Kejadian Yang Mempengaruhi Remaja Laki-Laki Dalam Melakukan Masturbasi
Kejadian Yang Mempengaruhi Remaja Laki-Laki Dalam Melakukan Masturbasi
Kejadian Yang Mempengaruhi Remaja Laki-Laki Dalam Melakukan Masturbasi
Email: dindazahara45@gmail.com
ABSTRACT
Background Masturbation is the act of touching and stimulating one’s own genital with the intent of
achieving sexual pleasure. The stimulation may involve hands, fingers, casual objects, sex toys, or the
combination of these. Studies have proved that masturbation is a common sexual practice among both sexes,
occurs in almost all age groups, although there are variations. Among the adults, this is widely practiced in both
groups, non-married and married ones. In the age group of adolescents and young adults, masturbation is normal
consensus, with almost unanimous sounding amongst male juvenile. However, there is stigmatization that still
persists today especially in the societies with strict and strong religion-rooted values that masturbation is a taboo
or a deplorable act, this contributes to a wide range of psychological and emotional problems, including guilt
feelings, personal unease, self-image and confidence crisis, self-isolation from interpersonal interactions, social
withdrawal, and depression.
The Purpose to identify the factors correlated to the prevalence of masturbation amongst high school
male students.
Methods The research design employs descriptive quantitative method. It was conducted in SMAN
(state high school) 17 Batam from April to September 2019. The total population is 116 male students where 116
of them admitting to practice masturbation become the sample research. Data collecting technique employs total
sampling. Data collecting instrument employs questionnaire forms. Data analyzing technique employs frequency
tables.
Result The findings reveal the respondents with present or good parenting upbringing are 44.8%, while
absent or defective parenting upbringing are 55.2%; with strong religious background are 48.3%, while not so
much religious are 51.7%;with harboring attribution to other external factor such as peer-pressure are 44.8%, non
peer pressure are 55.2%.
Conclusion the findings support a number of factors correlated to the prevalence of masturbation.
Suggestion more academic works are expected to enrich the information and knowledge about
masturbation and to advocate the public about wrong general assumptions on it.
ABSTRAK
Latar Belakang Masturbasi itu umum sekali dilakukan oleh anak-anak remaja.Masturbasi atau banyak
orang menyebutnya Onani adalah rangsangan yang sengaja dilakukan pada organ kelamin untuk memperoleh
kenikmatan dan kepuasan seksual tanpa bersenggama dengan lawan jenis. Tindakan masturbasi dapat terjadi
ketika seseorang dalam keadaan nafsu syahwat yang meningkat dan tidak adanya seorang pasangan untuk
menyalurkan nafsu tersebut.Tetapi tetap didasari dengan kekuatan mental. Maksudnya ada orang yang dapat
menahan nafsu dan tindakan masturbasi pun dapat dicegah.Adalagi yang tidak dapat menahan nafsu hingga
tindakan masturbasi pun terjadi.Penyimpanganinitidakdisebabkanolehkelainan psikis akan tetapi sebaliknya
kadang-kadang dapat menimbulkan konflik emosional dikemudian hari karena merasa bersalah dan merasa
berdosa. Cukup banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinyakenakalanremaja seperti Kurangnya perhatian
dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang, Minimnya pemahaman tentang keagamaan dan Pengaruh dari
lingkungansekitar.
Tujuan untuk mengetahui penyebab dari kejadian yang mempengaruhi remaja laki–laki dalam
melakukan masturbasi.
Kejadian Yang Mempengaruhi Remaja Laki-Laki Dalam Melakukan Masturbasi 223
Metode Desain penelitian ini dengan menggunakan deskriptif, jenis penelitian Kuantitatif.Tempat
penelitian di SMAN 17 Batam, waktu penelitian April-September 2019. Populasi 116 siswa Laki-Laki, sampel
menggunakan teknik total sampling. Instrument penelitian menggunakan kuesioner. Analisis menggunakan
distribusi frekuensi.
Hasil penelitian Orang Tua yang berperan 44.8%, Orang tua yang tidak berperan 55.2%. Peran yang
religiusitas 48.3%, yang tidak religiusitas 51.7%. teman sebaya yang berperan 44.8%, yang tidak berperan
55.2%.
Kesimpulan penyebab kejadian yang mempengaruhi remaja laki – laki dalam melakukan masturbasi
mayoritasnya adalah Religiusitas.
