Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berp

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN 2442-9805

Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN 2086-4701

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN


KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA
MATERI SISTEM PENCERNAAN

Oktaviani Dwi Putri 1


Nevrita 2
Nur Eka Kusuma Hindrasti 3

1,2,3
Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
Email: nurekakh 2017@u mrah.ac.id

Abstract: One of the skills that must be mastered by students in the 21st century is
critical thinking skills. These skills are still low in students in Indonesia, so there needs
to be an effort to improve them. Developing instruments for assessing critical thinking
skills can optimize assessment for learning functions. Preliminary research conducted
at one of the high schools in Tanjungpinang found that the assessment instruments used
were not oriented towards critical thinking skills. The purpose of this study is to develop
a valid and reliable instrument for assessing critical thinking skills. This type of
research is Research and Development. Product development procedures through 3
stages of research, namely introduction, design, and development. The preliminary
stage consists of field studies and literature studies. The design phase consists of
designing research products and research instruments. The development stage is
theoretical validation (by experts) and empirical validation. The results of the study
show that the instruments developed refer to the aspects and indicators of critical
thinking skills by Ennis (2015). The assessment instruments developed in this study were
declared valid with quite high validity and reliability with high reliability

Kata Kunci: instrumen penilaian, keteramp ilan berpikir kritis, sistem pencernaan

PENDAHULUAN bagi kehidupan masyarakat di masa


Penilaian merupakan proses kini dan di masa mendatang. Saat ini
pengumpulan data yang menunjukkan kita berada pada abad 21 yang
perkembangan belajar peserta didik. ditandai dengan perkembangan
Penilaian harus didasarkan pada teknologi yang pesat, sehingga sains
kurikulum yang berlaku (Sudjana, dan teknologi merupakan salah satu
2013; Mardapi, 2016). landasan penting dalam pembangunan
Penyempurnaan kurikulum 2013 terus bangsa. Kompetensi yang harus
dilakukan, hingga sejak Tahun 2016 dikuasai peserta didik di abad 21
dikenal dengan nama Kurikulum antara lain: keterampilan belajar dan
Nasional (Farida, 2017). Orientasi berinovasi yang meliputi berpikir
kurikulum nasional diterjemahkan kritis dan mampu menyelesaikan
dalam praktik pendidikan dengan masalah, kreatif dan inovatif, serta
tujuan khusus agar peserta didik mampu berkomunikasi dan
memiliki kompetensi yang diperlukan berkolaborasi; 2) terampil untuk

14
O.D. PUTRI, NEVRITA, & N. E. K. HINDRASTI, PENGEMBANGAN....

menggunakan media, teknologi, memiliki keterampilan berpikir kritis


informasi dan komunikasi (TIK); 3) adalah orang yang mampu mengambil
kemampuan untuk menjalani keputusan secara tepat, cepat, dan
kehidupan dan karir, meliputi bertanggung jawab, dan mampu
kemampuan beradaptasi, luwes, menghindari diri dari penipuan,
berinisiatif, mampu mengembangkan indoktrinasi, dan pencucian otak
diri, memiliki kemampuan sosial dan (Liqman, 2003 dalam Redhana, 2012).
budaya, produktif, dapat dipercaya, Implementasi penilaian
memiliki jiwa kepemimpinan, dan keterampilan berpikir kritis secara
tanggung jawab (Kemendikbud, umum masih sangat rendah, yaitu
2016). sekitar 45% (Lane, 2016). Hal tersebut
Keterampilan berpikir kritis dapat disebabkan oleh kecenderungan-
merupakan salah satu keterampilan kecenderungan dalam pelaksanaannya,
yang penting dimiliki manusia yang yaitu membutuhkan waktu yang lebih
hidup di abad 21. Hal tersebut sejalan lama dari pada penilaian standar yang
dengan SKL (standar kompetensi telah ditetapkan (Huber dan Kuncel,
lulusan) siswa yang belajar Biologi di 2016). Instrumen penilaian yang
SMA/MA yang pertama yaitu : dirancang dengan baik dan sesuai
menjalani kehidupan dengan sikap dengan tingkatan kemampuan berpikir
positif dengan daya pikir kritis, dapat meningkatkan daya berpikir
kreatif, inovatif, dan kolaboratif, siswa, khususnya berpikir kritis
disertai kejujuran dan keterbukaan, (Amalia, 2014). Implementasi
berdasarkan potensi proses dan produk penilaian keterampilan berpikir kritis
biologi (Kemendikbud, 2016). Dengan yang rendah berdampak keterampilan
demikian guru-guru khususnya guru berpikir kritis dan kreatif lulusan pada
Biologi hendaknya melakukan sekolah dasar sampai dengan
pembelajaran yang mengembangkan perguruan tinggi di Indonesia yang
keterampilan berpikir tingkat rendah rendah (Reta, 2012). Seyogyanya
ke pembelajaran yang keterampilan berpikir kritis penting
mengembangkan keterampilan dilatihkan karena keterampilan
berpikir tingkat tinggi, salah satunya berpikir ini tidak dibawa sejak lahir
adalah keterampilan berpikir kritis. (Redhana dan Liliasari, 2008).
Keterampilan berpikir kritis dimaknai Penerapan penilaian
sebagai kemampuan untuk berpikir keterampilan berpikir krtis sering
reflektif yang rasional dan terfokus dilakukan sengan tes esai (uraian). Hal
pada keputusan yang harus diambil ini sesuai dengan konsep berpikir
untuk diyakini ataupun dilakukan kirits (Ennis, 1985 dalam Saputri,
(Ennis, 2015). Walker (2005) dalam 2018) bahwa dalam pelaksanaan tes
Fakhriyah (2014) menyatakan bahwa perlu ada keterlibatan mental, strategi,
keterampilan berpikir kritis dan representasi yang digunakan
merupakan suatu proses yang untuk memecahkan masalah, membuat
memungkinkan siswa membangun keputusan, dan mempelajari konsep-
pengetahuan melalui pemecahan konsep baru. Mengembangkan
masalah dan kolaborasi. Orang yang instrumen penilaian keterampilan

