Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

7611 193 16003 1 10 20180511 PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Suryani, et al, Titer Widal pada Populasi Sehat di Universitas Jember......

Titer Widal pada Populasi Sehat di Universitas Jember


(Widal Titre among Healthy Population in University of Jember)
Dissa Yulianita Suryani, Muhammad Ali Shodikin, Ida Srisurani Wiji Astuti
Fakultas Kedokteran Universitas Jember
Jln Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto Jember 68121
e-mail: alipspd@unej.ac.id

Abstract
Enteric fever is endemic in developing countries including Indonesia. Widal test in a
single serum sample is commonly used as laboratory diagnosis especially where culture
facilities are not available. Examination of the single Widal test in endemic countries
such as Indonesia, will give less accurate results with the large number of false-positive
or false-negative. One of false-positive results is single Widal interpretation of test in
endemic areas where the majority of the healthy population had contact or infected
previously, and showed a positive result of Widal test. Widal titre examination in healthy
population both men and women have not been investigated in Jember. So the aim of
this study was to determine Widal titres among apparently healthy population in Jember
University. In this cross-sectional study, blood samples were collected as much as 3 mL
from healthy men (n=47) and women (n=47) and were analyzed for the presence of
Salmonella antibodies by carrying out the Widal slide agglutination test. The data was
analyzed using SPSS version 23 descriptively. The result showed that the most frequent
antibody titres of O, H, AO, AH, BO, and BH antigens were 1/320 (37,2%), 1/320
(38,2%), 1/320 (86,1%), 1/320 (67,0%), 1/320 (77,7%) and 1/40 (27,7%) respectively in
healthy population. In conclusion, antibody titre of AO dominated the most positive
results in healthy population.

Keywords: Widal test, healthy population, Indonesia

Abstrak

Demam enterik merupakan penyakit endemik di negara-negara berkembang seperti


Indonesia. Uji Widal dalam sampel serum tunggal sering digunakan untuk diagnosis
laboratorium terutama ketika fasilitas kultur tidak tersedia. Pemeriksaan uji Widal tunggal
pada negara endemik seperti Indonesia, akan memberikan hasil yang kurang akurat
dengan banyaknya hasil false-positive maupun false-negative. Salah satu hasil false-
positive yaitu interpretasi hasil uji widal tunggal di daerah endemik dimana sebagian
besar populasi sehat juga pernah kontak atau terinfeksi, dan menunjukkan hasil uji widal
positif Akan tetapi, pengujian titer Widal pada populasi sehat baik pada pria maupun
wanita belum pernah dilakukan di Jember. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui titer widal pada pria dan wanita sehat di Universitas Jember. Pada
penelitian cross-sectional ini, dilakukan pengambilan darah sebanyak 3 ml dari pria
(n=47) dan wanita sehat (n=47) dan menggunakan teknik slide test untuk melihat adanya
antibodi terhadap Salmonella. Analisis data menggunakan SPSS versi 23 berupa analisis
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai titer Widal terbanyak pada populasi
sehat di Universitas jember berturut-turut adalah titer O 1/320 (37,2%), titer H 1/320
(38,2%), titer AO 1/320 (86,1%), titer AH 1/320 (67,0%), titer BO 1/320 (77,7%), dan titer
BH 1/40 (27,7%). Sehingga, didapatkan kesimpulan bahwa titer AO mendominasi hasil
positif pada populasi sehat.

Kata kunci: uji Widal, populasi sehat, Indonesia

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 6 (no. 2), Mei 2018 245


Suryani, et al, Titer Widal pada Populasi Sehat di Universitas Jember......

