Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Status of Patients in Dental Hospital of Jember Universi-Ty On October-November 2015)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Anggraini, et al, Gambaran Status Kebersihan Rongga Mulut dan Status Gingiva...............

Gambaran Status Kebersihan Rongga Mulut dan Status Gin-


giva Pasien RSGM Universitas Jember
Oktober-November Tahun 2015
(The Description of Oral Hygiene Status and Gingival
Status of Patients in Dental Hospital of Jember Universi-
ty on October-November 2015)
Cici Widya Anggraini, Melok Aris W, Peni Pujiastuti
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Jl. Kalimantan 37, Jember 68121
e-mail: sholehahmelok.fkg@unej.ac.id

Abstract
Background : Oral hygiene is very important to be kept for aestetic, phonetic,
mastication function and health. There is a relationship between oral hygiene and
gingival desease. Poor oral hygiene will increase the severity of gingival disease.
However, some people still consider that oral hygiene issue is not something important.
Purpose : To find out the status of oral hygiene and gingival status of patients in Dental
Hospital of Jember University and reviewed by age, gender and education. Metode :
This study was a descriptive study with cross sectional approach. The samples were all
new patients of Dental Hospital of Jember University on October-November 2015. The
oral hygiene status was assessed by Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S) and gingival
status was assessed by Gingival Index (GI). Result : There were 35,84% of sample had
a good oral hygiene, 54,87% had a medium oral hygiene and 9,29% had a poor oral
hygiene. There were 7,08% of sample had a normal gingival, 58,85% had a light gingival
inflamation, 33,63% had a moderate gingival inflamation, and 0,44% had a severe
gingival inflamation.

Keywords : Gingivitis, GI, OHI-S, Oral hygiene.

Abstrak
Latar Belakang : Kebersihan rongga mulut penting dijaga untuk estetik, fonetik,
mastikasi dan kesehatan. Terdapat hubungan erat antara kebersihan rongga mulut dan
penyakit gingiva. Kebersihan rongga mulut yang buruk akan meningkatkan prevalensi
keparahan penyakit gingiva. Namun demikian, masyarakat masih kurang memahami
akan pentingnya menjaga kebersihan rongga mulut. Tujuan Penelitian : Untuk
mengetahui gambaran status kebersihan rongga mulut dan status gingiva pasien RSGM
Universitas Jember ditinjau dari usia, jenis kelamin, dan jenjang pendidikan. Metode :
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Sampel adalah pasien baru yang datang ke RSGM Universitas Jember pada bulan
Oktober-November 2015. Penilaian tingkat kebersihan rongga mulut dilakukan dengan
Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S), dan status gingiva dinilai dengan Gingival Index
(GI). Hasil : Terdapat 35,84% pasien yang memiliki kebersihan rongga mulut baik,
54,87% memiliki kebersihan rongga mulut sedang dan 9,29% memiliki kebersihan rongga
mulut buruk. Terdapat 7,08% pasien yang memiliki gingiva normal, 58,85% mengalami
gingivitis ringan, 33,63% mengalami gingivitis sedang dan 0.44% mengalami gingivitis
parah.

Kata Kunci : GI, Gingivitis, Kebersihan rongga mulut, OHI-S.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 4(no. 3), September, 2016 525


Anggraini, et al, Gambaran Status Kebersihan Rongga Mulut dan Status Gingiva...............