BIOEDUKASI VOL 10. NO 1 M EI 2019 15


O.D. PUTRI, NEVRITA, & N. E. K. HINDRASTI, PENGEMBANGAN....

berpikir kritis dapat mengoptimalkan pencernaan hendaknya menggunakan


fungsi assesment for learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang
penilaian untuk pembelajaran (Wulan, kontekstual. Sebagaimana yang diteliti
2018). Penilaian juga hendaknya oleh Widarti (2013) menyatakan
berfungsi untuk pembelajaran, artinya bahwa pembelajaran dengan
ketika siswa mengerjakan suatu soal pendekatan CTL (Contextual
atau tugas, dengan sendirinya siswa Teaching Learning) berpengaruh
juga sedang belajar. Dalam hal ini positif terhadap aktivitas dan hasil
siswa juga belajar mengembangkan belajaar siswa pada materi sistem
keterampilan berpikir kritis dalam pencernaan. Begitu juga penilaian
menghadapi permasalah-permasalahan untuk materi sistem pencernaan
terkait konsep sistem pencernaan. sebaiknya juga kontekstual. Soal
Ketika siswa terbiasa dengan soal untuk mengukur HOTS (Higher Order
keterampilan berpikir kritis, Thinking Skills) atau keterampilan
diharapkan siswa mampu menghadapi berpikir tingkat tinggi, yang meliputi
dan menyelesaikan permasalahan berpikir kritis, memiliki ciri
kehidupan nyata. Tes yang digunakan kontekstual dengan kehidupan sehari-
untuk mengukur keterampilan berpikir hari (Widana, 2017). Artikel ini
kritis dalam pelajaran Biologi membahas bagaimana instrumen
merupakan bentuk pelatihan dalam penilaian keterampilan berpikir kritis
menghadapi dan menyelesaikan dikembangkan dengan memperhatikan
permasalahan dalam kehidupan sehari- prinsip-prinsip sesuai kharakteristik
hari (Palm, 2008 dalam Wulan, 2018). yang ada.
Materi sistem pencernaan
merupakan salah satu materi mata METODE
pelajaran Biologi yang bersifat abstrak Jenis penelitian Research and
karena siswa tidak dapat secara Development (R&D) yaitu
langsung melihat penampakan sel, pengembangan instrumen penilaian
jaringan, dan organ yang membangun keterampilan berpikir kritis. Jenis
sistem pencernaan, serta tidak dapat Research and Development (R&D)
mengetahui jalannya proses sistem yang digunakan mengacu pada
pencernaan. Sehingga ketika diskusi Sugiyono (2010) yang diadaptasi
pada saat pembelajaran, siswa sesuai dengan kebutuhan penelitian.
cenderung mengajukan pertanyaan Waktu penelitian dilaksanakan dari
terkait penyakit dan fenomena dalam Bulan Desember 2018 sampai dengan
kehidupan sehari- hari yang Januari 2019. Adapun alur penelitian
berhubungan dengan sistem yang dilakukan adalah pada Gambar
pencernaan. Mengajarkan sistem 1.

BIOEDUKASI VOL 10. NO 1 M EI 2019 16


O.D. PUTRI, NEVRITA, & N. E. K. HINDRASTI, PENGEMBANGAN....

Tahap penelitian dibagi menjadi tiga orang dosen dan satu orang guru
tahap yaitu tahap pendahuluan, tahap sebagai praktisi lapangan.
perancangan, dan tahap Desain instrumen penilaian
pengembangan. Tahap pendahuluan diawali dengan menyusun kisi-kisi
meliputi dua tahapan yaitu: 1) studi soal berdasarkan data pada tahap
lapangan, yang dilakukan untuk pendahuluan, menyusun soal
mendapat informasi berupa jenis dan berdasarkan kisi-kisi, dan menyusun
kualitas instrumen penilaian kunci jawaban. Instrumen penilaian
pembelajaran Biologi yang digunakan keterampilan berpikir kritis yang
di sekolah, karakter siswa, dan proses dikembangkan adalah berupa tes atau
pembelajaran Biologi, dan 2) studi soal esai menggunakan aspek
literatur dengan mencari referensi indikator berpikir kritis menurut Ennis
tentang kriteria pengembangan (2015) yaitu 1) basic clarification, 2)
keterampilan berpikir kritis serta bases for decision, 3) inference, 4)
indikator keterampilan berpikir kritis. advanced clarification, and 5)
Tahap perancangan yaitu strategies and tactics. Instrumen
penyusunan produk dan instrumen penilaian mengalami beberapa kali
penelitian, produk penelitian yang revisi. Selanjutnya, uji coba empiris
dimaksud yaitu instrumen penilaian dilakukan untuk mengetahui validitas
keterampilan berpikir kritis berupa soal tes yaitu dengan teknik korelasi
soal esai dan lembar wawancara, product moment pearson dan
sedangkan instrumen penelitian adalah reliabilitas soal tes menggunakan
lembar validasi. Tahap pengembangan rumus Cronbach - Alfa (α).
yaitu melakukan validasi teoritis oleh
pakar dan validasi empiris yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan mengujicobakan untuk Pengembangan instrumen
mengetahui validitas dan realibilitas. penilaian keterampilan berpikir kritis
Pakar yang dimaksud dalam validasi yang dilakukan mengacu pada model
expert atau oleh pakar adalah dua pengembangan sugiyono (2010) yang

