Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Pemberian Asi Ekslusif, Suplemen Vitamin A Dan Asupan Seng Dengan Risiko Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di Puskesmas Puuwatu Kecamatan Puuwatu Kota Kendari

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602

PEMBERIAN ASI EKSLUSIF, SUPLEMEN VITAMIN A DAN ASUPAN SENG


DENGAN RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK BALITA
DI PUSKESMAS PUUWATU KECAMATAN PUUWATU
KOTA KENDARI

Rita Irma, Sunaryo, Toruntju S. Akbar


Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Kendari

ABSTRACT

Pneumonia is the leading cause of death in children. Many factors can influence the increased
incidence of pneumonia in young children, Among them are age, sex, nutritional status, low birth
weight, immunization status, Exclusive breastfeeding, and vitamin A. This study aims to determine the
relationship of exclusive breastfeeding, supplements vitamin A, and zinc intake with the incidence of
pneumonia in children under five in sub-district Puskesmas Puuwatu Kendari. This study uses a case-
control design. Take place at sub-district Puskesmas Puuwatu Kendari. A sample of 32 samples taken
using P = prevalence of LBW infants (0.092%), d = absolute precision (10%), Z = confidence interval
(95% = 1.96). Taken with accidental sampling technique, and performed on samples Matching namely
age, where the age of the sample of cases and controls were age 1 to 5 years. Data analysis was
conducted to see the value Odds Ratio (OR), Odds Ratio (OR) = ad/bc with confidence interval (CI) =
95%. The results showed that young children who are not breastfed Exclusive 3.4 times greater risk of
pneumonia compared with exclusive breastfeeding of children under five, which marked the value of
OR = 3.40. Infants and children who do not complete vitamin A supplementation 2.4 times greater risk
of developing pneumonia than children under five who complete vitamin A supplementation, which
marked the value of OR = 2.49. Infants and children who lack their zinc intake were 2.4 times greater
risk of pneumonia compared with toddlers sufficient intake of tin, which is marked with OR = 2.43.
This study concluded that children who are not breastfed Exclusive have an increased risk of
pneumonia. Supplementation with vitamin A complete and sufficient zinc intake in children under five
among children could reduce the incidence of pneumonia.

Keyword: Exclusive breast feeding, Supplements Vitamin A, Zinc intake, Pneumonia

PENDAHULUAN The United Nation’s Millennium


Pneumonia merupakan masalah Development Goals (MDGs) ke-4 menyatakan
kesehatan dunia karena angka kematiannya bahwa angka kematian balita harus diturunkan
tinggi, tidak saja di negara berkembang tetapi sebanyak 2/3-nya dari tahun 1990 sampai tahun
juga di negara maju seperti Amerika Serikat, 2015, termasuk menurunkan angka kematian
Kanada, dan negara-negara Eropa. Di Amerika karena pneumonia, namun penurunan angka
Serikat misalnya terdapat dua juta sampai tiga kematian ini tampaknya masih jauh dari target.
juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah Berdasarkan penelitian Bryce dkk. tahun 2000
angka kematian rata-rata 45.000 orang sampai 2003 didapatkan 10,6 juta anak balita
(Misnadiarly, 2008) dalam (Hartati, Nurhaeni, meninggal setiap tahun, dan penyebab utama
& Gayatri, 2012). kematian tersebut adalah pneumonia, yaitu
Period prevalence pneumonia yang sebesar 19%. Di Indonesia, angka kematian
tinggi terjadi pada kelompok umur 1 – 4 tahun pneumonia pada balita diperkirakan mencapai
(RISKESDAS, 2013). Insidensi pneumonia 21% (Unicef, 2006 dalam (Hartati et al., 2012).
dinegara berkembang pada anak balita sebesar Banyak faktor yang dapat berpengaruh
0,28 episode/anak/tahun, sedangkan di negara terhadap meningkatnya kejadian pneumonia
maju 0,05 episode/anak/tahun. Diperkirakan pada balita, baik faktor sosial ekonomi, faktor
terdapat 155 juta kejadian baru pneumonia pada nutrisi, faktor lingkungan serta riwayat penyakit
anak balita tiap tahunnya, 3 – 5 dan sebanyak 7 penyerta (Wonodi et al., 2012). Sedangkan
– 13% menderita pneumonia berat yang dapat Greenberg, Leibovitz, 2005 dan Depkes RI,
mengancam jiwa dan membutuhkan perawatan 2000, dalam (Rachmawati, 2013) menyatakan
di rumah sakit. faktor risiko intrinsik yang berhubungan dengan

