Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 23

IBLAM LAW REVIEW

Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180


(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

MENELUSURI KEDUDUKAN PANCASILA


SEBAGAI SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM
(Discovering the Position of Pancasila as the Basic Norm in
Indonesia)

Hendra Wahanu Prabandani


Sekolah Tinggi Ilmu Hukum IBLAM
Kementerian PPN/Bappenas
hendrawahanu@iblam.ac.id

Submission : 17 Januari 2022


Accepted : 25 Januari 2022
Publish : 31 Januari 2022

Abstract
The Constitution of Republic Indonesia is absent to describe Pancasila as the
rule that forms an underlying basis for a legal system in Indonesia. It might
become a problem when the majority number of statesmen is difficult to find a
legal reference regarding Pancasila as the basic norm in Indonesia. This article
aims to discover the position of Pancasila as the basic norm in statutory system
in Indonesian, and how Pancasila is implemented in the construction of
Indonesia legal system. Pancasila as the basic norm is reflected in the
preambule of 1945 Constitution and in article 1 (3) of 1945 Constitution. Prior
to the amendment of 1945 Constitution, explaination regarding Pancasila as a
basic norm was stipulated in MPRS Decree XX/MPRS/1966 regarding Source
of the Law Governance Republic Indonesia and Hieararchy of Law and
Regulatin in Indonesia, also MPR Decree II/MPR-RI/1978 regarding Guidline
of Implementation Pancasila or Eka Prasetya Pancakarsa. Furthermore, after
the amendement of 1945 Constitution, Pancasila as the basic norm might be
found in Law Number 12 Year 2011 regarding Establishment of Legislation and
Presidential Regulation Number 87 Year 2014 regarding Implementation
Regulation of Law Number 12 Year 2011 regarding Establishment of
Legislation. The concept of Pancasila as the basic norm is implemented as
micro aspect which is in the principle of statutory making, and macro aspec as
the foundation of rule of law as well as legal development in Indonesia.

Keywords: Pancasila, Basic Norm, Constitution.

Abstrak
Dalam konstitusi Indonesia yang saat ini berlaku, tidak ditemukan istilah
Pancasila dalam pembukaan ataupun di dalam batang tubuh UUD Negara RI
Tahun 1945. Persoalan sumber rujukan bahwa Pancasila sebagai dasar negara dan
sumber dari segala sumber hukum Negara seringkali menjadi pertanyaan bagi
para penyelenggara Negara pada saat harus mencari dokumen apakah yang dapat
digunakan sebagai referensi tentang Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimanakah pengaturan

158
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara dalam
berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia dan bagaimanakah
implementasi Pancasila sebagai sebagai sumber dari segala sumber hukum negara
dalam bangunan negara hukum di Indonesia. Pancasila yang merupakan sumber
dari segala sumber hukum tercermin kontinuitasnya antara Pembukaan UUD
Negara RI Tahun 1945 dengan ketentuan Pasal 1 ayat (3). Sebelum perubahan
UUD Negara RI Tahun 1945 rumusan Pancasila sebagai dasar dari segala sumber
hukum negara dapat ditemukan dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966
tentang tentang Memorandum DPR-GR Mengenai Sumber Tertib Hukum
Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia
dan TAP II/MPR-RI/1978 Tentang Pedoman Penghayatan Dan Pengamalan
Pancasila atau sering disebut Eka Prasetya Pancakarsa. Sedangkan setelah
perubahan UUD Negara RI Tahun 1945 istilah Pancasila sebagai dasar hukum
ditemukan dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan dan Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Konsep Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum saat ini diimplementasikan dari aspek
mikro yaitu dalam asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan,
sedangkan dari aspek makro sebagai landasan negara hukum dan pembangunan
sistem hukum nasional.

Kata Kunci: Pancasila, Sumber Hukum, Konstitusi

A. Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang becorak multi etnik, agama, ras, dan multi
golongan. Sesanti Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan
kemajemukan budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Wilayah negara yang membentang luas dari Sabang sampai Merauke
selain memiliki sumber daya alam (natural recsources) juga mempunyai sumber
daya budaya (cultural resources) yang beraneka ragam coraknya. 1 Kemajemukan
Indonesia juga bertambah dengan diakuinya 6 (enam) agama resmi serta berbagai
aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagai sebuah negara bangsa yang sangat majemuk, Indonesia haruslah
memiliki perekat yang dapat mempersatukan seluruh keberagaman yang secara

1
I Nyoman Nurjaya, Reorientasi Paradigma Pembangunan Hukum Negara dalam
Masyarakat Multikultural: Perspektif Hukum Progresif, Makalah disampaikan dalam Seminar
Hukum Progresif I, Kerjasama Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Program Doktor Ilmu
Hukum dan Universitas Trisakti Jakarta, Semarang, 15 Desember 2007, 13.