Pendahuluan Prevalensi dan keparahan penyakit gingi-


va maupun penyakit periodontal juga dipen-
Banyak masyarakat indonesia yang ku- garuhi oleh faktor individu. Usia, jenis kelamin,
rang memahami pentingnya menjaga kesehatan pendidikan, pekerjaan, pendapatan atau peng-
gigi dan mulut. Hal ini diketahui dari prevalensi hasilan, sumber biaya, pengetahuan, sikap, dan
nasional masalah gigi dan mulut yang mencapai tindakan kesehatan gigi dan mulut adalah faktor
25,9 % dengan 14 provinsi mempunyai yang berhubungan dengan keparahan penyakit
prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka gingiva dan periodontal. Beberapa penelitian
nasional. Salah satunya adalah provinsi Jawa menunjukkan bahwa penyakit periodontal bi-
Timur dengan prevalensi masyarakat asanya semakin parah seiring dengan bertam-
bermasalah gigi dan mulut adalah 28,6% [1]. bahnya usia yang dipengaruhi oleh faktor fisiolo-
Data distribusi pengobatan gigi dan mulut gis ataupun patologis. Penelitian lain juga men-
di Kabupaten Jember tahun 2007 menunjukkan gungkapkan bahwa tingkat keparahan penyakit
bahwa gingivitis dan penyakit periodontal meru- periodontal lebih tinggi pada laki-laki dibanding
pakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang pada perempuan dan orang dengan tingkat pen-
banyak dikeluhkan. Penyakit ini ditemukan di didikan formal yang lebih tinggi cenderung
daerah Puger, Kaliwates dan Sumbersari. memiliki status kesehatan yang lebih baik [6].
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa sta- Penting untuk mengetahui gambaran sta-
tus kesehatan gigi masyarakat Jember menun- tus kebersihan rongga mulut dan status gingiva
jukkan indikasi kebutuhan pelayanan kesehatan karena dari hasil tersebut dapat diketahui seber-
gigi dan mulut yang tinggi [2]. apa besar masalah kesehatan gigi dan mulut
Penilaian kebersihan rongga mulut men- yang ada di Jember. Tidak adanya data yang
gacu pada ada tidaknya deposit-deposit or- tersedia mengenai status kebersihan rongga
ganik, seperti pelikel, materi alba, sisa makanan, mulut dan status gingiva pasien Rumah Sakit
kalkulus, dan plak gigi. Gambaran kebersihan Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Jember
rongga mulut dalam suatu komunitas dapat menjadi pertimbangan dilakukannya penelitian
diukur menggunakan oral hygiene index-simpli- epidemiologi klinis ini. Tujuan dilakukannya
fied (OHI-S) yang merupakan gabungan dari pe- penelitian ini adalah untuk mengetahui gam-
nilaian debris index simplified (DI-S) dan calcu- baran status kebersihan rongga mulut dan sta-
lus index simplified (CI-S). Simplified berarti pe- tus gingiva pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut
nilaian hanya dilakukan pada permukaan gigi Universitas Jember ditinjau dari faktor individu
yang terpilih [3]. (usia, jenis kelamin, dan jenjang pendidikan).
Penyakit gingiva dan penyakit periodontal
umumnya disebabkan oleh kebersihan rongga
mulut yang buruk [4]. Salah satu penyakit gingi- Metode Penelitian
va yang sering dijumpai adalah gingivitis, yaitu
peradangan pada gusi yang disebabkan oleh
bakteri dan biasanya mendahului periodontitis
[5]. Tingkat keparahan inflamasi gingiva dapat
diukur menggunakan Gingival Index (GI) [3].

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 4(no. 3), September, 2016 526


Anggraini, et al, Gambaran Status Kebersihan Rongga Mulut dan Status Gingiva...............

