Jurnal Urinalisis - Kelompok 4
Jurnal Urinalisis - Kelompok 4
Jurnal Urinalisis - Kelompok 4
URINALIS
Michael waas1
1
Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana
472016024@student.uksw.edu
ABSTRACT
Urine is a metabolic byproduct that must be removed from the body, both in humans and in
animals. Excretion of urine is required to dispose of residual molecules in the blood that is filtered by
the kidneys and to maintain body fluid homeostasis. Number issued by the person's urine is strongly
influenced by the quantity and quality of nutrition, lifestyle, psychological state, level of activity, level
of development, disease conditions, socio-cultural, customs, and cuacaTujuan this experiment is
visual and physical examination Urinalis. The method was conducted on the physical properties
testing, coagulation and benedict. The results showed that the urine is clear yellow with a pH of 7 and
has a specific gravity of 1.010, and the conclusion that the positive urine samples containing Cl NH and -,
4
+,
ABSTRAK
Urine merupakan produk samping hasil metabolisme yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh,
baik pada manusia maupun pada hewan. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekul-
molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Jumlah urine yang dikeluarkan oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas asupan
nutrisi, gaya hidup, kondisi psikologis, tingkat aktivitas, tingkat perkembangan, kondisi penyakit,
sosiokultural, kebiasaan, dan cuacaTujuan percobaan ini adalah melakukan pemeriksaan visual dan
fisik Urinalis. Metode yang dilakukan meliputi pengujian sifat fisik,koagulasi dan benedict. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa urin tersebut berwarna kuning bening dengan pH 7 dan mempunyai
berat jenis 1.010, dan kesimpulanNya yaitu pada sampel urine positif mengandung Cl–, NH4+,
dan tidak mengandung PO43-, SO42-, Ca2+, Mg2+, protein serta glukosa.
PENDAHULUAN
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urine pasien untuk tujuan diagnosis
infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal,
memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi
(hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.Urine yang normal memiliki cirri-
ciri antara lain: warnanya kuning atau kuing gading, transparan, pH berkisar dari 4,6-8,0 atau
rata-rata 6, berat jenis 1,001-1,035, bila agak lama berbau sepertI amoniak (Basoeki, 2000).
Menurut Wulangi (1990), menyatakan bahwa analisa urin itu penting, karena banyak
penyakit dan gangguan metabolisme dapat diketahui dari perubahan yang terjadi didalam
urin. Zat yang dapat dikeluarkan dalam keadaan normal yang tidak terdapat adalah glukosa,
aseton, albumin, darah dan nanah (Wulangi, 1990).
Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan yang dipakai untuk mengetahui adanya kelainan di
dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan salurannya, kelainan yang terjadi di luar ginjal,
untuk mendeteksi adanya metabolit obat seperti zat narkoba dan mendeteksi adanya
kehamilan (Medika, 2012).
Jenis zat kimia yang diperiksa merupakan penanda keadaan dari organ2 tubuh yang hendak
didiagnosa. Seperti penyakit “kuning” yang disebabkan oleh bilirubin darah yang tinggi
biasanya menghasilkan urin yang mengandung kadar bilirubin diatas normal. Begitu pula zat
kimia lainnya yang dihubungkan dengan keadaan organ tubuh yang berbeda. Dalam
pemeriksaan sedimen yang diperiksa adalah zat sisa metabolisme yang berupa kristal, granula
termasuk juga bakteri. Dengan pemeriksaan sedimen maka keberadaan suatu benda normal
ataupun tidak normal yang terdapat dalam urin kita akan dapat menunjukkan keadaan organ
tubuh. Dalam urin yang ditemukan jumlah eritrosit jauh diatas angka normal bisa
menunjukkan terjadinya perdarahan di saluran kemih bagian bawah. Begitu juga dengan
ditemukannya kristal-kristal abnormal dapat diprediksi jika seseorang beresiko terkena batu
ginjal, karena kristal-kristal dalam urin merupakan pemicu utama terjadinya endapan kristal
dalam saluran kemih terutama ginjal yang jikadibiarkan berlanjut akan membentuk batu
ginjal.
METODE
Praktikum ini di laksanakan pada hari Selasa, 24 November, pukul 11.00- 13.00 WIB di
Laboratorium Biokimia, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya
Wacana.
Alat yang di gunakan, pH universal, tabung reaksi, penagas air, pipet tetes, kertas saring, kertas
label, incubator, densitometer dan penjepit tabung. Bahan yang di gunakan, Urine, Pereaksi benedict
dan asam asetat 6%.
2.3 Prosedur
Pertama-tama di amati urine warna dan bau, dari sampel urine yang di dapatkan. Setelah
itu diukur berat jenis urine dengan di gunakan densitometer,jika urine berbuih, di saring urine tersebut
terlebih dahulu, kemudian di ukur pH urine dengan menggunakan pH universal.
Disaring sampel urine dan di masukkan 5 mL kedalam tabung reaksi, setelah itu
dipanaskan sampel urine sampai mendidih, kemudian ditambahkan 1-3 tetes asam asetat 6%,
kemudian di amati perubahan warnanya. Jika urine kembali jernih maka mengandung fosfat. Jika
urine semakin keruh maka mengangdung protein.
Dimasukkan 5 mL pereaksi benedict kedalam tabung reaksi, setelah itu ditambahkan 8 tetes
urine yang sudah disaring. Diinkubasi selama 10 menit suhu 1000C, di amati perubahan yang terjadi.
Jika larutan menjadi hijau- kuning- merah bata maka terdapat gula pereduksi.