159
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

nyata telah ada dan hidup dalam masyarakat. Perekat tersebut adalah konsep
filosofis yang dikenal sebagai Pancasila.
Pancasila adalah common platform dan common denominator bagi bangsa
Indonesia. Din Syamsudin yang meminjam istilah Al-Qur’an menyampaikan
bahwa Pancasila dapat dipandang sebagai kalimatun sawa’ atau “kata tunggal
pemersatu” bangsa Indonesia yang majemuk. Dalam hal ini Pancasila lebih dari
sekedar “pernyataan politik” (political statement), tapi juga “pernyataan
ideologis” (ideological statement). Sebagai pernyataan politik Pancasila memang
mempersatukan berbagai kepentingan dan aliran politik yang ada. 2
Seiring dengan euporia reformasi yang telah bergaung dalam beberapa
dekade terakhir, beberapa pihak berusaha memertanyakan kembali kedudukan
Pancasila sebagai fondasi berpijak bangsa ini. Dengan berbagai upaya, berbagai
pihak secara nyata mencoba menggoyah Pancasila hanya demi kepentingan
golongan mereka.
Adalah suatu ironi jika bangsa Indonesia mengabaikan Pancasila, sementara
di luar negeri banyak tokoh memuji Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai
sebuah model alternatif bagi dunia yang multikultural. Paus Benediktus XVI di
Spanyol dalam sambutan resminya pada pembukaan konferensi Community of
Sant’ Egidio di Barcelona 2010 bahkan menyebut kedua pilar bangsa Indonesia
itu sebagai ideologi relevan untuk masyarakat global dewasa ini. 3 Pengakuan dari
masyarakat internasional tersebut semakin menguatkan kesadaran kita bahwa
Pancasila merupakan fondasi yang tepat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Setelah menyepakati Pancasila sebagai basis fundamental kehidupan
berbangsa, para pendiri negara (the founding fathers) Indonesia kemudian juga
memikirkan konsep negara hukum untuk menjaga agar negara baru Indonesia
2
Din Syamsudin, Pidato Kebangsaan Negara Pancasila: Baituna Jannatuna, dalam
Historisitas dan Spiritualitas Pancasila, disampaikan dalam Refleksi Peringatan 67 Tahun Hari
Lahir Pancasila, Fraksi PDIP MPR RI, 88.
3
Ibid., 92.

160
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

berdaulat berdasarkan konstitusi bukan berdasarkan kekuasaan orang per orang.


Ketentuan tersebut kemudian dirumuskan dengan tegas dalam UUD 1945,
Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950. Negara hukum Indonesia tersebut yang
kemudian berdiri di atas fondasi falsafah hidup bangsa yaitu Pancasila.
Namun demikian, sebagaimana dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) yang saat ini berlaku,
istilah atau nama “Pancasila” tidak terdapat di dalam pembukaan ataupun di
dalam bagian dari konstitusi. Mengenai hal ini, Presiden RI ke-5, bahkan pernah
menyatakan bahwa persoalan sumber rujukan bahwa Pancasila sebagai dasar
negara dan sumber dari segala sumber hukum negara seringkali menjadi
pertanyaan yang sederhana namun sangat menohok. Pertanyaan yang menohok
tersebut adalah, ketika para penyelenggara negara dan pembuat undang-undang
harus mencari dasar rujukan tentang dokumen apakah yang bisa digunakan oleh
mereka sebagai referensi tentang Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum.4 Hal ini juga sering dipertanyakan oleh mahasiswa dalam perkuliahan-
perkuliahan Hukum Tata Negara maupun Ilmu Perundang-Undangan.
Pancasila seakan-akan menjadi konsep yang setiap hari diperbincangkan,
namun tidak ditemukan penamaan secara tertulisnya dalam konstitusi Indonesia.
Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis bermaksud untuk menelusuri konsep
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum sekaligus merumuskan
usaha implementasinya dalam bangunan negara hukum Indonesia.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang akan dijawab dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaturan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum negara dalam berbagai peraturan perundang-
undangan di Indonesia?

4
Megawati Soekarnoputri, Pidato Kebangsaan Memperingati Hari Lahirnya Pancasila 1
Juni 2011 dalam Historisitas dan Spiritualitas Pancasila, disampaikan dalam Refleksi Peringatan
67 Tahun Hari Lahir Pancasila, Fraksi PDIP MPR RI, 60.

161
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

2. Bagaimanakah implementasi Pancasila sebagai sebagai sumber dari segala


sumber hukum negara dalam bangunan negara hukum di Indonesia?
Sedangkan tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah
untuk:
1. Menelusuri konsep tentang kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara dalam berbagai peraturan perundang-undangan di
Indonesia.
2. Menjelaskan implementasi Pansila sebagai sumber dari segala sumber
hukum negara dalam bangunan negara hukum di Indonesia.

B. Metode Penulisan
Jenis data yang dipakai dalam tulisan ini adalah data sekunder. Data
sekunder tersebut bersumber dari peraturan perundang-undangan, hasil penelitian
terdahulu, buku-buku literatur, majalah, koran, jurnal, dan lain-lain yang berkaitan
dengan permasalahan dihadapi. Sedangkan pengumpulan data dalam tulisan ini
antara lain dilakukan dengan metode studi pustaka dan penelusuran data melalui
internet.
Analisis data dilakukan secara induktif, semua data yang diperoleh
ditafsirkan dengan mendasarkan pada teori-teori yang ada. Analisisnya
menggunakan model analisis interaktif (interactive model of analisys). Model ini
meliputi 4 (empat) tahap yaitu tahap pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap
penyajian data dan tahap verifikasi data atau penarikan kesimpulan.5
Selain hal tersebut, dalam tulisan ini juga digunakan teknik penafsiran
hukum historis, yaitu menafsirkan atau mencari penjelasan suatu Pasal dalam
perundang-undangan dengan menelusuri maksud dari pembuat peraturan pada
saat peraturan tersebut dibuat. Untuk melaksanakan analisa tersebut maka
penulis akan menelusuri hasil-hasil pembahasan peraturan perundang-undangan
yang akan dianalisis.

