Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Dinamika Lingkungan Indonesia, Juli 2016, p 100-106 Dinamika LingkunganVolume

Indonesia 99 2
3, Nomor
ISSN 2356-2226

Perilaku Masyarakat dalam Memanfaatkan Air Sungai Siak sebagai


Sumber Kehidupan dan Dampaknya terhadap Estetika serta Kesehatan
Lingkungan di Wilayah Waterfront City Pekanbaru

Gusnan Suryadi1, Thamrin 2 , Auda Murad3


1
Dinas Bina Marga Provinsi Riau, Jl. S.M. Amin No 92 Pekanbaru, 28293
2
Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau Jalan Pattimura No.09 Gedung.I Gobah
Pekanbaru, Telp. 0761-23742
3
Fakultas Ilmu politik Universitas Riau Kampus Bina widya Panam KM 12.5 Pekanbaru

Abstrak: This study aimed to analyze the behavior, the factors that influence and impact of
the behavior of the public in using the Siak River as a place to meet the needs of life and
routine activities on the health and aesthetic environment at waterfront city area Pekanbaru.
Research has been conducted in Kampung Baru Senapelan District Pekanbaru from March
2013 until January 2014. This study was designed in accordance with method research in
environmental psychology. Primary data collection using observation and interviews with
informants is purposive sampling by participant observation researchers are passive. The
results showed that the behavior of the public in using the Siak River as a place to meet the
needs of life and activities of daily living (MCK) classified as bad as the Siak River sewage
used as a domestic (household). Factors that affect people's behavior is that habit, low
economic level and comfort. The impact of the people's behavior to public health such as the
incidence of skin diseases and diarrhoea as a result of the increasing Escherichia coli
bacteria. While the impact on the aesthetic appearance of the environment in the form of bad
water, bad smells and visual pollution affecting river waters around waterfront city
development in the city of Pekanbaru. Necessary to the arrangement of the Siak river
environment clean and free of bad behavior of society through cooperation between the
government and local communities in a sustainable manner.

Key words: Community Behavior, Waterfront City, Environmental Psychology

Pembangunan manusia dan lingkungan Kawasan Waterfront City Kota Pekanbaru


seyogyanya untuk kesejahteraan masyarakat. yang berada di bantaran Sungai Siak sarat
Pembangunan yang tidak seimbang dapat dengan aktivitas masyarakat tempatan dalam
berakibat merusak lingkungan masyarakat itu pemanfaatannya. Kawasan Sungai Siak mulai
sendiri. Kondisi ini dipengaruhi adanya dikembangkan sejak tahun 2003 dengan acuan
interaksi antara manusia dan lingkungan Waterfront Development yang bertujuan untuk
(Lewin, 1951). Faktor utama terkait adanya mengoptimalkan lahan dan potensi yang
interaksi tersebut adalah perilaku manusia dimiliki daerah perairan sungai. Sungai Siak
(masyarakat) karena manusia yang memberi yang menjadi urat nadi kehidupan masyarakat,
warna terhadap lingkungan dan perilakunya kini perannya semakin menurun. Kawasan
memberikan akibat terhadap lingkungan. Waterfront City yang menjadi objek wisata
Perilaku itu sendiri merupakan suatu harus tertata dengan baik. Sementara untuk
respon yang berlanjut dengan suatu aksi karena suksesnya pengembangan Waterfront City, perlu
adanya stimulan dari suatu kondisi. Kondisi dijadikan suatu rekomendasi tentang kesiapan
lingkungan dapat merubah perilaku masyarakat perilaku masyarakat untuk meraih peluang
dan di sisi lain perilaku masyarakat dapat tersebut. Upaya ini juga diharapkan dapat
membentuk kondisi lingkungannya. Perilaku memperkecil dampak negatif yang muncul dari
masyarakat dapat berupa objek dan sekaligus perilaku masyarakat terhadap pengembangan
sebagai subjek bagi lingkungan. Waterfront City.
Dinamika Lingkungan Indonesia 101

