Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

89-Article Text-248-3-10-20191208

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Nursing ArtsVol.

XIII, Nomor 1, Juni 2019


Nursing Arts,
Vol XIII, No 01, Juni 2019,
ISSN : 1978-6298 (Print)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus


Dan Hipertensi Dalam Mengikuti Kegiatan Prolanis
1
Suriani,S. L. 1Momot,1Yogik Setia Anggreni
1
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Sorong
Email : Yogiksetiaanggreni@gmail.com

Artikel history
th
Dikirim, Februari 4 , 2019
Ditinjau, Februari 18th, 2019
Diterima, Juni 13th, 2019

ABSTRACK
Degenerative disease is currently a very important concern in the public health sector,
because it has a predicate as a cause of high rates of morbidity and mortality. Therefore, the management
of degenerative diseases such as diabetes mellitus and hypertension must be truly implemented. Prolanis
activities launched by the government to help manage diabetes mellitus and hypertension have been
promoted. However, there are still various problems such as lack of adherence to visits. Research
Objectives: To determine the factors associated with adherence to patients with diabetes mellitus and
hypertension in taking part in prolanist activities in the puskesmas in the city of Sorong. Research
methodology: This type of research is quantitative research using a cross sectional approach. The
number of samples is 25 respondents taken using accidental sampling technique. The measuring
instrument used in this study is a questionnaire. Results: Chi square statistical test results of the
relationship of access to services with compliance obtained 0.072> 0.05. Long membership relationship
with compliance obtained 0.024 <0.05. The relationship between the availability of facilities and
facilities and compliance was 0.58 <0.05. Conclusion: Access to prolanis services has nothing to do with
respondents' compliance in participating in prolanist activities. Long time being a member of Prolanis
has a relationship with the compliance of respondents in participating in prolanis activities. The
availability of facilities and facilities is not related to the compliance of respondents in participating in
prolanist activities.
Keywords: Hypertension, diabetes mellitus, prolanis, access to services, length of membership,
availability of facilities and facilities

ABSTRAK
Penyakit degeneratif saat ini menjadi perhatian yang sangat penting pada sektor kesehatan
masyarakat, karena memiliki predikat sebagai penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian. Oleh
sebab itu, penatalaksanaan penyakit degeneratif seperti diabetes melitus dan hipertensi harus benar-
benar dilaksanaakan. Kegiatan Prolanis yang dicanangkan pemerintah untuk membantu
penatalaksanaan diabetes melitus dan hipertensi telah digalakan. Namun, masih terdapat berbagai
masalah seperti kurang patuh dalam kunjungan. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui factor-faktor
yang berhubungan dengan kepatuhan pasien diabetes mellitus dan hipertensi dalam mengikuti kegiatan
prolanis di puskesmas malanu kota sorong. Metodologi penelitian : Jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel adalah 25 responden yang
diambil menggunakan teknik accidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa
kuesioner. Hasil : Hasil uji statistik chi square hubungan akses ke pelayanan dengan kepatuhan
didapatkan 0.072>0.05. Hubungan lama keanggotaan dengan kepatuhan didapatkan 0.024<0.05.
Hubungan ketersediaan sarana dan fasilitas dengan kepatuhan didapatkan 0.58<0.05. Kesimpulan :
Akses ke pelayanan prolanis tidak ada hubungan dengan kepatuhan responden dalam mengikuti kegiatan
prolanis. Lama menjadi anggota Prolanis ada hubungan dengan kepatuhan responden dalam mengikuti
kegiatan prolanis. Ketersediaan sarana dan fasilitas prolanis tidak ada hubungan dengan kepatuhan
responden dalam mengikuti kegiatan prolanis.
Kata Kunci : Hipertensi, Diabetes Melitus, Prolanis, Akses Pelayanan, Lama Keanggotaan,
Ketersediaan Sarana Dan Fasilitas.

54
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

PENDAHULUAN defisiensi insulin relatif atau absolut


Penyakit tidak menular saat ini (Inzuchi, 2003). Gambaran patologik
menjadi perhatian yang sangat penting diabetes melitus sebagian besar dapat
pada sektor kesehatan masyarakat, dihubungkan dengan salah satu efek
karena memiliki predikat sebagai utama akibat kurangnya insulin yaitu
penyebab tingginya angka kesakitan berkurangnya pemakaian glukosa oleh
dan kematian. Berdasarkan Global sel-sel tubuh. Peningkatan
Status Report on Non-communicable metabolisme lemak yang
Disease sebanyak 63% kematian di menyebabkan terjadinya metabolisme
dunia disebabkan oleh penyakit tidak lemak abnormal disertai endapan
menular, seperti penyakit kolesterol pada dinding pembuluh
kardiovaskuler, diabetes, kanker, dan darah sehingga timbul gejala
penyakit pernafasan, dan 80%-nya aterosklerosis serta berkurangnya
terjadi di negara berpendapatan protein dalam jaringan tubuh (Guyton,
menengah ke bawah (lower-middle 2006).
income) (WHO, 2015). Menurut laporan badan kesehatan
WHO memperkirakan, secara dunia (WHO), pada tahun 2016
global, kasus kematian akibat penyakit sebanyak 18.060.000 juta jiwa di
tidak menular akan meningkat Indonesia menderita diabetes melitus.
sebanyak 52 juta jiwa dalam kurun Diperkirakan akan meningkat menjadi
waktu 1 dekade (2010 – 2020). 12 juta jiwa pada tahun 2020.
Peningkatan kasus kematian tertinggi Berdasarkan data ini dapat terlihat
berada di wilayah Afrika, Asia bahwa akan terjadi peningkatan 2
Tenggara, dan Mediterania Timur sampai 3 kali lipat penderita diabetes
dengan persentase lebih dari 20%. melitus di Indonesia pada tahun 2030.
Penyakit tidak menular yang menjadi Indonesia sendiri menduduki peringkat
penyebab kematian utama di dunia ke lima setelah Bangladesh, Bhutan,
adalah penyakit kardiovaskuler (17 Korea Selatan dan India (WHO, 2016).
juta kematian atau 48% dari kematian Prevalensi penyakit diabetes di Papua
akibat penyakit tidak menular), kanker Barat sebesar 0,8%, tertinggi di
(7,6 juta kematian atau 21% dari Kabupaten Nabire sebesar 1,8%.
kematian akibat penyakit tidak Prevalensi penyakit tumor/ kanker
menular), penyakit pernafasan, sebesar 0,3%, tertinggi di Kabupaten
termasuk asma dan PPOK (4,2 juta Merauke, Asmat, dan Sarmi masing-
kematian), dan diabetes (1,3 juta masing 1,1% (Profil Kesehatan Papua,
kematian). Lebih dari 80% kematian 2014).
akibat penyakit kardiovaskuler dan Selain diabetes mellitus, penyakit
diabetes terjadi di negara menular dan generatif yang masih
berpendapatan menengah ke bawah menjadi masalah kesehatan serius di
(WHO, 2015). seluruh dunia adalah hipertensi.
Diabetes Melitus (DM) adalah Penyebabnya antara lain prevalensi
suatu sindroma gangguan metabolisme hipertensi yang semakin meningkat,
yang ditandai dengan hiperglikemia sedikitnya penderita yang
yang berhubungan dengan mendapatkan terapi adekuat, masih
abnormalitas metabolisme karbohidrat, banyaknya penderita yang tidak
lemak dan protein, disebabkan oleh terdeteksi, serta tingginya morbiditas