5
Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Penerjemah:
Tjetjep R. Rohidi, (Jakarta: UI Press, 1992), 19.

162
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan


C.1. Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum
C.1.a. Pancasila Sebagai Cita Hukum
Apabila ditelusuri secara lebih mendalam, memang istilah “Pancasila” tidak
pernah ditemui dalam UUD NRI Tahun 1945. Istilah Pancasila pertama kali
ditemukan dalam pidato, Bung Karno pada saat sidang BPUPKI. Namun harus
dipahami bahwa naskah pidato tersebut merupakan dokumen historis dan
bukanlah dokumen yuridis. Sebelum dilakukannya peninjauan kembali terhadap
seluruh Ketetapan MPR, kedudukan Pancasila sebenarnya dapat ditemukan dalam
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR-GR Mengenai
Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan
Perundangan Republik Indonesia yang saat telah dicabut.
Meskipun sebutan Pancasila tidak terdapat di dalam Pembukaan UUD NRI
Tahun 1945, menurut Pranarka konsepnya tetap ada dan sesuai asas communis
opinio doctorum bahwa dasar negara dan ideologi nasional adalah Pancasila.
Rumusan Pancasila yang dimuat dalam pembukaan konstitusi UUD NRI
Tahun 1945 telah menempatkannya dalam kedudukan yang tersendiri dalam
struktur kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep konstitusi sendiri telah
disepakati sebagai “the system of fundamental principles according to which a
nation, state, corporation, is govern, the document is embodying these
principles”. Secara umum dinyatakan bahwa konstitusi merupakan sistem yang
berisi prinsip-prinsip mendasar yang mengatur suatu bangsa dan negara, dokumen
yang berisi prinsi-prinsip dasar.6
Hal tersebutlah yang menyebabkan adanya konvensi oleh para
penyelenggara negara, bahwa meskipun seluruh Pasal dalam UUD NRI Tahun
1945 tidak tabu untuk diubah, namun pembukaan UUD NRI Tahun 1945 “haram
hukumnya” untuk diubah. Selain karena Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
6
Mochamad Isnaeni Ramdhan, “Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia sebagai
Pengawal Pancasila dalam Sistem Hukum Nasional”, Jurnal Legislasi Vol. 6, No. 3, (2009): 527.

163
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

merupakan piagam pembentukan negara, di dalamnya juga terkandung muatan


falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
Dalam sejarah ketetanegaraan Indonesia sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya, UUD NRI Tahun 1945 merupakan konstitusi yang pertama yang
ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Pada perkembangan
selanjutnya Indonesia telah melakukan empat kali perubahan UUD NRI Tahun
1945 yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Namun demikian, satu hal
yang permanen dalam keempat konstitusi tersebut nilai-nilai Pancasila tetap
diterapkan sebagai bagian dalam Pembukaan, sehingga dapat dipahami bahwa
nilai-nilai tersebut merupakan kesepakatan nasional bangsa Indonesia dalam
menata kehidupan ketatanegaraanya.
Sampai saat ini beberapa peraturan perundang-undangan secara tegas
menyatakan bahwa Pancasila masih diakui sebagai sumber pembentuk hukum
positif di Indonesia, sehingga konkritisasi nilai-nilai Pancasila harus tercermin
dalam substansi peraturan perundang-undangan.
Kedudukanya sebagai dasar falsafah berbangsa, kemudian juga
menempatkan Pancasila sebagai cita hukum (rechtsidee) yang menjiwai isi UUD
NRI Tahun 1945 dan seluruh peraturan perundang-undangan di Indonesia.7
B.1.b. Pengaturan Pancasila dalam Peraturan Perundang-Undangan
1) Pancasila dalam UUD NRI Tahun 1945
Presiden RI Ke-5 Megawati Soekarnoputri menyampaikan bahwa persoalan
sumber rujukan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum
negara seringkali menjadi pertanyaan yang sederhana namun sangat menohok.
Pertanyaan yang menohok tersebut adalah, ketika para penyelenggara negara dan
pembuat Undang-Undang harus mencari dasar rujukan tentang dokumen apakah