BIOEDUKASI VOL 10. NO 1 M EI 2019 17


O.D. PUTRI, NEVRITA, & N. E. K. HINDRASTI, PENGEMBANGAN....

terdiri dari (1) pendefinisian dengan yang mengukur LOTS tidak


melakukan studi pendahuluan yang melatihkan keterampilan berpikir
meliputi studi lapangan dan studi kritis siswa (Pursitasari dan
literatur, (2) desain produk diawali Permanasari, 2012). Instrumen
dengan menyusun kisi-kisi soal, soal penilaian pembelajaran yang dapat
tes berupa esai, dan lembar validasi melatih keterampilan berpikir kritis
desain, (3) pengembangan dimulai siswa menjadi penting untuk
dari tahap validasi teoritis oleh pakar dikembangkan dengan tujuan: agar
berupa validasi isi dan konstruk dan HOTS siswa meningkat sehingga
validasi empiris yaitu dengan dapat menghadapi tuntutan kemajuan
mengujicobakan untuk mengetahui ilmu pengetahuan dan teknologi
validitas dan realibilitas, (4) (Amalia, 2014), dan agar siswa
implementasi, merupakan tahapan mampu survive di abad ke-21
terakhir sebelum produk (Wijayanti dkk, 2016; Kemendikbud,
disebarluaskan. Namun pada 2016). Selain mengembangkan
penelitian ini dilakukan sampai tahap strategi pembelajaran untuk melatih
ketiga, karena keterbatasan waktu keterampilan berpikir kritis, instrumen
penelitian. penilaian juga dapat dikembangkan
untuk mengoptimalkan fungsi
Tahap Pendahuluan assesment for learning (penilaian
Studi lapangan pada tahap untuk pembelajaran). Assesment for
pendahuluan dilakukan di beberapa learning diartikan sebagai penilaian
SMA di Tanjungpinang pada Tahun untuk pembelajaran (Wulan, 2018),
Ajaran 2018-2019, didapatkan data yang menyediakan informasi bagi
tentang jenis instrumen penilaian peserta didik tentang belajar mereka.
pembelajaran Biologi tepatnya materi Berdasarkan wawancara
sistem pencernaan di sekolah, yaitu terhadap guru didapatkan hasil bahwa
pilihan ganda dan esai yang mengukur instrumen penilaian harus lengkap,
proses kognitif pada tingkatan C1 tidak hanya soal namun juga
(hafalan) dan C2 (pemahaman), mencakup kisi-kisi soal, soal, dan
kadang C3. Proses kognitif pada rubrik penilaian. Kisi-kisi soal
jenjang C1 sampai dengan C3 digunakan untuk menganalisis
dikategorikan ke dalam LOTS (Lower kemampuan atau keterampilan siswa
Order Thinking Skills) atau pada setiap aspeknya. Ketika seorang
keterampilan berpikir tingkat rendah siswa kurang dalam sebuah aspek,
(Anderson and Krathwohl, 2010). maka guru dapat melakukan upaya
Padahal menurut Widana (2017) untuk meningkatkannya. Rubrik
keterampilan berpikir kritis termasuk penilaian atau pedoman penskoran
ke dalam HOTS. Artinya, kondisi berguna untuk menentukan skor yang
mengenai instrumen penilaian kemudian dikonversi menjadi nilai
pembelajaran materi sistem berdasarkan kriteria tertentu. Hal
pencernaan di sekolah tersebut kurang tersebut sesuai dengan yang
mampu melatih keterampilan berpikir disyaratkan oleh Mukti (2018), bahwa
kritis siswa (Amalia, 2014). Jenis soal dalam mengembangkan insrumen

BIOEDUKASI VOL 10. NO 1 M EI 2019 18


O.D. PUTRI, NEVRITA, & N. E. K. HINDRASTI, PENGEMBANGAN....

