Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Skripsi Tanpa Pembahasan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 56

HUBUNGAN FAKTOR KETURUNAN, AKTIVITAS JARAK DEKAT,

DAN AKTIVITAS DI LUAR RUANGAN DENGAN KEJADIAN MIOPIA


PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
LAMPUNG ANGKATAN 2014

(Skripsi)

Oleh
NOFIA DIAN ARDIANI SUKAMTO

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
HUBUNGAN FAKTOR KETURUNAN, AKTIVITAS JARAK DEKAT,
DAN AKTIVITAS DI LUAR RUANGAN DENGAN KEJADIAN MIOPIA
PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
LAMPUNG ANGKATAN 2014

Oleh

NOFIA DIAN ARDIANI SUKAMTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Kedokteran

Pada

Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN INHERITED FACTOR, NEAR WORK


ACTIVITIY, AND OUTDOOR ACTIVITY WITH INCIDENCE MYOPIA
IN 2014 STUDENT’S OF MEDICAL FACULTY OF LAMPUNG
UNIVERSITY

By

NOFIA DIAN ARDIANI SUKAMTO

Background: Myopia was a refractive error that had become increasingly


common over the past 50 years. This study aimed to determined the relationship
between inherited factor, near work activity, and outdoor activitiy of the subject
with myopia in 2014 student’s of Medical Faculty of Lampung University.
Method: This study used a quantitative analytical research with cross sectional
method. Sample in this study consisted of 70 respondents. This research was done
by using consecutive sampling. Examination was done by using snellen chart,
autorefractometer, and trial lens with addition filling the questionnaire by the
respondents. The hypothesis test used in this study is chi square test.
Result: Respondent who had inherited factor is 67,1% and without inherited
factor was 32,9%. There were 32,9% respondents who had near work activity <5
hours per day and 67,1% respondents with near work activity >5 hours per day.
Respondents who had outdoor activity <3 hours per day is 52,9% respondents and
>3 hours per day is 47,1% respondents. The result of relationship between
inherited factor with myopia had p value 0,002, near work activity with myopia
had p value 0,006, and outdoor activity with myopia got p value 0,018.
Conclusion: There was a relationship between inherited factor, near work
activity, and outdoor activity with incidence myopia in 2014 student’s of Medical
Faculty of Lampung University.

Keywords: inherited factor, myopia, near work activity, outdoor activity.


ABSTRAK

HUBUNGAN FAKTOR KETURUNAN, AKTIVITAS JARAK DEKAT,


DAN AKTIVITAS DI LUAR RUANGAN DENGAN KEJADIAN MIOPIA
PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
LAMPUNG ANGKATAN 2014

Oleh

NOFIA DIAN ARDIANI SUKAMTO

Latar Belakang: Miopia merupakan kelainan refraksi yang prevalensinya


semakin meningkat dalam 50 tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara faktor keturunan, aktivitas jarak dekat, dan aktivitas
di luar ruangan dengan kejadian miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung angkatan 2014
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan metode
cross sectional. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 70 responden. Pemilihan
subjek menggunakan teknik consecutive sampling. Pemeriksaan dilakukan dengan
snellen chart, autorefraktometer, dan trial lens lalu dilanjutkan dengan pengisian
kuesioner. Uji hipotesis yang digunakan adalah chi square.
Hasil: Responden yang memiliki faktor keturunan yaitu sebesar 67,1% dan yang
tidak memiliki faktor keturunan yaitu 32,9%. Didapatkan 32,9% responden
memiliki aktivitas jarak dekat <5 jam dan 67,1% responden dengan aktivitas jarak
dekat >5 jam per hari. Dan responden yang memiliki aktivitas di luar ruangan <3
jam yaitu 52,9% responden dan yang >3 jam sebesar 47,1% responden. Hasil uji
hubungan faktor keturunan dengan miopia didapatkan p value 0,002, aktivitas
jarak dekat dengan miopia didapatkan p value 0,006, dan aktivitas di luar ruangan
dengan miopia didapatkan p value 0,018.
Simpulan: Terdapat hubungan antara faktor keturunan, aktivitas jarak dekat, dan
aktivitas di luar ruangan dengan kejadian miopia pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung angkatan 2014.

Kata kunci: aktivitas di luar ruangan, aktivitas jarak dekat, faktor keturunan,
miopia.
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 10 November 1995, sebagai

anak pertama dari Bapak Sukamto dan Ibu Mey Rosalina.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) penulis diselesaikan di SD Negeri 2 Tulung

Balak Lampung Timur pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP)

diselesaikan di SMP Negeri 2 Kotagajah Lampung Tengah pada tahun 2010, dan

Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 1 Kotagajah

Lampung Tengah pada tahun 2013.

Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis tergabung dalam

organisasi Gen-C pada periode 2014-2016.


Sebuah Persembahan untuk

Ayah terhebat,

Ibu terbaik, dan Adik tersayang

Tiada hasil yang menghianati usaha,

Tiada doa yang tak pernah didengar,

Dan Tiada cita-cita yang terwujud tanpa keyakinan


SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

segala kasih, karunia, dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Hubungan Faktor Keturunan, Aktivitas Jarak Dekat, dan

Aktivitas di Luar Ruangan dengan Kejadian Miopia pada Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung Angkatan 2014”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan, bantuan,

dorongan, saran, bimbingan dan kritik dari berbagai pihak. Maka dengan

segenap kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P selaku Rektor Universitas Lampung

2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung

3. dr. Rani Himayani, S.Ked., Sp.M selaku Pembimbing Utama atas

kesediaannya untuk meluangkan banyak waktu, memberikan nasihat,

bimbingan, saran, dan kritik yang bermanfaat dalam proses penyelesaian

skripsi ini;

4. dr. Mukhlis Imanto, S.Ked., M.Kes., Sp.THT-KL selaku Pembimbing kedua

atas kesediaannya untuk meluangkan waktu, memberikan nasihat,


bimbingan, saran, dan kritik yang bermanfaat dalam proses penyelesaian

skripsi ini;

5. dr. M. Yusran, S.Ked., M.Sc., Sp.M selaku Penguji Utama pada ujian skripsi

atas kesediannya untuk meluangkan waktu, memberikan nasihat, ilmu,

saran-saran yang telah diberikan;

6. dr. Shinta Nareswari, S.Ked selaku Pembimbing Akademik penulis yang

sedang menempuh pendidikan spesialis yang senantiasa mendukung,

membimbing, dan mendengarkan keluh kesah penulis selama masa

perkuliahan;

7. dr. Oktafany, S.Ked., M.Pd.Ked selaku Pembimbing Akademik penulis saat

ini yang senantiasa mendukung, membimbing, dan mendengarkan keluh

kesah penulis selama masa perkuliahan;

8. Seluruh staf dosen dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung atas ilmu, waktu, dan bimbingan yang telah diberikan dalam

proses perkuliahan;

9. RSUD dr. Hi. Abdul Moeloek Bandar Lampung yang telah menyediakan

waktu dan tempat bagi penulis untuk melakukan penelitian;

