Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan Konsep Tri Hita Karana Untuk Kegiatan Ekowisata
Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan Konsep Tri Hita Karana Untuk Kegiatan Ekowisata
Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan Konsep Tri Hita Karana Untuk Kegiatan Ekowisata
I Wayan Runa**
Abstract
JURNAL KAJIAN BALI Volume 02, Nomor 01, April 2012 149
I Wayan Runa
1. Pendahuluan
150 JURNAL KAJIAN BALI Volume 02, Nomor 01, April 2012
Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan Konsep Tri Hita Karana ...
2. Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pem
bangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat) yang berprinsip
memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pe
menuhan kebutuhan generasi masa depan (Brundtland Report,
1987). Banyak laporan PBB, yang terakhir adalah laporan
dari KTT Dunia 2005, yang menjabarkan pembangunan
berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama (ekonomi, sosial,
dan lingkungan) yang saling bergantung dan memperkuat.
Untuk sebagian orang, pembangunan berkelanjutan berkaitan
erat dengan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari
jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa
menghabiskan modal alam. Namun untuk sebagian orang lain,
konsep pertumbuhan ekonomi itu sendiri bermasalah, karena
sumberdaya bumi itu sendiri terbatas.
Emil Salim (1980 dalam Anonim, 1992) menyatakan bahwa
konsep pembangunan berkelanjutan mengandung arti bahwa
dalam setiap gerak pembangunan harus mempertimbangkan
aspek lingkungan. Pembangunan adalah suatu proses jangka
panjang yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dari satu generasi ke generasi, dalam kurun waktu yang tidak
terbatas.
Pembangunan berlanjut untuk Bali tidak hanya mem
pertimbangkan kesinambungan sumber daya alam sebagai
kebutuhan dasar untuk hidup, tetapi juga kesinambungan
sumber daya budaya (dari nilai dan legenda sampai upacara dan
bangunan kuno). Akan tetapi, pertimbangan kesinambungan
budaya tidak akan menghalangi adanya kemungkinan
perubahan penampilan budaya dari waktu ke waktu, karena
JURNAL KAJIAN BALI Volume 02, Nomor 01, April 2012 151
I Wayan Runa
152 JURNAL KAJIAN BALI Volume 02, Nomor 01, April 2012
Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan Konsep Tri Hita Karana ...
JURNAL KAJIAN BALI Volume 02, Nomor 01, April 2012 153
I Wayan Runa
154 JURNAL KAJIAN BALI Volume 02, Nomor 01, April 2012
Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan Konsep Tri Hita Karana ...
membeli sesuatu baik barang dan jasa yang tidak merusak ling
kungan, masyarakat, dan ekonomi. Konsumsi adalah entry point
yang baik untuk mengajarkan pengembangan berkelanjutan.
Skema pembangunan berkelanjutan pada titik temu
tiga pilar tersebut, Deklarasi Universal Keberagaman Budaya
(UNESCO, 2001) lebih jauh menggali konsep pembangunan
berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa keragaman budaya
penting bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaman
hayati bagi alam. Dengan demikian pembangunan tidak hanya
dipahami sebagai pembangunan ekonomi, namun juga sebagai
alat untuk mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan
spiritual. Dalam pandangan ini, keragaman budaya merupakan
kebijakan keempat dari lingkup kebijakan pembangunan
berkelanjutan.
Beberapa riset memulai dari definisi ini untuk berargumen
bahwa lingkungan merupakan kombinasi dari alam dan
budaya. Mereka mengintegrasikan kapasitas multidisiplin
dan menerjemahkan keragaman budaya sebagai kunci pokok
strategi baru bagi pembangunan berkelanjutan. Beberapa
peneliti lain melihat tantangan sosial dan lingkungan sebagai
kesempatan bagi kegiatan pembangunan. Hal ini nyata di dalam
konsep keberlanjutan usaha yang mengkerangkai kebutuhan
global ini sebagai kesempatan bagi perusahaan privat untuk
menyediakan solusi inovatif dan kewirausahaan. Pandangan
ini sekarang diajarkan pada beberapa sekolah bisnis yang salah
satunya dilakukan di Center for Sustainable Global Enterprise at
Cornell University.
Pembangunan hijau pada umumnya dibedakan dari
pembangunan berkelanjutan, dimana pembangunan Hijau
lebih mengutamakan keberlanjutan lingkungan diatas
pertimbangan ekonomi dan budaya. Pendukung pembangunan
berkelanjutan berargumen bahwa konsep ini menyediakan
konteks bagi keberlanjutan menyeluruh dimana pemikiran
mutakhir dari Pembangunan Hijau sulit diwujudkan. Sebagai
JURNAL KAJIAN BALI Volume 02, Nomor 01, April 2012 155
I Wayan Runa
156 JURNAL KAJIAN BALI Volume 02, Nomor 01, April 2012
Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan Konsep Tri Hita Karana ...
JURNAL KAJIAN BALI Volume 02, Nomor 01, April 2012 157
I Wayan Runa
158 JURNAL KAJIAN BALI Volume 02, Nomor 01, April 2012
Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan Konsep Tri Hita Karana ...
JURNAL KAJIAN BALI Volume 02, Nomor 01, April 2012 159
I Wayan Runa
160 JURNAL KAJIAN BALI Volume 02, Nomor 01, April 2012
Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan Konsep Tri Hita Karana ...
JURNAL KAJIAN BALI Volume 02, Nomor 01, April 2012 161
I Wayan Runa
5. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
ekowisata merupakan kegiatan pariwisata yang ramah ling
kungan. Hal ini nampaknya akan menjadi trend pariwisata ke
depan atau menjadi salah satu ajang kompetisi di era global.
Kegiatan ekowisata semestinya dibarengi dengan pemahaman
konsep (prinsip dan kriteria) yang benar, penetapan standar,
dan sertifikasi. Penjabaran dan penyempurnaan terus menerus
kearifan tradisional yang berkaitan dengan konsep Tri Hita
Karana menjadi penting untuk membumikan pembangunan
(pengembangan lahan) berkelanjutan di Bali.
DAFTAR PUSTAKA
162 JURNAL KAJIAN BALI Volume 02, Nomor 01, April 2012