penilaian khususnya berpikir kritis diberikan di awal pembelajaran


harus lengkap mencakup penyusunan sebagai bahan observasi, maka guru
kisi-kisi, penyusunan pedoman menebalkan kalimat yang dianggap
penskoran, validasi isi, dan perbaikan penting ataupun inti dari wacana
butir. tersebut.
Studi lapangan juga dilakukan Tinjauan dari penelitian-
untuk mengetahui karakter siswa. penelitian yang relevan didapatkan
Berdasarkan perkembangan kognitif peneliti dari artikel di jurnal- jurnal,
menurut Piaget (Suparno, 2001 dalam buku-buku dan prosiding-prosiding.
Farida, 2017), maka siswa SMA Penelitian oleh Amalia (2014) tentang
adalah pada tahap operasional formal. pengembangan instrumen penilaian
Ciri pokok perkembangan pada tahap keterampilan berpikir kritis siswa
ini adalah anak sudah mampu berpikir SMA pada materi asam basa
abstrak dan logis, mampu menarik menggunakan model R&D mengacu
kesimpulan, menafsirkan, dan pada Sugiyono dan menghasilkan
mengembangkan hipotesis. Karakter instrumen berupa tes esai analisis,
siswa SMA tersebut sesuai dengan lembar aktivitas siswa, dan tes
aspek-aspek berpikir kritis menurut problem solving. Saputri dkk. (2018)
Ennis (2015). Terkait dengan jenis melakukan penelitian tentang profil
soal yang dikerjakan oleh siswa, siswa keterampilan berpikir kritis dengan
cenderung tidak suka soal esai yang indikator menurut Facione yang
terlalu banyak (lebih dari 15 butir), meliputi interpretation, analysis,
karena akan membosankan. Selain itu evaluation, explanation, conclusion,
siswa juga cenderung menyukai soal and self-regulation. Fakhriyah (2014)
yang kontekstual sesuai dengan mengembangkan kemampuan berpikir
kehidupan sehari- hari. Studi lapangan kritis mahasiswa dengan indikator
mengenai karakter siswa ini berguna yang diadaptasi dari Ennis (2015)
dalam mengembangkan soal penilaian yaitu kemampuan mengidentifikasi,
keterampilan berpikir kritis siswa menganalisis, memecahkan masalah
SMA, terkait jenis soal, jumlah butir secara kreatif, kemampuan dalam
soal, dan tingkat kognitif butir soal. menentukan solusi yang tepat dalam
Pembelajaran Biologi yang memecahkan masalah, kemampuan
telah diobservasi saat studi lapangan bertanya atau mengkritisi
menunjukkan bahwa pembelajaran permasalahan dari kelompok lain, dan
Biologi diajarkan sesuai KI dan KD kemampuan menjawab dan pertanyaan
pada kurikulum Biologi SMA Tahun dan mengemukakan pendapat.
2016. Dalam melakukan penilaian Kajian literatur dilakukan
terhadap satu KD (Kompetensi Dasar), untuk mengetahui definisi berpikir
waktu yang dibutuhkan adalah 45 kritis, aspek-aspek berpikir kritis, cara
menit (satu jam pelajaran). Untuk mengembangkan dan mengukur
memfokuskan perhatian siswa pada keterampilan berpikir kritis.
suatu hal yang dianggap penting, guru Berdasarkan kajian literatur yang
biasanya memberikan penekanan dilakukan, berpikir kritis yang dibatasi
lebih. Contohnya, terkait wacana yang pada penelitian ini adalah berpikir

BIOEDUKASI VOL 10. NO 1 M EI 2019 19


O.D. PUTRI, NEVRITA, & N. E. K. HINDRASTI, PENGEMBANGAN....

kritis menurut Ennis (2015) yang clarification) yang meliputi 7


terbaru. Berpikir kritis didefiniskan indikator yaitu a) menentukan istilah
sebagai keterampilan berpikir secara dan mempertimbangkan definisi
beralasan dan reflektif terhadap apa (Define terms, and judge definition ),
yang diyakini dan dilakukan. b) menangani dalih yang tepat
Berdasarkan definisi tersebut, berpikir (Handle equivocation appropriately),
kritis terdiri dari 5 (lima) aspek yaitu c) menghubungkan dan menilai
1) klarifikasi dasar (basic asumsi yang tidak disebutkan
clarification) yang meliputi 4 (empat) (Attribute and judge unstated
indikator yaitu a) fokus terhadap assumptions), d) mempertimbangkan
sebuah pertanyaan (focus on a (Think suppositionally), e) menangani
question), b) menganalisis argumen pendapat yang keliru (Deal with
(analyze arguments), c) bertanya dan fallacy label), f) berhati- hati, dan
menjawab pertanyaan klarifikasi (ask memeriksa kualitas pemikiran mereka
and answer clarification questions), sendiri (Be aware of, and check the
serta d) memahami dan menggunakan quality of, their own thinking), dan g)
grafik dan matematika dasar menangani hal- hal secara tertib (Deal
(understand and use elementary with things in an orderly manner); 5)
graphs and math); 2) dasar mengambil Strategi dan taktik (Strategies and
sebuah keputusan (bases for a tactics): tidak konstitutif, tetapi sering
decision), yang meliputi 3 (tiga) membantu jika tidak disalahgunakan
indikator yaitu a) mempertimbangkan (Not Constitutive, But Often Helpful If
kredibilitas suatu sumber (Judge the Not Misused) yang meliputi 2
credibility of a source), b) indikator yaitu a) menggunakan
mengobservasi dan menilai laporan strategi retoris (Employ rhetorical
observasi (Observe, and judge strategies), dan b) berurusan dengan
observation reports), c) menggunakan strategi retoris (Deal with rhetorical
pengetahuan yang ada (Use existing strategies).
knowledge); 3) menyimpulkan
(inference), yang meiputi 3 indikator Tahap Perancangan
yaitu a) menyimpulkan dan Studi pada tahap pendahuluan
mempertimbangkan kesimpulan diperlukan untuk melakukan tahap
(Deduce, and judge deductions), b) perancangan. Tahap perancangan
membuat dan mempertimbangkan dimulai dengan menyusun kisi-kisi
argumen dan kesimpulan induktif soal. Kisi-kisi soal terdiri dari identitas
(Make, and judge inductive inferences yang meliputi jenjang sekolah, mata
and arguments), dan c) membuat dan pelajaran, kelas/semester, dan kisi-kisi
mempertimbangkan penilaian (Make, itu sendiri yang berupa tabel. Soal
and judge value judgment); 4) keterampilan berpikir kritis berupa tes
klarifikasi lanjutan (advanced esai dengan kisi-kisi sebagai berikut:

BIOEDUKASI VOL 10. NO 1 M EI 2019 20


O.D. PUTRI, NEVRITA, & N. E. K. HINDRASTI, PENGEMBANGAN....

