Pemetaan Risiko Hepatitis A Dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) Di Kabupaten Jember Tahun 2013
Pemetaan Risiko Hepatitis A Dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) Di Kabupaten Jember Tahun 2013
Pemetaan Risiko Hepatitis A Dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) Di Kabupaten Jember Tahun 2013
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/320163881
CITATIONS READS
0 474
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Perancangan Sistem Informasi Klaim Persalinan Studi Kasus di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan Kantor Cabang Jember View project
Kesesuaian Penggunaan Alat Kontrasepsi Berdasarkan Permintaan KB pada Pasangan Usia Subur (PUS)
di Kecamatan Puger Kabupaten Jember View project
All content following this page was uploaded by Andrei Ramani on 02 October 2017.
Abstract
Hepatitis A is an inflammation of the liver disease caused by Hepatitis A virus. Jember was an
area that often became endemic of Hepatitis A. The aim of this study was to describe the
spread of Hepatitis A and the spreading pattern of the risk of hepatitis A in 2013 by using a
Geographic Information System (GIS). This type of research uses descriptive method. Risk
factor of Hepatitis A studied clean live and healthy behavior, defecation behavior, clean water
access, family privy, waste management, number of street food corner, and population density.
There are two types of maps that will be produced Hepatitis A case maps and Hepatitis A risk
factor maps. The technique of data analysis used grading, scoring and calculation of the
strength of the infection. The risk level is divided into three classes, namely high (score 1),
moderate (score 2) and low (score 3). The results showed that there were 183 cases of
Hepatitis A were recorded from medical records of RSD dr. Soebandi, RSD Balung, RS Bina
Sehat and RS Jember Klinik in 2013, 27% (51 people) are in the age range 21-30 years,
whereas 115 male sex. Areas that have cases with high category Sumbersari and Patrang
subdistrict. An area that has Hepatitis A infection strength with high category Silo and Kaliwates
subdistrict. The difference Hepatitis A case maps and Hepatitis A risk factor maps becaused
low hygiene of food handle and inexact food management.
dibagi menjadi 3 kelas yaitu tinggi (skor 1), adalah Kecamatan Sumbersari (37 kasus)
sedang (skor 2) dan rendah (skor 3). kemudian Kecamatan Patrang (35 kasus).
Tabel di atas, menggambarkan bahwa terkategori tinggi dengan keluarga yang tidak
penyebaran Hepatitis A tersebar tidak merata di mendapatkan akses air bersih. Kecamatan
setiap rentang usianya. Hal ini bisa dilihat dari dengan keluarga terkategori tinggi keluarga
kelompok umur yang memiliki jumlah pasien yang tidak mendapatkan akses air bersih
Hepatitis A terbanyak adalah kelompok umur 21- sehingga tinggi pula untuk menimbulkan kasus
30 tahun dengan jumlah pasien 51 orang Hepatitis A adalah Kecamatan Jelbuk,
(27,87%) dan kelompok umur yang memiliki Kecamatan Jenggawah, Kecamatan Mayang,
jumlah pasien Hepatitis A paling sedikit adalah Kecamatan Mumbulsari, Kecamatan Silo,
kelompok umur 71-80 tahun dengan jumlah Kecamatan Sukowono.
pasien 2 orang (1,09%).
Tidak Ada Jamban Keluarga
Distribusi dan frekuensi faktor risiko Hepatitis Terdapat 14 kecamatan yang terkategori
A rendah dengan daerah yang tidak ada jamban
keluarga sehingga rendah untuk menimbulkan
Keluarga Tidak Berperilaku Bersih dan Sehat kasus Hepatitis A, 6 kecamatan terkategori
Terdapat 14 kecamatan yang terkategori sedang dengan daerah yang tidak ada jamban
rendah dengan keluarga tidak berperilaku hidup keluarga dan 11 kecamatan terkategori tinggi
bersih dan sehat, 10 kecamatan yang terkategori dengan daerah yang tidak ada jamban keluarga.
