Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

1407 3396 1 PB PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728

Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 187-195

HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN RISIKO TERJADINYA TONSILITIS


KRONIK PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI BANDAR LAMPUNG

Ringgo Alfarisi1 , Septiana Damayanti2, Tan’im3


1
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
Email : ringgo_alfarisi@yahoo.co.id
2
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
Email : septiana_damayanti@yahoo.co.id
3
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
Email : tan’im_tan’im@yahoo.co.id

ABSTRACT: RELATIONSHIP OF EAT HABITS AND RISK OF CHRONIC TONSILITIS


IN BASIC SCHOOL CHILDREN IN BANDAR LAMPUNG

Background: Chronic tonsillitis generally occurs due to complications of acute


tonsillitis, most of which do not receive adequate therapy. Apart from
inadequate treatment of acute tonsillitis, predisposing factors for the onset of
chronic tonsillitis include poor oral hygiene, physical and various types of food.
Purpose: This study aims to determine the relationship between eating habits
and the risk of chronic tonsillitis in elementary school children.
Methods: This research is an analytic observation research with cross sectional
study design. The sampling technique used in this study was total purposive
sampling. To find out eating habits carried out by filling out questionnaires by
interviewing elementary school students, and enforcement of chronic tonsillitis
is done by direct observation.
Results: Results obtained from 87 samples, there were 32 samples (36.8%) who
suffered from chronic tonsillitis and 55 samples (63.2%) who did not suffer from
chronic tonsillitis. 32 samples had a risk for eating habits and the risk of chronic
tonsillitis. The results of the analysis are based on Fisher's exact test with p-value
= 0.012 (p <0.05). Conclusion: There is a relationship between eating habits and
the risk of chronic tonsillitis in elementary school children.

Keywords: Eating Habits, Chronic Tonsillitis, Elementary School Children

INTISARI: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN RISIKO TERJADINYA


TONSILITIS KRONIK PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI BANDAR LAMPUNG

Latar Belakang: Tonsilitis kronik umumnya terjadi akibat komplikasi tonsilitis


akut, terutama yang tidak mendapat terapi adekuat. Selain pengobatan tonsilitis
akut yang tidak adekuat, faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik antara
lain adalah higien mulut yang buruk, kelelahan fisik dan beberapa jenis makanan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui hubungan kebiasaan
makan dengan risiko terjadinya tonsilitis kronik pada anak sekolah dasar.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasi analitik
dengan desain penelitian cross sectional study. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah total purposive sampling. Untuk mengetahui
kebiasaan makan dilakukan dengan pengisian kuisioner dengan cara wawancara
pada siswa sekolah dasar, dan penegakan tonsilitis kronik dilakukan dengan
observasi langsung.

187
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 187-195

Hasil: Hasil yang didapat dari 87 sampel, terdapat 32 sampel (36,8%) yang
menderita tonsilitis kronik dan 55 sampel (63,2%) yang tidak menderita tonsilitis
kronik. 32 sampel memiliki risiko pada kebiasaan makan dan terkena tonsilitis
kronik. Hasil analisis berdasarkan fisher’s exact test dengan nilai hasil p-value =
0,012 (p <0,05).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kebiasaan makan dengan risiko
terjadinya tonsilitis kronik pada anak sekolah dasar.

