Efektivitas Penerapan Bedside Interprofessional Rounds (Bir) Untuk Meningkatkan Hubungan Interpersonal Perawat Dan Dokter
Efektivitas Penerapan Bedside Interprofessional Rounds (Bir) Untuk Meningkatkan Hubungan Interpersonal Perawat Dan Dokter
Efektivitas Penerapan Bedside Interprofessional Rounds (Bir) Untuk Meningkatkan Hubungan Interpersonal Perawat Dan Dokter
Abstract
Effective teamwork affects job satisfaction so as to improve outcomes in health care in
clinical practice. Interpersonal relationship between nurse and phsycian is one of
interpersonal relationship that takes place in hospital work environment. Form of
interpersonal relationship between nurse and phsycian can be seen from the
relationship of collaboration in providing care to the patient during the care. Bedside
Interperprofessional Rounds (BIR) is one method to improve collaboration between
nurses and phsycian in addition to patient beds that aim to communicate, coordinate,
make joint decisions and take responsibility in the care of patients during
hospitalization. Implementation of appropriate and effective collaborative methods is an
effort that can be used in order to improve interaction between professionals in the
work environment Hospital. This study aims to prove the effectiveness of the application
of Bedside Interprofessional Rounds (BIR) to improve interpersonal relationships
between nurses and phsycian. The research design used was quasi experimental with
pre-post test design with control group. The sample size was 20 respondents in the
control group and 20 respondents in the intervention group were taken with the
sampling consecutive sampling technique. The results of this study indicate that the
application of Bedside Interprofessional Rounds (BIR) can improve the interpersonal
relationship between nurses and phsycian
1
Zwarenstein et al menyatakan bahwa semakin hubungan interaksi antar profesional di
buruknya komunikasi dan kolaborasi antara lingkungan kerja Rumah Sakit. Penelitian
profesi kesehatan maka akan mempengaruhi Anderson & Todd menunjukkan bahwa
kualitas pelayanan perawatan kepada pasien.4 berdasarkan hasil survey kolaborasi perawatan
Penelitian lain dipertegas oleh Ohlinger et kritis oleh tim multidisiplin, bedside rounds
al menyatakan kolaborasi perawat dan dokter lebih baik daripada conference room. Bedside
merupakan elemen penting dalam rounds lebih dapat meningkatkan komunikasi,
meningkatkan efektivitas pelayanan.5 Aiken et pelayanan konsultasi dan manajemen klinis
al yang menunjukkan hal serupa bahwa kerja antar tim multidisiplin daripada conference
sama tim yang efektif berhubungan dengan room.11
kepuasan kerja yang lebih baik dan diyakini Perawat dengan profesi lain akan
dapat meningkatkan hasil dalam perawatan membangun suatu komunikasi dengan
kesehatan di praktek klinis.6 Melalui melibatkan pasien dan atau keluarga dalam
peningkatan hubungan kolaboratif dengan upaya memberikan pelayanan kesehatan sesuai
kerja sama tim antara perawat dan dokter dengan kebutuhan pasien. Jed et al dalam hasil
diharapkan dapat menjamin kualitas pelayanan penelitiannya menunjukkan bahwa hubungan
terhadap pasien dan sebagai perbaikan suatu interprofesional yang terjalin secara baik,
organisasi dalam meningkatkan kepuasan adanya komunikasi terbuka serta interaksi
kerja. yang baik antar profesional akan meningkatkan
Bedside Interprofessional Rounds (BIR) interprofessional collaborative care yang akan
merupakan salah satu metode untuk berdampak pada kepuasan kerja dan outcome
meningkatkan kolaborasi antara perawat dan perawatan pasien selama dirawat.12 Sejalan
dokter disamping tempat tidur pasien yang dengan penelitian Chang et al yang
bertujuan untuk berkomunikasi, berkoordinasi, menyatakan bahwa lingkungan praktek yang
membuat keputusan bersama dan sehat akan mempengaruhi outcomes pasien dan
bertanggungjawab dalam perawatan pasien meningkatkan hubungan kerja sama yang baik
selama di rawat di Rumah Sakit.7 Hasil antar tenaga kesehatan.13
penelitian oleh Burdick et al menyatakan
Bedside Interprofessional Rounds (BIR) efektif 2. METODE PENELITIAN
dalam meningkatkan hubungan Penelitian ini merupakan jenis penelitian
interprofesional yang berdampak pada quasy experimental dengan rancangan yang
pelayanan kepada pasien.8 Gonzalo et al digunakan adalah pretest-posttest with control
menyatakan pelaksanaan Bedside group design yaitu terdapat dua kelompok
Interprofessional Rounds (BIR) banyak kontrol dan kelompok intervensi dimana untuk
dilakukan di Rumah Sakit dengan perawatan melihat pengaruh penerapan BIR terhadap
akut. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan hubungan interpersonal antara
pelaksanaan Bedside Interprofessional Rounds perawat dan dokter. Populasi pada penelitian
(BIR) antara lain lamanya pasien dirawat, ini adalah seluruh perawat di RSJD Dr. RM
dukungan dari pimpinan keperawatan dan jenis Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah berjumlah
unit perawatan.9 Pada metode ini perawat 127 orang dan RSJD dr. Arif Zainudin
memiliki peranan penting, perawat Surakarta berjumlah 164. Tehnik sampling
memberikan informasi secara rinci terhadap dalam penelitian ini adalah teknik sampel
perkembangan dari pasien selama proses tanpa peluang (non probability sampling).
