Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Analisis Risiko K3 Pemberantasan Hama Pekerjaan Pertanian Jeruk Di Kabupaten Banyuwangi Fajar Khaula Rizkya Akbar, Mulyono

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

JPH RECODE Oktober 2019; 3 (1) : 1-7

http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE

ANALISIS RISIKO K3 PEMBERANTASAN HAMA PEKERJAAN PERTANIAN JERUK DI


KABUPATEN BANYUWANGI

Fajar Khaula Rizkya Akbar1, Mulyono2


1,2
Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Airlangga
Fajar.khaula.r.a-2014@fkm.unair.ac.id

ABSTRACT
The many opportunities that exist in the agricultural sector, of course, there will be a lot of
labor needed, the more workers and the more complex methods or technologies used will increase the
risk of work-related illnesses or work-related accidents. The purpose of this study was to analyze the
risk of K3 in citrus farmers in Sidorejo village, Purwoharjo sub-district, Banyuwangi district. This
research is a descriptive study that uses a qualitative method with an observational approach
referring to the AS / NZS 4360: 2004 standard for risk analysis on the work of citrus farmers in
Sidorejo village, Banyuwangi district. Research instruments to assess the type of risk of work using the
AS / NZS 4360: 2004 standard. The results showed that the risk of OHS found in the work of citrus
farmers, especially at the stage of eradicating pests, is the risk of breathing pesticide fog (risk rating 6
is acceptable), the eyes are exposed to the mist of pesticides (risk rating 6 is acceptable), skin exposed
to the mist of pesticides (risk rating 6 is acceptable), slip (risk rating 1 is acceptable) and too long to
bring the load tanks on the shoulders (risk rating 5 is acceptable). The conclusion of this study is that
the highest risk of OHS experienced by farmers is in the process of eradicating pests, especially when
spraying pesticides. Exposure to pesticides can be through the eyes, breathing and skin.
Keywords: Health and Safety Risk Assesment, Orange Farmer, Sidorejo, Banyuwangi

ABSTRAK
Banyaknya peluang yang ada di sektor pertanian tentu saja akan ada banyak tenaga kerja yang
dibutuhkan, semakin banyak pekerja dan semakin kompleks metode atau teknologi yang digunakan
akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit akibat kerja atau kecelakaan akibat kerja. Tujuan dari
penelitian ini adalah menganilisis risiko K3 di petani jeruk desa Sidorejo kecamatan Purwoharjo
kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan observasional mengacu pada standar AS/NZS 4360:2004. Instrumen
penelitian untuk menilai jenis risiko pekerjaannya menggunakan standar AS/NZS 4360:2004,
kemudian untuk mengidentifikasi bahaya pada setiap tahapan pekerjaan menggunakan metode JSA
dan guna mengumpulkan informasi dari pekerja menggunakan metode in-depth interview. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa risiko K3 yang terdapat pada pekerjaan petani jeruk khususnya pada
tahap pemberantasan hama adalah risiko menghirup kabut pestisida (risk rating 6 yaitu acceptable),
mata terpapar kabut pestisida (risk rating 6 yaitu acceptable), kulit terpapar kabut pestisida (risk rating
6 yaitu acceptable), terpeleset (risk rating 1 yaitu acceptable) dan terlalu lama membawa beban tangki
di pundak (risk rating 5 yaitu acceptable). Kesimpulan dari penelitian ini adalah risiko K3 paling
tinggi yang dialami oleh petani terdapat pada proses pemberantasan hama, khususnya pada saat
menyemprotkan pestisida. Paparan pestisida dapat melalui mata, pernafasan, dan kulit.
Kata Kunci: Analisis Risiko K3, Petani Jeruk, Sidorejo, Banyuwangi

1
Fajar, et al. Analisis Risiko K3 Pemberantasan Hama JPH RECODE Oktober 2019; 3 (1) : 1-7
Pekerjaan Pertanian Jeruk Di Kabupaten Banyuwangi http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE

PENDAHULUAN Risiko sendiri dapat dinilai secara kualitatif,


Bidang pertanian telah menjadi salah satu semi-kuantitatif ataupun kuantitatif.
pekerjaan sektor informal yang banyak Job Safety Analysis (JSA) merupakan
dilakukan oleh masyarakat di Indonesia. Pada teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi
setiap pekerjaan dan tempat bekerja selalu bahaya dan risiko pada setiap bagian pekerjaan,
memiliki risiko dan bahaya (hazard) yang dapat identifikasi dilakukan pada pekerjaan yang
mengancam keselamatan tenaga kerjanya. memiliki risiko tinggi, sehingga nantinya hasil
Risiko dan bahaya (hazard) tersebut dapat identifikasi dapat dijadikan dasar dalam
terjadi kapan saja, dimana saja dan menimpa menentukan langkah pengendalian. JSA
siapa saja baik pada sektor formal maupun dilakukan pada saat awal pekerjaan akan
informal. Menurut data (International Labour dimulai, tujuannya tentu saja untuk mencegah
Organization, 2013) menyebutkan bahwa 1 terjadinya kecelakaan akibat risiko tinggi.
pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik Adanya penggunaan analisis JSA akan
karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja memudahkan pekerja untuk mengetahui potensi
mengalami sakit akibat kerja. Pada bulan Mei risiko di setiap tahap pekerjaan. Sehingga, akan
2013 diperkirakan sekitar 53,6% kecelakaan meningkatkan awareness dan kesadaran akan
kerja atau penyakit akibat kerja terjadi pada pentingnya penerapan budaya K3 di lingkungan
sektor pekerjaan informal dan 46,4% dari sektor kerja.
pekerjaan formal. Di Indonesia terdapat petani
yang mengalami gejala dan diagnosis ISPA METODE
sebesar 24.4% (Badan Penelitian dan Penelitian ini berdasarkan sifat analisis
Pengembangan Kesehatan, 2013) datanya adalah penelitian deskriptif yang
Seperti pupuk kimia yang digunakan menggunakan metode kualitatif dikarenakan
selama proses pengolahan lahan juga dapat penelitian ini menggambarkan tentang analisis
berpotensi mengakibatkan iritasi pada kulit, risiko pada pekerjaan petani jeruk di desa
mata atau mengakibatkan gangguan kesehatan Sidorejo Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini
lainnya. Selain itu, pertanian masih dilakukan dilakukan dengan pendekatan observasional
dengan menggunakan peralatan tradisional yang mengacu pada standar manajemen risiko
seperti cangkul, penyemprot manual dan AS/NZS 4360:2004.
keranjang angkut manual. Sehingga, terdapat Metode penelitian yang digunakan adalah
beragam risiko yang memungkinkan untuk metode deskriptif, dimana metode deskriptif
dialami oleh para petani jeruk, mulai dari risiko adalah suatu fenomena yang terjadi di dalam
kecelakaan dari peralatan bertani, kondisi masyarakat yang dideskripsikan atau
lingkungan di sekitar lahan pertanian, beban digambarkan (Notoatmodjo, 2010). Populasi
kerja sampai ergonomi. yang digunakan dalam penelitian adalah petani
Definisi risiko (risk) menurut ISO jeruk di desa Sidorejo kecamatan Purwoharjo,
45001:2016 merupakan kombinasi dari kabupaten Banyuwangi sebanyak 300 orang.
kemungkinan terjadinya peristiwa yang Sampel pada penelitian adalah petani jeruk yang
berhubungan dengan cidera parah atau sakit ada di Dusun Krajan, baik petani yang berjenis
akibat kerja atau terpaparnya seseorang atau alat kelamin laki-laki maupun perempuan. Kriteria
pada suatu bahaya. Pendapat lain menurut utama yang ditetapkan adalah subjek tersebut
OHSAS 18001:2007, risiko adalah kombinasi merupakan pemilik lahan, kemudian dilanjutkan
dari kemungkinan (likelihood) terjadinya suatu dengan kriteria antara lain, berjenis kelamin
peristiwa yang dapat membahayakan atau suatu laki-laki, berprofesi sebagai petani jeruk, dan
paparan dengan konsekuensi (consequency) dari berdomisili di Dusun Krajan Desa Sidorejo
cidera yang timbul atau kesakitan yang Kabupaten Banyuwangi. Penggunaan metode
disebabkan oleh paparan atau kejadian tersebut. tersebut yang disesuaikan dengan kriteria
Sedangkan menurut Australian menghasilkan sampel sebanyak 30 orang laki-
Standard/New Zealand Standard (2004), risiko laki.
adalah peluang muncul atau terjadinya sesuatu Pada penelitian ini variabel yang diteliti
yang dapat menimbulkan dampak atau efek merupakan variabel yang terdapat pada standar
terhadap suatu objek. Risiko dapat diukur manajemen risiko. Komponen yang diambil
berdasarkan nilai likelihood (kemungkinan dalam penelitian ini ada 3 (tiga), yaitu
munculnya kejadian) dengan consequency identifikasi risiko, penilaian risiko dan evaluasi
(dampak yang timbul dari kejadian tersebut). risiko.