Pendahuluan mudah dikerjakan dan memberikan hasil yang


cepat [4].
Demam tifoid dan paratifoid termasuk ke Penegakkan diagnosis demam tifoid
dalam demam enterik. Pada daerah endemik, melalui uji Widal dianggap positif jika terjadi
sekitar 90% dari demam enterik adalah demam kenaikan titer lebih atau sama dengan 4 kali
tifoid dan sisanya adalah demam paratifoid. lipat pada titer masa akut (pemeriksaan
Indonesia merupakan salah satu negara dengan berpasangan) atau kenaikan titer melebihi batas
endemik penyakit demam tifoid dan paratifoid. bawah widal (pemeriksaan tunggal) pada suatu
Insiden penyakit menular yang disebabkan daerah [5]. Pemeriksaan uji Widal tunggal pada
Salmonella Typhi (S. Typhi) dan Salmonella negara endemik seperti Indonesia, akan
Paratyphi (S. Paratyphi) ini di Indonesia masih memberikan hasil yang kurang akurat dengan
cukup tinggi, bahkan menempati urutan ketiga banyaknya hasil false-positive maupun false-
diantara negara-negara di dunia. Menurut data negative. Salah satu hasil false-positive yaitu
World Health Organization (WHO) tahun 2009, interpretasi hasil uji widal tunggal di daerah
memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus endemik dimana sebagian besar populasi sehat
demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi juga pernah kontak atau terinfeksi, dan
600.000 kasus kematian tiap tahun. Insidens menunjukkan hasil uji widal positif [6]. Sehingga,
rate demam tifoid di Asia Selatan dan Tenggara perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui titer
termasuk Cina pada tahun 2010 rata-rata 1.000 Widal pada populasi sehat agar tidak terjadi
per 100.000 penduduk per tahun. Insidens rate false-positive. Populasi yang digunakan adalah
demam tifoid tertinggi di Papua New Guinea populasi pria dan wanita sehat di Universitas
sekitar 1.208 per 100.000 penduduk per tahun. Jember. Dari hasil penelitian ini diharapkan
Insidens rate di Indonesia masih tinggi yaitu 358 dapat memberikan data dan informasi tentang
per 100.000 penduduk pedesaan dan 810 per titer Widal pada populasi sehat di Universitas
100.000 penduduk perkotaan per tahun dengan Jember.
rata-rata kasus per tahun 600.000-1.500.000
penderita. Angka kematian demam tifoid di
Indonesia masih tinggi dengan CFR (Case Metode Penelitian
Fatality Rate) sebesar 10% [1]. Penelitian ini menggunakan desain studi
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan cross sectional. Penelitian dilakukan di
Medis Depkes RI, pada tahun 2008, demam laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit Universitas Jember dengan menggunakan data
terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit di primer berupa lembar observasi. Berdasarkan
Indonesia. Jumlah kasus demam tifoid pada perhitungan r u m u s b e s a r s a m p e l u n t u k
pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia penelitian cross sectional, besar sampel minimal
sebanyak 81.116 dengan proporsi 3,15%. adalah 47 orang untuk tiap kelompok. Sampel
Sedangkan menurut Riskesdas tahun 2007, terbagi atas kelompok pria berjumlah 47 orang
prevalensi demam tifoid di Indonesia sebanyak dan wanita berjumlah 47 orang. Sampel dalam
1,6% dimana prevalensi demam tifoid di Provinsi penelitian ini adalah populasi masyarakat
Jawa Timur sebesar 1,13%. meliputi mahasiswa dan mahasiswi di
Prosedur diagnosis demam tifoid dan lingkungan Universitas Jember yang memenuhi
paratifoid yang biasanya dilakukan adalah kriteria inklusi dan eksklusi.
dengan melihat tanda dan gejala klinis, marker Beberapa kriteria inklusi dari penelitian ini,
serologi, kultur bakteri, dan pelacakan DNA meliputi: usia 18-25 tahun; BMI (Body Mass
bakteri S. Typhi dan S. Paratyphi. Kultur darah, Index) ≥18,5 dan ≤ 24,9; tekanan darah dalam
sumsum tulang dan feses merupakan diagnosis rentang >90/60 dan <140/90 mmHg; denyut nadi
yang dapat dipercaya namun prosedurnya dalam rentang 60-100 kali/menit; respiration
cukup mahal dan sensitivitasnya berkurang
rate (RR) 12-20 kali/menit; suhu tubuh 36,5-37,5
ketika pasien sudah mendapatkan terapi
antibiotik [2]. Diagnosis serologi paling sering ̊C; dan skor MMSE (Mini Mental State Exam)
digunakan oleh negara berkembang sejak normal, yaitu dalam rentang 24-30. Sedangkan
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950 kriteria eksklusi dari penelitian ini meliputi:
oleh Felix Widal adalah uji Widal [3]. Uji ini responden menolak dalam Informed Consent;
sering digunakan oleh negara-negara wanita yang sedang hamil atau menstruasi;
berkembang seperti Negara Indonesia pasien dalam fase pengobatan, terutama
dikarenakan harganya yang relatif murah, antibiotik dan immunosupresan dalam 1 bulan