Tabel 1. Kisi-kisi test keterampilan berpikir kritis siswa


Aspek Indikator Rincian Indikator Jenjang No
No Keterampilan Kemampuan Kemampuan Berpikir Kritis Kognitif Soal
Berpikir Berpikir Kritis
Kritis
1 1. Focus on a Identify or formulate a C4 1
question question
(fokus terhadap (mengidentifikasi atau
sebuah pertanyaan) merumuskan sebuah
permasalahan)
Ask and answer
clarification a. Identify or formulate
question criteria for judging possible
(bertanya dan answer
menjawab (mengidentifikasi atau
pertanyaan merumuskan kriteria untuk
klarifikasi) menilai kemungkinan
jawaban
Analyze arguments a. Identify simple C4 2
(menganalisis assumptions
Basic argumen) (mengidentifikasi asumsi-
Clarification asumsi sederhana)
(klarifikasi b. Identify and handle
dasar) irrelevance
(mengidentifikasi dan
menangani ketidaksesuaian)
Observe, and judge a. Corroboration (bukti yang C4 4
observation reports menguatkan)
(mengamati dan
mempertimbangkan
laporan
pengamatan)
Use existing a. Background knowledge C5 5
knowledge (latar belakang pengetahuan)
(menggunakan b. Their knowledge of the
pengetahuan yang situation
ada) (pengetahuannya terkait
situasi)
3 Make and judge a. To generalizations C4 6
inductive inferences (untuk mengeneralisasi)
and arguments
(membuat dan
menilai kesimpulan
dan argumen
induktif)
Inference Make and judge a. Background facts C5 7
(kesimpulan) value judgement (latar belakang fakta)
(membuat dan b. Consequences of
mempertimbangkan accepting or rejecting the
penilaian) judgement
(konsekuensi dari menerima
atau menolak keputusan)
4 Define terms and a. Definitions form C6 8
judge definitions (bentuk definisi)

BIOEDUKASI VOL 10. NO 1 M EI 2019 21


O.D. PUTRI, NEVRITA, & N. E. K. HINDRASTI, PENGEMBANGAN....

(mendefinisikan b. Definitional stances


Advanced istilah dan (sikap definisi)
Clarfication mempertimbangkan c. Content of the definition
(klarifikasi definisi) (isi dari definisi)
lanjut) Think Consider and reason from C5 9
suppositionally premises, reasons,
(memprediksi) assumptions, position,
(mempertimbangkan alasan,
asumsi dan posisi)
5 Not Deal with Rhetorical strategies can be C4 10
constitutive, rhetorical useful in critical thinking to
but often strategies help make a reasonable
helpful if not (berurusan dengan critical thinking position
misused strategi retoris) more persuasive. It can also
(tidak useful to us to be aware of
konstitutif, rhetorical strategies in order
tetapi sering not to be fooled.
membantu (strategi retoris dapat
jika tidak bermanfaat dalam membantu
disalahgunaka berpikir kritis yang masuk
n akal dan lebih persuasif. Juga
bermanfaat bagi kita untuk
waspada terhadap strategi
retoris orang lain agar tidak
mudah tertipu)

Kisi-kisi tersebut sesuai dengan memberikan alasan yang logis, serta


prinsip penyusunan kisi-kisi menurut skor 0 jika jawaban salah/tidak
Farida (2017) dan Gantini dan menjawab.
Suhendar, 2017. Selanjutnya rubrik Soal keterampilan berpikir
penilaian disusun berupa tabel yaitu kritis dikembangkan berdasarkan kisi-
terdiri dari nomor soal, skor, dan kisi yang telah disusun. Soal terdiri
indikator. Skor setiap butir soal dari tiga bagian yaitu identitas soal
ditentukan dengan gradasi skor yaitu yang meliputi nama dan kelas,
0,1, dan 2 ada juga yang sampai 3. petunjuk pengerjaan soal, dan butir
Dengan demikian skor maksimal yang soal itu sendiri. Soal berjumlah 10
diperoleh siswa pada setiap butir soal butir dengan bentuk tes uraian bebas.
adalah 2 atau 3. Contoh indikator Soal dikembangkan berdasarkan
pada rubrik penilaian untuk soal prinsip-prinsip penyusunan tes esai
nomor 2 yaitu siswa akan yaitu: 1) Butir soal uraian bebas
mendapatkan skor 2 jika mampu menuntut jawaban siswa yang sangat
mengidentifikasi asumsi yang ada terbuka dan siswa bebas menuangkan
dengan menjelaskan ketidakrelevanan pemikiran, keluasan pengetahuannya
antara mitos dengan proses tersedak dan mengungkapkannya dalam bentuk
serta memberikan alasan yang logis, tulisan dan karangan (Farida, 2017);
skor 1 jika mampu mengidentifikasi 2) pertanyaan mengarah pada jawaban
asumsi yang ada dengan menjelaskan yang jelas, sehingga para ahli dapat
ketidakrelevanan anatara mitos dengan setuju bahwa satu jawaban akan lebih
proses tersedak namun tidak mampu baik daripada yang lainnya; 3)