55
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

dan mortalitas akibat komplikasi terjadinya penyakit kardiovaskuler.


hipertensi (Suiraoka, 2012). Organisasi Disamping itu, kemungkinan
Kesehatan Dunia tahun 2013 timbulnya gangguan koroner semakin
menyebutkan bahwa hampir 9.4 juta besar ketika dua masalah tersebut
jiwa diseluruh dunia menderita terjadi bersamaan. Hipertensi
hipertensi dan masalah ini terus berhubungan dengan gangguan lipid
meningkat. Asia tenggara merupakan darah melalui banyak cara dan
region yang memiliki penderita memberi kontribusi pada keseluruhan
hipertensi tertinggi ke-5 di dunia resiko terjadinya penyakit
(WHO, 2013). kardiovaskuler (Hamano, 2012).
Indonesia merupakan negara Dislipidemia, hipertensi, dan
tertinggi ke-2 di Asia Tenggara diabetes melitus telah disorot sebagai
setelah Myanmar yang memiliki prediktor awal penyakit
prevalensi hipertensi yang cenderung kardiovaskuler (Mozaffarian et al.,
meningkat. Persentase penderita 2008). Hipertensi adalah penyakit
hipertensi di Indonesia meningkat dari yang umum menyertai pada pasien
8% pada tahun 1995 menjadi 32% di diabetes dan pada hakekatnya
tahun 2008. Peningkatan presentase meningkatkan risiko terjadinya
ini terjadi pada pria dengan 42.7% penyakit kardiovaskuler pada
dibandingkan wanita yang hanya populasi pasien ini. Salah satu faktor
39.2% (WHO, 2013). Angka kejadian yang berpengaruh terhadap terjadinya
hipertensi di Papua Barat juga hipertensi adalah meningkatnya kadar
cenderung meningkat dari tahun ke LDL kolesterol pada penderita
tahun. Berdasarkan laporan rumah diabetes melitus tipe 2 (Aurelio
sakit dan Puskesmas di Papua Barat, Leone, 2011). Studi Framingham
prevalensi kasus hipertensi pada tahun melaporkan bahwa LDL kolesterol
2013 yaitu sebanyak 179.874 kasus merupakan suatu komponen yang
(InFoDatin, 2013). aterogenik mempunyai dampak klinis
Diabetes melitus tipe 2 dan pada penyakit kardiovaskuler (Ansari
hipertensi merupakan faktor risiko et al, 2012).
lesi aterosklerosis yang berhubungan Melihat banyaknya kasus
dengan dislipidemia (Nguyen, T, hipertensi dan diabetes melitus di
2012). Pasien diabetes melitus tipe 2 Indonesia yang semakin meningkat
mempunyai beberapa abnormalitas setiap tahunnya, didukung LDL yang
lipid, meliputi peningkatan merupakan salah satu faktor
trigliserida plasma (karena terjadinya hipertensi pada diabetes
peningkatan very low density melitus, maka peneliti ingin meneliti
lipoprotein dan lipoprotein remnant), perbedaan kadar LDL pada pasien
peningkatan kadar low density diabetes melitus tipe 2 dengan
lipoprotein dan penurunan kadar high hipertensi dan tanpa hipertensi.
density lipoprotein kolesterol Komplikasi diabetes yang dapat
(Muliyati Hepti, 2011). terjadi yaitu kebutaan. Kebutaan pada
Menurut Umiyati (2011), penderita diabetes melitus di
hipertensi dan abnormalitas lipid Indonesia diperkirakan 6,4% dari
sering terjadi bersamaan. Masing- 64% penderita yang mengalami
masing merupakan faktor risiko komplikasi (Sitompul, 2011). Upaya

