The Different Peel of Dragon Fruit (Hylocereus Polyrhizus) Concentration To Color of Shrimp (Acetes SP.) Paste
The Different Peel of Dragon Fruit (Hylocereus Polyrhizus) Concentration To Color of Shrimp (Acetes SP.) Paste
The Different Peel of Dragon Fruit (Hylocereus Polyrhizus) Concentration To Color of Shrimp (Acetes SP.) Paste
Diserahkan [10 Agustus 2017]; Diterima [10 Desember 2017]; Dipublikasi [26 Februari 2018]
ABSTRACT
Shrimp paste is one of fermented product that use either shrimp (Acetes sp.), or fish, or both of them as
raw materials. The use of synthetic dyes on shrimp paste is still often done. This is dangerous because it can give
bad effect to the health of consumers. Therefore, it is necessary to use natural dyes instead of synthetic dyes.
One of natural dyes that can be used is peel of dragon fruit (Hylocereus polyrhizus). Peel of dragon fruit has
anthocyanin pigment that can give red color. The aimed of this research was knowing the effect of adding peel of
dragon fruit extract (30%; 35%; 40%) to the color of shrimp paste. The treatments in this study were the
addition of different concentrations of peel of dragon fruit extract at third grinding shrimp paste in triplicate.
The experimental design used was Completely Randomized Design. The parameters observed include moisture
content, salt content, protein content, pH, color, and sensory. Parametric data analyzed by Analysis of Variance
(ANOVA) and further test by Honestly Significant Difference (HSD) test if these any differences between samples.
Non-parametric data analyzed by Kruskal-Wallis and further test by Mann Whitney. The research’s result
showed that processing shrimp paste with different peel of dragon fruit extract concentrations gave significant
effect (P<5%) on moisture content, salt content, pH, and color. Moisture content values was ranged from 35,07-
41,01% and salt content values was ranged from 6,35-7,05%. pH values was ranged from 6,40-7,20. Shrimp
paste with peel of dragon fruit extract 40% had more red color and improve the appearance of shrimp paste.
Keywords: shrimp paste, color, peel of dragon fruit, anthocyanin
ABSTRAK
Terasi merupakan salah satu produk fermentasi berbahan baku udang rebon (Acetes sp.), ikan atau
keduanya. Penggunaan bahan pewarna sintetis pada pembuatan terasi masih sering dilakukan. Hal ini berbahaya
karena dapat memberikan efek yang buruk bagi kesehatan konsumen. Oleh karena itu, diperlukan penggunaan
pewarna alami sebagai pengganti pewarna sintetis. Salah satu pewarna alami yang dapat digunakan adalah kulit
buah naga (Hylocereus polyrhizus). Kulit buah naga mengandung zat warna antosianin yang dapat memberikan
warna merah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak kulit buah naga
(30%; 35%; 40%) terhadap warna terasi udang. Penelitian ini dilakukan dengan penambahan konsentrasi ekstrak
kulit buah naga yang berbeda pada terasi udang saat proses penggilingan III dengan tiga kali ulangan.
Rancangan penelitian ini menggunakan pola percobaan Rancangan Acak Lengkap. Parameter uji yang dilakukan
adalah uji kadar air, kadar garam, pH, kadar protein, warna, dan sensori. Data parametrik dianalisis dengan uji
Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) jika terdapat perbedaan perlakuan
antara sampel. Data non-parametrik dianalisis dengan Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji lanjut Mann-
Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengolahan terasi udang dengan konsentrasi ekstrak kulit
buah naga yang berbeda berpengaruh nyata (P<5%) terhadap nilai kadar air, kadar garam, pH, dan warna. Nilai
kadar air terasi udang berkisar antara 35,07-41,01% dan nilai garam berkisar antara 6,35-7,05%. Nilai pH terasi
berkisar antara 6,40-7,20. Terasi udang dengan ekstrak kulit buah naga 40% memiliki warna yang lebih merah
dan memperbaiki kenampakan terasi.
Kata kunci: terasi, warna, kulit buah naga, antosianin
Berdasarkan uji pH pada terasi yang A (30%) 26,53 ± 0,18a 36,11 ± 0,33a
telah dilakukan, didapatkan nilai berkisar B (35%) 27,02 ± 0,36a 36,07 ± 0,03a
antara 6,40-7,20%. Nilai tertinggi yang C (40%) 26,51 ± 0,02a 37,03 ± 0,68a
diperoleh yaitu 7,20 pada terasi K, kemudian Keterangan:
6,87 pada terasi A, 6,65 pada terasi B, dan - Data merupakan hasil rata-rata 3 kali ulangan
nilai terendah yaitu 6,40 pada terasi C. Hasil ± standar deviasi
tersebut menunjukkan bahwa terasi dengan - Data yang diikuti huruf superscript yang
berbeda perlakuan bersifat asam. Hasil nilai berbeda menunjukkan perbedaan nyata
pH pada penelitian Sari et al. (2009), (P<5%)
masing-masing mempunyai nilai rata-rata Berdasarkan uji kadar protein pada
6,83, 5,82 dan 5,66. Nilai pH tertinggi terasi yang telah dilakukan, didapatkan nilai
sebesar 6,83, yaitu pada terasi ikan tanpa berkisar antara 35,93-37,03% menunjukkan
penambahan ekstrak rosela (A0) dan kadar kadar protein terasi masih sesuai dengan SNI
pH terendah sebesar 5,66, yaitu pada 2716:2016 (2016) yang menyatakan bahwa
perlakuan terasi ikan dengan penambahan kadar protein terasi minimal 15%. Menurut
ekstrak rosela 20% (A2). Adawyah (2007), kadar protein terasi sekitar
20-45%, maka dari itu terasi dengan