Analisis Strategi Pembinaan Kesehatan Mental Oleh Guru Pengasuh Sekolah Berasrama Di Aceh Besar Pada Masa Pandemi Faisal Anwar & Putry Julia
Analisis Strategi Pembinaan Kesehatan Mental Oleh Guru Pengasuh Sekolah Berasrama Di Aceh Besar Pada Masa Pandemi Faisal Anwar & Putry Julia
Analisis Strategi Pembinaan Kesehatan Mental Oleh Guru Pengasuh Sekolah Berasrama Di Aceh Besar Pada Masa Pandemi Faisal Anwar & Putry Julia
E-ISSN : 2460-5794
Email: 1faisalelsarakh@gmail.com
Abstract: This study aims to: analyze teachers' understanding of mental health?, know the
ability of teachers to design activities to foster the health of students in dormitories?, know
the process of health activities carried out by teachers in fostering mental health?, find out
how teachers train mental health coaching? , What are the factors that can support and
hinder the implementation of mental health coaching for students in dormitories? What are
the efforts made by teachers in overcoming obstacles in carrying out mental health
coaching? This study uses a qualitative descriptive method with the research subjects of
caregivers from 5 Islamic boarding schools in Aceh Besar. Data were collected by
observation and interviews. Triangulation was carried out through focus group discussions
between researchers and caregivers. The results of the study indicate that conceptually the
teacher understands the notion of mental health even though it is not fully defined by the
existing definition. This study also revealed that teachers were unable to arrange mental
health coaching programs because they did not have similar backgrounds.
64
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
FAISAL ANWAR, & PUTRY JULIA – ANALISIS STRATEGI PEMBINAAN...
A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang paling berdampak
akibat pandemi COVID-19. Sejauh ini, tercatat jumlah positive COVID-19 di
Indonesia 337 ribu, 259 dinyatakan sembuh dan 11.935 telah meninggal dunia
(KEMENKES RI, 2020). Angka ini terus bertambah setiap harinya itu
disebabkan kedisiplinan melaksanakan protokol kesehatan masih belum
dilaksanakan dengan baik (D.E. Nugraheny, 2020). Pandemi COVID-19 ini
telah melumpuhkan berbagai macam aspek seperti sosial, ekonomi, kegiatan
keagamaan dan juga pendidikan (Keogh-brown et al., 2020; Ong et al., 2020).
Ketika Indonesia menyatakan bahwasanya ada warga Indonesia yang terkena
COVID-19 pada bulan Maret 2020, pemerintah Indonesia melalui Kementrian
Pendidikan menyatakan bahwasanya ujian nasional tahun 2020 ditiadakan
pada semua jenjang, itu dilakukan sebagai system respon wabah COVID-19
yang salah satunya adalah pengutamaan keselamatan kesehatan rakyat (W.A.
Prodjo, 2020).
Sampai saat ini belum ada keputusan pasti dari pemerintah pusat kapan
sekolah tatap muka akan kembali dibuka. Terutama bagi daerah-daerah yang
dinyatakan zona merah. Proses pembelajaran dilakukan secara daring dengan
menggunakan aplikasi seperti wa group, zoom, google classroom dll (W. A. F.
Dewi, 2020). Namun demikian aturan tersebut sepertinya tidak sepenuhnya
dipatuhi oleh sebagian besar sekolah-sekolah berasrama terutama pondok-
pondok pesantren atau dayah-dayah. Mereka tetap menerapkan pembelajaran
tatap mukan dan tinggal di Asrama. Akibatnya kurang lebih 27 pesantren
menjadi klaster corona dan sekitar 1.400 santri dinyatakan positive (Amali,
2020).