Saran agar responden dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyebab dan pengaruh dari kejadian
masturbasi bagi remaja.
informasi, apabila aktivitas seksual terjadi orang tua organ tubuhnya terutama fungsi reproduksi dan
dan guru mungkin merasa sebagainya(Eliyanti, 2010)dalam (Warlenda et al.,
bertanggungjawabataumerasabersalah.Selainpeng 2018).
aruhtemansebayajugadipengaruhi oleh budaya Pemuasan sendiri secara seksual tanpa
metropolitan yang menyimpang dari agama dan koitus biasanya dengan tangan atau benda lain,
keyakinan serta kurangnya melakukan kegiatan sering dilakukan oleh muda-mudi dalam
positif untuk mengalihkan gejolak emosional remaja perkembangan fisik dan psiko seksualnya.
yang cenderung ingin menyalurkan Penyimpangan ini tidak disebabkan oleh kelainan
kebutuhanseksualnya dengan cara melakukan psikis akan tetapi sebaliknya kadang-kadang dapat
pelecehan seksual pornografi dan masturbasi menimbulkan konflik emosional dikemudian hari
(Susila, 2018). karena merasa bersalah dan merasa
Dalam kutipan salah satu berita berdosa(Sarwono, 2008)dalam (Warlenda et al.,
mengatakan “Dalam Indian Journal of Psychological 2018).
Medicine, sebuah kasus itu sindrom Dhat Ada banyak faktor yang berperan terhadap
menyerang seorang pria 25 tahun, yang mengeluh timbulnya perilaku masturbasi pada remaja.
kelainan medis pada penisnya. Ketikaberkonsultasi Menurut (Sarwono, 2008) salah satu faktor yang
pada dokter, pria tersebut menduga kelainan penis berperan terhadap timbulnya perilaku masturbasi
terjadi akibat dirinya yang terlampau sering adalah meningkatnya penyebaran informasi dan
melakukan masturbasi” (Abas, 2019). rangsangan seksual melalui media massa, yaitu45
Dampak negatif yang timbul akibat siswa (39,9%) menggunakan internet sebagai
melakukan kebiasaan buruk ini yaitu: (1) Terhadap informasi audio visual media porno, 32 siswa
wajah,anda akan mendapatkan bahwa orang yang (28,1%) menggunakan phone sex sebagai media
sering melakukan onani terkadang tampak pada porno, dan 57,9% bersama teman biasanya siswa
wajahnya warna kemerah – merahan atau kekuning menonton media porno. Selain itu, kurangnya peran
– kuningan atau warna lain, (2) Terhadap urat saraf, orang tuadalam memberikan pengetahuan
anda akan melihat pecandu onani akan sering mengenai seksualitas juga termasuk faktor
terguncang jiwanya, melemah kesabarannya, tidak timbulnya perilaku masturbasi pada remaja(Eliyanti,
mampu menguasai diri, dan mudah linglung, (3) 2010)dalam (Warlenda et al., 2018).
Terhadap jiwa, anda akan mendapatkannya sering Berdasarkan hasil penelitian, seluruh
galau, takut, banyak berpikir dan menyendiri, subjek penelitian ikut terlibat dalam real time
mudah malu, tidak mampu menghadapi orang chatting bersama pasangan online mereka melalui
banyak dan tidak mampu berbicara dengan fasih video chat atau video percakapan online dan diikuti
dan lancar, (4) Terhadap daya hafal, melakukan dengan aktivitas masturbasi.
kebiasaan buruk ini sangat merusak daya hafal dan Perilaku cybersex umumnya terbagi
merupakan penyebab kemunduran akademis menjadi tiga kategori, yaitu mengakses pornografi di
karena pikiran kotor dan gambar – gambar internet, terlibat dalam real time chatting dengan
merangsang selalu terlintas dalam benak.Terhadap pasangan online, dan multimedia software. Cam
kekuatan, kekuatan akan melemah, begitu juga sex merupakan perilaku seksual melaluiwebcam/
organ reproduksi. Banyak dokter yang menetapkan komputer, biasanya melibatkan dua orang
bahwa orang yang sering melakukan kebiasaan melakukan masturbasi sembari berbicara
buruk ini akan mengalami kelemahan dalam organ berkonteks seksual satu sama lain (Puara,
reproduksinya yang dapat menyebabkannya tidak Prabamurti, & Riyanti, 2019).
