Interaksi Tingkah Laku Ikan Cupang Jantan Dan Betina (Betta Splendes) Pada Masa Kawin
Interaksi Tingkah Laku Ikan Cupang Jantan Dan Betina (Betta Splendes) Pada Masa Kawin
Interaksi Tingkah Laku Ikan Cupang Jantan Dan Betina (Betta Splendes) Pada Masa Kawin
2, No,1
Program Studi Pendidikan IPA p-ISSN: 2656-6672
Universitas Islam Lamongan e-ISSN: 2656-8365
http://jurnalpendidikan.unisla.ac.id/index.php/SEAJ pp. 27-34
Interaksi Tingkah Laku Ikan Cupang Jantan dan Betina (Betta splendes)
Pada Masa Kawin
1
Anwari Adi Nugroho, 2Ulin Nuha Latifa, 3Nova Yanti Rahayu, 4Arif Fajar Setyawan
1, 2, 3, 4
Prodi Pendidikan Biologi, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
Email Korespondensi: bio_anwary@yahoo.com
PENDAHULUAN
Ikan cupang (Betta splendes) yang dikenal dengan sebutan fighting fish adalah salah satu jenis
ikan air tawar yang populer dikalangan pecinta ikan hias. Postur tubuh ikan cupang memanjang
dan pipih (compresed) apabila dilihat dari anterior atau posterior (Yustina 2003). Sedangkan
ukuran tubuh ikan cupang relatif kecil dengan panjang tubuh kurang lebih 3,5 cm untuk
indukan betina dan 4 cm untuk indukan jantan untuk umur sekitar 3-4 bulan (Streba, 1983; Lee,
1989). Ikan cupang dapat dibedakan berdasarkan tampilan fisik yang dimiliki. Karakteristik
Science Education and Application Journal (SEAJ) Pendidikan IPA Universitas Islam Lamongan, Maret 2020. Vol. 2, No.1 | |27
Anwari Adi Nugroho, et all. Interaksi Tingkah Laku Ikan ………..
ikan cupang jantan yaitu warna tubuh yang cerah, tubuh berbentuk ramping, sirip ekor dan sirip
anal panjang. Ikan cupang jantan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan
cupang betina (Satyani, 2017). Sementara ikan cupang betina memiliki karakteristik warna
tubu kurang menarik, perut berbentuk gemuk, ukuran sirip ekor dan sirip anal yang pendek.
Menurut Susanto (1992) habitat ikan cupang berada di air tawar seperti sungai, sungai,
rawa atau selokan. Kemampuan adaptasi ikan cupang tergolong sangat baik, cupang mampu
beradaptasi pada tempat yang tidak terlalu luas dan tidak memungkinkan untuk melakukan
perkembangbiakan. Menurut Axelrod & Schultz (1983) cupang suka pada tempat yang
ditumbuhi banyak tumbuhan air. Hal tersebut bermafaat bagi cupang untuk perlindungan diri
dari pemangsa khususnya dari burung - burung pemangsa ikan.
Reproduksi pada ikan cupang dikenal dengan istilah pemijahan, pemijahan ikan cupang
tidak membutuhkan wadah yang luas, cukup menggunakan akuarium ukuran kecil, ember
maupun baskom, dapat juga menggunakan wadah atau toples (Lingga & Susanto, 2003). Pada
masa pemijahan, cupang memiliki tingkah laku yang khas terutama interaksi antara ikan
cupang jantan dengan betina. Cupang memijah pada sore hingga malam hari, pada kondisi
lingkungan yaitu pada suhu sekitar 26,5° - 31,0°C dan pH 6,0-8,0 (Dewantoro, 2001; Lingga
& Susanto, 2003). Sebelum melakukan proses reproduksi, ikan cupang jantan dan ikan cupang
betina akan saling berinteraksi dengan saling tatap. Selanjutnya ikan cupang jantan akan
mengejar ikan cupang betina dengan cara memperlihatkan sirip ekor untuk menarik perhatian
sang betina. Setelah ikan cupang betina tertarik maka ikan cupang jantan akan melipatkan
badannya pada tubuh betina, dan saat melipatkan diri, cupang betina melepaskan telur dan
jantan mengeluarkan spermanya (Axelrod, 1995).
Telur ikan yang sudah dibuahi akan turun dan ditangkap oleh ikan cupang jantan, selanjutnya
telur tersebut akan disimpan didalam sarang busa yang telah dibuat oleh ikan cupang jantan.
