Makna Filosofis Nilai-Nilai Sila Ke-Empat Pancasila Dalam Sistem Demokrasi Di Indonesia
Makna Filosofis Nilai-Nilai Sila Ke-Empat Pancasila Dalam Sistem Demokrasi Di Indonesia
Makna Filosofis Nilai-Nilai Sila Ke-Empat Pancasila Dalam Sistem Demokrasi Di Indonesia
Volume
Volume 1010 Issue
Issue 2, April-June
2, April-June 2016. 2016: pp. 221-412. Copyright
© 2015-2016 FIAT JUSTISIA. Faculty of Law, Lampung
University, Bandarlampung, Lampung, Indonesia.
ISSN: 1978-5186 | e-ISSN: 2477-6238.
Open Access: http://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/fiat
Fiat Justisia is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0
International License, which permits unrestricted use,
distribution, and reproduction in any medium, provided the
original work is properly cited.
Yusdiyanto
Fakultas Hukum, Universitas Lampung
email: yusdiyanto@gmail.com
Abstract
Indonesia is a nation that has a philosophy of Pancasila, therefore, any
values in the principles of Pancasila should be applied in the life of the
nation. As principles number 4th Pancasila mention “Populist-led by the
inner wisdom consultative/representative”. Means, which put forward the
principle of deliberation and consensus through its representatives and
representative agencies in fighting the people's mandate. This view provides
the justification that democracy in this republic run through election
mechanism. The democracy that sovereignty of the people in its
implementation need to be inspired and be integrated in the precepts that
other, accompanied by a sense of responsibility to God Almighty, upholding
human values in accordance dignity and human dignity, ensure and
strengthen the unity of the nation and utilized for the realization of social
justice, Their spirit of Pancasila democracy that led to citizens looking at
each other, respect, accept and cooperation in the form of unity of mutual
interest between the "public" or "state".
Abstrak
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berfalsafah Pancasila, oleh kare-
na itu setiap nilai-nilai dalam sila-sila Pancasila harus diaplikasikan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagaimana sila ke-4 Pancasila
menyebutkan “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
259
Makna Filosofis Nilai-Nilai Sila ke-4 Pancasila dalam Sistem Demokrasi.… Yusdiyanto
A. Pendahuluan
Setiap negara yang menganut paham demokrasi harus menjamin
penyelenggaraan negara berdasarkan atas hukum. Hal inilah yang disebut
dengan negara hukum demokratis (democratische rechtsstaat).
Melalui demokrasi, setiap warga negara diberikan kewajiban
menjalankan hak politik demi menentukan keberlangsungan negara. Karena
melalui demokrasi, rakyat dapat mengkontrol sebuah negara hukum. Untuk
itu negara dengan sistem demokrasi diharuskan melibatkan rakyat dalam
pembuatan dan pengambilan keputusan. Salah satu bentuk keikutsertaan
rakyat tersebut adalah penyelenggaraan pemilu.
Bila suatu negara tidak melaksanakan Pemilu maka negara tersebut
bukan disebut negara demokrasi. Negara yang menganut faham demokrasi
mengharuskan keikutsertaan rakyat dalam pembuatan dan pengambilan
keputusan yaitu partisipasai warga negara dalam pemerintahan.
Demokrasi dapat disebut sebagai mekanisme dalam sistem
pemerintahan negara guna mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga
negara). Adanya demokrasi menyebabkan warga negara saling memandang,
menghormati, menerima dan kerjasama dalam bentuk kesatuan demi
kepentingan bersama yang disebut "masyarakat" atau "negara".
Tegaknya system demokrasi berdasarkan kehendak rakyat yang
menjadi sumber kewenangan negara menjalankan pemerintahan yang
berdaulat. Hal inilah yang dapat diterjemahkan sebagai kedaulatan rakyat
dalam arti tidak hanya kedaulatan memilih presiden atau anggota-anggota
perwakilan rakyat secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas.
