Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Oktaviyanti Et al,………………….........................................hal.

30– 35 ISSN : 2302-7932


Journal.stikesdrsoebandi.ac.id e-ISSN : 2527-7529

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi


HUBUNGAN MOTIVASI PASIEN TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN
DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN MASKER PADA PASIEN
TUBERKULOSIS PARU

Ade Ella Nur Rizky Oktaviyanti1, Lulut Sasmito2, Said Mardijanto3


1
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember, Jember, Indonesia
2
POLTEKKES Kemenkes Malang, Malang, Indonesia
3
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember, Jember, Indonesia

ABSTRACT

One of the factors that influence compliance is individual motivation. There are still many pulmonary
tuberculosis patients who do not wear masks, this can have an impact on disease transmission. Poor
individual motivation can affect someone's compliance. The purpose of this research is to determine the
relationship of patient motivation regarding prevention of transmission with adherence to the use of masks in
patients with pulmonary tuberculosis in Rambipuji Health Center, Jember Regency. This research uses
descriptive correlative type of research. In this study using a cross-sectional approach. The sample of this
study was taken using simple random sampling, namely pulmonary tuberculosis patients at the Rambipuji
Health Center in Jember Regency, totaling 105 patients but only 50 patients were used as samples. This
research was conducted by giving a questionnaire to pulmonary tuberculosis patients to find out the patient's
motivation about preventing transmission by adhering to the use of masks. The results of the study were
analyzed using the Lambda Correlation Test, the results of the analysis found that the motivation of patients
was good motivation (22%), patient motivation was sufficient (56%), and patient motivation was less
motivation (22%). Whereas adherence to the use of masks in pulmonary tuberculosis patients is compliant
(36%), and non-compliant (64%). The Lambda Correlation Test results obtained from the variable
compliance with ρ = 0.389 positive direction with a value of ρ count of 0.027 <0.05 which means there is a
relationship between patient motivation about prevention of transmission with compliance with the use of
masks in patients with pulmonary tuberculosis in Rambipuji Health Center, Jember District. It is
recommended that further studies be able to conduct more in-depth research related to the relationship of
patient motivation regarding the prevention of transmission with adherence to the use of masks in pulmonary
tuberculosis patients.
Keywords: patient motivation, compliance, pulmonary tuberculosis

ABSTRAK

Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah motivasi individu. Masih banyak dijumpai
pasien tuberculosis paru yang tidak memakai masker, hal ini dapat berdampak pada penularan penyakit.
Motivasi individu yang kurang baik dapa tmempengaruhi kepatuha nseseorang. Tujuan dari penelitin ini
adalah untuk mengetahui hubungan motivasi pasien tentang pencegahan penularan dengan kepatuhan
penggunaan masker pada pasien tuberculosis paru di Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian Deskriptif Korelatif. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
Crosssectional. Sampel penelitian ini diambil menggunakan simple random sampling yaitu pasien
tuberculosis paru di Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember yang berjumlah 105 pasien tetapi hanya 50
pasien yang digunakan sebagai sampel. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada pasien
tuberkulosis paru untuk mengetahui motivasi pasien tentang pencegahan penularan dengan kepatuhan
penggunaan masker. Hasil penelitian dianalisis menggunakan Uji Korelasi Lambda, hasil analisis didapatkan
hasil bahwa motivasi pasien kategori motivasi baik (22%), motivasi pasien kategori cukup (56%), dan
motivasi pasien kategori motivasi kurang (22%). Sedangkan kepatuhan penggunaan masker pada pasien
tuberculosis paru yaitu patuh (36%), dan tidak patuh (64%). Hasil Uji Korelasi Lambda didapat hasil dari
variable kepatuhan dengan = 0,389 arah positif dengan nilai hitung kemakanaan 0,027< 0,05 yang artinya
ada hubungan antara motivasi pasien tentang pencegahan penularan dengan kepatuhan penggunaan masker
pada pasien tuberkulosis paru di Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember. Disarankan agar penelitian
selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam terkait hubungan motivasi pasien tentang
pencegahan penularan dengan kepatuhan penggunaan masker pada pasien tuberkulosis paru.
Kata kunci : motivasi pasien, kepatuhan, tuberkulosis paru

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi Vol. 6, No. 2 30


Oktaviyanti Et al,………………….........................................hal. 30– 35 ISSN : 2302-7932
Journal.stikesdrsoebandi.ac.id e-ISSN : 2527-7529

