Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Pertumbuhan Penduduk Dan Pertambahan Kendaraan Bermotor Untuk Pengembangan Wilayah Di Kota Kendari

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN

PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN PERTAMBAHAN KENDARAAN


BERMOTOR UNTUK PENGEMBANGAN WILAYAH
DI KOTA KENDARI

Oleh:
MuhamamadIdhamHanda
MinatPengelolaanSda&Lingkungan
Perencanaan&Pengembangan Wilayah
Program Pascasarjana
UniversitasHaluoleo

ABSTRACT

Muhammad Idham Handa G2F1 011 017 Needs Green Space Based on population growth and
Added Number of motor vehicles for Regional Development in Kendari, under the guidance
counselor Mrs. Weka Widayati as I and Mr. La Baco Sudia, as supervisor II.
The need for green open space in urban areas is very meaningful to the people who are on it,
causing a variety of multifunctional green space in urban tend to be kept and preserved and
allocated. Aesthetic function, the function of water absorption, keeping the microclimate and do
not forget to also function providers of oxygen (O2) for a living. In fact population growth is one of
the factors that cause a reduction in green space, on the other hand increase the number of motor
vehicles also require the presence of green space as an absorber of pollutants (CO2) so it needs a
way out to overcome this problem.
The purpose of this study was to analyzed existing condition green space in the city of Kendari, the
second is to analyze the need for green space based on population growth and the rate of motor
vehicle in the city of Kendari, and the last is to analyze the balance of the needs and the
availability of green space and green space allocation plan in Kendari on future to come. The
analysis used in its entirety is a qualitative descriptive analysis where the growth of population
and the number of vehicles projected and green space per resident in need of analysis in
accordance with existing regulations and previous research.
The results showed that the condition of the existing green space in the city of Kendari in 2011
covering an area of 3777.46 Ha is, each spread over ten (10) districts with diverse typologies.
Kendari City residents need green space in 2011 amounted to 511.625 ha while the need for green
space by the growing number of motor vehicles is 0.28 ha. Balance of green space needs based on
the remaining population of 2470.49 ha, in the 30 years to come RTH allocated to areas with a
high density and on roads with high density.