2
Fajar, et al. Analisis Risiko K3 Pemberantasan Hama JPH RECODE Oktober 2019; 3 (1) : 1-7
Pekerjaan Pertanian Jeruk Di Kabupaten Banyuwangi http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE

Data didapatkan melalui metode HASIL


wawancara, penelitian ini dimulai dengan Jumlah keseluruhan responden yang
melakukan obesrvasi lapangan guna diwawancarai pada penelitian ini sebanyak 30
mengidentifikasi segala potensi risiko dan orang. Responden dalam penelitian ini memiliki
bahaya yang ada di tempat kerja petani jeruk. kesamaan pada jenis kelamin (hanya laki, jenis
Instrumen penelitian menggunakan metode JSA pekerjaan dan kepemilikan. Sedangkan yang
(Job Safety Analysis) digunakan untuk menjadi pembeda hanya usia dan pendidikan
mengidentifikasi risiko pada tahap pemanenan, terakhir saja, seperti berikut. Jenis kelamin
analisis risiko, penilaian risiko, dan evaluasi. responden yang terlibat dalam penelitian ini
Kemudian untuk mengumpulkan informasi dari hanya berasalah dari satu kelompok jenis
responden atau pekerja menggunakan metode kelamin. Dari responden yang diwawancarai
in-depth interview. Setelah itu dilanjutkan seluruhnya berjenis kelamin laki-laki.
dengan melakukan identifikasi risiko dan Berdasarkan data primer hasil wawancara yang
analisis bahaya K3 yang terjadi di pekerjaan didapat semua responden memiliki jenis
petani jeruk dan tempat kerjanya. Identifikasi pekerjaan yang sama yaitu sebagai petani jeruk.
risiko dan analisis bahaya tersebut dilakukan Responden dalam penelitian ini
untuk menentukan nilai dari suatu potensi risiko merupakan orang-orang yang memiliki
dan bahaya. Penilaian tersebut dilakukan dengan pekerjaan dan jenis kelamin sama, yaitu laki-
menentukan nilai keparahan konsekuensi laki yang berprofesi sebagai petani jeruk.
(consecuency), kemungkinan terjadi (likelihood) Berdasarkan tabel tersebut usia responden yang
dan tingkat paparannya (exposure). Setalah merupakan seorang petani jeruk pada penelitian
menentukan ketiga nilai tersebut dilanjutkan ke ini didominasi oleh orang-orang yang berusia 50
tahap evaluasi risiko, selama proses analisis tahun ke atas yakni sebesar 60% dari jumlah
dengan kriteria risiko yang telah ditentukan. seluruh responden yang terlibat. Tingkat
Pada tahap evaluasi risiko dilakukan pendidikan terakhir seorang responden dapat
perhitungan Risk Score untuk menentukan risiko menunjukkan pengetahuan dan daya pikir yang
mana yang dapat diterima, dikendalikan dan dimiliki oleh responden tersebut. Oleh karena
diprioritaskan pengendaliannya, serta itu dalam penelitian ini tingkat pendidikan
membandingkan nilai risiko yang telah responden dibagi menjadi empat bagian, yaitu
ditemukan. SD, SMP, SMA dan Sarjana.

