Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Motivasi Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan Dan Ketepatan Dalam Melakukan

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.

id
Volume 17 No 1, Juni 2021, Hal. 32-40 P-ISSN 1858-0696
DOI: 10.26753/jikk.v17i1.529 E-ISSN 2598-9855

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN


TINGKAT KEPATUHAN DAN KETEPATAN DALAM MELAKUKAN
FIVE MOMENT HAND HYGINE

Ebenezer Sitorus, Dewi Prabawati*


STIK Sint Carolus
Email: deprab24@yahoo.com

Abstract
Keywords: Nurse compliance in performing hand hygiene brings essential impact
Knowledge, on the health of nurses and patients, especially in preventing nosocomial
Motivation, infections. Nosocomial infection cause negative effect on cost and length
Compliance, of stay of patients. This study aimed to determine relationship between
Accuracy, level of knowledge and motivation towards level of compliance and
Five moments accuracy in performing Five Moments Hand Hygiene at inpatient
hand hygiene department Tzu Chi Hospital, Jakarta. This study uses a quantitative
descriptive correlation design method by distributing questionnaires and
filling observations tools. There were 40 nurses chosen as respondent
using simple random sampling technique. The results revealed that
majority of respondents have high level of knowledge (57.5%), good
motivation (60%), and compliance in performing five moments hand
hygiene (62.5%) yet have less accuracy in performing hand hygiene
(62.5%). Using statistical test of Kendall tau B, it was revealed that there
was a significant relationship between level of knowledge (p=0.001) and
motivation (p=0,042) with nurse compliance in performing five moments
hand hygiene; Moreover, there was significant relationship between level
of knowledge (p=0,011) with nurse accuracy in performing hand hygiene
procedures; however there was no significant relationship between
motivation with nurse accuracy in performing hand hygiene procedures
(p=0.042). It is suggested that hospital management strengthen
socialization, re-and demonstration or conduct hand hygiene competition.
In addition, enhancing hospital facilities is needed to improve nurse
behavior on five moments hand hygiene with intention to prevent
transmission of microorganisms that will cause nosocomial infections.

PENDAHULUAN dampak negatif pada lamanya masa rawat,


Dalam menjaga mutu pelayanan yang ketidakberdayaan dan dampak ekonomi baik
terstandar, rumah sakit mempunyai tangggung pada pasien, keluarga bahkan tenaga
jawab terhadap pencegahan infeksi kesehatan (Khan et al., 2017). Infeksi
nosokomial. Infeksi nosokomial atau sering nosokomial bisa terjadi dari pasien ke pasien
disebut Healthcare Associated Infection (HAI) lain, dari pasien ke pengunjung atau keluarga,
terjadi pada pasien yang dalam masa atau dari petugas ke pasien saat melaksanakan
perawatan. Infeksi nosokomial menimbulkan tindakan atau perawatan pasien. Center for

32
JIKK Volume 17, No 1, Juni 2021 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id
Disease (CDC) mengklasifikasikan penularan cuci tangan sebelum bersentuhan dengan
infeksi melalui 4 kategori yaitu vena sentral pasien, sebelum melakukan prosedur bersih
(aliran darah); kateter; luka pembedahan dan dan steril, setelah bersentuhan dengan cairan
ventilator (Sikora, A., Zahra, 2021). tubuh pasien, setelah bersentuhan dengan
Kejadian infeksi nosokomial di rumah pasien, setelah bersentuhan dengan
sakit dunia mencapai 9% atau kurang lebih lingkungan sekitar pasien. Hal ini bertujuan
1,4 juta pasien yang rawat inap, dan sekitar agar dapat mengontrol penyebaran pathogen
8,7 % dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang dan, mencegah infeksi silang,
berasal dari Eropa, Timur Tengah, dan Pasifik Namun, masih banyak tenaga kesehatan
menunjukkan adanya infeksi nosokomial di yang kurang menyadari pentingnya
rumah sakit. Angka kejadian infeksi melakukan hand hygiene sesuai dengan
nosokomial di rumah sakit di negara-negara prosedur. Susilo (2015) menemukan bahwa
Asia sekitar 3-21% (rata-rata 9%) (Soedarto, petugas kesehatan di RS X Surabaya belum
2016). dapat dikatakan patuh dalam kegiatan hand
Pencegahan infeksi nosokomial salah hygiene, dimana langkah menggunakan
satunya dapat dilakukan dengan cara handuk untuk menutup kran air dan
melakukan five moments hand hygiene. Hal melakukan prosedur dalam 40-60 detik sama
ini didukung dengan penelitian dari Mera et al. sekali tidak dilakukan (0%). Penelitian lain
(2018) yang menemukan bahwa terdapat menemukan bahwa sebagian besar perawat
hubungan yang significant antara penerapan memiliki motivasi lemah dalam melakukan
five moments hand hygiene dan cuci tangan 6 hand hygiene (Sani & Pratiwi, 2017).