Keywords: Green Open Space, Population, Added Motor Vehicles, Existing green space and green
space needs
I. PENDAHULUAN Sebagai kota yang semakin hari
semakin berkembang, maka pemerintah Kota
1.1. Latar Belakang Kendari seharusnya dapat melihat kondisi
wilayah yang sedang membutuhkan perbaikan
Kota Kendari adalah merupakan khususnya ketersediaan Ruang Terbuka Hijau
kota terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara (RTH) yang bermanfaat dapat menetralisir
yang diarahkan sebagai kota pendidikan, masalah-masalah lingkungan seperti
pariwisata dan industri, yang sedang pertumbuhan penduduk, industri maupun
mengalami perkembangan yang cukup pesat. berkembang pesatnya jumlah kendaraan
Kota Kendari semakin berkembang ditandai bermotor di Kota ini.
dengan semakin berkembangnya Kota Kendari sebagai kota dinamis
perekonomian di segala bidang, baik dibidang yang dicirikan dengan pertumbuhan penduduk
industri, perdagangan maupun jasa. tinggi dan pertumbuhan infrastruktur ekonomi
Berkembangnya perekonomian dapat yang tinggi memerlukan Ruang Terbuka Hijau
meningkatkan pertumbuhan penduduk, (RTH) yang cukup. Kebutuhan RTH
sehingga dapat menunjukkan adanya suatu seyogyanya mampu mengakomodir dinamika
perubahan kota. Perubahan kota dapat dilihat pertumbuhan kota Kendari yang semakin
dari banyaknya aktivitas yang terjadi di dalam pesat.Sampai sejauh ini kajian tentang alokasi
kota tersebut yang pada akhirnya RTH yang didasarkan pada dinamika
membutuhkan lahan yang banyak untuk pertumbuhan penduduk masih kurang. Selama
pemukiman dan untuk menunjang aktivitas ini penentuan besaran ruang yang dialokasikan
kota tersebut. untuk ruang terbuka hijau hanya didasarkan
Penduduk kota Kendari berdasarkan pada luas wilayah sebagaimana yang
Sensus Penduduk 2000 berjumlah 205.240 diamanatkan di dalam Undang-Undang No. 27
jiwa. Ketika dilakukan Survei Penduduk Tahun 2006.
Antarsensus (Supas) pada tahun 2005, Beberapa kondisi-kondisi dan
diketahui jumlah penduduk kota Kendari gambaran permasalahan tersebut maka
meningkat menjadi 226.056 jiwa. Jumlah perludilakukan penelitian tentang analisis
penduduk terakhir pada tahun 2010 kebutuhan RTH untuk pengembangan wilayah
berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 kota Kendari, khusunya dalam kaitannya
tercatat sebanyak 289.966 jiwa, dengan laju dengan dinamika pertumbuhan penduduk.
pertumbuhan penduduk kota Kendari sebesar 1.2. Rumusan Masalah
3,54 persen per tahun (BPS 2000; BPS 3005; 1. Bagaimana kondisi eksisting RTH
BPS 2010). (Lokasi, Ruang dan Luas) di Kota
Pertumbuhan penduduk berimplikasi pada Kendari
peningkatan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau 2. Bagaimana kebutuhan RTH berdasarkan
(RTH) namun ketersediaan RTH saat ini pertumbuhan penduduk di Kota Kendari
menurun akibat dari aktivitas ekonomi 3. Bagaimananeraca kebutuhan dan
ketersediaan RTH, serta rencana alokasi
yangmengkonversi RTH yang ada.Berbagai
RTH di Kota Kendari pada masa yang
permasalahan jumlah penduduk di Kota akan datang.
Kendari dengan laju yang cukup signifikan 1.3. Tujuan Penelitian
mendatangkan permasalahan yang sangat Berdasarkan masalah-masalah
kompleks yang salah satunya adalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dari
pemanfaatan lahan guna pertumbuhan penelitian yaitu:
kebutuhan ekonomi tanpa melihat lingkungan 1. Menganalisis kondisi eksisting RTH
yang seharusnya tetap terjaga (Lokasi, Ruang dan Luas) di Kota Kendari
2. Menganalisis kebutuhan RTH berdasarkan
kelangsungannya, seperti untuk arahan pertumbuhan penduduk di Kota Kendari
terhadap RTH ternyata beralih fungsi untuk 3. Menganalisis neraca kebutuhan dan
berbagai keperluan, seperti pemukiman, ketersediaan RTH, serta rencana alokasi
perhotelan, perdagangan dan lain sebagainya. RTH di Kota Kendari pada masa yang
akan datang.
1.4. Manfaat Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA
1.4.1. Manfaat Ilmiah
a. Penelitian ini diharapkan dapat 2.1 Ruang Terbuka dan Ruang Terbuka
memberikan konstribusi bagi Publik
pengembangan ilmu Perencanaan dan Ruang Terbuka adalah ruang-ruang
Pengembangan Wilayah dalam. rangka dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik
Pengelolaan sumber daya alam yang dalam bentuk area/kawasan maupun dalam
tersedia. Tentunya berkaitan dengan bentuk area memanjang/jalur dimana dalam
urban planning. penggunaannya lebih bersifat terbuka yang
b. Secara umum, penelitian ini bertujuan pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka
melihat alokasi dan luasan ruang terbuka terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang
hijau di Kota Kendari. Dengan demikian terbuka non hijau. (Pedoman dan Penyediaan
penelitian ini diharapkan memberikan Pemanfaatan RTNH di Kawasan Perkotaan).
kontribusi dalam pengembangan teori Jadi pengertian ruang terbuka publik
RTH dengan kajian-kajian ilmiahnya. sebagai civic centre adalah suatu ruang luar
1.4.2 Manfaat Praktis yang terjadi dengan membatasi alam dan
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat komponen-komponennya (bangunan)
bermanfaat untuk memberikan menggunakan elemen keras seperti pedestrian,
pemahaman apa yang dilakukan untuk jalan, plasa, pagar beton dan sebagainya;
mendukung keberadaan Ruang Terbuka maupun elemen lunak seperti tanaman dan air
Hijau. Keikutsertaan dalam upaya- sebagai unsur pelembut dan lansekap dan
upaya yang berkaitan dengan hal merupakan wadah aktivitas masyarakat yang
tersebut yang merupakan salah satu berbudaya dalam kehidupan kota. Budaya atau
langkah dalam mengidentifikasi tradisi adalah merupakan keseluruhan sistem
masalah yang terdapat dilokasi. Selain nilai, gagasan, tindakan dan hasil karya
itu dapat menjadi masukan bagi manusia yang selalu berubah-ubah dalam
masyarakat setempat berupa kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
rekomendasi tentang berapa besar diri manusia dengan belajar.
kebutuhan Ruang Terbuka Hijau skala
kota guna untuk mengoptimalkan fungsi 2.2 Ruang Terbuka Hijau
dari ruang terbuka. Di sisi lain hasil Berdasarkan Peraturan Menteri
penelitian ini diharapkan dapat Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 ruang
memberikan masukan bagi pemerintah terbuka hijau didefinisikan sebagai area
khususnya dalam dasar pertimbangan memanjang/jalur dan atau mengelompok,
pengambilan kebijakan yang yang penggunaannya lebih bersifat terbuka,
menyangkut arahan dalam pola tempat tumbuh tanaman, baik tumbuh
pemanfaatan ruang terbuka hijau di kota tanaman secara alamiah maupun yang sengaja
masing-masing karena kaitannya secara ditanam.
langsung dengan kondisi lingkungan. Ruang Terbuka Hijau kota adalah bagian dari
b. Bagi Pemerintah Kota Kendari: adanya ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu
data dan informasi mengenai wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan,
Keberadaan Ruang Terbuka Hijau yang tanaman, dan vegetasi guna mendukung
dapat menjadi acuan dan arahan dalam manfaat langsung atau tidak langsung yang
pengelolaan, perencanaan, monitoring dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu
dan pengendalian dalam pola keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan
pemanfaatan ruang terbuka hijau yang keindahan wilayah perkotaan tersebut (Dep.
berada di Kota Kendari. Pekerjaan Umum, 2008 dalam Qamaul, 2001:
c. Bagi akademisi: menambah wawasan 31).
dan ilmu pengetahuan khususnya pada Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun
bidang pengelolaan dan pemanfaatan 2007 diamanatkan bahwa penyediaan RTH
ruang terbuka hijau dalam wilayah minimal pada suatu
perkotaan khususnya Kota Kendari. wilayahkota/kawasanperkotaan adalah 30%
dari luas kota untuk keseimbangan ekologis.
Pembagiannya terdiri
dari minimal 20%harus disediakan oleh alih guna lahan pada lanskap agroforestri
Pemerintah Kabupaten/Kota dan 10% berbasis kopi di Sumatra menyebutkan bahwa
disediakan oleh swasta atau masyarakat. faktor pendorong terjadinya alih guna lahan
Ruang Terbuka Hijau di perkotaan yang termasuk faktor eksternal adalah
berfungsi sebagai: (1) fungsi biologis, pertumbuhan alami penduduk, migrasi, hujan,
memberikan udara segar, (2) fungsi estetis, dan harga pasar internasional.
membentuk efek visual yang indah di Peningkatan jumlah penduduk dan
lingkungan perkotaa, (3) fungsi rekreasi, perkembangan aktifitas akanmenyebabkan
menyediakan fasilitas rekreasi yang luas bagi terjadinya kebutuhan ruang yang semakin
masyarakat, (4) fungsi ekologis, memberikan bertambah. Hal ini seringmenyebabkan
keseimbangan ekologis untuk mencegah terjadinya perubahan fisik dan penggunaan
polusi udara, (5) fungsi fisik, sebagai jalur lahan kota serta dapatmenyebabkan
batas yang memisahkan suatu kegiatan dalam meningkatnya intensitas pergerakan
perkotaan, (6) cadangan (reserve), RTH penduduk. Pergerakanpenduduk ini
sebagai tempat cadangan air tanah untuk masa selanjutnya disebut kegiatan transportasi, yaitu
yang akan datang dan (7) fungsi sosial, kegiatan yang terjadikarena adanya
sebagai tempat untuk menjalin komunikasi perpindahan manusia dan atau barang dari satu
antara warga kota (Catanese, 1986). tempat ke tempatlainnya (Warpani, 1990).
2.5 Hubungan antara Penduduk dan
2.3 Tinjauan Umum tentang Oksigen
Kebutuhan RTH
Pohon menghasilkan O2 (oksigen)
Perkembangan kota me-
yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan
representasikan kegiatan masyarakat yang
makhluk hidup lainnya dalam proses
berpengaruh pada suatu daerah. Suatu daerah
pernapasan (respirasi) dan mengabsorpsi CO2
akan tumbuh dan berkembang berkaitan
selama proses fotosintesis dan menyimpannya
dengan penduduk, aktivitas, dan penggunaan
sebagai materi organik dalam biomassa
lahan. Perencanaan kota yang selama ini
tanaman. Diperkirakan jumlah CO2 di
menitikberatkan pada aspek fisik semata
atmosfer meningkat sekitar 25%, pohon
dirasakan kurang dapat menyelesaikan
mampu menyerap CO2 dalam daur hidupnya
permasalahan yang dihadapi (Sinulingga,
sebanyak 1 ton (Jalal 2007). Selain itu, dapat
2005).
juga mengabsorpsi karbondioksida yang
Ruang terbuka hijau yang penuh
menjadi penyokong kehidupan manusia.
dengan pohon sebagai paru-paru kota
Menurut Bernatzky (1978) pohon
merupakan produsen oksigen yang belum
dengan tinggi 25 m dan diameter tajuk 15 m,
tergantikan fungsinya. Peran pepohonan yang
akan mempunyai luas tutupan tajuk 160 m²
tidak dapat digantikan yang lain adalah
dan luas permukaan daun sebesar 1600 m²,
berkaitan dengan penyediaan oksigen bagi
akan menghasilkan oksigen sebanyak 1712
kehidupan manusia. Menurut Wisesa (1988)
gram. Sedangkan untuk 1 ha lahan hijau
dalam Muis (2005), setiap satu hektar ruang
dengan total luas permukaan daun 5 ha akan
terbuka hijau diperkirakan mampu
membutuhkan 900 kg CO2 untuk melakukan
menghasilkan 0.6 ton oksigen guna
fotosintesis selama 12 jam, dan pada waktu
dikonsumsi 1500 penduduk per hari, sehingga
yang sama akan menghasilkan 600 kg O2.
dapat bernafas dengan lega.
Kebutuhan oksigen yang dimaksud
2.4 Pertumbuhan Penduduk
adalah oksigen yang digunakan oleh manusia.
Menurut Munibah et al. (2009) jumlah
Untuk mengetahui kebutuhan oksigen disuatu
penduduk akan berpengaruh terhadap luas
areal perkotaan maka perlu mengetahui
lahan permukiman dalam rangka pemenuhan
jumlah penduduk yang ada. Kebutuhan
kebutuhan tempat tinggal (termasuk jasa) dan
oksigen untuk manusia dapat dihitung dengan
berpengaruh terhadap luas lahan pertanian
asumsi bahwa manusia mengoksidasi 3000
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan.
kalori per hari dari makanan dan
Pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi
menggunakan sekitar 600 liter oksigen dan
pertambahan luas lahan permukiman. Verbist
memproduksi sekitar 480 liter CO2 (Wisesa
et al. (2004) dalam penelitiannya mengenai
1988).
2.6 Hubungan Antara Jumlah Kendaraan IV. METODE PENELITIAN
dan Kebutuhan RTH
Hamburg,et.al (1997) menyebutkan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
bahwa peningkatan karbon monoksida di Penelitian ini akan dilakukan di
udara dipicu oleh pembakaran bahan bakar Wilayah Kota Kendari Provinsi Sulawesi
fosil (80% - 85%) dan deforestasi. Tenggara yang mencakup 10 (sepuluh)
Berdasarkan data tersebut, dapat dijelaskan wilayah kecamatan, dimana lokasi diwilayah
bahwa konsentrasi emisi karbon dari hasil kecamatan tersebut akan diketahui alokasi dan
pembakaran kendaraan bermotor bervariasi arahan dari ruang terbuka hijau. Lama waktu
berdasarkan level tingkat pelayanan jalan. penelitian adalah tiga bulan, terhitung sejak
Emisi kendaraan bermotor berbeda antara satu bulan Desember 2012 sampai dengan bulan
daerah dengan daerah lainnya disebabkan oleh Februari 2013.
perbedaan disain jalan maupun kondisi lalu
lintas. Emisi kendaraan bermotor di jalan
disebabkan oleh tiga faktor yaitu volume total
kendaraan bermotor; karakteristik kendaraan
bermotor; kondisi umum lalu lintas saat itu
(Zongan,et.al., 2005). Pola jalan - berhenti
yang sering, kecepatan arus lalu-lintas yang
rendah secara langsung mempengaruhi
besaran emisi pencemar udara yang
dikeluarkan kendaraan bermotor. Jenis dan
karakteristik perangkat mesin, sistem
pembakaran, jenis bahan bakar merupakan 4.2 Bahan dan Alat
faktor yang menetukan tingkat emisi bahan yang
pencemar udara yang keluar dari setiap jenis digunakandalampenelitianiniadalahberupa
kendaraan bermotor (Nolasari, 2009). data yang diperolehdariberbagaisumber, antara
RTH merupakan penyerap gas CO2 lain: data pertumbuhan penduduk,
yang cukup penting, selain dari fitoplankton, pertumbuhan jumlah kendaraan;
ganggang dan rumput laut di samudra. Dengan petapenggunaanlahan, petatopografi,
berkurangnya kemampuan RTH dalam danpetarupabumi; data demografi, data
menyerap gas ini sebagai akibat menurunnya jenisdan data luasruang terbuka hijau,
luasan RTH akibat peladangan, pembalakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
dan kebakaran, maka perlu dibangun RTH Kendari.
untuk membantu mengatasi penurunan fungsi Adapun alat yang diperlukan seperti
RTH tersebut. Geographycal Position System (GPS),
Software ArGis, Personal Komputer (PC)
III. KERANGKA PIKIR lengkapdengansoftware MS Office 2010, alat
perekam, kamera digitaldanalattuliskantor
(ATK).

