Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Pengaruh Ortofosfat Dan Klorinasi Terhadap Korosi Dan Mikroorganisme Pada Cooling

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) ISSN 2355-3324

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 7 Pages pp. 135-141

Pengaruh Ortofosfat dan Klorinasi Terhadap Korosi dan Mikroorganisme pada Cooling
Water System di Unit Utilitas-2 PT. Pupuk Iskandar Muda
Herri Supriadi1, Muhammad Zaki2, Syaubari2
1
Program Studi Magister Teknik Kimia, Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh 23111, Indonesia
2
Jurusan Teknik Kimia, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 23111, Indonesia
Koresponden: herri.supriadi@pim.co.id

ABSTRACT
Corrotion inhibitors and the growth of microorganisms that occur in the cooling water system can
affect water quality, which causes an effect on the process temperature and temperature of the
equipment. This study aims to study the effect of orthophosphate and chlorination on corrosion and
microorganisms on cooling water systems, using materials such as 85% water basin cooling tower,
orthophosphate [H3PO4] as 60% corrotion inhibitor, calcium hypochlorite [Ca (OCl)] as a
disinfectant dissolved into water so that it becomes hypochlorite acid (HOCl). The fixed variable used
is operating time every 3 hours, atmospheric cooling tower pressure, pump pressure 15 kg/cm 2, feed
temperature 300C, reverse temperature 400C, and 25 liter basin volume. The independent variables
were orthophosphate (H3PO4) concentration of 85%: 12, 15, 18, 21, and 24 ppm, then the
concentration of calcium hypochlorite [Ca(OCl) 2] 60%: 53, 57, 61, 65, and 69 ppm. The results
showed that the lowest corrosion value of orthophosphate corrosion inhibitor was 0.0199 grams, the
highest value of microorganisms was 1000, the lowest pH value was 3.39 and the lowest residual
chlorine value was 0.09 ppm while the highest use of calcium hypochlorite was 0 12 grams, the
highest value of microorganisms is 0, the lowest pH value is 3.39 and the highest residual value of
chlorine is 0.86 ppm in the cooling water system.
Keywords: orthophosphate, calcium hypochlorite, corrosion, microorganisms, cooling water systems

ABSTRAK
Penghambat korosi (corrotion inhibitor) dan pertumbuhan mikroorganisme yang terjadi pada cooling
water system dapat mempengaruhi mutu air yang dapat menyebabkan berpengaruh pada temperatur
proses maupun temperatur peralatan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ortofosfat
dan klorinasi terhadap korosi dan mikroorganisme pada cooling water system, dengan menggunakan
bahan-bahan yaitu air basin cooling tower, ortofosfat [H3PO4] 85% sebagai corrotion inhibitor, dan
kalsium hipoklorit [Ca(OCl)2] 60% sebagai desinfektan yang dilarutkan ke dalam air sehingga menjadi
asam hipoklorit (HOCl). Variabel tetap yang digunakan adalah waktu operasi setiap 3 jam, tekanan
menara pendingin atmosfer, tekanan pompa 15 kg/cm 2, temperatur umpan 300C, temperatur balik
400C, dan volume basin 25 liter. Variabel bebas adalah konsentrasi ortofosfat (H 3PO4) 85% : 12, 15,
18, 21, dan 24 ppm, kemudian konsentrasi kalsium hipokhlorit [Ca(OCl)2] 60% : 53, 57, 61, 65, dan
69 ppm. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa yaitu penggunaan corrosion inhibitor ortofosfat nilai
korosi terendah yaitu 0,0199 gram, nilai mikroorganisme tertinggi yaitu 1000, nilai pH terendah yaitu
3,39 dan nilai residu klorin terendah yaitu 0,09 ppm sedangkan penggunaan kalsium hipoklorit nilai
korosi tertinggi yaitu 0,12 gram, nilai mikroorganisme tertinggi yaitu 0, nilai pH terendah yaitu 3,39
dan nilai residu klorin tertinggi yaitu 0,86 ppm pada sistim air pendingin.
Kata kunci : ortofosfat , kalsium hipoklorit, korosi, mikroorganisme, sistim air pendingin