7
Ibid.

164
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

yang bisa digunakan oleh mereka sebagai referensi tentang Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum.8
Jawaban pertanyaan tersebut dapat ditemukan dalam pidato Mr. Notonegoro
pada saat pemberian gelar Doktor Honoris Causa kepada Bung Karno, tanggal 19
September 1951 di Universitas Gadjah Mada. Beliau mengatakan bahwa
pengakuan terhadap Bung Karno sebagai penemu Pancasila dan 1 Juni 1945
sebagai Hari Lahirnya Pancasila bukan terletak pada urutan-urutan sila Pancasila,
yang berbeda dengan sila Pancasila sebagaimana terdapat dalam alinea ke empat
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Pengakuan yang diberikan terletak pada asas
dan pengertiannya, yang tetap sebagai dasar filsafat negara RI. Bukan pada bentuk
formilnya, akan tetapi sifat materiilnya yang dimaksudkannya. 9 Maksudnya
adalah bentuk Pancasila yang saat ini kita kenal mungkin rumusannya berbeda
dengan yang disampaikan oleh Soekarno dalam sidang BPUPKI, namun demikian
secara epistemologi isi/materinya adalah sama.
Menurut M. Isnaeni Ramdhan pengaturan materi UUD NRI Tahun 1945,
juga harus mengacu secara konsisten terhadap nilai-nilai Pancasila yang
termaktub pada alinea keempat pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Konsistensi
penerapan nilai-nilai Pancasila tersebut dalam batang tubuh konstitusi merupakan
tuntutan konsistensi penerapan norma secara sistemik, sehingga terdapat relasi
fungsional antara nilai-nilai Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD NRI Tahun
1945.10
Untuk menjaga posisi Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara dan
merupakan sumber hukum tertinggi, maka segala bentuk hukum dan perundang-
undangan yang ada di Indonesia baik UUD NRI Tahun 1945 ataupun Undang-
Undang lainnya haruslah merujuk pada Pancasila. Segala bentuk hukum yang
tidak sejalan dengan Pancasila apalagi bertentangan, maka harus dinyatakan batal

8
Megawati Soekarnoputri, Pidato Kebangsaan, op. cit., 60.
9
Ibid., 56.
10
Mochamad Isnaeni Ramdhan, “Hakim Mahkamah”, op. cit., 529.

165
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

demi hukum karena berlawanan dengan norma dasar kita bernegara. Saat ini
banyak hukum dan Undang-Undang yang bertentangan dengan Pancasila karena
itu harus segera direviu karena jelas-jelas telah merugikan bangsa ini, merusak
negara, dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Padahal jelas tujuan Pancasila
adalah untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.11
Ke depan segala peraturan dan perundang-undangan harus diuji dan diayak
kembali dengan nilai-nilai Pancasila. Pembuatan undang-undang dan peraturan
peraturan harus lulus sensor Pancasila.12
2) Sebelum Perubahan UUD Negara RI Tahun 1945
a) Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS1966 adalah tentang Memorandum DPR-
GR Mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan
Peraturan Perundangan Republik Indonesia. Memang setelah UUD 1945 hasil
perubahan ditetapkan, Penjelasan dan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966
sudah tidak berlaku, baik karena dicabut pada tahun 2000 dengan Ketetapan No.
III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
Undangan maupun karena konsekuensi bahwa menurut UUD 1945 hasil
perubahan, ketetapan MPR bukan lagi merupakan peraturan perundang-undangan.
Namun demikian, untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai
konsep Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, maka aspek
kesejarahan dari Tap. XX/MPRS/1966 masih relevan untuk ditelusuri.
Dalam dasar menimbang ketetapan tersebut dinyatakan bahwa untuk
terwujudnya kepastian dan keserasian hukum, serta kesatuan tafsiran dan
pengertian mengenai Pancasila dan pelaksanaan UUD 1945 perlu adanya
perincian dan penegasan mengenai sumber tertib hukum dan tata urutan peraturan
perundangan Republik Indonesia.
11
Said Aqil Siroj, Menegakkan Kembali Pancasila, dalam Historisitas dan Spiritualitas
Pancasila, disampaikan dalam Refleksi Peringatan 67 Tahun Hari Lahir Pancasila, Fraksi PDIP
MPR RI, 84-85.
12
Din Syamsudin, Pidato Kebangsaan, op. cit., 107.

166
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

Penjelasan mengenai kedudukan Pancasila dinyatakan bahwa sumber dari


tertib hukum sesuatu negara atau yang biasa sebagai "sumber dari segala sumber
hukum" adalah pandangan hidup, kesadaran, dan cita-cita hukum serta cita-
cita moral yang meliputi suasana kejiwaan dan watak dari rakyat negara yang
bersangkutan.
Sumber dari tertib hukum Republik Indonesia adalah pandangan hidup,
kesadaran, dan cita-cita hukum serta cita-cita mengenai kemerdekaan individu,
kemerdekaan bangsa, peri-kemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional,
dan mondial, cita-cita politik mengenai sifat bentuk dan tujuan negara, cita-cita
moral mengenai kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan sebagai
pengejawantahan daripada budi nurani manusia.
Pandangan hidup, kesadaran, dan cita-cita hukum serta cita-cita moral luhur
yang meliputi suasana kejiwaan serta watak dari bangsa Indonesia itu pada 18
Agustus 1945 telah dimurnikan dan dipadatkan oleh panitia persiapan
kemerdekaan atas nama rakyat Indonesia, menjadi dasar negara Republik
Indonesia, yakni Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
b) Ketetapan MPR No. II/MPR-RI/1978
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
TAP II/MPR-RI/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
atau sering disebut Eka Prasetya Pancakarsa. Dinyatakan dalam isinya bahwa
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ini bukan merupakan tafsir
Pancasila sebagai dasar negara dan juga tidak dimaksud menafsirkan Pancasila
dasar negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945, Batang Tubuh, dan Penjelasannya.