merupakan Participant Observation pasif


dimana kehadiran peneliti diketahui subjek yang
diteliti, namun tidak ambil bagian dalam
kehidupan dari subjek yang diteliti. Sedangkan
data sekunder merupakan data pendukung. Data
kualitas air sungai dari aspek kandungan bakteri
koliform bersifat Laboratory Experimentation
yang diolah oleh peneliti sebelumnya, disajikan
dalam bentuk grafik seri. Analisis data
menggunakan metode deskriptif.

HASIL
Gambar 1. Salah satu prasarana yang dibangun Kondisi Umum Wilayah. Secara geografis
dalam konsep Waterfront City di wilayah studi
wilayah studi berada pada Kecamatan
Senapelan yang merupakan wilayah tertua di
Perkembangan pembangunan fisik
Kota Pekanbaru. Wilayah ini beriklim tropis,
kawasan Waterfront City belum seirama dengan
dengan kisaran temperatur 26-290C curah rata-
perilaku masyarakat sekitar kawasan. Perilaku
rata 268 mm/tahun. Secara historis wilayah
ini sangat kontras dengan kualitas lingkungan
inilah yang merupakan sentra kebudayaan masa
perairan, khususnya kualitas air Sungai Siak
lalunya masyarakat Kota Pekanbaru. Hingga
yang tercemar. Masyarakat masih
sekarang masih banyak peninggalan gedung-
memanfaatkan air sungai tersebut untuk
gedung tua di wilayah ini yang dapat ditemukan
kebutuhan mandi, cuci, kakus dan sekaligus
seperti mesjid tertua, pasar tertua, dan lain-lain.
untuk air masak bahkan ada yang
menggunakannya untuk air minum. Kondisi ini
sangat bersebelahan dengan tujuan pemerintah
dalam membangun Waterfront City, yang
bertujuan untuk mengembangkan dan
memberikan kehidupan yang lebih baik untuk
masyarakat sekitarnya.
Penelitian ini bertujuan menganalisis
perilaku, faktor-faktor yang mempengaruhi dan
dampak akibat perilaku masyarakat dalam
memanfaatkan Sungai Siak sebagai tempat
pemenuhan kebutuhan hidup dan aktivitas
sehari-hari terhadap kesehatan dan estetika
lingkungan pada kawasan Waterfront City
Pekanbaru.

BAHAN DAN METODE

Kampung Baru Kecamatan Senapelan Kota


Pekanbaru dari bulan Maret 2013 sampai
dengan Januari 2014. Penelitian ini dirancang
sesuai dengan Research Method in
Environmental Psychology (Vertech dan Daniel,
1995). Pengumpulan data primer menggunakan
teknik observasi dan wawancara terhadap
informan yang dipilih secara sengaja Gambar 2. Peta Wilayah Studi
(Purpossive Sampling), berjumlah 17 orang.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan peneliti
Dinamika Lingkungan Indonesia 102