BIOEDUKASI VOL 10. NO 1 M EI 2019 22


O.D. PUTRI, NEVRITA, & N. E. K. HINDRASTI, PENGEMBANGAN....

sebaiknya pertanyaan diawali dengan yang digunakan, dan 3) kesesuaian


kata-kata seperti “Bandingkan ...”, kisi-kisi soal dengan butir pertanyaan.
“Berikan alasan ...”, “Jelaskan Instrumen keterampilan berpikir
mengapa ...”, “ Beri contoh ...”, “ dan hendaknya memiliki validitas konstruk
semacamnya; dan 4) tidak yang baik sebelum instrumen tersebut
memberikan kesempatan siswa untuk digunakan (Docktor & Heller, 2009).
memilih dan menjawab hanya Setiap butir soal dicek validasi isi dan
sebagian di antara nomor pertanyaan konstruknya, dengan memberikan 3
yang disediakan, karena dapat kriteria penilaian yaitu sesuai, kurang
merendahkan reliabilitas tes, dan 5) sesuai, dan tidak sesuai.
tidak menanyakan sikap. Selain itu,
penulis juga menganggap penting Tahap Penge mbangan
bahwa dalam menyusun soal Tahap selanjutnya adalah tahap
keterampilan berpikir kritis, soal harus pengembangan. Dalam tahap ini
mengungkap kemampuan argumentasi dilakukan validasi teoritis oleh pakar
siswa. Siswa harus memiliki dan validasi empiris yaitu dengan
kemampuan berargumentasi yang baik mengujicobakan soal untuk
untuk mengembangkan keterampilan mengetahui validitas dan realibilitas.
berpikir kritis. Kemampuan Farida (2017) menyebutkan validitas
argumentasi yang dimaksud adalah teoritis ini dengan istilah analisis
kemampuan menyatakan atau instrumen secara kualitatif. Pakar yang
menjawab (claim), memberikan alasan dimaksud dalam validasi expert atau
atas jawaban (reason), dan oleh pakar adalah dua orang dosen
memberikan bukti yang mendukung yang ahli pembelajaran Biologi.
alasan (evidence). Validasi pakar menjadi bagian yang
Sebelum dilakukan validasi penting untuk memulai pengembangan
soal, dibuat lembar validasi soal. (Amalia, 2014). Hasil validasi dosen
Lembar validasi soal memuat judul, yang pertama adalah seluruh validasi
identitas validator, petunjuk, dan isi dan konstruk pada kriteria sesuai,
kolom ceklis, ruang saran, dan dan saran yang diberikan adalah kata
pengesahan validator. Selain itu juga yang salah tulis diperbaiki sesuai EB.
disusun surat keterangan validasi Sedangkan hasil validasi dosen yang
instrumen soal berpikir kritis. Validasi kedua adalah seluruh validasi isi dan
terdiri dari dua yaitu validasi isi dan konstruk pada kriteria sesuai, dan
validasi konstruk. Validasi isi untuk saran yang diberikan adalah hedaknya
memvalidasi atau mengecek pertanyaan mengarah pada jawaban
kesesuaian butir soal dengan indikator pasti yang tidak bersifat fifty-fifty.
keterampilan berpikir kritis menurut Setelah divalidasi oleh ahli,
Ennis (2015). Sedangkan validasi soal divalidasi empiris dengan
konstruk untuk memvalidasi atau mengujicobakan terhadap 33 siswa
mengecek 1) struktur kalimat kelas XII jurusan MIPA. Validasi
pertanyaan apakah sudah sesuai empiris dilakukan untuk mengetahui
dengan Ejaan Berbahasa (EB) atau validitas dan reliabilitas butir soal.
belum, 2) kesesuaian jenjang kognitif Sebuah item soal dikatakan valid jika

BIOEDUKASI VOL 10. NO 1 M EI 2019 23


O.D. PUTRI, NEVRITA, & N. E. K. HINDRASTI, PENGEMBANGAN....