sedang dengan keluarga tidak berperilaku hidup Kecamatan dengan keluarga terkategori tinggi
bersih dan sehat dan 7 kecamatan yang daerah yang tidak ada jamban keluarga
terkategori tinggi dengan keluarga tidak sehingga tinggi untuk menimbulkan kasus
berperilaku hidup bersih dan sehat. Kecamatan Hepatitis A adalah Kecamatan Arjasa,
yang mempunyai keluarga terkategori tinggi tidak Kecamatan Bangsalsari, Kecamatan Jelbuk,
berperilaku hidup bersih dan sehat sehingga Kecamatan Kalisat, Kecamatan Ledokombo,
mudah untuk terkena virus Hepatitis A adalah Kecamatan Mumbulsari, Kecamatan Panti,
Kecamatan Gumukmas, Kecamatan Bangsalsari, Kecamatan Silo, Kecamatan Sukowono,
Kecamatan Balung, Kecamatan Jenggawah, Kecamatan Sumberjambe, dan Kecamatan
Kecamatan Tanggul, Kecamatan Sumberjambe, Tanggul.
Kecamatan Ledokombo.
Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga Tidak
BAB Bukan di Jamban Sehat Sehat
Terdapat 16 kecamatan terkategori Terdapat 11 kecamatan terkategori
rendah dengan keluarga yang BAB bukan di rendah dengan keluarga yang pengelolaan air
jamban sehat sehingga rendah untuk terkena limbah rumah tangga tidak sehat sehingga
Hepatitis A, 9 kecamatan terkategori sedang rendah untuk menimbulkan kasus Hepatitis A,
dengan keluarga yang BAB bukan di jamban 12 kecamatan terkategori sedang dengan
seha, sehingga rendah untuk menimbulkan kasus pengelolaan air limbah rumah tangga tidak sehat
Hepatitis A dan 6 kecamatan terkategori tinggi dan 8 kecamatan terkategori tinggi dengan
dengan keluarga yang BAB bukan di jamban pengelolaan air limbah rumah tangga tidak
sehat sehingga tinggi untuk menimbulkan kasus sehat. Kecamatan dengan keluarga terkategori
Hepatitis A. Kecamatan dengan keluarga tinggi pengelolaan air limbah rumah tangga tidak
terkategori tinggi untuk menimbulkan kasus sehat sehingga lebih mudah untuk menimbulkan
Hepatitis A dengan faktor BAB bukan di jamban kasus Hepatitis A adalah Kecamatan Ajung,
sehat adalah Kecamatan Mayang, Kecamatan Kecamatan Jelbuk, Kecamatan Jombang,
Puger, Kecamatan Sukowono, Kecamatan Kecamatan Kalisat, Kecamatan Pakusari,
Sumberbaru, Kecamatan Tempurejo, dan Kecamatan Panti, Kecamatan Semboro, dan
Kecamatan Wuluhan. Kecamatan Silo.
sampah tidak sehat dan 2 kecamatan terkategori Hasil dari perhitungan kekuatan infeksi
tinggi untuk menimbulkan kasus Hepatitis A menunjukkan bahwa Kecamatan Silo
dengan keluarga yang mempunyai tempat (2916189,83) dan Kecamatan Kaliwates
sampah tidak sehat. Kecamatan dengan keluarga (2756391,45) mempunyai kekuatan infeksi yang
terkategori tinggi untuk menimbulkan kasus lebih tinggi daripada daerah yang lainnya dan
Hepatitis A karena mempunyai tempat sampah daerah yang memiliki kekuatan infeksi terendah
tidak sehat adalah Kecamatan Ajung dan adalah Kecamatan Semboro (1,07).
Kecamatan Ledokombo.