105 Jurnal Kesehatan MANARANG


Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602

kejadian pneumonia terbagi atas dua kelompok METODE


besar yaitu faktor instrinsik dan faktor Jenis Penelitian
ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi umur, jenis Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kelamin, status gizi, berat badan lahir rendah, Deskriptif Analitik dengan pendekatan kasus
status imunisasi, pemberian ASI, dan kontrol.
pemberian vitamin A.
Didapatkan 76,2% anak yang menderita Lokasi dan Waktu Penelitian
defisiensi seng dan atau vitamin A mengalami Penelitian dilakukan di Puskesmas Puuwatu
ISPA. Kelompok tersebut berisiko dua kali Kecamatan Puuwatu Kota Kendari pada bulan
lebih besar untuk mendapatkan penyakit ISPA Juli hingga September 2013.
dibandingkan dengan seseorang yang tidak
mengalami defisiensi seng dan vitamin A. Populasi dan Sampel
(Fedriyansyah, Nazir, Theodorus, & Husin, Populasi adalah seluruh anak balita
2010). yang berkunjung di Puskesmas Puuwatu
Metabolisme vitamin A juga dibantu Kecamatan Puuwatu Kota Kendari pada tahun
oleh adanya mineral mikro seperti seng (Zn). 2013 yaitu pada bulan Januari sampai Juni
Zink berperan penting sebagai mediasi imun sebanyak 968 kasus. Sampel adalah sebagian
non spesifik seperti neutrofil dan sel NK dan dari keseluruhan obyek yang diteliti dan
imun non spesifik seperti keseimbangan sel Th. dianggap mewakili seluruh populasi anak balita
Defesiensi zink sebesar 100 mg menjadi salah yang kasus dan kontrol di Puskesmas Puuwatu
satu penentu utama pneumonia (Brunt & yaitu masing-masing sebanyak 32 sampel yang
Coleman, 2011). diambil dengan menggunakan nilai
Air susu ibu mengandung zat gizi yang P=prevalensi bayi BBLR (0,092%), d=presisi
dibutuhkan bayi dan zat kekebalan tubuh yang mutlak (10%), Z=derajat kepercayaan
dapat membantu melawan infeksi (Irianto, (95%=1,96).
2014). Berdasarkan penelitian-penelitian oleh Sampel diambil dengan teknik
para ahli bahwa bayi yang diberi ASI lebih kuat accidental sampling, dimana pengambilan
dan akan terhindar dari kejadian penyakit asma, sampel diambil dari responden atau kasus yang
pneumonia, diare, infeksi telinga, alergi, kanker kebetulan berobat di Puskesmas Puuwatu. Pada
anak, diabetes, radang usus buntu dan obesitas penelitian ini dilakukan matching pada sampel
(Nirwana, 2014). yaitu umur, dimana umur pada sampel kasus
Di Sulawesi Tenggara rata-rata dan kontrol adalah umur 1 sampai 5 tahun.
kejadian Pneumonia pada balita sebesar 29%,
sedangkan kota Kendari menempati urutan ke-3 Teknik Pengumpulan Data
setelah kota Bau-Bau dan Konawe Selatan, Data primer yaitu karakteristik keluarga
yaitu sebesar 3,5%. Dari 10 Penyakit terbesar meliputi, jenis kelamin, jumlah anggota
yang terjadi di Puskesmas Puuwatu diantaranya keluarga, pekerjaan dan pendidikan kedua
Pneumonia (ISPA) menduduki urutan pertama, orang tua, dikumpulkan melalui wawancara
dan selanjutnya penyakit susunan saraf, langsung terhadap responden dengan
penyakit mata, Diare, penyakit kulit, hipertensi, menggunakan kuesioner. ASI Ekslusif,
radang sendi, Penyakit lain pada Saluran suplemen vitamin A dan asupan Seng
Pernafasan, penyakit usus, dan penyakit kulit dikumpulkan melalui wawancara langsung
infeksi. Penderita ISPA Pada tahun 2010 menggunakan lembar kuesioner berupa
sebanyak 6060 kasus anak balita yang formulir SQ-FFQ (Semi Quantitatif Food
menderita ISPA dan pada tahun 2011 sebanyak Frequency Quesioner) untuk melihat asupan
1581 kasus anak balita yang menderita ISPA, kebiasaan makan anak.
sedangkan data untuk tahun 2012 sebanyak Data sekunder adalah data yang diambil
7581 kasus ISPA dan tahun 2013 sebanyak 968 dari instansi terkait yang berhubungan dengan
kasus. penelitian, meliputi letak geografis dan sarana
Tujuan penelitian adalah untuk prasarana Puskesmas Puuwatu.
mengetahui hubungan tentang pemberian ASI
Eksklusif, suplemen vitamin A, dan asupan Analisis Data
Seng dengan kejadian Pneumonia pada anak Analisis data dilakukan uji Odds Ratio (OR),
balita di Puskesmas Puuwatu Kecamatan Odds Ratio (OR) = ad/bc dengan convidence
Puuwatu Kota Kendari. interval (CI) = 95%. Dikatakan bermakna jika

