Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

DRAF PROPOSAL Aldi Asraf Syarif (Filsafat Jiwa Ibnu Sina Di Era Modern)

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 21

DRAF PROPOSAL

Nama : Aldi Asraf Syarif


Nim : 30100118080
Jurusan : Aqidah Dan Filsafat Islam
Fakultas : Ushuluddin dan Filsafat
Judul : “Menulis Kembali Filsafat Jiwa Ibnu Sina di Era Modern”

A. Latar Belakang Masalah

Kata falsafah yang mulanya diambil dari kata Yunani yaitu, philosophia, yang

bermakna Cinta akan kebenaran (kebijaksanaan). Perubahan kemudian terjadi,

dimana kata filsafat diindonesiakan menjadi kata "filsafat" atau "filosofi", semua itu

terjadi karena adanya pengaruh kata-kata filsafat dalam bahasa Inggris yaitu,

Philoshopy. Seperti dalam bahasa arabnya, ini adalah cabang pengetahuan islam

tradisional yang disebut ulum al-hikmah atau biasa disingkat al-hikmah (setara

dengan kata Yunani sophia), yang bermakna "kebijaksanaan", dalam bahasa

inggrisnya wisdom. Dengan begitu, kata filsafat yang berasal dari kata Yunani

philosophos, biasa juga disebut dengan al-hakim atau ahli hikmah serta juga

dikatakan orang yang bijaksana, dengan bentuk-bentuk jamak al-hukama.1

Pemikiran filsafat yang awalnya menyiratkan kepada cinta akan kebenaran

kemudian pada akhirnya menjadi begitu sangat luas. Pertama kata sophia bermakna

wawasan, juga bermakna kebenaran utama, informasi yang luas, kesederhanaan

ilmiah, dan kontemplasi yang solid terhadap kelihaian para ahli dan bahkan

kreativitas yang dapat memutuskan perosalan-persoalan yang praktis.2

1
Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1992), h.218-219
2
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Cet.IV (Yogyakarta, 1999), h.29

1
2

Kata filsafat selalu diidentikkan dengan kata al-hikmah, yang dimana

memiliki persamaan makna, seperti yang dikatakan oleh Al-Farabi, didalam kitabnya

Fushuh Al-Hikam dimana arti dari kata al-hikmah yang bermakna suatu proses

pencarian hakikat dari sesuatu dan perbuatan. Dari pengertian al-hikmah, yang

memiliki hakikat yang sama, tetapi redaksinya berbeda seperti yang diungkapkan Ar-

Raghib bahwa al-hikmah, yakni, memperoleh kebenaran dari perantaraan ilmu

pengetahuan dan akal.3 Begitu juga, dalam ungkapan Nurcholish Madjid yang

mengungkapkan bahwasanya hikmah merupakan sebuah disiplin ilmu yang

mengandung, kebenaran, serta juga merupakan misteri rahasia Tuhan, yang

tersembunyi, dan hanya bisa diambil manfaat dan pelajarannya pada masa dan waktu

yang berbeda.4

Begitupun dengan Ibnu Sina yang menyamakan terma hikmah kedalam

pengertian filsafat. Dengan begitu, dapat diartikan bahwa, hikmah dan filsafat itu

ialah setali mata uang.5 Persamaan kedua makna ini terbukti sejak awal filsafat

dicirikan sebagai the love of wisdom atau juga love for wisdom. Waktu itu, filsafat

diartikan sebagai sifat yang berupaya menjadi bijak ataupun sifat yang ingin cinta

pada kebijakan. Fase ini, filsafat diartikan sebagai usaha orang yang berusaha

menjadi seseorang yang bijak. Dalam praktik filsafat, untuk menunjukkan pentingnya

fundamental suatu hal, seseorang harus memproses secara mendalam, logis, dan

sungguh-sungguh. Aristoteles pernah berkata, "Untuk menjadi seorang filsuf, Anda

3
Faturrahman Djamil, Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah, (Jakarta: Logos, 1997),
h.4
4
Nurcholis Madjid, Memahami Hikmah dan Agama:Dalam Kehampaan Spritual Masyarakat
Modern, (Jakarta: Mediacita, 2000), h.397
5
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Uninus, 1995), h.4
3

harus berfilsafat, dan jika anda tidak mau menjadi seorang filsuf, anda juga perlu

berfilsafat".6

Filsafat pada umumnya berusaha menjawab persoalan-persoalan yang tak bisa

dijawab oleh disiplin ilmu yang biasa, karena terkadang masalah yang bersangkutan

berada diluar ruang lingkup disiplin ilmu biasa. Filsafat ialah hasil dari usaha manusia

dengan menggunakan akal baiknya agar memahami atau mendalami serta menyelami

secara radikal dan integral juga sistematis dari hakikat sesuatu-hal, seperti, hakikat

Tuhan, hakikat alam semesta, hakikat manusia, dan juga sikap manusia termasuk juga

dalam konsekuensi Tuhan (pemahamannya). Filsafat hanyalah sebuah usaha yang

umumnya mencoba menjawab pertanyaan terakhir, dan tidak terburu-buru atau

berlebihan dalam mengungkapkan suatu hal seperti yang dilakukan orang dalam

kehidupan sehari-hari atau bahkan dalam kebiasaan ilmu sains.