Penelitian ini adalah survei deskriptif den-


gan pendekatan cross sectional. Penelitian di- CI-S = Calculus Index Simplified
lakukan di RSGM Universitas Jember bagian DI-S = Debris Index Simplified
Oral Diagnosa. Penelitian dilaksanakan pada OHI-S dikatakan baik bila jumlah skor adalah 0-
bulan Oktober-November tahun 2015 terhadap 1,2; sedang 1,3-3,0; dan buruk 3,1-6,0.
226 pasien. Pengambilan sampel dilakukan den- Prevalensi dan keparahan gingivitis dalam
gan metode purposive sampling. Sampel mini- suatu populasi, grup maupun individu dapat
mal pada penelitian ini adalah 97 yang didapat diukur menggunakan Gingival Index (GI) yang
dengan rumus yang dikembangkan oleh Srede- diperkenalkan Loe dan Sillness. Pemeriksaan
con dan Cochran. Pasien yang masuk kriteria dilakukan pada gingiva yang mengelilingi gigi 16
adalah pasien yang datang ke RSGM Universi- dan 26 bagian bukal, gigi 11 bagian fasial, 36
tas Jember berusia lebih dari sama dengan 18 dan 46 bagian lingual dan gigi 31 bagian labial.
tahun; tidak full edentulous; minimal memiliki 2 Skor dan kriteria indeks gingiva yang digunakan
gigi indeks yang dapat diperiksa; bersedia men- untuk menentukan status gingiva adalah : 0 =
jadi subjek penelitian, bersedia mengisi inform gingiva normal; 1 = inflamasi ringan – peruba-
consent; dan kooperatif dalam pengambilan han ringan pada warna dan edema ringan tetapi
data. Alat yang digunakan adalah kaca mulut tidak ada bleeding on probing; 2 = inflamasi
No. 3 dan No. 4, pinset anatomis, sonde sedang – kemerahan, edema dan mengkilat, ter-
bengkok, probe periodontal WHO, deepen jadi bleeding on probing. 3= inflamasi berat – ke-
glass, baki, Informed consent, formulir pemerik- merahan dan edema yang lebih jelas, terdapat
saan OHI-S dan GI. Bahan yang diperlukan ulserasi dengan kecenderungan perdarahan
dalam penelitian ini adalah air mineral, cotton spontan.
roll, tampon, alkohol 70%, handscoon dan Rumus Perhitungan GI :
masker.
Data dikelompokkan berdasarkan jenis t ot al   s k o r
kelamin, usia dan pendidikan. Jenis kelamin GI=
adalah perbedaan antara perempuan dan laki-
j u ml ah   g i gi   ya n g  d i pe ri k s a
laki secara biologis sejak seseorang lahir [7].
Usia dibedakan berdasarkan pengelompokan Skor dan kriteria klinis GI adalah sebagai
Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro, yaitu de- berikut: 0,1–1,0= Peradangan ringan; 1,1–2,0=
wasa muda (18-24 tahun), dewasa penuh (25- Peradangan sedang; 2,1–3,0= Peradangan be-
64 tahun) dan lanjut usia (>65 tahun) [8]. Jen- rat.
jang pendidikan dibedakan berdasarkan pen- Data yang didapat kemudian dikelom-
didikan dasar (SD/SMP dan sederajat), pen- pokkan berdasarkan faktor individu (jenis ke-
didikan menengah (SMA dan sederajat), pen- lamin, usia dan pendidikan) untuk mengetahui
didikan tinggi (diploma, sarjana, spesialis) [9]. distribusi sampel. Data masing-masing kelom-
Status kebersihan rongga mulut diukur pok faktor dikelompokkan kembali berdasarkan
dengan menggunakan OHI-S menurut Greene status kebersihan rongga mulut dan status gingi-
dan Vermilion. Pemeriksaan dilakukan pada 6 va. Data-data yang diperoleh dijabarkan secara
permukaan gigi, 2 gigi anterior dan 4 gigi poste- deskriptif dan disajikan melalui tabel.
rior, yaitu 16, 11, 26, 36, 31, 46. Pada gigi pos-
terior, biasa digunakan gigi molar pertama. Na- Hasil Penelitian
mun tidak menutup kemungkinan digunakan gigi Penelitian dilakukan selama ± 1,5 bulan
molar kedua. Pemeriksaan molar rahang atas dari tanggal 12 Oktober sampai 20 November
dilakukan pada bagian bukal, sedangkan rahang 2015 pada pasien baru yang datang ke Rumah
bawah pada bagian lingual. Pada bagian anteri- Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember. Hasil
or, pemeriksaan dilakukan pada permukaan penelitian ditunjukkan dalam bentuk tabel yang
labial gigi insisif sentral kanan (11) untuk rahang didistribusikan berdasarkan jenis kelamin, usia
atas. Sedangkan rahang bawah dilakukan pe- dan jenjang pendidikan.
meriksaan pada gigi insisif sentral kiri (31)
bagian labial. Jika kedua gigi anterior tersebut Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan faktor individu
tidak ada, maka digantikan gigi 21 atau 41 pada Persentase
sisi berlawanan midline. Kategori Jumlah (N) (%)
Rumus Perhitungan OHI-S : Jenis Kelamin
Laki-laki 97 42,92
OHI-S = CI-S + DI-S

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 4(no. 3), September, 2016 527


Anggraini, et al, Gambaran Status Kebersihan Rongga Mulut dan Status Gingiva...............