Keberadaan flora dan fauna di dalam Selebihnya adalah Banjar, Batak, Jawa, Flores,
kawasan studi sudah banyak yang mengalami Sunda dan Tionghoa, yang masing-masing 6
kepunahan (tidak bisa hidup), terutama pada persen. Keragaman suku bangsa ini tidaklah
habitat di dalam Sungai Siak, disebabkan merupakan suatu kelemahan tetapi merupakan
tingkat pencemaran yang tinggi. Kondisi suatu kekuatan sosial. Dari tingkat pendidikan,
vegetasi daratan umumnya berupa semak 6 persen tidak tamat sekolah dan 94 persen telah
belukar yang hanya menempati lahan kosong tamat sekolah dengan 65 persen telah
dan kawasan tepi sungai yang sempit. menamatkan pendidikan SLTA.
Wilayah studi merupakan permukiman Pemanfaatan Air Sungai Siak.
padat penduduk. Jumlah penduduk sebanyak Pemanfaatan utama air Sungai Siak oleh warga
9.313 jiwa dengan luas area 0,97 Km2 atau yang tinggal di tepian sungai adalah untuk air
14.59 persen dari luas Kecamatan Senapelan. baku dalam memenuhi keperluan mandi, cuci
Kepadatan penduduk sebesar 9.601 jiwa/km2 dan kakus (MCK) yang dimanfaatkan secara
dengan rasio 0,948 atau jumlah perempuan lebih langsung. Intensitas penggunaan air sungai di
banyak dari penduduk laki-laki. Penggunaan musim kemarau bertambah tinggi untuk
lahan di wilayah ini sebesar 87,6 persen untuk keperluan MCK. Pemanfaatan lainnya adalah
bangunan dan pekarangan, sedangkan lahan untuk air minum. Proporsi masyarakat yang
kosong hanya sebesar 12,4 persen. Lebih dari 50 memanfaatkan sumur perigi dan pompa cukup
persen penduduk usia >15 tahun bekerja besar untuk air minum yang secara tidak
menekuni bidang jasa yang tidak tetap pada satu langsung kedua sumber air ini tergantung pada
jenis jasa saja sehingga berimplikasi pada tidak kondisi air Sungai Siak, apalagi pada musim
menentunya pendapatan masyarakat. Tingkat hujan atau ketika air pasang. Pada musim
angkatan kerja di wilayah studi 56,6 persen. kemarau (panas), ketersediaan air pada kedua
Penduduk di wilayah studi sebagian besar sumber air ini mulai menyusut bahkan kering
pemeluk Islam dan Budha, sementara agama sehingga banyak masyarakat memanfaatkan air
lainnya relatif kecil. Heterogenitas suku terdiri sungai untuk memenuhi kebutuhan air minum.
dari Melayu, Jawa, Minangkabau, Batak, Sunda,
Banjar, Bugis, Flores, dan warga negara
keturunan seperti Tionghoa, Arab dan India.
Dari aspek kesehatan, umumnya masyarakat di
wilayah studi sering menderita penyakit kulit
dan gatal-gatal.
Kondisi permukiman di wilayah studi
adalah lingkungan padat penduduk dengan
pekarangan yang relatif sempit, berada di
bantaran Sungai Siak. Pemanfaatan ruang antar
bangunan rumah adalah untuk area keperluan
mencuci, memasak, jamban, dan sebagainya.
Karakteristik Informan. Secara sosial,
informan dalam penelitian ini berstatus sebagai
tokoh agama (12 persen), pemuka masyarakat Gambar 3. Aktivitas sehari-hari warga dalam
(58 persen), tokoh pemuda (12 persen) dan ibu memanfaatkan Sungai Siak
rumah tangga (18 persen), berusia antara 25-57
tahun dengan pekerjaan lebih didominasi oleh Pemanfaatan Ruang. Bantaran Sungai
sektor non formal, seperti perdagangan, buruh Siak juga dimanfaatkan warga untuk bermukim.
dan jasa. Lebih dari 70 persen informan telah Adanya bangunan rumah ini berdampak pada
sejak lahir tinggal di wilayah studi, sementara hadirnya prasarana lainnya seperti jamban,
kurang dari 30 persen informan merupakan tempat mandi dan mencuci pakaian maupun
pendatang, akan tetapi telah lebih 15 tahun peralatan rumah tangga, baik yang bersifat
menetap di wilayah studi. Heterogenitas komunal maupun individu. Kondisi ini semakin
informan menurut suku: Minang (29 persen), buruk karena prasarana tersebut tidak dibangun
Melayu (24 persen), dan Bugis (11 persen). dengan selayaknya oleh warga setempat.
Dinamika Lingkungan Indonesia 103