Sebagaimana yang disampaian Abraham Lincoln (Presiden AS ke-16),
demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat (Democracy is
260
Fiat Justisia Journal of Law ISSN 1978-5186
Volume 10 Issue 2, April-June 2016.
government of the people, by the people and for the people). Negara
Indonesia, telah meletakkan konstitusi berada di derajat tertinggi dan melalui
konstitusilah sumber pengaturan berbagai aspek ketatanegaraan dan
penyelenggaraan negara, termasuk pelaksanaan kedaulatan rakyat.1
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah memberikan
pandangan filosofis cita-cita negara hukum modern yang demokratis
(democratische rechstaat) yaitu negara demokrasi yang berdasar atas hukum
(constitusional democracy).2 Lihat alinea keempat Pembukaan UUD yaitu:
“Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia terbentuk dalam susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat”. Ini memberikan ketegasan
bahwa demokrasi dianut bersama dengan prinsip negara konstitusional.3
Demokrasi dipilih berlandaskan pada martabat dan kesederajatan manusia.4
Pandangan ini memberikan justifikasi bahwa demokrasi di republik ini
dijalankan melalui mekanisme Pemilu (pemilihan umum). Dan pemilu
sebagai sarana mewujudkan demokrasi dalam sebuah negara.5
Landasan konstitusional terhadap pemilu, dimaksudkan untuk lebih
memberikan kepastian dan landasan hukum, Pemilu sebagai bentuk
pelaksanaan kedaulatan rakyat. Lihat Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945 yang
menyatakan bahwa “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut UUD”.
Hal ini berarti, tidak ada kekuasaan lain yang dapat melebihi
kekuasaan rakyat. Meskipun demikian, nilai-nilai yang melandasi kekuasaan
rakyat adalah: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta Keadilan sosial.
Dengan dilandasinya kedaulatan rakyat oleh sila-sila Pancasila, maka
Demokrasi di Indonesia disebut Demokrasi Pancasila.
Demokrasi Pancasila ditandai oleh tiga prasyarat yaitu: (1) Kompetisi
di dalam memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan; (2) Partisipasi
masyarakat; (3) Adanya jaminan hak-hak sipil dan politik.6 Tiga prasyarat
ini dapat terwujud salah-satunya dengan Pemilu. Karena pemilu dianggap
1 Asshiddiqie, Jimly. (2009). Menuju Negara Hukum yang Demokratis. Jakarta: PT Bhuana
Ilmu Populer Kelompok Gramedia, p. 298.
2 Gadjong, Agussalim Andi. (2007). Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum. Bogor:
261
Makna Filosofis Nilai-Nilai Sila ke-4 Pancasila dalam Sistem Demokrasi.… Yusdiyanto
lambang sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu sendiri.7 Menurut Moh
Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, tujuan diadakannya Pemilu, adalah: (1)
Memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan secara aman dan tertib;
(2) Melaksanakan kedaulatan rakyat; dan (3) Melaksanakan hak-hak asasi
warga negara.8
Kemudian Jimly Asshidiqie mengatakan ada empat tujuan Pemilu
yaitu: Pertama, Memungkinkan terjadi peralihan kepemimpinan
pemerintahan secara tertib dan damai; Kedua, Memungkinkan terjadi
pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan di lembaga Perwakilan;
Ketiga, Melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat; dan Keempat,
Melaksanakan prinsip-prinsip hak-hak asasi warga negara.9
Pemilu untuk memilih anggota parlemen atau pemilu legislatif
merupakan suatu mekanisme untuk memilih wakil-wakil rakyat sebagai
perwujudan kedaulatan rakyat untuk mengendalikan dan mengawasi
jalannya pemerintahan melalui sistem perwakilan.10 Agar para wakil-wakil
rakyat tersebut benar-benar dapat bertindak atas nama rakyat maka wakil-
wakil rakyat itu harus ditentukan sendiri oleh rakyat dan untuk
menentukannya dipergunakan lembaga pemilihan umum.11
Pelaksanaan pesta demokrasi di Indonesia sudah berlangsung selama
11 (sebelas) kali, telah mengalami pasang surut dan terus bermetamorfosis
seiring dengan dinamika ketatanegaraan. Nilai Pancasila sebagaimana dalam
Sila ke-4 telah menjadi dasar perumusan sistem penyelenggaraan pemilu,
pemerintahan dan pertanggungjwaban.