10. Terimakasih yang paling utama untuk Ayah (Sukamto) dan Ibu (Mey

Rosalina) yang sangat saya kagumi dan saya cintai atas segala cinta,

perhatian, kasih sayang, doa serta dukungan yang tiada hentinya diberikan

setiap saat. Terimakasih untuk perjuangan Ayah dan Ibu dalam

membesarkan dan selalu memberikan yang terbaik untuk saya, baik

pendidikan akademis maupun nonakademis yang dapat digunakan untuk

bekal dimasa depan;


11. Terimakasih kepada adikku Dhea Hafiz dan keluarga besar atas doa,

dukungan, semangat, kesabaran, keikhlasan, motivasi, kasih sayang, dan

bahkan kritikan yang membangun dan selalu menjadi alasan saya untuk

terus berjuang sampai saat ini;

12. Sahabatku, bukan geng, Atika Marcherya, Ayu Indah, Entan Terram, Gita

Cahaya, Ni Made Ari, Rini Safitri, dan Vinnyssa Anindita yang telah

berjuang bersama saya selama ini. Terimakasih untuk kasih sayang, doa,

dukungan, bantuan, kebahagiaan, ketulusan dan pengertian yang telah kalian

berikan;

13. Sahabatku di UTB, Rina, Netty, Lia, Novi, Anggun yang selalu memberi

dukungan kepada penulis;

14. Teman seperjuangan skripsi yang telah berjuang sepenuh hati, Eva Narulita

Kurnia Perdana, Fernadya Sylvia, Fahma Azizaturrahmah, Nuraina

Rahmania, Fauzia Tria Andara, Sekar Mentari, dan Firdha Yosi, Salwa

Darin, Nadia Rosmalia, Nova Ayu atas segala pengertian, bantuan dan

dukungan kalian selama ini;

15. Teman-teman yang telah bersedia menjadi responden penelitian saya, tanpa

kalian penelitian ini tidak mungkin selesai;

16. Keluarga Pondok Arbenta yang selalu memberikan semangat, doa, dan

bantuannya kepada penulis selama menjadi Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung

17. Teman-teman CRAN14L yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Terimakasih atas kebersamaan, suka, duka, solidaritas selama 3,5 tahun

perkuliahan ini, semoga kelak kita bisa menjadi dokter yang baik dan
berguna bagi masyarakat;

18. Semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa saya

sebutkan satu per satu, terimakasih atas doa dan dukungan kalian.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan

manfaat dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Terima

kasih.

Bandar Lampung, 30 Januari 2018

Penulis

Nofia Dian Ardiani Sukamto


DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 5
1.4.1 Bagi Peneliti ......................................................................................... 5
1.4.2 Bagi Mahasiswa ................................................................................... 5
1.4.3 Bagi Masyarakat ................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Anatomi Mata .................................................................................................. 6
2.1.1 Sklera.................................................................................................... 7
2.1.2 Kornea .................................................................................................. 7
2.1.3 Koroid................................................................................................... 8
2.1.4 Korpus Siliaris ...................................................................................... 9
2.1.5 Iris......................................................................................................... 9
2.1.6 Retina ................................................................................................... 9
2.1.7 Lensa .................................................................................................. 10
2.1.8 Aqueous Humor ................................................................................. 10
2.1.9 Vitreous Humor .................................................................................. 11
2.2 Fisiologi Penglihatan ..................................................................................... 11
ii

2.3 Miopia ............................................................................................................ 13


2.3.1 Definisi Miopia .................................................................................. 13
2.3.2 Etiologi Miopia .................................................................................. 14
2.3.3 Faktor Risiko Miopia ......................................................................... 14
2.3.4 Klasifikasi Miopia .............................................................................. 19
2.3.5 Manifestasi Klinis .............................................................................. 21
2.3.6 Penatalaksanaan ................................................................................. 21
2.4 Kerangka Teori .............................................................................................. 22
2.5 Kerangka Konsep ........................................................................................... 23
2.6 Hipotesis ........................................................................................................ 23

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian ........................................................................................... 24
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 24
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................................... 24
3.3.1 Populasi .............................................................................................. 24
3.3.2 Sampel ................................................................................................ 25
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi.......................................................................... 26
3.4.1 Kriteria Inklusi ................................................................................... 26
3.4.2 Kriteria Eksklusi ................................................................................. 26
3.5 Variabel Penelitian ......................................................................................... 26
3.5.1 Variabel Bebas ................................................................................... 26
3.5.2 Variabel Terikat.................................................................................. 26
3.6 Definisi Operasional ...................................................................................... 27
3.7 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 27
3.8 Prosedur Penelitian ........................................................................................ 28
3.8.1 Alat Penelitian .................................................................................... 28
3.8.2 Cara Kerja .......................................................................................... 28
3.8.3 Alur Penelitian.................................................................................... 29
3.9 Pengolahan Data dan Analisis Data ............................................................... 29
3.9.1 Pengolahan Data ................................................................................. 29
3.9.2 Analisis Data ...................................................................................... 30
3.10Etik Penelitian ................................................................................................ 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian .............................................................................................. 32
4.1.1 Karakteristik Responden .................................................................... 32
iii

4.1.2 Analisis Univariat............................................................................... 33


4.1.3 Analisis Bivariat ................................................................................. 35
4.2 Pembahasan .................................................................................................... 36
4.2.1 Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian ........................................ 36
4.2.2 Gambaran Analisis Univariat ............................................................. 37
4.2.3 Gambaran Analisis Bivariat ............................................................... 38
4.3 Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 46
5.2 Saran .............................................................................................................. 46
5.2.1 Bagi Mahasiswa ................................................................................. 46
5.2.2 Bagi Peneliti selanjutnya .................................................................... 47
5.2.3 Bagi Instansi pendidikan .................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52


LAMPIRAN
iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Definisi Operasional........................................................................................... 27

2 Karakteristik Responden .................................................................................... 33

3 Analisis Univariat............................................................................................... 34

4 Analisis Bivariat Faktor Keturunan dan Status Miopia ..................................... 35

5 Analisis Bivariat Aktivitas Jarak Dekat dan Status Miopia ............................... 36

6 Analisis Bivariat Aktivitas di Luar Ruangan dan Status Miopia ....................... 36


v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Anatomi Mata ...................................................................................................... 7

2 Mata Miopia ...................................................................................................... 13

3 Kerangka Teori Penelitian ................................................................................. 22

4 Kerangka Konsep Penelitian .............................................................................. 23


vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Kaji Etik

Lampiran 2. Surat Izin Peminjaman Alat

Lampiran 3. Lembar Informed Consent dan Kuesioner

Lampiran 4. Data Penelitian

Lampiran 5. Analisis Statistik


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Informasi yang diterima

otak sekitar 95% masuk melalui panca indera penglihatan tersebut. Penurunan

tajam penglihatan merupakan kelainan refraksi yang terdiri dari miopia,

astigmatisma, dan hipermetropia yang disebabkan akibat berkas cahaya jatuh

tidak tepat pada retina. Diantara kelainan refraksi tersebut, miopia merupakan

kelainan refraksi yang paling banyak terjadi (Kistianti, 2008).