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi


PENDAHULUAN mengancam kesehatan masyarakat di dunia.
Tuberkulosis paru adalah penyakit Kasus TB di Kabupaten Jember dari tahun ke
radang parenkim paru karena infeksi kuman tahun juga semakin meningkat. Terbukti pada
Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis tahun 2014 tercatat ± 3000 kasus TB baru
paru termasuk suatu pneumonia, yaitu ditemukan di Kabupaten Jember dan 80%
pneumonia yang disebabkan oleh Tuberkulosis BTA positif. Selain itu, kasus
Mycobacterium Tuberculosis (Djojodibroto, MDR-TB terus meningkat dari awal
2014). Tuberkulosis sering disebut TB atau penemuan kasus tahun 2013 sejumlah 6 orang,
TBC. Kuman Mycobacterium tuberculosis kini sudah mencapai 113 orang (Dinkes
masuk ke tubuh manusia melalui saluran Jember, 2015).
pernafasan, saluran pencernaan dan luka Ada beberapa hal yang dapat
terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi menyebabkan penularan, diantaranya
tuberkulosis terjadi melalui udara, yaitu disebabkan oleh seseorang yang menderita
melalui percikan dahak pada saat batuk atau penyakit tuberkulosis tidak mematuhi arahan
bersin yang mengandung kuman – kuman dari petugas atau memang karena penderita
tuberkulosis dari orang yang terinfeksi TB. kurang paham tentang proses penularan
Jumlah kuman TB yang keluar bersama penyakit, kenyamanan, harga diri, dan
percikan dahak yang dikeluarkan oleh pasien penderita merasa sudah sembuh. Sehingga ada
tuberkulosis saat bicara 0 – 200 kuman, saat beberapa penderita yang tidak patuh seperti
batuk 0 – 3.500 kuman, saat bersin 4.500 – anjuran penggunaan atau pemakain masker.
1.000.000 kuman (WHO, 2014). Pemakaian masker dianjurkan untuk
World Health Organization (WHO, 2014), menghindari orang lain terkena dari air ludah
pada tahun 2014 terdapat 9,6 juta penduduk atau droplet dari penderita tuberkulosis, karena
dunia terinfeksi bakteri TB. Pada tahun2015 saat batuk, berbicara, dan bersih
jumlah kasus TB paru terbanyak berada pada dikhawatirkan droplet mengenai orang lain
wilayah Afrika (37%), wilayah Asia Tenggara yang tidak terinfeksi tuberkulosis.
(28%), dan wilayah Mediterania Timur (17%)
(WHO, 2015). Jumlah prevalensi TB di METODE PENELITIAN
Indonesia diperkirakan sebesar 289 per Metode penelitian adalah cara
100.000 penduduk, angka insidensi TB memecahkan masalah berdasarkan keilmuan
sebesar 189 per 100.000 penduduk dan angka (Nursalam, 2011). Pada bab ini akan
kematian akibat TB sebesar 27 per 100.000 dijelaskan metode penelitian yang akan
penduduk (Kemenkes RI, 2013). digunakan untuk menjawab tujuan penelitian
Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim pada berdasarkan masalah yang ditetapkan.
tahun 2016, mencatat jumlah penderita Penelitian ini menggunakan jenis
Tuberkulosis (TB) Paru BTA (Basil Tahan penelitian deskriptif korelatif yaitu peneliti
Asam) positif menembus angka 15.371 kasus. dapat mengetahui hubungan antara 2 variabel
Banyaknya kasus TB paru BTA positif dapat (Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini
mempercepat penambahan kasus baru TB di menggunakan pendekatan Cross sectional
Jatim. Dengan penanganan dan pencegahan yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
yang benar diharapkan kasus TB di Jatim tidak dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko
bertambah. Sampai saat ini kasus TB di Jatim dengan efek, dengan cara pendekatan,
sebanyak 40 ribu orang, sedangkan pasien observasi atau pengumpulan data sekaligus
yang berhasil diobati mencapai 28 ribu orang. pada suatu saat (Notoatmodjo, 2012).
Sementara daerah penyumbang TB terbanyak
diduduki Surabaya dengan 3.569 kasus,
disusul Jember 2.325 kasus, Sidoarjo 1.638
kasus, Malang 1.385 kasus dan Gresik 1.294
kasus (Dinkes Jatim, 2016).
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu
penyakit menular dan mematikan yang
Jurnal Kesehatan dr. Soebandi Vol. 6, No. 2 31
Oktaviyanti Et al,………………….........................................hal. 30– 35 ISSN : 2302-7932
Journal.stikesdrsoebandi.ac.id e-ISSN : 2527-7529