Adanya klaster-klaster baru di pondok-pondok pesantren tentu
membuat banyak pihak baik pemerintah, MUSPIDA, dinas kesehatan atupun
65
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling Vol. 7, No. 1, 2021
pimpinan pesantren merasa khawatir. Tidak terkecuali para santri yang tinggal
dalam satu pondok dengan para santri yang dinyatakan positive covid
walupun para santri yang dinyatakan positive ditempatkan di asrama yang
berbeda. Rasa khawatir dan rasa takut ini bukan tidak berasalan mengingat
pandemi ini merupakan ancaman terbesar terhadap keberlangsungan
kehidupan manusia setelah Perang Dunia II (Brahmi et al., 2020; Singh et al.,
2020). Disamping ia tidak tampak oleh mata, virus ini juga memiliki tingkat
penyebaran yang sangat tinggi, COVID-19 telah menjadikan orang-orang di
seluruh dunia merasa ketakutan (Rajkumar, 2020; Tandon, 2020).
Rasa khawatir, stress dan ketakutan bisa menyebabkan kesehatan
mental seseorang menurun (Mohamad, 2018). Agar aktivitas sehari-hari
menjadi maksimal dan efisien syarat utamanya adalah memiliki kesehatan
mental yang baik. Untuk mendukung kesehatan mental pemerintah
mengeluarkan UU 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social
dan ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan (KEMENKES RI, 2009). Oleh
karen itu kesehatan mental perlu terus dijaga agar rutinitas sehari-hari bisa
berjalan dengan baik.
Harapan penjagaan dan peningkatan kesehatan mental yang dijabarkan
di atas berbeda dengan kondisi riil yang terjadi di lapangan. Berdasarkan hasil
pengamatan yang penliti lakukan di beberapa pesantren, kebanyakan para
guru pengasuh di sekolah berasrama masih duduk di bangku kuliah dan
tergolong masih muda. Kuliah yang mereka tekuni bukan berlatar belakang
psikologi ataupun konseling. Hal ini tentuk akan berakibat pada proses
penjagaan dan pembinaan kesehatan mental di pasa pandemi ini. Adanya
realitas tersebut, peneliti sangat tertarik untuk mengamati dan mencermati
lebih mendalam mengenai strategi yang dilakukan oleh para guru pengasuh
66
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
FAISAL ANWAR, & PUTRY JULIA – ANALISIS STRATEGI PEMBINAAN...
B. KAJIAN TEORITIS
1. Pengertian Kesehatan Mental
Kesehatan mental adalah suatu keadaan kejiwaan atau keadaan
psikologis yang menunjukan kemampuan seseorang untuk mengadakan
penyesuaian diri atau pemecahan masalah terhadap masalah-masalah yang ada
dalam diri sendiri (internal) dan masalah-masalah yang ada di lingkungan luar
dirinya (eksternal). Kesehatan mental mengacu pada cara berfikir, berperasaan dan
bertindak individu yang efisien dan efektif dalam menghadapi tantangan hidup
dan stres hidup (Hanurawan, 2012).
Menurut WHO (world health organization) kesehatan mental adalah kondisi
diri kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat
kemampuan-kemampuan untuk mengelola stress kehidupan yang wajar, untuk
bekrja secara produktif dan meghasilkan , serta berperan di komunitasnya (K. S.
Dewi, 2012).
67
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling Vol. 7, No. 1, 2021
68
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
FAISAL ANWAR, & PUTRY JULIA – ANALISIS STRATEGI PEMBINAAN...
69
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling Vol. 7, No. 1, 2021
70
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
FAISAL ANWAR, & PUTRY JULIA – ANALISIS STRATEGI PEMBINAAN...
sering berolahraga akan merasa lebih terisi, lebih sehat dan lebih bahagia.