dapat menyetubuhi istrinya (impoten)(Warlenda et Penjelasan tersebut sejalan dengan
al., 2018). pernyataan subjek triangulasi dalam praktik cam
Masa remaja pada dasarnya merupakan sex bahwa pada awalnya dimulai dengan obrolan
masa transisi dari kanak–kanak ke dewasa, meliputi ringan via pesan teks, yang kemudian berlanjut
semua perkembangan (baik fisik maupun psikis) membahas topik yang bertemakan seksual, setelah
yang dialami sebagai persiapan memasuki masa pesan teks tersebut memanas (dengan beberapa
dewasa. Perkembangan fisik remaja biasa dikenal kesempatan bertukar gambar porno), barulah
dengan istilah masa pubertas, yaitu remaja akan mereka memutuskan untuk video-call sembari
mengalami perubahan pada ciri-ciri fisik, seperti memamerkan tubuh mereka dalam keadaan
tumbuh rambut padabagian tubuh tertentu. telanjang maupun setengah badan, ketika cam sex
Sedangkan perubahan psikis misalnya lebih berlangsung mereka memuaskan diri mereka
memperhatikan penampilan dirinya dengan cara dengan masturbasi(Puara et al., 2019).
dandan, berpacaran, mulai ingin mengetahui fungsi
dilanjutkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Jamal Berdasarkan hasil kuesioner peranOrang
Dinata, S.Pd, MM (Agustus 2019) tuayang diperoleh peneliti bahwa kebanyakan
Sekolah yang berada di kawasan padat responden menjawab tidak dipertanyaan nomor 6
penduduk SMA Negeri 17 Batam berusaha dapat yang menyatakan bahwa orang tua mengajarkan
mengaktualisasikan diri dalam saya tentang edukasi seksual. Di sini responden
mengembangkan sekolah berwawasan tidak mendapatkan informasi tentang edukasi
lingkungan. Berdasarkan potensi yang dimiliki, seksual dari orang tua, oleh sebab itu peneliti
maka SMA Negeri 17 menekankan bahwa peran orang tua itu sangat
Batam mengembangkan program penting dalam pembentukan tingkah laku remaja
keunggulan yang berbasis pada pengelolaan dalam mengambil keputusan benar dan salah.
lingkungan. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Sebagai sekolah yang penelitian yang dilakukan oleh (Warlenda, Wahyudi,
sedang mengembangkan diri, SMA Negeri 17 & Siregar, 2018), Berdasarkan survei awal yang
Batam berusaha dilakukan oleh penulis tentang determinan
menunjukkan tingkat kesiapan sumber daya yang masturbasi pada remaja di SMA Negeri 3 Tapung
dimiliki dalam mengembangkan program dengan jumlah siswa kelas 1 dan 2 sebanyak 181
keunggulan dalam Kewirausahaan dengan orang. Dalam survei ini penulis mengambil
pengelolaan lingkungan melalui Kegiatan Daur sebanyak 8 siswa untuk dilakukan wawancara
Ulang Sampah Organik dan An organik, tanaman tentang masturbasi. Didapatkan hasil bahwa 8
hidroponik menjadi sesuatu yang bermanfaat dan siswa sudah pernah terpapar media massa dan
bernilai ekonomis mengaku pernah melakukan masturbasi, 8 siswa
Secara umum SMA Negeri 17 Batam telah tersebut tidak tahu dampak negatif dari masturbasi
memiliki Rombel sebanyak 29 Rombel dengan yang dilakukannya, 8 siswa mengaku orang tuanya
rincian kelas X adalah 10 rombel (IPA = 4 dan IPS tidak berperan, 6 siswa mengaku dipengaruhi oleh
=6), kelas XI = 10 (IPA= 4, dan IPS =4) dan Kelas teman sebaya dalam melakukan masturbasi dan 2
XII = 10 (IPA=4 dan IPS = 6). Dan telah memiliki siswa tidak dipengaruhi oleh teman sebaya. Siswa
ruang Kesiswaan, ruang BK, ruang koperasi, kantin, juga mengatakan akses tenaga kesehatan belum
Mushalla, labor Kimia, Fisika, perpustakaan dan pernah memberikan penyuluhan kepada siswa dan
labor Komputer serta memiliki kantor Kepala mereka hanya mendapatkan informasi tentang seks
Sekolah. dari media.