Perempuan 129 57,08 Distribusi status kebersihan rongga mu-


lut berdasarakan jenis kelamin menunjukkan
Usia
laki-laki dengan kebersihan rongga mulut baik
Dewasa muda 150 66,37 sebesar 35,05%, sedang 52,58% dan buruk
Dewasa penuh 75 33,19 12,37%. Status kebersihan rongga mulut pada
Lanjut usia 1 0,44
perempuan dengan kriteria baik adalah 36,43%,
Pendidikan sedang 56,59% dan buruk 6,98%.
Pendidikan dasar
Pendidikan menen- 41 18,14 70.00%
gah 146 64,60 Gingiva
60.00%
Pendidikan tinggi 39 17,26 Normal
50.00%
Gingivitis
Tabel 2. karekteristik status kebersihan rongga mu- 40.00%
lut dan status gingiva Ringan
30.00%
Kategori Jumlah Persentase Gingivitis
(N) (%) 20.00% Sedang
OHI-S 10.00% Gingivitis
Baik 81 35,84 0.00% Parah
Sedang 124 54,87 Laki-laki Perempuan
Gambar 2. Grafik distribusi status gingiva
Buruk 21 9,29
berdasarkan jenis kelamin
GI
Distribusi status gingiva berdasarkan je-
Normal 16 7,08
nis kelamin menunjukkan laki-laki dengan gingi-
Ringan 133 58,85 va normal adalah sebesar 4,12%, yang men-
Sedang 76 33,63 galami gingivitis ringan sebesar 59,80%, gingivi-
tis sedang 35,05%, dan gingivitis parah 1,03%.
Parah 1 0,44 Perempuan dengan gingiva normal sebesar
9,30%, yang mengalami gingivitis ringan
58,14%, gingivitis sedang 32,56%, dan gingivitis
parah 0,00%.
Penilaian kebersihan rongga mulut dida-
patkan dari hasil penjumlahan perhitungan skor
DI-S dan CI-S. Pemeriksaan status gingiva di- 120.00%
lakukan menggunakan indek gingiva atau GI 100.00% OHI-S Baik
(Gingival Index). 80.00% OHI-S Sedang
60.00% OHI-S Buruk
60.00% 40.00%
50.00% OHI-S Baik 20.00%
OHI-S Sedang 0.00%
40.00%
OHI-S Buruk Dewasa penuh
30.00%
Dewasa Muda Lanjut Usia
20.00% Gambar 3. Grafik distribusi status kebersihan rongga
10.00% mulut berdasarkan usia
0.00%
Distribusi status kebersihan rongga mulut
Laki-laki Perempuan berdasarakan usia menunjukkan kelompok usia
Gambar 1. Grafik distribusi status kebersihan rongga dewasa muda dengan kebersihan rongga mulut
mulut berdasarkan jenis kelamin baik adalah sebesar 43,33%, sedang 52,00%
dan buruk 4,67%. Pada kelompok usia dewasa
penuh ,kriteria baik sebesar 21,33%, sedang
60,00% dan buruk 18,67%. Pada kelompok lan-
jut usia terdapat 1 responden dengan kriteria ke-
bersihan rongga mulut sedang.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 4(no. 3), September, 2016 528


Anggraini, et al, Gambaran Status Kebersihan Rongga Mulut dan Status Gingiva...............