Kata Kunci: Kebiasaan Makan, Tonsilitis Kronik, Anak Sekolah Dasar

PENDAHULUAN
Di Indonesia penyakit ISPA komplikasi tonsilitis akut,
merupakan urutan pertama dalam terutama yang tidak mendapat
jumlah pasien, rawat jalan. Hal ini terapi adekuat. Selain pengobatan
menunjukkan angka kesakitan tonsilitis akut yang tidak adekuat,
akibat ISPA masih tinggi. Infeksi faktor predisposisi timbulnya
saluran pernapasan akut (ISPA) tonsilitis kronik adalah higien
secara umum terbagi kedalam mulut yang buruk, kelelahan fisik
kedua golongan, yaitu ISPA bagian dan beberapa jenis makanan
atas dan ISPA bagian bawah. Istilah (Fakh, 2016).
akut menandakan infeksi Kebiasaan makan merupakan
berlangsung selama kurang dari 14 perilaku seorang atau sekelompok
hari. ISPA bagian atas terdiri dari orang dalam memilih dan
common cold, influenza, rinitis, menggunakan bahan makanan yang
sinusitis, faringitis, dan tonsilitis dikonsumsi setiap harinya. Dalam
(Zoorob, 2012). penelitian sebelumnya didapatkan
World Health Organization hasil bahwa ada hubungan antara
(WHO) tidak mengeluarkan data pola makan dengan kejadian
mengenai jumlah kasus tonsilitis di tonsilitis pada anak usia sekolah
dunia, namun WHO dasar yang menunjukkan bahwa ada
memperkirakan 287.000 anak hubungan erat, dimana masih
dibawah 15 tahun mengalami banyak anak-anak yang memiliki
tonsilektomi dengan atau tanpa kebiasaan makan makanan yang
adenoidektomi, 248.000 (86,4 kurang bersih dan mengkonsumsi
%)mengalami jajanan di luar (Arsyad & Wahyuni,
tonsiloadenoidektomi dan 39.000 2013).
(13,6 %) lainnya menjalani Makanan yang mengandung
tonsilektomi. Berdasarkan data minyak, penyedap rasa seperti MSG
epidemiologi penyakit THT di tujuh (Mono Sodium Glutamat) dan
provinsi Indonesia, prevalensi mengandung bahan pengawet
tonsilitis kronik 3,8 % tertinggi apabila mengkonsumsi secara
setelah nasofaringitis akut 4,6 % berlebihan akan menimbulkan gejala
(Ramadhan, 2017). rasa gatal ataupun sakit pada
Tonsilitis adalah tenggorokan. Dapat memicu
peradangan tonsil palatina yang terjadinya infeksi pada rongga mulut
merupakan bagian dari cicin sehingga menyebabkan peradangan
waldeyer. Penyebaran infeksi pada tonsila palatina (Dharma,
melalui udara (air borne droplets), 2008). Telalu banyak mengkonsumsi
tangan dan ciuman. Dapat terjadi minuman instan dan air dingin
pada semua umur, terutama pada memicu meradangnya tonsil karena
anak (Soepardi, 2017).Tonsilitis air dingin dapat merangsang dan
kronik umumnya terjadi akibat meregangkan sel epitel pada tonsil

188
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 187-195

sehingga jika terpapar terus menerus yang semula tidak berdampak bagi
akan mengakibatkan tonsil hipertrofi tubuh anak bereaksi, dan tonsil
(Wayuni, 2017). Minyak goreng sebagai salah satu pertahanan tubuh
mengandung akrolein yang dapat merespon sehingga terjadi radang
menimbulkan rasa gatal pada tonsil (Delvina, 2012).
tenggorokan, apabila mengkonsumsi Berdasarkan penelitian yang
makanan yang mengandung minyak dilakukan Wahyuni (2017) bahwa
secara terus menerus dapat memicu dari 265 responden anak memiliki
peradangan pada tonsil (Dharma, kebiasaan makan yang buruk
2008). berjumlah 154 lebih banyak dari
Jenis makanan yang tidak anak yang memiliki kebiasaan makan
baik bisa menyebabkan tingginya yang baik sebanyak 111 respoden
progresifitas tonsilitis. Cuaca panas dan berdasarkan penelitian yang
menyebabkan anak suka dilakukan Amin (2017) bahwa dari
mengkonsumsi ice cream dan 100 responden anak yang tidak
minuman dingin lainnya. Begitu juga berisiko tonsilitis berjumlah 68 lebih
jajanan yang dijual di luar banyak dari yang berisiko yaitu 32
perkarangan sekolah dan di responden. Berdasarkan penelitian
lingkungan rumah yang tidak bersih yang dilakukan Wahyuni (2017) dan
dan mengandung pengawet sangat Sari (2014) diketahui terdapat
digemari oleh anak, sehingga daya hubungan antara kebiasaan makan
tahan tubuh anak menurun dan dengan kejadian tonsilitis.
asupan gizi anak kurang, bakteri

METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang menggunakan kuisioner kebiasaan
digunakan adalah observasi analitik makan pada siswa/ siswi sekolah
dengan desain cross sectional. dasar dan dilakukan pemeriksaan
Pengambilan sampel pada bulan rongga mulut untuk menilai tonsilitis
Maret tahun 2019, penelitian ini kronik. Pengolahan data dilakukan
menggunakan teknik total purposive dengan uji fisher’s exact test. Hasil
sampling, diperoleh sampel analisis statistik dikatakan bermakna
sebanyak 87 siswa/siswi SD N 2 bila didapatkan P value < 0,05.
Kemiling Permai Bandar Lampung. Variabel dependen adalah tonsilitis
Pengambilan data dilakukan terlebih kronik dan variabel independen
dahulu dengan wawancara adalah kebiasaan makan.

HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Usia (tahun)
9 5 5,7
10 20 23,0
11 34 39,1
12 27 31,0
13 1 1,2
Jenis Kelamin
Laki- Laki 46 52,9
Perempuan 41 47,1

189
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 187-195

Kebiasaan Makan 10 11,5


Tidak Beresiko 77 88,5
Beresiko
Tonsilitis Kronis 32 36,8
Ya 55 63,2
Tidak

Dari tabel 1. dapat diketahui sampel berjenis kelamin laki-laki


bahwa sebagian besar sampel berada yaitu sebanyak 46 orang dengan
pada usia 11 tahun sebanyak 34 persentase (52,9%). Diketahui
orang dengan persentase (39,1%), sampel terbanyak dengan kebiasaan
usia 12 tahun sebanyak 27 orang makan berisiko sebanyak 77 siswa
dengan persentase (31%), usia 10 dengan persantase (88,5%).
tahun sebanyak 20 orang dengan Responden tidak mengalami
persentase (23%), usia 9 tahun tonsilitis kronis sebanyak 55 siswa
sebanyak 5 orang dengan persentase dengan persantase (63,2%) dan yang
(5,7%), dan usia 13 tahun sebanyak 1 mengalami tonsillitis kronis
orang dengan persentase (1,2%). sebanyak 32 siswa dengan
Diketahui bahwa sebagian besar persentase (36,8%).

Analisis Bivariat
Tabel 2. Hubungan Kebiasaan Makan dengan Risiko Terjadinya Tonsilitis Kronik
Tonsilitis Kronis
Kebiasaan Makan Tidak Ya Total P
N % N % N % Value

Tidak Berisiko 10 100,0 0 0,0 10 100%


0,012
Berisiko 45 58,4 32 41,6 77 100%
Total 55 63,2 32 36,8 87 100%

Berdasarkan tabel 2. diatas pada anak sekolah dasar di SD N 2


diketahui bahwa ada hubungan Kemiling Permai Bandar Lampung
antara kebiasaan makan dengan dengan nilai p-value 0,012 (<0,05).
risiko terjadinya tonsilitis kronik

PEMBAHASAN orang tua di rumah. Orang tua yang


Analisis Univariat selalu membimbing dan
Berdasarkan tabel 1. mengarahkan cara pola makan yang
terdapat 77 siswa (88,5 %) yang baik, dan akan berdampak yang
berisiko terkena tonsilitis kronik dan positif pada anak. Sehingga anak
10 siswa (11,5 %) yang tidak berisiko tidak memiliki perilaku jajan
terkena tonsilitis kronik. Pada (Kartika, 2016).
umumnya kebiasaan yang sering Makanan modern yang
menjadi masalah adalah kebiasaan merupakan produk dari berbagai
makan di kantin atau warung di makanan, seperti burger,pizza, fried
sekitar sekolah dan kebiasaan makan chicken, ice cream dari berbagai
fast food. Namun hal tersebut tidak merek dagang sangat gencar
berlaku pada anak–anak yang diiklankan melalui media massa,
mendapatkan pendidikan dan baik media cetak maupun media
kebiasaan yang diterapkan oleh elektronik dan mudah didapat serta