Responden yang menjadi sampel dalam Hal ini sejalan dengan penelitian yang
penelitian ini adalah Siswa remaja laki–laki yang dilakukan (Eliyanti, 2010) yang berjudul factor yang
masturbasi. Hasil penelitian berdasarkan berhubungan dengan perilaku masturbasi pada
karakteristik responden yang akan dipaparkan remaja SMA diKecamatan Indralaya Utara, yang
meliputi Pekerjaan Ayah, Pekerjaan Ibu, Umur menyatakan bahwa mayoritas responden
Responden, kelas, Anak ke, Ekstrakulikuler dan mempunyai orangtua yang tidak berperan terhadap
Tinggal Bersama. Peneliti menemukan bahwa masturbasi sebanyak 37 orang (44,0%),sedangkan
mayoritas Pekerjaan ayah responden sebagai hasil uji chisquare terdapat hubungan antara peran
Wiraswasta sebanyak 87 orang (75%), Pekerjaan orang tua dengan perilaku masturbasi pada remaja
ibu responden sebanyak 100 orang (86,2%) hanya (p value<0,05) dalam (Warlenda et al., 2018).
sebagai Ibu Rumah Tangga, Umur 17 sebanyak 57 Dari 116 responden sebagian besar tidak
orang (49,1%), Kelas XI MIA sebanyak 70 orang religius sebanyak 60 siswa (51,7%) dan sebagian
(60,3%), Anak pertama sebanyak 58 orang (49,1%), kecil Religius sebanyak 56 siswa (48%). Dari hasil
yang mengikuti kegiatan Ekstrakulikuler sebanyak penelitian yang didapatkan, peneliti berasumsi
70 orang (60,3%) dan yang tinggal bersama orang bahwa sebagian responden tidak mendapatkan
tua sebanyak 112 orang (96,6%). peran Religiusitas karena sebagian besar remaja
Dari 116 responden sebagian besar tidak mendapatkan pengetahuan tentang
Orang tua tidak berperan sebanyak 64 Siswa Masturbasi yang dilarang agama.
(55,2%) dan sebagian kecil Orang tua berperan Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan
sebanyak 52 siswa (44,8%). Dari hasil penelitian religiusitas remaja sangat kurang. Berdasarkan
yang didapatkan, peneliti berasumsi bahwa penelitian, remaja tidak memandang kegiatan yang
sebagian responden tidak mendapatkan peran dari dilakukan adalah suatu hal yang tidak wajar dan
orang tua karena sebagian besar orang tua tidak ada larangan agama untuk melakukannya. Padahal
memberikan edukasi tentang seksual. ada penyebab dengan larangan yang disebutkan
oleh beberapa tokoh, seperti dapat menyebabkan
Impotensi, kebocoran katup air mani, kebotakkan, yang mesti dilakukan atau dihindari. Tidak selalu
nyeri punggung dan selangkangan, rasa letih pengaruh terhadap lingkungan atau teman sebaya
sepanjang hari, ejakulasi dini, rasa bersalah, berdampak negatif namun adakalanya membawa
masturbasi kronis, masturbasi kompulsif dan remaja tersebut kedalam hal positif yang jauh dari
vorikokel. perilaku menyimpang. Akan tetapi, tetap saja
Hasil penelitian ini juga didukung oleh pengaruh lingkungan yang kurang baik akan sangat
penelitian yang di lakukan oleh Karyanto Gunawan mempengaruhi remaja tersebut.
(dalam Fisher, 1994) pernah menyelidiki situasi di
beberapa gereja di Surabaya, hasilnya 45% pria KESIMPULAN
dan 22% wanita usia 15 hingga 22 tahun pernah Penyebab kejadian yang mempengaruhi
melakukan masturbasi, bahkan 38% pria dan 16% remaja laki–laki dalam melakukan masturbasi
wanita melakukan masturbasi secara rutin setiap mayoritasnya adalah Religiusitas.