Tabel 1. Identifikasi Risiko Tahap Pemberantas Hama

No Potensi Cedera (What) Pekerja yang Lokasi Waktu Penyebab Terjadi


Terpapar (Who) (Where) (When) (Why)

1. Menghirup kabut saat Petani Lahan 15-20 Kelalaian pekerja,


menyemprotkan Jeruk pertanian hari frekuensi terpapar
Pestisida (9 orang) jeruk sekali risiko
yang tinggi

2. Mata terkena kabut Petani Lahan 15-20 Kelalaian pekerja,


pestisida Jeruk pertanian hari frekuensi terpapar
(3 orang) jeruk sekali risiko
yang tinggi
3. Kulit terpapar kabut Petani Jeruk Lahan 15-20 hari Kelalaian pekerja,
(3 orang) pertanian sekali frekuensi terpapar
Jeruk risiko
yang tinggi
4. Terpapar pestisida Petani Lahan 15-20 hari
Jeruk pertanian sekali Kelalaian pekerja
(2 orang) jeruk

3
Fajar, et al. Analisis Risiko K3 Pemberantasan Hama JPH RECODE Oktober 2019; 3 (1) : 1-7
Pekerjaan Pertanian Jeruk Di Kabupaten Banyuwangi http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE

Lanjutan

Tabel 1. Identifikasi Risiko Tahap Pemberantasan Hama

Potensi Cedera Pekerja yang Lokasi Waktu Penyebab


No
(What) Terpapar (Who) (Where) (When) Terjadi (Why)
5. Menghirup kabut Petani Lahan 15-20 Kelalaian pekerja, frekuensi
saat Jeruk pertanian hari terpapar risiko
menyemprotkan (9 orang) jeruk sekali yang tinggi
Pestisida
6. Mata terkena Petani Lahan 15-20 Kelalaian pekerja, frekuensi
kabut pestisida Jeruk pertanian hari terpapar risiko
(3 orang) jeruk sekali yang tinggi

Salah satu risiko K3 yang dapat ditemui kemudian bagian mata seperti yang dialami
pada saat menyemprotkan pestisida oleh 3 orang petani, dan kulit yang juga dialami
menggunakan tangki sprayer adalah ketika oleh 3 orang petani. Risiko K3 tersebut dapat
pundak petani yang terlalu lama membawa terjadi apabila setiap melakukan penyemprotan
beban tangki seperti yang dialami oleh 1 orang pestisida para petani tidak menggunakan APD
petani, sehingga menimbulkan rasa sakit pada (Alat Pelindung Diri) dan tidak memperhatikan
pundak. Risiko K3 sangat sering terjadi pada arah angin.
fase pemberantasan hama ini, mulai dari risiko
terpapar kabut pestisida bahkan risiko Saat melakukan pekerjaan penyemprotan
kesehatan dan keselamatan kerja K3 lainnya. pestisida ini pun para petani harus waspada
Seperti pada saat penyemprotan pestisida, dengan risiko terpeleset seperti yang telah
apabila petani tidak memperhatikan arah angin dialami oleh 2 orang petani dengan frekuensi
saat melakukan penyemprotan maka kabut kejadian yang sering. Risiko terpeleset ini dapat
pestisida dapat kembali ke petani dan disebabkan karena tanah sawah yang basah dan
menyerang bagian tubuh petani, seperti bagian petani yang tidak menggunakan APD (Alat
pernafasan petani yang dialami oleh sebanyak 9 Pelindung Diri) untuk mencegah terjadinya
orang petani, risiko terpeleset.

Tabel 2. Hasil analisis risiko menggunakan metode JSA


Pekerjaan : Petani Jeruk
Langkah Kerja : Pemberantasan Hama
Potensi
Cedera Konsekuensi Risk Matrix Pengendalian yang ada
Risk
Severity Likelihood Eksposure Rating
1. Menghirup 1. Pusing,
kabut mual, APD : menggunakan
pestisida kesadaran 0.5 6 2 6 masker penutup hidung
menurun, yang terbuat dari kain
keracunan kaos
2. Mata 2. Perih, APD : Menggunakan
terkena iritasi, berair kacamata regular
0.5 6 2 6
kabut
pestisida