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi


HASIL faktor intrinsik yang berasal dari dalam diri
individu, yang dapat berupa kepribadian,
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Motivasi Pasien sikap, pengalaman dan pendidikan, berbagai
Tentang Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru harapan atau cita – cita menjangkau masa
di Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember Tahun
2017
depan dan faktor ekstrinsik yang berasal dari
Motivasi pasien Frekuensi Persentase (%) luar diri individu yang dipengaruhi oleh
hadiah – hadiah atau hukuman – hukuman.
Baik 11 22
Dalam hal ini dapat berasal dari orang lain
Cukup 28 56 yang dapat mendorong seseorang untuk
Kurang 11 22 melakukan sesuatu.
Jumlah 50 100 Berdasarkan pada tabel 5.3
menunjukkan bahwa pendidikan terakhir
responden dari 50 responden penelitian
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kepatuhan diketahui bahwa 8% Tidak Tamat SD, 34%
Penggunaan Masker Pasien Tuberkulosis Paru di
Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember Tahun lulus SD, 14% berpendidikan terakhir SLTP,
2017 38% berpendidikan terakhir SLTA, 6%
Kepatuhan Frekuensi (f) Persentase (%) berpendidikan terakhir Diploma/Sarjana. Hal
Patuh 18 36
ini berarti mayoritas responden penelitian
Tidak patuh 32 64
berpendidikan terakhir SLTA yaitu sebesar
38%. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
Jumlah 50 100
akan semakin mudah dalam menerima
informasi termasuk informasi dalam upaya
PEMBAHASAN pencegahan penularan tuberkulosis paru.
Tingkat pendidikan yang tinggi akan membuat
Berdasarkan tabel 5.1 diatas seseorang cenderung mendapatkan informasi
menunjukkan bahwa sebagian besar motivasi yang lebih baik. Semakin banyak informasi
pasien termasuk dalam kategori cukup yaitu yang di terima, semakin banyak pula
sebesar 56%. Motif atau motivasi berasal dari pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan
kata Latin moreve yang berarti dorongan dari seseorang. Sedangkan sebagaimana yang
dalam diri manusia untuk bertindak atau dijelaskan dalam tabel 5.2 menunjukkan
berperilaku. Pengertian motivasi harus tidak bahwa usia responden dari 50 responden yang
terlepas dari kata kebutuhan atau needs atau berusia 12 – 16 tahun sebesar 4%, 17 – 25
want. Kebutuhan adalah suatu “potensi” dalam tahun sebesar 16%, 26 – 35 tahun sebesar
diri manusia yang perlu ditanggapi atau 22%, 36 – 45 tahun sebesar 20%, 46 – 55
direspon. Tanggapan terhadap kebutuhan tahun sebesar 22% , 56 – 65 tahun sebesar 8%
tersebut diwujudkan dalam bentuk tindakan dan lebih dari 65 tahun sebesar 4%. Dari data
untuk pemenuhan kebutuhan tersebut, dan yang didapat berarti mayoritas usia responden
hasilnya adalah orang yang bersangkutan berada pada usia 26 – 35 tahun dan 46 – 55
merasa atau menjadi puas. Apabila kebutuhan tahun, dimungkinkan tingkat motivasi
tersebut belum direspon maka akan selalu seseorang dapat dipengaruhi oleh usia
berpotensi untuk muncul kembali sampai dikarenakan usia responden yang masih
dengan terpenuhinya kebutuhan yang remaja atau yang sudah lansia lebih sulit
dimaksud (Notoatmodjo, 2014). dimotivasi baik motivasi ekstrinsik atau
Menurut Hamzah B. Uno (2008) ada intriksi.
beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi, Maka dari itu pendidikan dan usia dapat
yaitu adanya hasrat dan keinginan, adanya mempengaruhi tingkat motivasi sesorang
dorongan dan kebutuhan, adanya harapan dan karena seseorang yang berpendidikan akan
cita – cita, penghargaan dan penghormatan lebih mudah menerima dan mendapatkan
atas diri, adanya lingkungan yang baik. informasi sehingga pengetahuan yang
Sedangkan menurut Nursalam (2016), ada dua didapatkan dari informasi tersebut dapat
faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu mendorong tingkat motivasi seseorang
Jurnal Kesehatan dr. Soebandi Vol. 6, No. 2 32
Oktaviyanti Et al,………………….........................................hal. 30– 35 ISSN : 2302-7932
Journal.stikesdrsoebandi.ac.id e-ISSN : 2527-7529

