Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Rekomendasi Pemupukan Tanaman Semusim

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

J. Hort. Indonesia 6(2): 65-74. Agustus 2015.

Rekomendasi Pemupukan Kalium pada Budi Daya Cabai


Merah Besar (Capscicum annuum L) di Inceptisols
Dramaga
Potassium Fertilization Recommendation for Red Chili Cultivation
(Capsicum annuum L) in Inceptisols Dramaga

Amanda Sari Widyanti1 dan Anas D. Susila1*

Diterima 6 Mei 2015 / Disetujui 2 Juli 2015

ABSTRACT

The objective of this study was to determine the optimum rate of potassium fertilization in
Inceptisols Dramaga. The experiment was conducted at Cikabayan University Farm from March to
July 2014. This study was arranged in Randomized Complete Block Design one factor with five K
fertilization rates, ie 0X (0 kg K 2O ha-1), ¼ X (193.09 kg K 2O ha-1), ½ X (386.19 kg K 2O ha-1), ¾ X
(579.29 kg K2O ha-1), and 1X (772.39 kg K 2O ha-1). Potassium fertilizer was applied in three
applications at 3, 6, and 9 weeks after transplanting. The results showed that K fertilization
increased plant height, leaf number, weight per plant, fruit weight, fruit diameter, fruit length,
marketable yield per plot, unmarketable yield per plot, marketable yield per hectare, and decrased
unmarketable yield per hectare with linear response pattern. Addition of potassium did not affect the
time of anthesis and fruit ripening. The addition of potassium fertilizer also increased total yield per
plot and total yield per hectare with quadratic response pattern. In the medium K soil content with
the value of 146.2 ppm (Morgan) K recommendation for red chili in inceptisols Dramaga was 487.5
kg K2O ha-1.

Keywords: fertilizer, K2O, Morgan, optimum rate

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan memperoleh dosis optimum pemupukan kalium pada Inceptisols
Dramaga. Penelitian dilaksanakan di unit lapangan Cikabayan University Farm mulai Maret sampai
Juli 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) 1 faktor
dengan lima perlakuan dosis pemupukan K, yaitu 0 X(0 kg K 2O ha-1), ¼ X(193.09 kg K2O ha-1), ½
X(386.19 kg K2O ha-1), ¾ X(579.29 kg K2O ha-1), dan 1 X(772.39 kg K2O ha-1). Pupuk kalium
diaplikasikan dalam tiga kali aplikasi pada 3, 6, dan 9 MST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemupukan K meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot tanaman-1, bobot per buah,
diameter buah, panjang buah, bobot layak per petak, bobot tidak layak per petak, bobot layak per
hektar, dan mengurangi bobot tidak layak pasar per hektar dengan pola respon linear. Sementara itu
penambahan kalium tidak berpengaruh terhadap waktu antesis dan waktu masak buah. Penambahan
pupuk kalium juga meningkatkan hasil bobot panen total per petak dan panen total per hektar dengan
pola respon kuadratik. Pada tingkat kelas ketersediaan K sedang dengan nilai terekstrak 146.2 ppm
(Morgan) dihasilkan rekomendasi kalium untuk budi daya cabai merah besar di inceptisols Dramaga
adalah 487.5 kg K2O ha-1.

Kata kunci: dosis optimum, K2O, Morgan, pupuk

PENDAHULUAN komoditas strategis dengan nilai ekonomi


tinggi di Indonesia (Kementan, 2012). Selama
Cabai (Capsicum annuum L.) tahun 2013 produksi nasional cabai mencapai
merupakan tanaman hortikultura penting dan 1 726 382 ton (BPS, 2014). Produksi tersebut
salah satu
J. Hort. Indonesia 6(2): 65-74. Agustus 2015.
mi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia Telp.&Faks. 62-251-8629353.