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 6 (no. 2), Mei 2018 246


Suryani, et al, Titer Widal pada Populasi Sehat di Universitas Jember......

terakhir; pernah vaksin demam tifoid; riwayat Tabel 2. Distribusi Titer Aglutinin pada Populasi
demam tifoid 1 tahun terakhir; dan pernah Sehat
Titer Titer Titer Titer Titer Titer
melakukan operasi sedang atau berat 1 tahun Aglu-
0 20 40 80 160 320
terakhir. tinin
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
Sampel yang diperoleh dengan 7 6 16 11 19 35
menggunakan teknik purposive sampling ini O
(7,4) (6,3) (17,0) (11,8) (20,2) (37,2)
diambil darahnya sebanyak 3 mL dan dilakukan 10
2 8 20 18 36
uji widal terhadap serumnya. Setelah semua H (10,7
(2,1) (8,6) (21,2) (19,1) (38,2)
data sampel terkumpul, dilakukan analisis data )
dengan program Statistical Package for the 1 1 1 4 6 81
AO
Social Sciences (SPSS) 23.0. Analisis data (1,0) (1,0) (1,0) (4,2) (6,3) (86,1)
6 1 6 9 9 63
menggunakan analisis deksriptif berupa analisis AH
(6,3) (1,0) (6,3) (9,6) (9,6) (67,0)
univariat yang disajikan dalam bentuk analisis 1 3 4 6 7 73
karakteristik sampel, analisis distribusi titer BO
(1,0) (3,1) (4,2) (6,3) (7,4) (77,7)
aglutinin pada populasi sehat, dan analisis 15
distribusi titer aglutinin pada pria dan wanita 6 26 24 8 15
BH (15,9
(6,3) (27,7) (25,5) (8,6) (15,9)
sehat. )

Hasil Penelitian Berdasarkan data pada tabel 2 dapat


disimpulkan bahwa frekuensi nilai titer terbanyak
Pada penelitian ini didapatkan 94 sampel pada aglutinin O, H, AO, AH, dan BO adalah titer
yang telah memenuhi kriteria pemilihan sampel 1/320. Berbeda halnya dengan aglutinin BH,
penelitian. Karakteristik sampel penelitian frekuensi nilai titer terbanyak ada pada titer
disajikan dalam Tabel 1 sebagai berikut. 1/40. Frekuensi titer Widal terbanyak pada
Tabel 1. Karakteristik Sampel Penelitian populasi sehat di Universitas Jember disajikan
Jumlah Persentase pada tabel 3.
Karakteristik Sampel
(n) (%)
Jenis Kelamin Tabel 3. Frekuensi Titer Terbanyak pada
Pria 47 50 Populasi Sehat di Universitas Jember
Wanita 47 50
Usia
18-19 tahun 14 14,9 Jumlah Persentase
Aglutinin Titer
20-22 tahun 76 80,9 (orang) (%)
23-25 tahun 4 4,2 O 320 35 37,2
Riwayat Demam Tifoid H 320 36 38,2
Ya 23 24,4 AO 320 81 86,1
Tidak 71 75,6 AH 320 63 67,0
Asal Fakultas BO 320 73 77,7
Kedokteran 16 17,0 BH 40 26 27,7
Pertanian 7 7,4
FKIP 4 4,2
Hukum 8 8,5 Distribusi titer aglutinin pada pria dan
Ilmu Sosial Politik 5 5,3 wanita disajikan pada Tabel 4 dan 5 sebagai
Ilmu Budaya 5 5,3 berikut.
Ekonomi Bisnis 6 6,3
Kedokteran Gigi 3 3,1 Tabel 4. Distribusi Titer Aglutinin pada Pria
Ilmu Keperawatan 7 7,4
Kesehatan Aglu Titer Titer Titer Titer
5 5,3 Titer 0 Titer 20
Masyarakat - 40 80 160 320
Farmasi 4 4,2 (%) (%)
tinin (%) (%) (%) (%)
Teknik 11 11,7 O 5(10,7) 4(8,6) 7(14,9) 5(10,7) 9 19,1) 17(36,1)
Teknologi Pertanian 6 6,3 10(21,
MIPA 4 4,2 H 1(2,1) 6(12,8) 4(8,6) 9(19,1) 17(36,1)
2)
Sistem Informasi 3 3,1 AO 1(2,1) 1(2,1) 1(2,1) 4(8,6) 4(8,6) 36(76,6)
AH 2(4,2) 1(2,1) 3 (6,3) 2(4,2) 3(6,3) 36(76,6)
Distribusi titer aglutinin pada populasi se- BO 1(2,1) 2(4,2) 2 (4,2) 4(8,6) 2(4,2) 36(76,6)
hat disajikan pada Tabel 2 sebagai berikut. BH 5(10,7) 7(14,9) 14(29,8) 10(21,2) 2(4,2) 9(19,1)