56
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

pencegahan merupakan cara terbaik kunci pokok keberhasilan program


dalam menghindari komplikasi terapi diabetes melitus dan hipertensi
diabetes melitus. Pencegahan (Budiyani, 2011).
komplikasi yang dapat dilakukan Penyakit hipertensi tersebut
berupa pemeriksaan dan pengobatan dapat di atasi dengan cara
tekanan darah, perawatan kaki mengurangi rokok, minuman yang
diabetes, pemeriksaan mata secara berakohol, makanan yang
rutin pemeriksaan protein dalam mengandung banyak garam, olahraga
urine, menghentikan kebiasaan yang teratur, jangan melakukan
merokok. Penyakit ini tidak dapat aktifitas fisik dan otak yang
disembuhkan, tetapi bisa dikelola berlebihan, menghindari stress,
dengan mematuhi empat pilar depresi serta harus dapat mengontrol
penatalaksanaan diabetes melitus emosi, menerapkan pola dan gaya
meliputi pendidikan kesehatan, hidup yang teratur dan selaras dengan
perencanaan makan/diet, latihan fisik ajaran agama, serta rutin
teratur dan minum obat hipoglikemik berkonsultasi dengan dokter (Pinzon,
oral (OHO) atau insulin seumur 2009). Salah satu program
hidup (Soegondo, 2005). pemerintah yang mendorong
Sacket dalam Niven (2005), penderita penyakit kronis termasuk
menyatakan untuk mendapatkan pasien diabetes melitus dan hipetensi
status kesehatan lebih baik, penderita untuk mencapai kualitas hidup yang
diabetes melitus dianjurkan untuk optimal adalah dengan
patuh dalam melaksanakan diselanggarakannya Prolanis
penatalaksanaan diabetes melitus. (Program Pengelolaan Penyakit
Faktor yang mempengaruhi Kronis). Dengan adanya aktifitas
kepatuhan pada penderita diabetes konsultasi medis/edukasi, home visit,
mellitus antara lain kepercayaan diri, reminder, aktifitas klub dan
pengetahuan tentang penyakit, pemantauan kesehatan diharapkan
dukungan keluarga dan pendidikan para penyandang penyakit kronis
nutrisi. Prinsip untuk meningkatkan dapat mencegah terjadinya
kepatuhan meliputi dukungan yang komplikasi penyakit. Hal tersebut
positif untuk menghindari juga diterapkan di Puskesmas Malanu
kecemasan, pemberian informasi Kota Sorong yang telah
secara bertahap, mulai dengan hal menyelenggarakan kegiatan Prolanis
sederhana, penggunaan alat bantu yang di khususkan untuk penyakit
pandang (audio visual), lakukan diabetes mellitus dan hipertensi.
pendekatan dan stimulasi, materi Berdasarkan studi
penyuluhan meliputi pengaturan diet pendahuluan yang dilakukan,
yang ditekankan pada 3 J : jenis, didapatkan data bahwa anggota
jadwal dan jumlah diet yang Prolanis yang menderita diabetes
diberikan kepada pasien diabetes melitus dan hipertensi sebanyak 42
melitus dan hipertensi. Disamping itu pasien. Namun kunjungan anggota
materi penyuluhan difocuskan pada mengalami penurunan yaitu rata-rata
aktifitas fisik secara teratur dan enam bulan terakhir ini adalah 27
penggunaan obat anti diabetik secara anggota dengan berbagai alasan.
realistis. Ketiga hal ini merupakan Padahal kegiatan di Prolanis cukup

57
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

beragam seperti penyuluhan, mengetahui factor-faktor yang


pemeriksaan gulah darah, berhubungan dengan kepatuhan
penimbangan berat badan dan pasien diabetes melitus dan hipertensi
pengukuran tinggi badan. dalam mengikuti kegiatan Prolanis di
Berdasarkan latar belakang puskesmas malanu.
tersebut, penulis tertarik untuk

METODE Kota Sorong pada tanggal 16 Agustus


Jenis penelitian ini adalah 2017. Populasi dalam penelitian ini
penelitian kuantitatif dengan adalah seluruh anggota Prolanis di
menggunakan pendekatan cross Puskesmas Malanu Kota Sorong yang
sectional, yaitu rancangan penelitian berjumlah 42 orang. Sampel dalam
dengan melakukan pengukuran atau penelitian ini berjumlah 25 anggota
pengamatan pada saat bersamaan atau Prolanis di Puskesmas Malanu Kota
sekali waktu (Hidayat, 2007; Sorong.
Nursalam, 2003). Penelitian ini
dilaksanakan di Puskesmas Malanu
HASIL
1. Karakteristik responden
Distribusi responden menurut umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 1. Distribusi karakteristik responden
Karakteristik F %
Penyakit yang diderita
Diabetes melitus 5 20
Hipertensi 12 48
DM & Hipertensi 8 32
Total 25 100
Umur
45 -59 tahun 16 64
60 -74 tahun 8 32
75 – 90 tahun 1 40
Total 25 100
Jenis kelamin
Laki-Laki 8 32
Perempuan 17 68
Total 25 100
BTingkat pendidikan
eRendah 14 56
rMenengah 7 28
dPerguruan tinggi 4 16
aTotal 25 100
sJenis pekerjaan
aTidak kerja 23 92
rBekerja 2 8
kTotal 25 100

58
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

Berdasarkan tabel 1 responden, berjenis kelamin


didapatkan bahwa sebagian perempuan sebanyak 17
besar responden yang (68%) responden.
terlibat dalam penelitian ini Responden ini
menderita Hipertensi berpendidikan rendah 14
sebanyak 12 (48%) (56%) dan tidak bekerja 23
responden yang berusia 45- (92%)
59 tahun sebanyak 16 (64%)