HASIL
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini membahas tentang pemeriksaan urinalisis yang bertujuan untuk
membahas beberapa tes diagnostic yang sering digunakan untuk penentuan penyakit ginjal
dan evaluasi fungsi ginjal secara makroskopis dan mikroskopis engan menggunakan metode
carik celup. Tes urinalisis dibagi menjadi beberapa metode yang bersifat biokimia atau
morfologi. Tes ini penting untuk mengetahui penyakit ginjal, karena banyak penyakit ginjal
yang serius tidak menimbulkan gejala sampai fungsi ginjal sudah sangat terganggu. Dimana
fungsi ginjal yaitu mengeksresikan bahan kimia asing ( obat – obatan dan sebagainya),
hormone dan metabolit lain dimana fungsi utamanya adalah mempertahankan volume dan
komposisi cairan ekstra seluler dalam batas yang normal.
Hasil eksresi dari ginjal berupa urin. Urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan
ginjal yang akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.urin yang dikeluarkan
terdiri dari beberapa unsur seperti air , protein, ammonia, glukosa, sedimen, bakteri dan
epitel. Unsur tersebut bervariasi perbandingannya pada orang yang berbeda dan waktu yang
berbeda dapat dipengaruhi oleh makanan atau sesuatu yang dikonsumsi misalnya obat-obatan
dan lain-lain.
Komposisi zat dalam urin berpariasi tergantung zat yang dikonsumsi. Urin normal
berwarna jernih transparan, sedangkan warna kuning muda berasal dari zat warna empedu
(bilirubim dan biliverdin). Urin normal pada manusia terdiri dari air, urea, asam urat,
ammonia, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam- garam dan zat
yang berlebih di dalam darah.
Secara fisik analisis urin dapat berupa pengamatan warna urin, berat jenis, ph.
Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisi glukosa ptotein dan pigmen empedu.
Pemeriksaan analisis urin dapat menggunakan dipstick. Dipstick adalah strip reagen berupa
strip plastic tipis yang ditempeli kertas seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu
sesuai jenis parameter yang akan diperiksa. Uji kimia yang tersedia pada reagen strip
umumnya : glukosa, protein, urobilinogen, ph, BJ, darah, keton, nitrit, dan leukosit esterase.
uji koagulasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan protein dalam
urine. Fungsi larutan CH3COOH 3 M adalah sebagai reagen untuk mendapatkan protein
dalam larutan sehingga terjadi perubahan dari bening dan kemudian muncul endapan. Selain
itu CH3COOH berfungsi untuk mengubah bentuk 3 dimensi dari protein sehinga terjadi
koagulasi. Proses pemanasan dalam waterbath berfungsi untuk mempercepat reaksi dan
membantu proses pembentukan gumpalan pada urine yang mengandung protein. Hasil positif
ditandai dengan adanya endapan dalam urine. Dari 3 sampel yang digunakan, ketiganya
memiliki warna akhir kuning bening dan pada sampel urine normal dan urine penderita
diabetes melitus tidak terdapat endapan, sedangkan pada urine ibu hamil terdapat endapan
pada dasar tabung. Dapat diketahui, urine ibu hamil mengandung protein dan merupakan
urine yang tidak normal.
Sedangkan uji benedict ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya gula dalam
urin Reagen benedict berisi campuran dari natrium sitrat, natrium karbonat, tembaga, sulfat
dan air. Dimana yang bersifat oksidator adalah cupri yang akan membentuk Cu(OH)2 dalam
suasana alkalis. Endapan dan perubahan warna dikarenakan adanya kandungan gula reduksi
yang bereaksi sehingga terjadi reaksi reduksi-oksidasi oleh reagen benedict yang terdiri oleh
kompleks Cu 2+ akan membentuk ikatan dengan gugus karbonil bebas yang ada dan
dihasilkan endapan dari kupri oksida (CuO2).
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur
konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan urin serta dipakai untuk menilai kemampuan
ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin. BJ urine yang rendah persisten
menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus. Untuk mengukur berat jenis urine dapat
menggunakan urometer, refraktometer dan carik celup. Pemeriksaan berat jenis dalam urine
berdasarkan pada perubahan pKa (konstanta disosiasi) dari polielektrolit (methylvinyl
ether/maleic anhydride). Polielektrolit terdapat pada carik celup akan mengalami ionisasi,
menghasilkan ion hydrogen (H+). Ion H+ yang dihasilkan tergantung pada jumlah ion yang
terdapat dalam urine. Pada urine dengan berat jenis yang rendah, ion H+ yang dihasilkan
sedikit sehingga pH lebih ke arah alkalis. Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh spesific
gravity sebesar 1,010
Bila dibandingkan dengan berat jenis urin normal yaitu antara 1,003-1,030, maka
sampel urin masih dalam batas normal. Hal ini menandakan tidak terjadi gangguan fungsi
reabsorpsi tubulus. Selain itu, Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar
diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat
jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin yang mempunyai berat
jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat
dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari
1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan
kegagalan ginjal yang menahun. Berat jenis yang rendah ini bisa disebabkan oleh banyak
minum, udara dingin, dan diabetes insipidus. Berat jenis yang tinggi disebabkan oleh
dehidrasi, proteinuria, dan diabetes mellitus.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum kali ini dapat diambil kesimpulan yaitu pada sampel urine
positif mengandung Cl–, NH4+, dan tidak mengandung PO43-, SO42-, Ca2+, Mg2+, protein serta glukosa,
Berat jenis urine tergantung dari jumlah zat yang larut di dalam urine atau terbawa dalam urine.
Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 – 1,030. Dan dari hasil percobaan di atas
mengahasilkan berat jenis sebesar 1.010 jadi hasil sampel probandus dinyatakan dalam keadaan
normal .
DAFTAR PUSTAKA
1. dr. Purnomo, Basuki B, 2000, Dasar - dasar Urologi, CV. Infomedika dr. Purnomo,