120.00% 80%
Gingiva Normal
100.00% Gingiva Normal 60% Gingivitis
80.00% Gingivitis Ringan
Ringan 40%
60.00% Gingivitis
Gingivitis 20% Sedang
40.00% Sedang
20.00% Gingivitis
Gingivitis 0%
Parah
0.00% Parah Pend. Menengah
Dewasa Penuh Pend. dasar Pend. Tinggi
Dewasa Muda Lanjut Usia
Gambar 6. Grafik distribusi status gingiva
Gambar 4. Grafik distribusi status gingiva berdasarkan jenjang pendidikan
berdasarkan usia
Distribusi status gingiva berdasarkan jen-
Distribusi status gingiva berdasarkan usia jang pendidikan menunjukkan kelompok pen-
menunjukkan kelompok dewasa muda yang didikan dasar yang memiliki gingiva normal
memiliki gingiva normal sebesar 9,33%, yang adalah 0,00%, yang mengalami gingivitis ringan
mengalami gingivitis ringan sebesar 61,33%, sebesar 46,34%, gingivitis sedang 51,22%, dan
gingivitis sedang 29,33%, dan tidak ada yang gingivitis parah 2,44%. Kelompok pendidikan
mengalami gingivitis parah. Kelompok dewasa menengah dengan gingiva normal sebesar
penuh dengan gingiva normal sebesar 1,55%, 8,22%, yang mengalami gingivitis ringan sebe-
yang mengalami gingivitis ringan sebesar sar 6,85%, gingivitis sedang 59,59%, dan gin-
31,01%, gingivitis sedang 24,81%, dan gingivitis givitis parah 32,19%. Pada kelompok pendidikan
parah 0,78%. Pada kelompok lanjut usia dengan tinggi dengan gingiva normal sebesar 10%,
1 responden memiliki status gingiva gingivitis yang mengalami gingivitis ringan sebesar 69%,
ringan. gingivitis sedang 21%, dan tidak ada yang men-
galami gingivitis parah.
70.00% Pembahasan
60.00%
Data distribusi sampel berdasarkan jenis
50.00% OHI-S Baik kelamin menunjukkan bahwa pasien yang
40.00% OHI-S Sedang datang umumnya adalah perempuan. Menurut
Tjahja dan Ghani, perempuan memang lebih
30.00% OHI-S Buruk
banyak waktu berkunjung ke layanan kesehatan
20.00% untuk memeriksakan kesehatan giginya diband-
10.00% ing laki-laki [6]. Banyaknya pasien perempuan
yang datang ke RSGM Universitas Jember me-
0.00%
nunjukkan bahwa perempuan lebih beresiko
Pend. Menengah mengalami masalah gigi dan mulut daripada
Pend. dasar Pend. Tinggi laki-laki. Perubahan hormon pada perempuan
Gambar 5. Grafik distribusi status kebersihan rongga berpengaruh terhadap jaringan periodontal.
mulut berdasarkan jenjang pendidikan Peningkatan kadar hormonal, terutama estrogen
dan progesteron menyebabkan terjadinya pe-
Distribusi status kebersihan rongga mulut rubahan permeabilitas kapiler dan peningkatan
berdasarakan jenjang pendidikan menunjukkan aliran cairan gingiva sehingga terjadinya pen-
bahwa kelompok pendidikan dasar dengan ke- ingkatan resiko penyakit gingiva dan penyakit
bersihan rongga mulut baik adalah sebesar periodontal pada perempuan [10].
14,63%, sedang 63,41% dan buruk 21,95%.
Pada kelompok pendidikan menengah dengan
kriteria baik adalah sebesar 39,73%, sedang
53,42% dan buruk 6,85%. Pada kelompok pen-
didikan tinggi dengan kebersihan rongga mulut
baik adalah sebesar 43,59%, sedang 51,28%
dan buruk 5,13%.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 4(no. 3), September, 2016 529


Anggraini, et al, Gambaran Status Kebersihan Rongga Mulut dan Status Gingiva...............