2.Analisa Univariat
Tabel 2. Distribusi lama keanggotaan Prolanis dan tingkat kepatuhan serta
pandangan terhadap ketersediaan fasilitas Prolanis, akses ke
Prolanis di Prolanis Puskesmas Malanu Kota Sorong
Variabel f %
Ketersediaan fasilitas Prolanis
Kurang 3 12
Cukup 12 48
Baik 10 40
Total 25 100
Akses ke Prolanis
<2 KM 13 52
≥ 2 KM 12 48
Total 25 100
Lama keanggotaan Prolanis
< 1 tahun 3 12
≥ 1 tahun 22 88
Total 25 100
Tingkat kepatuhan
Tidak patuh (hadir < 3 kali) 10 40
Patuh (hadir >_3 kali) 15 60
Total 25 100
Sumber, Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 2 didapatkan (52%) responden. Sebagian


bahwa 12 (48%) responden besar responden sudah menjadi
berpandangan bahwa fasilitas anggota Prolanis ≥ 1 tahun yaitu
Prolanis cukup untuk 22 (88%) responden dengan
dilaksanakannya kegiatan tingkat kepatuhan 15 (60%)
Prolanis. Akses responden ke dalam 3 bulan terakhir.
pelayanan prolanis sebagian
besar < 2 Km yaitu sebanyak 13
melitus dan hipertensi dalam
2. Analisa bivariat mengikuti kegiatan Prolanis
a. Hubungan akses ke di Puskesmas Malanu Kota
pelayanan Prolanis terhadap Sorong
kepatuhan pasien diabetes

59
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

Tabel 3. Tabel silang hubungan akses ke fasilitas pelayanan Prolanis


terhadap kepatuhan pasien diabetes melitus dan hipertensi dalam
mengikuti kegiatan Prolanis di Puskesmas Malanu Kota Sorong
Tahun 2017

Kepatuhan
Total
Akses Ke Prolanis Tidak patuh Patuh
f % f % f %
<2 KM 3 23.1 10 76.9 13 100
≥ 2 KM 7 58.3 5 41.7 12 100
Total 10 40 15 60 25 100
2
α: 0.05 X: 0.072
Sumber : Hasil tabulasi silang, 2017

Berdasarkan tabel 4.3 dapat di menggunakan uji statistik chi


jelaskan bahwa akses ke Prolanis square didapatkan p Value=
< 2 km terhadap kepatuhan yang (0.072) > (a= 0.05) maka HO di
tidak patuh lebih sedikit (23.1) terima atau tidak ada hubungan
daripada yang patuh (76.9) anatara akses ke pelayanan
sedangkan akses ke pelayanan prolanis dengan kepatuhan pasien
prolanis ≥ 2 km terhadap diabetes militus dan hipertensi
kepatuhan yang tidak patuh lebih dalam mengikuti kegiatan Prolanis
besar (58.3) daripada yang patuh di puskesmas malanu Kota
(41.7). Hasil penelitian dengan Sorong.

b. Hubungan lama keanggotaan dalam mengikuti kegiatan


terhadap kepatuhan pasien Prolanis
diabetes melitus dan hipertensi

Tabel 4 Tabel silang hubungan lama keanggotaan terhadap kepatuhan


pasien diabetes melitus dan hipertensi dalam mengikuti
kegiatan Prolanis di Puskesmas Malanu Kota Sorong tahun
2017

Kepatuhan
Total
Lama Keanggotaan Tidak patuh Patuh
F % f % f %
< 1 tahun 3 100 0 0 3 100
≥ 1 tahun 7 31.8 15 68.2 22 100
Total 10 40 15 60 25 100
α: 0.05 X2:0.024
Sumber : Data Primer, 2017

60
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

Berdasarkan tabel 4 dapat di menggunakan uji statistik chi


jelaskan bahwa lama square didapatkan pValue=
keangotaan <1 tahun terhadap (0.024) < (a= 0.05) maka HO di
kepatuhan yang tidak patuh tolak atau ada hubungan antara
lebih besar (100%) daripada lama keanggotaan prolanis
yang patuh (0%). Sedangkan dengan kepatuhan pasien
lama keanggotaan ≥1 tahun diabetes militus dan hipertensi
terhadap kepatuhan yang tidak dalam mengikuti kegiatan
patuh lebih sedikit (31.8%) Prolanis di puskesmas malanu
daripada yang patuh (68,2%). Kota Sorong.
Hasil penelitian dengan

c.Hubungan ketersediaan sarana hipertensi dalam mengikuti


dan fasilitas terhadap kepatuhan kegiatan Prolanis
pasien diabetes melitus dan

Tabel 5. Tabel silang hubungan ketersediaan sarana dan fasilitas


terhadap kepatuhan pasien diabetes melitus dan hipertensi
dalam mengikuti kegiatan Prolanis di Puskesmas Malanu
Kota Sorong tahun 2017

Ketersediaan Kepatuhan
Total
Sarana dan Tidak patuh Patuh
Fasilitas F % F % F %
Kurang 3 100 0 0 3 100
Cukup 5 41.7 7 58.3 12 100
Baik 2 20 8 80 10 100
Total 10 40.0 15 60.0 25 100
α: 0.05 X2: 0.058
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 5 dapat penelitian dengan


dijelaskan bahwa menggunakan uji statistik
ketersediaan sarana dan fisher didapatkan p value =
fasilitas kurang terhadap (0.058) > (a = 0.05)
kepatuhan tidak patuh lebih artinya ketersediaan sarana
besar (100%) dari pada yang dan fasilitas Prolanis tidak
patuh (0%). Ketersediaan ada hubungan dengan
saran dan fasilitas cukup kepatuhan pasien diabetes
terhadap kepatuhan yang mellitus dalam mengikuti
tidak patuh lebih sedikit kegiatan Prolanis di
(41.7%) dari pada yang patuh puskesmas malanu Kota
(58.3%). Ketersedian sarana Sorong
dan fasilitas baik terhadap
kepatuhan yang tidak patuh
lebih sedikit (20%) dari pada
yang patuh (80%). Hasil