PENDAHULUAN Pendesinfektan mikroorganisme di


Air pendingin (cooling water) adalah air dalam air pendingin sebaiknya dilakukan
yang digunakan untuk mengatur temperatur, secara intensif dengan menambahkan klorin
baik temperatur proses maupun temperatur dalam jumlah yang tepat sehingga dapat
peralatan. Proses pendinginan air dilakukan mengoksidasi bahan-bahan organik dan
dengan cara mengontakkan air dengan udara amonia sebelum akhir tersedia residu khlorin
sebagai penyerap (scrubber) panas sehingga 0,2-1,5 ppm. Hal ini dilakukan untuk
sebagian uap panas pada air akan menguap. mencegah mikroorganisme berkembang

Volume 4, No. 4, November 2017 135


Jurnal Magister Ilmu Kebencanaan (JIKA)
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

pesat. Akibat penggunaan klorin yang namun bergantung pada keberhasilan


berlebih menyebabkan terjadinya korosi yang penerapannya (Balonis , 2018).
berakibat pada kebocoran pada pipa alat alat Jenis-jenis penghambat korosi antara
penukar panas dan cooler. Untuk mengatasi lain, Ortofosat, Fospat dan Polifospat.
masalah ini, digunakan penghambat korosi Senyawa posfat merupakan zat aktif yang
berupa orthoposfat. Karena bahan ditambahkan ke dalam sistem air pendingin
penghambat korosi ini juga berfungsi sebagai sebagai pencegah dan penghambat korosi.
nutrisi yang sangat baik bagi perkembangan Pada umumnya senyawa posfat dalam air
mikroorganisme maka penggunaannya di dalam bentuk ortofosfat (PO43-) (Daniels ,
dalam sistem air pendingin perlu 2013).
diperhitungkan secara akurat. (Okazaki M, Menurut Singh, 1980 ada beberapa
1985). faktor yang mempengaruhi effisiensi
Korosi didefinisikan tidak hanya sebagai desinfeksi dari klorin. Faktor-faktor ini
oksidasi destruktif bahan logam, tetapi juga berpengaruh satu sama lain sehingga tidak
degradasi bahan bukan logam dan bahan ini dapat dilihat hanya pada salah satu faktor
kehilangan fungsi karena interaksi kimia atau saja.
elektrokimia dengan lingkungan. Korosi Mikroorganisme dapat tumbuh dengan
sering terjadi dan mengakibatkan bencana baik pada sistim air pendingin, khususnya
yang tak terhitung banyaknya dan sirkulasi terbuka (open recirculation).
mengakibatkan kerugian hingga ratusan Kontaminasi mikroorganisme juga
miliar dolar setiap tahunnya (Song dan Xie, menyebabkan biofouling dan korosi
2018). peralatan pada infrastruktur di pengaturan
Laju korosi harusdi tekan untuk industri lain termasuk tangki penyimpanan
mencapai hemat energi. Faktor yang di sekitar, sistem distribusi air, kapal,
mempengaruhi, diantaranya: laju alir fluida perangkat medis, dan fasilitas penyimpanan
korosif, konsentrasi oksidator, temperatur, limbah (Li , 2018). Meskipun beberapa
dan pH. Satuannya adalah mm/th (SI) atau mikroorganisme cenderung mati pada
mill/year (mpy, standar British). Tingkat temperatur tinggi, tetapi sisa mikroba tetap
ketahanan suatu material terhadap korosi mengotori permukaan logam.
umumnya memiliki nilai laju korosi antara 1 Mikroorganisme khusus, seperti tipe sulfate-
– 200 mpy (Afandi , 2015). reduction dan generate corrosive hydrogen
Laju korosi dapat dihitung menggunakan sulfide menyebabkan pemutusasn pitting
persamaan sebagai berikut (Zuchry dan attack (Hafni, 2003).
Magga, 2017). Sistem air pendingin memberikan
Laju korosi = ...........................(1) metode yang dapat diandalkan untuk
mengotrol suhu pada proses industri. Secara
Keterangan: umum, panas yang dihasilkan selama proses
K = Konstanta (3,45. 106) dipindahkan ke sistem air resirkulasi oleh
W = kehilangan berat (gr) peralatan penukar panas. Karena tidak mudah
 = massa jenis (gr/cm3) untuk mengakses dan menyelidiki kondisi
A = Luas Permukaan (cm2) internal dari sistem air pendingin resirkulasi
T = waktu (jam) (Ou., 2018).
Penggunaan penghambat korosi pada air Penelitian ini bertujuan untuk
pendingin dengan sistim resirkulasi terbuka mengetahui pengaruh corrosion inhibitor
untuk dapat mengontrol oksigen dalam air ortofosfat dan kalsium hipoklorit terhadap
dan kandungan garam-garam. Inhibitor korosi dan mikroorganisme dalam sistem air
korosi telah digunakan dalam ruang lingkup pendingin, diharapkan dapat memberikan
yang lebih luas dan banyak operasi pabrik, manfaat mengenai informasi dan penanganan