190
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 187-195

pengaruhnya berdampak sampai ke kecil akibat pembentukan sikatrik


pelosok desa. Golongan remaja pada yang kronis. Tonsilitis kronik
umumnya baik di kota besar maupun merupakan penyakit yang paling
yang ada di kota kabupaten sering terjadi di antara semua
merupakan sasaran strategis para penyakit tenggorok terutama pada
pengusaha makanan olahan. Makan anak (Ramadhan, 2017).
modern memiliki daya pikat Faktor–faktor yang
tersendiri karena lebih praktis, mempengaruhi tonsilitis antara lain;
cepat dalam penyajian (instant) dan rangsangan menahun seperti rokok,
mengandung gengsi bagi sebagian makanan, cuaca, pengobatan tonsil
golongan masyarakat (Kadir, 2016). yang tidak memadai, dan sering
Kurangnya perhatian anak memiliki riwayat ISPA dengan
tentang pola makan yang baik dan pengobatan yang tidak tuntas
buruk menyebabkan anak lebih (Kartika, 2016). Penderita tonsilitis
cenderung melakukan hal yang dapat kronik memiliki keluhan utama nyeri
memicu terjadinya peradangan pada atau sakit menelan. Keluhan utama
tonsil seperti kebiasaan anak yang yang diutarakan penderita tonsilitis
sering jajan sembarangan di kronik beragam karena gejala
emperan jalan yang kebersihanya tonsilitis kronik bervariasi, gejala
belum tentu terjamin, selain itu lokal yaitu rasa tidak nyaman pada
kebiasaan meminum air yang belum tenggorokan akibat adanya
dimasak juga memberikan andil pembesaran ukuran tonsil sehingga
dikarenakan didalam air masih ada rasa mengganjal di tenggorok,
banyak patogen dan mikroorganisme susah menelan dan nyeri atau sakit
yang hidup didalam air dan baru menelan karena radang tonsil yang
akan hilang bila dilakukan berulang. Banyaknya ditemukan
pemanasan dengan tenik merebus keluhan utama nyeri atau sakit
atau memasak air terlebih dahulu menelan karena ada beberapa
sebelum dikonsumsi (Arsyad, 2013). penderita datang dengan tonsilitis
Hal ini sejalan dengan penelitian kronik eksaserbasi akut, tonsil dalam
yang dilakukan oleh Wahyuni (2017), keadaan radang akut menyebabkan
bahwa dari 265 responden anak yang nyeri atau sakit menelan (Shalihat,
memiliki kebiasaan makan yang 2013). Hal ini sejalan dengan
buruk berjumlah 154 lebih banyak peneitian yang dilakukan oleh Amin
dari anak yang memiliki kebiasaan (2017), bahwa dari 100 responden
makan yang baik sebanyak 111 anak yang tidak berisiko tonsilitis
responden. berjumlah 68 lebih banyak dari yang
Diketahui bahwa dari 87 berisiko yaitu sebanyak 32
siswa yang dilakukan pemeriksaan responden.
tonsil oleh Dokter Spesialis THT-KL,
terdapat 32 siswa (36,8 %) yang Analisis Bivariat
menderita tonsilitis kronik dan 55 Dalam penelitian ini.
siswa (63,2 %) yang tidak menderita responden yang berisiko terhadap
tonsilitis kronik. Tonsilitis kronik tonsilitis kronik dilihat dari
adalah peradangan tonsil yang kebiasaan makanya, berdasarkan
menetap sebagai akibat infeksi akut tabel 2. menunjukan bahwa dari 87
atau subklinis yang berulang. Ukuran sampel yaitu 10 tidak berisiko pada
tonsil membesar akibat kebiasaan makan dan tidak terkena
hiperplasiaparenkim atau tonsilitis kronis, 45 memiliki risiko
degenerasifibrionoid dengan pada kebiasaan makan dan tidak
obstruksi kripta tonsil, namun dapat terkena tonsilitis kronik, 32 memiliki
juga ditemukan tonsil yang relative risiko pada kebiasaan makan dan