Kelompok usia dewasa muda adalah Laki-laki memiliki kriteria OHI-S buruk
kelompok usia terbesar yang datang ke RSGM sebesar 12,37%, sedangkan perempuan 6,98%.
Universitas Jember. Menurut Budiharto (dalam Pada kriteria OHI-S baik, persentase laki-laki
Tjahja), usia seseorang berkaitan dengan pen- adalah 35,05% dan perempuan adalah 26,43%.
galaman hidup [6]. Makin bertambah usia sese- Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki memiliki ke-
orang maka makin banyak belajar dari pengala- bersihan rongga mulut yang lebih buruk daripa-
man tentang pemeliharaan kesehatan gigi, da perempuan. Menutut Burt, perempuan memi-
keluhan tentang sakit gigi, keluhan sakit pada liki kebersihan rongga mulut yang lebih baik
jaringan periodontal dan bagaimana cara men- daripada laki-laki dan laki-laki biasanya kurang
gatasinya. Hal ini berkebalikan dengan hasil memperhatikan kebersihan rongga mulutnya
yang didapat. Sedikitnya responden dari kelom- bila dibandingkan perempuan [12]. Banyaknya
pok lanjut usia disebabkan oleh pasien dengan pasien laki-laki yang merokok tembakau juga
usia lebih dari sama dengan 65 tahun sebagian mempengaruhi kebersihan rongga mulut. Tar
besar tidak masuk kriteria, yaitu memiliki yang terkandung dalam asap rokok akan men-
keadaan rongga mulut full edentulous. gendap pada permukaan gigi dan menyebabkan
Kelompok pendidikan menengah adalah permukaan gigi menjadi kasar, sehingga mudah
kelompok terbesar yang datang ke RSGM Uni- dilekati plak dan kebersihan rongga ulut menjadi
versitas Jember, yaitu sebesar 64,60% dari total buruk [13]. Sebagian besar laki-laki maupun
sampel. Kelompok pendidikan tinggi yang perempuan memiliki kebersihan rongga mulut
datang ke RSGM Universitas Jember hanya ter- sedang, namun persentase perempuan lebih
dapat 17,26%. Pasien RSGM Universitas Jem- tinggi daripada laki-laki, yaitu 56,59% pada
ber sebagian besar didatangkan oleh maha- perempuan dan 52,58% pada laki-laki. Hal ini
siswa untuk memenuhi requirement tugas prak- dapat terjadi akibat perubahan keseimbangan
tikum profesi [11]. Mahasiswa biasanya memilih hormon, terutama estrogen dan progesteron.
pasien dari kelompok pendidikan dasar dan pen- Menurut Kornman & Lobsche (dalam Fatimatuz-
didikan menengah. Pasien dengan pendidikan zahro), estrogen dan progesteron diduga
tinggi datang atas dorongan dari diri sendiri. menyediakan kondisi yang cocok untuk pertum-
Maka dari itu, pasien dengan pendidikan tinggi buhan bakteri [14].
lebih sedikit dari pasien pendidikan menengah. Gambar 2 menunjukkan bahwa perem-
Hasil pemeriksaan OHI-S menunjukkan puan memiliki status gingiva yang lebih baik
bahwa sebagian besar subjek penelitian memili- daripada laki-laki dan laki-laki lebih berpotensi
ki tingkat kebersihan mulut sedang. Hal ini me- mengalami inflamasi gingiva daripada perem-
nunjukkan bahwa status kebersihan rongga mu- puan. Menurut Fahrenbach, laki-laki cenderung
lut pasien RSGM Universitas Jember kurang memiliki insiden penyakit periodontal yang lebih
baik karena sebagian besar subjek penelitian tinggi daripada perempuan [10]. Hal ini
memiliki tingkat kebersihan mulut sedang. Hasil berhubungan dengan kebersihan rongga mulut
pemeriksaan GI menunjukkan bahwa sebagian yang buruk pada laki-laki.
besar pasien mengalami inflamasi gingiva Gambar 3 menunjukkan bahwa kelompok
ringan. Hal ini menunjukkan bahwa status gingi- usia muda memiliki kebersihan dan kesehatan
va pasien kurang baik karena masih banyak rongga mulut yang lebih baik daripada kelompok
yang mengalami peradangan gingiva. usia lain. Semakin bertambahnya usia, maka
status kebersihan rongga mulut akan semakin
menurun. Peningkatan prevalensi pada usia tua
berhubungan dengan ketangkasan yang menu-
run pada pasien tua. Ketangkasan yang terbatas
pada pasien tua menyebabkan lama waktu
pemeliharaan diri menjadi lebih pendek dan ke-
mampuan dalam pemeliharaan diri makin menu-
run [15]. Pada kelompok usia lanjut usia, hanya
terdapat 1 sampel penelitian dan memiliki OHI-S
sedang. Hal ini disebabkan karena pada pasien
lanjut usia banyak yang memiliki keadaan full
edentulous sehingga tidak memenuhi kriteria
sampel.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 4(no. 3), September, 2016 530


Anggraini, et al, Gambaran Status Kebersihan Rongga Mulut dan Status Gingiva...............