Tabel 1. Kandungan E. coli di Sungai Siak Semerter I


Tahun 2008-2012
No Tahun Lokasi Jumlah
1 2008 Jembatan Siak II 738/100 ml
Jembatan Siak I 1700/100 ml
2 2009 Jembatan Siak II 1700/100 ml
Jembatan Siak I 1112/100 ml
3 2010 Jembatan Siak II 162/100 ml
Jembatan Siak I 3500/100 ml
4 2011 Muara Sei Senapelan 1700/100 ml
Sei Sail 4900/100 ml
5 2012 Muara Sei Senapelan 11000/100 ml
Sei Sail 54000/100 ml
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau, 2013

Tabel 2. Kandungan E. coli di Sungai Siak Semerter II


Gambar 4. Permukiman warga di tepian Sungai Siak Tahun 2008-2012
No Tahun Lokasi Jumlah
Dampak Pemanfaatan. Banyaknya 1. 2008 Jembatan Siak II 220/100 ml
warga yang memanfaatkan Sungai Siak untuk Jembatan Siak I 490/100 ml
2. 2009 Jembatan Siak II 1300/100 ml
keperluan sehari-hari berdampak pada Jembatan Siak I 1700/100 ml
banyaknya limbah yang terbuang di perairan 3. 2010 Jembatan Siak II 772/100 ml
sungai tersebut terutama limbah domestik baik Jembatan Siak I 2400/100 ml
organik maupun anorganik. Kondisi 4. 2011 Muara Sei Senapelan 5400/100 ml
permukiman yang kumuh, tata kelola sampah Sei Sail 9200/100 ml
yang tidak baik dan prasarana jamban, tempat 5. 2012 Muara Sei Senapelan 92000/100 ml
Sei Sail 58000/100 ml
mandi dan mencuci yang dibangun warga Sumber: Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau, 2013
dengan tidak selayaknya semakin memperburuk
visualitas Sungai Siak. PEMBAHASAN

Perilaku Masyarakat dalam Memanfaatkan


Sungai Siak. Aktivitas sehari-hari masyarakat
dalam memanfaatkan Sungai Siak untuk
keperluan sehari-hari merupakan perilaku yang
sudah turun temurun. Warga melakukan
aktivitas MCK di sungai tersebut dengan
fasilitas prasarana yang dibangun seadanya.
Sungai Siak menjadi sumber bagi masyarakat
setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari karena mudah dan murah. Menurut Katz
dalam Notoatmodjo (2005), perilaku
dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang
Gambar 5. Visualitas permukaan Sungai Siak bersangkutan dan merupakan nilai ekspresif dari
diri seseorang dalam menjawab suatu situasi
Adanya sampah organik dan anorganik sehingga perilaku itu adalah layar segala
yang terbuang ke sungai, secara biologi ungkapan diri seseorang dapat dilihat. Menurut
mempengaruhi kualitas air sungai karena proses Lewin (1951) dengan teori Ecology Psychology
degradasi sampah. Aspek kualitas air Sungai menegaskan hubungan saling ketergantungan
Siak dapat dilihat dari kandungan bakteri manusia dan lingkungan sehingga perilaku
koliform (E. coli) atau disebut Faecal Coliform, seseorang adalah interaksi antara individu
yang diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup dengan lingkungannya. Perilaku adalah ukuran
Provinsi Riau Tahun 2013, sebagaimana Tabel 1 kepribadian dikarenakan sikap Attitude terhadap
dan Tabel 2. suatu Refferen (Kerhinger, 1986).
Dinamika Lingkungan Indonesia 104