61
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

b. Pembahasan terhadap informasi (Barnes,


1. Hubungan akses ke pelayanan Darryl E. 2004). Di Kelurahan
terhadap kepatuhan pasien Malanu, akses ke pelayanan
diabetes mellitus dan hipertensi kesehatan yang menyediakan
dalam mengikuti kegiatan pelayanan Prolanis telah
prolanis di Puskesmas Malanu tersedia. Namun, akses terlalu
Kota Sorong jauh dari pemukiman. Biasanya
Hasil penelitian yang semakin jauh jarak/letak
dilakukan bahwa tidak ada fasilitas kesehatan akan
hubungan antara akses semakin enggan mereka datang.
kepelayanan dengan kepatuhan Teori Andersen dan
responden dalam mengikuti Newman (2005) menyatakan
kegiatan Prolanis, yang bahwa aksesibilitas merupakan
ditunjukkan dengan hasil uji komponen pendukung yang
statistik chy square X2 0.072 (p menyebabkan masyarakat
value > 0.05). Aksebilitas menggunakan pelayanan
dalam penelitian ini diukur dari kesehatan. Tidak adanya
jarak tempuh responden ke pengaruh yang bermakna antara
fasilitas pelayanan yang terbagi aksesibilitas dengan kepatuhan
menjadi >2 km dan <2 km. kunjungan ke Prolanis dalam
Hasil penelitian ini berbeda penelitian ini menunjukkan
dengan penelitian (Darmono. bahwa hal tersebut terkait
2009) yang menemukan bahwa dengan waktu tempuh dan
terdapat pengaruh aksesibilitas beratnya medan tempuh/lokasi
terhadap pemanfaatan geografis. Hal ini sejalan
puskesmas ditinjau dari dengan penelitian Naingolan et
frekuensi pengguna jasa pada al (2016) bahwa ada hubungan
puskesmas kecamatan di yang bermakna antara waktu
wilayah Jakarta Pusat. tempuh ke fasilitas kesehatan
Penelitian Adri (2008) juga upaya kesehatan berbasis
menemukan bahwa ada masyarakat (UKBM), waktu
pengaruh antara faktor tempuh ke fasilitas kesehatan
geografis (jarak, waktu tempuh, non UKBM dengan
dan sarana transportasi) kelengkapan imunisasi anak
terhadap antenatal care. bawah dua tahun (baduta)
Akses kepelayanan setelah dikontrol oleh variabel
Prolanis dapat mencakup jarak. umur ibu, pendidikan ibu,
Jarak membutuhkan waktu pekerjaan ibu, status sosial
tempuh dan biaya. Tempat ekonomi keluarga, dan wilayah
pelayanan yang lokasinya tidak tempat tinggal.
strategis/sulit dicapai oleh para Hal ini sesuai dengan
pasien menyebabkan pendapat Andersen (2005) yang
berkurangnya akses pasien menjelaskan bahwa salah satu
diabetes melitus dan hipertensi faktor yang mempengaruhi
terhadap pelayanan Prolanis. perilaku pemanfaatan pelayanan
Walaupun ketersediaan kesehatan adalah kebutuhan
pelayanan kesehatan sudah yang dirasakan (Perceived
memadai, namun Need). Seseorang yang merasa
penggunaannya tergantung dari sakit akan memanfaatkan
aksesibilitas masyarakat pelayanan kesehatan dan

62
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

sebaliknya, seseorang yang anggota Prolanis atau dengan


sebenarnya membutuhkan anggota professional kesehatan
pelayanan kesehatan tetapi merupakan bagian yang penting
merasa sehat tidak akan dalam menentukan derajat
memanfaatkan pelayanan kepatuhan (Robins, 2003).
kesehatan. Riset tentang faktor-
faktor interpersonal yang
2. Hubungan lama keanggotaan mempengaruhi kepatuhan
terhadap kepatuhan pasien terhadap program terapi
diabetes mellitus dan hipertensi menunjukkan pentingnya
dalan mengikuti kegiatan sensitifitas tenaga kesehatan
prolanis di puskesmas malanu professional terhadap
Hasil uji statistik komunikasi verbal dan non
didapatkan lama menjadi verbal pasien, dan empati
anggota Prolanis berhubungan terhadap perasaan klien, akan
dengan kepatuhan responden menghasilkan suatu kepatuhan
dalam mengikuti kegiatan sehingga akan menghasilkan
Prolanis dengan hasil chy suatu kepuasan. Sunaryo (2006)
square X2 0.024. Hasil mendefinisikan interaksi sosial
penelitian ini berbeda dengan adalah suatu hubungan antara
penelitian Maretha (2011) dua atau lebih individu manusia
bahwa tidak terdapat hubungan dimana kelakuan individu yang
secara statistik antara lamanya satu mempengaruhi, mengubah
menjadi anggota kader dengan atau memperbaiki kelakuan
tanggapan kader terhadapt individu yang lain.
kunjungan masyarakat di Ada dua syarat agar
Posyandu Puskesmas Jatimulya terjadi interaksi sosial yaitu
Kecamatan Tambun Selatan adanya kontak sosial dan
Kabupaten Bekasi tahun 2011. komunikasi. Kontak sosial
Hal ini disebabkan kader tetap merupakan aksi individu atau
memberikan kemampuannya kelompok dalam bentuk isyarat
kepada masyarakat karena telah yang memiliki makna bagi si
menjadi tugas dan tanggung pelaku dan si penerima
jawab. membalas aksi tersebut dengan
Lama keanggotaan reaksi. Komunikasi hampir
diekspresikan sebagai sama dengan kontak, tetapi
pengalaman yang menunjukan adanya kontak belum tentu ada
hubungan yang positif dengan komunikasi. Kontak tanpa ada
kepatuhan. Hal tersebut komunikasi tidak ada artinya.
mengindikasikan bahwa Soekanto (2001).
semakin lama keanggotaan Program-program
seseorang, semakin menunjukan pengobatan dapat dibuat
pemahamannya ia akan sesederhana
aktifitasnya. Lama menjadi mungkin dan pasien terlibat
anggota Prolanis menyebabkan aktif dalam pembuatan program
pasien menjadi terbiasa dengan tersebut. Semakin lama seorang
situasi di dalam anggota. Hal ini pasien menjadi anggota
terbangun atas kualitas interaksi Prolanis, akan menentukan
yang terbangun sejak lama. adaptasi terhadap keadaan dan
Kualitas interaksi antara kegiatan yang berlangsung.