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 6 (no. 2), Mei 2018 247


Suryani, et al, Titer Widal pada Populasi Sehat di Universitas Jember......

Tabel 5. Distribusi Titer Aglutinin pada Wanita Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Aglu- Titer 0 Titer
Titer Titer Titer Titer di India oleh Mankodi dkk. [9], Mittal dkk. [10]
40 80 160 320 yang menyatakan prevalensi S. typhi lebih
tinin (%) 20 (%)
(%) (%) (%) (%) tinggi dibandingkan S. paratyphi A dan S.
9 6 10 18 paratyphi B di India dan Ochiai dkk. [11]
O 2 (4,2) 2 (4,2)
(19,1) (12,8) (21,2) (38,2) menyatakan prevalensi S. typhi yang lebih
4 11 8 19
H 1 (2,1) 4 (8,6)
(8,6) (23,4) (17,0) (40,4)
tinggi dibanding S. paratyphi di Indonesia.
2 45 Kenaikan titer aglutinin terutama aglutinin H
AO 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) tidak mempunyai arti diagnostik yang penting
(4,2) (95,8)
3 7 6 27 untuk demam tifoid pada penderita dewasa di
AH 4 (8,6) 0 (0)
(6,3) (14,9) (12,8) (57,4) daerah endemis. Berdasarkan alasan ini, maka
2 2 5 37 pada daerah endemis tidak dianjurkan
BO 0 (0) 1 (2,1)
(4,2) (4,2) (10,7) (78,8) pemeriksaan aglutinin H terhadap S. typhi ,
8 12 14 6 6 cukup pemeriksaan titer aglutinin O terhadap S.
BH 1 (2,1)
(17,0) (25,5) (29,8) (12,8) (12,8) typhi [12].
Prevalensi S. paratyphi A dan B dalam
Frekuensi titer Widal terbanyak pada pria penelitian ini sama, berbeda halnya dengan
dan wanita dewasa sehat di Universitas Jember penelitian Teh dkk. [13] yang menyatakan
disajikan pada tabel 6. bahwa S. paratyphi A mengalami peningkatan
yang signifikan terutama di negara Pakistan,
Tabel 6.Frekuensi Titer Terbanyak pada Pria Cina, Nepal dan India jika dibandingkan dengan
dan Wanita Sehat di Universitas Jember Salmonella jenis lainnya. Selain itu penelitian
Jenis Jumlah Persentase dari Bahadur dkk. [14] terjadi peningkatan S.
Aglutinin Titer
Kelamin (orang) (%)
paratyphi B yang lebih tinggi daripada S.
Pria 320 17 36,1
O paratyphi A yang menyebabkan India sebagai
Wanita 320 18 38,2
Pria 320 17 36,1 salah satu negara endemik S. paratyphi B.
H Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa di
Wanita 320 19 40,4
Pria 320 36 76,6 Indonesia khususnya daerah Universitas
AO Jember terjadi kenaikan titer yang sama yang
Wanita 320 45 95,8
AH
Pria 320 36 76,6 menyebabkan prevalensi S. paratyphi A
Wanita 320 27 57,4 sekarang mulai diikuti dengan peningkatan dari
Pria 320 36 76,6 S. paratyphi B pada aglutinin tiap individu sehat
BO
Wanita 320 37 78,8 khususnya di wilayah Jember.
Pria 40 14 29,8
BH Perbedaan prevalensi antara S. typhi dan
Wanita 80 14 29,8
S. paratyphi ini disebabkan karena adanya
faktor risiko paparan yang berbeda. Salah satu
Pembahasan penelitian yang dilakukan di Indonesia
Hasil penelitian ini menunjukkan 100% menemukan bahwa risiko demam paratifoid
sampel terdapat reaksi aglutinasi antara lebih rentan pada paparan dari luar rumah
antibodi dengan antigen pada satu atau lebih (contohnya membeli makanan dari pedagang
aglutinin widal pada populasi sehat. Hal ini kaki lima) jika dibandingkan dengan demam
menunjukkan bahwa negara Indonesia termasuk tifoid, dimana paparannya lebih rentan dari
negara endemik S. typhi dan S. paratyphi [7]. dalam rumah sendiri. Contoh paparannya
Sebanyak 93% hasil titer ≥1/20 pada aglutinin adalah memakai peralatan rumah tangga secara
O, 97% pada aglutinin H, 99% pada aglutinin AO bersamaan, adanya pasien penderita demam
dan BO, 94% pada aglutinin AH dan BH. Antigen tifoid, kurangnya ketersediaan sabun atau
O S. paratyphi A dan S. paratyphi B lebih tinggi fasilitas jamban [15].
dibandingkan S. typhi dalam penelitian ini. Hal Hasil titer aglutinin pada pria dan wanita
ini sejalan dengan Jayavarthinni dkk. yang dalam penelitian ini didapatkan frekuensi titer
melakukan penelitian pada 258 sampel yang aglutinin O, H, AO, AH dan BO paling banyak
telah diisolasi bakteri Salmonella ditemukan 127 pada pria dan wanita adalah sama, yaitu titer
(49,2%) merupakan S. typhi dan 131 (50,8%) 1/320. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
adalah S. paratyphi A [8]. dilakukan Mussa [16] bahwa titer aglutinin O
Antigen H dalam penelitian ini pada 80 sampel orang dewasa sehat didapatkan
menunjukkan prevalensi S. typhi lebih tinggi frekuensi titer terbanyak adalah `1/320 di
dibandingkan S. paratyphi A dan S. paratyphi B. wilayah Iraq. Penelitian Pal dkk. [17] dari 117