167
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ini merupakan penuntun


dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi setiap
warganegara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah dan
dilaksanakan secara bulat dan utuh.
Sesungguhnya sejarah telah mengungkapkan, bahwa Pancasila adalah jiwa
seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia
serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di
dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
3) Setelah Perubahan UUD Negara RI Tahun 1945
a) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan
Setelah UUD 1945 hasil perubahan ditetapkan, Penjelasan dan Ketetapan
MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPRGR Mengenai Sumber
Tertib Hukum RI dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan RI sudah tidak
berlaku, baik karena dicabut pada tahun 2000 dengan Ketetapan No.
III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
Undangan maupun karena konsekuensi bahwa menurut UUD 1945 hasil
perubahan, ketetapan MPR bukan lagi merupakan peraturan perundang-undangan.
Atas konsekuensi penegasan sebagai negara hukum, UUD NRI Tahun 1945
hasil perubahan selain mencantumkan Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa
Indonesia adalah negara hukum, selanjutnya juga menempatkan Pasal 22A yang
menyatakan bahwa ketentuan tentang tata cara pembentukan undang-undang
diatur dengan undang-undang.
Sebagai pelaksanaan dari Pasal 22A tersebut pada tahun 2004 ditetapkanlah
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (UU 10/2004). Dalam undang-undang tersebut pertama

168
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

kalinya dinyatakan dengan tegas dalam dokumen yuridis bahwa Pancasila


merupakan sumber dari segala sumber hukum.13
Penjelasan Pasal 2 UU 10/2004 menegaskan bahwa penempatan Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan
Pembukaan Undang-Undang NRI Tahun 1945 yang menempatkan Pancasila
sebagai dasar dan ideologi negara sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara
sehingga setiap muatan materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Setelah berjalan selama lebih dari 7 tahun, UU 10/2004 dirasakan banyak
kekurangan dalam muatan materinya dan dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman. Oleh karena itu, langkah-langkah perbaikan dalam proses
pembentukan peraturan perundang-undangan terus dilakukan termasuk melakukan
revisi terhadap UU 10/2004.
Saat ini UU 10/2004 telah digantikan dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (UU 12/2011).
Dalam konsiderans UU 12/2011 dinyatakan bahwa sebagai negara hukum, negara
berkewajiban melaksanakan pembangunan hukum nasional yang dilakukan secara
terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam sistem hukum nasional yang
menjamin perlindungan hak dan kewajiban segenap rakyat Indonesia berdasarkan
UUD NRI Tahun 1945.
Konseideran tersebut kembali menegaskan bahwa Indonesia merupakan
negara hukum yang dalam implementasinya negara harus melaksanakan
pembangunan hukum berdasarkan konstitusi. Kedudukan Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum juga masih tetap tercantum dalam Pasal 12 UU
12/2011. Sebagaimana dinyatakan pada Pasal 2 UU 12/2011 bahwa Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum.

13
Pasal 2, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.

169
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara


adalah sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang NRI Tahun 1945 alinea
keempat yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Menempatkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara serta sekaligus
dasar filosofis negara termasuk dalam konteks pembentukan peraturan perundang-
undangan berarti bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundang-undangan
tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.14
Selanjutnya dalam Pasal 3 ayat (1) UU 12/2011 juga menegaskan bahwa
Pancasila merupakan hukum dasar dalam sistem perundang-undangan di
Indonesia. Pasal 3 ayat (1) UU 12/2011 menyatakan bahwa: “Yang dimaksud
dengan “hukum dasar” adalah norma dasar bagi Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang merupakan sumber hukum bagi Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang Dasar Negara RI
Tahun 1945”.
b) Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Perpres 87 Tahun 2014) merupakan peraturan teknis
pelaksanaan tata cara pembentukan peraturan perundang undangan yang berlaku
di Indonesia saat ini. Perpres No. 87 tahun 2014 menjabarkan secara rinci setiap
tahapan pembentukan peraturan perundang-undangan mulai perencanaan,
penyusunan, pembahasan, penetapan, pengundangan dan penyebarluasan sertiap
jenis peraturan perundnag-undangan di Indonesia.
Pasal 51 Perpres No. 87 Tahun 2014 mengatur bahwa konsepsi dan materi
pengaturan rancangan undang-undang yang disusun harus selaras dengan falsafah

14
Din Syamsudin, Pidato Kebangsaan, op. cit., 90-91.

170
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

negara Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, undang-undang


lain dan kebijakan yang terkait dengan materi yang akan diatur dalam rancangan
undang-undang tersebut.
Menurut Hans Nawiasky, dalam suatu negara yang merupakan kesatuan
tatanan hukum, terdapat suatu kaidah tertinggi yang kedudukannya lebih tinggi
dari undang-undang dasar. Berdasarkan kaidah tertinggi inilah undang-undang
dasar dibentuk. Kaidah tertinggi dalam kesatuan tatanan hukum dalam negara itu
yang disebut dengan staatsfundamentalnorm yang di Indonesia berupa Pancasila.
Hakikat hukum suatu staatsfundamentalnorm ialah syarat bagi berlakunya suatu
undang-undang dasar karena lahir terlebih dahulu dan merupakan akar langsung
pada kehendak sejarah suatu bangsa serta keputussan bersama yang diambil oleh
bangsa.15
C.2. Implementasi Pancasila Sebagai Sumber Dari Segala Sumber
Hukum
C.2.a. Implementasi dalam Asas-Asas Penyusunan Peraturan
Perundang-Undangan
Salah satu implementasi dari konsep Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum adalah sebagaimana dijabarkan dalam UU 12/2011. UU 12/2011
yang merupakan pedoman formal dan material dalam penyusunan peraturan
perundang-undangan telah menjabarkan nilai-nilai Pancasila dalam asas yang
harus dipenuhi dalam setiap proses penyusunan peraturan perundang-undangan.
Pasal 6 ayat (1) UU 12/2011 menyatakan bahwa materi muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan asas: 1) Pengayoman; 2)
Kemanusiaan; 3) Kebangsaan; 4) Kekeluargaan; 5) Kenusantaraan; 6) Bhineka
tunggal ika; 7) Keadilan; 8) Kesamaan kedudukan dalam hukum dan