Rekomendasi Pemupukan Kalium pada ….. 65


melebihi target produksi cabai pada 2013 Analisis kandungan hara tanah sangat
sebesar 1.47 juta ton. Produksi cabai merah berpengaruh terhadap rekomendasi hara yang
selama periode 2008-2012 cenderung meningkat, akan diberikan. Berdasarkan penelitan yang
namun pada saat ini produktivitas masih dilakukan Amisnaipa et al. (2009) metode
dikatakan rendah 0.20-0.33 kg pohon-1 atau analisis uji hara K pada tanah Inceptisols
6.84 ton ha-1 (BPPN, 2013). Berdasarkan data Dramaga dengan Morgan pada tanaman tomat
tersebut, maka peningkatan produksi tanaman merupakan metode pengekstrak yang mem-
cabai masih perlu diupayakan. Tingkat keber- berikan nilai paling konsisten dengan kondisi
hasilan tanaman untuk berproduksi secara hara dalam tanah. Kriteria nilai K terekstrak
mak- simum tidak terlepas dari pengelolaan Morgan untuk menilai tingkat ketersediaan
yang diberikan seperti teknik budi daya hara K adalah : (1) tergolong sangat rendah,
dengan mengaplikasikan pupuk sesuai jika nilai terekstraknya < 58.25 ppm K, (2)
kebutuhan tanaman dan lingkungan sekitar. rendah, jika nilai terekstraknya 58.25 - 103.25
Banyaknya variasi rekomendasi pe- ppm K, (3) sedang, jika nilai terekstraknya
mupukan mengakibatkan produksi cabai di 103.25-205.00 ppm K, (4) tinggi dan sangat
Indonesia belum maksimal. Rekomendasi tinggi, jika nilai terekstraknya ≥205.00 ppm K.
pemupukan yang bervariasi terjadi karena Penelitian terhadap tomat tersebut menjadi
Indonesia belum ada data baku rekomendasi dasar dilakukan penelitian ini sehingga akan
pemupukan untuk komoditas cabai yang dapat dihasilkan rekomendasi pemupukan K
dibuat berdasarkan hasil analisis hara tanah. optimal untuk budi daya cabai merah besar di
Petani melakukan pemupukan hanya inceptisols Dramaga.
berdasarkan pengalaman dari kegiatan Penelitian penyusunan rekomendasi pe-
bertanam sebelum- nya atau menggunakan mupukan berdasarkan uji tanah ini menindak-
rekomendasi pemupukan yang tertera di lanjuti penelitian yang telah dilakukan oleh
kemasan pupuk yang di- gunakan, sedangkan Amisnaipa et al. (2009) di lokasi yang sama
dosis rekomendasi yang ada pada kemasan namun komoditas berbeda. Penelitian yang
belum tentu dibuat berdasarkan hasil analisis dilakukan harus terencana, berkesinambungan,
hara tanah. Sampai saat ini data dasar status dan spesifik lokasi. Semakin sering penelitian
hara K pada lahan budi daya sayuran belum dilakukan akan memperbaiki keakuratan re-
tersedia (Hilman et al., 2008). Dosis anjuran komendasi dosis pupuk tersebut (Izhar et al.,
untuk tanaman sebagian besar juga masih 2012). Tujuan dilakukannya penelitian ini
bersifat sangat umum, padahal kebutuhan ialah mendapatkan dosis rekomendasi optimal
pupuk berbeda untuk setiap jenis tanaman, pemupukan K untuk budi daya tanaman cabai
tanah, dan lokasi maupun teknik budi daya di Inceptisols Dramaga.
yang digunakan, sehingga uji tanah dan lokasi
harus dilakukan (Rochayati et al., 1999).
Penelitian Sari dan Suketi (2013) pada METODE PENELITIAN
pengaruh aplikasi GA3 dan pemupukan NPK
terhadap keragaan tanaman cabai Penelitian dilaksanakan mulai Maret
menunjukkan bahwa dosis pupuk terbaik yang 2014 sampai Juli 2014. Penelitian merupakan
dapat mendukung pertumbuhan dan kualitas percobaan lapangan yang dilakukan di Kebun
tanaman cabai ialah dosis 1.5 g NPK per Percobaan University Farm, IPB, Cikabayan,
polibag. Darmaga, Bogor. Jenis tanah adalah Incep-
Unsur Kalium (K) merupakan salah satu tisols Darmaga. Analisis tanah dilakukan di
unsur hara makro yang penting bagi tanaman, Laboratorium Penelitian Kimia dan Uji Tanah,
karena unsur ini terlibat langsung dalam Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian.
beberapa proses fisiologis, sehingga dosis Bahan yang digunakan yaitu benih cabai
pemberian unsur K berpengaruh terhadap hasil merah besar varietas Gada F1. Bahan lain
produksi tanaman. Amisnaipa et al. (2009) adalah pupuk urea (46% N), SP-36 (36%
dalam penelitian pemupukan K pada tanah P2O5) dan KCl (60% K2O), pupuk kandang,
Inceptisols Dramaga juga menunjukkan bahwa kapur Kalsium Karbonat (CaCO3), media
pada kelas hara K sangat rendah sampai semai berupa arang sekam, pestisida jika
sedang memberikan pengaruh signifikan diperlukan, dan bahan-bahan kimia untuk
terhadap tinggi tanaman tomat, rataan jumlah, analisis tanah dan jaringan tanaman. Alat yang
diameter, dan bobot buah panen.