Filsafat adalah suatu pencarian jawaban dari berbagai pertanyaan yang

memang sudah ada semenjak masa Yunani, seperti dalam hal mendasar yang tetap

sama. Dapat disingkat juga bahwa filsafat itu merupakan hasil dari pikiran seseorang

yang berusaha mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.

Dengan kata lain, filsafat ialah ilmu yang mempelajari secara mendalam hakikat dari

kebenaran segala sesuatu. Walaupun dalam pendefinisian filsafat itu sendiri selalu

memunculkan berbagai pendapat atau perbedaan antar satu tokoh dengan tokoh yang

lainnya.7

Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa filsafat ialah ilmu yang mempelajari

segala fenomena dalam kehidupan manusia dengan berpikir secara kritis dengan
6
Murtadha Muthahari, Gerakan Islam Abad XX, (Jakarta: Beunebi Cipta, 1986), h.110
7
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam:Konsep, Filsuf, dan Ajarannya, Cet.I (Bandung:
Pustaka Setia, 2009), h.21
4

logika, yang bersifat sistematis. Upaya ini tidak hanya dengan melakukan

eksperimen-eksperimen tertentu, tetapi dengan menyampaikan masalah secara akurat,

kemudian mencari solusi untuk masalah tersebut, dan memberikan argumen dan

alasan yang tepat untuk solusi tertentu, juga akhir dari proses-proses itu kemudian

dimasukkan kedalam sebuah proses diskusi kritikal dan dialektis.8

Islam merupakan sumber wahyu Allah, yang mengandung kebenaran, dan

filsafat juga mengandung kebenaran, meskipun kebenarannya didasarkan pada

pencarian akal manusia. Oleh karena itu, islam dan filsafat memiliki tujuan yang

sama, yaitu, “Kebenaran”. Dilain waktu islam datang untuk membawa kebenaran

sedangkan filsafat datang untuk mencari suatu kebenaran, oleh karena itu kebenaran

dari islam tidak akan pernah dirasakan oleh orang yang tak berakal kecuali orang

memiliki akal. seperti didalam QS Ali Imran ayat 190 yang berbunyi;

‫ب‬ ٍ ‫ار اَل ٰ ٰي‬


ِ ۙ ‫ت اِّل ُولِى ااْل َ ْلبَا‬ ِ َ‫ف الَّ ْي ِل َوالنَّه‬ ِ ْ‫ت َوااْل َر‬
ْ ‫ض َو‬
Zِ ‫اختِاَل‬ ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬ ْ ‫اِ َّن فِ ْي‬
ِ ‫خَل‬
Terjemahnya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.9

Ayat diatas menjelaskan bahwa untuk menuju kepada kebenaran yang hakiki

perlu menggunakan akal untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah Swt, oleh karena

itu, untuk melihat kebenaran dari agama islam harus dilakukan penggalian secara

mendalam dengan menggunkan nalar filsafat guna mendapatkan kebenaran yang jelas

dan sebenar-benarnya. Dengan begitu, tak dapat disangkal bahwa islam adalah agama

wahyu yang telah menyalurkan kontribusi besar bagi pertumbuhan dan

perkembangan dunia ilmu sains, khususnya di Barat. Meskipun secara tidak langsung

8
Irmayanti Meliono, Dkk, MPKT Modul I, (Jakarta: Lembaga Penelitian FEUI, 2007), h.1
9
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (t.c; Bandung: CV Penerbit J-art, 2011)
5

umat islam telah dipengaruhi oleh dunia filsafat yunani, namun ide-ide orisinil para

filsuf islam akan tetap memiliki pengaruh yang besar terhadap pemikiran filsafat.10

Manusia merupakan makhluk yang secara khusus dapat menjadi subyek

sekaligus obyek. Manusia merupakan makhluk yang unik dan itu sangat menarik bagi

manusia itu sendiri, seperti mempertanyakan dirinya, apakah manusia itu jahat atau

baik. Tetapi secara internal, manusia itu dipuja, dilain waktu mereka juga dihina,

manusia terkadang bangga dan bahagia dengan dirinya sendiri, tetapi terkadang

mereka juga menyesali keberadaan mereka. Terkadang juga ada manusia dengan

tingkah laku yang dipandang diluar batas perikemanusiaan, namun sebagian lainnya

itu dipandang suci karena telah berhasil mencapai tingkat insan kamil atau manusia

yang telah berhasil mencapai jati dirinya. Artinya, siapapun yang telah berhasil

mengenal dirinya, secara tidak langsung ia akan mengenal Tuhannya, ini

menunjukkan bahwa untuk mengenal tuhan, manusia harus terlebih dahulu mengenal

dirinya sendiri. Dan ada banyak cara untuk mengenal diri sendiri, mulai dengan

bertanya apa manusia itu? Mengapa manusia berada didunia ini?, Bagaimana manusia

sampai kedunia ini?, Kemana manusia akan kembali setelah kematian? dengan

pertanyaan-pertanyaan ini, manusia akan menemukan keistimewaannya,

dibandingkan makhluk lain yang berada disekitar atau diantaranya. Manusia memiliki

kekhasan yang sangat tidak biasa dibandingkan makhluk lain, karena manusia

memiliki perasaan, pikiran, dan kehendak, yang semuanya mengarah kepada

keakuan, juga terkadang disebut dengan jiwa. Jiwa merupakan suatu pembahasan

yang begitu menarik bagi para filosof, dan inilah alasan mereka mempelajari jiwa,