Namun ada beberapa catatan, kemelud ketatanegaraan yang kini
terjadi seperti: 1) Pengambilan keputusan cenderung dilakukan secara
voting, 2) Adanya dua kubu di DPR (KIH vs KMP), 3) Pemilihan umum
Kepala Daerah, 4) Tindak Pidana Korupsi, etc.
Beberapa catatan tersebut, membuat demokrasi Pancasila telah
dinodai oleh ulah wakil rakyat yang tidak bertanggung jawab, mereka hanya
mementingkan kekuasaan semata dan melupakan apa yang saat ini mendera
rakyatnya. Begitu banyak warga miskin, mereka sangat butuh bantuan dan
perhatian dari pemerintah.
7 Budiardjo, Miriam. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, Cet. Keempat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, p. 461.
8 Kusnardi, Moh. dan Ibrahim, Harmaily. (1988). Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
Pemenuhan Hak Sipil dan Politik Bagi Warga Negara”. Jurnal Konstitusi, 2(1): 42-43.
262
Fiat Justisia Journal of Law ISSN 1978-5186
Volume 10 Issue 2, April-June 2016.
B. Pembahasan
1. Pengertian Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang pelaksanaannya
mengutamakan asas musyawarah mufakat untuk kepentingan bersama
(seluruh rakyat). Bangsa Indonesia adalah bangsa berideologi Pancasila, oleh
karena itu setiap nilai-nilai sila harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara (baik negara dan warganegara). Secara spesifik,
Pengertian demokrasi Pancasila:
a. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan pada asas
kekeluargaan dan gotong-royong yang ditujukan demi kesejahteraan
rakyat, yang mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, yang
berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian
Indonesia dan berkesinambungan.
b. Dalam demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan
oleh rakyat sendiri atau dengan persetujuan rakyat.
c. Dalam demokrasi Pancasila kebebasan individu tidaklah bersifat mutlak,
tetapi harus diselaraskan atau disesuaikan dengan tanggung jawab sosial.
d. Dalam demokrasi Pancasila, keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan
dengan cita-cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat
kekeluargaan, sehingga tidak ada dominasi mayoritas atau minoritas.
Menurut Prof. Dardji Darmo Diharjo, SH, Demokrasi Pancasila
adalah paham demokrasi yang bersumber kepada kepribadian dan falsafah
hidup bangsa Indonesia yang perwujudannya seperti, dalam ketentuan-
ketentuan pembukaan UUD 1945.
Lalu Prof. Dr. Drs. Notonegoro, SH, Demokrasi pancasila adalah
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indoesia. (pengertian senada kemudian
dikemukakan pula oleh Soemantri, SH dan Drs. S. Padmuji, MPA.).
263
Makna Filosofis Nilai-Nilai Sila ke-4 Pancasila dalam Sistem Demokrasi.… Yusdiyanto
12 Sidharta, B Arief. (2012). “Fllsafat Hukum Dalam Konteks Ideologi Negara Pancasila”.
Disampaikan pada: Konferensi ke-2 Asosiasi Filsafat Hukum Indonesia Semarang, 16-17 -
Juli 2012, p. 6.
264
Fiat Justisia Journal of Law ISSN 1978-5186
Volume 10 Issue 2, April-June 2016.
demokrasi dalam politik, (dalam arti yang sempit), tetapi juga mengatur
masalah ekonomi, sosial dan kebudayaan (dalam arti yang luas) dan juga
merupakan sikap hidup seluruh bangsa Indonesia.