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 6 (no. 2), Mei 2018 248


Suryani, et al, Titer Widal pada Populasi Sehat di Universitas Jember......

sampel orang dewasa sehat didapatkan titer berdarah, infeksi enterobakteria, dan lain-lain.
aglutinin H pada 1/320 di India. Penelitian Pal Penyakit-penyakit ini belum dimasukkan dalam
dkk. bertentangan dengan penelitian yang kriteria eksklusi sebagai riwayat penyakit
dilakukan di Indonesia oleh Kinanti [18] dari 30 responden. Penyakit autoimun seperti lupus dan
sampel sehat didapatkan titer aglutinin O di penyakit immunocompromized seperti AIDS
daerah kota Surakarta sebesar 1/20 sedangkan (acquired immune deficiency syndrome) juga
di daerah desa Karangpandan-Karanganyar belum dimasukkan dalam kriteria eksklusi dalam
sebesar 1/40. Selain itu ditemukan titer aglutinin penelitian ini karena hal ini juga dapat
H di daerah kota Surakarta dan desa mempengaruhi respon antibodi pada titer Widal.
Karangpandan-Karanganyar adalah sama, yaitu Selain itu, pengenceran titer Widal dalam
1/30. penelitian ini hanya dibatasi sampai titer 1/320
Penelitian lain untuk titer aglutinin AO pada s l i d e t e s t, p a d a h a l s e h a r u s n y a
sampai saat ini belum ada yang mencapai pengenceran titer Widal tetap harus dilakukan
frekuensi terbanyak pada 1/320, maksimal sampai benar-benar tidak terjadi aglutinasi pada
terbanyak hanya sampai 1/40 [19]. Penelitian titer berapapun itu.
lain sampai saat ini belum ada yang
menunjukkan titer aglutinin AH yang mencapai Simpulan dan Saran
frekuensi terbanyak pada 1/320, maksimal Berdasarkan hasil analisis data dan
terbanyak hanya sampai 1/80 [19]. Penelitian pembahasan yang telah dijabarkan, didapatkan
Mohammed dkk. [19] dari 90 sampel didapatkan kesimpulan bahwa titer Widal terbanyak pada
titer untuk aglutinin BO adalah 1/320 di Karbala, populasi sehat adalah titer AO (86,1%) pada titer
Iraq. 1/320. Oleh karena itu, Indonesia sebagai
Disisi lain, frekuensi terbanyak untuk titer negara endemis demam tifoid dan paratifoid
aglutinin BH pada pria dan wanita berbeda dapat dilihat dari banyaknya hasil positif Widal
dalam penelitian ini, meskipun selisihnya sangat pada populasi sehat dalam penelitian ini,
sedikit sekali yaitu titer 1/40 pada pria dan titer sehingga perlunya berhati-hati dalam
1/80 pada wanita. Titer aglutinin BH 1/40 sejalan mendiagnosis demam tifoid terutama jika hanya