10
Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafah Dalam Islam, Cet.I (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), h.30
6

karena jiwa merupakan sesuatu yang misterius dan sangat dekat dari hakikat

manusia.11

jiwa manusia diciptakan oleh Allah swt dengan beberapa kelebihan seperti

kekuatan untuk melakukan sesuatu kebaikan dan keburukan, bahkan manusia dibekali

dengan kebebasan memilih dan menentukan arah kehidupannya sendiri.12

Sebagaimana dalam Q.S Asy-Syams ayat ke 7-10 yang berbunyi:

‫خَاب َم ْن َد ٰ ّسىهَ ۗا‬


َ ‫س َّو َما َس ٰ ّوىهَ ۖا فَا َ ْلهَ َمهَا فُجُوْ َرهَا َوتَ ْق ٰوىهَ ۖا قَ ْد اَ ْفلَ َح َم ْن َز ٰ ّكىهَ ۖا َوقَ ْد‬
ٍ ‫َونَ ْف‬
Terjemahnya :
“Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka dia mengilhamkan
kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang
yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya”13

Ayat ini menjelaskan bahwa Jiwa itu memiliki peran besar dalam setiap

individu terutama dalam membentuk perilaku atau karakter manusia. Kemudian Allah

telah menciptakan manusia dengan fisik dan psikis yang sempurna, lalu setelah Allah

menciptakan manusia dengan sempurna, Allah masukkan kedalam diri manusia sifat

baik dan buruk. Dan manusia sendirilah yang menentukan jiwa mereka, kearah yang

baik atau keburukan.

Eksistensi entitas jiwa manusia adalah eksistensi yang berdiri sendiri, dia

adalah makhluk yang murni berwujud immaterial, dan membutuhkan tubuh untuk

mengaktualisasikannya di dunia ini. Pada era sebelum masehi, jiwa manusia telah

menjadi topik pembicaraan, terutama dalam kalangan para filosof, yang membahas

11
Achmad Mubarok, Psikologi Qur,an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h.1
12
Abdul Hamid Al-Bilali, Penyucian Jiwa Metode Tabi’in, ( Jakarta Timur:Pustaka Al-
Kautsar, 2000), h.13.
13
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (t.c; Bandung: CV Penerbit J-art, 2011)
7

berbagai aspek jiwa manusia, mencari asumsi, pemahaman, dan aksioma umum, yang

berlaku bagi manusia.14

Manusia terbagi dari tubuh dan jiwa, apa yang dituntut jiwa dan tubuh,

keduanya harus terpenuhi, guna mendapatkan hidup aman di dunia ini. Seperti dalam

tulisan-tulisan filsafat Yunani yang ditinggalkan oleh Plato dan Aristoteles, lebih

berfokus pada jiwa manusia dibandingkan raganya. Karena dalam pandangannya,

manusia pada hakikatnya adalah hewan yang bisa berbicara, memahami, dan berpikir.

Yang menjadi pembeda antara manusia dan hewan hanyalah dari segi kejiwaannya,

seperti akal dan pikiran.15

Pembahasan tentang jiwa memang bukan hal yang asing lagi didengar telinga

manusia, karena setiap orang pasti cukup memahami secara sederhana hakikat dari

jiwa, walaupun tidak semua orang dapat mendefinisikannya secara jelas dan spesifik.

Pengetahuan jiwa kadang juga disebut pengetahuan “badihi”, yang berarti

pemahaman tentang hal-hal yang tidak membutuhkan pikiran atau penalaran lagi,

seperti ilmu pengetahuan yang memang sudah ada pada dasrnya, contohnya cinta.

Setiap individu memahami apa itu jiwa, dimana hal yang memberi kehidupan pada

jasad sehingga manusia bebas untuk menentang atau mematuhi hukum alam. Akan

tetapi, tidak semua yang dapat bergerak dianggap memiliki jiwa, karena orang awam

pun memahami secara sederhana, bahwa robot yang dapat bergerak, itu bukan karena

ia memiliki jiwa seperti manusia, bahkan jika robot itu dapat bergerak melawan

hukum alam.16

14
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2003), h.73
15
Ahmad Fuad Al-Ahwani, Filsafat Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h.156
16
Siti Mariam, “Konsep Jiwa Dalam Perspektif Ibnu Sina”, Skripsi, Universitas Islam Negeri
Banten, 2018, h.2-3
8

Jiwa adalah salah satu topik yang paling menarik bagi kalangan para ilmuan

Barat, banyak dari mereka meluangkan waktunya untuk meneliti masalah ini. Namun,

penelitian mereka tidak disandarkan pada agama, hal ini sangat kontras dengan

ilmuan muslim yang berlandasan pada agama. Seperti dalam penelitian ini yang

membahas salah satu ilmuan muslim yang sangat terkenal, yaitu, Ibnu Sina mengenai

filsafat jiwanya, dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Dimana jiwa adalah

kesempurnaan asli yang membuat manusia menjadi nyata, kemudian, jiwa itu abadi

dan tidak hancur dengan hancurnya jasad.