Kunicnya dalah menemukan aktifitas yang mereka senangi. Dengan aktifitas ini
akan meningkatkan suasana hati dan mngangkat gejala dipresi. 2) waktu luang
untuk tatap muka. Tatap muka yang dimaksud adalah tatap muka dengan
menjalin hubungan dengan orang lain dalam hal yang positive. Kegiatan ini bisa
mengangkat kesejahteraan psikis dan kebahagiaan. 3) Pembatasan waktu untuk
gadget. Para orang tua hendaknya membuat aturan Bersama dengan anak-anak
mereka dalam membatasi penggunaan gadget. Ini dilakukan supaya waktu
mereka lebih banyak digunakan untuk kegiatan fisik, sossial dan relaksasi. 4)
waktu cukup untuk beristirahat. Bagi para remaja setidaknya membutuhkan
waktu 9-10 jam untuk beristirahat. Jika waktu istirahat mereka kurang dari itu
maka mereka akan tidak merasa bersemangat untuk bersekolah. Rasa kantuk yang
dibawa ke sekolah akan berakibat buruk pada konsentrasi, prestasi akademik, dan
kesiagaan mereka. 5) Miningkatkan kesadaran penuh. Para remaja perlu dilatih
untuk meningkatan kemampuan kesadaran penuh mereka. Jika mereka benar-
benar terlatih mereka kan menjadi lebih tenang dan relak. Kegiatan kesadaran
penuh yang bisa dilakukan seperti latihan pernafasan. Disamping kegiatan diatas,
kegiatan-kegiatan rohani seperti shalat, puasa, berzikir, membaca al-quran dan
menghafalnya juga sangat membantuk untuk menjaga kesehatan mental (Lubis et
al., 2019). Dengan ini dapat disimpulkan bahwa sanya untuk menjaga kesehatan
mental harus mencakup fisik dan rohani. Ketika keduanya dipadukan maka
kesehatan mental seseorang akan sangat terjaga dengan baik.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian Ini dilaksanakan di 5 Pesantren atau Dayah di Aceh Besar.
Pesantren yang dimaksud adaleh : Pesantren Darul Ihsan Tgk. Haji Hasan Krueng
Kalee Gampong Siem, Pesantren Al-Manar Cot Irie, Pesantren Daruzzahidin
Lamceu, Pesatnren Al-Falah Abu Lam-U Lamjampok dan Pesantren Babul
Maghfirah Kuta Baro.
71
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling Vol. 7, No. 1, 2021
Subyek Penelitian ini adalah semua para pengasuh pesantren terutama para
pengasuh senior yang mengasuh di 5 pesantren tersebut. Penelitian ini dibatasi
berkenaan dengan pembinaan kesehatan menta. Serta seluruh aktifitas para siswa
selama dalam masa pandemic. Tujuan pembatasan ini adalah supaya kajian
analisis penelitian ini dapat dilakukan secara komprehensif dan mendalam.
Penelitian ini merupakan penelitian kualititatif-naturalistik, penelitian
kualitatif-naturalistik adalah penelitian yang mana peritiwa-peristiwa yang
menarik perhatian terjadi secara alamiah(Robert Bogdan, 2007). Disini peneliti
memperlakukan dirinya sebagai instrument utama (human instrument) yaitu
bergerak dari hal-hal yang detil, dari satu tingkatan ke tingkatan lainya, lalu
menyatukanya sedemikian rupa sehingga pada intinya dapat ditemukan
kesimpulan-kesimpulan. Creswell(Creswell, J.W., Creswell, 2018) mengatakan
bahwa dalam penelitian kualitatif peneliti ada kunci (researcher as key instrument)
untuk mengumpulkan data melalui wawancara, observasi atau dokumentasi dari
para partisipan.
Peneliti memilih pendekatakan ini karena permasalahan yang diteliti
sedang terjadi di masa pendemi. Yaitu kegitan pembinaan kesehatan mental di
masa pandemic. Alasan lainya mengapa peneliti memilih pendekatan ini adalah
karena data yang akan dikumpulkan dari lapangan lebih banyak berkenaan
dengan tindakan dan ungkapan dari pada seponden yang kemungkinan besar
datanya murni, tanpa ada manipulasi. Seperti yang disebutkan oleh (Moleong,
2017) bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data kualitatif beruap kalimat-kalimat tertulis dari tindakan orang-orang yang
dicermati.