Telur akan menetas pada kurun waktu sekitar 3 hari. Sedangkan ikan cupang betina akan diusir
oleh cupang jantan untuk menjauhi telur-telurnya (Atmajaja, 2008). Penelitian terhadap larva/
benih ikan cupang (Satyani, 2017; Yusuf et.al., 2015) telah banyak dilakukan namun terkait
pola interaksi ikan cupang dalam masa kawin sangat minim. Interaksi tingkah laku ikan cupang
jantan dengan betina pada masa kawin perlu diketahui/ diteliti lebih lanjut. Pola tingkah laku
tersebut dapat menjadi acuan bahwa ikan cupang pada masa kawin memiliki tanda-tanda
tingkah laku khas. Berdasarkan uraian latar belakang maka perlu dilakukan penelitian tentang
pola interaksi perilaku ikan cupang jantan dan betina pada masa kawin.
METODE
1. Tempat, Waktu dan Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan di laboratorium biologi Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo dan dilaksanakan pada bulan Desember 2019- Januari 2020.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif eksploratif yang dilakukan dengan cara
mengamati perilaku ikan cupang jantan dan betina secara langsung berdasarkan pola
perilaku yang terjadi. Metode yang digunakan adalah metode ad libitum sampling yaitu
penelitian dengan cara mengamati seluruh aktivitas yang terlihat dengan menggunakan
batasan aktifitas berdasarkan fakta lapangan (Altmann, 1974). Aktivitas yang diamati
secara khusus aktivitas ikan cupang pada masa kawin.
2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain aquarium kaca bersekat sebanyak
3 buah dengan ukuran sama dan jaring penangkap ikan sebanyak 1 buah. Bahan yang
digunakan adalah ikan cupang jantan sebanyak 3 ekor dan cupang betina sebanyak 3 ekor.
Science Education and Application Journal (SEAJ) Pendidikan IPA Universitas Islam Lamongan, Maret 2020. Vol. 2, No.1 | |28
Anwari Adi Nugroho, et all. Interaksi Tingkah Laku Ikan ………..
Memisahkan ikan cupang Mengamati perilaku ikan Mengambil sekat pada akuarium
bertina dengan ikan cupang pada sore hari selama 2
cupang jantan jam
disatukan
Sampel B Sampel B
Diamati 2 jam pada sore hari selama 3 hari
disatukan
Sampel B Sampel B
disatukan
Science Education and Application Journal (SEAJ) Pendidikan IPA Universitas Islam Lamongan, Maret 2020. Vol. 2, No.1 | |29
Anwari Adi Nugroho, et all. Interaksi Tingkah Laku Ikan ………..
6. Pengambilan Data
Data diambil dengan cara pengamatan menggunakan lembar observasi, catatan
pengamatan, dan alat dokumentasi. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis menggunakan
Teknik analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan perilaku-perilaku ikan cupang jantan dan
betina yang muncul selama pengamatan.
1-5 C A A B B A
6-10 A B B A, C
11-15 C A B A, B
16-20 B A C C A
21-25 B, C A, B A, B
26-30 A, B, C C A B
31-35 A B A A C B
36-40 C B B
41-45 B A C A C
46-50 C B C C
51-55 A C B
56-60 C B A B B B C
Jumlah 5 10 9 3 8 7 3 3 10 3
Keterangan TL : 1.Diam di Dasar, 2.Berenang Memutari Aquarium, 3.Berenang ke Permukaan. 4.Saling Tatap,
5.Laku Membuat Gelembung.
Berdasarkan Tabel 1 didapatkan hasil tingkah laku ikan cupang jantan pada sampel A,
sampel B dan sampel C yang dominan adalah membuat gelembung yaitu sebanyak 10 kali,
selanjutnya berenang memutari aquarium sebanyak 9 kali, berenang ke permukaan sebanyak 8
kali, diam di dasar sebanyak 5 kali dan terakhir saling tatap sebanyak 3 kali. Ikan cupang jantan
memiliki pola perilaku yang lebih aktif dibandingkan dengan ikan cupang betina, hal tersebut
terlihat dari jumlah tingkah laku yang dilakukan oleh ikan cupang jantan selama dalam waktu
pengamatan, perilaku dominan ikan cupang jantan yang sering membuat gelembung
Science Education and Application Journal (SEAJ) Pendidikan IPA Universitas Islam Lamongan, Maret 2020. Vol. 2, No.1 | |30
Anwari Adi Nugroho, et all. Interaksi Tingkah Laku Ikan ………..
mengakibatkan ditemukannya sarang busa (bubblenest) pada permukaan air wadah ikan
cupang jantan. Sarang busa (bubbblenest) yang ditemukan pada permukaan air wadah ikan
cupang jantan menandakan bahwa ikan cupang jantan telah siap untuk melakukan pemijahan
dan siap untuk menjaga telur-telurnya (Linke, 1994; Sanford,1995).