66 Amanda Sari Widyanti dan Anas D. Susila


J. Hort. Indonesia 6(2): 65-74. Agustus 2015.

digunakan dalam pembuatan petak-petak sekitar lubang tanam kemudian ditutup dengan
percobaan serta penanaman adalah seperangkat tanah.
alat budi daya pertanian berupa cangkul, Tahapan pemeliharaan yang dilakukan
sekop, ember, garu, tali tanam, dan se- selama masa tumbuh tanaman cabai meliputi
bagainya. penyulaman, penyiraman, pemberantasan gulma
Penelitian ini menggunakan Rancangan dan pencegahan hama dan penyakit.
Kelompok Teracak Lengkap (RKLT) satu Pemanenan pertama dilakukan pada 70 hari
faktor dengan lima taraf perlakuan yaitu 0 X (0 setelah tanam (HST) dan dilakukan pada pagi
kg K2O ha-1), ¼ X ( 193.09 kg K 2O ha-1, ½ X atau sore hari.
(386.19 kg K2O ha-1), ¾ X (579.29 kg K2O Tiap satuan percobaan diambil sepuluh
ha-1), dan 1 X (772.39 kg K2O ha-1) dimana tanaman contoh yang diambil secara acak
X= 777.39 kg K2O ha-1. Nilai X didapatkan untuk diamati. Pengamatan dilakukan dua
dari kurva erapan pada penelitian Amisnaipa minggu setelah pindah ke lapangan
et al. (2009). Setiap taraf perlakuan dilakukan (transplanting) sampai dengan panen, dengan
empat ulangan, sehingga diperoleh 20 satuan peubah pengamatan yaitu tinggi tanaman (cm),
percobaan. Pengaruh dari pemupukan kalium jumlah daun (buah), waktu antesis (HST),
dapat diketahui dengan menggunakan uji F umur buah masak (HST), diameter buah (cm),
pada taraf kesalahan 5%. Apabila terdapat panjang buah (cm), bobot per buah (g), bobot
pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati buah per tanaman (g), bobot buah layak pasar
maka dilanjutkan dengan uji Kontras Poly- (g tanaman-1), bobot buah tidak layak pasar (g
nomial Orthogonal untuk mengetahui pola tanaman-1), dan bobot buah total (g) per petak
respon peubah terhadap perlakuan (Mattjik maupun per hektar.
dan Sumertajaya, 2006).
Tahapan penelitian diawali dengan
mengambil sampel tanah dari lokasi penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
yang merupakan hamparan lahan seluas 150
m2. Sampel tanah diambil dari kedalaman 20 Kondisi Umum
cm dari 10 titik pengambilan sampel. Analisis
Curah hujan pada saat penelitian antara
tanah dilakukan terhadap tekstur tanah, kadar
84.7-511 mm bulan-1 (BMKG, 2014). Curah
C-organik, N-total, P(HCl 25% dan Bray 1),
hujan pada saat pindah tanam adalah 61.7 mm
pH, KTK, KB, Al-dd, H-dd, Fe-bebas, unsur
hari-1. Suhu di lapangan berkisar 25.8-26.5 0C
mikro tersedia (Fe, Cu, Zn, Mn). Nilai K
dan kelembaban udara antara 83-85%.
terekstrak tanah diperoleh dengan meng-
Cabai dipindah ke lapangan pada 28 hari
analisis kandungan K tanah menggunakan
setelah penyemaian dan dilakukan penyulaman
metode ekstraksi Morgan.
pada 1 MST. Sebelum dipindah ke lapangan,
Ukuran petak percobaan adalah 5 m x
lahan yang digunakan untuk penanaman cabai
1.5 m (7.5 m2) sebanyak 20 petak dengan
diambil contoh dari beberapa titik untuk
ukuran bedeng efektif 0.9 m x 5 m. Tinggi
dianalisis tingkat kesuburan tanah. Hasil
bedeng 0.3 m, jarak antar bedeng 0.6 m. Tanah
analisis sifat fisik dan kimia tanah incepstisol
yang digunakan merupakan Inseptisol
Dramaga pada kebun percobaan Cikabayan
Darmaga. Sementara dilakukan pengolahan
dengan kedalaman 0-30 cm dapat dilihat pada
tanah, benih cabai varietas Gada F1 disemai di
Tabel 1.
tray menggunakan media tanam berupa arang
Tanah Inceptisols yang digunakan
sekam.
bertekstur liat berdebu dengan kandungan pasir
Dosis pemupukan N dan P berdasarkan
7%, debu 34%, dan liat 59%. Tanah bereaksi
rekomendasi Balitsa yaitu 151 kg N ha-1 dan
sangat masam karena memiliki pH 4.2,
69 kg P2O5 ha-1 (Nurtika dan Hilman, 1995).
sehingga pH tanah perlu ditingkatkan antara
Aplikasi pupuk kandang 20 ton ha-1 dan SP-36
5.5-6.8 agar dapat menunjang pertumbuhan
192 kg ha-1 dilakukan dua minggu sebelum
cabai dengan baik. Peningkatan pH dilakukan
tanam. Dosis pemupukan K berdasarkan
dengan mengaplikasikan kapur pertanian
perlakuan. Pupuk susulan yaitu urea sebanyak
sebanyak 2.6 ton ha-1. Penambahan bahan
328 kg ha-1 dan KCl diberikan 3 kali pada
organik berupa pupuk kandang dengan dosis
umur 3, 6, dan 9 minggu setelah tanam
20 ton ha-1 juga dilakukan karena kandungan
masing- masing 1/3 dosis dengan cara
bahan organik yang rendah dengan C-organik
disebarkan di
1.59%, N-organik
0.16%, dan C/N ratio tingkat kesuburan tanah
10. Secara umum Inceptisols Dramaga di
J. Hort. Indonesia 6(2): 65-74. Agustus 2015.