Rabun jauh atau miopia adalah suatu kondisi penglihatan yang saat melihat

objek dekat akan terlihat jelas, tetapi saat melihat objek yang jauh tampak

kabur. Miopia terjadi jika bola mata teralu panjang atau kornea yang terlalu

cembung. Akibatnya cahaya yang masuk ke mata tidak terfokus tepat di

retina dan objek yang jauh terlihat kabur (Yu, Li, Gao, Liu, & Xu, 2011).

Miopia merupakan masalah kesehatan yang prevalensinya semakin

meningkat pada 50 tahun terakhir. Diperkirakan 1,6 miliar manusia terkena

miopia dan kemungkinan akan meningkat hingga 2,5 miliar pada tahun 2020.

Prevalensi dan insidensi miopia tergantung dari usia, jenis kelamin, ras, etnis,
2

pekerjaan, lingkungan, dan faktorfaktor lainnya. Prevalensi miopia pada

orang dewasa di Amerika saat ini 20-50% dan di beberapa negara Asia

prevalensinya sekitar 85-90%. Prevalensi miopia pada anakanak di negara

barat sangat kecil (kurang dari 5%), sedangkan anakanak di Asia memiliki

prevalensi yang tinggi sekitar 29% (Yu et al., 2011).

Meskipun penyebab pasti miopia masih belum jelas, namun bukti-bukti yang

ada menunjukkan bahwa penyebab multifaktorial yang berhubungan dengan

faktor keturunan (genetik) dan faktor lingkungan (Dirani et al., 2009). Faktor

genetik dapat menurunkan sifat kelainan refraksi ke keturunannya, baik

secara autosomal dominan maupun autosomal resesif. Anak dengan orang tua

yang mengalami kelainan refraksi cenderung juga mengalami kelainan

refraksi. Prevalensi miopia pada anak yang kedua orang tuanya miopia adalah

32,9 %, sedangkan pada anak dengan hanya salah satu orang tuanya yang

mengalami miopia adalah sekitar 18,2%, dan kurang dari 8,3% pada anak

dengan orang tua tanpa miopia (Komariah & A, 2014).

Penelitian tentang riwayat orang tua dengan kelainan refraksi, efek olahraga,

dan aktivitas di luar ruangan terhadap kejadian miopia yang dilakukan oleh

Lisa A. Jones et al. menyatakan bahwa jumlah olahraga dan aktivitas di luar

ruangan yang rendah akan meningkatkan kejadian miopia pada anak yang

memiliki kedua orang tua miopia (Jones et al., 2007).


3

Peneliti dari Chinese University of Hong Kong mengamati anak yang banyak

menghabiskan waktunya pada aktivitasaktivitas jarak dekat (nearwork

activity) seperti belajar, membaca, menggunakan komputer, bermain video

game, dan menonton televisi akan lebih beresiko terkena miopia (Huang,

Chang, & Wu, 2015).

Mahasiswa kedokteran banyak membaca buku, sehingga mahasiswa

kedokteran cenderung terkena miopia. Dari hasil penelitian pada 195

mahasiswa kedokteran di Osmania Medical College, Hyderabad didapatkan

68% menderita miopia (Reddy, Babu, Reddy, & Reddy, 2015), sedangkan

penelitian pada 2053 mahasiswa kedokteran di China didapatkan 78,5%

sampai 84,1% menderita miopia (Lv & Zhang, 2013).

Berdasarkan kondisi-kondisi diatas, penulis ingin mengetahui lebih jauh

hubungan faktor keturunan, aktivitas jarak dekat, dan aktivitas di luar ruangan

dengan kejadian miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung angkatan 2014

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

a. Apakah terdapat hubungan antara faktor keturunan dengan kejadian

miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

angkatan 2014.
4

b. Apakah terdapat hubungan antara aktivitas jarak dekat dengan kejadian

miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

angkatan 2014

c. Apakah terdapat hubungan antara aktivitas di luar ruangan dengan

kejadian miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung angkatan 2014

d. Bagaimana prevalensi miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung angkatan 2014

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat

hubungan antara faktor keturunan, aktivitas jarak dekat, dan aktivitas

di luar ruangan dengan kejadian miopia pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung angkatan 2014

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah mengetahui

prevalensi miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung angkatan 2014


5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Meningkatkan keilmuan mengenai hubungan faktor keturunan,

aktivitas jarak dekat, dan aktivitas di luar ruangan dengan kejadian

miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

1.4.2 Bagi Mahasiswa

a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan

faktor keturunan, aktivitas jarak dekat, dan aktivitas di luar

ruangan dengan kejadian miopia pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung

b. Menjadi dasar bagi peneliti peneliti selanjutnya.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Mengetahui faktorfaktor yang berpengaruh besar terhadap terjadinya

miopia, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan penglihatan berkala

terhadap anakanak atau masyarakat apabila terdapat faktor risiko

diatas, sehingga tidak memperburuk kondisi miopia yang sudah ada.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Mata

Mata merupakan organ visual yang terdiri dari bola mata (Bulbus oculi) dan

struktur tambahan (Structurae oculi accessorae) (Paulsen & Waschke, 2012).

Bola mata terletak di suatu cavitas yang menyerupai pyramid segi empat

berongga dengan dasar yang mengarah ke anteromedial dan apeks ke

posteromedial. Bola mata terdiri atas kornea dan nervus opticus (Moore,

Dalley, Agur, & Moore, 2013).

Bola mata orang dewasa normal memiliki diameter anteroposterior sekitar

24,2 mm (Riordan-Eva & Witcher, 2009). Bola mata terdiri atas tiga lapisan

yaitu lapisan luar (fibrosa), lapisan tengah (vaskular), dan lapisan dalam.

Lapisan fibrosa terdiri dari sklera dan kornea. Lapisan vaskular yang kaya

pembuluh darah terdiri dari koroid, korpus siliaris , dan iris. Lapisan dalam

terdiri atas retina yang memiliki bagian optik dan non-visual (Paulsen &

Waschke, 2012) Bola mata memiliki media refraksi yaitu media yang dapat

membiaskan cahaya yang masuk ke mata, yaitu lensa, kornea, aqueous

humor, dan vitreous humor (Moore & Agur, 2013).


7

Gambar 1. Anatomi Mata (Willoughby et al., 2010)

2.1.1 Sklera

Sklera merupakan lapisan luar berwarna opak yang menutupi lima

perenam posterior bola mata. Sklera memiliki ketebalan 0,5 mm,

terdiri atas jaringan ikat padat, dan relatif avaskular. Di bagian

posterior sklera akan menebal dan bergabung dengan epineurium yang

melapisi nervus opticus (Mescher, 2011).