Science Education and Application Journal (SEAJ) Pendidikan IPA Universitas Islam Lamongan, Maret 2020. Vol. 2, No.1 | |31
Anwari Adi Nugroho, et all. Interaksi Tingkah Laku Ikan ………..
16
14
Jumlah Tingkah Laku Muncul
14 13
12
10 9
8 7 7
6 6 6
6
4
4 3
2
2 1 1
0
jantanBetinajantanBetinajantanBetina jantanBetina jantanBetina jantanBetina jantanBetina
TL 1 TL 2 TL 3 TL 4 TL 5 TL 6 TL 7
Tingkah Laku (TL) Ikan Cupang
Gambar 4. Tingkah Laku Ikan Cupang Jantang dan Betina dalam Satu Wadah
Keterangan : TL 1. Memegarkan Sirip, TL 2. Diam di Dasar Aquarium, TL 3. Berenang Memutari Aquarium, TL
4. Berlari/ Menghindar, TL 5. Mendekati Lawan Jenis, TL 6. Mengambil Oksigen, TL 7. Memiringkan Badan.
Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa ikan cupang jantan memiliki perilaku
yang dominan yaitu berenang memutari aquarium yaitu sebanyak 14 kali, selanjutnya
memegarkan sirip sebanyak 9 kali, mendekati lawan jenis dan mengambil oksigen sebanyak 6
kali, diam di dasar aquarium 4 kali dan memiringkan badan sebanyak 2 kali. Ikan cupang jantan
maupun betina menunjukkan tingkah laku yang tidak berbeda jauh dibandingkan dengan saat
ikan cupang jantan ditempatkan pada wadah yang berbeda. Ikan cupang jantan cenderung lebih
aktif berenang memutari aquarium, ikan cupang jantan juga lebih agresif daripada ikan cupang
betina, terbukti dengan perilaku ikan cupang jantan cenderung mendekati betina namun respon
dari ikan cupang betina lebih sering berlari menghindari pendekatan yang dilakukan oleh
jantan.
Sedangkan ikan cupang betina memiliki perilaku dominan berupa diam di dasar
aquarium sebanyak 13 kali, selanjutnya memutari aquarium sebanyak 8 kali, mengambil
oksigen sebanyak 7 kali, berlari/ menghindari sebanyak 6 kali, memegarkan sirip sebanyak 3
kali, mendekati lawan jenis 1 kali dan memiringkan badan sebanyak 1 kali. Ikan cupang betina
lebih sering berdiam diri di dasar aquarium, dan lebih aktif untuk berenang ke permukaan untuk
mengambil oksigen. Pada wadah ikan cupang betina juga tidak ditemukan sarang busa. dengan
memegarkan sirip serta mendekati sang betina.
Sesekali terlihat tingkah laku ikan cupang jantan memiringkan tubuh saat mendekati
sang betina, namun saat didekati oleh cupang jantan ikan cupang betina justru menghindari
atau berlari menjauh dari cupang jantan sehingga terlihat seperti melakukan kejar-kejaran
(Gema, 2017). Ikan cupang jantan juga sesekali menabrakkan diri dan bahkan seperti mematuk
betina yang menyebabkan sang betina sering berlari jika didekati oleh ikan cupang jantan.
Tingkah laku yang dilakukan oleh cupang jantan merupakan aktivitas untuk menarik cupang
betina untuk melakukan pemijahan. Lingga & Susanto (2003) menjelaskan bahwa ikan cupang
dapat melakukan pemijahan dalam wadah seperti akuarium dalam ukurang tidak terlalu luas.
Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa ikan cupang jantan tidak melakukan perkawinan meskipun
pejantan telah membuat sarang busa dan juga umur ikan cupang sudah memenuhi syarat
pemijaham (kurang lebih 5 bulan) (Lesmana & Dermawan, 2001).
Science Education and Application Journal (SEAJ) Pendidikan IPA Universitas Islam Lamongan, Maret 2020. Vol. 2, No.1 | |32
Anwari Adi Nugroho, et all. Interaksi Tingkah Laku Ikan ………..
Ada beberapa kemungkinan ikan cupang tidak terjadi penmijahan antara lain suhu air yang
berubah saat siang dan malam, pH air yang tidak optimal dan kondisi psikologis ikan.