106 Jurnal Kesehatan MANARANG


Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602

nilai 1 tidak diantara batas atas dan batas bawah HASIL PENELITIAN
CI dan nilai batas bawah harus lebih dari 1 atau Jenis Kelamin dan Umur
hubungan dikatakan bermakna apabila nilai Sampel terdiri dari 64 orang, yang
Lower Limit dan Upper Limit tidak mencakup terbagi dalam 2 kelompok yakni kasus dan
nilai 1. Analisis Bivariat dilakukan untuk kontrol. Masing-masing kelompok berjumlah
pengujian Hipotesis dengan batas kemaknaan 32 orang. Adapun karakteristik sampel dapat
yang digunakan adalah 0,05 dengan α=1,96. dilihat pada tabel 1 .

Tabel 1. Distribusi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

Kelompok
Karakteristik Kasus Kontrol
n % n %
Jenis Kelamin
Perempuan 13 41 17 53
Laki-laki 19 59 15 47
Kelompok Umur (Tahun)
1–3 19 59 13 41
4–5 13 41 19 59

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa Analisis Hubungan Masing-Masing Variabel


dari 64 anak balita yang terpilih menjadi sampel Hasil analisis uji statistik terhadap hubungan
diketahui sebesar 19 (59%) berjenis kelamin pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian
laki-laki. Adapun umur sampel diketahui pneumonia pada anak balita dapat dilihat pada
sebesar 19 (59%) memiliki umur antara 1 – 3 tabel 2.
tahun dan umur sampel kontrol sebesar 19
(59%) berkisar pada umur 4 – 5 tahun.

Tabel 2. Distribusi Sampel berdasarkan Hubungan Pemberian ASI Ekslusif, Kapsul


Vitamin A dan Asupan Seng dengan Kejadian Pneumonia/ISPA

Kelompok
OR
Variabel Kasus Kontrol
CI 95%
n % n %
ASI Ekslusif
3,40
Risiko 24 75 15 47
1,17 - 9,80
Tidak Berisiko 8 25 17 53
Kapsul Vitamin A
2,49
Risiko 17 53 10 31 0,89 - 6,91
Tidak Berisiko 15 47 22 69
Asupan Seng
2,43
Risiko 20 62 13 41 0,89 - 6,65
Tidak Berisiko 12 38 19 59

Tabel 2 menunjukkan bahwa bahwa dan nilai lower limit=1,17. Hal ini
dari 32 sampel pada kelompok kasus, sebagian menunjukkan bahwa anak balita yang tidak
besar yaitu 24 (75%) termasuk dalam kelompok diberi ASI Ekslusif memiliki risiko terkena
risiko (tidak diberi ASI Eksklusif) sebaliknya Pneumonia/ISPA 3,40 kali lebih besar
dari 32 sampel pada kelompok kontrol sebesar dibandingkan dengan anak balita yang ASI
17 (53%) tidak berisiko (memberikan ASI Ekslusif. Adapun Pemberian kapsul vitamin
Ekslusif). Hasil Analisa statistik didapatkan A, sebagian besar yaitu 17 (53%) termasuk
nilai OR=3,40 dengan nilai upper limit=9,80 dalam kelompok risiko (tidak lengkap vitamin

