Preheater Water System (PWS) Untuk Bahan Bakar Bio Solar
Preheater Water System (PWS) Untuk Bahan Bakar Bio Solar
Preheater Water System (PWS) Untuk Bahan Bakar Bio Solar
ABSTRACT
Burning diesel fuel in a combustion chamber requires considerable pressure. This is often the cause
of incomplete burning process. A water heater and preheater water heater (PWS) heater system is
designed to facilitate combustion, where before the fuel goes into the injection pump, the fuel is
heated by utilizing radiator water and electric heating elements with a certain temperature. The tool
is made of tube pipe diameter 140 mm, height 170 mm. Spiral copper pipe diameter 8.5 mm length
750 mm. Electrical heating element and temperature control. Pipe tubes are formed in such a way
that can accommodate radiator heat water. While the copper pipe is rolled into a spiral shape inserted
into the tube and the bottom is clamped by an electric heating element that is controlled via an
electronic circuit. How the tube works as a radiator hot water circulator, an electric heating element
that is controlled by a temperature sensor as a copper tube heater as a bio-fuel heating fuel from a
fuel tank prior to entering the injection pump. So that bio-diesel fuel will become hot when heading
to the injection pump, and sprayed into the combustion chamber with a hot temperature. Temperature
of fuel before heating 30ºC, with heating water radiator temperature to 50ºC, with heating
temperature heating element to 55ºC and when both heater functioned the temperature to 60ºC. At
idle round of 800 rpm increase in fuel temperature 50ºC fuel consumption more efficient 26%. In the
intermediate 1200 rpm mid-rise temperature 55ºC fuel consumption 15% more efficient. At 2200
round rise temperature 60ºC more extravagant 15%. Optimum fuel optimum heat is 50ºC. While the
temperature of 60ºC will lead to wasteful fuel.
Keywords: saver, biosolar, pre heater water system, diesel engine
INTISARI
Pembakaran bahan bakar solar disuatu ruang bakar memerlukan tekanan yang cukup tinggi. Hal ini
sering kali menjadi penyebab ketidak sempurnaan proses pembakaran. Alat dengan system
pemanas air dan pemanas listrik preheater water system (PWS) dirancang bangun untuk
mempermudah pembakaran, dimana sebelum bahan bakar masuk ke pompa injeksi, bahan bakar
dipanaskan dengan memanfaatkan air radiator dan pemanas elemen listrik dengan suhu tertentu.
Alat terbuat dari tabung pipa diameter 140 mm, tinggi 170 mm. Pipa tembaga spiral dimeter 8,5 mm
panjang 750 mm. Elemen pemanas listrik dan kontrol suhu. Tabung pipa dibentuk sedemikian rupa
sehingga bisa menampung panas air radiator. Sedangkan pipa tembaga dirol berbentuk spiral
dimasukan ke dalam tabung dan bagian bawah dijepit oleh elemen pemanas listrik yang dikontrol
lewat rangkaian elektronik. Cara kerja tabung pipa sebagai penampung sirkulasi panas air radiator,
elemen pemanas listrik yang dikontrol dengan sensor suhu sebagai pemanas pipa tembaga sebagai
pemanas bahan bakar bio solar dari tangki bahan bakar sebelum masuk ke pompa injeksi. Sehingga
bahan bakar bio solar akan menjadi panas saat menuju pompa injeksi, dan disemprotkan ke ruang
bakar dengan suhu yang panas. Suhu bahan bakar sebelum pemanasan 30 oC, dengan pemanasan
air radiator suhu menjadi 50oC, dengan pemanasan elemen pemanas suhu menjadi 55 oC dan saat
kedua pemanas difungsikan suhu menjadi 60oC. Pada putaran idle 800 rpm kenaikan suhu bahan
bakar 50oC konsumsi bahan bakar lebih hemat 26%. Pada putaran menengah 1200 rpm kenaikan
suhu 55oC konsumsi bahan bakar lebih hemat 15%. Pada putaran 2200 kenaikan suhu 60 oC lebih
boros 15%. Panas optimum bahan bakar paling hemat yaitu 50 oC. Sedangkan suhu 60oC akan
mengakibatkan bahan bakar boros.
Kata kunci: penghemat, biosolar, pre heater water system, mesin diesel
100 Pranoto, Rancang Bangun Alat Penghemat Bahan Bakar Preheater Water System (PWS)
Untuk Bahan Bakar Bio Solar
harus dibuat butiran kecil-kecil dengan tujuan bahwa perubahan temperatur solar yang
untuk dapat menghasilkan campuran yang diinjeksikan dalam ruang bakar mempengaruhi
lebih homogen. torsi dan daya sebesar 4,1%, konsumsi bahan
bakar 7%, efisiensi thermal 23,4%. Namun
demikian kedua peneliti tersebut masih
mempuyai kendala bahwa alat pemanas solar
yang dihasilkan masih belum cukup efektif
untuk menghasilkan temperatur yang
diperlukan pada setiap kondisi, karena sangat
bergantung dengan panas radiator ke alat
pemanas. Perlu adanya rancang bangun pada
alat pemanas solar yang efektif dan efisien
untuk proses penyediaan bahan bakar pada
mesin diesel.