minggu. Namun dari kesimpulan penelitian
Karyanto Gunawan tersebut menunjukkan bahwa SARAN
53% pria dan 13 % wanita mengatakan bahwa Bagi Institusi Pendidikan Berguna untuk
mereka merasa bersalah setelah melakukan materi – materi dan informasi yang bermanfaat bagi
masturbasi. siswa/i,mahasiswa dan lain sebagainya terutama
Diasumsikan jika remaja memiliki tentang Kejadian masturbasi yang masih banyak di
religiusitas rendah maka tingkat kenakalannya lakukan oleh remaja sampai saat ini. Diharapkan
tinggi artinya dalam berperilaku tidak sesuai dengan agar kedepannya pihak sekolah lebih
ajaran agama yang dianutnya dan sebaliknya memperhatikan tentang edukasi seksual terhadap
semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah siswanya.
tingkat kenakalan pada remaja artinya dalam
berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang DAFTAR PUSTAKA
dianutnya karena ia memandang agama sebagai Abas, D. (2019, February 28). Efek Berbahaya dari
tujuan utama hidupnya sehingga ia berusaha Masturbasi. Medcom.Id. Retrieved from
menginternalisasikan ajaran agamanya dalam https://www.medcom.id/rona/kesehatan/yb
perilakunya sehari-hari (Andisti & Ritandiyono, DzG9RK-efek-berbahaya-dari-masturbasi
2008). Hal tersebut dapat dipahami karena agama Abdurrahman bin Ismail, J. bin. (2016). Bahaya
mendorong pemeluknya untuk berperilaku baik dan Penyimpangan Seksual. Jakarta: Darul
bertanggungjawab atas perbuatannya. Selain itu Haq.
agama mendorong pemeluknya untuk berlomba- Adlas, A. B. (2016a). Hubungan Pengetahuan
lomba dalam kebajikan (Palupi, 2013). Tentang Masturbasi Dengan Sikap Remaja
Berdasarkan uraian teraebut peneliti Laki-Laki Di SMA Negeri 3 Batam. Batam.
menyimpulkan bahwa peran religiusitas sangat Adlas, A. B. (2016b). Hubungan Pengetahuan
sedikit remaja yang menyadari dan tidak melakukan Tentang Masturbasi Dengan Sikap Remaja
kegiatan tersebut dikarenakan masih banyak Laki - Laki Di SMA Negeri 3 Batam Tahun
remaja yang mengaku merasa bersalah dan 2016. Batam.
berdosa setelah melakukan kegiatan itu kemudian Aini, K. (2007). Masturbasi Pada Remaja.
mereka tetap mengulangi di kemudian hari. Kuningan: Bulettin Ilmiah STIKKU.
Dari 116 responden sebagian besar tidak Allgeier, E.R., and Allgeier, A. R. (1991). Sexuall
berperan sebanyak 64 siswa (55,2%) dan sebagian Interactions. (Third Edition)
kecil berperan sebanyak 52 siswa (44,8%). Menurut Massachusetts:D.C.Heathand Company.
hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti Retrieved from
didapatkan bahwa teman sebaya tidak memberikan http://eprints.ums.ac.id/41910/25/NASKAH
pengaruh negatif terhadap penyimpang masturbasi. PUBLIKASI.pdf
Karena sebagian besar hasil yang diperoleh bahwa Andisti, M. A., & Ritandiyono. (2008). Religiusitas
teman sebaya tidak berperan dalam melakukan hal dan Perilaku Seks Bebas pada Dewasa
negatif seperti tindakan masturbasi. Awal. Psikologi, 1 No. 2, 170–176.
Peneliti berasumsi bahwa remaja dapat Anganthi, N.R.N., dan Lestari, S. (2007). Pola
memilih dengan siapa akan bersosialisasi yang Komunikasi Seksualitas Pada Keluarga
membawanya pada pengaruh baik atau buruk. Muslim di Surakarta Laporan Penelitian
Remaja tersebut dapat menjadi seorang pemimpin Fundamental Universitas Muhammadiyah
yang menentukan masa depannya. Oleh sebab itu, Surakarta. Surakarta.
remaja mampu menentukan hal baik dan buruk
anggraini, ira. (2014). Hubungan antara Tingkat Lestari, W. (2015). Peran Orang Tua Dalam
Kecemaskan dengan Perilaku Masturbasi Pendidikan Seks Pada Remaja. Surakarta.
pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Mahluzatin, E. (2016). Persepsi Orang Tua Tentang
Tahun Pertama. Laporan Hasil Karya Tulis Pendidikan Seks Anak Usia Dini. Retrieved
Ilmiah. Semarang : Fakultas Kedokteran from http://digilib.uinsby.ac.id/13023/
Universitas Diponogoro Semarang. Mahmud, D. (2018). Psikologi Suatu Pengantar
Dimassari, A. P. (2015). Hubungan Pengetahuan (Maya, ed.). Yogyakarta.