Berdasarkan sebablah manusia Semakin positif persepsi terhadap kesehatan


berperilaku (Krech et. al. dalam Kerhinger, maka perilaku masyarakat dalam
1984). Perilaku adalah hasil hubungan antara mempergunakan air sungai juga semakin tinggi.
stimulan dan respon sehingga berakhir pada Hal inilah yang mempengaruhi cara berfikir
sikap (Skinner dalam Notoatmodjo, 2003). masyarakat bahwa tinggal di tepian Sungai Siak
Menurut Walgito (2002), proses munculnya dengan segala aktivitas pemukim sudah menjadi
perilaku karena dibentuk, diperoleh dan tradisi dari nenek moyangnya.
didapatkan dari proses kebudayaan. Faktor ekonomi yang mempengaruhi
Perilaku masyarakat setempat dalam perilaku masyarakat adalah tingkat ekonomi
memperlakukan dan berinteraksi dengan yang rendah. Kondisi ekonomi masyarakat yang
lingkungan, terutama Sungai Siak, tergolong tinggal di bantaran sungai ini umumnya adalah
buruk. Kondisi ini dapat terlihat dari dampaknya masyarakat yang relatif kurang mampu.
pada sungai yang dijadikan tempat buangan Mayoritas masyarakat tersebut bekerja sebagai
limbah domestik (rumah tangga) dari aktivitas tenaga kerja “kasar” dan tenaga kerja
keseharian warga. Hal ini didukung oleh “serabutan” dengan pendapatan rumah tangga
kedekatan permukiman warga yang berada di berkisar antara Rp 15.000 - Rp 25.000 per hari.
bantaran sungai tersebut. Menurut Wibowo Kehidupan masyarakat tersebut dikatakan pas-
(2010), masyarakat yang bermukim di pinggiran pasan bahkan kurang cukup memadai untuk
sungai cenderung menjadikan sungai sebagai memenuhi kebutuhan dasar seperti makan dan
fasilitas dalam memenuhi kebutuhan hidup biaya pendidikan anak. Tingkat pendapatan
termasuk fasilitas dalam pengelolaan sampah akan mempengaruhi cara hidup masyarakat
rumah tangga. Menurut Priambodo et.al. (2006), (Kamria et. al., 2013) dan cara memperlakukan
masyarakat yang tinggal di bantaran sungai sumberdaya alam.
membuang sampah ke sungai karena alasan Faktor lain yang terkait dengan perilaku
kemudahan. masyarakat dalam memanfaatkan Sungai Siak,
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku terutama untuk MCK adalah faktor
Masyarakat. Aktivitas masyarakat di tepian kenyamanan. Menurut salah seorang warga,
Sungai Siak dalam pemanfaatan sumberdaya penggunaan Sungai Siak sebagai tempat MCK
sungai yang dilakukan sudah turun temurun karena merasa lebih nyaman, dengan kondisi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu udara yang terbuka dan arus air yang terus
kebiasaan, tingkat ekonomi dan kenyamanan. mengalir menyebabkan kotoran (limbah) akan
Hasil wawancara dengan informan penelitian bersih secara alami.
menunjukkan bahwa penggunaan Sungai Siak Dampak Perilaku Masyarakat.
sebagai tempat bermukim dan pemenuhan Aktivitas masyarakat di tepian Sungai Siak
kebutuhan untuk MCK merupakan kebiasaan dalam pemanfaatan sumberdaya sungai yang
(tradisi) yang sudah membudaya dari nenek dilakukan sudah turun temurun ini berdampak
moyang mereka semenjak dahulu kala. Faktor pada kesehatan masyarakat dan estetika
kebiasaan ini menurut Walgito (2002) lingkungan. Salah satu indikator dampak negatif
merupakan perilaku yang didapatkan dari proses perilaku manusia terhadap air dapat dilihat dari
kebudayaan (tradisi). Di samping itu, kandungan E. coli yang ada pada badan air
masyarakat pendatang yang bermukim di tersebut. Data jumlah kandungan E. coli yang
wilayah studi juga menguatkan bahwa di daerah diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup
asal mereka, sungai juga digunakan untuk Provinsi Riau menunjukkan perkembangan
memenuhi kebutuhan MCK. kandungan E. coli pada perairan Sungai Siak
Perilaku ini dilakukan masyarakat atas dari tahun 2008 hingga tahun 2012 cenderung
dasar pengalaman dan persepsi bahwa semakin meningkat dan jumlahnya jauh
memanfaatkan sungai tidak menimbulkan melebihi ambang batas. Untuk baku mutu kadar
bahaya serius terutama bagi kesehatan mereka. total coliform untuk kualitas air Kelas 3
Permatasari (2008) mengungkapkan bahwa ada (menurut baku mutu lingkungan Propinsi Riau)
hubungan positif antara persepsi terhadap adalah sebesar ≤ 2000/100 ml. Sementara
kesehatan dengan perilaku masyarakat kandungan E. coli Sungai Siak pada tahun 2012
menggunakan air sungai untuk keperluannya. semester II tercatat sebesar 58000/100 ml.
Dinamika Lingkungan Indonesia 105

