The Golden Age of Islam
The Golden Age of Islam
The Golden Age of Islam
H. Fuad Riyadi
Dosen STAIN Kudus
E-mail : fuad76@rocketmail.com
A. Pendahuluan
Masa kejayaan Islam ditandai dengan berkembang pesatnya ilmu
pengetahuan, kebudayaan dan pendidikan Islam. Perkembangan yang
pesat ini didukung oleh adanya lembaga-lembaga yang mewadahi
perkembangan tersebut. Pada masa itu didirikan lembaga-lembaga
keilmuan sebagai pusat pembelajaran ilmu pengetahuan, kebudayaan dan
pendidikan Islam.
Abad keemasan peradaban muslim dimulai dengan bangkitnya
Dinasti Abbasiyah pada tahun 132 H/750 M. Masa lima abad kekhalifahan
Abbasiyah merupakan masa perkembangannya Islam. Dinasti ini kurang
berminat terhadap penaklukan sebagaimana pada Dinasti Ummayah,
tetapi pada Dinasti Abbasiyah ini lebih berminat besar pada pengetahuan
dan masalah dalam negeri. Hal tersebut terlihat pada upaya besar
penerjemahan dan menyerap ilmu pengetahuan dari peradaban lain.
Perpustakaan Bayt Al Hikmah, The Golden Age Of Islam
(H. Fuad Riyadi) 95
Dalam waktu tiga fase pada masa dinasti Abbasiyah buku-buku dalam
bahasa Yunani, Syiria, Sanskerta, Cina dan Persia diterjemahkan kedalam
bahasa Arab. Fase pertama (132 H/750 M 132 H/847 M), pada khalifah
al-Mansyur hingga Harun al-Rasyid yang banyak diterjemahkan adalah
karya-karya dalam bidang astronomi. Fase kedua (232 H/847 M 334
H/ 945 M), pada masa khalifah al-Makmun buku-buku yang banyak
diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga
(334 H/ 945 M 347 H/ 1005 M), terutama setelah bidang-bidang
ilmu yang telah diterjemahkan semakin meluas.Fase ini merupakan
permulaan untuk menyaring, menganalisis dan menerima ataupun
menolak pengetahuan dari peradaban lain. Seiring dengan perkembangan
berbagai ilmu pengetahuan dan munculnya karya-karya para ilmuan dan
berkembangnya produksi kertas yang tersebar luas sehingga memberikan
dorongan besar pada gerakan pengumpulan naskah-naskah. Keadaan ini
berlangsung ketika peradaban muslim dilanda perdebatan, dan buku-
buku yang bersangkutan menjadi kunci utama untuk menyampaikan
gagasan. Kebutuhan akan buku menyebabkan merebaknya perpustakaan
diberbagai penjuru dunia Islam (Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam,
(Jakarta: Kencana, 2005)
pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman nabi
Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah
ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di
Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal
3 Rabiul awwal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung
dari tahun 750-1258 M (Syalaby,1997).
Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan diseluruh negeri.
Pemberontakan yang paling dahsyat dan merupakan puncak dari segala
pemberontakan yakni perang antara pasukan Abbul Abbas melawan
pasukan Marwan ibn Muhammad (Dinasti Bani Umayyah). Yang
akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas. Dengan jatuhnya
negeri Syiria, berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan bersama
dengan itu bangkitlah kekuasaan Abbasiyah.
Dari sini dapat diketahui bahwa bangkitnya Daulah Abbasiyah
bukan saja pergantian Dinasti akan tetapi lebih dari itu adalah penggantian
struktur sosial dan ideologi. Sehingga dapat dikatakan kebangkitan
Daulah Bani Abbasiyah merupakan suatu revolusi. Menurut (Crane
Brinton dalam Mudzhar, 1998), ada 4 ciri yang menjadi identitas revolusi
yaitu :
1. Bahwa pada masa sebelum revolusi ideologi yang berkuasa mendapat
kritik keras dari masyarakat disebabkan kekecewaan penderitaan
masyarakat yang di sebabkan ketimpangan-ketimpangan dari ideologi
yang berkuasa itu.
2. Mekanisme pemerintahannya tidak efesien karena kelalaiannya
menyesuaikan lembaga-lembaga sosial yang ada dengan
perkembangan keadaan dan tuntutan zaman.
3. Terjadinya penyeberangan kaum intelektual dari mendukung ideologi
yang berkuasa pada wawasan baru yang ditawarkan oleh para kritikus.
4. Revolusi itu pada umumnya bukan hanya dipelopori dan digerakkan
oleh orang-orang lemah dan kaum bawahan, melainkan dilakukan
oleh para penguasa oleh karena hal-hal tertentu yang merasa tidak
puas dengan syistem yang ada .