136 Volume 4, No. 4, November 2017


Jurnal Magister Ilmu Kebencanaan (JIKA)
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

corrosion inhibitor ortofosfat dan kalsium


hipoklorit sehingga mampu memberi Dalam percobaan ini terlebih dahulu di
penyelesaian permasalahan korosi dan lakukan rangkaian alat seperti rangkaian
mikroorganisme pada sistem air pendingin berikut
Cooling Tower Unit Utilitas-2 PT Pupuk
Iskandar Muda. Penelitian ini juga memberi H3PO4 Ca(OCl)2
gambaran awal bagi peneliti-peneliti lain
yang ingin melanjutkan penelitian lebih
lanjut.

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat-alat uatama yang digunakan dalam
penelitian ini adalah drum plastik sebagai
basin, pompa, heater, pipa, dan selang. paku
25 Liter
Adapun alat-alat pelengkap yang digunakan Heater
Pompa
meliputi paku baja karbon yang di gunakan Basin

sebagai pendeteksi korosi pada air pendingin, Gambar 1. Rangkaian alat dari sistim
bor, mata bor, pipet volume, F sock PVC, penelitian
double maple, kabel listrik, kunci pipa,
Setelah tahap persiapan selesai
gergaji besi, lem pipa, alat pembunuh,
dilanjutkan dengan tahap operasi dengan
timbangan analitik, pH meter, Nalco DR/890
langkah-langkah percobaan, air basin cooling
Calorimeter (alat untuk memeriksa residu
tower dimasukkan pada temperatur 300C
klorin), dip slide eassicult combi (alat untuk
kedalam drum plastik (basin) dengan volume
memeriksa mikroorganisme).
25 liter yang di sirkulasi dengan pompa
Bahan-bahan yang digunakan yaitu air
melewati heater dengan temperatur return
basin cooling tower Unit Utilitas-2 PT. PIM,
400, paku baja dimasukkan kedalam tabung
ortoposfat [H3PO4] 85%, sebagai corrotion
basin, kemudian dimasukkan [Ca(OCl)2]
inhibitor. Kalsium hipoklorit [Ca(Ocl)2]
dengan variasi 53, 57, 61, 65, dan 69 ppm
60%, sebagai desinfektan yang di larutkan
dan [H3PO4] dengan variasi 12, 15, 18, 21,
kedalam air sehingga menjadi asam
dan 24 ppm, keemudiann didiampak selama
hipoclorit [HOCl].
waktu operasi 3 jam.
Adapun urutan kerja penelitian yang
Variabel Penelitian
dilakukan meliputi beberapa tahapan proses
Variabel dalam penelitian yaitu variabel
kegiatan yang dibuat secara
25 litersistimatis dengan
tetap dan variabel bebas, variabel tetapnya
skema kerja penelitian untuk memudahkan
meliputi waktu operasi setiap 3 jam, tekanan
dalam melaksanakan penelitian. Skema kerja
menara pendingin pada tekanan atmosfer,
tersebut digambarkan secara skematis pada
tekanan pompa 15 kg/cm2, temperatur umpan
Gambar 2
300C temperatur balik 400C, dan volume
basin 25 liter. Variabel bebas meliputi 2
variabel yaitu konsentrasi ortoposfat [H3PO4]
85% : 12, 15, 18, 21, dan 24 ppm, dan
konsentrasi kalsium hipoklorit [Ca(OCl)2]
60% :53, 57, 61, 65, dan 69 ppm.