107 Jurnal Kesehatan MANARANG


Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602

A) sebaliknya dari 32 sampel pada kelompok yang tepat. Air susu ibu juga mengandung zat-
kontrol sebesar 22 (69%) tidak berisiko zat yang disebut antibodi, yang dapat
(memberikan vitamin A secara lengkap). Hasil melindungi bayi dari serangan penyakit selama
analisa statistik didapatkan nilai OR=2,49 ibu menyusuinya, dan beberapa waktu sesudah
dengan nilai upper limit=6,91 dan nilai lower itu. Bayi yang senantiasa mengkonsumsi air
limit=0,89, diketahui hasil nilai lower limit <1. susu ibu jarang mengalami salesma dan infeksi
Ini berarti pemberian vitamin A merupakan saluran pernafasan bagian atas pada tahun
faktor proteksi atau dengan kata lain anak balita pertama kelahiran, jika dibandingkan dengan
yang lengkap pemberian kapsul vitamin A bayi yang tidak mengkonsumsinya.
dapat mengurangi terjadinya penyakit Pertumbuhan dan perkembangan bayi pun
Pneumonia 0,89 kali dibandingkan anak balita berlangsung dengan baik berkat air susu ibu
yang tidak lengkap pemberian kapsul vitamin (Prasetyono, 2012).
A. Penelitian (Kristjana et al., 2014)
Pada asupan Seng sebagian besar yaitu menunjukkan bayi yang diberi ASI sampai 4
20 (62%) memiliki asupan Seng dalam kategori bulan memiliki imun lebih besar dari pada bayi
risiko (rendah asupan Seng) dan dari 32 yang tidak diberi ASI. Antibodi IgA pada ASI
kelompok kontrol sebesar 19 (59%) memiliki dapat melindungi bayi terhadap infeksi dengan
asupan Seng dengan kategori tidak berisiko menetralisir pathogen di permukaan mukosa.
(cukup asupan Seng). Hasil analisa statistik Menurut (Nirwana, 2014) salah satu faktor
didapatkan nilai OR=2,43 dengan nilai upper risiko pneumonia yaitu tidak mendapat ASI
limit=6,65 dan nilai lower limit=0,89, diketahui eksklusif. ASI telah terbukti akan membuat
hasil lower limit<1. Ini berarti asupan Seng bayi menjadi lebih kuat dan dapat terhindar dari
merupakan faktor proteksi atau dengan kata lain serangan berbagai penyakit, salah satunya yaitu
anak balita yang cukup asupan Sengnya dapat pneumonia
mengurangi kejadian penyakit Pneumonia 0,89
kali dibandingkan anak balita yang kurang Hubungan Pemberian Suplemen Vitamin A
asupan Sengnya. dengan Kejadian Pneumonia
Hasil penelitian ini menunjukkan
PEMBAHASAN bahwa anak balita yang lengkap pemberian
Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan kapsul vitamin A dapat mengurangi terjadinya
Kejadian Pneumonia penyakit pneumonia di Puskesmas Puuwatu
Hasil penelitian diketahui ada Kota Kendari. Hasil penelitian ini sejalan
hubungan pemberian ASI Ekslusif dengan dengan penelitian (Fatimah, Sukarsa, & Made
kejadian Pneumonia pada anak balita di Susilawati, 2015) yang menunjukkan bahwa
Puskesmas Puuwatu Kota Kendari. Hasil variabel-variabel yang berpengaruh signifikan
penelitian menunjukan bahwa anak balita yang terhadap data risiko penyakit pneumonia pada
tidak ASI Ekslusif 3,40 kali lebih besar berisiko balita di Provinsi Jawa Timur tahun 2012
terkena Pneumonia dibandingkan anak yang adalah persentase berat bayi lahir rendah,
ASI Ekslusif. Penelitian ini sejalan dengan persentase balita yang mendapatkan imunisasi
penelitian (Choyron, Raharjo, & Werdani, campak dan persentase balita yang
2015) yang menunjukkan ada hubungan mendapatkan vitamin A.
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian Vitamin A menjadi faktor penentu
pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Pedan dalam proses diferensiasi sel, terutama sel
Klaten dengan nilai estimasi faktor risiko goblet yang dapat mengeluarkan mukus. Mukus
diperoleh OR sebesar 3,095 sehingga dapat melindungi sel-sel epitel dari serbuan
diartikan bahwa balita yang tidak mendapatkan mikroorganisme dan partikel lain yang
ASI eksklusif mempunyai risiko terkena berbahaya. Kekurangan vitamin A menghalangi
pneumonia sebesar 3,095 kali dibandingkan fungsi sel-sel kelenjar yang mengeluarkan
balita yang mendapatkan ASI eksklusif. mukus dan digantikan oleh sel epitel bersisik
Secara teori telah diketahui bahwa dan kering. Membran mukosa tidak dapat lagi
kandungan dalam ASI yang diminum bayi mengeluarkan cairan mukus dengan sempurna
selama pemberian ASI eksklusif sudah sehingga mudah terserang bakteri (Keperien,
mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai Bastian, Gunther) dalam (Nurnajiah, Rusdi, &
kesehatan bayi. Air susu ibu mengandung Desmawati, 2016).
protein, lemak, gula, dan kalsium dengan kadar