perawatan. MacDavitt et al yang menyatakan Pengambilan sampel dengan teknik
bahwa Interdisciplinary bedside rounds (IBR) pengambilan sampel consecutive sampling.
memberi kesempatan perawat untuk Kriteria inklusi
berpartisipasi pada pengambilan keputusan 1. Pendidikan perawat minimal D3
dalam perawatan pasien, meningkatkan Keperawatan
kepuasan kerja perawat, dan meningkatkan
2. Tenaga keperawatan yang bertugas di
kualitas perawatan pasien melalui peningkatan
komunikasi serta tercapainya kepuasan ruang rawat inap yang tidak sedang cuti
pasien.10 dan sakit
Penerapan metode kolaboratif yang tepat 3. Lama kerja minimal 1 tahun
dan efektif merupakan upaya yang dapat Perhitungan sampel pada penelitian
digunakan dalam rangka meningkatkan menggunakan uji hipotesa beda 2 mean
2
kelompok independen. Pada penelitian ini instrumen kemampuan pelaksanaan BIR
kelompok intervensi (Dr. RM Soedjarwadi perawat.
Provinsi Jawa Tengah) berjumlah 20 perawat
dan pada kelompok kontrol (RSJD dr. Arif 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Zainudin Surakarta) 20 perawat yang Hasil penelitian didapatkan data
semuanya bersedia diambil sebagai responden. karakteristik responden yaitu jenis kelamin,
Intervensi yang diberikan kepada kelompok usia, tingkat pendidikan, masa kerja dan status
intervensi dilakukan sekali dan dilanjutkan pernikahan. Jumlah sampel dalam penelitian
dengan pendampingan dua kali untuk masing- ini sebanyak 40 perawat yang terdiri dari 20
masing responden. Instrumen yang digunakan perawat sebagai kelompok intervensi dan 20
yaitu Instrumen tentang hubungan perawat sebagai kelompok kontrol. Data
interpersonal antara perawat dan dokter dan karakteristik responden dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Tabel 1. Perbandingan karakteristik responden antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Kelompok Total P value
No Variabel Intervensi Kontrol (n=40)
(n=20) (n=20)
1. Usia
Mean 36,95 39,05 - 0,385
Min-Max 23-53 23-57 -
2. Masa kerja
Mean 13,10 14,60 - 0,294
Min-Max 2-29 1-36 -
3. Jenis kelamin ∑(%)
Laki-laki 6 (30) 4 (20) 10 (25) 0,157
Perempuan 14 (70) 16 (80) 30 (75)
4. Pendidikan ∑(%)
DIII 10 (50) 8 (40) 18 (45) 0,088
S1 4 (20) 9 (45) 13 (32,5)
Ners 6 (30) 3 (15) 9 (22,5)
5. Status pernikahan
Menikah 16 (80) 17 (85) 33 (82,5) 0,419
Belum menikah 4 (20) 3 (15) 7 (17,5)
3
Tabel.2 Hubungan interpersonal antara perawat dan dokter sebelum dan sesudah diberikan pelatihan
BIR pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Variabel Kelompok
P value
Kepuasan kerja N Intervensi N Kontrol
Sebelum Mean 20 41,30±2,60 20 40,20±2,67 0,111
Pelatihan
Sesudah Mean 20 51,90±2,85 20 41,35±2,85 0,000a
Pelatihan
4
meningkatkan interprofessional studinya menjelaskan bahwa kerja tim
collaborative care yang akan berdampak yang efektif dikaitkan dengan kepuasan
pada kepuasan kerja dan outcome kerja yang lebih baik dan diyakini dapat
perawatan selama pasien dirawat.2 memperbaiki hasil perawatan kesehatan.6
Kerjasama tim yang efektif berpengaruh Uji beda kemampuan pelaksanaan BIR
terhadap kepuasan kerja sehingga dapat antara kelompok intervensi dan kelompok
meningkatkan hasil dalam perawatan kontrol sebelum dan sesudah diberikan
kesehatan praktek klinis. Aiken et al dalam
pelatihan BIR dijelaskan dalam tabel 3 sebagai berikut:
Hasil uji statistik pada tabel 3, dukungan dari pimpinan keperawatan dan jenis
9
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang unit perawatan.