Ibu Hamil Tentang Perkembangan Janin Mangunwijaya, Y. B. (1991). Menumbuhkan Sikap
Dengan Sikap Ibu Di Wilayah Kerja Religiusitas Anak-anak. Jakarta: Gramedia
Kelurahan Pulau Buluh. Batam. Pustaka Utama.
Dwi Indah, M., & Septiana Sari, D. (2016). Mappiare, A. (2000). Psikologi Remaja. Surabaya:
Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Usaha Nasional.
Perilaku Seksual Bebas Pada Remaja Di Muhammad, K. H. (2002). Tubuh, Seksualitas dan
Smk Bina Patria 1 Sukoharjo. Ndonesian Kedaulatan Perempuan. Yogyakarta.
Journal On Medical Science, 3 No 2. Munir Kamil Manik, A. (2017). Pengaruh Pendidikan
Retrieved from Sebaya Terhadap Pengetahuan dan Sikap
file:///C:/Users/gateway/Downloads/80-154- Siswa Tentang Perilaku Seksual Beresiko
1-SM (1).pdf Kehamilan Tidak diinginkan di Sekolah
Eliyanti. (2010). Faktor yang Berhubungan dengan Menengah Kejuruan Sasmita Jaya
Perilaku Masturbasi Pada Remaja SMA di Pamulang aTahun 2017. Jakarta.
Kecamatan Indralaya Utara. Ilmu Muslikah, Suwarjo, & Wijayanti, G. (2013).
Kesehatan Masyarakat, 3 No. 01. Bimbingan Teman Sebaya Untuk
Retrieved from https://media.neliti.com Mengembangkan Sikap Negatif Terhadap
Fantasia, H. C. (2008). Concept Analysis: Sexual Perilaku Seks Tidak Sehat. Bimbingan
Decision Making in Adolescence. Nursing Konseling, 1. Retrieved from
Forum 23, 2, 80–90. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk
Fuhrmann, B. S. (1990). Adolescence, adolescent. Mussen. (1994). Perkembangan dan Kepribadian
London: Foresman and Company. Anak. Jakarta.
Gunarsa S.D, & Gunarsa Y.S. (2001). Psikologi Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian
Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Jakarta: BPK Gunung Mulia. Palupi, A. O. (2013). Pengaruh Religiusitas
Hurlock, E. (1973). Adolencence Development (4th Terhadap Kenakalan Remaja Pada Siswa
editio). McGraw Hill. Kelas Viii Smp Negeri 02 Slawi Kabupaten
Hurlock, E. . (1993). Psikologi Perkembangan: Tegal. Retrieved from
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang https://lib.unnes.ac.id/18333/1/1511409011
Kehidupan. Jakarta: Erlangga. .pdf
Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Pratiwi, T. (2009). Hubungan Antara Tingkat
Kencana. Religiusitas Dan Pengetahuan Seksualitas
Jalaluddin. (2005). Psikologi Agama. Jakarta: PT Dengan Intensitas Masturbasi Pada
Raja Grafindo Persada. Mahasiswa Yang Tinggal Di Kos. Retrieved
Kartono, K. (1998). Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. from
Raja Grafindo Persada. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstr
Kartono, K. (2008). Patologi Sosial 2 Kenakalan eam/handle/11617/1456/10Siwi_Volume
Remaja. Rajawali Pers. 11 No. 2 Nompember
Kwon, O. (2003). Buddhist and Protestant Korean 2009.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Immigrants: Religious beliefs and Puara, M. L. R., Prabamurti, P. N., & Riyanti, E.
socioeconomic aspect of life. New York: (2019). Perilaku Seksual Pranikah
LFB Scholarly Publishing LLC. Mahasiswa Universitas “X” Pelaku CAM
Lestari, S, Suparno & Restu, Y. S. (2011). SEX Di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Identifikasi kebutuhan informasi seksualitas Masyarakat, 7. Retrieved from
pada remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi, 5 (2), http://ejournal13.undip.ac.id/index
180-188. Ilmiah Psikologi, 5 (2), 180–188. Purnamasari, E. F., Yuliadi, S., & Karyanta, N. A.