Pembahasan
Jumlah Warung Makan
Terdapat 27 kecamatan terkategori Kasus Hepatitis A tahun 2013 yang
rendah jumlah warung makannya sehingga tercatat di rekam medis RSD dr. Soebandi, RSD
rendah pula sedang untuk menimbulkan kasus Balung, RS Bina Sehat dan RS Jember Klinik
Hepatitis A, 2 kecamatan terkategori sedang berjumlah 183 kasus dengan wilayah kasus
wilayah yang memiliki jumlah warung makan dan tertinggi adalah Kecamatan Sumbersari dengan
2 kecamatan terkategori tinggi wilayah yang jumlah 37 kasus. Berbeda halnya dengan kasus
memiliki jumlah warung makan. Jumlah data Hepatitis A yang tercatat di Dinas Kesehatan
yang missing adalah pada 2 kecamatan. Kabupaten Jember bahwa wilayah yang memiliki
Kecamatan dengan jumlah warung makanannya kasus tertinggi adalah Kecamatan Puger dengan
dengan kategori tinggi untuk menimbulkan kasus jumlah 97 kasus (50 laki-laki dan 47
Hepatitis A adalah Kecamatan Silo dan perempuan). Perbedaan wilayah kasus tertinggi
Kecamatan Tempurejo. tersebut menunjukkan bahwa terdapat
permasalahan dalam pencatatan dan pelaporan
Kepadatan Penduduk kasus Hepatitis A. Pada kelemahan pencatatan
Terdapat 26 kecamatan kepadatan kasus Hepatitis A ini bisa dikarenakan pasien
penduduknya terkategori rendah untuk Hepatitis A tidak langsung memeriksakan
menimbulkan kasus Hepatitis A, 3 kecamatan penyakitnya ke pelayanan kesehatan
kepadatan penduduknya terkategori sedang dikarenakan sifat dari penyakit Hepatitis A yaitu
untuk menimbulkan kasus Hepatitis A dan 2 asimptomastis atau tidak menunjukkan gejala,
kecamatan kepadatan penduduknya terkategori namun apabila terkena pada orang yang
tinggi untuk menimbulkan kasus Hepatitis A. memiliki imunitas rendah maka Hepatitis A akan
Kecamatan dengan kepadatan penduduk yang terlihat gejalanya sehingga pasien memiliki
terkategori tinggi untuk menimbulkan kasus kebutuhan untuk datang ke pelayanan
Hepatitis A adalah Kecamatan Kaliwates dan kesehatan terdekat. Selain itu, sebagian kecil
Kecamatan Sumbersari. dari pasien Hepatitis A yang menunjukkan gejala
dirujuk ke rumah sakit sehingga memiliki
Peta risiko Hepatitis A kemungkinan terjadi pencatatan ganda terkait
data pasien Hepatitis A antara puskesmas dan
rumah sakit. Ditambah lagi dengan sistem
pelaporan yang tidak integral antara rumah sakit
ke Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. Hal ini
dikarenakan kasus Hepatitis A yang tercatat di
rekam medis rumah sakit tidak dilaporkan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember sehingga
wilayah kasus Hepatitis A tertinggi di rumah
sakit berbeda dengan di puskesmas[5].
Distribusi kasus Hepatitis A di Kabupaten
Jember tahun 2013 sebagian besar terdapat
pada jenis kelamin laki-laki daripada
perempuan. Jumlah kasus berjenis kelamin laki-
laki sebesar 115 kasus dan 68 kasus pada jenis
kelamin perempuan. Sama halnya dengan
penelitian oleh Firdous (2005) yang
menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat
Gambar Peta risiko Hepatitis A di Kabupaten hubungan jenis kelamin dengan kejadian
Jember tahun 2013 hepatitis akut klinis diketahui bahwa responden
yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai sehat, tidak mempunyai jamban keluarga, tidak
peluang sakit hepatitis akut klinis sebesar 1,680 ada akses air bersih, sumber air minum yang
kali dibanding responden yang berjenis kelamin tidak terlindung, pengelolaan limbah tidak sehat,
perempuan (OR=1,680 ), (95% CI: 0,9-13,291). tempat sampah tidak sehat, jumlah warung dan
Bukti bahwa laki-laki lebih rentan terkena kepadatan penduduk tidak mempengaruhi
Hepatitis A adalah dikarenakan laki-laki lebih tingginya kasus Hepatitis A di Kecamatan
memiliki rendah akan kesadaran terhadap Sumbersari dan Kecamatan Patrang, akan tetapi
kesehatannya dan lebih sering megkonsumsi faktor diluar yang diteliti. Berbeda halnya
makanan di luar rumah [6]. dengan penelitian yang dilakukan oleh
Distribusi kasus Hepatitis A di Kabupaten MacDonald (2012) di Norwegia, Inggris, Jerman,