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi


termasuk mendorong motivasi seseorang antara pasien dengan dokter rmempengaruhi
untuk tidak menularkan penyakit atau motivasi tingkat ketidaktaatan, misalnya informasi
pasien tentang pencegahan penularan penyakit dengan pengawasan yang kurang,
tuberkulosis paru di Puskesmas Rambipuji ketidakpuasaan terhadap aspek hubungan
Kabupaten Jember. Sedangkan, usia dapat emosional dengan dokter, ketidakpuasaan
mempengaruhi tingkat motivasi dikarenakan terhadap obat yang diberikan., pengetahuan
setiap tingkat usia berbeda cara untuk artinya adalah ketetapan dalam memberikan
memotivasinya sehingga tingkat usia dapat informasi secara jelas dan eksplisit terutama
mempengaruhi tingkat motivasi pasien tentang sekali penting dalam pemberian obat., fasilitas
pencegahan penularan penyakit tuberkulosis di kesehatan merupakan sarana penting dimana
Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember. dalam memberikan penyuluhan terhadap
Berdasarkan tabel 5.2 diatas penderita diharapkan penderita menerima
menunjukkan bahwa sebagian besar kepatuhan penjelasan dari tenaga kesehatan yang
penggunaan masker pada pasien tuberkulosis meliputi jumlah tenaga kesehatan, gedung
paru termasuk kategori tidak patuh yaitu serbaguna untuk penyuluhan dan lain – lain.
sebesar 64 % dan pasien tuberkulosis paru Masih banyak responden tidak patuh
termasuk kategori patuh sebesar 36%. terhadap penggunaan masker, dimungkinkan
Kepatuhan adalah istilah yang digunakan karena pendidikan responden sebagai mana
untuk menggambarkan perilaku pasien dalam pada tabel 5.3 menjelaskan bahwa tingkat
minum obat secara benar tentang dosis, pendidikan responden hampir setengahnya
frekuensi dan waktunya (Nursalam, 2007). berpendidikan terakhir SLTA. Sedangkan
Kepatuhan adalah perilaku positif yang motivasi pasien tentang pencegahan penularan
diperlihatkan klien saat mengarah ke tujuan sebagaimana yang dijelaskan pada tabel 5.5
terapeutik yang ditentukan bersama bahwa sebagian besar responden masuk dalam
(DesGreest et al,. 1998 dalam Carpenito kategori motivasi cukup. Pada tabel 5.1 di
(2009). Faktor – faktor yang mempengaruhi jelaskan bahwa pasien penderita tuberkulosis
kepatuhan menurut Carpenito (2009) paru di Puskesmas Rambipuji sebagian besar
kepatuhan tergantung pada banyak faktor, adalah laki – laki yaitu sebesar 54% dan pada
termasuk motivasi individu, persepsi tentang tabel 5.3 dijelaskan bahwa pekerjaan pasien
kerentanan, dan keyakinan terhadap upaya tuberkulosis paru hampir setengahnya bekerja
pengontrolan dan pencegahan penyakit, sebagai wiraswasta yaitu sebesar 28%.
variable lingkungan, kualitas intruksi Maka dari itu kepatuhan penggunaan
kesehatan, dan kemampuan mengakses masker pada pasien tuberkulosis paru di
sumber yang ada. Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember di
Sedangkan, ketidakpatuhan adalah pengaruhi oleh motivasi individu dan
kondisi ketika individu atau kelompok pendidikan. Namun, jenis kelamin dan jenis
berkeinginan untuk patuh, tetapi ada sejumlah pekerjaan responden juga dapat
faktor yang menghambat kepatuhan terhadap mempengaruhi kepatuhan pasien dalam
saran tentang kesehatan yang diberikan oleh penggunaan masker karena mungkin pasien
tenaga kesehatan (Carpenito, 2009). merasa tidak nyaman dalam bekerja dan
Ketidakpatuhan adalah sejauh mana beraktivitas atau pasien merasa malu jika
perilaku seseorang dan atau pemberi asuhan memakai masker.
sejalan atau tidak sejalan dengan rencana
promosi kesehatan atau rencana terapeutik Kesimpulan
yang disetujui antara orang tersebut (atau 1. Sebagian besar motivasi pasien termasuk
pemberi asuhan) dan professional layanan dalam kategori cukup yaitu sebesar 56%.
kesehatan (Mary C. Townsend, 2009). Faktor 2. Sebagian besar kepatuhan penggunaan
yang mempengaruhi ketidakpatuhan menurut masker pasien tuberkulosis paru termasuk
Kaplan (2003), faktor – faktor yang kategori tidak patuh yaitu sebesar 64 %.
mempengaruhi ketidakpatuhan adalah faktor 3. Ada hubungan antara motivasi pasien
komunikasi dimana berbagai aspek komuniksi tentang pencegahan penularan dengan
Jurnal Kesehatan dr. Soebandi Vol. 6, No. 2 33
Oktaviyanti Et al,………………….........................................hal. 30– 35 ISSN : 2302-7932
Journal.stikesdrsoebandi.ac.id e-ISSN : 2527-7529