Prosedur Penelitian

Volume 4, No. 4, November 2017 137


Jurnal Magister Ilmu Kebencanaan (JIKA)
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

menaikkan korosi pada sistem air pendingin


dengan korosi tertinggi pada konsentrasi
ortofosfat 15 ppm dan konsentrasi kalsium
hipoklorit 65 ppm serta konsentrasi
ortofosfat 18 ppm dan konsentrasi kalsium
hipoklorit 65 ppm yaitu sebesar 0,12 gram.
Pada Gambar 3 tersebut dapat kita lihat
bahwa nilai korosi naik turun, hal ini
disebabkan adanya injeksi dari ortofosfat
dan kalsium hipoklorit secara bersamaan
Gambar 2 Skema pelaksanaan penelitian dengan masing-masing 5 variasi.
pada cooling water system Penginjeksian ortofosfat mengakibatkan
HASIL DAN PEMBAHASAN menurunkan nilai korosi (Febrianto dkk,
1.1 Korosi 1999) sedangkan penginjeksian kalsium
hipoklorit menyebabkan naiknya nilai korosi
2. karena senyawa kalsium hipoklorit bersifat
korosif (Alaerts dan Sumestri, 1987).
Peristiwa penekanan oksigen pada ion
kalsium yang dilakukan oleh ortofosfat
secara umum tidak bereaksi dengan ion
kalsium. Secara umum ortofosfat tidak
bereaksi namun berfungsi sebagai corrosion
inhibitor, dengan sifat-sifat perlindungan
yang diinginkan hanya melalui produk
Gambar 3 Grafik hubungan penambahan hidrolisis (HPO4) yaitu pemakaian bersama
ortofosfat dan kalsium hipoklorit terhadap ion hidroksil pada suatu elektroda mulai dari
korosi pada sistem air pendingin dengan pereduksi oksigen, yang membawa kalsium
waktu kontak 3 jam. posfat pada suatu logam tertentu sesuai
Pada sistem air pendingin, korosi terjadi dengan reaksinya yaitu :
karena penambahan kalsium hipoklorit
secara berlebih sebagai desinfektan untuk 2HPO42- + Ca(OCl)2 Ca(PO4)2-
membunuh mikroorganisme patogen di + 2HOCL
dalam air. Pada Gambar 3, dapat diamati
bahwa pada konsentrasi ortofosfat 12 ppm Perlindungan efek korosi dapat
dan konsentrasi kalsium hipoklorit 53 ppm ditingkatkan ketika ion kalsium yang
diperoleh berat paku baja karbon yaitu berada dalam larutan elektrolit mengalami
0,0258 gram. Pada konsentrasi kalsium peningkatan dalam laju pengadukan. Ion
hipoklorit yang sama, dan pada konsentrasi kalsium divalen tidak menyebabkan
ortofosfat 15 ppm maka berat paku baja terjadinya korosi baja yang ditandai dengan
karbon naik menjadi 0,07 gram. Sedangkan meningkatnya Ca(PO4)22-. Hal ini dapat
korosi terendah diperoleh pada konsentrasi diamati bahwa ortofosfat merupakan suatu
ortofosfat 21 ppm dan pada konsentrasi produk konversi hexametafosfat (HMP). Jika
kalsium hipoklorit 65 ppm diperoleh berat ion logam divalen ada, pengaruh negatif
paku baja karbon yaitu 0,0199 gram. Hal ortofosfat menjadi lemah dan tingginya
ini disebabkan konsentrasi ortofosfat yang
tinggi sehingga menyebabkan nilai korosi konsentrasi Ca(PO4)22- yang diperlukan
rendah. Sedangkan peningkatan jumlah untuk melindungi baja terhadap korosi.
kalsium hipoklorit dalam air dapat (Rozenfeld, I, 1981).

138 Volume 4, No. 4, November 2017


Jurnal Magister Ilmu Kebencanaan (JIKA)
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