2.1.2 Kornea

Kornea adalah selaput bening yang menutupi seperenam anterior bola

mata. Kornea memiliki lima lapisan yaitu :

1. Epitel

Epitel pada kornea memiliki ketebalan 50 m dan terdiri atas lima

lapis epitel tidak bertanduk; sel basal, sel poligonal, dan sel gepeng
8

2. Membran bowman

Membran bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea

yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur.

3. Stroma

Stroma menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Stroma tersusun

atas jalinan lamella serat serat kolagen yang memiliki tinggi 1-2

m dan lebar sekitar 10-250 m.

4. Membran descement

Membran descement merupakan membran aselular yang sangat

elastis. Saat lahir tebalnya sekitar 3 m dan terus menebal hingga

10-12 m.

5. Endotel

Endotel berasal dari mesotelium, berbentuk heksagonal, dan hanya

memiliki satu lapis sel (Ilyas, 2010).

2.1.3 Koroid

Koroid merupakan lapisan yang sangat vaskular pada dua pertiga

posterior mata yang tersusun atas jaringan ikat longgar bervaskular

yang banyak mengandung fibroblast, melanosit, serat kolagen dan

elastin, limfosit, makrofag, sel mast, dan sel plasma. Koroid memiliki

banyak pembuluh darah yang berfungsi untuk memberi nutrisi pada

retina bagian terluar yang terletak di bawahnya (Mescher, 2011).


9

2.1.4 Korpus Siliaris

Korpus siliaris membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke

pangkal iris. Korpus siliaris terdiri atas pars plicata dan pars plana.

Processus siliaris berasal dari pars plicata yang merupakan pembentuk

aqueous humor.

2.1.5 Iris

Iris merupakan perpanjangan korpus siliaris ke anterior. Di dalam

stroma iris terdapat sfingter dan otot otot dilator. Iris mengendalikan

banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata dengan mengecilkan

(miosis) atau melebarkan (midriasis) pupil.

2.1.6 Retina

Retina merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang

menerima rangsangan cahaya dan terdiri atas sembilan lapisan, yaitu :

1. Membran limitans interna

Merupakan membran hialin antara retina dan corpus vitreum.

2. Lapisan serat saraf

Mengandung aksonakson sel ganglion yang berjalan menuju

nervus opticus.

3. Lapisan sel ganglion

4. Lapisan pleksiform dalam

Merupakan tempat sinaps sel ganglion dengan sel bipolar dan sel

amakrin.
10

5. Lapisan inti dalam (nukleus dalam)

Merupakan tubuh sel muller, sel horizontal, dan sel bipolar.

6. Lapisan pleksiform luar

Merupakan tempat sinaps sel fotoreseptor dengan sel horizontal

dan sel bipolar.

7. Lapisan inti luar (nukleus luar)

8. Membran limitans eksterna

9. Lapisan fotoreseptor

Terdiri atas sel batang dan sel kerucut.

10. Epitel pigmen retina

2.1.7 Lensa

Lensa merupakan struktur bikonkaf yang transparan dan avaskular

dengan tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Terletak di

posterior iris dan anterior vitreous humor. Lensa ditahan ditempatnya

oleh ligamentum suspensorium atau zonula zinni yang tersusun atas

banyak fibril. Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air dan sekitar

tiga puluh lima persennya terdiri atas protein (Riordan-Eva &

Witcher, 2009).

2.1.8 Aqueous Humor

Aqueous humor diproduksi oleh korpus siliaris. Aqueous humor

memberi nutrisi untuk kornea dan lensa yang tidak memiliki

pembuluh darah. Aqueous humor akan masuk ke camera oculi


11

posterior, berjalan melalui pupil ke dalam camera oculi anterior, dan

bermuara ke dalam sinus venosus sklera atau canalis sclem (Moore et

al., 2013).

2.1.9 Vitreous Humor

Vitreous humor merupakan cairan yang berada di dalam corpus

viterum. Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola

mata agar tetap bulat. Berfungsi untuk mentransmisi cahaya, menahan

retina, dan menopang lensa (Moore et al., 2013).

2.2 Fisiologi Penglihatan

Bola mata memiliki empat media refraksi. Media refraksi adalah media yang

dapat membiaskan cahaya yang masuk ke mata, yaitu lensa, kornea, aqueous

humor, dan vitreous humor. Agar bayangan dapat jatuh tepat di retina, cahaya

yang masuk harus mengalami refraksi melalui media media tersebut. Jika

terdapat kelainan pada media refraksi, cahaya mungkin tidak jatuh tepat di

retina.

Proses penglihatan terdiri dari empat tahap, yaitu

1. Tahap pembiasan

Tahap pembiasan terjadi di kornea, lensa, dan corpus viterum. Hasil

pembiasan tergantung pada besarnya kelengkungan lensa.


12

2. Tahap sintesa fotokimia

Tahap ini terjadi di fovea. Proses kimia yang terjadi akan merangsang

dan menimbulkan impuls listrik.

3. Tahap pengiriman sinyal sensoris

Impuls listrik akan diantar oleh serabut saraf ke pusat penglihatan di

otak.

4. Tahap persepsi di pusat penglihatan.

Cahaya yang melewati kornea akan diteruskan melalui pupil, kemudian

di fokuskan oleh lensa ke bagian retina. Cahaya harus melewati lapisan

ganglion dan bipolar sebelum mencapai fotoreseptor. Fotoreseptor pada

retina mengumpulkan informasi yang di tangkap mata, kemudian sinyal

tersebut di kirimkan ke otak melalui saraf optik (Sherwood, 2011).

Mata yang memiliki penglihatan normal atau tanpa kelainan refraksi disebut

dengan emetropia, sedangkan mata yang mengalami kelainan refraksi disebut

ametropia. Kelainan termasuk kedalam ametropia antara lain:

1. Miopia

Miopia adalah suatu keadaan yang disebabkan karena sinar sejajar yang

masuk ke mata tidak di fokuskan di depan retina, sehingga objek yang

jauh akan terlihat kabur atau buram.

2. Hipermetropia

Hipermetropia adalah keadaan yang diakibatkan karena sinar sejajar jauh

tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya di belakang retina,


13

sehingga saat melihat dekat akan terlihat kabur dan akan tampak jelas

apabila melihat dalam jarak yang jauh.

3. Astigmatisma

Astigmatisma adalah keadaan yang terjadi akibat berkas sinar tidak

difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina tetapi pada 2 garis

titik api yang saling tegak lurus karena adanya kelainan kelengkungan

permukaan kornea (Ilyas, 2010).

2.3 Miopia

2.3.1 Definisi Miopia

Miopia atau rabun jauh adalah suatu kelainan refraksi yang di

sebabkan karena sinar sejajar yang masuk ke mata tidak difokuskan di

depan retina (Kistianti, 2008). Pada miopia objek yang dekat akan

terlihat jelas tetapi objek yang jauh akan tampat buram (Boyd, 2013b).

Gambar 2. Mata Miopia (Ostrow & Kirkeby, 2017)


14

2.3.2 Etiologi Miopia

Miopia disebabkan karena pembiasan sinar yang terlalu kuat akibat

bola mata yang terlalu panjang atau kornea yang terlalu cembung.