4.3 Penentuan Informan


Subjekpenelitianditentukandandipilihsec
arasengaja(PurposiveSampling)sesuaidengank
arakteristikpenelitianyaitu seluruh wilayah
kecamatan di Kota Kendari.
Informanpenelitianmeliputi: Bappeda Kota
Kendari; Badan Lingkungan Hidup, Dinas
Kehutanan Kota Kendari, Dinas Pemukiman
dan Pertamanan Kota Kendari, Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil, Badan Pusat
Statistik Kota Kendari.
4.4Jenis, Sumber dan Metode
Pengumpulan Data

4.5.1 Tujuan Pertama(Menganalisis


kondisi eksisting Lokasi, Ruang dan
Luas RTH di Kota Kendari)
Jenis, Sumber dan Metode
Pengumpulan Data pada Tujuan pertama
secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah
ini : 4.4.1 Tujuan Ketiga (Analisis neraca
kebutuhan dan ketersediaan RTH,
serta rencana alokasi RTH di Kota
Kendari pada masa yang akan
datang)
Jenis, Sumber dan Metode
Pengumpulan Data pada Tujuan
ketiga secara rinci dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :

Tujuan pertama dapat diperoleh


dengan mengambil data lokasi, ruang dan
luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota
Kendari. Data tersebut diperoleh dari Dinas
Pekerjaan Umum, Bappeda Kota Kendari
dan Dinas Tata Ruang dan Pemukiman.
Selain itu untuk memperkuat data yang ada
dilakukan observasi lapangan (graund
check). Sedangkan metode pengumpulan Tujuan ketiga dapat diperoleh dengan
data tersebut adalah kunjungan langsung ke mengetahuikebutuhan Ruang Terbuka
instansi terkait serta dilakukan penelitian Hijau dan Ketersediaan RTH di Kota
kepusakaan (library research) yaitu Kendari. Data tersebut diperoleh dari hasil
pengumpulan data sekunder yang diperoleh perhitungan dari tujuan pertama yaitu
dari instansi atau lembaga terkait. Serta menganalisis kebutuhan RTH berdasarkan
dilakukan observasi lapangan untuk pertumbuhan penduduk. Sedangkan
menghitung dan melihat secara langsung metode pengumpulan data tersebut
lokasi, ruang dan luas RTH di Kota dilakukan dengan kunjungan ke instansi
Kendari. yang terkait terhadap penetapan kebutuhan
RTH Kota Kendari. Ketersediaan RTH
4.5.2 Tujuan Kedua pada masa yang akan datang diperoleh dari
(Menganalisis kebutuhan RTH data dari hasli analisis kondisi eksisting
berdasarkan pertumbuhan RTH dengan metode observasi lapang,
penduduk di Kota Kendari) wawancara dan dokumentasi.
Jenis, Sumber dan Metode 4.5 Analisis Data
Pengumpulan Data pada Tujuan pertama 4.5.1 Analisis Kondisi Eksisting RTH
secara rinci dapat dilihat pada tabel (Lokasi, Ruang dan Luas)
dibawah ini : KondisieksistingRuang Terbuka
Hijau (RTH) yang ada di Kota
Kendarisaatinidapat di
hitungdenganmelakukanpendekatandeskri
ptifyaitustudilapanganterhadapinstansipe
merintahan yang berhubungandengan
melakukanpengamatanlangsung di dilakukan dengan analisis proyeksi
lapanganyaitumelihatalokasi, luasdanruang neraca kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
RTH tersebut. sampaidengantahun 2030 yang di
Setelah mengcrosscheck dilapangan
dalamnya mengandung unsur jumlah
dilakukan klarifikasi data antara data yang
diperoleh dari pemerintah Kota Kendari
pertumbuhan penduduk, kondisi
terkait instansi yang mengetahui proporsi eksisting RTH, dengan asumsi bahwa
Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan data keadaan kondisi awal yaitu pada saat
lapangan yang telah diperoleh, sehingga dilakukan penelitian ini.
nantinya akan diperoleh kondisi alokasi,
ruang dan luas RTH yang sebenarnya. V. HASIL PENELITIAN