Jember tahun 2013 sebagian besar terdapat di Belanda dan Swedia menunjukkan bahwa sejak
kelompok umur dewasa muda yaitu 20-30 tahun. tahun 2012 sampai April 2013 kasus Hepatitis A
Kasus Hepatitis A pada umur 20-30 tahun meningkat tajam mencapai 80 kasus baru
berjumlah 51 orang atau 27,87%. Sama halnya dikarenakan banyaknya pendatang baru dan
dengan penelitian Jacobsen (2011) bahwa wisatawan dari Mesir yang mengidap Hepatitis
proporsi yang rentan untuk terkena Hepatitis A A, sehingga kepadatan penduduk semakin tinggi
adalah orang dewasa muda, namun ketika pada dan semakin berisiko untuk tertularnya Hepatitis
usia anak-anak sudah pernah terjangkit virus A dalam periode waktu yang sama [9]. Selain itu
Hepatitis A, maka dia akan mempunyai juga pada penelitian Firdous (2005) yang
kekebalan dari virus Hepatitis A [7]. Sama halnya menunjukkan bahwa responden yang keadaan
dengan penelitian yang dilakukan Pham (2005) di WC nya berisiko dengan peluang sakit hepatitis
Kanada bahwa pada negara dengan akut klinis sebesar 10,06 kali bila dibandingkan
endemisitas yang rendah, kejadian penyakit responden yang keadaan WC nya tidak berisiko
Hepatitis A terjadi pada usia dewasa daripada (OR=10,06), (95% CI:4,666-21,687). Diketahui
anak-anak. Beban penyakit yang tinggi, sekitar 1 juga responden yang mempunyai kebiasaan
dari 10 orang penduduk Kanada sudah terinfeksi makan di luar (jajan di kaki lima, warung)
pada saat usia 24-29 tahun. Peningkatan mempunyai peluang sakit hepatitis akut klinis
prevalensi pada orang dewasa muda bertepatan sebesar 5,782 kali (OR=5,782) dibandingkan
dengan impor penyakit dan meningkatkan dengan responden yang mempunyai kebiasaan
frekuensi faktor risiko, yang berhubungan dengan makan di luar yang tidak berisiko (kantin,
perilaku [8]. Usia dewasa muda lebih rentan restoran) [6]. dan pada penelitian oleh
dikarenakan pada usia ini mempunyai tingkat Dwiastutik (2009) disimpulkan bahwa faktor
mobilitas yang tinggi sehingga menuntut mereka pencetus penyakit Hepatitis A di Banjar
untuk jajan di luar rumah, kurang berhati-hati Palaktiying adalah faktor personal hygiene,
dalam hal berperilaku hidup bersih dan sehat, minuman dan lalat dan yang paling dominan
sebagian juga banyak di daerah perantauan adalah faktor personal Mandi, Cuci dan Kakus
dimana hidupnya bersama dengan teman- (MCK) dan penyimpanan makanan dengan hasil
temannya, dan tingkat interaksi dengan uji statistik pada individu yang menyimpan
sesamanya juga tinggi. makanannya tidak baik dengan OR=20,4 dan
Hasil pemetaan kasus Hepatitis A dan untuk orang yang tidak punya sarana MCK
pemetaan risiko Hepatitis A di Kabupaten Jember dengan OR=18,5 yang berarti orang dan
tahun 2013 terdapat perbedaan wilayah tertinggi. penyimpanan makanannya tidak baik
Seharusnya wilayah yang memiliki kasus kemungkinan untuk terkena penyakit Hepatitis A
Hepatitis A tertinggi terdapat kesamaan dengan adalah 20,4 kali dibandingkan dengan orang
wilayah yang memiliki risiko Hepatitis A tertinggi, yang penyimpanan makanannya baik, orang
namun pada hasilnya terdapat perbedaan antara yang tidak punya MCK mempunyai
peta kasus Hepatitis A dengan peta risiko kemungkinan terkena penyakit Hepatitis A 18,5
Hepatitis A. Peta kasus Hepatitis A kali dibandingkan dengan orang yang penya
menggambarkan bahwa Kecamatan Sumbersari sarana MCK [10]. Lebih tepatnya, bahwa faktor
dan Kecamatan Patrang yang termasuk dalam di luar penelitian adalah data tentang higiene
kategori tinggi kasus Hepatitis A. Berbeda pada penjamah makanan, misalkan cara
peta risiko Hepatitis A, wilayah yang memiliki mempersiapkan, mengolah, menyimpan
risiko tertinggi adalah Kecamatan Silo dan maupun menyajikan makanan karena sikap dan
Kecamatan Kaliwates. Hal ini dikarenakan faktor perilaku pada saat itu akan mempengaruhi
risiko yang diteliti yaitu tidak berperilaku hidup kualitas makanan. Disisi lain adalah cara
bersih dan sehat, perilaku BAB bukan di jamban pengelolaan makanan, misalnya dengan menilai