kebun percobaan Dramaga N (%) 0.16 Rendah


Cikabayan tergolong dengan kondisi C/N 10.00 Rendah
rendah dengan hara K sedang Sifat-sifat tanah Nilai Indeks uku
pembatas utama mempengaruhi Hara potensial
kandungan K yang pertumbuhan P (mg P2O5/100g) 96.00 Tinggi
tergolong sedang tinggi tanaman K (ppm K2O) 146.20 Sedang
(Tabel 2). cabai secara P-Bray 1 (ppm P2O5) 16.10 Sedang
Penambahan unsur- signifikan mulai KTK (cmolc/kg) 16.64 Rendah
unsur hara melalui umur 4 sampai Kemasaman
pemupukan sangat Al3+(cmolc/kg) 2.02 Sedang
8 MST (Tabel
diperlukan untuk H+ (cmolc/kg) 0.25 Sangat rend
3). Tinggi
meningkatkan tanaman
Keterangan: *Analisis tanah dilakukan di laboratorium
produksi cabai. penelitian tanah Balai Besar Sumberdaya
meningkat Lahan Pertanian (dihitung berdasarkan
Menurut Syafruddin secara linier contoh kering 105 0C)
et al. (2009) dengan
peningkatan ke- penambahan K
suburan tanah dapat Tabel 2. Interpretasi data nilai K terekstrak Morgan
ke dalam tanah.
dilakukan dengan menurut Amisnaipa et al. (2009)
me- nerapkan Jumlah Daun Kelas Ketersediaan Hara K Hasil Relatif (%)
aplikasi pupuk Tanah
berimbang, yang Penam
Sangat Rendah (SR) <50
artinya aplikasi bahan K ke
Rendah (R) 50-75
pupuk dilakukan dalam tanah
Sedang (S) 75-100
berdasarkan juga memberi
Tinggi (T)danSangatTinggi 100≥100
kebutuhan tanaman. pengaruh
(ST)
signifikan
Respon terhadap jumlah Waktu Antesis 71 hari setelah
Tanama daun mulai dan Waktu Buah pindah tanam.
n pada umur 5 sampai Masak
Berbaga 8 MST (Tabel
Hasil
i 4). Jumlah daun
analisis ragam
Penamb meningkat
menunjukkan
ahan secara linear
bahwa
Hara K dengan
penambahan K
Tanah penambahan K
pada tanah tidak
Tinggi ke dalam tanah.
memberikan
Tanama pengaruh terhadap
n waktu antesis dan
Hasil waktu buah masak
analasis ragam cabai (Tabel 5).
menunjukkan bahwa Waktu antesis
penambahan K berkisar antara 24-
pada tanah 25 hari setelah
Inceptisols pindah tanam.
Bunga cabai sudah
Tabel 1. Sifat fisik dan kimia tanah inceptisols banyak yang
Dramaga di lokasi kebun percobaan Cikabayan bermunculan pada
2-3 MST namun
Sifat-Sifat Tanah Nilai jumlahnya sangat
Tekstur sedikit dan banyak
Pasir (%) 7 yang rontok.
Debu (%) 34 Waktu buah masak
Liat (%) 59 juga tidak
pH dipengaruhi oleh
H2O (1:5) 4.20 penambahan K.
KCl (1:5) 3.90 Waktu buah masak
Bahan organik berkisar antara 69-
C (%) 1.59
J. Hort. Indonesia 6(2): 65-74. Agustus 2015.