Metode yang diterpkan adalah metode studi kasus yang mana pada
penelitian ini berusaha menelusuri pembinaan kesehatan mental para siswa yang
meliputi : Bagaimanakah pemahaman guru pengasuh tentang kesehatan mental?,
Bagaimana kemampuan para guru pengasuh dalam merancang kegiatan untuk
membina kesehatan mental para siswa di asrama?, Bagaimana proses kegitan
72
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
FAISAL ANWAR, & PUTRY JULIA – ANALISIS STRATEGI PEMBINAAN...
D. HASIL PENELITIAN
Analisa Pemahaman Guru Pengasuh
Pemahan guru pengasuh tentang kesehatan mental yang didapat dari hasil
wawancara dari 5 guru pengasuh pesantren dari 5 pondok pesantren yang ada di
Aceh Besar yang diteliti. Rata-rata guru yang menjadi pengasuh di pesantren-
pesantren yang diteliti sudah menjadi pengasuh sekitar 3-5 tahun. Diantara
mereka ada yang masih kuliah. Mereka biasanya terdiri dari 3-5 orang. Yang
73
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling Vol. 7, No. 1, 2021
diketuai oleh orang yang paling senior diantara mereka yang sudah berada di
pesantren diatas 7 tahun. Latar belakang pendidikan para pengasuh ini sangat
bervariasi. Ada yang berlatar belakang pendidikan juga ada juga yang berlatar
belakang Syariah. Biasanya mereka adalah lulusan dari pesantren tersebut
ataupun dari pesantren lain yang serupa. Alasan mengapa harus dari lulusan
pesantren tersebut atau pesantren yang serupa karena mereka mengerti cara
mengatur para siswa di asrama. Secara umum para guru pengasuh ini ada sedikit
gambaran tentang kesehatan mental walaupun tidak dijelaskan sesuai dengan
definisi kesehatan mental menurut pendapat para ahli.
Untuk memastikan para guru pengasuh ini benar-benar paham tentang
kesehatan mental, peneliti melakukan pertanyaan lanjutan tentang urgensi
diterapkanya kesehatan mental bagi para siswa di asrama. Berdasarkan
pertanyaan yang kedua ini, jawaban para pengurus yang diwawancaraipun
beragam. Dua diantaranya mengatakan bahwa kesehatan mental tidak terlalu
penting untuk dilaksanakan, dengan kegiatan yang ada di pesantren mereka yakin
kesehatan mental para siswa akan tetap terjaga. Kegiatan para siswa yang begitu
padat dari bangun tidur hingga tidur lagi mampu mejaga keadaan santri,
ditambah lagi dengan tausiah keagamaan yang diberikan sudah sangat cukup
untuk menjaga mental para santri yang tingal di asrama. Sedangkan 3 pengurus
lainya mengatakan bahwasanya kesehatan mental perlu untuk dijaga agar tetap
dalam keadaan normal. Dengan keadaan normal seseorang bisa mengikuti
aktifitas keseharianya dengan baik.
Berdasarkan dua pertanyaan yang ditanyakan peneliti kepada 5
narasumber yang berasal dari beberapa pesantren yang ada di Aceh Besar diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa secara teori guru pengasuh mampu memehami
pengertian dari kesehatan mental. Meskipun tidak sesuai dengan definisi yang
benar setidaknya para pengasuh mengerti bahwasanya kesehatan mental adalah
kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya, tenang dalam semua keadaan.
Akan tetapi alasan penting mengapa kesehatan mental perlu dijaga baik-baik bagi
74
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
FAISAL ANWAR, & PUTRY JULIA – ANALISIS STRATEGI PEMBINAAN...
75
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling Vol. 7, No. 1, 2021
bakat dan minta para siswa. Sedangkan kegiatan khusus yang dilakukan selama
pandemi ini memberikan tambahan siraman rohani terutama berkenaan dengan
pandemic, menambah jam istirahat siswa terutama pada malam hari, memberikan
vitamin C, melaksankan senam pagi 3 kali dalam seminggu. Semua program
tambahan ini hanya di masa pandemic saja.