63
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

Niven (2002) mengungkapkan yang baik akan mempengaruhi


bahwa derajat kepatuhan minat pasien untuk datang
bervariasi sesuai apakah mengikuti kegiatan Prolanis dan
program tersebut kuratif atau secara langsung akan
preventif, jangka panjang atau mempengaruhi taraf kesehatan
jangka pendek. Kepatuhan yang lebih baik (Sukamto,
pasien terhadap program terapi 2007). Fasilitas atau sarana
yang bersifat kuratif dan dalam diperlukan untuk mendukung
jangka waktu pendek memiliki terjadinya perilaku patuh.
presentase kepatuhan yang lebih Puskesmas Malanu
tinggi dibandingkan dengan memiliki ruang Prolanis sebagai
kepatuhan terhadap program fasilitas untuk berkumpul setiap
terapi yang bersifat preventif bulannya. Tampak sangat
dan memiliki jangka waktu nyaman untuk digunakan
yang lama. sebagai tempat berkumpul.
Dimensi kenyamanan dalam
3. Hubungan ketersediaan sarana mutu pelayanan tidak
dan fasilitas terhadap kepatuhan berhubungan langsung dengan
pasien diabetes mellitus dalam efektivitas layanan kesehatan,
mengikuti kegiatan prolanis di tetapi mempengaruhi kepuasan
puskesmas malanu pasien sehingga mendorong
Hasil uji statistik pasien untuk datang berobat
didapatkan ketersediaan sarana kembali (Pohan,2006).
dan fasilitas Prolanis tidak ada Menurut Satrinegara
hubungan dengan kepatuhan (2014), dimensi dari kualitas
responden dalam mengikuti pelayanan kesehatan yang telah
kegiatan Prolanis hasil uji fisher banyak digunakan untuk
X2 0.058. Hasil penelitian ini mengukur mutu pelayanan
berbeda dengan penelitian kesehatan salah satunya adalah
Wulansari (2012) bawa terdapat bukti nyata/dapat di raba
hubungan antara kualitas (Tangibels). Wujud kenyataan
pelayanan termasuk fasilitas secara fisik yang meliputi
(tangibles) dengan kepuasan ibu penampilan dan kelengkapan
hamil terhadap pelayanan di fasilitas fisik seperti ruang
BPRB Fitri Griya Husada perawatan, gedung, tersedianya
Sewon Bantul. Menurut tempat parkir kebersihan,
Notoatmodjo (2003) perilaku kerapian, dan kenyamanan
dapat disebabkan oleh banyak ruangan tunggu dan ruang
faktor. Faktor - faktor yang pemeriksaan, kelengkapan
mempengaruhi perilaku antara peralatan komunikasi dan
lain pendidikan, pengetahuan, penampilan.
sikap dan fasilitas. Penelitian ini Jika pasien hipertensi dan
justru ketersediaan fasilitas diabetes melitus memasuki
kesehatan berpengaruh pada fasilitas Prolanis dengan
kepatuhan pasien hipertensi dan serangkaian harapan dan
diabetes melitus untuk patuh keinginan dan pada
mengikuti prolanis. kenyataannya pengalamannya
Fasilitas kesehatan selama mendapatkan pelayanan
merupakan prasarana dalam di fasilitas kesehatan lebih baik
pelayanan kesehatan. Fasilitas seperti apa yang diharapkannya

64
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

maka dia akan patuh. Di dalam Universitas Sumatera


situasi fasilitas kesehatan Utara.(Online) diakses tanggal 26
Prolanis, harus mengutamakan Juni 2017.
pihak yang dilayani (client Ain Fathmi. 2012.Hubungan Indeks
oriented) karena pasien adalah Massa Tubuh dengan KadarGula
klien yang terbanyak. Oleh Darah Pada Penderita Diabetes
sebab itu, banyak sekali Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit
manfaat yang dapat di peroleh Umum Daerah Karanganyar.
bila mengutamakan kepuasan American Diabetes Association, 2015.
pasien. Standards of Medical Care in
Diabetes -2008. Diakses pada
KESIMPULAN tanggal 5 Agustus 2017 dari
1. Tidak terdapat hubungan antara http://www.ndei.org/v2/website/go
akses ke pelayanan prolanis dengan /articles/Standards_of_medical_car
kepatuhan dalam mengikuti e_in diabetes__2008_/
kegiatan Prolanis di Puskesmas American Heart Association. (2012).
Malanu Kota Sorong. Hearth Disease and Stroke
2. Tidak terdapat hubungan antara Statistik. Diakses pada tanggal 5
ketersediaan sarana dan fasilitas Agustus 2017 dari
dengan kepatuhan pasien dalam http://ahajournal.org.com.
mengikuti kegiatan Prolanis di Andersen, Ronald & John F. Newman,
Puskesmas Malanu Kota Sorong. 2005, ‘Societal and Individual
3. Terdapat hubungan antara lama Determinants of Medical Care
keanggotaan dengan kepatuhan Utilization in the United States’.
pasien dalam mengikuti kegiatan The Milbank Quarterly
Prolanis di Puskesmas Malanu Kota Ansari, R., Khosvari, A. & Bahonar,
Sorong. A., 2012. Risk factors of
atherosclerosis in male smokers,
passive smokers, and hypertensive
nonsmokers in central Iran.
ARYA atherosclerosis, 8(2), pp.90–
5. Available at:
SARAN http://www.pubmedcentral.nih.gov
Bagi peneliti selanjutnya perlu /articlerender.fcgi?artid=3463995
dilakukan penelitian lebih mendalam &tool=p
menggunakan lembar observasi dan mcentrez&rendertype=abstract
wawancara mendalam selain kuesioner [Akses tanggal 5 April 2017].
dengan menggunakan variabel lain Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian :
sehingga lebih mendapatkan data yang Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi
lengkap. Peneliti lain juga diharapkan Revisi). Jakarta : Rineka Cipta
melakukan penelitian jangka panjang Barnes, Darryl E. 2004. Program
dengan sampel yang ideal. Olahraga: Diabetes Mellitus.Alih
bahasa: Aburiyati. Yogyakarta:
DAFTAR PUSTAKA PT. Citra Aji Parama.
Adri, 2008. factor- factor yang
mempengaruhi cakupan program Bhadoria, A., Kasar, P. & Toppo, N.,
pemeriksaan kehamilan (K1 dan 2014. Prevalence of hypertension
K4) di Puskesmas Runding and associated cardiovascular risk
subulussalam provinsi NAD. factors in Central India. Journal of
Tesis. Sekolah pasca sarjana family & community medicine,