Bobot Per diameter buah, 193.09 (1/4 X) 25.00


Tanaman, Bobot dan panjang buah 386.19 (1/2 X) 25.25
Per Buah, (Tabel 6). Bobot 579.29 (3/4 X) 24.75
Diameter Buah, per tanaman 772.39 (X) 24.75
dan Panjang meningkat secara F test a tn
Buah linear dengan Pola responb -
penambahan K ke Keterangan: a Uji F untuk melihat pengaruh
Penambaha penambahan K tanah terhadap tinggi
dalam tanah.
n K ke dalam tanaman;b Di uji dengan orthogonal
Diameter buah
tanah memberi polynomial;*= sangat nyata pada P<0.05;
dan panjang buah
pengaruh **= sangat nyata pada P<0.01; tn= tidak
juga dipengaruhi nyata
signifikan pada
secara linear oleh
bobot per
penambahan K ke
tanaman, bobot
dalam tanah.
per buah,

Tabel 3. Rataan tinggi tanaman (cm) cabai


pada berbagai penambahan K tanah
(kg K2O ha-1) 2 3 4 5 6 7 8
Penambahan K Tanah Tinggi
0 (0X)
Umur (MST) 21.51 25.31 38.88 40.99 44.30 48.78 51.77
193.09 (1/4 X) 21.60 25.52 40.59 46.41 50.85 55.41 58.36
386.19 (1/2 X) 21.23 25.98 41.58 50.26 54.52 59.67 62.83
579.29 (3/4 X) 21.33 25.79 43.92 52.85 56.75 61.35 65.05
772.39 (X) 21.83 26.27 44.06 56.42 60.92 65.02 68.58
a
F test tn tn * * * * *
Pola respon b - - L** L** L** L** L**

Keterangan: a Uji F untuk melihat pengaruh


penambahan K tanah terhadap tinggi
tanaman;b Di uji dengan orthogonal
polynomial; *= sangat nyata pada P<0.05;
**= sangat nyata pada P<0.01; tn= tidak
nyata; L=pola respon linear

Tabel 4. Rataan jumlah daun cabai pada


berbagai penambahan K tanah
(kg K2O ha-1)K Tanah
Penambahan 2 3 4 5 6 7 8
0 (0X)
pada Umur (MST) 10.8 23.2 28.2 41.9 125.4 213.9 239.2
193.09 (1/4 X) 11.0 23.3 28.7 42.9 146.8 229.8 269.0
386.19 (1/2 X) 11.2 23.4 29.5 50.4 184.3 257.5 303.7
579.29 (3/4 X) 11.5 23.4 29.7 53.2 230.2 295.4 324.9
772.39 (X) 11.9 24.0 30.4 53.8 237.7 318.5 348.4
F test a tn tn tn * * * *
Pola respon b - - - L** L** L** L**

Keterangan: a Uji F untuk melihat pengaruh


penambahan K tanah terhadap jumlah
daun; b Di uji dengan orthogonal
polynomial; *= sangat nyata pada
P<0.05;**= sangat nyata pada P<0.01; tn=
tidak nyata; L=pola respon linear

Tabel 5. Rataan waktu antesis dan waktu buah


masak pada berbagai penambahan K tanah
Penambahan K tanah
(kg K2O ha-1)
0 (0X)
Tabel 6. Rataan bobot per tanaman, bobot per buah, diameter buah, dan panjang buah cabai pada
berbagai penambahan K tanah
Penambahan K tanah Bobot Tanaman-1 Bobot Buah-1 Diameter Panjang
(kg K2O ha-1) (g) (g) Buah (cm) Buah (cm)
0 (0X) 345.30 9.01 1.02 10.76
193.09 (1/4 X) 363.18 9.42 1.11 11.21
386.19 (1/2 X) 384.54 10.37 1.12 11.97
579.29 (3/4 X) 415.16 10.57 1.26 12.66
772.39 (X) 429.39 10.41 1.27 12.66
F test a * * * *
Pola responb L** L** L** L**
Keterangan: a Uji F untuk melihat pengaruh penambahan K tanah terhadap bobot tanaman -1, bobot buah-1, diameter
buah, dan panjang buah; b Di uji dengan orthogonal polynomial;*= sangat nyata pada P<0.05; **= sangat
nyata pada P<0.01

