Perendaman Daging Itik (Anas Javanica) Dengan Berbagai Konsentrasi Asap Cair Tempurung Kelapa Terhadap Jumlah Bakteri, Daya Awet Dan Akseptabilitas
Perendaman Daging Itik (Anas Javanica) Dengan Berbagai Konsentrasi Asap Cair Tempurung Kelapa Terhadap Jumlah Bakteri, Daya Awet Dan Akseptabilitas
Perendaman Daging Itik (Anas Javanica) Dengan Berbagai Konsentrasi Asap Cair Tempurung Kelapa Terhadap Jumlah Bakteri, Daya Awet Dan Akseptabilitas
1)
Department of Animal Products Technology, Faculty of Animal Husbandry
University of Padjadjaran,Bandung
ABSTRACT
PENDAHULUAN
daging akan menentukan kualitas dan masa simpan daging dan daging
yang resisten dan yang lebih baik lagi mampu membunuh mikroba
cair dalam medium gas (Girard, 1992) dan asap tersebut dapat
1997).
adalah fenol dan asam-asam organik (asam asetat, propionat, butirat dan
warna cokelat karena adanya gugus karbonil dari gula reduksi bereaksi
dengan gugus amino dari protein daging dan asam-asam amino secara
non enzimatik, dan hasil reaksinya menimbulkan warna cokelat gelap dan
(Maga, 1987).
pengaruh terhadap kadar air dan kadar lemak daging asap tetapi nyata
bila konsentrasi asap cair ditingkatkan lebih dari 15% (Resti, 2008).
nilai Total Plate Count (TPC) sudah melebihi batas yang disyaratkan
berbumbu yang direndam dalam larutan asap cair konsentrasi 10% dan
untuk merendam daging itik sehingga diperoleh jumlah total bakteri paling
METODOLOGI
Bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu daging itik jantan
mengalir. Daging itik dicuci lalu ditiriskan selama 5 menit, setelah itu
2,5%, 5%, 7,5%, 10% selama 30 menit. Kemudian daging yang telah
metode Total Plate Count (TPC) (Departemen Kesehatan RI, 1991), daya
(Soekarto,1985).
tempurung kelapa 0% (A0), 2,5% (A1), 5% (A2), 7,5% (A3), 10% (A4) dan 4
(log x), sedangkan data uji organoleptik terhadap warna, rasa, bau dan
Jumlah Bakteri
7,5% (A3) dan 10% (A4) menghasilkan jumlah bakteri (35,33 x 10 6 CFU/g
dan ion dari sel. Sel bakteri menjadi kehilangan bentuknya, dan terjadilah
membelah).
Daya Awet
(A0) - 10% (A4) menghasilkan daya awet (559 – 1216 menit) yang berbeda
bahwa semakin tinggi konsentrasi asap cair maka semakin efektif dalam
Purnama, 1997).
Akseptabilitas
Akseptabilitas
- Warna 3,40 3,70 3,45 3,40 4,00
- Rasa 3,40 3,40 3,55 3,45 3,60
- Bau 3,50 3,95 3,75 3,80 4,15
- Total Penerimaan 3,50 3,50 3,60 3,80 3,90
Keterangan: A0 = perlakuan ke-1 (konsentrasi asap cair tempurung kelapa 0%)
A1 = perlakuan ke-2 (konsentrasi asap cair tempurung kelapa 2,5%)
A2 = perlakuan ke-3 (konsentrasi asap cair tempurung kelapa 5%)
A3 = perlakuan ke-4 (konsentrasi asap cair tempurung kelapa 7,5%)
A4 = perlakuan ke-5 (konsentrasi asap cair tempurung kelapa 10%)
Warna
tidak nyata atau non signifikan. Uji akseptabilitas terhadap warna daging
itik dilakukan dengan adanya perebusan daging itik pada suhu 80°C
yang nyata terhadap warna daging. Hal ini disebabkan karena daging
merah apabila dimasak zat warna yang disebut mioglobin akan berubah
dari merah keunguan menjadi cokelat keabuan. Warna coklat daging pada
nyata.
Rasa
kelapa tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rasa daging itik.
Hal ini disebabkan karena permukaan daging itik tertutup oleh kulit
Bau
12
nyata terhadap bau daging itik. Hal ini disebabkan karena aroma sangat
merasa dan mecium. Tidak adanya perbedaan yang nyata karena salah
satu sifat asap cair adalah menjadikan aroma produk konsisten (Pseszola,
1995).
Total Penerimaan
penerimaan daging itik tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini
tempurung kelapa terhadap warna, rasa dan bau pun tidak memberikan
KESIMPULAN
kelapa 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% berpengaruh terhadap jumlah bakteri
menit dan akseptabilitas (warna, rasa, bau dan total penerimaan) dengan
Daftar Pustaka