Professional Documents
Culture Documents
Perilaku Masyarakat Dalam Memanfaatkan Air Sungai Siak Sebagai Sumber Kehidupan Dan Dampaknya Terhadap Estetika Serta Kesehatan Lingkungan Di Wilayah Waterfront City Pekanbaru
Perilaku Masyarakat Dalam Memanfaatkan Air Sungai Siak Sebagai Sumber Kehidupan Dan Dampaknya Terhadap Estetika Serta Kesehatan Lingkungan Di Wilayah Waterfront City Pekanbaru
Indonesia 99 2
3, Nomor
ISSN 2356-2226
Abstrak: This study aimed to analyze the behavior, the factors that influence and impact of
the behavior of the public in using the Siak River as a place to meet the needs of life and
routine activities on the health and aesthetic environment at waterfront city area Pekanbaru.
Research has been conducted in Kampung Baru Senapelan District Pekanbaru from March
2013 until January 2014. This study was designed in accordance with method research in
environmental psychology. Primary data collection using observation and interviews with
informants is purposive sampling by participant observation researchers are passive. The
results showed that the behavior of the public in using the Siak River as a place to meet the
needs of life and activities of daily living (MCK) classified as bad as the Siak River sewage
used as a domestic (household). Factors that affect people's behavior is that habit, low
economic level and comfort. The impact of the people's behavior to public health such as the
incidence of skin diseases and diarrhoea as a result of the increasing Escherichia coli
bacteria. While the impact on the aesthetic appearance of the environment in the form of bad
water, bad smells and visual pollution affecting river waters around waterfront city
development in the city of Pekanbaru. Necessary to the arrangement of the Siak river
environment clean and free of bad behavior of society through cooperation between the
government and local communities in a sustainable manner.
HASIL
Gambar 1. Salah satu prasarana yang dibangun Kondisi Umum Wilayah. Secara geografis
dalam konsep Waterfront City di wilayah studi
wilayah studi berada pada Kecamatan
Senapelan yang merupakan wilayah tertua di
Perkembangan pembangunan fisik
Kota Pekanbaru. Wilayah ini beriklim tropis,
kawasan Waterfront City belum seirama dengan
dengan kisaran temperatur 26-290C curah rata-
perilaku masyarakat sekitar kawasan. Perilaku
rata 268 mm/tahun. Secara historis wilayah
ini sangat kontras dengan kualitas lingkungan
inilah yang merupakan sentra kebudayaan masa
perairan, khususnya kualitas air Sungai Siak
lalunya masyarakat Kota Pekanbaru. Hingga
yang tercemar. Masyarakat masih
sekarang masih banyak peninggalan gedung-
memanfaatkan air sungai tersebut untuk
gedung tua di wilayah ini yang dapat ditemukan
kebutuhan mandi, cuci, kakus dan sekaligus
seperti mesjid tertua, pasar tertua, dan lain-lain.
untuk air masak bahkan ada yang
menggunakannya untuk air minum. Kondisi ini
sangat bersebelahan dengan tujuan pemerintah
dalam membangun Waterfront City, yang
bertujuan untuk mengembangkan dan
memberikan kehidupan yang lebih baik untuk
masyarakat sekitarnya.
Penelitian ini bertujuan menganalisis
perilaku, faktor-faktor yang mempengaruhi dan
dampak akibat perilaku masyarakat dalam
memanfaatkan Sungai Siak sebagai tempat
pemenuhan kebutuhan hidup dan aktivitas
sehari-hari terhadap kesehatan dan estetika
lingkungan pada kawasan Waterfront City
Pekanbaru.
Keberadaan flora dan fauna di dalam Selebihnya adalah Banjar, Batak, Jawa, Flores,
kawasan studi sudah banyak yang mengalami Sunda dan Tionghoa, yang masing-masing 6
kepunahan (tidak bisa hidup), terutama pada persen. Keragaman suku bangsa ini tidaklah
habitat di dalam Sungai Siak, disebabkan merupakan suatu kelemahan tetapi merupakan
tingkat pencemaran yang tinggi. Kondisi suatu kekuatan sosial. Dari tingkat pendidikan,
vegetasi daratan umumnya berupa semak 6 persen tidak tamat sekolah dan 94 persen telah
belukar yang hanya menempati lahan kosong tamat sekolah dengan 65 persen telah
dan kawasan tepi sungai yang sempit. menamatkan pendidikan SLTA.