Bobot Panen Layak (Marketable Yield ) dan Bobot Panen Total


Tidak Layak (Unmarketable Yield)
Penambahan K pada tanah member
Penambahan K pada tanah memberi pengaruh signifikan terhadap bobot panen total
pengaruh signifikan terhadap bobot panen per petak maupun per hektar. Perlakuan
layak dan tidak layak per petak serta per pemupukan sampai 772.39 K2O ha-1 me-
hektar. Perlakuan penambahan K2O sampai ningkatkan bobot panen total per bedeng dan
772.39 K2O ha-1 memberi pengaruh linear bobot panen total per hektar secara kuadratik
pada bobot layak dan tidak layak per petak dan (Tabel 8).
per hektar (Tabel 7).
Tabel 7. Total bobot layak dan tidak layak per petak dan bobot layak dan tidak layak per hektar cabai
pada berbagai penambahan K tanah
Penambahan K tanah
Bobot Petak-1(g) Bobot ha-1(ton)
-1
(kg K2O ha ) Layak Tidak layak Layak Tidak layak
0 (0X) 4636.25 1445.22 6.18 1.93
193.09 (1/4 X) 4699.87 1402.25 6.26 1.87
386.19 (1/2 X) 5256.17 1639.30 7.01 2.18
579.29 (3/4 X) 5975.10 742.77 7.97 0.99
772.39 (X) 6078.07 506.62 8.10 0.66
F test a * * * *
Pola responb L** L** L** L**
Keterangan: a Uji F untuk melihat pengaruh penambahan K tanah terhadap bobot panen total;b Di uji dengan
orthogonal polynomial;*= sangat nyata pada P<0.05; **= sangat nyata pada P<0.01;L=linear

Tabel 8. Rataan bobot panen total per petak dan per hektar cabai pada berbagai penambahan K tanah
Penambahan K Tanah Bobot Total Petak-1 Bobot Total ha-1
(kg K2O ha-1) (g) (ton)
0 (0X) 6081.47 8.11
193.09 (1/4 X) 6102.12 8.14
386.19 (1/2 X) 6895.47 9.19
579.29 (3/4 X) 6717.87 8.96
772.39 (X) 6584.70 8.78
F testa * *
Pola responb Q** Q**
Keterangan: aUji F untuk melihat pengaruh penambahan K tanah terhadap bobot panen total; bDi uji dengan
orthogonal polynomial;*= sangat nyata pada P<0.05; **= sangat nyata pada P<0.01;Q=kuadratik
Rekomendasi Pemupukan Kalium sebagai lahan penelitian adalah 146.2 ppm.
Nilai tersebut tergolong sedang menurut
Berdasarkan uji tanah yang dilakukan
interpretasi data pada penelitian Amisnaipa et
menggunakan Morgan didapatkan bahwa
al. (2009) yang dapat dilihat di Tabel 2.
kandungan K dalam tanah yang digunakan
Kelas ketersediaan K sedang pada maupun per hektar menghasikan pola
penelitian ini menghasilkan respon linear pada kuadratik yang dapat digunakan sebagai
beberapa peubah yaitu, tinggi tanaman, jumlah perhitungan dosis rekomendasi K2O pada
daun, bobot buah per tanaman, bobot per buah, kelas ketersediaan K sedang.
diameter buah, panjang buah, bobot buah Rekomendasi pemupukan K untuk budi
layak dan tidak layak per petak serta bobot daya cabai pada tanah Inceptisols Dramaga
buah layak dan tidak layak per hektar. Peubah pada kelas ketersediaan K sedang adalah 487.5
yang menghasilkan respon linear tidak dapat kg K2O ha-1 atau bila menggunakan pupuk
digunakan sebagai dasar rekomendasi pemu- KCl setara dengan 812.5 kg ha-1. Dosis ini
pukan karena nilai dari parameter tersebut lebih besar dibandingkan dosis rekomen-dasi
semakin meningkat dengan penambahan dosis untuk tanaman tomat yang dilakukan oleh
aplikasi dan belum ditemukan titik optimalnya. Amisnaipa et al. (2009) pada tanah Inceptisols
Rekomendasi pemupukan K untuk budi Dramaga. Faktor-faktor yang dapat mem-
daya cabai pada tanah inceptisols Dramaga pengaruhi kemungkinan adalah faktor ling-
dapat disusun dari hasil panen total per bedeng kungan seperti cuaca yang kering. Curah hujan
maupun per hektar yang menghasilkan kurva terendah pada saat penanaman di lahan adalah
kuadratik. Kurva kuadratik tersebut memiliki 84.7 mm bulan-1 yang kemungkinan dapat
titik optimal yang dapat digunakan sebagai mempengaruhi kebutuhan unsur K yang
penyusun dosis rekomendasi pemupukan diserap tanaman. Hal tersebut karena kalium
kalium pada kelas ketersediaan K sedang adalah unsur esensial yang dibutuhkan
(Gambar 1). tanaman untuk meningkatkan produksi yang
Berdasarkan kurva respon hasil panen tinggi dan bisa menjadi faktor pembatas pada
total per hektar cabai dapat dilihat bahwa telah tanaman dalam keadaan lingkungan tertentu
ditemukan titik optimal pemberian dosis K2O seperti kekeringan dan salinitas (Liebersbach
ha -1. Respon bobot panen total baik per petak et al., 2004).

Pembahasan
Pertumbuhan tanaman dan bobot panen
berhubungan dengan ketersediaan K dalam
tanah yang sesuai dengan penyataan Hassan et
al. (1995) bahwa dengan meningkatkan pe-
mupukan unsur K maka pertumbuhan tanaman
dan bobot panen akan meningkat.