Pada dasarnya program yang dibuat oleh guru pengasuh dari 5 pesantren
di Aceh Besar yang menjadi termpat penelitian sudah menganut sebagian besar
prinsip dari kegitan kesehatan mental. Contohnya pada indikator kesehatan
mental yang terdiri dari emosioanal, intelektual, sosial, fisik, spiritual. Kegiatan
yang dijalankan sudah menyentuh bagian dari spiritual, intelektual, sosial, fisik
namun belum terlihat pada aspek emosional.
Untuk mendapatkan klarifikasi terhadap aspek emosional yang dilakukan
oleh para guru diasrama, peneliti melakukan wawancara tentang mengapa aspek
emosional tidak diprogramkan sedangkan aspek lain sudah dilaksanakan.
Berdasarkan jawaban sebagian besar pengasuh asarama, dijelaskan bahwa para
guru pengasuh asrama tidak begitu paham dengan kegitan yang berkenaan
dengan emosional. Mereka meyakini bahwa bagi siswa laki-laki hal-hal yang
berkenaan dengan emosioanl sesuatu yang tabu jika dibicarakan. Namun bagi
siswa perempuan agak mudah untuk mengelurakan emosionalnya.
Seperti cuplikan dialog antara penliti dengan salah seorang guru pengasuh asrama
di salah satu pesantren di Aceh Besar berikut ini :
Penliti : “saya melihat kegiatan-kegiatan yang dijalankan sudah mencakup
kegiatan untuk menjaga kesehatan mental para siswa, tapi saya tidak melihat
kegiatan yang khusus mengatasi emosianal para siswa”
Pengasuh : “kegiatan yang kami lakukan ini adalah kegiatan yang sudah lama
berlangsung, sekarang kami hanya menjalankan apa yang sudah ada dan
memastikan ini semua berjalan dengan baik”
Peneliti : “apakah kegiatan-kegiatan mengendalikan emosi seperti rileksasi,
mendengar music, ataupun konseling tidak bisa diprogramkan di pesantren?”
76
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
FAISAL ANWAR, & PUTRY JULIA – ANALISIS STRATEGI PEMBINAAN...
Pengasuh : “kami tidak tahu pasti, karena untuk melakukan program seperti itu
bukan kami yang mengambil kebijakan, disamping kami juga tidak terlalu paham
dengan kegiatan-kegitan yang bisa mengendalikan emosional. Kegiatan seperti itu
sebenarnya bagus tapi harus disampaikan terlebih dahulu kepada pimpinan untuk
mendapatkan persetujuan. Disamping itu, bagi siswa laik-laki biasanya mereka
akan sedikit malu untuk meluapkan isi hati mereka.”
Jawaban yang hampir sama juga peneliti dapatkan dari pengasuh asrama di
pesantren yang berbeda. Bahwasanya untuk membuat program tambahan
disamping program yang sudah ada mereka harus merepatkanya terlebih dahulu
dengan pimpinan untuk mendapatkan persetujuan. Sejauh ini mereka dituntut
untuk memastikan kegiatan yang sudah ada berjalan dengan baik disamping itu
mereka juga tidak begitu mengerti dengan kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan kegiatan pengendalian emosi karena selama ini mereka meyakini dengan
kegiatan olahraga dan mengaji itu sudah mencukup untuk mengatasi keadaan
emosi para siswa.
Hal lainya berdasarkan penjelasan dari guru pengasuh bahwasanya mereka
tidak pernah mendapatkan pelatihan yang memadai dalam praktik pola
pengasuhan yang baik di asrama. Selama ini mereka menjalankan pembinaan di
asrama hanya berdasarkan pengalaman dan petunjuk dari pimpinan. Sedangkan
sesame guru yang tinggal di asrama hanya memberikan masukan-masukan saja
yang terkadang belum tentu bisa untuk diterapkan.
