund Freud, Sebuah Studi
Komparasi” Skripsi, Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005
14
menangkap. Ketiga, jiwa manusia yang mempunyai 2 daya yaitu: daya praktis dan
daya teoritis. Ibnu Sina juga mengemukakan bahwa meskipun jiwa itu ada
berbarengan dengan badan tetapi jiwa itu tidak hancur bersamaan dengan hancurnya
badan.24
Keempat, skripsi yang ditulis oleh Azwar yang berjudul “Pemikiran Ibnu Sina
Tentang Jiwa”. Dalam skripsi ini menjelaskan konsep dari pemikiran Ibnu Sina
tentang konsep jiwa manusia, dimana jiwa merupakan subtansi yang ruhani dan
merupakan suatu sumber kekuatan, seperti menangkap, gerak, rekoleksi dan tingkah
laku. Kemudian didalam diri manusia itu memiliki tiga bentuk jiwa, yakni, jiwa
tumbuh-tumbuhan, jiwa hewan dan juga jiwa manusia. Berkaitan dengan penciptaan
jiwa dalam jasmani manusia, Ibnu Sina mengemukakan bahwa jiwa itu eksis bersama
dengan jasmani, dimana jiwa itu tidak berasal dari jasmani tetapi berasal dari suatu
Dari sekian karya tulis ilmiah diatas yang mengupas tentang pemikiran Ibnu
Sina tentang Jiwa. Penulis belum menemukan secara spesifik hal yang membahas
filsafat jiwa Ibnu Sina terutama pada era modern. Dimana fokus pembahasan hanya
menitik beratkan pada filsafat jiwa Ibnu Sina pada Era Modern. Hal inilah yang akan
membedakan karya-karya ilmiah sebelumnya dengan karya ilmiah yang penulis akan
kaji.
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan teoritis
ilmu pengetahuan, yang dapat dipergunakan dan juga dapat dimanfaatkan, dalam
penulisan karya ilmiah atau lainnya terutama dalam bidang ilmu filsafat, Khususnya
tentang jiwa yang masih kurang didegar ditelinga masyarakat kampus, terkhusus
b. Kegunaan Praktis
1) Peulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi sebuah ilmu
2) Dapat memberikan penjelasan lebih jelas tentang filsafat jiwa Ibnu Sina
di era modern.
Agama Islam.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
16
Dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis menyusun dengan
penelitian ini diperoleh dari bahan tertulis termasuk juga hasil penelitian, baik itu
penelitian ini mengandalkan data pustaka yang kemudian di olah kembali sebagai
bahan penelitian.
2. Pendekatan Penelitian
itu harus bersangkutan dengan akademik dan fakultas serta program studi
berikut ini:27
guna mendapatkan hasil penelitian yang rasional dan terarah. Penulis perlu
melakukan telaah yang lebih medalam lagi terhadap beberapa materi yang
konkret Ibnu Sina tentang filsafat jiwa itu, masih sangat kurang.
baik itu secara individual, sosial dan spiritual juga serta menjadi tahapan
26
Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat ( Cet.I,
Yogyakarta: Kanisius, 1990) h.63
27
Muljono Damapoli, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Cet.I, Makassar: Alauddin
Press, 2013), h.16
17
dengan tema yang penulis teliti yakni filsafat jiwa Ibu Sina di era modern.
3. Sumber Data
dan sekunder.
a. Data Primer, yaitu data-data yang diperoleh langsung dari sang tokoh
seperti tulisan-tulisan atau karya-karya yang pernah ditulis oleh Ibnu Sina
b. Data Sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari tulisan atau karya orang
lain yang membahas tentang Ibnu Sina atau tentang filsafat jiwa Ibnu Sina
baik itu berupa buku, jurnal, artikel, ataupun media publikasi lainnya.
data yang diperlukan. Misalnya dalam menganalisis bahan pustaka atau dokumen
kerja bersifat deskriptif dan kualitatif. Analisis ini juga menggunakan isi (content
analysis) yaitu pembahasan yang mendalam terhadap objek penelitian. Analisis isi
18
mendeskripsikan latar belakang kehidupan dan keilmuan Ibnu Sina juga serta
filsafat jiwa Ibnu Sina pada era modern. Kemudian melalui metode interpretatif,
penulis akan memahami pemikiran Ibnu Sina yang akan diteliti agar dapat maksud
interpretasi yaitu:
kesimpulan.29
28
Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat ( Cet.I,
Yogyakarta: Kanisius, 1990) h.41
29
Winarno Surakhmat. Dasar-Dasar Tekhnik Research Cet.IV, Bandung: Tarsito, 1977),
h.122
19
DAFTAR PUSTAKA
Rusli, Ris’an. Filsafat Islam: Telaah Tokoh dan Pemikirannya, Cet.I, Jakarta:
Kencana, 2021.
RI, Kementrian Agama. Al-Qur’an dan Terjemahan. t.c; Bandung: CV Penerbit J-art,
2011.
Surakhmat, Winarno. Dasar-Dasar Tekhnik Research Cet.IV, Bandung: Tarsito:
1977.
Supriyadi, Dedi. Pengantar Filsafat Islam:Konsep, Filsuf, dan Ajarannya, Cet.I,
Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Sobur, Alex. Psikologi Umum, Bandung: Cv Pustaka Setia, 2003.
21
KOMPOSISI BAB
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
C. Rumusan masalah
D. Kajian pustaka
F. Metodologi penelitian
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA