Seleksi in Vitro Tanaman Jagung (Zea Terhadap Cekaman Salinitas
Seleksi in Vitro Tanaman Jagung (Zea Terhadap Cekaman Salinitas
Seleksi in Vitro Tanaman Jagung (Zea Terhadap Cekaman Salinitas
FATHIN FINARIYAH
1511100012
Dosen Pembimbing:
Triono Bagus Saputro, S.Si., M.Biotech.
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2015
FINAL PROJECT – SB141510
FATHIN FINARIYAH
1511100012
Advisor Lecturer:
Triono Bagus Saputro, S.Si., M.Biotech.
DEPARTMENT OF BIOLOGY
MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCE FACULTY
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2015
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKITIR
Oleh:
FATIIIN FINARTYAfl
I{RP. 1511100012
TugasAkhir:
Disetujuioleh Pembimbrng /
Triono
Bagus *.r].,*1"*ro
saputro,
^.ffirembimbing)
/
27 Juli 2015
ffi Shovitri,M.Si
7 199803
2 001
IN VITRO SELECTION OF MAIZE (Zea mays L.)
TALANGO AND MANDING VARIETIES TO SALINITY
STRESS
Abstract
In Indonesia, needs for Zea mays annually increased. It is
inversely proportional to fewer agricultural land that can be
used. The solution that is utilizing marginal land with high salt
content. The aim of this study are to test the effect of resistance
level Talango and Manding varieties to salinity and to know the
genetic diversity of in vitro selection yield strains.
In this study, to obtain salinity tolerant Z. mays varieties,
used in vitro techniques. First, callus was induced (MS0+4ppm
2,4-D), then subcultured on selection medium (MS0+4ppm 2,4-
D+NaCl concentration (0, 2500, 5000, and 7500 ppm)). Then
analysis of genetic diversity used RAPD.
Callus resistance parameter on treatment could be seen
by the callus morphological change of color, alive callus
percentage, callus weight gain decreasing with increasing
salinity concentration. Analysis RAPD showed that
polymorphism occurs in both varieties with primer OPA 13,
OPB 07, OPC 02, OPK 20, and OPU 19. This proves the
existence of genetic differences between control and tolerant
callus.
ix
x
SELEKSI IN VITRO TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
VARIETAS TALANGO DAN MANDING TERHADAP
CEKAMAN SALINITAS
Abstrak
Di Indonesia, kebutuhan akan Zea mays tiap tahunnya
meningkat. Hal ini berbanding terbalik dengan sedikitnya lahan
pertanian yang digunakan. Solusinya yakni memanfaatkan
lahan marginal dengan kandungan garam tinggi. Tujuannya
adalah untuk menguji pengaruh tingkat ketahanan varietas
Talango dan Manding terhadap salinitas serta melihat adanya
keragaman genetik galur hasil seleksi in vitro.
Pada penelitian ini, untuk mendapatkan varietas Z. mays
yang toleran terhadap salinitas dilakukan dengan
menggunakan teknik in vitro. Pertama dilakukan induksi kalus
(MS0+4ppm 2,4-D), kemudian kalus disubkultur pada medium
seleksi (MS0+4ppm 2,4-D+konsentrasi NaCl (0, 2500, 5000,
dan 7500 ppm)). Selanjutnya dilakukan analisis keragaman
genetik dengan RAPD.
Parameter ketahanan kalus pada perlakuan dapat dilihat
dari perubahan morfologi warna kalus, persentase kalus hidup,
pertambahan berat kalus yang semakin menurun. Analisis
RAPD menunjukkan hasil bahwa terjadi polimorfisme pada
kedua varietas dengan primer OPA 13, OPB 07, OPC 02, OPK
20, dan OPU 19. Hal ini membuktikan adanya perbedaan
genetik antara kalus kontrol dan toleran.
vii
viii
KATA PENGANTAR
Fathin Finariyah
xi
xii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ....................................................... 3
1.4 Tujuan ....................................................................... 4
1.5 Manfaat ..................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jagung (Zea mays L.) ............................................... 5
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Jagung (Zea mays L.) .......... 5
2.1.2 Distribusi dan Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
(Zea mays L.) ......................................................... 6
2.1.3 Morfologi dan Penggolongan Tanaman Jagung
(Zea mays L.) ......................................................... 7
2.1.4 Karakteristik Varietas Jagung (Zea mays L.) ........ 11
2.1.4.1 Talango ............................................................... 11
2.1.4.2 Manding ............................................................. 12
2.2 Cekaman Salinitas dan Pengaruhnya Terhadap
Tanaman Jagung (Zea mays L.) ............................... 12
2.3 Mekanisme Toleransi Tanaman Terhadap Cekaman
Salinitas .................................................................... 14
2.4 Seleksi In Vitro .................................................... 16
2.5 Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD) ..... 17
xiii
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian .................................... 19
3.2 Metode yang Digunakan ........................................... 19
3.2.1 Tahap Persiapan .................................................... 19
3.2.1.1 Sterilisasi Ruangan ............................................. 19
3.2.1.2 Sterilisasi Peralatan ............................................ 19
3.2.1.3 Sterilisasi Medium .............................................. 20
3.2.1.4 Sterilisasi Eksplan .............................................. 20
3.2.2 Tahap Penelitian .................................................... 21
3.2.2.1 Induksi Kalus ...................................................... 21
3.2.2.2 Seleksi In Vitro ................................................... 22
3.2.2.3 Pembuatan Agarose 2% ...................................... 22
3.2.2.4 Ekstraksi DNA dan Analisis RAPD ................... 23
3.4 Rancangan Penelitian ............................................... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASA
4.1 Pengaruh Beberapa Konsentrasi Cekaman Salinitas
terhadap Morfologi Kalus ........................................ 29
4.2 Pengaruh Cekaman Salinitas terhadap Persentase
Kalus Hidup .............................................................. 31
4.3 Pengaruh Cekaman Salinitas terhadap Pertambahan
Berat Kalus ............................................................... 33
4.4 Analisis RAPD ......................................................... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................... 43
5.2 Saran ......................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ..................................................... 45
LAMPIRAN ................................................................... 55
BIODATA PENULIS ..................................................... 67
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
xv
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xix
xx
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.4 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian seleksi in vitro
tanaman Jagung (Zea mays L.) varietas Talango dan Manding
terhadap cekaman salinitas yakni:
1. Menguji pengaruh tingkat ketahanan varietas Talango dan
Manding pada kondisi salinitas tinggi.
2. Mengetahui keragaman genetik galur hasil seleksi in vitro.
1.5 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Galur hasil seleksi dapat digunakan secara lebih lanjut dalam
perakitan varietas tahan salinitas yakni sebagi tetua
persilangan.
2. Memberikan informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai
hasil antara untuk penelitian pengembangan marka
molekuler pada tanaman jagung lokal Indonesia dengan
teknik RAPD (Random Amplified Polymorphism DNA).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
(A) (B)
Gambar 2.2 Bunga Tanaman Z. mays: (A) Bunga Jantan, (B) Bunga
Betina (Subekti et al., 2008).
2.1.4.2 Manding
Tanaman Z. mays varietas Manding termasuk dalam jenis
Z. mays lokal (komposit). Berasal dari Kecamatan Manding,
Sumenep yang diseleksi tahun 2003 menggunakan metode Ear To
Row. Umur varietas ini bersifat genjah (berumur pendek) yakni
waktu berbunga 38-42 hari, keluar rambut 39-45 hari. Varietas
Manding memiliki tinggi tanaman sebesar 106,9 cm dengan
batang kecil berdiameter 1,0-1,75 cm dan tahan rebah. Biji
varietas Manding bertipe mutiara dan berwarna kuning. Mampu
bertahan terhadap penyakit bulai. Potensi hasil produksi dari
varietas Manding sebesar 2,94 ton/ha (Arifin & Fatmawati, 2011).
B. Alat Gelas
Proses sterilisasi alat-alat gelas seperti labu ukur,
Erlenmeyer, gelas beker, gelas ukur, dan cawan petri dimulai
dengan mencuci alat-alat tersebut, lalu dikeringkan, ditutup
19
20
C. Peralatan Lainnya
Peralatan lain seperti peralatan diseksi (seperti scalpel,
pinset, spatula, gunting, dll), magnetic strirrer, dan sendok dicuci
dan dikeringkan. Kemudian untuk peralatan diseksi dibungkus
dengan yellow pages. Semua peralatan disterilisasi dalam autoklaf
dengan suhu 1210C tekanan 1,5 atm selama 60 menit.
Sebelum dimasukkan kedalam LAFC, semua peralatan
telebih dahulu disemprot menggunakan alkohol 70% dan
pembungkus dibuka didalam LAFC. Saat memulai dan dalam
proses bekerja, alat diseksi yang digunakan (skalpel dan pinset)
dicelupkan kedalam alkohol 96% dan dilewatkan diatas api
bunsen.
Tabel 3.2 Daftar primer dan urutan basa nitrogen yang digunakan
untuk analisis RAPD.
Jumlah Pasangan
No. Primer Urutan Primer (5’ – 3’)
Basa
1 OPA 02 TGC CGA GCT G 10
2 OPA 10 GTG ATC GCA G 10
3 OPA 13 CAG CAC CCA C 10
4 OPB 07 GGT GAC GCA G 10
5 OPC 02 GTG AGG CGT C 10
6 OPD 08 GTG TGC CCC A 10
7 OPI 01 ACC TGG ACA C 10
8 OPK 20 GTG TCG CGA G 10
9 OPU 19 GTC AGT GCG G 10
10 OPU 20 ACA GCC CCC A 10
Siklus
Gambar 3.2 Tahap Proses PCR: (a) Denaturasi awal (b) Denaturasi
(c) Annealing/Penempelan (d) Elongasi/Ekstensi (e) Elongasi Akhir (f)
finishing.
29
30
14
12
10
Berat (mg)
8
6
4
2
0
0 2500 5000 7500
Konsentrasi (ppm)
Gambar 4.3 Pengaruh interaksi antara kalus Z. mays varietas
Talango dengan konsentrasi NaCl terhadap pertambahan berat
kalus.
1200
1000
Berat (mg)
800
600
400
200
0
0 2500 5000 7500
Konsentrasi (ppm)
Gambar 4.4 Pengaruh interaksi antara kalus Z. mays varietas
Manding dengan konsentrasi NaCl terhadap pertambahan berat
kalus.
Talango Manding
Primer Urutan Primer
(5’ – 3’) Kontrol Perlakuan Status Keterangan Kontrol Perlakuan Status Keterangan
Menunjukkan perbedaan
Tidak menunjukkan
pada jumlah pita dan ukuran
OPA 02 TGC CGA GCT G 2 2 Monomorfisme perbedaan pada jumlah dan 2 1 Polimorfisme
pita (±500–750 bp) tidak
ukuran pita DNA
terlihat pada perlakuan
Menunjukkan perbedaan
Tidak menunjukkan
pada jumlah pita dan ukuran
OPA 10 GTG ATC GCA G 1 1 Monomorfisme perbedaan pada jumlah dan 1 3 Polimorfisme
pita (±500–750 bp) terlihat
ukuran pita DNA
pada perlakuan
Menunjukkan perbedaan
Menunjukkan perbedaan
pada jumlah pita dan ukuran
pada jumlah pita dan ukuran
OPA 13 CAG CAC CCA C 2 1 Polimorfisme pita berkisar antara ±500 – 2 4 Polimorfisme
pita (±500 bp dan ±750 bp)
750 bp tidak terlihat pada
terlihat pada perlakuan
perlakuan
Menunjukkan perbedaan
Menunjukkan perbedaan
pada jumlah pita dan ukuran
pada jumlah pita dan ukuran
OPB 07 GGT GAC GCA G 3 2 Polimorfisme 4 2 Polimorfisme pita (antara ±250-750 bp)
pita (±500 bp) tidak terlihat
tidak terlihat pada
pada perlakuan
perlakuan
Menunjukkan perbedaan Menunjukkan perbedaan
pada ukuran pita (±1000 – pada jumlah pita dan ukuran
OPC 02 GTG AGG CGT C 1 1 Polimorfisme - 4 Polimorfisme
1500 bp) terlihat pada pita (antara ±250-1000 bp)
perlakuan terlihat pada perlakuan
Menunjukkan perbedaan
Tidak menunjukkan
pada jumlah pita dan ukuran
OPD 08 GTG TGC CCC A 4 3 Polimorfisme 2 2 Monomorfisme perbedaan pada jumlah dan
pita (±500 bp) tidak terlihat
ukuran pita DNA
pada perlakuan
42
Menunjukkan perbedaan
Tidak menunjukkan
pada jumlah pita dan ukuran
OPI 01 ACC TGG ACA C 4 1 Polimorfisme - - Monomorfisme perbedaan pada jumlah dan
pita (±500 bp) tidak terlihat
ukuran pita DNA
pada perlakuan
Menunjukkan perbedaan
pada ukuran pita (±250 dan Menunjukkan perbedaan
±500 bp) tidak terlihat pada pada jumlah pita dan ukuran
OPK 20 GTG TCG CGA G 3 3 Polimorfisme 3 1 Polimorfisme
perlakuan, namun terlihat pita (± 750 bp) tidak terlihat
pita DNA baru dengan pada perlakuan
ukuran ±750-1000 bp
Menunjukkan perbedaan Menunjukkan perbedaan
pada jumlah pita dan ukuran pada jumlah pita dan ukuran
OPU 19 GTC AGT GCG G 5 3 Polimorfisme 3 4 Polimorfisme
pita (± 250-500 bp) tidak pita (± 750-1000 bp) terlihat
terlihat pada perlakuan pada perlakuan
Menunjukkan perbedaan
Tidak menunjukkan
pada jumlah pita dan ukuran
OPU 20 ACA GCC CCC A 2 2 Monomorfisme perbedaan pada jumlah dan 1 4 Polimorfisme
pita (± 250-1000 bp) terlihat
ukuran pita DNA
pada perlakuan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa tingkat ketahanan Zea mays varietas Talango
dan Manding terhadap tingginya konsentrasi salinitas berbeda-
beda. Semakin tinggi salinitas maka akan berpengaruh terhadap
perubahan morfologi warna kalus, persentase kalus hidup, dan
pertambahan berat kalus yang semakin kecil. Keragaman genetik
yang diperoleh melalui analisi RAPD menunjukkan adanya
polimorfisme pada kedua varietas dengan primer OPA 13, OPB 07,
OPC 02, OPK 20, dan OPU 19. Lima primer lainnya yakni OPD
08 dan OPI 01 menunjukkan polimorfisme pada Talango
sedangkan primer OPA 02, OPA 10, dan OPU 20 menunjukkan
polimorfisme pada Manding saja. Hal ini membuktikan adanya
perbedaan genetik antara kalus kontrol dan toleran.
5.2 Saran
Seleksi in vitro Z. mays dalam penelitian ini perlu dilakukan
peningkatan konsentrasi NaCl untuk mengetahui tingkat ketahanan
kalus Z. mays sampai tingkat lethal dimana kalus sudah tidak
mampu bertahan, tahap seleksi lebih lanjut seperti tahap
regenenerasi kalus sampai dengan planlet yang diaklimatisasi
untuk mendapatkan varietas Z. mays yang toleran, serta dilakukan
analisis kandungan prolin, dan metabolit sekunder lainnya.
43
44
45
46
James, R.A., Blake, C.S., Munns, R. 2011. Major Genes for Na+
Exclusion, Nax1 and Nax2 (wheatHKT1;4 and HKTI;5),
Decrease Na+ Accumulation In Bread Wheat Leaves Under Saline
and Waterlogged Condition. Journal of Experimental Botany.
Vol. 62, no. 8, pp. 2939-2947.
Khanam, S., Sham, A., Bennetzen, J.L. dan Aly, M.A.M. 2012.
Review article: Analysis of molecular marker-based
characterization and genetic variation in date palm (Phoenix
48
Prittila, A.M., Podolich, O., Koskima Ki, J.J., Hohtola, E., dan
Hohtola, A. 2008. Role of origin and endophyte infection in
browning of bud – derived tissue culters of scots pine (Pinus
sylvestris L.). Plant Cell Tiss. Org. Cult. 95: 47-55.
Rai, M.K., Kalia, R.K., Singh, R., Gangola, M.P., dan Dhawan,
A.K. 2011. Developing Stress Tolerant Plants Through In Vitro
Selection-An Overview of The Recent Progress. Elsevier.
Environmental and Experimental Botany. Vol 7 (1), PP 89-98.
55
56
Tambahkan aquabides
sampai tepat pada tanda
tera dan atur pH antara 5,6-
5,8
Tuangkan medium
kedalam Erlenmeyer dan
tambahkan gula sebanyak
30 gram serta agar
sebanyak 8 gram
Nama : Talango
Tipe : Lokal (Komposit)
Asal : Kecamatan Talango Sumenep,
diseleksi sejak tahun 2003 dengan
metode Ear To Row
Umur : Genjah
50% berbunga : 40-30 hari
50% keluar rambut : 42-50 hari
Masak fisiologis : 75 hari
Tinggi tanaman : 159,55 cm
Keseragaman : Seragam
Batang : Kecil (diameter : 2,1-2,4 cm)
Warna batang : Hijau
Kerebahan : Tahan
Warna daun : Hijau
Bentuk malai : Kecil terbuka (mencar)
Warna malai : Coklat
Warna sekam : Coklat
Warna rambut : Coklat-kemerahan
Perakaran : Sempurna (baik)
Bentuk tonkol : Pendek dan gemuk
Kedudukan tongkol : Di pertengahan tingggi tanaman
Kelobot : Menutup tongkol sempurna
Baris biji : Lurus dan rapat
Jumlah baris biji : 10-13
Tipe biji : Mutiara
Warna biji : Kuning
Bobot 1000 butir biji : 151,3 gram
Hasil rata-rata : 3,35 ton/ha
62
Nama : Manding
Tipe : Lokal (Komposit)
Asal : Kecamatan Manding Sumenep,
diseleksi sejak tahun 2003 dengan
metode Ear To Row
Umur : Genjah
50% berbunga : 38-42 hari
50% keluar rambut : 39-45 hari
Masak fisiologis : 65 hari
Tinggi tanaman : 106,9 cm
Keseragaman : Seragam
Batang : Kecil (diameter : 1,0-1,75 cm)
Warna batang : Hijau
Kerebahan : Tahan
Warna daun : Hijau
Bentuk malai : Kecil terbuka (merekah)
Warna malai : Coklat
Warna sekam : Coklat
Warna rambut : Coklat-kemerahan
Perakaran : Sempurna (baik)
Bentuk tonkol : Kecil lonjong
Kedudukan tongkol : Di pertengahan tingggi tanaman
Kelobot : Menutup tongkol sempurna
Baris biji : Lurus dan rapat
Jumlah baris biji : 9-12
Tipe biji : Mutiara
Warna biji : Kuning
Bobot 1000 butir biji : 139,4 gram
Hasil rata-rata : 2,44 ton/ha
64
Persentase
Konsentrasi
Varietas Berat (mg) kalus hidup
NaCl
(%)
10
0 ppm 10 100
20
10
2500 ppm 0 100
10
Talango
0
5000 ppm 10 100
0
0
7500 ppm 0 66,7
0
1120
0 ppm 890 100
980
390
2500 ppm 320 100
400
Manding
250
5000 ppm 220 100
170
170
7500 ppm 170 100
170
66
67
68
Halaman
xvii
mays varietas Talango dengan
konsentrasi NaCl terhadap
pertambahan berat kalus …………….. 35
xviii
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) 1
Abstrak—Produksi Zea mays setiap tahunnya mengalami yang mana mampu memberikan wilayah cukup luas untuk
peningkatan. Peningkatan tersebut akan sulit dipenuhi dimanfaatkan bagi kehidupan manusia [2]. Rujukan [3],
mengingat semakin berkurangnya lahan pertanian akibat menjelaskan bahwa garis pantai Indonesia memiliki panjang
konversi lahan. Pemanfaatan lahan marginal sebagai lahan
sebesar 81.000 Km sehingga memiliki potensi besar untuk
pertanian kini semakin banyak digunakan. Salah satu masalah
dalam penggunaan lahan marginal adalah adanya kandungan menambah luasan area pertanian. Namun, keterbatasan
salinitas yang tinggi, dimana menyebabkan adanya cekaman dalam memanfaatkan lahan marginal yakni kandungan
salinitas yang berdampak buruk bagi produktivitas. Sehingga salinitas yang tinggi.
perlu dilakukan proses seleksi, salah satu caranya yakni seleksi Salinitas merupakan salah satu faktor pembatas utaman
in vitro. Pada penelitian ini, Z. mays yang digunakan adalah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas
varietas Talango dan Manding. Tujuan penelitian yakni untuk
tanaman di seluruh dunia [4]. Berdasarkan penelitian yang
menguji pengaruh tingkat ketahanan varietas Talango dan
Manding terhadap salinitas. Pembentukan kalus ditumbuhkan telah dilakukan pengaruh cekaman salinitas terhadap dua
dimedium MS0+4 ppm 2,4-D dan diinkubasi selama 28 hari. kultivar tanaman Z. mays yakni Giza 2 dan Trihibryd 321
Setelah itu, kalus diberi perlakuan dengan menambahkan NaCl menunjukkan pengaruh terhadap menurunnya berat basah,
(0, 2500, 5000, 7500 ppm) kedalam medium MS0+4 ppm 2,4-D berat kering, dan laju pertumbuhan relatif tunas dan akar
dan diinkubasi selama 28 hari. Selanjutnya, dilakukan tanaman Z. mays [5]. Rujukan [6], menjelaskan bahwa
pengamatan morfologi kalus, perhitungan persentase kalus
hidup serta pertambahan berat kalus yang mampu bertahan.
tingginya salinitas menyebabkan berbagai masalah pertanian
Hasil yang diperoleh yakni terjadi perubahan morfologi yang cukup serius yaitu dapat mengurangi produktivitas dari
terhadap warna kalus, semakin tinggi konsentrasi NaCl tanaman pertanian. Z. mays memiliki sensitivitas yang cukup
menunjukkan terjadinya browning. Persentase kalus hidup tinggi terhadap kondisi salin. Kondisi garam tinggi akan
menunjukkan bahwa semua kalus pada kedua varietas mampu berpengaruh terhadap perubahan fisiologis, biokimia, dan
bertahan disetiap perlakuan kecuali kalus Talongo yang genetik pada tanaman [7]. Berdasarkan hal tersebut maka
tumbuh pada medium dengan konsentrasi salinitas tinggi.
perlu dikembangkan Z. mays yang tahan terhadap cekaman
Kata Kunci—Kalus, Salinitas, Seleksi in vitro, Z. mays. salinitas, salah satunya adalah dengan melakukan seleksi in
vitro. Kultur in vitro merupakan suatu teknik yang
digunakan untuk mengevaluasi pengaruh salinitas dan
I. PENDAHULUAN
T
memilih varietas dari spesies tanaman yang toleran cekaman
ANAMAN jagung (Zea mays) merupakan tanaman salinitas [8]. Pemilihan teknik in vitro dalam penelitian ini
yang multiguna, termasuk dalam jenis tanaman dikarenakan seleksi in vitro mampu meminimalisir faktor
semusim, tergolong dalam famili graminaceae dan lingkungan yang tidak diinginkan, dengan kondisi yang lebih
berbiji tunggal (monokotil). Di Indonesia Z. mays homogen. Penciptaan kondisi yang homogen dapat
merupakan komoditas serealia yang berada diposisi kedua meningkatkan validitas percobaan. Proses seleksi dilakukan
setelah padi sebagai makanan pokok, sedangkan di dunia pada tahap pembentukan kalus karena memungkinkan
berada diposisi ketiga setelah padi dan gandum. Rujukan terjadinya proses rearangement pada susunan gennya.
[1], menjelaskan bahwa dalam 20 tahun kedepan,
penggunaan Z. mays diperkirakan terus meningkat dan
II. URAIAN PENELITIAN
bahkan setelah tahun 2020 lebih dari 60% dari total
kebutuhan nasional. Adanya konversi dan ekstensivikasi A. Waktu dan Lokasi Penelitian
lahan menyebabkan kebutuhan tersebut akan sulit untuk
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan
dipenuhi. Hal tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan
Biologi ITS pada bulan November 2014 sampai dengan Juli
lahan marginal.
2015.
Lahan marginal merupakan suatu lahan yang mempunyai
karakteristik keterbatasan dalam suatu hal, baik keterbatasan B. Induksi Kalus
satu unsur atau komponen maupun lebih dari satu unsur atau Proses induksi kalus menggunakan medium MS0 yang
komponen. Indonesia memiliki pulau dengan jumlah 17.508, ditambahkan ZPT (zat pengatur tumbuh) yakni 2,4-D dengan
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) 2
B. Pengaruh Konsentrasi Cekaman Salinitas terhadap varietas Manding, dimana varietas Manding memiliki
Persentase Kalus Hidup pertambahan berat lebih besar dibandingkan dengan varietas
Pada peneletian ini, seluruh kalus memberikan respon Talango sehingga dapat dikatakan bahwa Varietas Manding
disetiap perlakuan yang diberikan. Data persentase kalus memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik terhadap
yang hidup dapat dilihat pada tabel 1. cekaman salinitas dibandingkan dengan varietas Talango.
Hal ini disebabkan terganggunya pertumbuhan kalus yang
Tabel 1. tidak optimal.
Persentase kalus hidup pada seleksi in vitro
Konsentrasi NaCl Tabel 2.
Varietas Pengaruh interaksi antara kalus Z. mays varietas Talango dengan
A B C D
konsentrsi NaCl terhadap pertambahan berat kalus
Talango 100% 100% 100% 100%
Manding 100% 100% 100% 100% Varietas Konsentrasi NaCl Rata-rata ± SE
Keterangan : A (0 ppm), B (2500 ppm), C (5000 ppm), D (7500 ppm). Talango 0 ppm 13,33 ± 1,39
2500 ppm 6,67 ± 1,39
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa persentase kalus
5000 ppm 3,33 ± 1,39
hidup varietas Talango pada perlakuan 0, 2500, dan 5000
ppm sebesar 100%, namun pada perlakuan 7500 ppm 7500 ppm 0,00 ± 0,00
persentase kalus hidupnya sebesar 66,7%. Hal ini sesuai Manding 0 ppm 996,70 ± 6,22
dengan pengamatan morfologi kalus (gambar 2), dimana 2500 ppm 370,00 ± 3,81
terlihat bahwasanya kalus Talango yang ditumbuhkan pada 5000 ppm 173,30 ± 3,67
medium NaCl 7500 ppm, tidak mampu bertahan dalam 7500 ppm 170,00 ± 0,00
kondisi cekaman salinitas tertinggi. Sedangkan kemampuan Keterangan : SE (Standart error).
bertahan kalus Manding sebesar 100% di setiap perlakuan.
Perbedaan persentase kalus hidup dalam kondisi tercekam
tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai macam mekanisme
pertahanan kalus. Beberapa mekanisme toleransi untuk
melindungi dari efek cekaman salinitas yakni sintesis zat
terlarut organik yang kompatibel seperti prolin, sukrosa,
poliol, trehalosa dan QACs [15], homeostatis ion, dan
induksi enzim antioksidan [15] sehingga mampu membatasi
penyerapan garam dan menyesuaikan tekanan osmotik. Pada
penelitian [5], mekanisme toleransi yang dilakukan tanaman
Z. mays terhadap cekaman salinitas yakni dengan
meningkatkan akumulasi prolin dan glycine betaine pada
jaringan. Dimana akumulasi prolin pada kondisi salinitas
Gambar 4. Pengaruh interaksi antara kalus Z. mays varietas Talango
tinggi berfungsi sebagai penyedia candangan Karbon dan dengan konsentrasi NaCl terhadap pertambahan berat kalus.
Nitrogen untuk pertumbuhan, stabilisasi membran,
melindungi aktivitas fotosintesis, dan fungsi mitokondria
[15]. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa
persentase kalus hidup dengan nilai sebesar 100%
dipengaruhi oleh adanya mekanisme toleransi.
C. Pengaruh Cekaman Salinitas terhadap Pertambahan
Berat Kalus
Pertambahan berat kalus didapat dari perhitungan selisih
berat akhir setelah inkubasi 28 hari dengan berat awal
sebelum inkubasi. Pengaruh interaksi antara varietas Z. mays
dengan perlakuan konsentrasi NaCl ditunjukkan pada tabel
2. Penurunan berat kalus terjadi seiring dengan tingginya
konsentrasi NaCl pada kedua varietas tersebut. Hal ini Gambar 5. Pengaruh interaksi antara kalus Z. mays varietas Manding
menunjukkan bahwa kedua varietas yakni kalus Talango dan dengan konsentrsi NaCl terhadap pertambahan berat kalus.
Manding pada konsentrasi 7500 ppm memiliki berat sebesar
0 dan 170 mg jika dibandingkan dengan kalus yang tumbuh Rendahnya pertambahan berat kalus terjadi seiring dengan
pada medium tanpa NaCl. Sedangkan pertambahan berat tingginya konsentrasi NaCl pada kedua varietas tersebut
kalus kedua varietas pada konsentrasi 2500 dan 5000 ppm (gambar 4 dan 5). Hal ini menunjukkan bahwa kedua
juga mengalami penurunan tetapi tidak serendah penurunan varietas yakni Talango dan Manding mampu bertahan pada
pada konsentrasi tertinggi. Berdasarkan tabel 3 kedua konsentrasi tertinggi. Hal ini dapat dikatakan bahwa
varietas menunjukkan respon yang berbeda terhadap Konsentrasi tertinggi dari penelitian ini belum menjadi
cekaman salinitas. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan konsentrasi lethal bagi kedua varietas. Selain itu, dapat pula
pertambahan berat yang berbeda antara varietas Talango dan diakibatkan karena terjadinya ketidak seimbangan
penyerapan air dan hara, serta terhambatnya proses
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) 4
metabolisme. Akibat tingginya konsentrasi garam [9] I. W. A. Ubudiyah “Respon kalus beberapa varietas padi (Oryza
sativa L.) pada kondisi cekaman salinitas (NaCl) secara in vitro”.
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman Tugas Akhir. Surabaya: Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
terhambat karena banyaknya akumulasi Na+ dan Cl- dalam Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
sitoplasma sehingga memicu perubahan metabolisme dalam (2013).
sel dan terhambatnya aktivitas enzim. Selain itu, dapat [10] N. Munir, dan F. Aftab. “Effect of NaCl stress on callus morphology
and growth of sugarcane callus Culture (cv. SPF 234 and cv. HSF
mengakibatkan dehidrasi parsial sel dan hilangnya turgor sel 240)”. Pakistan Journal of Science. Vol. 65 No. 4 (2013).
akibat berkurangnya potensial air di dalam sel. Berlebihnya [11] S. Sevengor, F. Yasar, S. Kusvuran, dan S. Ellialtioglu, “The effect of
kandungan Na+ dan Cl- dalam ekstraseluler menghambat salt on growth, chlorophyll content, lipid peroxidation and
antioxidative enzymes of pumkin seedling”. African Journal of
asimilasi Nitrogen yakni penyerapan nitrat (NO3) dimana Agriculture Research. Vol. 6 (21) (2011) pp. 4920-4924.
sangat penting untuk pertumbuhan tanaman [16]. Pada [12] S. Hutami. “Ulasan masalah pencoklatan pada kultur jaringan”.
proses pertumbuhan dan perkembangan, ion K+ merupakan Jurnal Agrobigen. Vol 4. No.2 (2008) 83-88.
[13] A. M. Prittila, O. Podolich, J. J. Koskima Ki, E. Hohtola, dan A.
unsur penting dan diperlukan dalam jumlah yang cukup Hohtola. “Role of origin and endophyte infection in browning of bud
besar. Namun dengan kandungan Natrium (Na+) yang tinggi – derived tissue culters of scots pine (Pinus sylvestris L.)”. Plant Cell
mengakibatkan ion K+ menurun [17]. Rujukan [6], Tiss. Org. Cult. 95: (2008) 47-55.
[14] M. Farid, Y. Musa, Nasaruddin, dan Darmawan. “Variasi somaklonal
menyatakan bahwa fungsi ion K+ adalah untuk
tebu tahan salinitas melalui mutagenesis in vitro”. Jurnal Agrivigor.
mempertahankan keseimbangan osmotik, berperan dalam Vol 5 (3), (2006) pp. 247-258.
pembukaan dan penutupan stomata. Selain itu, rujukan [18], [15] M. K. Rai, R. K. Kalia, R. Singh, M. P. Gangola, dan A. K. Dhawan.
menyatakan bahwa tingginya konsentrasi NaCl mampu “Developing stress tolerant plants through in vitro selection-an
overview of the recent progress”. Elsevier. Environmental and
menyebabkan penurunan permeabilitas sel terhadap air dan Experimental Botany. Vol 7 (1), (2011) PP 89-98.
mengakibatkan menurunnya laju masuknya air ke dalam sel. [16] R. Yuniati. “Penapisan galur kedelai Glycine max (L.) Merrill toleran
terhadap NaCl untuk penanaman di lahan marginal”. Jurnal Makara
Sains 8 (1): (2004) 21-24.
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN [17] R. A. James, C. Blake, C. S. Byrt, dan R. Munns. “Major genes for
Na+ exclusion, Nax1 and Nax2 (wheatHKT1;4 and HKT1;5),
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat decrease Na+ accumulation in bread wheat leaves under saline and
disimpulkan bahwa tingkat ketahanan Zea mays varietas waterlogged conditions”. Journal of Experimental Botany. vol. 62,
no. 8, (2011) pp. 2939–2947.
Talango dan Manding terhadap tingginya konsentrasi
[18] H. Marschner. Mineral Nutrition of Higher Plants. San Diego:
salinitas berbeda-beda. Semakin tinggi konsentrasi salinitas Academic Press (2005).
maka akan berpengaruh terhadap perubahan morfologi
warna kalus, persentase kalus hidup yang rendah, dan
pertambahan berat kalus yang semakin menurun.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Departemen Pertanian. “Prospek dan arah pengembangan agribisnis
jagung”. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian (2005).
[2] S, Gunadi. “Teknologi pemanfaatan lahan marginal kawasan pesisir”.
Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol. 3, No. 3 (2002) 232-236.
[3] Mukhtasor. Pencemaran pesisir dan laut. Jakarta: Pradnya Paramita
(2007).
[4] R. A. Balkrishna, dan S. S.Shankarrao. “In vitro screening and
molecular genetic markers associated with salt tolerance in maize”.
African Journal of Biotechnology. Vol. 12(27), (2013) pp. 4251-
4255.
[5] M. M. F. Mansour, K. H. A. Salama, F. Z. M. Ali, dan A. F. Abou
Hadid. “cell and plant responses to NaCl in Zea Mays L. cultivars
differing in salt tolerance”. Gen. Appl. Plant Physiology, 31(1-2)
(2005) 29-41.
[6] N. Tuteja, dan S. Mahajan. “Cold, salinity and drought stresses: An
overview”. Arch. Biochem. Biophys., 444 (2003) 139-158.
[7] Z. Dajic. “Salt stress: physiology and molecular biology of stress
tolerance in plants”. In: Physiology and Molecular Biology of Stress
Tolerance. Netherlands: Springer (2006) p. 41–99.
[8] F. Queiro´s, F. Fidalgo, I. Santos, dan R. Salema. “In vitro selection
of salt tolerant cell lines in Solanum tuberosum L”. Biol. Plant. 51
(2007) 728–734.
29/07/2015
Oleh :
Fathin Finariyah (1511 100 012)
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jagung
Seleksi
In Vitro
Analisis
RAPD
Lahan
Marginal
Menurunkan
produktifitas,
Cekaman Salinitas mengganggu
metabolisme,
dll.
RUMUSAN MASALAH
BATASAN MASALAH
MANFAAT
Induksi Kalus
- MS0 + 4 ppm 2,4-D
- 28 hari inkubasi
Rancangan acak lengkap (RAL)
Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga total unit percobaan
sebanyak 24 botol kultur
Analisis data pertambahan berat kalus didapat dari pengurangan berat kalus
akhir setelah perlakuan dan berat awal sebelum perlakuan
Pengaruh Beberapa Konsentrasi Cekaman Salinitas terhadap Morfologi Kalus
Pengaruh Cekaman Salinitas terhadap Persentase Kalus Hidup
Tabel pengaruh interaksi antara kalus Z. mays varietas Talango dan Manding dengan
konsentrsi NaCl terhadap pertambahan berat kalus
10
terhadap pertambahan berat
5 kalus
0
0 ppm 2500 ppm 5000 ppm 7500 ppm
-5
Konsentrasi
1400
800
pertambahan berat kalus
600
400
200
0
0 ppm 2500 ppm 5000 ppm 7500 ppm
-200
Konsentrasi
Analisis RAPD