4
Fajar, et al. Analisis Risiko K3 Pemberantasan Hama JPH RECODE Oktober 2019; 3 (1) : 1-7
Pekerjaan Pertanian Jeruk Di Kabupaten Banyuwangi http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE

Lanjutan
Tabel 2. Hasil analisis risiko menggunakan metode JSA
Pekerjaan : Petani Jeruk
Langkah Kerja : Pemberantasan Hama

3. Kulit 3. gatal, iritasi APD : Baju kaos lengan


terpapar kulit panjang, celana panjang,
0.5 6 2 6
kabut penutup kepala
Pestisida

4. Terpeleset 4. memar, APD : Sepatu boot


keseleo, sakit 0.5 6 2 6
pinggang

5. Terlalu
lama
membawa 5. Low back 0.5 10 2 5
beban tangki
di pundak

Risiko kesehatan dan keselamatan kerja yang masuk ke dalam kategori acceptable.
yang paling tinggi terjadi pada tahap Sehingga perlu adanya tindakan pengurangan
pemberantasan hama adalah terpapar pestisida intensitas kegiatan penyemprotan pestisida pada
melalui pernafasan, kulit, dan mata. Risiko tahap pemberantasan hama agar risiko dapat
tersebut memiliki nilai risk rating sebesar 6 terjadi seminimal mungkin.

Tabel 3. Evaluasi Risiko Tahap Pemberantasan Hama


Tahapan
No Pekerjaan Hasil Penilaian Risiko (Risk Rating) Tindakan yang perlu diambil

Menghirup kabut saat menyemprotkan - Pengurangan intensitas


kegiatan
pestisida dengan nilai 6 (acceptable)

Menyemprotkan
- Mata terkena kabut pestisida dengan - Pengurangan intensitas
1. pestisida nilai 6 (acceptable)’ kegiatan

Menyemprotkan - Kulit terpapar kabut pestisida dengan - Pengurangan intensitas


pestisida nilai 6 (acceptable) kegiatan

- Terpeleset saat menyemprotkan - Pengurangan intensitas


pestisida dengan nilai 6 (acceptable) kegiatan

- Terlalu lama membawa beban tangki


di pundak saat menyemprotkan pestisida - Pengurangan intensitas
dengan nilai 5 (acceptable) kegiatan

5
Fajar, et al. Analisis Risiko K3 Pemberantasan Hama JPH RECODE Oktober 2019; 3 (1) : 1-7
Pekerjaan Pertanian Jeruk Di Kabupaten Banyuwangi http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE

Risiko kesehatan dan keselamatan Sebagian besar petani jeruk merasa tidak
kerja yang terjadi pada tahap pemberantasan terdapat dampak ketika menyemprotkan
hama adalah menghirup kabut saat pestisida, pada penelitian (Yuantari,
menyemprotkan pestisida dengan nilai 6 Widianarko dan Sunoko, 2015) perasaan tidak
(acceptable), mata terkena kabut pestisida merasakan pajanan pestisida pada tubuh petani
dengan nilai 6 (acceptable), kulit terpapar akan berbahaya bila berlangsung terus
kabut pestisida dengan nilai 6 (acceptable), menerus, karena keracunan kronis banyak yang
terpeleset saat menyemprotkan pestisida dialami oleh petani. (Jintana et al., 2009)
dengan nilai 6 (acceptable), dan terlalu lama menyatakan pekerja yang terpajan pestisida
membawa beban tangki di pundak saat kadar kolinesterasenya menurun dibandingkan
menyemprotkan pestisida dengan nilai 5 kontrol. Bila pekerja tidak menyadari akan
(acceptable). Sehingga perlu adanya tindakan pajanan dalam tubuhnya dapat menyebabkan
pengurangan intensitas kegiatan penyemprotan meningkatnya kejadian keracunan kronis pada
pestisida pada tahap pemberantasan hama agar pestisida oleh petani.
risiko dapat terjadi seminimal mungkin. Menurut (Yuantari, Widianarko dan
Sunoko, 2015) terdapat risiko terpajan
PEMBAHASAN pestisida pada petani melalui inflasi, hal ini
Setiap pekerjaan memiliki risiko di terjadi karena setiap kali menghirup udara di
bidang kesehatan dan keselamatan kerja, lahan pertanian tanpa disadari petani
walaupun pertanian jeruk merupakan menghirup pestisida. Selain itu pajanan
perkerjaan di sektor informal, namun pertanian pestisida dapat melalui dermal ketika petani
jeruk tetap memiliki beberapa risiko. Risiko berinteraksi langsung dengan pestisida tersebut
pada pekerjaan petani jeruk ini bervariasi pada ketika proses penyemprotan pestisida,
setiap tahap pekerjaannya, mulai risiko rendah khususnya pada area punggung yang
hingga risiko tinggi. Setiap tahapan pekerjaan disebabkan oleh resapan pestisida dari tangki
petani jeruk dilakukan pada waktu yang semprot yang dipanggul oleh petani.
berbeda dengan jangka waktu yang panjang. Dampak paparan pestisida tersebut
Guna menyiasati proses produksi jeruk yang banyak menumpuk terhadap kulit petani dapat
lama, sebagian besar petani jeruk memiliki mengakibatkan iritasi dan gatal – gatal. Risiko
lebih dari 1 (satu) lokasi lahan pertanian, hal yang paling tinggi pada tahap pemberantasan
tersebut memungkinkan setiap lahannya hama adalah terpapar pestisida melalui saluran
memiliki tahapan pertanian yang berbeda. pernafasan, kemudian mata, dan kulit.
Tujuannya untuk menjamin kelangsungan Dampaknya juga dapat dirasakan secara
panen dan pendapatan perekonomian petani langsung oleh petani saat terpapar melalui
jeruk. Maka penelitian ini dapat dilakukan pernafasan, kulit, ataupun mata. Lambung dan
pada setiap tahap pekerjaan petani jeruk. usus yang terpapar pestisida akan
Penilaian yang telah dilakukan terhadap menunjukkan respon mulai dari yang
tahapan-tahapan kerja petani jeruk mulai pada sederhana seperti iritasi, rasa panas, mual.
tahapan persiapan lahan, pemupukan, muntah hingga respon fatal yang dapat
pemberantasan hama, irigasi, penjarangan menyebabkan kematian seperti perforasi,
buah, pemangkasan cabang, dan penyiangan pendarahan dan korosi lambung. Muntah -
gulma. Penilaian tersebut telah mendapatkan muntah, sakit perut dan diare adalah gejala
hasil bahwa setiap tahapan pekerjaan tersebut umum dari keracunan pestisida (Pamungkas,
memiliki bahaya dan risiko tinggi yang 2016).
berbeda-beda Tahapan pekerjaan pemberantasan hama
Para petani jeruk sudah melalukan memiliki risiko paling tinggi dari semua
upaya-upaya untuk mengendalikan bahaya dan tahapan pekerjaan petani jeruk, karena pada
risiko yang mungkin terjadi didalam tahapan ini petani jeruk secara langsung
pekerjaannya. Namun tetap saja masih ada terpapar racun pestisida beberapa kali. Dampak
risiko dan bahaya yang terjadi selama bekerja. dari keracunan pestisida dapat menimbulkan
Apabila telah terjadi kecelakaan saat gejala muntah, diare, dyspnea, penglihatan
melakukan pekerjaan petani jeruk maka akan kabur, paresthesia, bicara cadel, dan nyeri dada
menimbulkan kerugian dari segi kesehatan dan (Kim et al., 2013). Risiko paling tinggi pada
finansial bagi para petani. paparan pestisida dapat mengakibatkan
dampak seperti mual dan keracunan yang