bermakna kemampuan pelaksanaan BIR Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
perawat pada kelompok kontrol dan kelompok terdapat peningkatan kemampuan BIR perawat
intervensi sesudah pelatihan BIR. Hal ini pada kelompok intervensi dibandingkan pada
ditunjukkan dengan hasil uji statistik nilai p kelompok kontrol setelah pelatihan BIR.
value 0,001. Hal ini membuktikan bahwa Peningkatan nilai rerata kemampuan BIR
terdapat pengaruh pelatihan BIR terhadap perawat pada kelompok intervensi meningkat
kemampuan pelaksanaan BIR perawat. dari 22,75 menjadi 26,85 dengan nilai
BIR belum dilakukan sepenuhnya oleh signifikasi p value 0,006 sedangkan pada
perawat di ruangan. Beberapa faktor yang kelompok kontrol pengukuran setelah
mempengaruhi kurang efektifnya pelaksanaan pelatihan tidak ada perbedaan yang bermakna
BIR antara lain karena kurangnya manajemen dengan nilai signifikasi p value 0,400.
waktu, komunikasi yang kurang baik dan Hal ini diperkuat oleh Handoko yang
kurangnya dukungan dari pemimpin. Hal ini menyatakan bahwa seseorang yang telah
sesuai penelitian Gagner et al yang memiliki pendidikan dan pelatihan dasar yang
menyatakan banyak faktor yang dapat diperlukan akan berdampak pada kemampuan
mempengaruhi efektifitas pelaksanaan BIR dan kecakapan tertentu.17 Siagian
seperti kurangnya struktur, perbedaan gaya menyampaikan bahwa pelatihan adalah proses
16
komunikasi dan manajemen waktu. belajar mengajar dengan menggunakan tehnik
Penelitian lain oleh Gonzalo et al tahun 2014 dan metode tertentu secara konseptual dengan
menyatakan bahwa pelaksanaan BIR tujuan untuk meningkatkan ketrampilan dan
dipengaruhi oleh lamanya pasien dirawat, 18
kemauan sekelompok orang. Semakin tinggi
tingkat pelatihan yang dilakukan akan
5
memperbaiki kemampuan kerja seseorang Kepala ruang disarankan memberikan
dalam memahami suatu pengetahuan praktis dukungan dalam meningkatkan
dan penerapannya guna meningkatkan kemampuan pelaksanaan BIR perawat
ketrampilan, kecakapan dan sikap yang dan pendampingan dalam
diperlukan organisasi dalam mencapai tujuan meningkatkan hubungan interpersonal
yang juga disesuaikan dengan tuntutan antara perawat dan dokter dengan
pekerjaan yang akan diemban oleh seseorang. melakukan pendampingan secara
Hasil ini juga diperkuat dengan teori Marihot langsung kepada perawat pelaksana.
dan Robbin bahwa pelatihan didefinisikan 3. Perawat
sebagai suatu upaya yang terencana dari
Perawat diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan ketrampilan dalam
organisasi untuk meningkatkan pengetahuan
meningkatkan hubungan interpersonal
(knowledge), ketrampilan (skill) dan
dengan tenaga kesehatan lain sehingga
kemampuan (ability) pegawai. Maka dari itu,
dapat memberikan pelayanan
pelatihan sering dipakai sebagai solusi atas kesehatan dengan komprehensif
persoalan kinerja suatu organisasi. 4. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat
4. SIMPULAN memberikan kontribusi untuk bidang
Berdasarkan penelitian yang telah ilmu keperawatan khususnya adalah
dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan manajemen keperawatan di Rumah
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan Sakit dalam upaya pengembangan
antara kemampuan pelaksanaan Bedside sumber daya manusia. Hasil penelitian
Interprofessional Rounds (BIR) perawat dan ini dapat digunakan sebagai dasar
hubungan interpersonal antara perawat dan untuk penelitian selanjutnya sehingga
dokter setelah diberikan pelatihan Bedside dalam melakukan penelitian
Interprofessional Rounds (BIR) pada berikutnya diharapkan peneliti
kelompok intervensi dibandingkan dengan memperhatikan homogenitas
kelompok kontrol. Bedside Interprofessional karakteristik responden dan lama
Rounds (BIR) dapat dijadikan sebagai salah penelitian berlangsung.