191
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 187-195

terkena tonsilitis kronis. makanan. Aroma makanan


Berdasarkan hasil fisher’s exact test merupakan atribut mutu utama yang
dengan nilai P value 0,012 atau <0,05 menentukan apakah seseorang
sehingga dapat disimpulkan bahwa menerima atau menolak makanan,
ada hubungan kebiasaan makan penggunaan aroma makanan
dengan risiko terjadinya tonsilitis merupakan strategi penjualan untuk
kronik. Hasil penelitian ini menyediakan jajanan dengan
menunjukkan bahwa responden yang beragam pilihan mengingat
memiliki kebiasaan mengkonsumsi komposisi bahan jajanan yang
makanan berisiko seperti makan digunakan sama. Penjaja makanan di
yang berminyak, makanan cepat lingkungan sekolah menjual jajanan
saji, kebiasaan mengkonsumsi dengan warna yang mencolok seperti
minuman dingin dan mengalami es sirup,es lilin, sosis, mie, dan
gejala tonsilitis. warna makanan yang ditawarkan
Hasil penelitian ini sejalan adalah merah, kuning, hijau terang
dengan Wahyuni (2017) bahwa serta warna-warna yang menarik
terdapat hubungan yang signifikan perhatian (Kristianto, 2013).
antara kebiasaan makan dengan Makanan yang mengandung
kejadian tonsilitis di SDN 005 Sungai bahan pengawet, penyedap,
Pinang Kecamatan Sungai Pinang pewarna buatan (makanan tidak
kota Samarinda dari hasil tersebut sehat) dapat memicu terjadinya
disimpulkan bahwa faktor pola infeksi pada rongga mulut sehingga
makan mempunyai pengaruh menyebabkan peradangan pada
terhadap kejadian tonsilitis pada tonsila palatine (Dharma, 2008).
anak usia sekolah dasar, yang artinya Makanan yang tidak sehat termasuk
perilaku pola makan atau kebiasaan makanan yang mengandung minyak,
makan seseorang berdampak mutu minyak goreng ditentukan oleh
terhadap terjadinya tonsilitis. Selain titik asapnya. Minyak yang digunakan
penelitian yang dilakukan oleh berulang-ulang, titik asapnya akan
Wahyuni, penelitian lain juga yang menurun sehingga akrolein semakin
dilakukan oleh Sari (2014) bahwa cepat terbentuk yang dapat
terdapat hubungan antara kebiasaan menimbulkan rasa gatal pada
makan yang tidak baik dengan tenggorok. Gorengan adalah
kejadian tonsilitis pada anak usia 5 – makanan yang mengalami proses
6 tahun di wilayah kerja puskesmas penggorengan dengan menggunakan
bayat kabupaten klaten. minyak goreng, jenis makanan
Anak-anak sangat rentan tersebut merupakan salah satu
terkena penyakit yang menyangkut jajanan yang mudah didapat karena
kesehatan tenggorok, terutama banyak dijajakan hingga dipinggir
anak-anak berusia 5 - 14 tahun. jalan. Menggoreng bahan pangan
Siswa sekolah dasar yang masih banyak dilakukan di Indonesia
dalam masa pertumbuhan rentan karena merupakan suatu metode
terinfeksi penyakit, salah satunya memasak bahan pangan yang
ialah penyakit tenggorok. Salah satu umumnya dilakukan. Pada proses
penyebabnya ialah konsumsi penggorengan minyak goreng
makanan tidak higienis (Theno, berfungsi sebagai medium
2016). Makanan jajanan merupakan penghantar panas, menambah rasa
bagian tidak terpisahkan dari gurih, menambah nilai gizi dan kalori
kehidupan anak sekolah dasar, dalam bahan pangan. Minyak goreng
Banyaknya ragam jajanan yang yang dikonsumsi sangat erat
ditawarkan disekolah sehingga perlu kaitanya bagi kesehatan. Minyak
menetapkan penggunaan aroma yang berulang kali digunakan dapat