4.5.2 Analisis Kebutuhan RTH 5.1 KondisiEksisting RTH (Lokasi,


Berdasarkan Jumlah Penduduk RuangdanLuas)
Kota Kendari Berdasarkan data dari Dinas Tata Ruang
Analisis kebutuhan RTH berdasarkan jumlah Kota Kendari, Dinas Kebersihan Pertamanan
penduduk di analsis dengan menggunakan dan Pemakaman Kota Kendari dan Badan
pendugaan linear dengan rumus : Lingkungan Hidup Kota Kendari dan Hasil
Pt = P0 exp (αt) Survey lapangan, Secara keseluruhan luas
Dimana, Pt adalah jumlah penduduk tahun eksisting Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
terakhir,Po adalah jumlah penduduk tahun Kota Kendari pada Tahun 2011 dapat dilihat
awal,r adalah pertumbuhan penduduk (dalam pada Tabel di bawah ini :
%)t adalah selisih tahun antar Pt dan Podanα
adalah koefisien (positif/negatif).
Setelah mengetahui jumlah pertumbuhan
penduduk selanjutnya mengetahui kebutuhan
RTH Berdasarkan jumlah penduduk dengan
mengalikan jumlah penduduk yang dilayani
dengan standar luas RTH perkapita sesuai
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
Republik Indonesia No. 378/1987
yaitusebesar 17,3 m2/orang:

4.5.3 Analisis Neraca Kebutuhan dan


Ketersediaan RTH serta Rencana
Alokasi RTH Pada Masa Akan
Datang Tabel tersebut menunjukkan bahwa
1. Analisis Neraca Kebutuhan dan RTH eksisting di Kota Kendari pada Tahun
Ketersediaan RTH di Kota Kendari 2011 adalah sebesar 3.777,46 yang tersebar
Neraca kebutuhan RTH di Kota Kendari pada beberapa titik di 10 kecamatan.
dapat diperoleh dengan mengetahui Kecamatan dengan RTH terbanyak masing-
selisih antara kondisi eksisting RTH yaitu masing adalah Kecamatan Poasia,
mengenai alokasi, ruang dan luas sesuai Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan Abeli,
hasil analisis pada tujuan pertama dengan Kecamatan Kendari, Kecamatan Mandonga,
hasil analisis tujuan kedua yaitu Kecamatan Puwatu, Kecamatan Kambu,
mengetahui kebutuhan RTH berdasarkan Kecamatan baruga, Kecamatan Kadia dan
jumlah penduduk. Selisih tersebut luas RTH terkecil dari sepuluh kecamatan di
merupakan kondisi nyata keberadaan Kota Kendari adalah Kecamatan Wua-Wua
RTH di Kota Kendari pada tahun yang hanya menyumbang RTH sebesar 0,26
dilakukan penelitian ini. Ha (Lampiran 28, 29, 30, 31, 32 dan 33).
2. Alokasi Rencana Kebutuhan RTH di Lebih jelasnya dapat dilihat diagram batang
Masa DatangKebutuhan RTH Kota di bawah ini.
Kendari pada masa akan datang yaitu
5.2. Kebutuhan RTH Kota Kendari
Berdasarkan Pertumbuhan
Penduduk
Ada beberapa pendekatan standar besaran
kebutuhan RTH. Pendekatan kebutuhan Tabel tersebut menunjukkan bahwa
RTH berdasarkan populasi maksimal RTH eksisting di Kota Kendari pada Tahun
penduduk kota menurut Badan Kesehatan 2011 adalah sebesar 3.777,46 yang tersebar
Dunia (WHO) sebesar 9 m2/kapita, National pada beberapa titik di 10 kecamatan.
Park Services Singapura 40,5 m2/kapita, dan Kecamatan dengan RTH terbanyak masing-
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum masing adalah Kecamatan Poasia,
Republik Indonesia No. 378/1987 sebesar Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan Abeli,
17,3 m2/orang (Nirwono Joga, 2011). Kecamatan Kendari, Kecamatan Mandonga,
berdasarkan Kepmen PU tersebut dapat Kecamatan Puwatu, Kecamatan Kambu,
diperoleh suatu persamaan utuk mengetahui Kecamatan baruga, Kecamatan Kadia dan
kebutuhan RTH suatu kecamatan, yaitu : luas RTH terkecil dari sepuluh kecamatan di
Kota Kendari adalah Kecamatan Wua-Wua
yang hanya menyumbang RTH sebesar 0,26
Kt = Pat . k
1) Ha (Lampiran 28, 29, 30, 31, 32 dan 33).
Lebih jelasnya dapat dilihat diagram batang
Dimana : di bawah ini.
Kt = Kebutuhan RTH pada tahun t (Ha) Dari hasil analisis di atas, maka
Pat = Jumlah Penduduk Kecamatan a pada diketahui bahwa pada tahun 2011
tahun t (Jiwa) sebenarnya besarnya RTH yang dibutuhkan
k = Standar Kebutuhan RTH (m2/Jiwa) oleh Kota Kendari adalah seluas 511.625 Ha.
Kendari Barat merupakan kecamatan yang
1. WHO 9 m2/kapita
2. National Park Services Singapura 40,5 m2/kapita
membutuhkan RTH lebih besar dibanding
kecamatan lain di Kota Kendari, yaitu
3. Kepmen PU No. 378/1987 17,3 m2/jiwa.
sebesar 75.744 Ha. Ini berarti bahwa
pertumbuhan jumlah penduduk di
Tabel 5.17. Kebutuhan RTH Kecamatan Kendari Barat cukup tinggi.
Berdasarkan Jumlah Penduduk Tiap Sementara di kecamatan Baruga diperlukan
Kecamatan di Kota Kendari Tahun luas RTH pada tahun 2011 adalah 34.176
2011 Ha, kecamatan ini adalah penyumbang RTH
terkecil di kota Kendari, karena
pertumbuhan jumlah penduduknya kurang
dari 9 (Sembilan) kecamatan lainnya.