15
Sekretariat Jendereal MPR RI, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia, (Jakarta: MPR RI, 2020), 94.

171
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

pemerintahan; 9) Ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau; 10) Keseimbangan,


keserasian, dan keselarasan.
a. Pengayoman, setiap meteri muatan peraturan perundang-undangan harus
berfungsi memberikan perlindungan untuk menciptakan ketenteraman
masyarakat.
b. Kemanusiaan, setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta
harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara
proporsional
c. Kebangsaan, setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk dengan
tetap menjaga prinsip NKRI. Hukum nasional harus memenuhi syarat-syarat
kenasionalan yaitu sesuai dengan arti nation atau yang bersifat nasional
dalam arti politik bukan dalam arti rasial atau etnik atau geologis atau
budaya.16
d. Kekeluargaan, setiap muatan materi peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap
pengambilan keputusan.
e. Kenusantaraan, setiap materi peraturan perundang-undangan senantiasa
memerhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian
dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara RI tahun 1945.
f. Bhineka Tunggal Ika, setiap peraturan perundang-undangan harus
memerhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi

16
Sunaryati Hartono, “Peran State Auxilary Bodies Dalam Rangka Konsolidasi Konstitusi
Menuju Grand Design Sistem dan Politik Hukum Nasional”, Majalah Hukum Nasional BPHN
Departemen Hukum dan HAM, Jakarta, 34-38.

172
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

khusus daerah serta budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan


bernegara.
g. Keadilan, setiap muatan materi peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara.
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, setiap materi
muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh memuat hal yang
bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain agama, suku,
ras, golongan, gender, atau status sosial.
i. Ketertiban dan kepastian hukum, setiap materi muatan peraturan perundang-
undangan harus dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui
jaminan kepastian hukum.
j. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, setiap materi muatan harus
mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara
kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan negara.

C.2.b. Implementasi Pancasila dalam Bangunan Negara Hukum


Indonesia
1) Implementasi Sila Ketiga Pancasila sebagai Landasan Negara
Hukum Indonesia
Sila Persatuan Indonesia (Kebangsaan Indonesia) dalam Pancasila pada
prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia merupakan negara kebangsaan.
Bangsa yang memiliki kehendak untuk bersatu, memiliki persatuan perangai
karena persatuan nasib, bangsa yang terikat pada tanah airnya. Bangsa yang akan
tetap terjaga dari kemungkinan mempunyai sifat chauvinistis.
Persatuan berasal dari kata satu, yang berarti utuh tidak terpecah-pecah.
Persatuan juga menyiratkan arti adanya keragaman, dalam pengertian bersatunya
bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Persatuan

173
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

Indonesia dalam sila Ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik,
ekonomi sosal budaya, dan keamanan.17
Persatuan Indonesia dalam Sila Ketiga ini mencakup persatuan dalam arti
ideologis, politik, ekonomi social budaya dan keamanan. Persatuan Indonesia
ialah persatuan kebangsaan Indonesia yang dibentuk atas bersatunya beragam
latar belakang sosial, budaya, politik, agama, suku, bangsa, dan ideologi yang
mendiami wilayah Indonesia bersepakat menyatakan sebagai satu bangsa, satu
tanah air, dan satu bahasa yang didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan
yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.18
Dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Sila Ketiga ini, dan kemudian
diejawantahkan dalam pasal-pasal di UUD NRI Tahun 1945, untuk itu, semua
peraturan perundang-undangan harus menjamin integrasi atau keutuhan ideologi
dan teritori negara dan bangsa Indonesia sesuai dengan tujuan melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dapat dilihat dari ketentuan tentang
pilihan bentuk negara kesatuan yang tidak dapat diubah dengan prosedur
konstitusional. Penjabaran sila ketiga dalam Undang-undanga Negara RI Tahun
1945 antara lain terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) yang menegaskan bahwa Negara
Indonesia adalah negara hukum.19
Pasal 1 ayat (2) UUD NRI Tahun1945 menegaskan demokrasi Indonesia
menganut 2 (dua) prinsip sekaligus: demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi
(kedaulatan hukum). Pasal 1 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 menetapkan bahwa
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar. Sementara itu, ayat (3) menetapkan negara Indonesia adalah negara
hukum.
Dalam rumusan Pasal 1 ayat (2) dan ayat (3) tersebut, arti negara hukum
tidak terpisahkan dari pilar negara hukum itu sendiri, yaitu paham kedaulatan
17
Sekreatriat Jenderal MPR RI, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,
(Jakarta: MPR RI, 2012), 62-66.
18
Ibid., 64.
19
Ibid., 64-65.