6
Fajar, et al. Analisis Risiko K3 Pemberantasan Hama JPH RECODE Oktober 2019; 3 (1) : 1-7
Pekerjaan Pertanian Jeruk Di Kabupaten Banyuwangi http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE

langsung terasa oleh petani. Sama halnya Departemen Hukum dan Perundang-
apabila petani terkena paparan pestisida di Undangan. 1970. Undang-Undang
mata, maka mata akan terasa perih dan iritasi. Nomor 1 Tahun 1970 Tentang
Pada penelitian yang dilakukan (Pamungkas, Keselamatan Kerja.
2016) disebutkan efek akut lokal jika hanya International Labour Organization. 2013.
mempengaruhi bagian tubuh yang terkena Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
kontak langsung dengan pestisida biasanya Tempat Kerja. Diakses dari:
bersifat iritasi mata, hidung, tenggorokan dan http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/pu
kulit. Risiko-risiko tersebut dapat dialami oleh blic%0A/---asia/--ro-bangkok/---ilo-
para petani jeruk apabila tidak mematuhi UU jakarta/documents/publication/wcms_5
No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, 48 900.pdf%0A.
yaitu mengenai penggunaan APD (Alat Jintana, S. et al. 2009. Cholinesterase activity,
Pelindung Diri) saat memasuki tempat kerja pesticide exposure and health impact
(Departemen Hukum dan Perundang- in a population exposed to
Undangan, 1970). organophosphates, International
Kemudian risiko selanjutnya yang Archives of Occupational and
mungkin terjadi adalah terpeleset, frekuensi Environmental Health, 82(7), pp. 833–
terjadinya terpeleset sering dialami oleh para 42. doi: 10.1007/s00420-009-0422-9.
petani. Pada saat penyemprotan ini juga para Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
petani dapat mengalami risiko ergonomi yang 2001. Peraturan Pemerintah Republik
menyebabkan low back pain, akibat terlalu Indonesia Nomor 81 Tahun 2001
lama mengangkut atau menggendong tangki tentang Alat dan Mesin Budidaya
sprayer. Menurut (Tualeka, 2013) terdapat Tanaman.
bahaya ergonomi saat menyemprotkan Kim, J. H. et al. 2013. Work-related risk
pestisida yaitu beban tangki gendong yang factors by severity for acute pesticide
berlebihan. Risiko ini dapat dialami oleh petani poisoning among male farmers in
jeruk apabila tidak memperhatikan kondisi South Korea, International journal of
lokal spesifik tempat bekerja seperti yang environmental research and public
tercantum pada PP No. 81 Tahun 2001 tentang health, (1100–1112). doi:
Alat dan Mesin Budidaya Tanaman 10.3390/ijerph10031100.
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Notoatmodjo, S. 2010. Health Research
2001) Methodology. Jakarta: Rineka Cipta.
Pamungkas, O. S. 2016. Bahaya Paparan
KESIMPULAN Pestisida terhadap Kesehatan Manusia,
Pada tahap pemberantasan hama Bioedukasi, 14(1), pp. 27–31. Diakses
terdapat beberapa risiko K3, antara lain risiko darihttps://jurnal.unej.ac.id/index.php/
terhirupnya kabut pestisida sehingga BIOED/article/view/4532
menyebabkan keracunan, terpaparnya mata Tualeka, E. D. dan A. R. 2013. Risk
dan kulit oleh kabut pestisida yang Assesment dan Pengendalian Risiko
mengakibatkan iritasi, terpeleset yang dapat pada Sektor Pertanian (Studi Kasus di
menyebabkan memar dan terkilir serta risiko Pertanian Bawang Merah Desa
mengalami low back pain dikarenakan terlalu Kendalrejo, Kecamatan Bagor,
lama membawa beban tangki di pundak. Kabupaten Nganjuk), The Indonesian
Journal of Occupational Safety and
DAFTAR PUSTAKA Health, 2(2), pp. 154 – 161. Diakses
Australian Standard/New Zealand Standard. dari http://repository.unair.ac.id/23142/
2004. Australian Standard/New Yuantari, M. G. C., Widianarko, B. dan
Zealand Standard Risk Management Sunoko, H. R. 2015. Analisis Risiko
4360:2004. Sydney and Wellington: Pajanan Pestisida Terhadap Kesehatan
Author. Petani, Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Badan Penelitian dan Pengembangan 10(2), pp. 239 – 245. doi:
Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan 10.15294/kemas.v10i2.3387.
Dasar (RISKESDAS) 2013, Laporan
Nasional 2013. doi: 1 Desember 2013.

You might also like