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi


kepatuhan penggunaan masker pada Kemenkes RI. 2013. Pedoman
pasien tuberkulosis paru di Puskesmas Penanggulangan Tuberkulosis.
Rambipuji Kabupaten Jember. Hal ini Jakarta: Kemenkes RI.
dikarenakan tingkat motivasi pasien Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
berada dalam kategori motivasi cukup dan 2015. Profil kesehatan Indonesia.
ketidakpatuhan pasien dalam penggunaan Jakarta: Kemenkes RI.
masker dapat disebabkan karena tingkat
motivasi yang kurang atau cukup. MuttaqinArif. 2009. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Klien Dengan
DAFTAR PUSTAKA Dangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.
Ariyani, Herda. 2016. Hubungan Tingkat Notoatmodjo, S. 2007. Ilmu Kesehatan
Pengetahuan Dengan Kepatuhan Pada Masyarkat Dan Seni. Jakarta: Rineka
Pengobatan Penderita Tuberkulosis Cipta.
Paru Di Puskesmas Pekauman Kota Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu Perilaku
Banjarmasin. Diunduh 4 Maret 2017. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan
Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Metodologi Penelitian Ilmu
Klinis. Edisi 9. Jakarta: EGC Keperawatan. Jakarta: Salemba
Dinas Kesehatan Kota Jember. Profil Medika.
kesehatan tahun 2015. Jember: 2015. Nursalam. 2011. Konsep & Penerapan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Metodologi Penelitian Ilmu
Rekapitulasi laporan tahunan TB per Keperawatan. Jakarta: Salemba
kabupaten/kota tahun 2016. Jember: Medika.
2016 Nursalam. 2016. Manajemen Keperawatan.
Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Profesional. Edisi 5. Jakarta: Salemba
Strategi nasional pengendalian TB di
Medika.
Indonesia tahun 2010-2014. Jakarta:
Samantha M. Tracht, Sara Y. Del Valle.
2011
2009.Mathematical Modeling of the
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Effectiveness of Facemasks in
Pedoman pencegahan dan
Reducing the Spread of Novel
pengendalian infeksi di rumah sakit
Influenza A(H1N1). University of
dan fasilitas pelayanan kesehatan
Sidney Australia. Diunduh 29 Mei
lainnya. – Jakarta : Departemen
2017
Kesehatan RI. 2008
Sugiyono. 2009.Statistik Non Parametrik.
Djojodibroto, R. Darmanto, DR.
Bandung: Alfabeta.
Sp.P.FCCP.2014 . Respiratologi
Sugiyono. (2011). Statistik Untuk Penelitian.
(Respiratory Medicine) Edisi 2.
Bandung: Alfabeta
Jakarta: EGC.
Susila & Suyanto. 2015. Metodologi
Hamzah B. Uno. 2008. http://eprints.uny.ac.id.
Penelitian Cross Sectional
Diakses pada tanggal 4 Maret 2017.
Kedokteran Dan Kesehatan. Klaten:
Hidayat, A. A. 2014. Metodologi Penelitian
Bossscript.
Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Townsend, Mary C. 2009. Nursing Diagnoses
Jakarta: Salemba Medika.
In Psychiatric Nursing : care plans
Kaplan dan Saddock’s. 2003. Synopsis of
and psychotropic medications, 5th
psychiatry. New York. Walter kluwer
edition. U.S.A: F.A. Davis Company.
Health.
Tri Sulistyarini, Sigit Minarso. 2016.
Pengetahuan, motivasi dan kepatuhan
Jurnal Kesehatan dr. Soebandi Vol. 6, No. 2 34
Oktaviyanti Et al,………………….........................................hal. 30– 35 ISSN : 2302-7932
Journal.stikesdrsoebandi.ac.id e-ISSN : 2527-7529

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi


kontrol pada pasien Tuberculosis paru
di instalasi rawat jalan RS Baptis
Kediri. Skripsi. STIKES RS. Baptis
Kediri. Diunduh 4 Maret 2017.
Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan
pengukuran pengetahuan, sikap dan
perilaku manusia.Yogyakarta: Nuha
Medika.

World Health Organization. Global


tuberculosis control. 2014(diunduh 4
Maret 2017). Tersedia dari: URL:
HYPERLINK
http://www.who.int/tb/data.
World Health Organization. Global Report.
2015 (diunduh 4 Maret 2017). Tersedia
dari: URL:HYPERLINK
http://www.who.int/tb/data.

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi Vol. 6, No. 2 35

You might also like