langkah dengan kejadian infeksi nosocomial Lebih lanjut dijelaskan bahwa petugas
di rumah sakit (p<0.05). Pencegahan melalui kesehatan masih rendah dalam melakukan 5
pengendalin infeksi nosocomial di rumah moments hand hygine, terutama moment saat
sakit ini mutlak dilakukan oleh profesi sebelum kontak dengan pasien (9,5%),
kesehatan dan seluruh jajaran menejemen sebelum tindakan antisepsis (0%), sesudah
rumah sakit dalam memberikan pelayanan terkena cairan tubuh pasien (23%), dan
kesehatan bagi pasien, yang meliputi tenaga sesudah kontak dengan area sekitar pasien
dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan (9,5%) (Susilo, 2015). Penelitian lain disalah
lain. satu rumah sakit swasta menemukan tingginya
World Health Organization (2009) angka infeksi nosokomial diruang rawat inap
mencetuskan tantangan keselamatan pasien sebesar 8,16%; sedangkan angka kepatuhan
secara global dengan semboyan “clean care is dalam melakukan cuci tangan perawat
safe care”, yaitu dengan melakukan My Five sebelum menyentuh pasien masih rendah
Moment For Hand Hygiene yaitu tindakan
JIKK Volume 17, No 1, Juni 2021 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id
sebesar 50% dan setelah menyentuh pasien ketepatan dalam melakukan five moments
80% (Setiawan, 2016). hand hygiene di ruang rawat inap rumah sakit
Tenaga kesehatan yang paling rentan METODE
dalam penularan infeksi nosokomial adalah Penelitian ini menggunakan desain
perawat, karena tingginya waktu interaksi dan deskriptif korelasi dengan cara menyebarkan
pendampingan dengan pasien. Dalam hal ini, kuesioner dan mengisi lembar observasi.
perawat memberikan kontribusi yang Sampel dalam penelitian ini dipilih secara
signifikan dalam pencegahan infeksi simple random sampling, dan terdapat 40
nosokomial. Kepatuhan hand hygiene itu perawat yang bekerja di ruang perawatan
sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, Rawat Inap Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi,
diantaranya pengetahuan dan motivasi (Gea et Cengkareng, Jakarta Barat sebagai responden.
al., 2018). Lebih lanjut dijelaskan responden Instrument menggunakan kuesioner yang
yang memiliki pengetahuan baik akan disusun berdasarkan literature terkait dan
memiliki kepatuhan yang baik dalam telah melalui uji reabilitas dan validitas.
melakukan hand hygiene, dan didapatkan Kuesioner pengetahuan terdiri dari 20
hubungan yang signifikant antara pertanyaan dengan Cronbach’s Alpha 0,958
pengetahuan perawat tentang pencegahan dan r table 0.38; Hasil ukur pengetahuan
infeksi nosocomial dengan kepatuhan dibagi menjadi 3 hasil ukur yaitu: baik (76%-
mencuci tangan (p<0.05). 100%), cukup (56%-75), dan kurang (<56%).