3.2 Mikroorganisme Gambar 5 Grafik hubungan penambahan


ortofosfat dan kalsium hipoklorit terhadap
perubahan pH dengan waktu kontak 3 jam.
Dari Gambar 5 di atas dapat dilihat
bahwa operasi pH tertinggi pada saat
konsentrasi kalsium hipoklorit 65 ppm dan
konsentrasi ortofosfat 15 ppm yaitu pH
sebesar 6,67 karena pada saat itu air basin
Cooling Tower Pabrik Utilitas-2 tersebut
mengalami gangguan operasional sehingga
meningkatkan pH air. Peningkatan pH ini
Gambar 4 Grafik hubungan penambahan
disebabkan adanya kandungan caustic soda
ortofosfat dan kalsium hipoklorit terhadap
(NaOH) (Reliantari, 2017).
pertumbuhan mikroorganisme dengan waktu
Sedangkan operasi pH terendah pada
kontak 3 jam.
saat konsentrasi kalsium hipoklorit 69 ppm
Pemberian senyawa kimia berupa
dan konsentrasi ortofosfat 21 ppm yaitu pH
senyawa kalsium hipoklorit Ca(OCl2) yang
sebesar 3,39. Penurunan pH pada air
berfungsi untuk mereduksi zat organik,
disebabkan adanya injeksi dari kalsium
mengoksidasi logam, dan sebagai desinfeksi
hipoklorit dan ortofosfat. Penambahan
terhadap mikroorganisme (Cita dan Adriyani,
ortofosfat dan kalsium hipoklorit dapat
2013).
menurunkan pH air pendingin. Pada
Pada Gambar 4 dapat diamati bahwa
konsentrasi ortofosfat 12 ppm dan kalsium
dengan penambahan kalsium hipoklorit dapat
hipoklorit dengan konsentrasi 65 ppm
mengurangi mikroorganisme dalam air. Akan
diperoleh pH operasi sebesar 4,98 dan pH
tetapi dari gambar tersebut juga ada kenaikan
menurun menjadi 4,39 akibat meningkatnya
jumlah mikroorganisme menjadi 1000
konsentrasi ortofosfat dan kalsium
CFU/ml pada konsentrasi ortofosfat 15 ppm
hipoklorit di dalam air. Penurunan pH
dan kalsium hipoklorit 57 ppm yang
akibat ortofosfat dipengaruhi oleh sifat
disebabkan oleh adanya kandungan amonia
ortofosfat sebagai larutan golongan asam
pada air basin Cooling Tower Pabrik Utilitas-
yang sedikit dengan tingkat pH < 7.
2, sehingga mikroorganisme dapat tumbuh di
Penggunaan kalsium hipoklorit menurunkan
air tersebut, walaupun adanya penambahan
pH, oleh karena itu pH air pendingin harus
kalsium hipoklorit .Pada beberapa data
dikontrol agar tetap berada pada range pH.
penelitian ini tidak terdapat mikroorganisme
Tujuan pH dijaga antara 6-7 pada Cooling
baik sebelum operasi maupun setelah operasi
Water System di Unit Utilitas-2 PT Pupuk
3 jam.
Iskandar Muda berhubungan dengan
3.3 pH Air distribusi asam hipoklorit (HOCl) dan ion
hipoklorit (OCl- ) di dalam air.
Di dalam penelitian ini air pendingin
pH 3-6 dapat memperlambat pertumbuhan
bakteri karena kondisi yang asam merupakan
lingkungan yang buruk bagi perkembangan
bakteri. Distribusi dari HOCl dan OCl-
sangat penting untuk dijaga karena HOCl
merupakan desinfektan yang paling efektif,

Volume 4, No. 4, November 2017 139


Jurnal Magister Ilmu Kebencanaan (JIKA)
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

perbandingan desinfektan HOCl dan OCl- nilai pH terendah yaitu 3,39 dan nilai residu
adalah 1 : 40-80, (MetCalf dan Eddy, 1995). klorin tertinggi yaitu 0,86 ppm.