Retrieved from (2015). Hubungan antara Kematangan
http://eprints.ums.ac.id/41910/25/NASKAH Emosi dan Religiusitas dengan Frekuensi
PUBLIKASI.pdf
Masturbasi pada Siswa Kelas XI SMK Sumara, D., Humaedi, S., & Santoso, M. B. (2017).
Katolik St. Mikael Surakarta. Kenakalan Remaja dan Penanganannya.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Jurnal Penelitian &PPM, 4. Retrieved from
RI. (2015). Situasi Kesehatan Reproduksi http://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/vie
Remaja. Jakarta. w/14393
Putro, K. Z. (2017). Memahami Ciri dan Tugas Susila, I. (2018). Studi Komparatif pengetahuan
Perkembangan Masa Remaja. Jurnal Remaja tentang Penyimpangan Perilaku
Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17. Retrieved Seks di Desa dan di Kota. Strada Jurnal
from http://ejournal.uin- Ilmiah Kesehatan, 7, 59. Retrieved from
suka.ac.id/pusat/aplikasia/article/view/1362 http://jurnal.strada.ac.id/sjik
/1180 Sutoyo, A. (2009). Bimbingan dan Konseling Islami
Rasyid, M. (2007). Pendidikan Seks. Semarang: Teori & Praktik. Semarang: CV. Widya
Syiar Media. Karya Semarang.
Robertson, R. (1995). Agama : Dalam Analisa dan TribunJambi. (2019). Sering Mengeluarkan Air Mani
Interpretasi Sosiologis (Achmad Fedyani Bisa Berakibat Buruk, Ini Dia 10
Saifuddin, ed.). Jakarta: PT Raja Grafindo Dampaknya! Bisa Bikin Impoten Juga!
Persada. TribunJambi.Com. Retrieved from
Salsabila, S. A. (2017). Hubungan antara http://jambi.tribunnews.com/2018/02/09/ser
religiusitas dengan pengetahuan, sikap ing-mengeluarkan-air-mani-bisa-berakibat-
dan perilaku kesehatan reproduksi remaja. buruk-ini-dia-10-dampaknya-bisa-bikin-
Retrieved from impoten-juga?page=all.
http://digilib.unila.ac.id/26734/3/SKRIPSI Triwiyarto, U. (2016). Studi Kasus Tentang
TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf Penyebab Kenakalan Remaja. Yogyakarta.
Sarwono, S. W. (2002). Psikologi Sosial: Individu Warlenda, S. V., Wahyudi, A., & Siregar, Z. S.
dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: (2018). Determinan Masturbasi pada
PT. Balai Pustaka. Remaja di SMA Negeri 3 Tapung
Sarwono, S. W. (2008). Psikologi Remaja. Jakarta: Kabupaten Kampartahun 2017. Jurnal
Grafindo Persada. Kesehatan Komunitas, 4(2), 46–51.
Sarwono, S. W. (2013). Psikologi Remaja. Jakarta: https://doi.org/10.25311/keskom.Vol4.Iss2.
PT Raja Grafindo Persada. 257
Sarwono, Sarlito. W. (2010). Psikologi Remaja Yudia, S. M., Cahyo, K., & Kusumawati, A. (2018).
(Revisi). Jakarta: Rajawali Pers. Perilaku Seksual Pranikah pada
Sarwono, Sarlito W. (2016). Psikologi Remaja Mahasiswa Kost (Studi Kasus pada
(Revisi). Jakarta: PT RAJAGRAFINDO Perguruan Tinggi “X” di Wilayah Jakarta
PERSADA. Barat). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6.
Sarwono, Sarlito W. (2002). Psikologi Remaja. Retrieved from
Jakarta: Raja Grafindo Persada. http://eojurnal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Sudarsono. (2008). Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Yusuf, S. (2009). Psikologi Perkembangan Anak
RINEKA CIPTA. dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.
Sulistiani M. AG M.E.SY, S. L. (2016). Kejahatan Zulkifli. (2016). Dinamika Rangsangan Seksual Film
dan Penyimpangan Seksual dala, Terhadap Problematika Onani(Masturbasi)
Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif Pada Remaja dalam Pandangan Hukum
Indonesia. Bandung: PENERBIT NUANSA Islam. Retrieved from http://repositori.uin-
AULIA. alauddin.ac.id/5220/1/Zulkifli.pdf