Wilayah studi merupakan permukiman Pemanfaatan Air Sungai Siak.
padat penduduk. Jumlah penduduk sebanyak Pemanfaatan utama air Sungai Siak oleh warga
9.313 jiwa dengan luas area 0,97 Km2 atau yang tinggal di tepian sungai adalah untuk air
14.59 persen dari luas Kecamatan Senapelan. baku dalam memenuhi keperluan mandi, cuci
Kepadatan penduduk sebesar 9.601 jiwa/km2 dan kakus (MCK) yang dimanfaatkan secara
dengan rasio 0,948 atau jumlah perempuan lebih langsung. Intensitas penggunaan air sungai di
banyak dari penduduk laki-laki. Penggunaan musim kemarau bertambah tinggi untuk
lahan di wilayah ini sebesar 87,6 persen untuk keperluan MCK. Pemanfaatan lainnya adalah
bangunan dan pekarangan, sedangkan lahan untuk air minum. Proporsi masyarakat yang
kosong hanya sebesar 12,4 persen. Lebih dari 50 memanfaatkan sumur perigi dan pompa cukup
persen penduduk usia >15 tahun bekerja besar untuk air minum yang secara tidak
menekuni bidang jasa yang tidak tetap pada satu langsung kedua sumber air ini tergantung pada
jenis jasa saja sehingga berimplikasi pada tidak kondisi air Sungai Siak, apalagi pada musim
menentunya pendapatan masyarakat. Tingkat hujan atau ketika air pasang. Pada musim
angkatan kerja di wilayah studi 56,6 persen. kemarau (panas), ketersediaan air pada kedua
Penduduk di wilayah studi sebagian besar sumber air ini mulai menyusut bahkan kering
pemeluk Islam dan Budha, sementara agama sehingga banyak masyarakat memanfaatkan air
lainnya relatif kecil. Heterogenitas suku terdiri sungai untuk memenuhi kebutuhan air minum.
dari Melayu, Jawa, Minangkabau, Batak, Sunda,
Banjar, Bugis, Flores, dan warga negara
keturunan seperti Tionghoa, Arab dan India.
Dari aspek kesehatan, umumnya masyarakat di
wilayah studi sering menderita penyakit kulit
dan gatal-gatal.
Kondisi permukiman di wilayah studi
adalah lingkungan padat penduduk dengan
pekarangan yang relatif sempit, berada di
bantaran Sungai Siak. Pemanfaatan ruang antar
bangunan rumah adalah untuk area keperluan
mencuci, memasak, jamban, dan sebagainya.
Karakteristik Informan. Secara sosial,
informan dalam penelitian ini berstatus sebagai
tokoh agama (12 persen), pemuka masyarakat Gambar 3. Aktivitas sehari-hari warga dalam
(58 persen), tokoh pemuda (12 persen) dan ibu memanfaatkan Sungai Siak
rumah tangga (18 persen), berusia antara 25-57
tahun dengan pekerjaan lebih didominasi oleh Pemanfaatan Ruang. Bantaran Sungai
sektor non formal, seperti perdagangan, buruh Siak juga dimanfaatkan warga untuk bermukim.
dan jasa. Lebih dari 70 persen informan telah Adanya bangunan rumah ini berdampak pada
sejak lahir tinggal di wilayah studi, sementara hadirnya prasarana lainnya seperti jamban,
kurang dari 30 persen informan merupakan tempat mandi dan mencuci pakaian maupun
pendatang, akan tetapi telah lebih 15 tahun peralatan rumah tangga, baik yang bersifat
menetap di wilayah studi. Heterogenitas komunal maupun individu. Kondisi ini semakin
informan menurut suku: Minang (29 persen), buruk karena prasarana tersebut tidak dibangun
Melayu (24 persen), dan Bugis (11 persen). dengan selayaknya oleh warga setempat.