Dewantoro (2001); Doutrelant et al., (2001); Lingga & Susanto (2003) menjelaskan bahwa
ikan cupang dapat memijah pada malam hari, dengan kondisi lingkungan pada suhu 26,5°-
31,0°C, DO 6,6-7,3 ppm, pH 6,0-8,0.
KESIMPULAN
Ikan cupang jantan memiliki pola perilaku yang lebih aktif dan agresif dibandingkan dengan
ikan cupang betina, hal tersebut terlihat dari perilaku ikan cupang jantan saat berada di dalam
wadah berbeda maupun disatukan dalam satu wadah. Pada wadah yang berbeda, tingkah laku
cupang jantan yang paling dominan yaitu membuat gelembung, sedangkan betina lebih sering
diam di dasar. Setelah ikan jantan dan betina ditempatkan pada wadah yang sama, maka terlihat
tingkah laku ikan cupang jantang yang paling dominan adalah berenang memutari akuarium,
sedangkan betina lebih sering diam di dasar akuarium. Meskipun ikan cupang jantan telah
membuat sarang busa (bubblenest) yang menandakan ikan cupang siap untuk melakukan
reproduksi hal tersebut tidak berarti ikan cupang tersebut pasti akan melakukan pemijahan
SARAN
Disarankan dalam penelitian selanjutnya untuk memperhatikan pakan dan ukuran tubuh setiap
ikan cupang yang akan dilakukan percobaan, agar pengamatanya memperoleh hasil yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Altman, J., (1974), Observation Study Of Behavior Sampling Methods. Behavior Academic
Press, London.
Atmajaja, J. (2008). Panduan Lengkap memelihara Ikan Cupang Ikan Cupang Hias dan
Cupang Adu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Axelrod, H.R. (1995). Encyclopedia of Tropical Fishes: With Special Emphasis on Techniques
of Breeding. T.F.H. Publications, Inc. University of California. 631 h.
Axelrod, H. R., & Schultz, L. P. (1983). Handbook of tropical aquarium fishes. TFH
publications.
Dewantoro, G. W. (2017). FEKUNDITAS DAN PRODUKSI LARVA PADAIKAN
CUPANG (Betta splendens Regan) YANG BERBEDA UMUR DAN PAKAN
ALAMINYA [The Fecundity and Juveniles Products of Fighting Fish (Betta splendens
Regan) With Different Age and Natural Food]. Jurnal Iktiologi Indonesia, 1(2), 49-52.
Doutrelant, C., McGregor, P. K., & Oliveira, R. F. (2001). The effect of an audience on
intrasexual communication in male Siamese fighting fish, Betta splendens. Behavioral
Ecology, 12(3), 283-286.
Kottelat, M. (2013). The fishes of the inland waters of Southeast Asia: a catalogue and core
bibliography of the fishes known to occur in freshwaters, mangroves and
estuaries. Raffles Bulletin of Zoology.
Lee, C.K. (1986). Goldfish and Tropical Fish. Tropical Press. SDN. BHD. Kualalumpur.
Lesmana, D. S., & Dermawan, I. (2001). Budi Daya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penerbit
Swadaya.
Lingga, P. dan Susanto, H. (2003). Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. h. 45.
Linke, H . (1994). Eksplorasi Ikan Cupang di Kalimantan. Trubus. No.297. Agustus. h. 86-89
Sandford, G. (1995). An illustrated encyclopedia of aquarium fish. Howell Books.
Science Education and Application Journal (SEAJ) Pendidikan IPA Universitas Islam Lamongan, Maret 2020. Vol. 2, No.1 | |33
Anwari Adi Nugroho, et all. Interaksi Tingkah Laku Ikan ………..
Satyani, D. (2017). PENGARUH UMUR INDUK IKAN cUPANG (Betta sprenden Regan)
DAN JENIS PAKAN TERHADAP FEKUNDITAS DAN PRODUKSI
LARVANYA. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 9(4), 13-18.
Sterba, G. (1983). The aquarium encyclopedia. Mit Press.
Susanto,H. 1992. Memelihara Cupang. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Yustina, A. Darmawati. 2003. Daya tetas dan laju pertumbuhan larva ikan hias Betta splendens
di habitat buatan. Jurnal Natur Indonesia, 5(2), 129-132.
Yusuf, A., Koniyo, Y., & Muharam, A. (2015). Pengaruh Perbedaan Tingkat Pemberian Pakan
Jentik Nyamuk terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Cupang. Jurnal Nike, 3(3).
Science Education and Application Journal (SEAJ) Pendidikan IPA Universitas Islam Lamongan, Maret 2020. Vol. 2, No.1 | |34