Survey pendahuluan yang dilakukan di Kuesioner motivasi terdiri dari 20 pertanyaan
Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi mulai dengan Cronbach’s Alpha 0,977 dan r tabel
bulan Juli – Desember 2018, dari 132 orang 0,38. Hasil ukur motivasi terbagi 2 hasil ukur
perawat terdapat 75,8% perawat yang yaitu: baik (60-100%) dan kurang baik
melakukan tindakan five moment hand (<60%). Untuk kepatuhan five moments hand
hygiene dengan cukup baik, sedangkan target hygiene dan ketepatan melakukan prosedur
di rumah sakit adalah 80%. Pihak rumah sakit hand hygiene dilakukan pengamatan atau
sendiri telah melakukan upaya meningkatkan observasi selama 5 hari dengan menggunakan
pengetahuan perawat melalui melakukan instrument sesuai SOP rumah sakit tempat
pelatihan pada perawat baru dan sosialisasi melakukan penelitian.
serta dilakukan simulasi bagi perawat senior. Penelitian ini telah mendapat persetujuan
Target yang belum tercapai ini membuat dari Komite Etik STIK Sint Carolus No.
peneliti tertarik untuk mengetahui adanya 064/KEPPKSTIKSC/XII/2019. Analisa
hubungan tingkat pengetahuan dan motivasi statistik menggunakan Kendall’s Tau B untuk
perawat dengan tingkat kepatuhan dan melihat hubungan antara variable.
JIKK Volume 17, No 1, Juni 2021 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id
I. HASIL Tabel 3. Tingkat ketepatan perawat dalam melakukan
Tabel 1. Frekuensi distribusi responden prosedur hand hygiene
Prosedur
Buka Kran air lalu basahi kedua tangan %
100%
Variabel Karakteristik Jumlah
Tuang sabun, ratakan sabun pada telapak tangan 100%
Usia 20-25 tahun 14 n35 %
26-30 tahun 14 35 Matikan Air dengan lengan bawah 60%
31-35 tahun 8 20 Gosok kedua telapak tangan 97,5%
36-40 tahun 2 5
>40 tahun 2 5 Gosok punggung tangan dan sela-sela jari 82,5%
Jenis kelamin Laki-laki 8 20 Gosokkan sela-sela jari dengan cara kedua telapak 80%
Perempuan 32 80 tangan berhadapan
Lama kerja < 1 tahun 1 2.5 Jari- jari dalam saling mengunci 77,5%
1-2 tahun 12 30
Gosok ibu jari kiri memutar 77,5 %
3-4 tahun 12 30
5-6 tahun 5 12.5 Gosokkan ujung jari memutar pada telapak tangan 90%
>7 tahun 10 25
Tingkat Baik 23 57.5 Buka Kran dan bilas kedua tangan dengan air 72,5%
Pengetahuan Cukup 16 40 Tutup Kran kembali dengan lengan bawah 57,5%
Kurang 1 2.5
Motivasi Baik 24 60 Keringkan tangan dengan Tissu 92,5%
Kurang 16 40 Buang Tissu ke tempat sampah non infeksius 100%
Tingkat Patuh 25 62.5
Kepatuhan Tidak patuh 15 37.5
Ketepatan Tepat 15 37.5 Tabel 2 memperlihatkan tingkat kepatuhan
Tidak Tepat 25 62.5
perawat dalam melakukan prosedur five
Dari table 1 dapat dijelaskan bahwa dari 40
moments hand hygiene yang diobservasi
orang responden, paling banyak berusia antara
selama 5 hari pengamatan. Terlihat belum ada
20-25 tahun dan 26-30 tahun sebanyak 35%;
moment yang dilakukan 100% oleh perawat,
berjenis kelamin perempuan 80%, lama kerja
dan moment sebelum kontak dengan pasien
antara 1-2 tahun dan 3-4 tahun sebanyak 30%.
memiliki kepatuhan terendah diantara
Dari segi tingkat pengetahuan perawat tentang
moment yang lain (72%). Selain dilakukan
five moments hand hygiene mayoritas
observasi prosedur 5 moments, dilakukan pula
memiliki pengetahuan baik (57.5%), memiliki
observasi ketepatan perawat dalam melakukan
motivasi baik (60%), patuh dalam melakukan
langkah-langkah hand hygine disetiap moment
prosedur five moments hand hygiene (62.5%)
seperti yang ditujukkan dalam tabel 3.
namun tidak tepat dalam melakukan prosedur
Sebagian besar perawat tepat dalam
hand hygiene ( 62.5%).
melakukan langkah-langkah hand hygine,
Tabel 2. Tingkat Kepatuhan perawat melakukan five
moments hand hygiene namun prosedur mematikan dan menutup kran
Moment (%) air dengan lengan bawah masih rendah
Sebelum Kontak dengan Pasien 72,5%
(<60%) diantara prosedur yang lain.