Akibatnya cahaya yang masuk ke mata tidak difokuskan tepat di

retina, melainkan di depan retina. Sehingga objek dekat dapat terlihat

dengan jelas, sedangkan objek yang jauh akan buram (Boyd, 2013a)

2.3.3 Faktor Risiko Miopia

Faktorfaktor yang diduga menjadi faktor risiko terjadinya miopia

antara lain:

1. Miopia pada orang tua

Faktor yang penting pada miopia yaitu faktor keturunan. Anak

dengan orang tua yang mengalami kelainan refraksi cenderung juga

mengalami kelainan refraksi. Prevalensi miopia pada anak yang

kedua orang tuanya miopia adalah 32,9 %, sedangkan pada anak

dengan hanya salah satu orang tuanya yang mengalami miopia

adalah sekitar 18,2%, dan kurang dari 8,3% pada anak dengan

orang tua tanpa miopia (Komariah & A, 2014).

Pada tahun 2008, Kathryn A. Rose membandingkan prevalensi dan

faktor risiko miopia pada anakanak etnis Cina di Sydney dan

Singapura dengan kriteria inklusi kedua orang tua memiliki etnis

Cina. Prevalensi miopia pada anak dari etnis Cina lebih tinggi di

Singapura (29,1%) daripada di Sydney (Rose et al., 2008).


15

Beberapa kromosom yang terkait dengan miopia antara lain 22q12,

14q, 4q22-28, 8q22.2, 10q22, 11q23, 13q22, 14q23, dan 17qter.

Gen PAX6 yang ada pada kromosom 11q23 menunjukkan adanya

keterkaitan dengan 5 SNP (Young, 2009). Suatu studi yang

dilakukan oleh Shu Min Tang menyatakan bahwa gen PAX6

memiliki keterkaitan dengan miopia yang tinggi dan ekstrim (Tang

et al., 2014).

2. Aktivitas jarak dekat

Aktivitas melihat jarak dekat yang terlalu berlebihan akan

menyebabkan mata menjadi mudah lelah, sayu, dan kadang berair.

(Kistianti, 2008). Anak-anak yang banyak menghabiskan waktunya

untuk melakukan aktivitas aktivitas jarak dekat seperti membaca,

menggunakan komputer, bermain video games, menonton televisi

akan lebih berisiko untuk terjadi miopia. Semakin banyak waktu

yang dihabiskan untuk aktivitas jarak dekat, maka semakin besar

risiko terjadinya miopia (Huang et al., 2015)

Aktivitas melihat jarak dekat menjadi faktor penyebab terjadinya

miopia melalui efek fisik langsung akibat akomodasi yang terjadi

secara terus menerus sehingga menyebabkan tonus otot siliaris

menjadi tinggi dan lensa menjadi cembung. Jarak yang semakin

dekat akan menyebabkan semakin kuatnya akomodasi mata

(Kistianti, 2008). Aktivitas melihat jarak dekat pada monitor


16

dengan jarak yang tidak sesuai akan memberikan dampak buruk

akibat pajanan sinar ultraviolet. Selain itu menurut teori lain,

lamanya aktivitas melihat jarak dekat akan menyebabkan

terbentuknya bayangan buram di retina. Bayangan buram ini akan

memulai proses kimia pada retina untuk menstimulasi perubahan

perubahan biokimia dan struktural pada sklera dan koroid yang

menyebabkan elongasi aksial (Ramamurthy, Lin Chua, & Saw,

2015).

3. Tingkat kecerdasan

Ada banyak penelitian yang telah menunjukkan IQ yang lebih

tinggi pada anak-anak dengan miopia. Sebuah penelitian di Inggris

mempelajari 6871 anak dengan orangtua miopia didapatkan

hubungan yang kuat antara performa yang tinggi saat tes standard

berbasis sekolah dengan faktor risiko miopia. Penelitian telah

menunjukkan hubungan yang kuat antara peningkatan skor

kecerdasan dan risiko terjadinya miopia (Williams, Miller,

Gazzard, & Saw, 2008).

4. Aktivitas di luar ruangan

Menurut suatu penelitian, kurangnya aktivitas di luar ruangan

merupakan salah satu faktor risiko terjadinya miopia. Suatu

penelitian di Australia meneliti 124 anak dari etnis Cina yang

tinggal di Sydney dan 683 anak dari etnis Cina di Singapura.


17

Didapatkan prevalensi miopia di Sydney sebesar 3,3% dan di

Singapura 29%, padahal anak-anak di Sidney lebih banyak

melakukan aktivitas jarak dekat. Tetapi anak anak di Sidney juga

menghabiskan waktu di luar ruangan lebih lama daripada anak

anak di Singapura (McCredie, 2008). Penelitian lain

mengungkapkan bahwa lamanya waktu yang dihabiskan di luar

ruangan dapat mengurangi risiko terjadinya miopia (Dirani et al.,

2009).

Aktivitas di luar ruangan merupakan suatu faktor protektif yang

dapat mencegah terjadinya miopia, namun hingga kini

mekanismenya masih belum terlalu jelas (Muhamedagic et al.,

2014). Sebuah hipotesis yang dapat diterima secara luas adalah

paparan cahaya yang terang akan menstimulasi pelepasan dopamin

yang dapat menghambat elongasi bola mata (French, Ashaby,

Morgan, & Rose, 2013).

Teori lainnya yaitu teori mengenai vitamin D. Paparan radiasi

ultraviolet B (UVB) dapat menstimulasi pelepasan vitamin D.

Vitamin D berperan dalam pembentukan kolagen yang merupakan

komponen utama sklera (Ramamurthy et al., 2015). Penelitian The

Collaborative Longitudinal Evaluation of Ethnicity and Refractive

Error (CLEERE) mengatakan bahwa pada mata emetropia

pemanjangan aksis bola mata dikompensasi dengan peregangan


18

dari otot siliaris, zonula, dan lensa yang menyebabkan kekuatan

refraksi lensa berkurang atau lebih pipih. Namun, jika kompensasi

tersebut berhenti, maka mata akan mulai mengalami miopia.

Hilangnya kompensasi tersebut diduga karena adanya perubahan

pada otot siliaris. Ketika teregang, otot-otot polos pada tubuh

cenderung menjadi hipertrofi. Otot siliaris yang tebal akan

menghambat pemipihan lensa untuk menyesuaikan dengan

pemanjangan aksis bola mata. Di sinilah peran dari vitamin D,

dimana vitamin D diduga memiliki peran anti hipertrofi pada otot

siliaris, seperti perannya untuk mencegah hipertrofi otot polos

lainnya seperti kantung kemih. Sinar matahari dapat membantu

sintesis vitamin D dari pro vitamin D yang ada di dalam tubuh

(Mutti, 2013).

Terdapat mekanisme lain yang mendukung aktivitas di luar

ruangan sebagai faktor protektif yaitu meningkatnya depth of focus

dan kejernihan retina yang menyebabkan konstriksi pupil karena

intensitas cahaya yang tinggi dan berkurangnya permintaan untuk

melihat jarak dekat saat berada di luar ruangan. Semakin tinggi

intensitas cahaya, tingkat perlindungan terhadap miopia juga

semakin meningkat (Ramamurthy et al., 2015).