Gambar 4 menunjukkan bahwa kelompok Simpulan dan Saran


dewasa muda memiliki status gingiva yang lebih
baik daripada kelompok dewasa penuh. Menurut Kesimpulan yang didapat dari hasil
Nield-Gehrig, keparahan penyakit gingiva akan penelitian ini adalah 35,84% pasien yang datang
meningkat seiring bertambahnya usia [15]. Hal memiliki kebersihan rongga mulut baik, 54,87%
ini berhubungan dengan penimbunan plak memiliki kebersihan rongga mulut sedang dan
dalam jangka waktu lama, hingga beberapa 9,29% memiliki kebersihan rongga mulut buruk.
dekade [16]. Peningkatan prevalensi yang terja- Terdapat 7,08% dari total sampel memiliki gingi-
di juga berhubungan dengan faktor resiko lain va normal, 58,85% mengalami gingivitis ringan,
seperti nutrisi, penyakit sistemik, pengobatan, 33,63% mengalami gingivitis sedang dan 0.44%
stress dan rokok [15]. Defisiensi nutrisi pada mengalami gingivitis parah. Perempuan memiliki
pasien yang lebih tua karena pembatasan diet status kebersihan rongga mulut dan status gingi-
dan asupan nutrisi tertentu berpengaruh ter- va yang lebih baik daripada laki-laki. Kelompok
hadap homeostatis jaringan periodontal. Pem- dewasa muda memiliki status kebersihan rong-
batasan diet dan asupan nutrisi ini berhubungan ga mulut dan status gingiva yang lebih baik dari
dengan gangguan mastikasi. Pada pasien yang kelompok dewasa penuh dan lanjut usia. Kelom-
lebih tua, umumnya telah kehilangan banyak pok pendidikan tinggi memiliki status kebersihan
gigi sehingga mempengaruhi proses mastikasi rongga mulut dan status gingiva paling baik.
[16,17]. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah
Gambar 5 menunjukkan bahwa kelompok perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai
pendidikan tinggi memiliki status kebersihan faktor-faktor individu lain yang berhubungan
rongga mulut paling baik, diikuti pendidikan dengan kebersihan rongga mulut dan penyakit
menengah dan pendidikan dasar. Pendidikan gingiva seperti pekerjaan, penghasilan atau pen-
memang bukan faktor utama, tetapi cukup mem- dapatan, sumber biaya, pengetahan, sikap dan
pengaruhi kebersihan rongga mulut seseorang. tindakan kesehatan gigi dan mulut. Saran untuk
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh ter- pihak RSGM yang pertama adalah perlunya
hadap pengetahuan, sikap dan perilaku hidup melakukan evaluasi guna meningkatkan mutu
sehat [18]. Semakin tinggi tingkat pendidikan pelayanan dan melengkapi data rekam medis.
seseorang, semakin mengerti dan memahami Kedua, pihak RSGM perlu meningkatkan usaha
pula tentang cara menjaga kebersihan rongga promosi RSGM sebagai penyedia layanan kese-
mulutnya, sehingga status kesehatan mereka hatan gigi dan mulut secara terpadu, merata,
pun akan meningkat. Kebanyakan pasien den- dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat.
gan pendidikan rendah kurang mengetahui pent- Ketiga, pihak RSGM juga perlu meningkatkan
ingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut se- usaha promotif dan preventif dengan pengadaan
hingga status kesehatan rongga mulutnya lebih penyuluhan ataupun dengan pembuatan iklan
rendah[19]. Selain itu, pasien dengan pen- kesehatan gigi mengenai pentingnya menyikat
didikan rendah umumnya kurang termotivasi un- gigi dua kali sehari dan cara menyikat gigi yang
tuk meningkatkan status kesehatannya dan benar dan pemeriksaan gigi gratis. Keempat, pi-
memiliki kesadaran yang rendah untuk menjaga hak RSGM perlu meningkatkan usaha kuratif
kebersihan rongga mulutnya [20]. dengan peningkatan kualitas pelayanan pem-
Pemeriksaan status gingiva ditinjau dari bersihan karang gigi agar masyarakat lebih ter-
jenjang pendidikan, menunjukkan bahwa kelom- motivasi untuk merawatkan giginya ke RSGM.
pok pendidikan tinggi memiliki status gingiva Saran terakhir adalah pemberian konsultasi
paling baik. Tingkat pendidikan berhubungan mengenai pemeliharaan rongga mulut pasca
langsung dengan peningkatan keparahan perawatan oleh dental hygieniest dan dental nu-
penyakit periodontal [20]. Meningkatnya level tritionist.
pendidikan akan menyebabkan insidensi
penyakit periodontal menurun [10]. Pasien den- Daftar Pustaka
gan tingkat pendidikan tinggi memiliki penge- [1] RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar.
tahuan dan sikap yang lebih baik tentang menja- Badan Penelitian dan Pengembangan
ga kesehatannya, lebih memahami masalah Kesehatan: Kementerian Kesehatan RI.
penyakit periodontal dan langkah pencegahan- 2013.
nya sehingga status kesehatan mereka lebih
baik daripada pasien dengan tingkat pendidikan
yang lebih rendah [21].

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 4(no. 3), September, 2016 531


Anggraini, et al, Gambaran Status Kebersihan Rongga Mulut dan Status Gingiva...............