192
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 187-195

menyebabkan penurunan mutu menurun dan mudah terserang


bahkan akan menimbulkan bahaya infeksi saluran nafas khususnya
bagi kesehatan (Yusuf, 2013). tonsilitis. Tonsil merupkan jaringan
Biasanya hal yang instant itu limfoid yang berperan membantu
tidak terlalu baik untuk kesehatan sistem imunitas. Pada tonsilitis
tubuh, apalagi soft drink dan kronik terjadi infeksi yang menetap
minuman bersoda sangat membawa atau berulang, tonsil yang berulang
dampak buruk bagi kesehatan kali terkena infeksi suatu saat tidak
tonsilitis, lebih baik dihindari atau dapat membunuh semua kuman
boleh mengkonsumsinya tapi tidak akibatnya kuman bersarang di dalam
terlalu sering. Terlalu banyak tonsil (fokal infeksi). Adanya infeksi
mengkonsumsi minuman instant berulang dan fokal infeksi
yang dingin juga memicu menyebabkan tonsil bekerja keras
meradangnya tonsil, karena air melawan kuman dengan
dingin dapat merangsang dan memproduksi sel-sel imun yang
meregangkan sel epitel pada tonsil banyak sehingga ukuran tonsil akan
sehingga jika terpapar terus menerus membesar dengan cepat melebihi
akan mengakibatkan tonsil hipertrofi ukuran normal. Pada tonsilitis kronik
(Sapitri, 2013). terjadi infiltrasi limfosit ke epitel
Tidak hanya makan yang permukaan tonsil. Peningkatan
mengandung minyak, penggunaan jumlah sel plasma di dalam subepitel
penyedap rasa yang berlebihan maupun di dalam jaringan
dapat mengakibatkan ganguan interfolikel. Hiperplasia dan
kesehatan. Salah satu perkembangan pembentukan fibrosis dari jaringan
di bidang produksi pangan adalah ikat parenkim dan jaringan limfoid
banyaknya makanan yang mengakibatkan terjadinya hipertrofi
menggunakan zat aditif berupa tonsil. Ukuran tonsil hipertrofi dapat
penyedap makanan. Zat aditif MSG menimbukan berbagai keluhan dan
(mono sodium glutamate) adalah gejala seperti rasa tidak nyaman
suatu garam natrium dari asam atau rasa mengganjal di tenggorokan
glutamate yang digunakan dalam dan kesulitan menelan (Shalihat,
mengolah makanan, penggunaan 2013).
bahan tambahan makanan. Faktanya
mengkonsumsi MSG ternyata sangat KESIMPULAN
rentan bagi manusia usia dini hingga Terdapat hubungan antara
usia lanjut, keseringan kebiasaan makan dengan risiko
mengkonsumsi bahan penyedap akan terjadinya tonsilitis kronik pada anak
menimbulkan bahaya bagi kesehatan sekolah dasar di SD N 2 Kemiling
tubuh dan akan muncul berbagai Permai Bandar Lampung dengan nilai
jenis penyakit yaitu tonsilitis p-value 0,012 (<0,05).
(Junita, 2018).
Makanan yang terlalu panas
atau dingin dapat menimbulkan
iritasi ditenggorok yang dapat
memicu timbulnya infeksi tenggorok
ataupun infeksi tonsil. Pada
penderita yang alergi terhadap obat-
obatan tertentu, makanan dan
minuman seringkali mengalami
infeksi berulang karena bila alergi
tidak dikendalikan akan
mengakibatkan daya tahan tubuh