dengan penelitian Kogekar dkk. [20] dan memakai uji Widal sebagai alat diagnosis.
Maulingkar dkk. [21] yang menyatakan titer
aglutinin BH adalah 1/40 pada populasi sehat di Daftar Pustaka
India. Titer aglutinin BH 1/80 juga ditemukan [1] Nainggolan R. Karakteristik Penderita
pada penelitian Mohammed dkk. [19] di Iraq. Demam Tifoid. Skripsi. Medan: Fakultas
Penelitian yang menemukan perbedaan titer Kesehatan Masyarakat Universitas
aglutinin BH pada pria dan wanita adalah Sumatera Utara; 2011.
Ibekwe dkk. [22] dimana titer aglutinin pada pria [2] Hayat AS. Evaluation of Typhidot (IgM) in
1/80 dan pada wanita 1/160. Early and Rapid Diagnosis of Typhoid Fever.
Uji Widal merupakan uji diagnostik yang Professional Med. 2011; 18(2): 259-264.
murah dan mudah untuk dilakukan serta [3] Wain J, S Hosoglu. The Laboratory
biasanya menjadi alat diagnostik di daerah Diagnosis of Enteric Fever. J Infect Dev
endemik dimana fasilitas kultur bakteri masih Ctries. 2008; 2(6): 421-425.
belum banyak tersedia terutama di negara [4] Mitra R, Kumar N, Trigunayat A, Bhan S.
berkembang seperti Indonesia. Uji Widal dapat New Advances in the Rapid Diagnosis of
menyebabkan hasil positif-palsu dalam Ty p h o i d F e v e r. A f r i c a n J o u r n a l o f
mendiagnosis demam tifoid dalam penelitian ini Microbiology Research. 2010; 4(16): 1676-
karena S. typhi memiliki antigen O dan antigen 1677.
H yang sama dengan salmonella jenis lainnya [5] Alam ABMS, FR Ahmed, F Chaiti. Utility of A
dan memiliki reaksi silang epitope dengan single Widal Test in the Diagnosis of Typhoid
enterobacteriace. Kenaikan titer widal pada pria Fever. Bangladesh J Child Health. 2011; 35:
dan wanita sehat dapat juga disebabkan adanya 53–58.
reaksi silang antigen lain, contohnya malaria, [6] Kataria VK, N Bhai, BS Mahawal, RC Roy.
brucellosis, demam berdarah, infeksi Determination of Baseline Widal Titre among
enterobakteria dan vaksinasi [23]. Apparently Healthy Population in Dehradun
Kelemahan dalam penelitian ini adalah City. IOSR Journal of Pharmacy and
kenaikan titer widal pada pria dan wanita sehat Biological Sciences. 2013; 7 (2): 53-55.
dapat juga disebabkan adanya reaksi silang
antigen lain, seperti malaria, brucellosis, demam

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 6 (no. 2), Mei 2018 249


Suryani, et al, Titer Widal pada Populasi Sehat di Universitas Jember......