mempunyai dukungan yang besar 7 0.344 0.433 Cukup Valid


terhadap skor total. Skor pada item Tinggi
8 0.344 0.582 Cukup Valid
menyebabkan skor total menjadi
Tinggi
tinggi atau rendah (Arikunto, 2012). 9 0.344 0.611 Tinggi Valid
Validitas dicari dengan teknik korelasi 10 0.344 0.508 Cukup Valid
product moment pearson (Farida, Tinggi
2017). Tafsiran harga koefisien Dengan demikian dapat diambil
korelasi yaitu 0,80-1,0 ditafsirkan kesimpulan bahwa validitas butir soal
korelasi sangat tinggi; 0,60-0,79 didominasi oleh kriteria cukup tinggi.
ditafsirkan korelasi tinggi; 0,40-0,59 Walaupun ada soal nomor 4 (empat)
ditafsirkan korelasi cukup; 0,20-0,39 yang memiliki validitas rendah. Tidak
ditafsirkan korelasi rendah, dan 0,00- lanjut dari soal yang memiliki
0,19 ditafsirkan korelasi sangat validitas rendah tersebut adalah
rendah. Sedaangkan reliabilitas adalah dengan memperbaiki struktur dan isi
tingkat keajegan (konsistensi) suatu butir pertanyaan. Sedangkan hasil
tes, yakni sejauh mana suatu terdapat reliabiltas menunjukkan bahwa
dipercaya untuk menghasilkan skor koefisien reliabilitas Alpha adalah
yang konsisten atau tidak berubah 0,705 dan dikategorikan tinggi.
(Arikunto, 2008). Rumus yang Keputusan terhadap reliabilitas soal
digunakan menghitung reliabilitas tes berdasarkan skor koefisien yang
esai adalah rumus Cronbach - Alfa (α) didapat adalah soal dinyatakan
(Arikunto, 2012). Kriteria reliabilitas reliabel. Walaupun menurut Azwar
soal adalah 0,81-1,00 dikategorikan (1996) dalam Amalia (2014)
sangat tinggi; 0,61-0,80 dikategorikan kesepakatan informal menghendaki
tinggi; 0,41-0,60 dikategorikan cukup; bahwa koefisien reliabilitas haruslah
0,21-0,40 dikategorikan rendah; dan setinggi mungkin, biasanya sekitar
0,20-1,00 dikategorikan sangat 0,900. Instrumen keterampilan
rendah. berpikir, tidak hanya menekankan
Berdasarkan uji coba yang pada LOTS, tetapi lebih pada HOTS,
dilakukan diperoleh hasil validitas sehingga memiliki keajegan
tabel 2. (reliabilitas) yang relatif rendah
(Docktor & Heller, 2009).
Tabel 2. Hasil Validitas Instrumen Kelemahan dari
No r r Kateg ori Keputusan pengembangan soal keterampilan
Item tabel hitung berpikir kritis ini adalah penyusunan
1 0.344 0.727 Tinggi Valid kisi-kisi kurang memperhatikan
2 0.344 0.452 Cukup Valid dimensi pengetahuan dan kompetensi
Tinggi
dasar yang tercantum dalam silabus
3 0.344 0.554 Cukup Valid
Tinggi mata pelajaran Biologi SMA/MA
4 0.344 0.347 Rendah Valid Kurikulum 2013 (Kemendikbud,
5 0.344 0.595 Cukup Valid 2016). Dimensi pengetahuan
Tinggi dinyatakan dalam KI-3 (Kompetensi
6 0.344 0.500 Cukup Valid
Inti) silabus tersebut. Kompetensi Inti
Tinggi
yang terkait sistem pencernaan pada

BIOEDUKASI VOL 10. NO 1 M EI 2019 24


O.D. PUTRI, NEVRITA, & N. E. K. HINDRASTI, PENGEMBANGAN....

silabus tersebut adalah mata pelajaran materi sistem pencernaan yang


biologi kelas XI yang berbunyi diklaim hanya sebatas mengenai
memahami, menerapkan, dan pencernaan, tidak spesifik diturunkan
menganalisis pengetahuan faktual, dari indikator pembelajaran yang
konseptual, prosedural, dan merupakan turunan dari kompetensi
metakognitif berdasar-kan rasa ingin dasar. Padahal jika soal dikembangkan
tahunya tentang ilmu pengetahuan, dengan memperhatikan secara
teknologi, seni, budaya, dan seimbang antara ketercapaian aspek
humaniora dengan wawasan berpikir kritis dan juga kompetensi
kemanusiaan, kebangsaan, dasar sesuai kurikulum 2013 maka
kenegaraan, dan peradaban terkait akan lebih bermanfaat bagi guru. Guru
penyebab fenomena dan kejadian, dapat menggunakan soal untuk
serta menerapkan pengetahuan prose- menguji kompetensi 3.8 kelas XI.
dural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minat-nya KESIMPULAN
untuk memecahkan masalah. Kisi-kisi Instrumen penilaian
soal keterampilan berpikir kritis yang pembelajaran Biologi yang digunakan
sudah disusun tidak ada komponen kurang berorientasi pada keterampilan
dimensi pengetahuan. Penilaian berpikir kritis. Pengembangan
dengan memperhatikan dimensi instrumen penilaian keterampilan
pengetahuan penting dilakukan berpikir kritis penting dilakukan untuk
dengan tujuan memenuhi ketercapaian menumbuhkembangkan keterampilan
KI. Perubahan dalam standar penilaian berpikir kritis siswa. Prosedur
pendidikan pada kurikulum 2013 salah pengembangan instrumen melalui 3
satunya adalah penilaian tidak hanya tahapan penelitian yaitu pendahuluan,
pada level KD, tetapi juga KI (Farida, perancangan, dan pengembangan.
2017). Instrumen yang digunakan adalah tes
Kompetensi dasar mengenai esai yang dikembangkan mengacu
sistem pencernaan pada silabus pada aspek dan indikator keterampilan
tersebut adalah mata pelajaran biologi berpikir kritis. Instrumen penilaian
kelas XI nomor 3.8 yang berbunyi yang dikembangkan dalam penelitian
Menganalisis hubungan antara struktur ini dinyatakan valid dengan validitas
jaringan penyusun organ pada sistem cukup tinggi dan reliable dengan
pencernaan dan mengaitkannya realibilitas tinggi.
dengan bioprosesnya sehingga dapat
menjelaskan proses pencernaan serta SARAN
gangguan fungsi yang mungkin terjadi Penulis memberikan saran agar
pada sistem pencernaan manusia pengembangan instrumen penilaian
melalui studi literatur, pengamatan, atau tes keterampilan berpikir kritis
percobaan, dan simulasi. Soal selanjutnya tidak hanya
keterampilan berpikir kritis yang memperhatikan ketercapaian aspek
sudah disusun lebih mengutamakan berpikir kritis, tetapi juga
ketercapaian aspek dan indikator dari memperhatikan Kompetensi Dasar
berpikir kritis, sedangkan terkait pada silabus kurikulum 2013.