174
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

hukum. Paham kedaulatan hukum adalah ajaran yang menyatakan bahwa


kekuasaan tertinggi terletak pada hukum atau tiada kekuasaan lain apa pun,
terkecuali kekuasaan hukum. UUD NRI Tahun 1945 menegaskan bahwa
demokrasi merupakan manifestasi kedaulatan rakyat berupa penyerahan kepada
rakyat untuk mengambil keputusan-keputusan politik dalam kehidupan bernegara,
sedangkan nomokrasi merupakan penyerahan kepada hukum untuk
menyelesaikan berbagai pencederaan terhadap demokrasi dan hak-hak rakyat.20
2) Pancasila dalam Pembangunan Sistem Hukum Nasional
Pada saat berlakunya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) pada tahun
1978 dan 1983, pembangunan hukum masih dikonsepsikan sebagai penciptaan
dan kepastian hukum. Program pembangunan hukum saat itu terfokus pada upaya
normatif melalui pelaksanaan kodifikasi dan unifikasi hukum, menertibkan fungsi
lembaga-lembaga hukum dan meningkatkan kemampuan dan kewibawaan
penegak hukum.21
Selanjutnya, pada GBHN 1988, arah pembangunan hukum sedikit
berkembang yaitu dengan menambahkan pembangunan materi hukum, aparatur
penegak hukum, serta sarana dan prasarana hukum. GBHN tahun 1999
memperluas rencana pembangunan hukum dengan memasukkan pembangunan
budaya hukum dan hak asasi manusia.22
Pasca reformasi, pemerintah menyusun Program Pembangunan Nasional
(PROPENAS), yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000
tentang Program Pembanguna Nasional 1999-2004. Sub Program pembangunan
hukum terbagi menjadi 9 (sembilan) program: perencanaan hukum, pembinaan
dan pengembangan hukum dan HAM, pembentukan hukum, peningkatan
kesadaran hukum dan HAM, pelayanan dan bantuan hukum, penegakan hukum

20
Ibid., 72-73.
21
Komisi Hukum Nasional, Implikasi Amandemen Konstitusi Terhadap Perencanaan
Pembangunan Hukum dalam Kebijakan Reformasi Hukum: Suatu Rekomendasi (Jilid II), 3.
22
Ibid., 4.

175
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

dan HAM, pembinaan peradilan, pembinaan aparatur dan profesi hukum,


pembinaan saran dan prasarana hukum.23
Pandangan normatif mengenai hukum yang tercermin dalam GBHN
menghendaki penyusunan sistem hukum nasional yang bersumber pada Pancasila
dan UUD 1945. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa usaha untuk mewujudkan
Pancasila dalam perangkat dan tatanan hukum nasional secara konkrit dan
operasional bukanlah pekerjaan yang mudah.24
Sunaryati Hartono menyampaikan bahwa dalam perkembangannya saat ini
hukum tidak dapat dianggap sekedar dianggap sebagai “kumpulan kaedah” yang
diadakan oleh lembaga legislatif dan eksekutif, akan tetapi di dalam
perkembangannya telah merupakan suatu sistem yang paling sedikit terdiri dari 10
(sepuluh) unsur, yang saling berkaitan dan pengaruh memengaruhi suatu sama
lain, sehingga manakala satu unsurnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya,
maka seluruh sistem hukum itu tidak berfungsi.25 Dengan kata lain, bahwa apabila
salah satu unsurnya sengaja diubah atau tidak sengaja berubah, maka semua
unsur-unsurnya yang lain juga harus diubah, agar seluruh sistem hukum itu dapat
berfungsi kembali, atau bahkan berfungsi lebih baik dari semula.
Hukum sebagai suatu sistem, paling tidak terdiri dari 10 (sepuluh) unsur
atau elemen yang berbeda, yaitu:
1. Nilai-nilai tentang kehidupan bernegara (RI) dan bermasyarakat (Indonesia);
2. Filsafat hukum yang dianut oleh lembaga pembentuk hukum dan masyakat;
3. Norma-norma hukum yang terdiri dari: hukum nasional (undang-undang
dan seterusnya), yurisprudensi; dan hukum kebiasaan;
4. Lembaga-lembaga hukum;
5. Proses dan prosedur di lembaga hukum;
6. Sumber daya manusia;

23
Ibid., 5.
24
Ibid., 11.
25
Sunaryati Hartono, “Peran State”, op. cit., 34-38.

176
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

7. Lembaga-lembaga pendidikan hukum dan sistem pendidikan hukum;


8. Sarana dan prasarana fisik dan non fisik;
9. Lembaga-lembaga pembangunan hukum yang profesional;
10. Anggaran negara untuk pembangunan hukum nasional.
Kesepuluh unsur sistem hukum itu saling pengaruh memengaruhi dan
bersinergi sehingga, jika salah satu unsur saja tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, atau tugas dan fungsi SDM nya tidak memadai atau anggarannya jauh
tidak mencukupi, dan lain-lain maka seluruh sistemnya bisa macet.
Sedangkan manakala salah satu unsurnya berubah, misal peraturan atau
lembaganya atau prosedur, maka semua unsur yang lain dari sistem hukum yang
bersangkutan juga ikut berubah/diubah. Pancasila sebagai fondasi dan falsafah
hidup bangsa secara implementatif harus ditempatkan sebagai dasar pemandu
dalam pembangunan sistem hukum di Indonesia.’