19

5. Ras

Orang Asia memiliki kecenderungan miopia yang lebih tinggi (85-

90%) dibandingkan dengan orang-orang yang berada di Amerika

(20-50%). Prevalensi miopia pada anak anak di negara barat sangat

kecil (kurang dari 5%), sedangkan anak-anak di Asia memiliki

prevalensi yang tinggi sekitar 29% (Yu et al., 2011).

2.3.4 Klasifikasi Miopia

Secara umum miopia diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

1. Miopia non patologis

Miopia non patologis atau sering disebut dengan school miopia

memiliki pertumbuhan struktur refraksi mata yang normal. Onset

terjadinya miopia non patologis biasanya pada masa anak-anak,

terus berkembang pada masa pertumbuhan remaja dan biasanya

akan stabil pada awal dekade kedua. Derajat miopia non patologis

biasanya ringan sampai sedang (<6 dioptri).

2. Miopia patologis

Miopia patologis disebabkan karena pertumbuhan panjang aksial

bola mata yang terlalu berlebih. Orang dengan miopia patologis

akan lebih berisiko untuk terjadi degenerasi retina dan keadaan

keadaan patologis lain. Pada miopi ini derajatnya sudah berat, lebih

dari 6 diopter (Ostrow & Kirkeby, 2017)


20

Miopia berdasarkan penyebabnya diklasifikasikan menjadi :

1. Miopia refraktif, yaitu miopia yang terjadi akibat pembiasan media

penglihatan kornea dan lensa yang telalu kuat.

2. Miopia aksial, yaitu miopia yang terjadi akibat panjangnya sumbu

bola mata, sedangkan kelengkungan lensa dan korneanya normal .

Menurut derajat beratnya miopia diklasifikasikan menjadi :

1. Miopia ringan : <1 Dioptri sampai 2 Dioptri

2. Miopia sedang : 3 Dioptri sampai dengan 6 Dioptri

3. Miopia berat : >6 Dioptri

Miopia berdasarkan usia :

1. Congenital : sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak

2. Youth onset myopia : <20 tahun

3. Early adult onset myopia : 20 sampai 40 tahun

4. Late adult onset myopia : >40 tahun

Berdasarkan perjalanannya diklasifikasikan menjadi :

1. Miopia stasioner : miopia yang tetap menetap setelah dewasa.

2. Miopia progresif : miopia yang terus menerus bertambah akibat

bertambah panjangnya bola mata.

3. Miopia maligna : miopia yang berjalan progresif yang dapat

mengakibatkan ablasio retina dan kebutaan. Miopia maligna

biasanya lebih dari 6 dioptri yang disertai dengan adanya kelainan


21

pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata hingga terbentuk

stafiloma postikum (Ilyas, 2010)

2.3.5 Manifestasi Klinis

Pasien miopia akan buram atau kabur saat melihat jauh dan akan

melihat jelas jika dekat. Pasien dengan miopia akan memberikan

keluhan berupa sakit kepala, juling, celah kelopak mata yang sempit

(Pambudy & Irawati, 2014). Pasien miopia memiliki punctum

remotum (PR) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau

berkedudukan konvergensi dan akan menimbulkan astenopia

konvergensi. Jika kedudukan mata ini menetap, maka akan terlihat

juling ke dalam atau esoptropia (Ilyas, 2010) .

2.3.6 Penatalaksanaan

Orang yang terkena miopia dapat diberikan kacamata dengan lensa

cekung atau dapat juga menggunakan lensa kontak. Kacamata dan

lensa kontak akan memfokuskan kembali cahaya tepat pada retina.

Kacamata juga dapat membantu melindungi mata dari sinar ultraviolet

yang berbahaya.

Bedah refraktif dilakukan setelah pasien berhenti tumbuh, biasanya

sekitar usia 20 tahun. Bedah keratorefraktif menggunakan laser untuk

membentuk kembali kornea sehingga mata dapat kembali normal. Jika

operasi berhasil maka pasien akan memiliki ketajaman visual yang


22

sangat baik tanpa kacamata atau lensa kontak. Bedah refraktif yang

paling sering dilakukan adalah photorefractive keratectomy (PRK),

laser in situ keratomileusis (LASIK), dan laser epithelial

keratomileusis (Ostrow & Kirkeby, 2017)

2.4 Kerangka Teori

00 Faktor Keturunan Elongasi bola mata

Aktivitas Jarak Dekat Bayangan Perubahan biokimia


buram pada sklera dan kornea

Kontraksi
Lensa menjadi cembung
dari M.
siliaris
MIOPIA
Aktivitas di Luar Ruangan Pelepasan Menghambat elongasi
dopamin bola mata

Vitamin D Pembentukan kolagen

Mencegah hipertrofi
otot siliaris
M. siliaris

Keterangan : Tidak diteliti

Diteliti

Gambar 3. Kerangka Teori Penelitian (Kistianti, 2008; Ramamurthy, Lin Chua,

& Saw, 2015; French, Ashaby, Morgan, & Rose, 2013; Mutti, 2013)
23

2.5 Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

1. Faktor keturunan
2. Aktivitas jarak dekat MIOPIA
3. Aktivitas di luar ruangan

Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian

2.6 Hipotesis

Ho : 1. Tidak ada hubungan antara faktor keturunan terhadap kejadian

miopia di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

2. Tidak ada hubungan antara aktivitas jarak dekat terhadap kejadian

miopia di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3. Tidak ada hubungan antara aktivitas di luar ruangan terhadap

kejadian miopia di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

H1 : 1. Terdapat hubungan antara faktor keturunan terhadap kejadian

miopia di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

2. Terdapat hubungan antara aktivitas jarak dekat terhadap kejadian

miopia di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3. Terdapat hubungan antara aktivitas di luar ruangan terhadap

kejadian miopia di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei analitik dengan pendekatan

cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

faktor keturunan, aktivitas jarak dekat, dan aktivitas di luar ruangan dengan

kejadian miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

angkatan 2014.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Hi. Abdul Moeloek dan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung pada bulan Desember 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung angkatan 2014 yang berjumlah 229 mahasiswa.


25

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari seluruh obyek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi. Jumlah sampel pada penelitian ini dihitung

dengan menggunakan rumus slovin yaitu :

Keterangan

n : Besar sampel

N : Jumlah populasi yang diketahui

1 : Konstanta

d : Presisi

Dari jumlah populasi sebanyak 229 orang, setelah dilakukan

perhitungan dengan menggunakan rumus slovin didapatkan 70

responden yang akan digunakan sebagai sampel.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah consecutive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan

cara mengambil seluruh mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi

dan tidak memenuhi kriteria eksklusi menjadi sampel penelitian


26

sampai jumlah sampel terpenuhi. Teknik consecutive sampling

merupakan salah satu jenis non-probability sampling yang paling

baik.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Semua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

angkatan 2014.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Terdapat kelainan okular atau media refraksi (sikatrik korena,

ambliopia, katarak, glaukoma)

2. Kelainan kongenital.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah :

1. Faktor keturunan

2. Aktivitas jarak dekat

3. Aktivitas di luar ruangan.

3.5.2 Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian miopia.