Grafik perkembangan kandungan E.coli Menurut Amri dalam Putri (2011), akibat
perairan Sungai Siak sebagaimana Gambar 6 dari pencemaran yang terjadi pada Sungai Siak,
dan Gambar 7. masyarakat yang bermukim di sekitar sungai
tersebut menderita penyakit gatal-gatal dan
diare. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan
yang tidak higienis karena air yang digunakan
untuk mandi, cuci dan kakus (MCK) digunakan
pula untuk air minum.
Dampak terhadap estetika lingkungan
Adanya perilaku mandi, cuci dan kakus
masyarakat telah membuat air Sungai Siak
mengalami pengotoran limbah dari aktivitas
mandi, cuci dan kakus yang berdampak pada
Gambar 6. Grafik Kandungan E. Coli di Sungai Siak penampilan air sungai yang kurang baik,
Semester I Tahun 2008-2012 terlebih lagi terhadap area Waterfron City.
Menurut Effendi (2003), pengotoran air sungai
hingga menimbulkan pencemaran merupakan
akibat anthropogenik atau akibat dari perilaku
manusia seperti aktivitas domestik.
Indikator bahwa air sungai telah tercemar
adalah adanya perubahan yang dapat diamati
melalui pengamatan secara fisik diantaranya
melalui bau. Bau sering terjadi biasanya
disebabkan oleh adanya bahan organik yang
membusuk serta persenyawaan kimia.
Gambar 7. Grafik Kandungan E. Coli di Sungai Siak
Konsep Waterfront City adalah memfungsikan
Semester II Tahun 2008-2012
sungai sebagai tempat rekreasi (wisata).
Meningkatnya kandungan E. coli di Kehadiran “jeramba” kayu untuk naik turunnya
Sungai Siak akibat dari kebiasaan masyarakat orang yang juga difungsikan masyarakat sebagai
sekitar dalam membuang tinja ke sungai tempat mencuci, mandi serta kakus, jelas telah
tersebut. Menurut Hardjasoemantri (1986), cara mengganggu keindahan alam sekitar wilayah
pembuangan kotoran manusia yang tersebut.
sembarangan merupakan faktor utama yang SIMPULAN
mengancam kesehatan manusia. Banyaknya
jumlah mikroba yang dapat menyebabkan Praktek penerapan ISO 14001 oleh PT. Waskita
penyakit terdapat dalam kotoran manusia yang Sungai Siak sebagai tempat pemenuhan
sakit juga dari kotoran manusia yang sehat. kebutuhan hidup adalah perilaku dalam aktivitas
Alaerts dan Santika (1994) menyatakan bahwa mandi, cuci dan kakus (MCK) serta air sungai
Faecal Coliform merupakan bakteri petunjuk juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan air
adanya pencemaran tinja yang paling efisien, minum. Perilaku masyarakat ini dikategorikan
karena hanya selalu terdapat dalam tinja buruk yang terlihat dari dampaknya pada sungai
manusia. Rahayu dalam Kurniadi et. al., (2013) yang dijadikan tempat buangan limbah domestik
menyatakan bahwa keberadaan E. coli dalam air (rumah tangga). Faktor yang mempengaruhi
memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya perilaku masyarakat ini dikarenakan oleh faktor
bibit penyakit (patogen) pada pangan. kebiasaan, tingkat ekonomi rendah dan
Abbas dalam Putri (2011) menyatakan kenyamanan. Dampak dari perilaku masyarakat
bahwa air Sungai Siak sudah tidak lagi layak ini berupa timbulnya penyakit kulit dan diare
untuk dikonsumsi dan digunakan untuk aktivitas akibat dari meningkatnya bakteri E. coli.
masyarakat seperti cuci, masak dan mandi. Hal Sedangkan dampak terhadap estetika
ini terkait dengan pencemaran yang terjadi di lingkungan berupa penampilan air yang buruk,
sungai tersebut. bau tidak sedap dan polusi visual (estetika
pemandangan yang buruk) sekitar perairan
Dinamika Lingkungan Indonesia 106