Salah satu khazanah ilmu pengetahuan islam ialah filsafat islam, yang

merupakan hasil sumbangsih para filsuf islam yang berupaya menyelaraskan

pemikiran filsafat dengan ajaran islam yang bermuatan sarat institusi ilmiah. Cara

berpikir filosofis para filosof muslim memang dipengaruhi cara berpikir para filosof

yunani (khususnya), tetapi mereka tidak secara begitu saja menerima pemikiran

filosofis para filosof yunani, tetapi itu diterima secara bertahap-tahap. Untuk alasan

ini, mereka sangat berusaha untuk menyelaraskan logika dengan agama, wahyu dan

filsafat dengan perbandingan akal. Perpaduan “bahasa langit” dan “bahasa bumi”

telah diakui, sehingga terbentuk suatu ilmu dengan metode-metode yang logis, dan

khas, dalam masa kemajuan pemikiran rasional islam.17

Kemudian salah satu filosof islam dari abad pertengahan yang paling

menonjol adalah Ibnu Sina. Ibnu Sina sangat dihormati dan menempati tempat khusus

dalam sejarah dan perkembangan filsafat hingga saat ini. Ibnu Sina membangun

sistem filsafat islam yang lengkap dan terperinci, dengan kecerdasannya yang tajam.

17
Herwansyah, Pemikiran Filsafat Ibnu SIna: Filsafat Emanasi, Jiwa dan Al-Wujud, El-Fikr:
Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Uin Raden Fatah Palembang, v.I no.I, (2017), h.54
9

Dan Ibnu Sina berhasil menguasai filsafat dan berbagai cabang-cabangnya, meskipun

harus menunggu waktu yang tepat untuk menyelami metafisika Aristoteles, walaupun

telah membaca bukunya sebanyak empat puluh kali. Tetapi setelah ia membaca buku

”Agrad Kitab Ma’wara’ Al-Tabi’ah Li Aristu” karya Al-Farabi (870- 950M),

sepertinya semua pertanyaan itu terjawab dengan jelas. Seolah-olah dia telah

menemukan kunci dari semua rumah harta karun metafisika. Dalam hal inilah, yang

membuat Ibnu SIna dengan tulus menyatakan bahwa dirinya adalah murid setia dari

Al-Farabi.18

Ibnu Sina sendiri adalah seorang filosof, ilmuan, dokter dan penulis yang

aktif, ia lahir pada masa keemasan pradaban islam. Saat itu, banyak para ilmuan

muslim yang menerjemahkan teks-teks ilmiah dari yunani, Persia dan india. Ibnu Sina

adalah seorang filosof islam yang berhasil membangun suatu kerangka filsafat yang

lengkap serta terperinci yang mendominasikan tradisi filsafat islam selama berabad-

abad. Dampak tersebut terwujud bukan hanya karena ia memiliki sebuah kerangka

filsafat, akan tetapi karena kerangka yang ia miliki menampakkan keasliannya, dalam

menunjukkan jiwa yang cerdas dengan menemukan metode serta alasan agar dapat

merumuskan kembali gagasan rasioanal yang murni, dan tradisi intelektual

Hellenisme yang ia peroleh, juga lebih jauh lagi dalam sistem agama islam. Ibnu Sina

juga adalah seorang filsuf yang pertama kalinya, secara lengkap mencatat dan

mengilustrasikan anatomi tubuh secara terperinci, juga mengenai jiwa manusia. Bagi

Ibnu Sina jiwa adalah wujud spiritual (immaterial) yang ada dalam tubuh manusia.

Tubuh dapat berubah secara fisik, tetapi jiwa ada sebelum tubuh ada.

18
Thawil Akhyar Dasuki, Sebuah Kompilasi Filsafat Islam, Cet.I (Semarang: Dina Utama,
1993), h.34
10

Jiwa dalam setiap perkembangan akan selalu menjadi salah satu teka-teki

kemanusiaan yang belum terpecahkan. Meskipun begitu manusia sejak awal

perkembangannya selalu dihantui rasa ingin tahu mengenai hakekat dirinya sendiri.