5.3. Neraca kebutuhan dan ketersediaan


RTH, serta rencana alokasi RTH di
Kota Kendari pada masa yang akan
datang
1. Neraca Kebutuhan RTH di kota Kendari Untuk mengetahui kebutuhan RTH
Kota Kendari Tahun 2011 sampai dengan
Secara logis pendekatan berdasarkan 2030 diperoleh dengan mengalikan jumlah
populasi penduduk lebih dapat diterima dan penduduk Kota Kendari hasil proyeksi
tepat. Pendekatan ini memporoteksi manusia dengan standar Kebutuhan RTH berdasarkan
terhadap pencemaran lingkungan dan jumlah penduduk (17,3 m2/jiwa). Dengan
melayani manusia untuk berinteraksi/ mengetahui Kebutuhan RTH maka dapat
berekreasi di fasilitas-fasilitas umum hijau pula diketahui selisih atau gap antara
yang disediakan. kebutuhan RTH sejak tahun 2011 sampai
Pada tahun 2011 neraca kebutuhan dan dengan tahun 2030 dengan kondisi RTH
ketersediaan RTH di Kota Kendari (RTH Eksisting) yang tersedia. Adapun
berdasarkan kebutuhan RTH di 10 (sepuluh) Kebutuhan RTH Kota Kendari mulai tahun
kecamatan yang dapat dilihat pada Tabel 2011 sampai dengan tahun 2030, disajikan
5.18 berikut : pada tabel berikut ini.
Tabel 5.18. Neraca RTH Kota Kendari Tabel 5.19. Kebutuhan RTH di Kota
Tiap Kecamatan Tahun 2011 Kendari Tahun 2011-2030

Secara umum neraca kebutuhan RTH di


Kota Kendari masih tersisa 3.265,83 Ha
setelah dikurangi dengan Kebutuhan RTH
kota berdasarkan jumlah penduduk dengan
Kondisi Eksisting RTH Kota Kendari tahun
2011. Namun demikian ada catatan
tersendiri bahawa di kecamatan Kadia dan
Wua-Wua masih kurang memiliki RTH
untuk tetap menjaga kebutuhan RTH
terhadap penduduk di kedua Kecamatan
tersebut. Di Kecamatan Kadia masih
membutuhkan RTH seluas 51,83 Ha untuk
memenuhi kebutuhan RTH ideal yang Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
diperlukan oleh penduduk di kecamatan (RTH) di Kota Kendari dapat dilihat pada
tersebut. Sementara itu di Kecamatan Wua- diagram dibawah ini:
Wua masih kekurangan 42,81 Ha RTH yang
dibutuhkan oleh penduduk di Kecamatan
tersebut.