120
Bobot Total Relatif(%)

100

80

60

40 y = -4E-05K2 + 0.039K + 85.63


R² = 0.543
20

0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Dosis K2O kg ha-1

Gambar 1. Kurva respon hasil panen total per ha cabai terhadap pemupukan K
Hal tersebut sesuai dengan peran utama memicu pertumbuhan jaringan meristematik muda
kalium yaitu untuk aktivasi enzim yang terlibat (Arquero et al., 2006). Jaringan meristem merupakan
dalam pembentukan struktur senyawa organik jaringan yang berpengaruh ter- hadap pertumbuhan
dan membangun senyawa seperti pati atau tinggi tanaman dan akar.
protein serta terlibat dalam pembelahan sel dan Jumlah daun yang meningkat secara linear
dengan penambahan dosis unsur K ini sesuai Bobot panen layak pasar dan tidak layak pasar
dengan penelitian El-Bassiony et al (2010) berpengaruh signifikan dengan kurva linear,
pada tanaman paprika yang menunjuk- kan sementara penambahan dosis K berpengaruh
bahwa tanaman tertinggi dan jumlah daun signifikan dengan kurva kuadratik pada bobot
terbanyak pada paprika adalah dengan per- panen total per petak dan per hektar.
lakuan 200 kg fed-1 kalium sulfat, sementara
jumlah daun terendah adalah pada tanaman
yang hanya mendapat 50 kg fed-1 kalium KESIMPULAN
sulfat. Hasil ini dikarenakan fungsi kalium
yang membantu proses metabolisme dan Pemupukan K berpengaruh signifikan
meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman. dengan pola linear terhadap tinggi tanaman
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wang mulai 4-8 MST, jumlah daun mulai 5-8 MST,
et al. (2013) bahwa Kalium (K) adalah unsur bobot per tanaman, bobot per buah, diameter
penting pada proses biokimia dan fisiologis buah, panjang buah, bobot panen layak dan
tanaman yang pada akhirnya mempengaruhi tidak layak per petak maupun per hektar.
pertumbuhan dan metabolisme tanaman. Sementara itu pada peubah waktu antesis dan
Ukuran buah juga meningkat dengan umur buah masak pemupukan K tidak
penambahan K hingga 772.39 K2O ha-1. berpengaruh. Pada bobot panen total per petak
Ukuran buah dapat dilihat dari bobot per buah, dan per hektar pemupukan K berpengaruh
panjang buah, dan diameter buah. Ketiga sangat signifikan dengan pola kuadratik.
peubah tersebut berpengaruh signifikan secara Rekomendasi pemupukan K yang optimal
linear dengan penambahan K. Hal ini sesuai untuk budi daya cabai di tanah Inceptisols
dengan hasil penelitian El Masry (2000) yang Dramaga pada kelas ketersediaan K sedang
menyimpulkan bahwa kalium sangat berperan adalah 487.5 kg K2O ha-1 untuk mendapatkan
dalam peningkatan kualitas buah (Imas dan hasil panen yang maksimal.
Bansal, 1999; Lester et al., 2006). Hasil ini
juga sesuai dengan yang diperoleh pada
penelitian sebelumnya oleh El Masry (2000), DAFTAR PUSTAKA
Ni-Wu et al. (2001) Ruchi-Sood dan Sharma
(2004) dan Fawzy et al. (2007) pada tanaman Al-Karaki, G.N. 2000. Growth, sodium, and
terung dan Al Karaki (2000) dan Gupta dan potassium uptake and translocation in
Sengar (2000) pada tomat. Para peneliti ini salt stressed tomato. J. Plant. Nutrition.
menyimpulkan bahwa peningkatan kalium 23(3): 369-379.
dalam tanah dapat digunakan untuk mem-
perbaiki dan meningkatkan hasil tanaman serta Amisnaipa, A.D. Susila, R. Situmorang, D.W.
kualitas buah. Menurut penelitian Golcz et al. Purnomo. 2009. Penentuan kebutuhan
(2012) pada tanaman paprika juga dilaporkan pupuk kalium untuk budi daya tomat
bahwa panen total, panen layak pasar, dan menggunakan irigasi tetes dan mulsa
panen rata-rata per tanaman akan meningkat polyethilen. J. Agron. Indonesia. 37(2):
seiring dengan peningkatan aplikasi pupuk 115-122.
kalium.
Penambahan unsur K dalam bentuk Arquero, O., D. Barranco, M. Benlloch. 2006.
pupuk KCl berpengaruh signifikan terhadap Potassium starvation increases stomatal
bobot panen layak, tidak layak, dan total. conductance in olive trees. Hort. Sci.
41(2): 433-436.