Hingga pada saat ini manusia selalu berusaha dengan segala kemampuannya untuk

memecahkan permasalahan dan hakikat dari jiwa. Manusia sangat bersemangat untuk

mengetahui lebih teliti dan mendalam tentang hakikatnya, rasa ingin tahu hubungan

jiwa dengan badan dan bagaimana dari akhir setelah kesudahannya19

Didalam sejarah pemikiran filsafat dari zaman Pertengahan, Ibnu Sina telah

menjadi salah satu tokoh filosof islam yang telah berhasil membangun sebuah sistem

filsafat secara lengkap dan tersusun. Yaitu sistem yang mendominasikan tradisi

filsafat islam selama bertahun tahun lamanya, meskipun ada beberapa serangan dari

Al-Ghazali dan Fahkruddin Ar-Razi, pembahasan tentang jiwa ini telah mengambil

pengaruh besar dalam filsafat Ibnu Sina.

Dari ungkapan Ibnu Sina, jiwa itu dapat dibagi dalam tiga komponen, yang

pertama, jiwa tumbuhan, jiwa tumbuhan sendiri memiliki tiga komponen, yaitu;

kemampuan daya makan, kemampuan pertumbuhan dan kemampuan reproduksi atau

berkembang. Kedua, jiwa binatang, jiwa binatang ini memliki dua kekuatan jiwa,

yaitu: pertama, suatu keinginan yang membuat suatu gerakan badan dan yang kedua,

kemampuan emosi yang dapat mendorong pokok materi tempat bergeraknya organ.

Ketiga, jiwa rasional, jiwa ini dapat dibagi pada kemampuan praktis dan kemampuan

teoritis. Kemampuan praktis inilah yang mejadi prinsip pergerakan dari tubuh dan

19
Ibrahim Madkour, Filsafat Islam: Metode dan Penerapan Bagian I, Terjemahan, Yudian
Wahyudi, (Jakarta: Rajawali, 1991), h.167-168
11

manusialah yang menjadi perantaranya, kemudian manusia mengatur perbuatan dari

hidupnya dan kemapuan teori akan terkhusus pada manusia.20

Dengan itu, Ibnu Sina menjelaskan bahwa, jika fungsi dari jiwa itu terbatas

pada makan, tumbuh dan reproduksi maka itu adalah jiwa tumbuhan. Akan tetapi jika

pengindraan, gerak, makan dan tumbuh itu merupakan jiwa binatang. Jiwa manusia

itu meliputi dua fungsi kepada tumbuhan dan binatang dan juga memiliki fungsi yang

manusiawi atau rasional. Didalam hal ini dibagi menjadi daya-daya atau intelek

praktis dan jyga teoritis. Jadi ketika bagian rasional ini terdapat pada suatu wujud,

maka wujud itu menjadi manusia. Dengan melalui beberapa hubungan kerjasama

dengan intelek agen yang mengandung intelijibel, bagian teoritis jiwa rasional akan

menerima penyempurnaan yang tepat. Kesempurnaan inti ialah hal terbaik yang

dicapai oleh manusia, sebagaimana hal terbaik yang dicapai semua wujud ialah

kesempurnaannya yang abadi dan menyempurnakan sifat-sifat dasarnya.21

Dari sekian banyaknya ilmu-ilmu yang menjelaskan tentang filsafat jiwa,

penulis mngetahui bahwa belum ada satu tulisan ataupun karya ilmiah yang secara

khusus membahas filsafat jiwa Ibnu Sina di era modern. Maka dalam penelitian ini,

penulis mencoba membahas seorang filosof muslim yang terkenal, Ibnu Sina.

Menarik untuk dikaji ulang karena cara berpikir filosofisnya yang terinspirasi dari

cara berpikir filosofis Aristoteles dan Plato, namun Ibnu Sina tidak meninggalkan

identitasnya sebagai seorang filosof muslim. Dalam sejarah pemikiran filsafat abad

pertengahan, citra Ibnu Sina sebagai seorang filosof muslim tidak hanya unik, tetapi

20
Fazlur Rahman, Avicenna’s Psychology, An English Translation of Kitab Al-Najat, Book II
Chapter VI (London: Oxford University Press, 1952), h.25
21
Shams Inati Dkk, artikel Oleh: Ensklopedi Tematis Filsafat Islam, Jilid I (Bandung: Mizan,
2003), h.293
12

juga semakin dihormati hingga zaman Modern,22 Dan inilah salah satu alasan yang

paling mendasar bagi penulis untuk mengkaji lebih dalam pemikiran Ibnu Sina.

Karena menurut penulis, Ibnu Sina adalah seorang tokoh yang begitu berpengaruh

dalam dunia filosof dan termasuk juga dalam dunia islam, sampai saat ini setiap

karya-karyanya banyak dijadikan sebagai refrensi ilmu pengetahuan untuk itu pada

penelitian ini akan dijelaskan pemikiran Ibnu Sina mengenai Jiwa pada era Modern.

B. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian


Agar Mencegah Meluasnya isi dari pembahasan penelitian ini, penulis hanya

berfokus pada filsafat jiwa Ibnu Sina pada era Modern. Dan adapun deskripsi fokus

dalam penelitian ini yaitu, hanya berfokus mendiskripsikan pemikiran Ibnu Sina

tentang filsafat jiwa kemudian ditelaah pada dunia modern. Tidak lupa juga penulis

menguraikan latar belakang kehidupan Ibnu Sina semasa hidupnya.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan Penjelasan latar belakang masalah diatas, maka yang akan

menjadi rumusan masalah pokok pada penelitian kali ini yaitu, Bagaimana filsafat

jiwa Ibnu Sina dalam dunia Modern. Untuk itu agar membuat penelitian ini lebih
jelas dan terarah dengan baik, maka penulis membagi pokok permasalah menjadi 3

sub bagian, yaitu;

1. Bagaimana latar belakang historis Ibnu Sina?

2. Bagaimana filsafaat jiwa dalam pemikiran Ibnu Sina?

3. Bagaimana filsafat Jiwa Ibnu Sina dalam dunia Modern?

22
Ahmad Fuad Al-Ahwani, Filsafat Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h.82
13

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan sebuah ringkasan komprehensif yang sudah diteliti

sebelumnya mengenai suatu topik. Kemudian dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini,

penulis menggunakan macam-macam literatur untuk dijadikan sebagai bahan bacaan

dan acuan yang dianggap sesuai dengan obyek penelitian, seperti berikut ini:

Pertama, Skripsi karya Iffatul Muzarkasyah dengan judul “konsep jiwa

manusia menurut Ibnu Sina dan Sigmund Freud Tinjauan Psikologis”, skripsi ini

berisikan studi perbandingan antara dua tokoh yakni, Ibnu Sina dan Sigmund Freud.

Didalam skripsi ini menjeleskan konsep mengenai jiwa serta bermacam-macam jiwa

dan daya yang dimiliki oleh jiwa. Perbedaanya masuk dalam pola pemikiran dan

analisis pemikiran tentanng jiwa dan bagaimana relevansinya terhadap konseling.23

Kedua, buku karangan Fazlur Rahman yang berjudul “Avicenna’s

Psychology, An English Translation of Kitab Al-Najat”. Didalam buku ini

menjelaskan sebuah kajian-kajian tentang asal-usul jiwa, serta dijelaskan pula seperti,

jiwa yang tidak mati dengan kematian jasad, jiwa yang tidak rusak, jiwa binatang,

jiwa tumbuhan dan jiwa yang rasional.

Ketiga, buku yang ditulis oleh Ris’an Rusli berjudul “Filsafat Islam: Telaah

Tokoh dan Pemikirannya”. Didalam buku ini menjelaskan beberapa tokoh dan corak

pemikiran-pemikirannya. Kemudian juga membahas riwayat hidup dari Ibnu Sina

serta corak pemikirannya mengenai jiwa, dan membaginya dalam tiga bagian yakni.

pertama, Jiwa Tumbuh-tumbuhan yang mempunyai tiga daya yaitu, makan, tubuh,

dan berkembang. Kedua, jiwa binatang yang mempunyai 2 bagian yaitu, gerak dan

23
Ifful Muzarkasyah, “Konsep Jiwa Menurut Ibnu Sina dan Sigmund Freud, Sebuah Studi
Komparasi” Skripsi, Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005
14

menangkap. Ketiga, jiwa manusia yang mempunyai 2 daya yaitu: daya praktis dan

daya teoritis. Ibnu Sina juga mengemukakan bahwa meskipun jiwa itu ada

berbarengan dengan badan tetapi jiwa itu tidak hancur bersamaan dengan hancurnya

badan.24

Keempat, skripsi yang ditulis oleh Azwar yang berjudul “Pemikiran Ibnu Sina

Tentang Jiwa”. Dalam skripsi ini menjelaskan konsep dari pemikiran Ibnu Sina

tentang konsep jiwa manusia, dimana jiwa merupakan subtansi yang ruhani dan

merupakan suatu sumber kekuatan, seperti menangkap, gerak, rekoleksi dan tingkah

laku. Kemudian didalam diri manusia itu memiliki tiga bentuk jiwa, yakni, jiwa

tumbuh-tumbuhan, jiwa hewan dan juga jiwa manusia. Berkaitan dengan penciptaan

jiwa dalam jasmani manusia, Ibnu Sina mengemukakan bahwa jiwa itu eksis bersama

dengan jasmani, dimana jiwa itu tidak berasal dari jasmani tetapi berasal dari suatu

subtansi yang merupakan satu bentuk dari jasmani.25

Dari sekian karya tulis ilmiah diatas yang mengupas tentang pemikiran Ibnu

Sina tentang Jiwa. Penulis belum menemukan secara spesifik hal yang membahas

filsafat jiwa Ibnu Sina terutama pada era modern. Dimana fokus pembahasan hanya

menitik beratkan pada filsafat jiwa Ibnu Sina pada Era Modern. Hal inilah yang akan

membedakan karya-karya ilmiah sebelumnya dengan karya ilmiah yang penulis akan

kaji.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dan kegunaan penelitian ini yaitu sebagai berikut:


24
Ris’an Rusli, Filsafat Islam: Telaah Tokoh dan Pemikirannya, (Cet.I, Makassar: Kencana,
2021)
25
Azwar, “Pemikiran Ibnu Sina Tentang jiwa”, Skripsi, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam
Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007
15

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah:

a. Memahami pemikiran filsafat jiwa Ibnu sina.

b. Memahami filsafat jiwa Ibnu Sina pada era modern.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan teoritis

Secara teoritis penulisan penelitian ini, diharapkan dapat menambah khazanah

ilmu pengetahuan, yang dapat dipergunakan dan juga dapat dimanfaatkan, dalam

penulisan karya ilmiah atau lainnya terutama dalam bidang ilmu filsafat, Khususnya

tentang jiwa yang masih kurang didegar ditelinga masyarakat kampus, terkhusus

pada Jurusan Aqidah dan filsafat Islam UIN Alauddin Makassar.

b. Kegunaan Praktis

1) Peulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi sebuah ilmu

pengetahuan, terutama dalam bidang ilmu filsafat

2) Dapat memberikan penjelasan lebih jelas tentang filsafat jiwa Ibnu Sina

di era modern.

3) Dapat memenuhi syarat dalam menyelesaikan strata satu gelar Sarjana

Agama Islam.

F. Metodologi Penelitian

Dalam penyusunan dan penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis

menggunakan beberapa metodologi penelitian, seperti berikut ini:

1. Jenis Penelitian
16

Dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis menyusun dengan

mendasarkan pada penelitian kepustakaan (library research). Artinya bahwa

penelitian ini diperoleh dari bahan tertulis termasuk juga hasil penelitian, baik itu

yang telah dipublikasikan maupun yang belum dipublikasikan. 26 Dengan itu

penelitian ini mengandalkan data pustaka yang kemudian di olah kembali sebagai

bahan penelitian.

2. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan pedoman karya tulis ilmiah Universitas Islam Negri Alauddin

Makassar, dimana penggunaan perspektif dalam membahas suatu objek penelitian

itu harus bersangkutan dengan akademik dan fakultas serta program studi

mahasiswa, dengan itu penulis menggunakan pendekatan-pendekatan sebagai

berikut ini:27

a. Pendekatan Filosofis yaitu menganalisis data secara kritis dan mendalam

guna mendapatkan hasil penelitian yang rasional dan terarah. Penulis perlu

melakukan telaah yang lebih medalam lagi terhadap beberapa materi yang

berkaitan dengan isi pembahasan yang akan diangkat, karena pembahasan

konkret Ibnu Sina tentang filsafat jiwa itu, masih sangat kurang.

b. Pendekatan Psikologis yaitu merupakan cara pandang psikologi mengenai

banyak macam fenomena-fenomena dan dimensi tingkah laku manusia,

baik itu secara individual, sosial dan spiritual juga serta menjadi tahapan

26
Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat ( Cet.I,
Yogyakarta: Kanisius, 1990) h.63
27
Muljono Damapoli, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Cet.I, Makassar: Alauddin
Press, 2013), h.16
17

perkembangan usia dalam memahami Agama. Dan ini sangat cocok

dengan tema yang penulis teliti yakni filsafat jiwa Ibu Sina di era modern.

c. Pendekatan Teologis, yaitu memahami konsep pemikiran tokoh yang

menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang berlandaskan pada Al-

Qur’an dan Hadis.

3. Sumber Data

Sumber data merupakan bahan-bahan yang diperoleh dari data-data primer

dan sekunder.

a. Data Primer, yaitu data-data yang diperoleh langsung dari sang tokoh

seperti tulisan-tulisan atau karya-karya yang pernah ditulis oleh Ibnu Sina

secara langsung yang menjadi rujukan pada penelitian ini.

b. Data Sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari tulisan atau karya orang

lain yang membahas tentang Ibnu Sina atau tentang filsafat jiwa Ibnu Sina

baik itu berupa buku, jurnal, artikel, ataupun media publikasi lainnya.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kepustakaan, dimana penelitian kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data-

data yang diperlukan. Misalnya dalam menganalisis bahan pustaka atau dokumen

yang berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian.

5. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data

Jenis penelitian kepustakaan (library research) yang menggunakan pola

kerja bersifat deskriptif dan kualitatif. Analisis ini juga menggunakan isi (content

analysis) yaitu pembahasan yang mendalam terhadap objek penelitian. Analisis isi
18

meliputi analisis interpretasi dan interpretatif, penulis akan berusaha

mendeskripsikan latar belakang kehidupan dan keilmuan Ibnu Sina juga serta

filsafat jiwa Ibnu Sina pada era modern. Kemudian melalui metode interpretatif,

penulis akan memahami pemikiran Ibnu Sina yang akan diteliti agar dapat maksud

dari sang tokoh.28

Adapun analisa yang digunakan penulis dalam menggunakan metode

interpretasi yaitu:

a. Metode induktif, yaitu menganalisis data yang awalnya bersifat khusus

kemudian mengarah kepada kesimpulan yang bersifat umum.