27

3.6 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


Faktor Apabila kedua orang tua Kuesioner 1. Tidak ada Ordinal
keturunan atau salah satu orang tua 2. Ayah/ibu saja
memiliki kelainan mata 3. Kedua
miopia maka anaknya orangtua
memiliki faktor keturunan
untuk terkena miopia
(Yustina Elisa Febriany,
Kentar Arimadyo, 2015).
Aktivitas jarak Lamanya waktu yang Kuesioner 1. <5 jam Ordinal
dekat dihabiskan untuk membaca, 2. 5 sampai 10
menonton televisi, bermain jam
smartphone, menggunakan 3. >10 jam
komputer/laptop, bermain
video game (Hayatillah,
2011).
Aktivitas di luar Lamanya waktu yang Kuesioner 1. <3 jam Ordinal
ruangan dihabiskan saat berada di 2. >3 jam
luar ruangan (Andiyani,
2010).
Miopia Salah satu kelainan refraksi Snellen 1. Tidak Nominal
yang menyebabkan chart, 2. Ya
penglihatan menjadi buram autorefrakto
saat melihat dalam jarak meter, trial
jauh. lens

3.7 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diawali dengan informed consent kepada responden

penelitian. Setelah itu dilakukan pengambilan data primer dengan melakukan

pemeriksaan tajam penglihatan dengan menggunakan snellen chart,

autorefraktometer, dan trial lens serta memberikan kuesioner pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung angkatan 2014.


28

3.8 Prosedur Penelitian

3.8.1 Alat Penelitian

1. Alat tulis

2. Lembar informed consent

3. Kuesioner

4. Snellen chart

5. Autorefraktometer

6. Trial lens

3.8.2 Cara Kerja

1. Penjelasan maksud dan tujuan penelitian.

2. Responden mengisi lembar informed consent yang telah

disediakan.

3. Pemeriksaan tajam penglihatan responden menggunakan snellen

chart.

4. Pemeriksaan refraksi objektif menggunakan autorefraktometer

dan trial lens.

5. Responden diberi kuesioner untuk diisi dan dijelaskan cara

pengisian kuesioner.

6. Responden mengisi kuesioner dengan jujur.

7. Kuesioner yang telah diisi dikumpulkan kembali pada peneliti dan

diteliti kelengkapannya.

8. Jawaban yang ada di kuesioner dikoreksi oleh peneliti.


29

3.8.3 Alur Penelitian

Penyusunan proposal penelitian

Pembuatan instrumen penelitian

Pengajuan ethical clearance

Melakukan penelitian

Informed consent

Pemeriksaan visus responden dengan


menggunakan snellen chart, autorefraktometer,
dan trial lens.

Menjelaskan tujuan, cara pengisian, dan


pembagian kuesioner pada responden

Mencatat data

Pengolahan data dan analisis data

Menyimpulkan hasil penelitian

Gambar 5. Alur Penelitian

3.9 Pengolahan Data dan Analisis Data

3.9.1 Pengolahan Data

Data yang diperoleh merupakan data primer yang didapatkan dari

kuesioner yang telah diberikan pada responden. Data yang didapatkan

dari proses pengumpulan data akan diolah dengan menggunakan


30

software statistik. Proses pengolahan data terdiri dari beberapa

langkah :

1. Editing

Pemeriksaan kuesioner yang telah diisi oleh responden, apakah

jawaban yang ada dikuesioner sudah lengkap dan jelas.

2. Coding

Perubahan bentuk data ke bentuk yang lebih ringkas dengan

menggunakan kode-kode.

3. Data entry

Memasukkan data ke dalam software statistik.

4. Cleaning

Memeriksa kembali kemungkinan adanya kesalahan kode atau

ketidaklengkapan, kemudian dilakukan pembetulan.

3.9.2 Analisis Data

1. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis variabel bebas

dan variabel terikat sehingga diperoleh distribusi frekuensi dari

masing-masing variabel tersebut.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat adanya hubungan antar

variabel dan melihat kemaknaan antar variabel. Uji statistik yang

digunakan adalah uji chi square. Uji chi square digunakan untuk

melihat hubungan antara kejadian miopia dengan faktor


31

keturunan, kejadian miopia dengan aktivitas jarak dekat serta

kejadian miopia dengan aktivitas di luar ruangan. Pada penelitian

ini digunakan uji chi square dengan tabel 2x2 dan tabel 2xk.

Syarat menggunakan uji chi square adalah tidak ada atau

maksimal 20% dari jumlah sel yang mempunyai nilai expected

kurang dari 5. Apabila syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka

uji alternatif yang digunakan adalah uji fisher exact untuk tabel

2x2 dan uji kolmogorov smirnov untuk tabel 2xk.

3.10Etik Penelitian

Penelitian ini telah melalui uji kelulusan etik dengan nomor

1208/UN26.8/DL/2017 oleh komisi etik penelitian Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung untuk mendapatkan persetujuan etik. Penelitian ini

menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, oleh sebab itu diperlukan

informed consent untuk setiap mahasiswa yang dijadikan responden.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan faktor

keturunan, aktivitas jarak dekat, dan aktivitas di luar ruangan pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung angkatan 2014 dapat ditarik

kesimpulan yaitu :

1. Terdapat hubungan antara faktor keturunan dengan miopia.

2. Terdapat hubungan antara aktivitas jarak dekat dengan miopia.

3. Terdapat hubungan antara aktivitas di luar ruangan dengan miopia.

4. Prevalensi miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung angkatan 2014 cukup tinggi yaitu 61,7%.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi mahasiswa

Faktor keturunan cenderung tidak dapat dihindari, namun perlu

dilakukan pencegahan agar miopia tidak sampai menjadi parah

dengan mengubah kebiasaan kebiasaan buruk, seperti membatasi

waktu atau jam membaca, mengatur jarak yang sesuai, menghindari

membaca dengan posisi tengkurap.


47

5.2.2 Bagi peneliti selanjutnya

Dapat dilakukan penelitian yang berkaitan dengan jarak dan lama

responden dalam melakukan aktivitas jarak dekat, posisi membaca,

banyaknya buku yang dibaca dan pengaruh pencahayaan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing faktor tersebut

dari aktivitas jarak dekat.

5.2.3 Bagi instansi pendidikan

Perlu penyediaan sarana pemeriksaan mata dan konsultasi dengan

dokter spesialis mata untuk mahasiswa dengan tujuan mengurangi

progresivitas miopia pada mahasiswa.