[2] Kiswaluyo, & Yani, R.W. E. Trend kunjungan [14] Fatimatuzzahro, Nadie., Pujiastuti, Peni.,
pasien Poli Gigi Puskesmas di Kabu- Praharani, Depi. Perbandingan Jumlah
paten Jember. 2009. Jurnal PDGI, 59 Koloni Bakteri Plak Subgingiva pada
(1): 19-23. Masa Prapubertas, Pubertas dan Pas-
[3] Putri, Megananda H., Herijulianti, liza., Nur- capubertas. Spirulina. Juni 2009; 4(2):
jannah, Neneng. Ilmu Pencegahan 43-54.
Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan [15] Nield-Gehrig, JillS., Willmann, Donald E.
Pendukung Gigi. Jakarta: EGC. 2012. Foundations of Periodontics for the
[4] Cochran, David L., Kalkwarf, Kenneth L., Dental Hygienist 3rd Edition. China:
dan Brunsvold, Michael A. Plaque & Waters Kluwer Health | Lippincott
Calculus Removal: Considerations for Williams & Wilkins. 2011.
the Professional. New Malden: [16] Wilson, Thomas G., Kornman, Kenneth S.
Quintessesce. 1994. Fundamental of Periodontics. Chicago:
[5] Rebelo & Queiroz. Gingival disease – Their Quintessence Publishing Co.Inc. 1996.
Aetiology, Prevention adn Treatment. [17] Ridwan, Muhammad. Hubungan Kehilangan
Brazil: Federal University of Amazonas. Gigi dengan Status Gizi pada Lansia di
2011. Panti Werdha Salib Putih Salatiga.
[6] Tjahja, Indirawati, Ghani, Lannywati. Status Salatiga : Program Studi Keperawatan
Kesehatan Gigi dan Mulut ditinjau dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi
Faktor Individu Pengunjung Puskesmas Waluyo Ungaran. 2015.
DKI Jakarta Tahun 2007. Bul. 2010. [18] Basuni., Cholil., Putri, Debi K. T. Gambaran
Penelit. Kesehatan, 38(2): 52-66. Indeks Kebersihan Mulut Berdasarkan
[7] Sudarma, Momon. Sosiologi untuk Kese- Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa
hatan. Jakarta: Salemba Medika. 2008. Guntung Ujung Kabupaten Banjar.
[8] Efendi, Ferry., Makhfudli. Keperawatan Ke- 2014. Dentino (Jurnal Kedokteran Gigi),
sehatan Masyarakat Teori dan Praktek Vol 2(1): 18-23.
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba [19] Lebukan, Beatrix Jaica. Faktor-Faktor
Medika. 2009. Penyebab Penyakit Periodontal (Studi
[9] Departemen Agama. Undang-Undang Re- Kasus Masyarakat Pesisir Pantai Keca-
publik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 matan Bacukiki Barat Kota Pare-Pare).
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Makasar: FKG Universitas Hasanudin.
2003. 2013.
[10] Fahrenbach, Margaret J., & Weiner, Jane. [20] Khader, Yousef Saleh. Factors Associated
Saunders Review of Dental Hygiene with Periodontal Disease in Jordan :
2nd Edition. USA: Saunders an Imprint Principal Component and Factor Analy-
of Elsevier Inc. 2009. sis Approach. 2006. Journal of Oral
[11] Nirmalawati, Lusi. Hubungan Motivasi Science, Vol 58 (2): 77-84.
Pasien Datang ke RSGM terhadapT- [21] Gomes, Ana P. M., Silva, Eduardo G. D.,
ingkat Kooperatif Pasien. Skripsi. Jem- dan Goncalves, Simore H. F. Relation-
ber: Fakultas Kedokteran Gigi Universi- ship Between Patient’s Education Level
tas Jember. 2012. and Knowledge on Oral Health Preven-
[12] Burt, Brian A,. & Eklund, Stephen A. Den- tive Measures. Brazil. International
tistry, Dental Practice, and the Commu- Dental & Medical Journal of Advanced
nity 4th Edition. Pennsylvania: W.B. Research, 2015; (1): 1-7.
Saunders Company. 1992
[13] Poana, Priska M., Mariati, Ni Wayan., Anin-
dita, P.S. Gambaran Status Gingiva
pada Perokok di Desa Buku Keca-
matan Belang Kabupaten Minahasa
Tenggara. 2015. Jurnal e-Gigi, Vol 3(1):
223-228.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 4(no. 3), September, 2016 532

You might also like