65
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

21(1), pp.29–38. Available at: Fitriyanti, 2005 : Motivasi Penderita


http://www.pubmedcentral.nih.gov Diabetes Melitus Tipe II Dalam
/articlerender.fcgi?artid=3966094 Mengikuti Kegiatan Olah raga
&tool=p Pada anggota PERSADIA Cabang
mcentrez&rendertype=abstract Pekalongan.
[Akses tanggal 5 April 2017]. Gerungan, W.A. 2004.PsikologiSosial,
Bhadoria, A., Kasar, P. & Toppo, N., PT. Refika Aditama, IKAPI,
2014. Prevalence of hypertension Bandung
and associated cardiovascular risk Goldenberg, R., Mikalachki, A.,
factors in Central India. Journal of Prebtani., Punthakee, Z. 2013.
family & community medicine, Reducing the Risk of Developing
21(1), pp.29–38. Available at: Diabetes. Canadian Diabetes
http://www.pubmedcentral.nih.gov Association Clinical Practice
/articlerender.fcgi?artid=3966094 Guidelines Expert Committee,
&tool=p Canadian Journal of Diabetes
mcentrez&rendertype=abstract Volume 13
[Akses tanggal 5 April 2017]. Guyton. 2007. Fisiologi Manusia dan
BPJS Kesehatan. 2014.Panduan Praktis Mekanisme Penyakit. EGC.
Prolanis (Program Pengelolaan Jakarta.
Penyakit Kronis). Jakarta: BPJS Hamano, T., Kimura, Y. & Takeda,
Kesehatan. 2012. Effect of environmental and
Bustan M.N. 2007. Epidemiologi: lifestyle factors on hypertension:
Penyakit Tidak Menular; Rineka Shimane COHRE study. PloS one,
Cipta, Jakarta. 7(11), p.e49122. Available at:
Canadian Diabetes Association, 2008. http://www.pubmedcentral.nih.gov
Guidelines for the Nutritional /articlerender.fcgi?artid=3494668
Management of Diabetes Mellitus &tool=p
in the New Millennium. Diakses mcentrez&rendertype=abstract
pada tanggal 5 Agustus 2017 dari [Akses tanggal 5 April 2017].
http://www.diabetes.ca/files/nutriti Henderina. 2010. DM Pada Lansia,
onal_guide_eng.pdf. Kasus Besar Interna. Diakses pada
tanggal 5 Agustus 2017 dari
Corwin, E. 2005. Buku Saku http//www.scribd.com/doc/724588
Patofisiologi. Jakarta 47/dm-pada-lansia
IDF(International Diabetes Federation)
Darmono. 2009. Pengaruh Pola Hidup 2005. Diabetes : A Major Risk
Klien Diabetes Untuk Mencegah Factor. Diakses pada tanggal 5
Komplikasi Kerusakan Organ- Agustus 2017 dari
Organ Tubuh. Diakses tanggal 26 http://www.idf.com.
Agustus 2017. Available at IDF(International Diabetes Federation).
http://edrints.undip.ac. 2003. Diabetes and Cardiovaskuler
id/371/1/Darmono. Disease. Diakses pada tanggal 5
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Agustus 2017 dari
Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Balai http://www.idf.com.
Pustaka.
Ehsa. (2010). Diabetes Melitus. Inzucchi, E., 2003. The Diabetes
Diakses pada tanggal 5 Agustus Melitus Manual. Singapura
2017 dari Jafar, Nurhaedar. 2010. Hipertensi.
http://ehsablog.com/diabetes- Makassar : fakultas kesehatan
melitus-dm.html masyarakat, 2010.