Sebelum melakukan tindakan Aseptik/ 87,5%
Invasif
Setelah terkena tubuh Pasien 90%
Setelah kontak dengan Pasien 85%
Setelah Kontak dengan Lingkungan 92,5%
sekitar pasien
JIKK Volume 17, No 1, Juni 2021 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id
Tabel 4. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan motivasi Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas
dengan Tingkat Kepatuhan Perawat dalam melakukan
five moments hand hygiene responden dengan pengetahuan baik memiliki
Tingkat Kepatuhan
Total tingkat ketepatan tepat dalam melakukukan
Variabel Patuh Tidak
(n) % (n) % (n) %
prosedur hand hygiene (30%), dimana nilai ini
Pengetahuan
Baik 19 47,5 4 10 23 57,5 lebih tinggi dibandingkan dengan responden
Cukup 6 15 10 25 16 40
Kurang 0 0 1 2,5 1 2,5 yang memiliki pengetahuan cukup (7.5%).
Motivasi Terdapat hubungan signifikan antara
Baik 18 45 6 15 24 60
Kurang 7 17.5 9 22.5 16 40 pengetahuan dengan ketepatan perawat dalam
Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas melakukan prosedur hand hygiene (p value
responden dengan pengetahuan baik memiliki 0.011). Sedangkan untuk motivasi, responden
tingkat kepatuhan patuh dalam melakukukan dengan motivasi baik, mayoritas memiliki
five moments hand hygiene. (47.5%), lebih ketepatan dalam melakukan prosedur hand
tinggi dibandingkan dengan responden yang hygiene (27.5) demikian pula dengan yang
memiliki pengetahuan cukup (15%). Hasil p- memiliki motivasi kurang (10%). Berdasarkan
value 0.001 menyimpulkan ada hubungan hasil statistic didapatkan p value 0.162 yang
signifikan antara pengetahuan dengan berarti tidak ada hubungan signifikan antara
kepatuhan melakukukan five moments hand motivasi dengan ketepatan perawat dalam
hygiene. Demikian halnya dengan motivasi, melakukan prosedur hand hygiene.
responden dengan motivasi baik memiliki
tingkat kepatuhan patuh dalam melakukukan II. PEMBAHASAN

five moments hand hygiene. (45%) lebih besar Tingkat pengetahuan sangat erat
dibandingkan yang memiliki motivasi kurang hubungannya dengan pendidikan dan
(17.5). Berdasarkan p value 0.042 pengalaman seseorang, dimana seorang
disimpulkan bahwa terdapat hubungan perawat dengan pendidikan yang tinggi dan
signifikan antara motivasi dengan kepatuhan ditunjang dengan pengalaman kerja yang baik
melakukukan five moments hand hygiene. akan menjadikan perawat tersebut memahami
Tabel 5. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan motivasi aspek kognitif dari suatu objek. Dalam
dengan Tingkat Ketepatan Perawat dalam melakukan
prosedur Hand hygiene penelitian ini, perawat yang bekerja di RSCK
Tingkat Ketepatan
Total > 1 tahun akan sering terpapar dengan
Tepat Tidak
Variabel
(n) % (n) % (n) % sosialisasi tentang five moments hand hygiene
Pengetahuan yang dilakukan secara regular oleh pihak
Baik 12 30 11 27.5 23 57.5
Cukup 3 7.5 13 32.5 16 40 0.011 managemen rumah sakit.
Kurang 0 0 1 2.5 1 2.5
Sosialisasi dan tindakan edukasi yang telah
Motivasi
Baik 11 27.5 13 32.5 24 60 dilakukan secara berkala tentang five moments
0.162
Kurang 4 10 12 30 16 40
hand hygiene menjadikan mayoritas
JIKK Volume 17, No 1, Juni 2021 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id
pengetahuan perawat tinggi. Hal ini sejalan memadai juga mempengaruhi motivasi
dengan penelitian Listiowati & Nilamsari perawat.