265
Makna Filosofis Nilai-Nilai Sila ke-4 Pancasila dalam Sistem Demokrasi.… Yusdiyanto
266
Fiat Justisia Journal of Law ISSN 1978-5186
Volume 10 Issue 2, April-June 2016.
267
Makna Filosofis Nilai-Nilai Sila ke-4 Pancasila dalam Sistem Demokrasi.… Yusdiyanto
268
Fiat Justisia Journal of Law ISSN 1978-5186
Volume 10 Issue 2, April-June 2016.
6. Pengaturan Demokrasi
Pentingnya Pemilu di letakkan dalam bab khusus dalam UUD1945
menyangkut alasan bahwa Pemilu dianggap sebagai simbol kedaulatan
rakyat yang menjadi prinsip penyelenggaraan negara. UUD 1945
amandemen, pengaturan mengenai Pemilu mendapat landasan konstitusional
yang di atur secara khusus dalam Bab VII B Tentang Pemilu yaitu dalam
Pasal 22E. Pasal 22E mengatur bahwa:13
a. Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil dalam setiap lima tahun sekali;
b. Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
c. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Partai
Politik;
d. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Daerah adalah perseorangan;
e. Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum
yang bersifat nasional, tetap dan mandiri; dan
f. Lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.
Selain diatur secara khusus dalam Pasal 22E, Pemilu juga diatur
secara tersebar dalam beberapa Pasal dalam UUD 1945. Pasal-pasal tersebut
yaitu Pasal 6A tentang pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, yang
mengatur bahwa:14
a. Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat;
b. Pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum
pelaksanaan pemilihan umum.;
c. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapat suara lebih
dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan
sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar lebih
dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjai Presiden dan
Wakil Presiden;
d. Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih,
dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua
dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan
269
Makna Filosofis Nilai-Nilai Sila ke-4 Pancasila dalam Sistem Demokrasi.… Yusdiyanto
C. Penutup
Pelaksanaan pesta demokrasi di Indonesia sudah berlangsung selama
11 (sebelas) kali, telah mengalami pasang surut dan terus bermetamorfosis
seiring dengan dinamika ketatanegaraan dan Sila ke-4 Pancasila merupakan
ruh dari demokrasi di Indonesia.
270
Fiat Justisia Journal of Law ISSN 1978-5186
Volume 10 Issue 2, April-June 2016.
Daftar Pustaka
A. Buku
Asshiddiqie, Jimly. (2008). Menuju Negara Hukum yang Demokratis.
Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
______________. (2011). Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Edisi I, Cet.
Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers.
Budiardjo, Miriam. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, Cet.
Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gadjong, Agussalim Andi. (2007). Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan
Hukum. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Gaffar, Janedjri M. (2013). Demokrasi Konstitusional Praktik
Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945. Jakarta:
Konstitusi Press.
__________________. (2009). Politik Hukum Pemilu, Jakarta: Konstitusi
Press.
Kusnardi, Moh. dan Ibrahim, Harmaily. (1988). Pengantar Hukum Tata
Negara Indonesia, Cet. Ketujuh. Jakarta: Sinar Bakti.
Marijan, Kacung. (2010). Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi
Pasca Orde Baru. Jakarta: Kencana.
B. Jurnal, Skripsi
Purnomosidi, Arie. (2008), “Masalah-Masalah Yang Timbul Berkaitan
Langsung Dengan Pelaksaan Pilkada Kabupaten Semarang dan
Penyelesaiannya”, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga.
271
Makna Filosofis Nilai-Nilai Sila ke-4 Pancasila dalam Sistem Demokrasi.… Yusdiyanto
C. Lain-Lain
Sidharta, B Arief. (2012). “Filsafat Hukum dalam Konteks Ideologi Negara
Pancasila”, Disampaikan pada: Konferensi ke-2 Asosiasi Filsafat
Hukum Indonesia Semarang, 16-17 -Juli 2012.
272