108 Jurnal Kesehatan MANARANG


Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602

Defisiensi vitamin A merupakan salah Ada hubungan antara pemberian ASI


satu faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA Ekslusif dengan kejadian Pneumonia pada anak
pada balita terutama terhadap pneumonia. balita (OR=3,40) dan (LL>1; UL>1), dimana
Kekurangan vitamin A akan menyebabkan diketahui anak yang tidak ASI Ekslusif
keratinisasi mukosa saluran pernapasan dan memiliki risiko 3,40 kali terkena pneumonia di
penurunan fungsi cilia serta sekresi mukus pada Puskesmas Puuwatu Kecamatan Puuwatu,
sel epitel saluran pernapasan sehingga akan Pemberian suplemen Vitamin A yang lengkap
menyebabkan tubuh terkena infeksi (WHO, pada anak balita dapat mengurangi kejadian
2010). Pneumonia di Puskesmas Puuwatu Kecamatan
Puuwatu, dimana diketahui hasil uji statistik
Hubungan Asupan Seng dengan Kejadian menunjukkan (OR=2,49) dan (LL<1 dan
Pneumonia UL>1), Asupan Seng yang cukup pada anak
Hasil penelitian ini menunjukkann balita dapat mengurangi kejadian Pneumonia di
bahwa anak balita yang cukup asupan Sengnya Puskesmas Puuwatu Kecamatan Puuwatu,
dapat mengurangi terjadinya penyakit dimana diketahui hasil uji statistik
pneumonia di Puskesmas Puuwatu Kota menunjukkan (OR=2,43) dan (LL<1; UL>1).
Kendari. Hasil penelitian ini sejalan dengan Bagi pihak Puskesmas perlu melakukan
penelitian Bhutta, Black dan Brown (1999) kegiatan dalam upaya peningkatan pengetahuan
dalam (Sidiartha, Suandi, & Subanada, 2012) dan pemahaman kepada keluarga khususnya ibu
yang menunjukkan bahwa suplementasi zinc tentang pentingnya pemberian ASI Ekslusif dan
dapat mencegah insidens pnemonia dan diare pola makan yang cukup melalui penyuluhan
persisten pada anak yang berada di daerah atau pun konsultasi. Perlu dilakukan penelitian
endemis defisiensi zinc. Bhandari dkk, (2002) lebih lanjut tentang variabel asupan Seng,
dalam (Fedriyansyah et al., 2010) juga dimana melakukan uji laboratorium terhadap
melaporkan pemberian suplementasi seng pada kandungan Seng dalam darah, sehingga didapat
anak prasekolah di Dakshinpur iNew Delhi jumlah yang akurat ataupun ketersedian mineral
mengurangi kejadian pneumonia dan ISPA. Seng dalam tubuh, yang kaitannya terhadap
Defisiensi zinc dapat menurunkan imunitas tubuh dalam mencegah penyakit
kemampuan sistem imunitas tubuh, seperti infeksi khususnya pneumonia.
imunitas seluler dan imunitas humoral sehingga
rentan terhadap infeksi. Defisiensi zinc juga DAFTAR PUSTAKA
menyebabkan kerusakan jaringan tubuh Brunt, & Coleman. (2011). Immune Disease
termasuk jaringan paru (Sidiartha et al., 2012). and Children. Uruguay: Amalia Laborde
Mikronutrien zinc terbukti berperan sebagai MD.
imunomodulator dan dapat mempertahankan Choyron, V. A. G., Raharjo, B., & Werdani, K.
integritas sistem imun (Shankar, Prasad, 1998) E. (2015). Hubungan Pemberian ASI
dalam (Sidiartha et al., 2012). Defisiensi seng Ekslusif dengan Kejadian Pneumonia
juga menyebabkan rendahnya kadar vitamin A pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
yang menyebabkan terganggunya peran vitamin Pedan Klaten. Jurnal Kesehatan
A dalam sistem kekebalan tubuh untuk Masyarakat FIK UMS, 3(1), 1–9.
deferensiasi limfosit T dan limfosit B, Fatimah, E. N., Sukarsa, I. K. G., & Made
penghambatan apoptosis, serta dapat Susilawati. (2015). Pemodelan Risiko
mempertahankan integritas dan fungsi Penyakit Pneumonia pada Balita di
permukaan mukosa (Shankar, & Prasad, 1998 Provinsi Jawa Timur dengan Pendekatan
dalam (Fedriyansyah et al., 2010). Geographically Weihted Logistic
Regression. E-Jurnal Matematika, 4(2),
KESIMPULAN 31–36.
Terdapat 24 (75%) pada sampel kasus Fedriyansyah, Nazir, H., Theodorus, & Husin,
termasuk dalam kategori risiko atau tidak S. (2010). Hubungan Kadar Seng dan
mendapatkan ASI Ekslusif, 22 (69%) pada vitamin A dengan Kejadian ISPA dan
sampel kontrol termasuk dalam kategori tidak Diare pada Anak. Sari Pediatri, 12(4),
berisiko atau lengkap dalam pemberian kapsul 241–246.
vitamin A sesuai umur, 20 (62%) pada sampel Hartati, S., Nurhaeni, N., & Gayatri, D. (2012).
kasus termasuk dalam kategori risiko atau Faktor Risiko Terjadinya Pneumoniapada
kurang terhadap asupan Sengnya. Anak Balita. Jurnal Keperawatan