Sebelum daulah Bani Abbasiyah berdiri, terdapat 3 tempat yang
menjadi pusat kegiatan kelompok Bani Abbas, antara satu dengan yang
lain mempunyai kedudukan tersendiri dalam memainkan peranannya
untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman nabi SAW yaitu
Abbas Abdul Mutholib (dari namanya Dinasti itu disandarkan). Tiga
tempat itu adalah Humaimah, Kufah dan Khurasan. Humaimah merupakan
Perpustakaan Bayt Al Hikmah, The Golden Age Of Islam
(H. Fuad Riyadi) 97
kota kecil tempat keluarga Bani Hasyim bermukim, baik dari kalangan
pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas. Humaimah terletak
berdekatan dengan Damsyik. Kufah merupakan kota yang penduduknya
menganut aliran Syiah pendukung Ali bin Abi Tholib. Ia bermusuhan
secara terang-terangan dengan golongan Bani Umayyah. Demikian pula
dengan Khurasan, kota yang penduduknya mendukung Bani Hasyim. Ia
mempunyai warga yang bertemperamen pemberani, kuat fisiknya, tegap
tinggi, teguh pendirian tidak mudah terpengaruh nafsu dan tidak mudah
bingung dengan kepercayaan yang menyimpang. Disinilah diharapkan
dakwah kaum Abbassiyah mendapatkan dukungan.
Di bawah pimpinan Muhammad bin Ali al-Abbasy, gerakan Bani
Abbas dilakukan dalam dua fase yaitu : 1) fase sangat rahasia; dan 2) fase
terang-terangan dan pertempuran (Hasjmy, 1993).
Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat
rahasia. Propaganda dikirim keseluruh pelosok negara, dan mendapat
pengikut yang banyak, terutama dari golongan yang merasa tertindas,
bahkan juga dari golongan yang pada mulanya mendukung Bani
Umayyah.
Setelah Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim,
maka seorang pemuda Persia yang gagah berani dan cerdas bernama Abu
Muslim al-Khusarany, bergabung dalam gerakan rahasia ini. Semenjak
itu dimulailah gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian cara
pertempuran. Akhirnya bulan Zulhijjah 132 H Marwan, Khalifah Bani
Umayyah terakhir terbunuh di Fusthath, Mesir. Kemudian Daulah bani
Abbasiyah resmi berdiri.
sebagai pusat kegiatan studi dan riset astronomi dan matematika. Pada
832 M, al-Makmun menjadikan Baitul Hikmah di baghdad sebagai
akademi pertama, lengkap dengan teropong bintang, perpustakan, dan
lembaga penerjemahan. Kepala akademi ini yang pertama adalah Yahya
ibn Musawaih (777-857), murid Gibril ibn Bakhtisyu, kemudian diangkat
Hunain ibn Ishaq, murid Yahya sebagai ketua ke dua (H.Mahmud Yunus,
2008).
I. Gerakan Penerjemahan
Usaha penerjemahan karya-karya ilmiah dijalankan oleh
akademi ini terjadi sewaktu dikepalai oleh Hunain ibn Ishaq seorang
Kristen yang pandai berbahasa Arab dan Yunani. Dia memperkenalkan
metode penerjemahan baru yaitu menterjemahkan kalimat, bukan
menerjemahkan kata per kata, hal ini agar dapat memperoleh keakuratan
naskah, Hunain juga menggunakan metode penerjemahkan dengan
membandingkan beberapa naskah untuk diperbandingkan. Hunain
berhasil menerjemahkan buku-buku ke dalam bahasa Arab seperti buku
kedokterann yang dikarang oleh Paulus al-Agani. Dengan bantuan
para penerjemah dari Baitul Hikmah, Ia juga menerjemahkan kitab
Republik dari Plato, dan kitab Kategori, Metafisika, Magna Moralia
dari Aristoteles. Penerjemahan buku-buku ilmu kedokteran,filsafat, dan
lain-lain dilakukan secara langsung dari bahasa Yunani ke dalam bahasa
Arab. Selain kota baghadad, seperti Merv (Persia Timur), dan Jund-e-
Shapur (Persia Barat), Biasanya naskah berbahasa Yunani diterjemahkan
ke dalam Bahsa Syiria kuno dulu sebelum ke dalam Bahsa Arab. Hal
ini dikarenakan para penerjemah biasannya adalah para pendeta Kristen
Syiria yang hanya memahami Bahasa Yunani (Suwito, 2005).