2. Alokasi rencana RTH Kota Kendari


pada masa dating (Sampai tahun
2030)
Diagram batang tersebut memperlihatkan 2. Untuk di wilayah pengembangan
bahwa kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di pemukiman kedepan seperti di
Kota Kendari pada tahun 2030 sangat di Kecamatan Baruga, Kecamatan Poasia
mungkinkan untuk pengembangannya, dan Kecamatan Abeli harus ada adaptasi
dengan luas wilayah yang memadai terhadap pengembvangan RTH
diharapkan pemerintah Kota Kendari dapat sedangkan untuk kecamatan dengan
mengebangkannya untuk tetap dapat kepadatan tinggi seperti Kecamatan
menjamin kehidupan penduduk di Kota Kadia, Kecamatan Wua-Wua dan
Kendari serat mampu menjaga iklim dan Kecamatan Mandonga harus
kenyamanan di Kota Kendari. dioptimalkan pengembangan RTH seperti
pemanfaatan pekarangan rumah.
3. Terdapat wilayah-wilayah kecamatan
VI.KESIMPULAN yang kekurangan Ruang Terbuka Hijau
yaitu Kecamatan Kadia, Wua-Wua,
6.1. Kesimpulan Baruga, Kambu dan Kecamatan Puuwatu,
1. Kondisi eksisting Ruang Terbuka sehingga Pemerintah Kota harua
Hijau yang ada di Kota Kendari pada mengakomodir pengembangan kawasan
tahun 2011 adalah sebesar 3.777,46 Ha, hijau di 5 (lima) Kecamatan tersebut agar
masing-masing tersebar di sepuluh tidak menjadi masalah kedepannya.
wilayah kecamatan yang ada di Kota 4. Pertumbuhan penduduk juga tak luput
Kendari. Jenis-Jenis RTH tersebut adalah dari pertumbuhan kepemilikan kendaraan
Hutan Kota, Jalur Sepadan Jalan, Jalur bermotor. Bahaya emsisi CO2 dari
Sepadan Sungai, Taman Pemakaman kendaraan bermotor tersebut mulai
Umum, Taman Kota, Tahura, Hutan sekarang harus dipikirkan oleh
Lindung, dan Lapangan Olah Raga. Pemerintah Kota Kendari untuk segera
2. Kebutuhan RTH berdasarkan jumlah mengambil kebijakan selain
penduduk di Kota Kendari adalah sebesar pengembangan RTH juga diperlukan
511,625 Ha pada tahun 2011 dengan kebijakan-kebijakan lain.
jumlah penduduk yang dilayani adalah
295.737 jiwa. Untuk beberapa Kecamatan DAFTAR PUSTAKA
yaitu Kadia dan Wua-Wua kebutuhan
RTH tidak mampu menyeimbangi Alamendah, 2010. Tanaman Penyerap
kebutuhan penduduknya atau masih Karbondioksida.
membutuhkan RTH. <URL:http://alamendah.wordpress.com/2
3. Neraca kebutuhan Ruang Terbuka 010/09/01/tanaman-penyerap-
Hijau di Kota Kendari dihitung karbondioksida> (diakses 25 Oktober
berdasarkan eksisting RTH yang ada 2012)
dengan Kebutuhan RTH berdasarkan Astuti. 2005. Pengaruh Rancangan Ruang
jumlah penduduk maka diperoleh neraca Kawasan Perumahan Perkotaan Terhadap
Kebutuhan RTH berdasarkan jumlah Emisi CO2, Makalah Seminar, Lokakarya
penduduk pada tahun 2011 adalah TemuKenaliFaktor-FaktorPenentuEmisi
sebesar 3.265,83 Ha RTH yang tersedia CO2 Menuju Kearah Terbentuknya
sedangkan pada tahun 2030 neraca RTH Pemukiman Perkotaan. Jakarta
yang tersisa adalah sebesar 2.515,58 Ha, Arifin Zainal. 2012. Perkembangan
Teknologi Kendaraan Bermotor. Badan
6.2. Saran Pengembangan SDM Perhubungan Darat.
1. Kondisi Ruang Terbuka Hijau yang telah Jakarta
ada harus tetap dijaga dan dipelihara Bhattacharyya, R., Ghoshal, T. 2010.
keberadaannya bahkan perlu di Economic Growth and CO2 Emissions,
kembangkan lagi terutama oleh Environ Dev Sustain (2010) 12:159-177.
pemerintah Kota Kendari dan tentunya Bhattacharyya, R., Ghoshal, T. 2010.
dengan bantuan segenap warga msyarakat Economic Growth and CO2 Emissions,
untuk tetap melestarikannya. Environ Dev Sustain (2010) 12:159-177.
Bernatzky A. 1978. Tree Ecology and Gallion, Arthur B dan Eisner, Simon (1986),
Preservation. Amsterdam-Oxford-New The Urban Pattern: City Planning and
York: Elsevier Scientivic Publishing Design, alih bahasa: Sussongko dan
Company. Hakim, Januar (1994), Pengantar
Budihardjo, E. 2006.Sejumlah Masalah Perancangan Kota: Desain dan
Permukiman Kota, Alumni, Bandung. Perencanaan Kota, Penerbit Erlangga,
Cahamdany, Doddy. 2004. Kajian dan Jakarta.
Arahan Pengembangan Ruang Publik Hakim, Rustam. 2003. Arsitektur Lansekap,
Oleh Aktivitas PKL di Kawasan Stadion Manusia, Alam dan Lingkungan. Jakarta:
Manahan Kota Surakarta. Tesis tidak FALTL Universitas Trisakti.
diterbitkan.Program Pascasarjana Hakim dan Utomo. 2004. Komponen
Magister Teknik Pembangunan Wilayah Perancangan Arsitektur Lansekap.
dan Kota. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
Carr, Stephen, Mark Francis, Leane G. Hartini, S. 2008. Laporan Analisis Vegetasi
Rivlin and Andrew M. Store, 1992.Public di Calon Kebun Raya Samosir, Sumatera
Space.Australia : Press Syndicate of Utara. Lembaga Ilmu Pengetahuan
University of Cambridge. Indonesia, PusatKonservasi Tumbuhan-
Catanese. A. J, J. C. Snyder, dan Susangko. Kebun Raya Bogor. Bogor.
1986. Pengantar Perencanaan Kota. Ichsani, Djatmiko. 2007. 23 Persen
Jakarta : Erlangga. Kendaraan Tidak Lulus Uji Emisi. Surya
Constanzadan Folke, 1997. Ecological Online. Tersedia
Economic, The Science and Management padawww.surya.co.id/web/index2.php?op
of Sustainability,. Columbia University tion=com_content&do_pdf=1&id=25338
Press, New York. [Diakses 28 Agustus 2012]
Dahlan Endes. 1992. Hutan Kota untuk IPCC. 1995. Climate Change 1994:
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Radiative Forcing of Climate Change and
Perkotaan. Jakarta: APHI.Asosiasi An Elevation of the IPCC IS92 Emission
Pengusaha Hutan Indonesia. Scenarios. Great Britain: Cambridge
Dahlan, E. N. 2007. Analisis Kebutuhan University Press.
Luasan Hutan Kota Sebagai Sink Gas Irawan. 2007. Valuasi Ekonomi Lahan
CO2 Antropogenik Dari Bahan BAkar Pertanian. Pendekatan Nilai Manfaat
Minyak dan Gas Di Kota Bogor Dengan Multifungsi Lahan Sawah dan Lahan
Pendekatan Sistem Dinamik. Disertasi. Kering (Studi kasus di sub DAS Citarik,
Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Bandung). Disertasi PPS IPB.
Pertanian Bogor (unpublished)
[DEFRA] Department for Environment, Jalal. 2007. Gerakan lingkungan penanaman
Food, and Rural Affairs. 2005. Heat pohon untuk mengurangi dampak
Stress in Poultry (Solving The Problem). pemanasan global.