[BPPN] Badan Perencanaan Pembangunan


Nasional. 2013. Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Bidang Pangan dan Pertanian 2015-
2019. Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Data and fruit quality of sweet pepper plants
produksi sayuran Indonesia. http://bps. (Capsicum annuum L) as affected by
go.id. [ 28 Juli 2014]. potassium fertilization. Journal of
American Science. 6(12).
El-Bassiony, A.M., Z.F. Fawzy, E.H. Abd-
Samad, G.S. Riad. 2010. Growth, yield, El-Masry, T.A. 2000. Growth, yield and fruit
quality response in sweet pepper to Izhar, L., A.D. Susila, B.S. Purwoko, A.
varying rates of potassium fertilization Sutandi, I.W. Mangku. 2012. Penentuan
and different concentrations of paclo- metode terbaik uji fosfor untuk tanaman
butrazol foliar application. Annuals tomat pada tanah inceptisols. J. Hort.
Agric. Sci. 28(2): 1147-1157. 22(2): 139-147.
Fawzy, Z.F., M.A. El-Nemr, S.A. Saleh. 2007. Kementrian Pertanian. 2012. Pertanian
Influence of levels and methods of Bioindustri Berkelanjutan: Solusi
potassium fertilizer application on Pembangunan Indonesia Masa Depan.
growth and yield of eggplant. J. Appl. Biro Perencanaan Sekretariat Jendral
Sci. Res. 3(1): 42-49. Kementrian Pertanian. Jakarta.
Golzc, A., P. Kujawski, B. Markiewicz. 2012. Lester, G.E., J.L. Jifon, D.J.Makus. (2006).
Yielding of red pepper (Capsicum Supplemental foliar potassium
annuum L) under the influence of varied applications with or without a surfactant
potassium fertilization. J. Acta can enhance netted muskmelon quality.
Scientiarum Polanorum-Hortorum Cultus. Hort. Sci. 41(3): 741-744.
11(4): 3-15.
Liebersbach, H., B. Steingrobe, N. Claasen.
Gupta, C.R., S.S. Sengar. 2000. Response of 2004. Roots regulate ion transport in the
tomato (Lycopersicon esculentum Mill.) rhizosphere to counteract reduced
to nitrogen and potassium fertilization in mobility in dry soil. Plant Soil. 260(1-
acidic soil of Bastar. Veg Sci. 27(1): 94- 2): 79-88.
95.
Mattjik, A.A., I.M. Sumertajaya. 2006.
Hassan, S.A., R.Z. Abidin, M.F. Ramlan. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
1995. Growth and yield of chili SAS dan Minitab. Jilid I. IPB Press.
(Capsicum annuum L) in response to Bogor.
mulching and potassium fertilization.
Pertanika J. Trop. Agric. Sci. 18(2): Ni-Wu, X., S. Jian, R. Hardter. 2001. Yield
113-117. and quality responses of selected
solanaceous vegetable crops to
Hilman, Y., H. Sutapradja, R. Rosliani, Y. potassium fertilization. Pedoshere.
Suryono. 2008. Status hara fosfat dan 11(3): 251-255.
kalium di sentra sayuran dataran rendah.
J. Hort. 18(1): 27-37. Nurtika, N., Y. Hilman. 1995. Pengaruh
sumber dosis pupuk kalium terhadap
Imas, P., S.K. Bansal. 1999. Potassium and pertumbuhan dan hasil cabai yang
integrated nutrient management in ditumpangsarikan dengan bawang
potato. Presented at the global merah. Bul. Penel. Hort. 20(1): 131-136.
conference on potato. Dec 6-11. New
Delhi, India. Rochayati, R., D. Setyorini, S. Suping, L.R.
Widowati. 1999. Korelasi Uji Tanah
Hara P dan K. [Laporan Tahunan]
Bagian Proyek Penelitian Sumberdaya
Lahan. Puslittanak. Bogor.

Ruchi, S., S.K. Sharma. 2004. Growth and


yield of bell pepper (Capsicum annuum
var grossum) as influenced by
micronutrient sprays. Indian J. Agric.
Sci. 74(10): 557-559.
Sari, Y., K. Suketi. 2013. Pengaruh aplikasi
GA3 dan pemupukan NPK terhadap Syafruddin, M. Rauf, R.Y. Arvan, M. Akil. 2009.
keragaan tanaman cabai sebagai tanam- Requirements for N, P, & K
an hias pot. J. Hort. Indonesia 4(3) :
157-166
fertilizers on Inceptisols
Haplustepts soil. Indonesian
Journal of Agriculture. 2(1):
77-84.

Wang, M., Q. Zheng, Q. Shen, S.


Guo. 2013. The critical role of
potassium in plant stress
response. Int. J. Mol. Sci. 14:
7370-7390.

You might also like