Penerjemahan berjalan terus bahkan tidak hanya menjadi urusan
istana, tetapi telah menjadi usaha pribadi oleh orang yang gemar dan
mencintai ilmu. Sebagian orang yang cinta akan ilmu pengetahuan telah
menafkahkan sebagian besar hartanya untuk penerjemahan buku-buku
baik itu dalam bahasa Yunani ataupun bahasa lainnya kedalam bahasa
Arab. Kegiatan kaum muslimin bukan hanya menerjemahkan, bahkan
mulai memberikan penjelasan-penjelasan pada naskah-naskah atau buku-
buku yang mereka terjemahkan.
diri, adalah :
1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyyah sementara
komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan
itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana
pemerintahan sangat rendah.
2. Profesionalisasi angkatan bersenjata membuat ketergantungan
khalifah kepada mereka sangat tinggi.
3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk
tentara bayaran sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun,
khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
4. Posisi-posisi penting negara dipercayakan kepada ahli bidah,
khususnya jabatan wazr (perdana menteri) dan penasihat yang
diserahkan kepada Syiah.
5. Penyakit wahan (cinta dunia dan takut mati) yang menguasai para
penguasa dan jajarannya.
L. Kemerosotan Ekonomi
Khilafah Abbsiyah juga mengalami kemunduran di bidang
ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode
pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya.
Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal
penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain
dari al-kharaj, semacam pajak hasil bumi.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara
menurun sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya
pendapatan negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah
kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian
rakyat. Diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil
yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan
pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para
khalifah dan pejabat semakin mewah. jenis pengeluaran makin beragam
dan para pejabat melakukan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil
menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi
ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik dinasti Abbsiyah
kedua, faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.
108
Q. Di Bidang Kebudayaan
Pada masa Bani Abbassiyah berkembang corak kebudayaan, yang
berasal dari beberapa bangsa. Apa yang terjadi dalam unsur bangsa, terjadi
pula dalam unsur kebudayaan. Dalam masa sekarang ini berkembang
empat unsur kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan akal/rasio
yaitu Kebudayaan Persia, Kebudayaan Yunani, Kebudayaan Hindia dan
Kebudayaan Arab dan berkembangnya ilmu pengetahuan.
S. Di Bidang Ekonomi
Ekonomi berpusat pada perdagangan dunia (Basrah, Iraq) dan (Siraf,
Pesisir Laut Persia). Kemudian bergeser ke Kairo. Dan Baghdad sebagai
jantung pemerintahan juga menjadi penopang kegiatan perdagangan.
a. Pertanian, sistem irigasi modern dgn memanfaatkan Sungai Eufrat
dan Tigris, Khalifah membela dan menghormati kaum tani, bahkan
meringankan pajak hasil bumi mereka, dan ada beberapa yang
dihapuskan sama sekali.\
b. Perindustrian, Khalifah menganjurkan untuk beramai-ramai
membangun berbagai industri, sehingga terkenallah beberapa kota
dan industri-industrinya yang salah satunya industri kertas.
c. Perdagangan, Segala usaha ditempuh untuk memajukan perdagangan
seperti:
Membangun sumur dan tempat-tempat istirahat di jalan-jalan
yang dilewati kafilah dagang.
Membangun armada-armada dagang.
Membangun armada untuk melindungi partai-partai negara dari
114
itu juga melahirkan Ilmu Tafsir al-Quran dan pemisahnya dari Ilmu
Hadits. Sebelumnya, belum terdapat penafsiran seluruh al-Quran,
yang ada hanyalah Tafsir bagi sebagian ayat dari berbagai surah, yang
dibuat untuk tujuan tertentu (Syalaby, 1997).
Pada masa ini ilmu fikih juga berkembang pesat, terbukti pada masa
ini muncul 4 madzhab fiqih, yaitu Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali
(N Abbas Wahid dan Suratno, 2009).
T. Penutup
Baitul Hikmah adalah perpustakaan dan pusat penerjemahan pada
masa dinasti Abbasiah yang terletak di Bagdad. Pada mulanya Harun
ar Rasyid mendirikan Khizanat Al Hikmah yang berfungsi sebagai
perpustakaan, tempat penerjemahan dan penelitian. Kemudian pada tahun
815 M Al Mamun mengubahnya menjadi Baitul Hikmah yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang berasal dari persia,
Bizantium, Eithopia dan India. Pada masa Al Mamun Baitul Hikmah
mengalami kemajuan yang luar biasa. Karena pada saat itu Baitul Hikmah
menjadi pusat kajian yang memunculkan banyak ilmuwan, baik ilmuwan
agama maupun ilmu umum. Maka di sinilah Baitul Hikmah mempunyai
peranan yang cukup besar dalam memajukan peradaban Islam, bahkan
pada masa itu Islam mengalami masa keemasanya The golden age of
Islam.
116
DAFTAR PUSTAKA