BIOEDUKASI VOL 10. NO 1 M EI 2019 25


O.D. PUTRI, NEVRITA, & N. E. K. HINDRASTI, PENGEMBANGAN....

Kemendikbud. 2016. Silabus Sekolah


DAFTAR RUJUKAN Menengah Atas/ Madrasah
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. Aliyah Mata Pelajaran Biologi.
2010. Kerangka Landasan untuk Jakarta: Kemendikbud.
Pembelajaran, Pengajaran, dan Lane, D. & Oswald, F. L. 2016. Do
Asesmen: Revisis Taksonomi 45% of College Students Lack
Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Critical Thinking Skills?
Pustaka Pelajar. Revisiting a Central Conclusion
Amalia, N. F. & Susilaningsih, E. of Academicalli Adrif.
2014. Pengembangan Instrumen Educational Measurement:
Penilaian Keterampilan Berpikir Issues and Practice Fall, 35 (3):
Kritis Siswa SMA pada Materi 23-25.
Sistem Pencernaan. Jurnal Mardapi, D. 2016. Pengukuran,
Inovasi Pendidikan Kimia, Penilaian, dan Evaluasi
VIII(2): 1380-1389. Pendidikan. Yogyakarta: Nuha
Arikunto, S. 2012. Dasar-dasar Medika.
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Mukti, T. S. & Istiyono, E. 2018.
Bumi Aksara. Instrumen Penilaian
Docktor, J. & Heller, K. 2009. Robust Kemampuan berpikir Kritis
Assessment Instrument for Peserta Didik SMA Negeri Mata
Student Problem Solving, Pelajaran Biologi Kelas X.
Prosiding the NARST 2009 Bioedukasi: Kurnal Pendiidkan
Annual Meeting, Minnesota Biologi, 11 (2): 105-110.
university. Pursitasari, I. D. & Permanasari, A.
Ennis, R. H. 2015. Critical Thinking 2012, Analisis Pemahaman
Assessment. Taylor and Konsep dan Kesulitan
Francis. 32 (3) hal.179-186. Mahasiswa untuk
Fakhriyah, F. 2014. Penerapan Pengembangan Program
Problem Based Learning dalam Perkuliahan Dasar-Dasar Kimia
Upaya Mengembangkan Analitik Berbasis Problem
Kemampuan Berpikir Kritis Solving, Jurnal Pendidikan IPA
Mahasiswa. JPII. 3 (1): 95-101. Indonesia, 1 (1): 98-101.
Farida, I. 2017. Evaluasi Redhana, I. W. 2012. Model
Pembelajaran Berdasarkan Pembelajaran Berbasis Masalah
Kurikulum Nasional. Bandung: dan Pertanyaan Socratik untuk
PT Remaja Rosdakarya. Meningkatkan Keterampilan
Gantini, P. dan Suhendar, D. 2017. Berpikir Kritis Siswa.
Penilaian Hasil Belajar. Cakrawala Pendidikan, 31
Bandung: Esensi. (3):351-365.
Huber, C.H. & N.R. Kuncel. 2016. Redhana, I. W & Lilisari. 2008.
Does College Teach Critical Program Pembelajaran
Thinking? A Meta-Analysis. Keterampilan Berpikir Kritis
Review of Educational pada Topik Laju Reaksi untuk
Research, 86 (20): 431-468.

BIOEDUKASI VOL 10. NO 1 M EI 2019 26


O.D. PUTRI, NEVRITA, & N. E. K. HINDRASTI, PENGEMBANGAN....

Siswa SMA. Jurnal Forum Unnes Journal of Biology


Kependidikan, 27 (2): 103-112. Education, 2 (1): 10-18.
Reta, I. K. 2012. Pengaruh Model Wijayanti, T.F., Prayitno, B.A. &
Pembelajaran Berbasis Masalah Sunarto, S. 2016.
terhadap Keterampilan Berpikir Pengembangan Modul Berbasis
Kritis Ditinjau dari Gaya Berpikir Kritis Disertai
Kognitif Siswa. Jurnal Argument Mapping pada Materi
Pendidikan, 26 (1): 1-16. Sistem Pernapasan untuk
Saputri, Sajidan, A. C. & Rinanto, Y. Meningkatkan Kemampuan
2018. Critical thinking skills Berpikir Kritis Siswa Kelas XI
profile of senior high school SMA Negeri 5 Surakarta.
students in Biology learning. Jurnal Inkuiri. 5 (1): 105-111.
International Conference on Wulan, A. R. 2018. Menggunakan
Science Education (ICoSEd): Asesmen Kinerja untuk
179.61.182.168 hal. 1-6 Pembelajaran Sains dan
Sudjana, N. 2013. Penilaian Hasil Penelitian. Bandung. UPI Press.
Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Widana, I. W. 2017. Modul
Pembuatan Soal High Order
Thinking Skills (HOTS). Jakarta.
Kemendikbud.
Widarti, S., E. Peniati, &
Widiyaningrum, P. 2013.
Pembelajaran Gallery Walk
Berpendekatan Contextual
Teaching and Learning Materi
Sistem Pencernaan di SMA.

BIOEDUKASI VOL 10. NO 1 M EI 2019 27

You might also like