Defra Publications, London. http://www.csrindonesia.com/data/article
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan s/-a.pdf[22 Pebruari 2009].
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Joga, Nirwono, Iwan Ismaun. 2011. RTH
Bogor. Pedoman dan Penyediaan 30% Resolusi (Kota) Hijau. Jakarta. PT.
Pemanfaatan RTNH di Kawasan Gramedia Pustaka Utama.
Perkotaan. Karyono, Tri Harso, 2005. Penghijauam
Devi Nuraini Santi. Pencemaran Udara oleh Kota Sebagai Usaha Penurunan Suhu
Timbal (Pb) serta Penanggulangannya. kota. Majalah konstruksi, Mei.
Media Fakultas Kedokteran Universitas KNLH. 2007. Panduan Valuasi Ekonomi
Sumatera Utara.Vol.1 No. 2001. Ekosistem Gambut.Asdep Urusan
Fardiaz. S,.2006. PolusiUdara dan Air. Insentif danP endanaan Lingkungan.
Kanisius. Yogyakarta. Jakarta.
FauziA..2004. Ekonomi Sumber daya Alam Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri.
dan Lingkungan. Teori dan Aplikasi. P.T. PenerbitAndi.Yogyakarta.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kurniatun, H., Murdiyarso, D. 2007. Alih Nolasari,I.P, Syafei,A.D. 2009. Prediksi
Guna Lahan dan Neraca Karbon Jumlah Karbon Yang Tidak Terserap
Terestrial. Bahan ajar ASB.World Oleh Pepohonan Akibat Penebangan
Agroforestry Center (ICRAF) Southeast Hutan Dan Emisi Kendaraan Pada
Asia. Bogor. Rencana Ruas Jalan Timika-Enarotali.
Kusnoputranto, H (2000). Penghapusan ITS. Surabaya.
Bensin Bertimbal Sebagai Suatu Pearce, D.W dan Kerry Turner. 1991.
keharusan. Makalah, diakses 10 Economics of Natural Resources and The
September 2012. Environment Harvester Wheatsheaf.
Leitman, Josef. (1999). Sustaining Cities : Pearce, D.W dan D. Moran, 1994.The
Environmental Planning and Economic Value of Biodiversity.
Managementin Urban Design. IUNC.Earthscan Publication, London.
Lestari, Puji dan Adolf S. 2008. Emission Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
Inventory of GHGs of CO2 and CH4 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman
From Transportation Sector Using Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Vehicles Kilometer Travelled (VKT) and Terbuka Hijau di KawasanPerkotaan.
Fuel Consumption Approaches in Perrot Maltre Daniele, 2005. Bahan Seminar:
Bandung City. Journal of Better Air On Environmental Services and
Quality, 159(2008). Financing for the Protection and
Lillesand, TM.,dan R.W. Kiefer. 1990. Sustainable Use of Ecosystems. Geneva.
Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Prasetyo, L.B., U. Rosalina, D. Murdiyarso,
Gajah Mada University G. Saito dan H. Tsuruta. 2002.
Press.Yogyakarta. Integrating Remote Sensing and GIS for
Marzuki, 2002.Metodologi Riset. Jogjakarta Estimating Aboveground Biomass and
: PBFE UII. Green House Gases Emission. CEGIS
McPherson,E.G.,Nowak,D.J.,Rowntree, Newsletter Vol 1- April 2002
R.A.1994.Chicago’s Urban Forest Purnomohadi, Ning. 2006. Ruang Terbuka
Ecosystem: Results of the Chicago Urban Hijau Sebagai UnsurUtama Tata Ruang
Forest Climate Kota. Jakarta. Direktorat Jenderal
Project.USDA,ForestService,Northeaster Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan
n, ForestExperimentStation,Radnor,PA. Umum.
Moleong M.A. Lexy J. 1988. Metodologi Rahardjo, P. 2003. “Upaya Pengendalian
Penelitian Kualiatif. Bandung : P.T. Lahan Perkotaan”.Jurnal Real Estat. 8:12-
Remaja Rosdakarya. 20
Muis Badudu. 2005. Morfosintaksis. Jakarta. Ratih, Suprihadi. 2005. Angkot di Bogor
P.T. Rineka Putra bukan biang kemacetan. Harian Kompas,
Munasinghe, M. 1993. Environmental edisi 4 Februari 2005.
Economics and Sustainable
Development. World Bank Environment Rapuano, Michael, DR. P. P. Pirone and
Paper Number 3.The World Bank. Brooks E. Wigginton, 1964. Open Space
Washington D.C. in Urban Design. Ohio : The Cleveland
Munibah K. 2008. Model Spasial Perubahan Development Foundation.
Penggunaan Lahan dan Arahan Sinulingga, Budi. D., 2005.Pembangunan
Penggunaan Lahan Berwawasan Kota Tinjauan Regional dan
Lingkungan (StudiKasus DAS Cidanau, Lokal.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Provinsi Banten) [Desertasi] Sekolah Sitepoe, M, 1997. Usaha Mencegah Bahaya
Pascasarjana. Bogor: Institut Pertanian Merokok. Cetakan I. Penerbit PT
Bogor. Gramedia Widiasarana Indonesia,
Nazzarudin. 1994. Penghijauan Kota. Jakarta.
Jakarta. Penerbit Swadaya. Soedomo, Moestikahadi.1999. Pencemaran
Udara. Bandung: Penerbit ITB.
Somia.2008. Letak Kota Warpani, S. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas
Bogor.http://www.bogoronline.com [28 dan Angkutan Jalan. Bandung: Penerbit
Pebruari 2009]. ITB.
Sugiyono.(2005) Memahami Penelitian Wicaksono, G. Y. 2009. BLH: Kualitas
Kualitatif. Bandung: ALFABET. Udara Surabaya Sangat Buruk. Tersedia
Suparmoko dan Maria. 2000. Ekonomi pada : http://www.vhrmedia.com/BLH-
Lingkungan. BPFE.Yogyakarta. Kualitas-Udara-Surabaya-Sangat-Buruk-
Tinambunan R.S, 2006. Analisis Kebutuhan berita342.htm.[Diakses 28 Agustus 2008]
Ruang Terbuka Hijau di Kota Pekan Wisesa SPC. 1988. Studi Pengembangan
Baru. Pengelolaan Sumber Daya Alam Hutan Kota di Wilayah Kotamadya
dan Lingkungan. Sekolah Pascasarjana Bogor [Tesis]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor. Wisesa, S.P.C. 1988. Studi Pengembangan
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Hutan Kota di Wilayah Kotamadya
Tentang Penataan Ruang. Bogor.Jurusan Konservasi Sumberdaya
Verbist, B.; Ekadinata, A.P. dan S. Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Budidarsono. 2004. Penyebab alih guna Zhongan, S., Spaargaren.,Yuanhang. 2005.
lahan dan akibatnya terhadap fungsi Traffic and Urban Air Pollution, the Case
daerah aliran sungai (DAS) pada of Xiían City, P.R.China.
lansekapa groforestri berbasis kopi di
Sumatra. Agrivita 26 (1): 29-38.
Wackernagel, N. and W.E. Ress. 1996. Our
Ecological Footprint: Reducing Human
Impact on the Earth, New Society
Publishers, Gabriola Island, B

Pembimbing II Mahasiswa,

Dr. Ir. La BacoSudia, M.Si MuhamadIdhamHanda

You might also like