3.4 Residu Klorin


DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G. dan Sumestri, S., 1987. Metode
Penelitian Air. Usaha Nasional.
Surabaya.
Afandi, Y.K., Arief, I.S., Amiadji. 2015.
Analisa Laju Korosi Pada Pelat Baja
Karbon Dengan Variasi Ketebalan
Coating. Jurnal Teknik ITS: 4 (1),
Balonis, M., Sant, G., Isgor, O.B., 2018.
Mitigating Steel Corrosion In
Reinforced Concrete Using
Gambar 6 Grafik hubungan konsentrasi Functional Coatings, Corrosion
kalsium hipoklorit dengan residu klorin Inhibitors, And Atomics
pada berbagai variasi ortofosfat dengan Simulations. Journal of cement and
waktu kontak 3 jam. concrete.
Menurut MetCalf dan Eddy (1995), Cita, Dian Wahyu dan Adriyani, Retno.
jumlah klorin teoritis yang dibutuhkan untuk 2013. Kualitas Air dan Keluhan
mengoksidasi 1 mg/L NH3-N menjadi gas Kesehatan Pengguna Kolam Renang
nitrogen (N2) adalah 7,6 mg/L klorin (Cl2). di Sidoarjo. Journal Kesling Vol.7
Dari Gambar 6 di atas dapat dilihat No. 1 Juli 2013.
bahwa residu klorin tertinggi pada saat Daniels, S.L. Spurunger, P.T. Kizilkaya, O.
konsentrasi kalsium hipoklorit 53 ppm dan Lytle, D.A. Garno, J.C. 2013.
konsentrasi ortofosfat 18 ppm yaitu residu Nanoscale Surface Characterization
klorin sebesar 0,86 ppm. Sedangkan residu of Aqueous Copper Corrosion:
klorin terendah pada saat konsentrasi kalsium Effects of Immersion Interval and
hipoklorit 65 ppm dan konsentrasi ortofosfat Orthophosphate Concentration.
15 ppm yaitu residu klorin sebesar 0,09 Surface Science.
ppm. Penambahan ortofosfat dapat Febriyanto, Sriyono dan Hidayati Nur
menurunkan residu klorin dan penambahan Rahmah. 1999. Pengaruh Inhibitor
kalsium hipoklorit dapat menaikkan residu Borat dan Fosfat terhadap laju
klorin pada air pendingin. Korosi Inconel 600 dan Inconel 690
dalam Larutan Khlorida. Prosiding
KESIMPULAN Presentasi Ilmiah Teknologi
Dari hasil pengamatan dan pembahasan Kesematan Nuklir-IV. Serpong.
dapat diambil kesimpulan bahwa Hafni, N.K, 2003, Monitoring dan Kontrol
penggunaan corrosion inhibitor orthoposfat pada Sistim Air Pendingin,
nilai korosi terendah yaitu 0,0199 gram, Seminar Teknik Kimia, Bandung.
nilai mikroorganisme tertinggi yaitu 1000 Li, Y., Xu, D., Chen, C., Li, X., Jia, R.,
CFU/mL, nilai pH terendah yaitu 3,39 dan Zhang, D., Sand, W., Wang, F., Gu, T.,
nilai residu klorin terendah yaitu 0,09 ppm. 2018. Anaerobic microbiologically
Kemudian penggunaan kalsium hipokhlorit influenced corrosion mechanisms
nilai korosi tertinggi yaitu 0,12 gram, nilai interpreted using bioenergetics and
mikroorganisme tertinggi yaitu 0 CFU/mL, bioelectrochemistry: A review. J. Mater.

140 Volume 4, No. 4, November 2017


Jurnal Magister Ilmu Kebencanaan (JIKA)
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Sci. Technol. 34, 1713–1718.


MetCalf and Eddy, 1995, Wastewater
Engineering Treatment Disposal
Reuse, McGraw-Hill International
Edition, Singapore.
Kazaki, M. 1985, Kurita Water Industries
Handbook, Tokyo, Japan. Pandia,
Setiady, 1996, Kimia Lingkungan,
Depdikbud, Jakarta.
Ou, H.H., Tran, Q.T.P., Lin, P.H., 2018. A
synergistic effect between gluconate and
molybdate on corrosion inhibition of
recirculating cooling water systems.
Corros. Sci. 133, 231–239.
Reliantari Ira Fresty, Evanuarini Herly dan
Imam Thohari. 2017. Pengaruh
Konsentrasi NaOH terhadap pH, Kadar
Protein Putih Telur dan Warna Kuning
Telur Pidan. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Hasil Ternak, Vol.12 No. 2. Malang
Singh. G, 1980, Water Supply and
Sanitary Engineering, Nai Prabat
Printing Press, Nai Sarak, New
Delhi.
Song, Z., Xie, Z.H., 2018. A literature review
of in situ transmission electron
microscopy technique in corrosion
studies. Micron 112, 69–83.
Zuchry M., Magga, R., 2017. Analisis Laju
Korosi Dengan Penambahan Pompa
Pada Baja Komersil Dalam Media Air
Laut. Jurnal Mekanikal 8, 737–741.

Volume 4, No. 4, November 2017 141

You might also like