(2015) yang menyatakan bahwa tingkat Kepatuhan perawat melakukan five
kepatuhan melaksanakan hand hygiene moments hand hygiene merupakan salah satu
menalami peningkaatan 13.83% setelah faktor yang mempunyai pengaruh besar
diberikan simulasi hand hygiene; dan adanya terhadap kesehatan perawat dan pasien dalam
hasil significant sebelum dan sesudah pencegahan terjadiannya infeksi nosokomial.
pemberian simulasi hand hygiene (p value Ketidakpatuhan perawat dalam melakukan
<0.05). five moments hand hygiene dapat
Motivasi seseorang dalam melakukan hand mengakibatkan bertambahnya penyakit dari
hygiene juga memiliki peran yang sangat infeksi nosokomial, memperpanjang jumlah
penting. Hal ini dikarenakan motivasi yang hari rawat selama di rumah sakit hingga dapat
tinggi akan memberikan kontribusi pada menyebabkan kematian bagi pasien, dapat
tingkat komitmen seseorang dalam melakukan menularkan kepada orang lain setelah
kepatuhan five moments hand hygiene, yang meninggalkan rumah sakit bagi pengunjung,
dampaknya akan mengurangi risiko infeksi. menjadi barier (pembawa kuman) yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian menularkan kepada pasien lain dan diri
dari Sani & Pratiwi (2017) yang menyatakan sendirir bagi perawat, menurunkan mutu
adanya hubungan antara motivasi perawat pelayanan rumah sakit hingga pencabutan ijin
rawat inap dengan tingkat kepatuhan dalam operasional rumah sakit (Wawan & Dewi,
melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar 2011).
dengan p value 0.000. Dalam penelitian ini, kepatuhan perawat
Dalam penelitian ini, motivasi perawat melakukan five moments hand hygiene
mayoritas baik, dimana motivasi dapat berasal berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan
dari factor intrinsic dan ekstrinsik. Dari hasil motivasi. Pada dasarnya pengetahuan yang
kuesioner juga digambarkan bahwa adanya baik akan menghasilkan perilaku yang positif
pengaruh variable intrinsic seperti tanggung (Prabawati & Natalia, 2020), dalam penelitian
jawab, pengakuan, prestasi kerja, ini adalah perilaku kepatuhan dan ketepatan
pengembangan karir, dan promosi membawa melakukan five moments hand hygiene. Hasil
dampak positif dalam peningkatan motivasi penelitian ini juga didukung oleh penelitian
tentang five moments hand hygiene. dari Gea et al. (2018) yang menyatakan ada
Sedangkan factor ekstrinsik seperti adanya hubungan pengetahuan dan motivasi terhadap
role model dalam melakukan hand hygiene, kepatuhan perawat dalam melakukan hand
oleh Ka. Unit, monitoring berkala dari bagian hygiene (p value < 0.05). Lebih lanjut
dari PPI dan fasilitas pendukung yang dijelaskan bahwa variabel yang paling
JIKK Volume 17, No 1, Juni 2021 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id
dominan mempengaruhi kepatuhan perawat hygine pada moment sebelum melakukan
dalam melakukan hand hygiene adalah tindakan invasive karena mereka langsung
motivasi, dengan odds rasio Exp (B) 2,487. mengenakan sarung tangan lalu menghampiri
Dari penjelasan di table 2, terlihat bahwa pasien. Hal ini kurang disadari oleh perawat
responden perawat belum ada yang bahwa prosedur hand hygine adalah juga
melakukan five moments hand hygiene secara untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan
100%. Hal ini dapat mengakibatkan pada mencegah transmisi silang infeksi.
gagalnya program patient safety; dimana five Berbagai alasan diungkapkan oleh perawat
moments hand hygiene ini telah terbukti saat lalai melakukan five moments hand
efektif untuk mencegah transmisi selama hygiene adalah karena tingginya beban kerja,
perawatan antara tenaga kesehatan dan pasien. keterbatasan waktu dan lupa karena
Adapun moment terendah adalah sebelum banyaknya tugas yang harus dikerjakan.