66
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

Diabetes Mellitus tipe 2 tipe 2 di


Muliyati Hepti, 2011. Hubungan Pola Indonesia. Jakarta.PB PERKENI
Konsumsi Natrium dan Kalium PERKENI, 2011. Konsensus
serta Aktivitas Fisik dengan Pengelolaan dan Pencegahan
Kejadian Hipertensi pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Rawat jalan di RSUP DR. Wahidin Indonesia, Diakses pada tanggal 5
Sudirohusodo Makasar. Agustus 2017 dari
http://journal.unhas.ac.id [Akses www.perkeni.org
tanggal 5 April 2017]. PERKENI. 2006. Konsensus
Nasution (2013) dengan judul Pengelolaan dan Pencegahan
Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Dukungan Keluarga dan Kader Indonesia. Jakarta : PB. PERKENI
terhadap Pemanfaatan Posyandu Price, S. A. 2005. Patofisiologi :
Lanjut Usia di Wilayah Kerja Konsep Klinis Proses-Proses
Puskesmas Bandar Dolok Penyakit (Edisi 6.Vol 2).
Kecamatan Pagar Merbau Jakarta:EGC
Kabupaten Deli Serdang. Diakses Sahlasaida. 2015. Penyakit Diabetes
pada tanggal 5 Agustus 2017 dari Melitus, Penyebab dan Gejalanya.
http://repository.usu.ac.id/bitstrea Diakses pada tanggal 5 Agustus
m/handle/123456789/35579/Cover 2017 dari
.pdf?sequence=7. http://tipkesehatan.com/2015/10/pe
Nguyen, T. & Lau, D.C.W., 2012. The nyakit-diabetes-melitus-penyebab-
obesity epidemic and its impact on dan-gejalanya/
hypertension. The Canadian Satrianegara, M. Fais. 2014. Organisasi
journal of cardiology, 28(3), dan Manajemen Pelayanan
pp.326–33. Available at: Kesehatan. Jakarta : Salemba
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm Medika.
ed/22595448 [Akses tanggal 5 Sitompul, R., 2011. Retinopati
April 2017]. Diabetik. Juornal Indonesia
Niven, N., 2008. Psikologi Kesehatan Medical Association. Vol 61.
Pengantar Untuk Perawat Dan 2011.
Profesional. Penerbit EGC Jakarta. Smeltzer, S.Bare,B. 2002. Buku Ajar
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Keperawatan Medikal Bedah.
penelitian kesehatan. Jakarta : PT. Brunner & Suddarth. Ed.8. Vol 2.
Rineka Cipta Jakarta: EGC
Nursalam. 2009. Konsep dan Soekanto Soerjono. 2001. Sosiologi:
Penerapan Metodologi Penelitian Suatu Pengantar. Jakarta: Raja
Ilmu Keperawatan : Pedoman Grafindo Persada.
Skipsi, Tesis, dan Instrumen Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu
Penelitian Keperawatan.Jakarta : Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers,
Salemba Medika 2012.
Pandelaki, K. (2009). Retinopati Subari, N.D. 2008. Hubungan Antara
diabetik. In A. W. Sudoyo, B. Dukungan Keluarga Dengan
setiyohadi, I. Alwi, M. S. K & S. Kepatuhan Penderita Diabetes
Setiati (Eds.),Buku ajar ilmu Mellitus Dalam Mengikuti Senam
penyakit dalam jilid III edisi v. di Klub Senam Diabetes Mellitus
Jakarta: InternaPublishing. RS dr. Oen Solo Baru. Skripsi
PERKENI 2011. Konsensus Fakultas Ilmu Kesehatan
Pengelolaan dan pencegahan Universitas Muhammadiyah
Surakarta

67
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

Subekti, I. (2009). Neuropati Diabetik. Suryabrata, Sunardi. 2002. Psikologi


In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Pendiidkan. Jakarta: PT. Raja
Alwi, M. S. K & S. Setiati (Eds), Grafindo Persada.
Buku ajar ilmu penyakit dalam Tjokroprawiro, A. (2006). Hidup Sehat
jilid III edisi v. Jakarta: dan Bahagia Bersama Diabetes
InternaPublishing. Melitus. ISBN 979-655-140-1.
Subekti, I., 2009. Organisasi Diabetes Jakarta: Gramedia.
di Indonesia. Dalam : Soegondo, Umiyati, S., 2011. Pengaruh kebiasaan
S., Soewondo,P., Subekti, I., merokok terhadap kejadian
Penatalaksanaan Diabetes Melitus hipertensi pada laki-laki usia di
Terpadu. Fakultas Kedokteran atas 40 tahun di Dusun Kampung
Universitas Indonesia, Jakarta : Baru Desa Sentul Kecamatan
231. Purwodadi Kabupaten Pasuruan
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil tahun 2011.
Proses Belajar Mengajar. http://fkm.unair.ac.id/detail [Akses
Bandung: Remaja Rosdakarya tanggal 5 April 2017].
Sugiarto, BW & Suprihatin. 2012. Usman, Uzer. 2009. Menjadi Guru
Kepatuhan Kontrol dengan Profesional . Bandung: PT. Remaja
Tingkat Kadar Gula Darah Pasien Rosdakarya.
Diabetes Mellitus di Rumah Sakit WHO. (2012). World Health Statistic.
Bapitis Kediri. Jurnal STIKES. Diakses pada tanggal 5 Agustus
Sugondo, 2007. Obesitas. Dalam: 2017 dari
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, http://search.who.int/search?q=pre
Simadibrata KM, Setiati S, editor valence+of+heart+failure&spell=1
(penyunting). Buku Ajar Ilmu &ie=utf8&site=who&clien
Penyakit Dalam Jilid III. Edisi ke
- 4. Jakarta : Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI; 2007.
Suiraoka, 2012. Penyakit Degeneratif,
Mengenal, Mencegah dan
Mengurangi Faktor Risiko 9
Penyakit Degeneratif, Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sunaryo. (2006). Psikologi untuk
Keperawatan. EGC: Buku
Kedokteran
Sundari, S., Aulani'am, A. & Wahono,
S., 2013. Faktor Risiko Non
Genetik dan Polimorfisme
Promoter Regionm Gen
CYP11B2Varian T(-344)C
Aldosterone Synthasepada Pasien
Hipertensi Esensial di Wilayah
Pantai dan Pegunungan. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 27(3),
pp.pp.169–177. Available at:
http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/ar
ticle/view/345 [Akses tanggal 5
April 2017].

68

You might also like