DAFTAR PUSTAKA

Andiyani, N. 2010. Hubungan kegiatan di luar rumah dengan miop pada


mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Yogyakarta usia
18-23 tahun [skripsi]. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Bialasiewicz, A. A. 2011. Genetics of myopia. Oman J Ophthalmol. [Online


Journal] [diunduh 10 Januari 2018]. Tersedia dari :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3160068/

Boyd, K. 2013a Nearsightedness : causes of myopia. American Academy of


Ophthalmology. [Online Jurnal] [diunduh 19 Maret 2017]. Tersedia dari:
https://www.aao.org/eye-health/diseases/myopia-nearsightedness-causes.

Boyd, K. 2013b Nearsightedness : what is myopia. American Academy of


Ophthalmology. [Online Jurnal] [diunduh 19 Maret 2017]. Tersedia dari:
https://www.aao.org/eye-health/diseases/myopia-nearsightedness.

Dirani M, L Tong, G Gazzard, X Zhang, A Chia, T L Young., et al. 2009.


Outdoor activity and myopia in Singapore teenage children. British Journal of
Ophthalmology. 93(8):997–1000.

French, A. N., Ashaby, R. S., Morgan, I. G., & Rose, K. A. 2013. Time outdoors
and the prevention of myopia. Experimental Eye Research. 114:58–68.

Hayatillah, A. 2011. Prevalensi miopia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya


pada mahasiswa program studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2011. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Huang H M, Dolly Shuo-Teh Chang, Pei-Chang Wu. 2015. The Association


between near work activities and myopia in children - A Systematic Review
and Meta-Analysis. Plos One. 10(10):1–15.
53

Ilyas, S. 2010. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Jones-Jordan, L. A., Sinnott, L. T., Manny, R. E., Cotter, S. A., Kleinstein, R. N.,
Mutti, D. O., Zadnik, K. 2010. Early childhood refractive error and parental
history of myopia as predictors of myopia. Investigative Ophthalmology and
Visual Science. 51(1): 115–21.

Jones L A, Loraine T Sinnott, Donald O Mutti, Gladys L Mitchell, Melvin L


Moeschberger, Karla Zadnik. 2007. Parental history of myopia, sports and
outdoor activities, and future myopia. Investigative Ophthalmology and
Visual Science. 48(8):3524–3532.

Kistianti F. 2008. Faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya cacat mata
miopia Pada Mahasiswa. Jurnal UGM. 3:78-84.

Komariah C, Nanda Wahyu A. 2014. Hubungan status refraksi , dengan kebiasaan


membaca , aktivitas di depan komputer , dan status refraksi orang tua pada
anak usia sekolah dasar. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 28(2):137–140.

Lv L, Zhenghou Zhang. 2013. Pattern of myopia progression in chinese medical


students: a two-year follow-up study. Graefe’s Archive for Clinical and
Experimental Ophthalmology. 251(1):163–168.

McCredie J. 2008. Outdoor time could cut risk of childhood myopia. Australian
Doctor. [Online Jurnal] [diakses pada 16 Maret 2017]. Tersedia dari:
http://www.australiandoctor.com.au/news/latest-news/outdoor-time-could-
cut-risk-of-childhood-myopia.

Mescher A L. 2011. Histologi dasar junqueira. Edisi ke-12. Jakarta: EGC.

Moore K L, Anne M R Agur. 2013. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates.

Moore K L, Arthur F Dalley, Anne M R Agur, Marion E Moore. 2013. Anatomi


berorientasi klinis. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Muhamedagic, L., Muhamedagic, B., Halilovic, E. A., Halimic, J. A., Stankovic,


A., & Muracevic, B. 2014. Relation between near work and myopia
progression in student population. Materia Socio-Medica. 26(2): 100–3.
54

Mutti, D. O. 2013. Time outdoors and myopia : a case for vitamin D. Optometry.
[Online Journal] [diunduh 16 Oktober 2017]. Tersedia dari:
http://optometrytimes.modernmedicine.com/optometrytimes/content/tags/cle
ere-study/time-outdoors-and-myopia-case-vitamin-d.

Ostrow G I, Laura Kirkeby. 2017. Myopia. American Academy of


Ophthalmology. [Online Jurnal] [diunduh 15 Maret 2017]. Tersedia dari:
http://eyewiki.aao.org/Myopia.

Pambudy I Mahardika, Yunia Irawati. 2014. Kelainan refraksi. Dalam: Tanto C,


Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, penyunting. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi ke- 4. Jakarta: Media Aesculapius, hlm. 391.

Paulsen F, Jens Waschke. 2012. Sobotta : atlas anatomi manusia. Edisi ke-23.
Jakarta: EGC.

Ramamurthy, D., Lin Chua, S. Y., & Saw, S.-M. 2015. A review of environmental
risk factors for myopia during early life, childhood and adolescence. Clinical
and Experimental Optometry. 98(6): 497–506.

Reddy Y, Ravi Babu, Y Gautham Reddy, Y Mounika Reddy. 2015. A study on


prevalence of myopia among the Medicos of Osmania Medical College,
Hyderabad. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences. 14(8):2279–861.

Riordan-Eva P, John P Witcher. 2009. Oftalmologi umum vaughan & asbury.


Edisi ke-17. Jakarta: EGC.

Rose KA, Ian G Morgan, Wayne Smith, George Burlutsky, Paul Mitchell, Seang-
Mei. 2008. Myopia, lifestyle, and schooling in students of chinese ethnicity in
Singapore and Sydney. Archives of ophthalmology. 126(4):527–30.

Tang, S. M., Rong, S. S., Young, A. L., Tam, P. O. S., Pang, C. P., & Chen, L. J.
2014. PAX6 gene associated with high myopia. Optometry and Vision
Science. 91(4): 419–29.

Sherwood L. 2011. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.
55

Wang, L., Du, M., Yi, H., Duan, S., Guo, W., Qin, P., Sun, J. 2017. Prevalence of
and factors associated with myopia in Inner Mongolia Medical Students in
China, a cross-sectional study. BMC Ophthalmology. 17(1): 1–7.

Williams C, L L Miller, G Gazzard, S M Saw. 2008. A comparison of measures of


reading and intelligence as risk factors for the development of myopia in a
UK cohort of children. British Journal of Ophthalmology. 92(8):1117–1121.

Willoughby C E, Diego Ponzin, Stefano Ferrari, Aires Lobo, Klara Landau,


Yadollah Omidi. 2010. Anatomy and physiology of the human eye: effects of
mucopolysaccharidoses disease on structure and function - a review. Clinical
and Experimental Ophthalmology. 38(1):2–11.

Young, T. L. (2009). Molecular genetics of human myopia: an update. Optometry


and Vision Science : Official Publication of the American Academy of
Optometry. 86(1): E8–E22

Yu L, Zhi-Kui Li, Jin-Rong Gao, Jian-Rong Liu, Chang-Tai Xu. 2011.


Epidemiology, genetics and treatments for myopia. International journal of
ophthalmology. 4(6):658–69.

Yustina Elisa Febriany, Kentar Arimadyo, T. D. (2015). Faktor risiko miopia pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro angkatan 2011-
2014. 4(4): 1702–13.

You might also like