kontak dengan pasien (72.5%) diikuti dengan Mereka menyatakan tanggung jawab untuk
setelah kontak dengan pasien (85%) dan merespon pasien dengan cepat menjadi
sebelum melakukan tindakan Aseptik (87.5%). prioritas utama, sehingga mayoritas perawat
Menurut WHO (2009) transmisi mikro- melakukan hand hygiene setelah selesai
organisme yang dibawa perawat saat menangani kebutuhan pasien untuk
memasuki kamar atau akan kontak dengan mempersingkat waktu.
pasien dapat berasal dari lingkungan sekitar Beban kerja tenaga kesehatan terutama
perawat seperti furniture, dinding, pintu dalam menghadapi pasien dengan tingkat
ataupun document yang sebelumnya disentuh ketergantungan tinggi menjadi salah satu
perawat. Sedangkan, setelah kontak dengan faktor yang dapat mempengaruhi
pasien, perawat akan mudah terpapar dengan tidakpatuhan perawat dalam pelaksanaan
cairan tubuh pasien, tempat tidur, meja, linen, hand hygine. Hal ini didukung dari hasil studi
selang infus atau peralatan medis lain yang kualitatif oleh Atif et al. (2019) bahwa salah
akan mengontaminasi perawat dan alat lain satu factor yang mempengaruhi perawat
yang akan disentuh kemudian. dalam mencuci tangan adalah hambatan
Hasil temuan ini sejalan juga dengan dalam organisasi, yang meliputi beban kerja
penelitian sebelumnya, dimana nilai rendah yang berat dan jumlah staf yan tidak adekuat.
juga terjadi pada moment sebelum kontak Perawat menjelaskan bahwa keadaan menjadi
dengan pasien (Shobowale, Adegunle & lebih berat bila kapasitas pasien di unit terisi
Onyedibe, 2016; Susilo, 2015). Lebih lanjut maksimal dan beragamnya kasus pasien yang
(Shobowale, Adegunle & Onyedibe, 2016) dihadapi.
menjelaskan bahwa dari hasil observasi Selain beban kerja, factor fasilitas juga
tenaga kesehatan tidak melakukan hand dapat menjadi hambatan perawat dalam
JIKK Volume 17, No 1, Juni 2021 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id
melakukan kepatuhan melakukan five semakin meningkat. Penambahan sarana dan
moments hand hygiene. Shobowale, Adegunle prasarana seperti penambahan wastafel cuci
& Onyedibe (2016) menemukan bahwa tangan serta poster juga perlu dilengkapi
kurangnya wastafel dengan air mengalir dan sehingga meningkatkan kepatuhan dan ketepatan
ketiadaan alcohol hand lotions jua menjadi perawat melakukan hand hygine guna mencegah
kendala. Hal ini dapat diatasi dengan menambah terjadinya transmisi mikroorganisme yang akan
fasilitas seperti memperbanyak wastafel cuci menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.
tangan sehingga perawat tidak perlu
menunggu/antri saat akan melakukan prosedur IV. DAFTAR PUSTAKA
hand hygine.
Atif, S., Lorcy, A., & Dubé, E. (2019).
Healthcare workers’ attitudes toward
hand hygiene practices: Results of a
III. SIMPULAN DAN SARAN
multicentre qualitative study in Quebec.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah Canadian Journal of Infection Control,
34(1), 41–48.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
https://doi.org/10.36584/cjic.2019.004
a. Tingkat kepatuhan perawat melakukan five Gea, I. A. yanto, Fitriani, A. D., & Theo, D.
(2018). Faktor Kepatuhan Perawat
moments hand hygiene dipengaruhi oleh
Dalam Penerapan Hand Hygiene di
tingkat pengetahuan dan motivasi perawat. Instalasi Rawat Inap RSUD Gunungsitoli.
Jurnal Kesehatan Global, 1(3), 102.
Semakin tinggi pengetahuan dan motivasi
https://doi.org/10.33085/jkg.v1i3.3951
akan semakin patuh pula perawat Khan, H. A., Baig, F. K., & Mehboob, R.