109 Jurnal Kesehatan MANARANG


Volume 2, Nomor 2, Desember 2016 p-ISSN: 2443-3861/e-ISSN: 2528-5602

Indoensia, 15(1), 1. Bulan di Wilayah KerjaPuskesmas Mijen


Irianto, K. (2014). Ilmu Kesehatan Anak. Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Bandung: Alfabeta. Masyarakat, 2(1).
Kristjana, Jenifer, Noel, Dorothy, Elizabeth, RISKESDAS. (2013). Riset Kesehatan Dasar.
Dalton, & Grace. (2014). Breastfeeding Penelitian, Badan Pengembangan.
is Associated with Decreased Pneumonia Jakarta: Balitbangkes Kemenkes RI.
Incidence among HIV-exposed, Sidiartha, I. G. L., Suandi, I. K. G., &
uninfectedKenyan Infants. NIH Public Subanada, I. B. (2012). Efikasi
Access Author Manuscript, 27(17), Suplementasi Zinc sebagai Terapi
2808–2815. Tambahan Pasien Pneumonia Usia 6-60
Nirwana. (2014). ASI & Susu Formula Bulan. Jurnal Ilmiah Kedokteran, 43(1),
Kandungan dan Manfaat ASI dan Susu 9–14.
Formula. Yogyakarta: Nuha Medika. WHO. (2010). Penanganan ISPA pada Anak di
Nurnajiah, M., Rusdi, & Desmawati. (2016). Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang.
Hubungan Status Gizi dengan Derajat Jakarta: EGC.
Pneumonia pada Balita di RS.Dr.M. Wonodi, M, D. K., Feikin, AN, D., HL, J., DR,
Djamil Padang. Jurnal Kesehatan M., … JAG, S. (2012). Evaluation of
Andalas, 5(1), 250–255. Risk Factors for Severe Pneumonia in
Prasetyono, S. (2012). Buku Pintar ASI Children : The Pneumonia Etiology
Eksklusif. Jogjakarta: DIVA Press. Research for Child Health Study.
Rachmawati, D. A. (2013). Faktor Risiko yang Clinical Infectious Disease, 54(2), 124–
berhubungan dengan Kejadian 131.
Pneumonia pada Balita Umur 12-48

110 Jurnal Kesehatan MANARANG

You might also like