Odontologi Forensik
Odontologi Forensik
Odontologi Forensik
Pembimbing:
AKBP. Drg Robert Tanjung, MM
Disusun oleh:
FERGIE MERRYWEN TAMU RAMBU 112016032
DAVID YOBEL 112016174
NAOMI CONSTANTIA ALLEN 112017085
JONATHAN B. GILBERT 112017087
STEPHANUS THENDEAN 112017090
NATASHA NATALIA GUNAWAN 112017091
DICKY FEBRIAN 112017092
JESSICA OSWARI 112017104
DESMONDA 112017110
GERRIT YEFTA FANUAL 112017121
Hal lain yang hampir sama adalah mengidentifikasi jasad orang yang
telah terbakar, atau identifikasi dari bencana dalam skala besar sehingga banyak
sekali jasad-jasad yang telah lama meninggal sehingga telah membusuk dan
karakteristik biometrik yang masih dapat diteliti adalah gigi1
2. Gigi Permanen:
12345678 12345678
12345678 12345678
3. Cara WHO
Gigi Sulung:
56 55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
86 85 84 83 82 81 71 72 73 74 75
Gigi desidui berfungsi dalam mulut kira-kira sampai umur 8,5 tahun.
Periode waktu ini dapat dibagi atas tiga periode: pertama, perkembangan mahkota
dan akar, kedua, maturasi akar dan resorpsi akar, dan ketiga gigi tanggal. Periode
pertama berlangsung sekitar satu tahun, periode kedua sekitar 3,75 tahun, dan tahap
terakhir resorpsi dan pergantian gigi berlangsung sekitar 3,5 tahun. Sedangkan
beberapa gigi permanen berada pada mulut dari umur 5 tahun sampai meninggal.
Hal yang harus dipertimbangkan adalah molar permanen yang muncul di rongga
mulut dari umur 25 tahun sampai tanggal pada saat individu meninggal. Gigi
permanen berfungsi 7-8 kali sama seperti gigi desidui banyak pemisahan yang
terjadi selama beberapa milimeter selama perkembangan gigi. Contoh dari proses
kompleks selama pembentukan gigi adalah tidak terjadi resorpsi pada gigi desidui
dan pembentukan akar gigi permanen.1
c. Erupsi
Erupsi gigi adalah munculnya tonjolan gigi atau tepi insisal gigi menembus
gingiva. Erupsi gigi dapat terjadi pada gigi susu maupun gigi permanen 1
Tahap erupsi gigi dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu
1) Tahap praerupsi
Tahap praerupsi dimulai saat pembentuksn benih gigi sampai
mahkota selesai dibentuk. Pada tahap praerupsi rahang mengalami
pertumbuhan pesat dibagian posterior dan permukaan lateral yang
mengakibatkan rahang mengalami peningkatan panjang dan lebar ke
arah anterior-posterior. Untuk menjaga hubungan yang konstan
dengan tulang rahang yang mengalami pertumbuhan pesat maka
benih gigi bergerak ke arah oklusal.
2) Tahap prafungsional
Tahap prafungsional dimulai dari pembentukan akar sampai gigi
mencapai daratan oklusal. Pada tahap prafungsional gigi bergerak
lebih cepat ke arah vertikal. Selain bergerak ke arah vertikal, pada
tahap prafungsional gigi juga bergerak miring dan rotasi. Gerakan
miring dan rotasi gigi ini bertujuan untuk meperbaiki posisi gigi
berjejal di dalam tulang rahang yang masih mengalami
pertumbuhan.
3) Tahap fungsional
Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi
telah tanggal. Selama tahap fungsional gigi bergerak ke arah oklusal,
mesial dan proksimal. Pergerekan gigi pada tahap fungsional ini
bertujuan untuk mengimbangi kehilangan substansi gigi yang
terpakai selama berfungsi sehingga oklusi dan titik kontak proksimal
dari gigi dapat dipertahankan
Kegagalan erupsi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh sesuatu
sebab sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna
mencapai oklusi yang normal didalam deretan susunan gigi geligi
disebabkan karena :
1. Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan
a. Tulang
• Bagian tulang
b. Gigi
2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan
yang mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi,
dahulu.
5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian
7. Gigi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang
persiapan khusus.
9. Dari Gigi geligi, kita dapat memperoleh informasi tentang umur, ras, jenis
kelamin, golongan darah, ciri-ciri khas, bentuk wajah atau raut muka
(1) Atrisi : akibat penggunaan yang rutin pada saat makan, maka
permukaan gigi secara berlanjut akan menyalami keausan. Ausnya
gigi ini akan bertambah, sesuai dengan pertambahan umur.
b. Ras
mongoloid.
Gambar 2.
mandibula.
Gambar 3
1. Pada gigi premolar 1 dari mandibula terdapat dua sampai tiga tonjolan.
4. Protrusi bimaksila.
Gambar 4
c. Jenis Kelamin
Anderson mencatat bahwa pada 75% kasus, mesio distal pada wanita
berdiameter kurang dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih dari 7 mm.
Saat ini sering dilakukan pemeriksaan DNA dari gigi untuk
membedakan jenis kelamin (julianti dkk, 2008).
d. Golongan darah
(1) Jika pulpa masih ditentukan dalam keadaan segar, maka darah dapat
langsung diambil, untuk penentuan golongan darah dengan cara
biasa.
(3) Bila keadaan pulpa sudah demikian rusak, atau bahkan sudah tidak
ditemukan lagi, maka dapat dilakukan dengan bantuan cara
absorption-ilution. Cara ini dilakukan dengan cara mengambil
jaringan dentin dalam ruang pulpa, yaitu bagian dinding yang
melekat pada jaringan pulpa. Jaringan dentin tersebut diabsorpsi
semalam suntuk dengan larutan khusus, kemudian disentrifus.
Endapan yang kemudian terbentuk diambil untuk penentuan
golongan darah
e. Kebiasaan/pekerjaan
f. Ciri khas
Macam-macam Identifikasi :4
Gambar 5
b. Bagi penata rambut atau yang biasa disebut caster maka akan terlihat pada
gigi insisif sentral khususnya, umumnya gigi insisif sentral lateral. Suatu
atrisi pada gigi atas dan bawah yang berbentuk rongga sesuai dengan
penjepit rambut karena ia sebelum menata rambut tamunya, ia menggigit
jepit rambut beberapa buah pada gigi insisifnya, rongga tersebut sesuai
dengan jepit rambut yang besar.
Gambar 7. Memperlihatkan artisi gigi insisif ada dua buah rongga yaitu satu
rongga bekas gigit paku dengan diameter agak besar sedangkan lainnya
rongga artrisi agak kecil karena menggigit paku diameter agak kecil.
Data-data ini dicatat ke dalam odontogram yang terdapat kolom-kolom
catatan untuk rongga mulut sehingga tim identifikasi akan segera
mengetahui bahwa ia mempunyai pekerjaan sesuai dengan bentuk atrisi
pada gigi atas dan bawah.
2. Identifikasi wajah korban dari rekonstruksi tulang rahang dan tulang facial
6) Kelas VI
Pola gigitan kelas VI memperlihatkan luka dari seluruh gigitan dari
gigi rahang atas dan bawah dan jaringan kulit serta jaringan otot
terlepas sesuai dengan kekerasan oklusi dam pembukaaan mulut.
Daftar Pustaka