(2017). Nosocomial infections:
melakukan five moments hand hygiene
Epidemiology, prevention, control and
serta ketepatan hand hygiene (p surveillance. Asian Pacific Journal of
Tropical Biomedicine, 7(5), 478–482.
value<0.05)
https://doi.org/10.1016/j.apjtb.2017.01.0
b. Tingkat kepatuhan perawat dalam 19
Listiowati , E., & Nilamsari, L. (2015).
melakukan five moment hand hygiene
Efektivitas Pemberian Vitamin. Jurnal
belum sepenuhnya patuh karena dari setiap Medicoeticolegal Dan Manajemen
Rumah Sakit, 4(1), 1–26.
moment tidak ada yang dilakukan 100%.
https://journal.umy.ac.id/index.php/mrs/a
c. Perawat yang melakukan prosedur hand rticle/view/1112/1191
Mera, D., Andriani, Y., & Gustinawati. (2018).
hygine belum tepat pelaksanaannya karena
Penerapan Cuci Tangan Five Momen
ada beberapa bagian yang belum Dengan Angka Kejadian Infeksi
Nosokomial. Prosiding Seminar
dilaksanakan dengan benar.
Kesehatan Perintis, 1(2), 8–16.
Penelitian ini merekomendasikan agar Prabawati, D. & Natalia, L. (2020). the
Effectiveness of Self-Care Model on
sosialiasi dan simulasi prosedur hand hygine
Diabetes Self-. Indonesian Nursing
dapat dilakukan secara berkala bahkan perlu Journal Of Education And Clinic
(INJEC), 5(1), 1–7.
dilakukan lomba kebersihan tangan antar unit
Sani, F. N., & Pratiwi, M. R. (2017). the
sehingga pengetahuan dan motivasi perawat Corelation Between Nurse Motivation
and the Compliance Level At Hand
untuk melakukan five moments hand hygiene
JIKK Volume 17, No 1, Juni 2021 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id
Washing. 14, 0–7. rumahsakit. hospital nosocomial
Setiawan, Y. (2016). Universal Percaution. infections (Issue January). Sagung Seto.
Faktor- Faktor Yang Berhubungan https://www.researchgate.net/publication
Dengan Kepatuhan Perawat Dalam /310293816
Melakukan Cuci Tangan Sebelum Dan Susilo, D. B. (2015). Kepatuhan Pelaksanaan
Setelah Tindakan Keperawatan Diruang Kegiatan Hand Hygiene Pada Tenaga
Punica Rumah Sakit Sentra Medika Kesehatan Di Rumah Sakit X Surabaya.
Cisalak Depok. Dwi Bagus Susilo, 2(2), 200–204.
https://www.google.com/search?q=faktor https://ojs.iik.ac.id/index.php/wiyata/arti
+faktor+yang+berhubungan+dengan+per cle/view/61/61
ilaku+mencuci+tangan+perawat&ie=utf- Wawan, A. & Dewi, M. (2011). Teori dan
8&oe=utf-8 pengukuran pengetahuan sikap dan
Shobowale, E. O., Adegunle, B., & Onyedibe, perilaku manusia : dilengkapi contoh
K. (2016). An assessment of hand kuesioner. Nuha Medika.
hygiene practices of healthcare workers World Health Organization. (2009). “ My
of a semi-urban teaching hospital using Five Moments for Hand Hygiene ”
the five moments of hand hygiene. Concept (H. ur R. Malik (ed.)).
Nigerian Medical Journal : Journal of https://www.who.int/gpsc/tools/Manual_
the Nigeria Medical Association, 57(3), 5_moments_Pakistan.pdf?ua=1
150–154. World health organization (WHO). (2009).
https://doi.org/https://doi.org/10.4103/03 Hand hygiene technical reference
00-1652.184058 manual: to be used by health-care
Sikora, A., Zahra, F. (2021). Nosocomial workers, trainers and observers of hand
Infections. In: StatPearls [Internet]. hygiene practices. Geneva: WHO., 1–31.
Treasure Island (FL): StatPearls http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/4
Publishing; Available from: 4196/1/9789241598606_eng.pdf%5Cnht
Https://Www.Ncbi.Nlm.Nih.Gov/Books/N tp://whqlibdoc.who.int/publications/2009
BK559312/. /9789241598606_eng.pdf
Soedarto, S. (2016). Infeksi nosokomial di

You might also like