Dinamika Lingkungan Indonesia 103
Grafik perkembangan kandungan E.coli Menurut Amri dalam Putri (2011), akibat
perairan Sungai Siak sebagaimana Gambar 6 dari pencemaran yang terjadi pada Sungai Siak,
dan Gambar 7. masyarakat yang bermukim di sekitar sungai
tersebut menderita penyakit gatal-gatal dan
diare. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan
yang tidak higienis karena air yang digunakan
untuk mandi, cuci dan kakus (MCK) digunakan
pula untuk air minum.
Dampak terhadap estetika lingkungan
Adanya perilaku mandi, cuci dan kakus
masyarakat telah membuat air Sungai Siak
mengalami pengotoran limbah dari aktivitas
mandi, cuci dan kakus yang berdampak pada
Gambar 6. Grafik Kandungan E. Coli di Sungai Siak penampilan air sungai yang kurang baik,
Semester I Tahun 2008-2012 terlebih lagi terhadap area Waterfron City.
Menurut Effendi (2003), pengotoran air sungai
hingga menimbulkan pencemaran merupakan
akibat anthropogenik atau akibat dari perilaku
manusia seperti aktivitas domestik.
Indikator bahwa air sungai telah tercemar
adalah adanya perubahan yang dapat diamati
melalui pengamatan secara fisik diantaranya
melalui bau. Bau sering terjadi biasanya
disebabkan oleh adanya bahan organik yang
membusuk serta persenyawaan kimia.
Gambar 7. Grafik Kandungan E. Coli di Sungai Siak
Konsep Waterfront City adalah memfungsikan
Semester II Tahun 2008-2012
sungai sebagai tempat rekreasi (wisata).
Meningkatnya kandungan E. coli di Kehadiran “jeramba” kayu untuk naik turunnya
Sungai Siak akibat dari kebiasaan masyarakat orang yang juga difungsikan masyarakat sebagai
sekitar dalam membuang tinja ke sungai tempat mencuci, mandi serta kakus, jelas telah
tersebut. Menurut Hardjasoemantri (1986), cara mengganggu keindahan alam sekitar wilayah
pembuangan kotoran manusia yang tersebut.
sembarangan merupakan faktor utama yang SIMPULAN
mengancam kesehatan manusia. Banyaknya
jumlah mikroba yang dapat menyebabkan Praktek penerapan ISO 14001 oleh PT. Waskita
penyakit terdapat dalam kotoran manusia yang Sungai Siak sebagai tempat pemenuhan
sakit juga dari kotoran manusia yang sehat. kebutuhan hidup adalah perilaku dalam aktivitas
Alaerts dan Santika (1994) menyatakan bahwa mandi, cuci dan kakus (MCK) serta air sungai
Faecal Coliform merupakan bakteri petunjuk juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan air
adanya pencemaran tinja yang paling efisien, minum. Perilaku masyarakat ini dikategorikan
karena hanya selalu terdapat dalam tinja buruk yang terlihat dari dampaknya pada sungai
manusia. Rahayu dalam Kurniadi et. al., (2013) yang dijadikan tempat buangan limbah domestik
menyatakan bahwa keberadaan E. coli dalam air (rumah tangga). Faktor yang mempengaruhi
memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya perilaku masyarakat ini dikarenakan oleh faktor
bibit penyakit (patogen) pada pangan. kebiasaan, tingkat ekonomi rendah dan
Abbas dalam Putri (2011) menyatakan kenyamanan. Dampak dari perilaku masyarakat
bahwa air Sungai Siak sudah tidak lagi layak ini berupa timbulnya penyakit kulit dan diare
untuk dikonsumsi dan digunakan untuk aktivitas akibat dari meningkatnya bakteri E. coli.
masyarakat seperti cuci, masak dan mandi. Hal Sedangkan dampak terhadap estetika
ini terkait dengan pencemaran yang terjadi di lingkungan berupa penampilan air yang buruk,
sungai tersebut. bau tidak sedap dan polusi visual (estetika
pemandangan yang buruk) sekitar perairan
Dinamika Lingkungan Indonesia 106