b. Metode deduktif, yaitu menganalisis data yang awalnya bersifat umum

kemudian mengarah kepada kesimpulan yang bersifat khusus.

c. Metode komparatif, yaitu perbandingan konsep mengenai pembahasan

penelitian antara satu tokoh dengan tokoh lainnya. Dimana akan

memperlihatkan hubungan, persamaan, perbedaan, kemudian menarik

kesimpulan.29

28
Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat ( Cet.I,
Yogyakarta: Kanisius, 1990) h.41
29
Winarno Surakhmat. Dasar-Dasar Tekhnik Research Cet.IV, Bandung: Tarsito, 1977),
h.122
19

DAFTAR PUSTAKA

Azwar. “Pemikiran Ibnu Sina Tentang jiwa”, Skripsi, Fakultas Ushuluddin


Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007.
Ali, Yunasril. Perkembangan Pemikiran Falsafah Dalam Islam, Cet.I, Jakarta: Bumi
Aksara, 1991.
Al-Ahwani, Ahmad Fuad. Filsafat Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995.
Djamil, Faturrahman. Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah, Jakarta: Logos,
1997.
Dasuki, Thawil Akhyar. Sebuah Kompilasi Filsafat Islam, Cet.I, Semarang: Dina
Utama, 1993.
Damapoli, Muljono. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Cet.I, Makassar:
Alauddin Press, 2013.
Dkk, Anton Bakker, Metodologi Penelitian Filsafat. Cet.I, Yogyakarta: Kanisius,
1990.
Dkk, Shams Inati. Artikel Oleh: Ensklopedi Tematis Filsafat Islam, Jilid I, Bandung:
Mizan, 2003.
Gie, The Liang. Pengantar Filsafat Ilmu, Cet.IV, Yogyakarta: 1999.
Herwansyah, Pemikiran Filsafat Ibnu SIna: Filsafat Emanasi, Jiwa dan Al-Wujud, El-
Fikr: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Uin Raden Fatah Palembang, v.I no.I,
2017.
Madjid, Nurcholis. Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, 1992.
Madjid, Nurcholis. Memahami Hikmah dan Agama: Dalam Kehampaan Spritual
Masyarakat Modern, Jakarta: Mediacita, 2000.
Mariam, Siti. “Konsep Jiwa Dalam Perspektif Ibnu Sina”, Skripsi, Universitas Islam
Negeri Banten, 2018.
Meliono, Irmayanti, Dkk. MPKT Modul I, Jakarta: Lembaga Penelitian FEUI, 2007.
Muthahari, Murtadha. Gerakan Islam Abad XX, Jakarta: Beunebi Cipta, 1986.
Mubarok, Achmad. Psikologi Qur,an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.
Madkour, Ibrahim. Filsafat Islam: Metode dan Penerapan Bagian I, Terjemahan,
Yudian Wahyudi, Jakarta: Rajawali, 1991.
Muzarkasyah, Ifful. “Konsep Jiwa Menurut Ibnu Sina dan Sigmund Freud, Sebuah
Studi Komparasi” Skripsi, Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2005.
Praja, Juhaya S. Filsafat Hukum Islam, Bandung: Uninus, 1995.
Rahman, Fazlur. Avicenna’s Psychology, An English Translation of Kitab Al-Najat,
Book II Chapter VI, London: Oxford University Press, 1952.
20

Rusli, Ris’an. Filsafat Islam: Telaah Tokoh dan Pemikirannya, Cet.I, Jakarta:
Kencana, 2021.
RI, Kementrian Agama. Al-Qur’an dan Terjemahan. t.c; Bandung: CV Penerbit J-art,
2011.
Surakhmat, Winarno. Dasar-Dasar Tekhnik Research Cet.IV, Bandung: Tarsito:
1977.
Supriyadi, Dedi. Pengantar Filsafat Islam:Konsep, Filsuf, dan Ajarannya, Cet.I,
Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Sobur, Alex. Psikologi Umum, Bandung: Cv Pustaka Setia, 2003.
21

KOMPOSISI BAB

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Deskripsi fokus dan fokus penelitian

C. Rumusan masalah

D. Kajian pustaka

E. Tujuan dan kegunaan penelitian

F. Metodologi penelitian

BAB II BIOGRAFI IBNU SINA

A. Riwayat Hidup Ibnu Sina

B. Pokok-pokok pemikiran Ibnu Sina

C. Karya-karya Ibnu Sina

BAB III PEMIKIRAN IBNU SINA TENTANG FILSAFAT JIWA

A. Latar belakang pemikiran Ibnu Sina tentang filsafat jiwa

B. Pengertian dan konsep pemikiran Ibnu Sina tentang filsafat jiwa

C. Asal-usul dan Keabadian filsafat jiwa Ibnu Sina


BAB IV FILSAFAT JIWA IBNU SINA PADA ERA MODERN

A. Jenis-Jenis filsafat jiwa Ibnu Sina di era modern

B. Konsep filsafat jiwa Ibnu Sina pada era Modern

C. Implementasi filsafat jiwa Ibnu Sina dengan dunia modern

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Implikasi dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

You might also like