Dimana: METODE
H = Kalor yang mengalir tiap satuan Nozzle pada sistem bahan bakar diesel
waktu (W) akan bekerja bila ada tekanan dari pompa
K = Koefisien konduksi termal (W/mK) injeksi bahan bakar baik model in-line maupun
A = Luas penampang konduktor (m2) distributor. Butiran halus dan tidaknya
∆T = Selisih temperatur antara dua penyemprotan (menginjeksi) nozzle ke ruang
ujung (oK) bakar karena dipengaruhi dari kualitas bahan
L = Panjang kondutor (m) bakar tersebut. Dalam proses atau prosedur
yang dilakukan yaitu seperti pada gambar 4
b. Konveksi (aliran) dibawah ini:
Perpindahan kalor yang disertai
perpindahan pertikel zat tersebut,
102 Pranoto, Rancang Bangun Alat Penghemat Bahan Bakar Preheater Water System (PWS)
Untuk Bahan Bakar Bio Solar
Mulai
Pengukuran Pemasangan
Sebelum Dipasang Alat
Alat pemanas Pemanas
bahan bakar Bahan Bakar
104 Pranoto, Rancang Bangun Alat Penghemat Bahan Bakar Preheater Water System (PWS)
Untuk Bahan Bakar Bio Solar
Tempetur Bahan Bakar Sebelum dan Sesudah bahan bakar. Hal tersebut dapat diketahui dengan
dipasang Alat Pemanas perhitungan berikut:
Temperatur Bahan Bakar (oC)
80
60 E = C awal – C akhir x 100%
40 C awal
20
0
0 1000 2000 3000 4000 Dimana : E = Efisiensi (%)
Puratan Mesin (rpm)
C = Konsumsi BBM
Temperatur Sebelum Dipasang Pemanas
Sebagai contoh perhitungan data ini adalah
Temperatur Sesudah Dipasang Pemanas Air Radiator sebagai berikut :
Pada 2200 rpm
Temperatur Sesudah Dipasang Pemanas Elemen Listrik Konsumsi awal (C awal ) 150 ml
Konsumsi setelah dipasang alat (C akhir ) 125
Temperatur Sesudah Dipasang Pemanas Air Radiator
dan Elemen Listrik ml
Maka Efisiensi yang diperoleh sebesar :
150 125
E= x100%
150
Grafik 02. Temperatur Mesin Sebelum
dan sudah Dipasang Alat Pemanas = 16,6 %
jadi penghematan bahan bakar setelah
dipasang pemanas sebesar 16,6%.
106 Pranoto, Rancang Bangun Alat Penghemat Bahan Bakar Preheater Water System (PWS)
Untuk Bahan Bakar Bio Solar
Mathur, M. L., Sharma R. P., (1980), A Suirta, (2007), Preparasi Biodiesel dari minyak
Coursein Internal Combustion Engine, jelantah kelapa sawit ,Jurusan Kimia
Dhanpat Rai & Sons,1682, NAI SARAK, FMIPA Universitas Udayana, Bukit
DELHI, 519-520. 68 Jimbaran,3,1-6.
Maleev, V. L., (1986), Operasi dan Sugiarto, B., Setiawan, F., & Suryantoro,
Pemeliharaan Mesin Diesel , Erlangga, (2005), Studi emisi dan heat release
Jakarta,401403. Maleev, V. L.,(1973), biodiesel minyak sawit dan minyak jarak
Internal Combustion Engine, McGraw-Hill, ada mesin diesel indirect injection, Jurnal
Toronto, 204 – 213. Teknologi, 2, 101-107.
PPKS, (2006), Biodiesel berbahan baku Strong, C., Erickson, C., & Shukla, D., (2004),
minyak kelapa sawit, Warta Penelitian dan Evaluation of Biodiesel Fuel , Montana
Pengembangan Pertanian, 28, 1-4. State University – Bozeman,1-70.
Pramanik, K., (2003), Properties and use of Soenarto, N., Furuhama, S., (1985), Motor
jatropha curcas oil and diesel fuel blends in Serbaguna, Pradya Paramita, Jakarta,
compression ignition engine, Renewable 117151.
Energy, 28, 239-248. Tirtoatmodjo, R., Anggono, W., (1999),
Sazhin, S.S., Abdelghaffar, W.A., Sazhina, Peningkatan unjuk kerja motor diesel
E.M., Heikal, M.R., (2005), Models for dengan penambahan pemanas solar,
droplet transient heating: effects on droplet Jurnal Teknik Mesin,1,127-133.
evaporation, ignition, and break-up, Int. J Tangsathitkulchaai, Sittichaitaweekul, Y., &
Thermal Science, 44, 610-622. Tangsathitkulchai, M., (2004),
Strehlow R., (1985), Combustion Temperature effect on the viscosities of
Fundamentals, McGraw-Hill, New York, palm oil and coconut oil blened with
142-143. Streeter, V., Wylie, B., (1979), diesel oil, JAOCS, 81, 401-405.
Fluid Mechanics , Mc Graw Hill, Inc,9-10.