Kegiatan-kegiatan yang sudah dimusyawarahakan untuk dijalankan lalu
dilakukan evalusi secara umum oleh pihak atasan atau pimpinan bersama-sama
dengan para pengasuh yang tinggal di pesantren demi mencari tau apakah
kegiatan yang sudah terlaksana sudah mencapai target yang diinginkan atau
malah sebaliknya, apakah kegiaktan yang digunakan efisisen untuk kepentingan
para siswa, Apa saja faktor pendukung dan faktor pemghambat dalam
menjalankan program yang sudah diadakan. Evaluasi yang dilakukan oleh
pimpinan lebih kepada penilaian akhir terhadap kegiatan yang dievaluasi
77
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling Vol. 7, No. 1, 2021
E. KESIMPULAN
Merujuk pada hasil penelitian yang sudah dipaparkan diatas, dapat dirumuskan
beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut :
1. Para pengasuh siswa di asrama secara umum sudah menunjukkan pemahaman
mereka terhadap pengertian dari kesehatan mental. Pada intinya para pengasuh
ini mampu menjelaskan pengertian kesehatan mental meski belum mengena
78
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
FAISAL ANWAR, & PUTRY JULIA – ANALISIS STRATEGI PEMBINAAN...
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada DPRM (Direktorak Riset dan
Pengabdian kepada Masyarakat) yang telah membiayai penelitian ini. Seluruh tim
peneliti yang sudah terlibat baik secara langsung ataupun secara tidak langsung
79
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling Vol. 7, No. 1, 2021
dalam meneyelesaikan penelitian ini. Para pengasuh santri yang sudah sudi
menjadi responden dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Amali, Z. (2020). Kemenag: 27 Pesantren Jadi Klaster Corona, 1.400 Santri Positif.
Https://Tirto.Id. https://tirto.id/kemenag-27-pesantren-jadi-klaster-corona-
1400-santri-positif-f5q2
Brahmi, N., Singh, P., Sohal, M., & Sawhney, R. S. (2020). Psychological trauma
Pemerintah. Https://Nasional.Kompas.Com/.
https://nasional.kompas.com/read/2020/06/29/08220851/penyebab-kasus-
covid-19-terus-bertambah-menurut-pemerintah?page=all
https://doi.org/10.31004/edukatif.v2i1.89
80
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
FAISAL ANWAR, & PUTRY JULIA – ANALISIS STRATEGI PEMBINAAN...
https://doi.org/10.12928/psikopedagogia.v1i1.2572
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/UU_36_2009_Kesehatan.p
df
https://covid19.kemkes.go.id/category/situasi-infeksi-emerging/info-
corona-virus/
Keogh-brown, M. R., Tarp, H., Edmunds, W. J., & Smith, R. D. (2020). SSM -
https://doi.org/10.1016/j.ssmph.2020.100651
Lubis, L. T., Sati, L., Adhinda, N. N., Yulianirta, H., & Hidayat, B. (2019).
https://doi.org/10.25299/jaip.2019.vol16(2).3898
Mohamad, M. H. (2018). The Relationship Between Mental Health, Stress And Academic
https://doi.org/10.15405/epsbs.2018.07.02.60
81
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling Vol. 7, No. 1, 2021
Ong, M. T.-Y., Ling, S. K.-K., Wong, R. M.-Y., Ho, K. K.-W., Chow, S. K.-H.,
https://doi.org/10.1016/j.ajp.2020.102066
Singh, P., Singh, S., Sohal, M., Dwivedi, Y. K., Kahlon, K. S., & Sawhney, R. S.
https://doi.org/10.1016/j.ajp.2020.102280
Negeri Lampung].
http://repository.radenintan.ac.id/1298/1/Skripsi_Susilawati.pdf
https://doi.org/10.1016/j.ajp.2020.102100
W.A. Prodjo. (2020). UN 2020 Dibatalkan, Nadiem: Ujian Sekolah Bisa Dilakukan dan
82
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang
FAISAL ANWAR, & PUTRY JULIA – ANALISIS STRATEGI PEMBINAAN...
https://edukasi.kompas.com/read/2020/03/24/135442571/un-2020-
dibatalkan-nadiem-ujian-sekolah-bisa-dilakukan-dan-tak-boleh-
tatap?page=all
83
Copyright © 2021 Hak Cipta dilindungi undang-undang