Sungai Siak tersebut. Dampak ini


mempengaruhi upaya perwujudan pembangunan Notoatmodjo, S., 2003. Konsep Perilaku
Waterfront City di wilayah tersebut. Perlu Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
dilakukan upaya penataan lingkungan Sungai _____________, 2005. Promosi Kesehatan:
Siak yang bersih dan bebas dari perilaku buruk Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta.
masyarakat melalui kerjasama pemerintah dan Permatasari, A. D., 2008. Perilaku Masyarakat
masyarakat setempat secara berkelanjutan. menggunakan Air Sungai Ditinjau dari
Persepsi dan Kesehatan. Skripsi. Fakultas
UCAPAN TERIMA KASIH Psikologi Universitas Katholik
Soegijapranata, Semarang.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
Priambodo, A., A. Fatchiya dan. Yulianto, 2006.
terima kasih kepada masyarakat Kelurahan
Analisis Perilaku Masyarakat Bantaran
Kampung Baru Kecamatan Senapelan Kota
Sungai Ciliwung terhadap Aktivitas
Pekanbaru dan semua pihak yang membantu
Pembuangan Sampah Rumah Tangga di
dalam melaksanakan penelitian ini.
Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta
Timur. Buletin Ekonomi Perikanan, 6 (2) :
20-29.
DAFTAR PUSTAKA
Putri, N.A.D., 2011. Kebijakan Pemerintah
dalam Pengendalian Pencemaran Air
Alaerts, G dan S.S. Santika, 1994. Metode
Sungai Siak (Studi pada Daerah Aliran
Penelitian Air. Usaha Nasional, Surabaya.
Sungai Siak Bagian Hilr). Jurnal Ilmu
Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Politik dan Ilmu Pemerintahan, 1 (1) : 68-
Pengelolaan Sumber Daya dan
79.
Lingkungan Perairan. Kanisius,
Walgito., B,. 2002. Pengantar Psikologi Umum.
Yogyakarta.
Andi, Yokyakarta.
Hardjasoemantri, K., 1986. Hukum Tata
Wibowo, H. E., 2010. Perilaku Masyarakat
Lingkungan. Gadjah Mada University
dalam Mengelola Sampah Permukiman di
Press, Yogyakarta.
Kampung Kamboja Kota Pontianak.
Kurniadi, Y. Saam, Z dan Afandi, D., 2013.
Tesis. Program Pascasarjana Magister
Faktor Kontaminasi Bakteri E.coli pada
Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota
Makanan Jajanan Di Lingkungan Kantin
Universitas Diponegoro, Semarang.
Sekolah Dasar Wilayah Kecamatan
Bangkinang. Jurnal Ilmu Lingkungan, 7
(1) : 29-37.

You might also like