satu metode kolaborasi untuk meningkatkan
hubungan interpersonal antar tenaga kesehatan. 5. REFERENSI
Adanya dukungan dari pihak manajemen dan
Rumah Sakit menjadi salah satu pendukung 1. Aiken L.H., Clarke S.P., Sloane D.M.,
dalam peningkatan hubungan kolaborasi antar Sochalski J.A., Busse R.,Clarke H.,
tenaga kesehatan. Kerjasama yang baik antara Giovannetti P., Hunt J., Rafferey A.M.
beberapa pihak merupakan kunci utama dalam & Shamian J. Nurses’ reports on
terciptanya lingkungan kerja yang ideal. hospital care in five countries. Health
Beberapa saran yang dapat diberikan Affairs 20, 43–53. 2000
berkaitan dengan penelitian adalah : 2. Anderson, D., & Todd, S. Hospital
1. Rumah Sakit design: Staff preference for
Pihak Rumah Sakit selaku pemangku
multidisicplinary rounding practices in
kebijakan diharapkan memberikan
the critical care setting. Design &
dukungan dalam pelaksanaan BIR
Health 7th World Congress &
untuk meningkatkan hubung melalun
interpersonal antara perawat dan Exhibition. Boston: International
dokter melalui sistem evaluasi yang Academy for Design & Health.1-33.
berkesinambungan 2011
2. Kepala Ruang 3. Burdick K. Kara A, Ebright P dan Meek
J, Bedside Interprofessional Rounding:
The View From the Patient’s Side of
6
the Bed. Journal of Patient change to improve patient satisfaction.
Experience.2017 Journal of Nursing Administration,
4. Chang W, Ma J, Chiu H, Lin K & Lee 41(1), 5-9. 2011
P. Job satisfaction and perceptions of 14. Ohlinger J., Brown M.S., Laudert S.,
quality of patient care, collaboration Swanson S. & Fofah O. (2003)
and teamwork in acute care hospitals. Development of potentially better
Journals of Advanced Nursing. 2009 practices for the neonatal intensive care
5. Gagner, S., Goering, M., Halm, M., unit as a culture of collaboration:
Sabo, J., Smith, M.,& Zaccagnini, M. communication, accountability, respect
Interdisciplinary rounds: impact on and empowerment. Pediatrics
patients, families, and staff. Clinical 111(4),e471–e481.
Nurse Specialist:The Journal for 15. Rosenstein A.H. Nurse-physician
Advanced Nursing Practice, 2003 relationships: impact on nurse
17(3),133-144. 2013 satisfaction and retention. The
6. Gonzalo JD, Wolpaw DR, Lehman E, American Journal of Nursing 102(6),
Chuang CH. Patient-centered 26–34. 2002
interprofessional collaborative care: 16. Sargeant J., Loney E.&Murphy G.
factors associated with bedside Effective interprofessional teams:
interprofessional rounds. J Gen Intern ‘‘contact is not enough’’ to build a
Med. 29(7):1040–7. 2014 team. The Journal of Continuing
7. Gonzalo,JD, Chuang, C.H, Huang G. Education in the Health Professions
Smith C. The Return of Bedside 28(4), 228–234. 2008
Rounds: An Educational Intervention. 17. Siagian SP. Manajemen sumber daya
2010. J Gen Intern Med 25(8):792–8 manusia. Jakarta: Bumi Akasara; 2009
8. Handoko, T. Hani. Manajemen 18. Zwarenstein, M., Rice, K., Gotlib-
Personalia dan Sumber Daya Conn, L., Kenaszchuk, C., & Reeves, S.
Manusia.Yogyakarta:BPFE;2012 Disengaged: A qualitative study of
9. Huron Perth Healthcare Alliance. communication and collaboration
HPHA Interprofessional Practice between physicians and other
Model. 2011 professions on general internal
10. Kim MM, Barnato AE, Angus DC, medicine wards. BMC Health Services
Fleisher LA, Kahn JM. The effect of Research, 13, 494. 2013.
multidisciplinary care teams on
intensive care unit mortality. Arch
Intern Med. 170(4):369–76. 2010
11. Leathard, A. Interprofessional
Collaboration. From Policy to Practice
in Health and Social Care. Brunner-
Routledge; New York. 2003
12. Lewin, S., & Reeves, S. Enacting
‘team’ and ‘teamwork’: using
Goffman’s theory of impression
management to illuminate
interprofessional practice on hospital
wards. Social Science & Medicine, 72,
1595–1602. 2011
13. MacDavitt, K., Cieplinski, J., &
Walker, V. Implementing small tests of
7
8