D. Penutup
Meskipun berkedudukan sebagai dasar negara dan sumber dari segala
sumber hukum, istilah Pancasila sampai saat ini tidak dirumuskan dalam
konstitusi UUD NRI Tahun 1945. Pancasila yang merupakan sumber dari segala
sumber hukum tercermin kontinuitasnya antara Pembukaan UUD NRI Tahun
1945 dengan Batang Tubuh terutama Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa
Indonesia adalah negara hukum. Sebelum perubahan UUD Negara RI Tahun 1945
rumusan Pancasila sebagai dasar dari segala sumber hukum negara dapat
ditemukan dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Memorandum
DPR-GR Mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan
Peraturan Perundangan Republik Indonesia dan TAP II/MPR-RI/1978 tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau sering disebut Eka
Prasetya Pancakarsa. Sedangkan setelah perubahan UUD Negara RI Tahun 1945
istilah Pancasila sebagai dasar hukum ditemukan dalam UU No. 12 Tahun 2011

177
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan Peraturan Presiden No.


87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Konsep Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum saat ini
diimplementasikan dalam aspek mikro dan aspek makro. Implementasi dari aspek
mikro adalah diimplementasikan dalam asas-asas pembentukan peraturan
perundang-undangan sedangkan dari aspek makro diimplementasikan sebagai
landasan negara hukum dan pembangunan sistem hukum nasional.
Istilah Pancasila yang tidak terdapat dalam konstitusi kita perlu
mendapatkan perhatian dari para penyelenggara negara. Pancasila merupakan
living document yang terus menerus hidup dalam masyarakat sehingga upaya
untuk selalu menghidupkan dan memasyaratkan Pancasila sebagai dasar negara
dan sumber dari segala sumber hukum harus terus dilaksankan.
Upaya-upaya implementasi Pancasila dalam lingkup negara hukum dan
penerapannya dalam pembangunan sistem hukum nasional perlu lebih
ditingkatkan. Sejak TAP MPR tentang Eka Prasetya Pancakarsa tidak berlaku
lagi, implementasi Pancasila menjadi upaya yang dinamis dan tidak memiliki
panduan yang konkrit. Oleh karena itu para penyelenggara negara harus benar-
benar memahami jiwa dan sejarah Pancasila dalam rangka implemetasinya dalam
kehidupan bermasyarakat.

E. Daftar Pustaka
Hartono, Sunaryati, “Peran State Auxilary Bodies Dalam Rangka Konsolidasi
Konstitusi Menuju Grand Design Sistem dan Politik Hukum Nasional”,
Majalah Hukum Nasional BPHN Departemen Hukum dan HAM, Jakarta.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR-RI/1978 tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor III/MPR/2000 tentang
Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan.

178
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor XX/MPRS/1966


tentang Memorandum DPR-GR Mengenai Sumber Tertib Hukum Republik
Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia.
Komisi Hukum Nasional, Implikasi Amandemen Konstitusi Terhadap
Perencanaan Pembangunan Hukum dalam Kebijakan Reformasi Hukum:
Suatu Rekomendasi (Jilid II).
Miles, Mathew B. dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif,
Penerjemah: Tjetjep R. Rohidi, Jakarta: UI Press, 1992.
Nurjaya, I Nyoman, Reorientasi Paradigma Pembangunan Hukum Negara dalam
Masyarakat Multikultural: Perspektif Hukum Progresif, Makalah
disampaikan dalam Seminar Hukum Progresif I, Kerjasama Fakultas
Hukum Universitas Diponegoro, Program Doktor Ilmu Hukum dan
Universitas Trisakti Jakarta, Semarang, 15 Desember 2007.
Ramdhan, Mochamad Isnaeni, “Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
sebagai Pengawal Pancasila dalam Sistem Hukum Nasional”, Jurnal
Legislasi Vol. 6, No. 3, (2009).
Sekreatriat Jenderal MPR RI, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,
(Jakarta: MPR RI, 2012).
Sekretariat Jendereal MPR RI, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Jakarta: MPR RI, 2020.
Siroj, Said Aqil, Menegakkan Kembali Pancasila, dalam Historisitas dan
Spiritualitas Pancasila, disampaikan dalam Refleksi Peringatan 67 Tahun
Hari Lahir Pancasila, Fraksi PDIP MPR RI.
Soekarnoputri, Megawati, Pidato Kebangsaan Memperingati Hari Lahirnya
Pancasila 1 Juni 2011 dalam Historisitas dan Spiritualitas Pancasila,
disampaikan dalam Refleksi Peringatan 67 Tahun Hari Lahir Pancasila,
Fraksi PDIP MPR RI.
Syamsudin, Din, Pidato Kebangsaan Negara Pancasila: Baituna Jannatuna,
dalam Historisitas dan Spiritualitas Pancasila, disampaikan dalam Refleksi
Peringatan 67 Tahun Hari Lahir Pancasila, Fraksi PDIP MPR RI.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembanguna Nasional
(PROPENAS) 1999-2004.

179
IBLAM LAW REVIEW
Vol 2 No 1 2022, Hal 158-180
(Menelusuri Kedudukan Pancasila sebagai Sumber
dari Segala Sumber Hukum )

Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-


Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan.

180

You might also like