[7] P u t r a A . H u b u n g a n a n t a r a Ti n g k a t Typhoid and Paratyphoid Fever in Jakarta,


Pengetahuan Ibu tentang Demam Tifoid Indonesia. JAMA. 2004; 291: 2607-2615.
terhadap Kebiasaan Jajan Anak Sekolah [16] Mussa A. Reassessment of Widal test in the
Dasar. Skripsi. Semarang: Fakultas Diagnosis of Typhoid Fever. Diyala Journal
Kedokteran Universitas Diponegoro; 2012. of Medicine. 2011; 1 (2): 13-25.
[8] Jayavarthinni M, Madhusudhan NS, [17] Pal M, R Mitra, S Datta, M Mondal.
D h a n a l e h a P, S i v a g a m a s u n d a r i D . Determination of Baseline Titre of Widal Test
Emergence of Salmonella Paratyphi A and among Healthy Population In Eastern Part of
Submergence of Salmonella Typhi and Their India. World Journal of Pharmaceutical
Tr e n d O v e r F o u r Ye a r s . A n n a l s o f Research. 2014; 3 (3): 4728-4738.
International Medical and Dental Research. [18] Kinanti. Perbandingan Titer Antibodi
2016; 2 (5): 7-10. Salmonella Typhosa O dan H pada
[9] Mankodi PJ, BJ Aring. Baseline Antibody Penduduk Perkotaan dan Pedesaan.
Titre against Salmonella Enterica in Healthy Skripsi. Surakarta: Fakultas Kedokteran
Population of Gujarat, India. International Universitas Sebelas Maret; 2011.
Journal of Scientific Research. 2013; 2 (5): [19] Mohammed S H , M N H m o o d , H J
493-494. Mohammed, HS Nasir, W J Sultan, H
[10] Mittal G, P Gupta, RK Agarwal, M Talekar, G Mohammed. 2 0 1 5 . D e t e r m i n a t i o n o f
Negi, S Gupta. Evaluation of the Baseline Baseline Widal Titre in Healthy Individuals in
Widal Titres in Healthy Blood Donors of Karbala city, South of Iraq. J Cont Med Sci.
Uttarakhand. Indian Journal Of Community 2015; 1(2): 14–17.
Health. 2014; 26 (3): 264-267. [20] Kogekar S, P Peshattiwar, K Jain, M Rajput,
[11] Ochiai RL, XY Wang, LV Seidlein, J Yang, PK Shahi. Study of Baseline Widal Titre
ZA Bhutta, SK Bhattacharya, M Agtini, JL among Healthy Individuals in and around
Deen, J Wain, DR Kim, M Ali, CJ Acosta, L Indore, India. International Journal of
Jodar, JD Clemens. Salmonella Paratyphi A Current Microbiology and Applied Sciences.
Rates, Asia. 2005; 11 (11): 1764-1766. 2015; 4 (7): 775-778.
[12] Wardana IMTN, S Herawati, IWPS Yasa. [21] Maulingkar SV, R Prakash, PV Harish, B
Diagnosis Demam Tifoid dengan Salabha. Study of Baseline Widal Titres in A
Pemeriksaan Widal. Denpasar: Bagian/SMF Healthy Adult Population of Wayanad
Patologi Klinik Fakultas Kedokteran district, Kerala, India. Sagepub Journal.
Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum 2015; 45 (1): 12-14.
Pusat Sanglah; 2011. [22] Ibekwe AC, Okonko IO, Onunkwo AU,
[13]   Teh CSJ, KH Chua, KL Thong. Paratyphoid Donbraye E, Babalola ET, Onoja BA.
Fever: Splicing the Global Analyses. Baseline Salmonella Aglutinin Titres in
International Journal of Medical Sciences. Apparently Healthy Freshmen in Awka,
2014; 11(7): 732-741. South Eastern, Nigeria. Academic Journal.
[14]   Bahadur AK, BV Peerapur. Baseline Titre of 2008; 3 (9): 425-430.
Widal among Healthy Blood Donors in [23] Walke H, S Palekar. Endemic Titre of Widal
Raichur, Karnataka. Journal of Krishna Test in Kolhapur, India. International Journal
Institute of Medical Sciences University. of Current Microbiology and Applied
2013; 2 (2): 30-36. Sciences. 2014; 3 (11): 708-710.
[15] Vollaard AM, Ali S, V Asten, Widjaja S,
Visser, Surjadi C, V Dissel. Risk Factors for

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 6 (no. 2), Mei 2018 250

You might also like