193
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 187-195

DAFTAR PUSTAKA Kuala Banda Aceh. Jurnal


Ilmiah Mahasiswa Pendidkan
Amin, A.A. (2017). Hubungan Antar Kesehatan Keluarga, Volume
Pengetahuan dengan Angka 3 Nomor 1.
Kejadian Tonsilitis Pada
Siswa SD. Skripsi. Universitas Kadir, A. (2016). Kebiasaan Makan
Hasanudin: Makasar. dan Gangguan Pola Makan
Serta Pengaruhnya terhadap
Arsyad, F.W., Wahyuni, S., Ipa, A. Status Gizi Remaja. Jurnal
(2013). Hubungan Antara Publikasi Pendidikan, Volume
Pengetahuan dan Pola VI Nomor 1.
Makan dengan Kejadian
Tonsilitis pada Anak Usia Kartika, I.R. (2015). Faktor-Faktor
Sekolah Dasar di yang Berhubungan dengan
Wilayah Kerja Puskesmas Angka Kejadian
Minasatene Kabupaten Tonsilitis Pada Anak Usia 5-18
Pankep. Jurnal Kesehatan Tahun Di Poliklinik THT RSUD
Hasanuddin Makasar, Volume Karawang. Jurnal
2 Nomer 1. Kesehatan Bhakti Husada,
Volume 3 Nomor 1.
Delvina, E., Rosmawar, C. (2012).
Gamabaran Tingkat Kristianto, Y., Riyadi, B.D., Mustafa,
Progresifitas Tonsilitis A. (2013). Faktor Determinan
Pada Usia 3-10 Tahun Di Pemilihan Makanan
Puskesmas Kajhu Kecamatan Jajanan pada Siswa Sekolah
Baitussalam Kabupaten Dasar. Jurnal Gizi
Aceh Besar. Skripsi. Politeknik Kesehatan
U’Budiyah Banda Aceh: Aceh. Kementrian Kesehatan
Malang, Volume 7 Nomor 11.
Dharma, S. (2008). Higiene dan
Sanitasi Makanan Jajanan Di Ramadhan, F., Sahrudin., Ibrahim,
Simpang Selayang K. (2017). Analisa Faktor
Kelurahan Simpang Selayang Risiko Kejadian
Kecamatan Medan Tuntungan Tonsilitis Kronik Pada Anak
Sumatra Utara. Skripsi. Usia 5-11 Tahun di Wilayah
Universitas Sumatra Utara. Kerja Puskesmas
Puuwatu Kota Kendari. Jurnal
Fakh, I.M. (2016). Karakteristik Ilmiah Mahasiswa Kesehatan,
Pasien Tonsilitis Kronis Pada Volume 2 Nomor 6.
anak di Bagian THT-KL
RSUP Dr. M. Djamil Padang Sapitri, F., Yuniata.,
Tahun 2013. Jurnal Purwantiningrum, I. (2013).
Kesehatan Andalas, Hubungan antara
Volume 5 Nomor 2. Pengetahuan Siswa SD
tentang Pengaruh Minuman
Junita, I. (2018). Tingkat Instan dengan Kejadian
Pengetahuan Ibu Rumah Tonsilitis di SDN 020
Tangga Tentang Penggunaan Samarinda Utara. Jurnal
Monosodium Glutamate Pangan dan Agroindustri
(MSG) dalam Mengolah Brawijaya Malang,
makanan di Gampong Volume 1 Nomor 1.
Jeulingke Kecamatan Syiah

194
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 187-195

Shalihat, A.S., Novialdi., Irawati, L.


(2015). Hubungan umur jenis
kelamin dan perlakuan
penatalaksanaan dengan
ukuran tonsil pada penderita
tonsilitis kronik di bagian
THT-KL RSUP DR. M. Djamil
padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, Volume 4 Nomor 3.

Sari, L.T. (2014). Faktor Pencetus


Tonsilitis Pada Anak Usia 5 - 6
Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bayat Kabupaten
Klaten. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta:
Surakarta.

Theno, G.G., Tamus, A.G., Tumbel,


R.E.C. (2016). Survei
Kesehatan Tenggorokan
Siswa SD Inpres 10/ 73 Pandu.
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume
4 Nomor 1.

Wahyuni, S. (2017). Hubungan Usia


Konsumsi Makan dan Hygiene
Mulut dengan Gejala
Tonsilitis Pada Anak Di SDN
005 Sungai Pinang
Kecamatan Sungai Pinang
Samarinda. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur.

Yusuf, F. (2013). Analisa Kadar Asam


Jenuh Dalam Gorengan dan
Minyak Bekas Hasil
Penggorengan Makanan
Jajanan di Lingkungan
Workshop Universitas
Hasanudin. Skripsi.
Universitas hasanuddin.

Zoorob, R., Sidani, M.A., Fremont


R.D., Kihlbeg, c. (2012).
Antibiotic Use In Infection.
American Family Physician,
Am Fam Physician.
1;86(9):817-822

195

You might also like