Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Evaluasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Di Tpa Gunung Panggung Kabupaten Tuban Agung Prasetya Mayangkara, ST Sekretariat Pemkab. Tuban

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by JPAP: Jurnal Penelitian Administrasi Publik

JPAP: Jurnal Penelitian Administrasi Publik e-ISSN: 2460-1586


Oktober 2016, Vol. 2 No. 2, hal. 427 - 444

EVALUASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA GUNUNG


PANGGUNG KABUPATEN TUBAN

Agung Prasetya Mayangkara, ST


Sekretariat Pemkab. Tuban

ABSTRACT
This study aimed to evaluate waste management policy in the Gunung Panggung
landfill Tuban Regency with the approach of the five criteria, namely
effectiveness, accuracy, adequacy, equity and responsity well as to give
advice/recommendations corrective measures to be taken by the Government of
Tuban in organizing the waste management in the Gunung Panggung landfill. The
method used is descriptive qualitative method. The research object itself is
Gunung Panggung Landfill of Tuban Regency as the end point of local
government in providing waste management services for the city of Tuban.The
results showed that the implementation of waste management at the Gunung
Panggung Landfill of Tuban Regency not meet the criteria of accuracy,
effectiveness, adequacy, equity and responsitas. This is demonstrated by the
performance measurement input selection method that is controlled landfills were
not right either the rules or the management of the environment, the low amount
of the budget provided for waste management (equivalent to Rp.
950.00/man.month), the limited number of local regulations set to support waste
management (only 1 regulations), are still insufficient numbers of technical
personnel manager of the landfill, the organizer of the function of institutional
forms of waste management is still a part of SKPD lead to less flexible role in the
management of budgetary institutions. While the output performance benchmark
showed that the waste management policies do not yet meet the criteria of equity,
this is evidenced by the low coverage of landfill Mountain Stage (66.73%) and the
low awareness of the public to participate in waste management activities, namely
awareness to pay a levy of waste (3%) and awareness to waste reduction
(27.67%) indicates that the policies implemented have not been responsive to the
community.For the Government of Tuban Regency expected to immediately make
corrections which are applying the sanitary landfill system by increasing the
number of technical personnel manager of the landfill, reviewed the institutional
forms and to set local regulations on public participation in waste management.
Keywords: Public Policy, Criteria Evaluation and Waste Management

Latar Belakang Masalah


Pengertian sampah menurut Undang-Undang nomor18 Tahun 2008 adalah
sisa kegiatan sehari-hari manuasia dan/atau proses alam yang padat. Sampah
merupakan konsekuensi kehidupan, yang seringkali dan pada banyak tempat telah
menimbulkan permasalahan. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk
beserta aktivitasnya, maka timbulan sampah tentunya juga mengalami
peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk berarti peningkatan jumlah atau
volume timbulan sampah, sedangkan bertambahnya jenis aktivitas berarti semakin
beragam jenis sampah yang dihasilkan. Jumlah atau volume dan jenis sampah
yang dibiarkan menumpuk sangat membahayakan bagi kehidupan manusia.
Tumpukan sampah selain sangat tidak sedap dipandang mata, juga membutuhkan

427
lahan yang tidak sedikit untuk pembuanannya serta dapat menimbulkan penyakit
bagi manusia dan pencemaran bagi lingkungan.
Penyakit manusia yang cukup berbahaya yang dapat ditimbulkan oleh
lingkungan yang tidak sehat karena sampah diantaranya dysentri, TBC, muntaber
bahkan Autis. Seringkali kita jumpai beberapa pemilik hewan ternak membiarkan
ternaknya memakan sampah organik yang terdapat pada tumpukan sampah yang
tercampur yang didalamnyaterkandung bahan beracun dan berbahaya (B3).
Bahan B3 biasanya terdapat pada tinta spidol, tinta koran, larutan sisa minyak
pelumas, logam-logam berat dll. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyakit autis diantaranya dipicu dari larutnya bahan B3 tersebut ketika kita
mengonsumsi daging hewan ternak yang tanpa kita sadari telah memakan sampah
organik yang tercampur bahan B3 tersebut. Sedangkan terhadap lingkungan, air
sampah yang keluar dari tumpukan sampah tercampur bahan B3 tentunya banyak
mengandung polutan/zat-zat berbahaya lainnya dengan jumlah dan konsentrasi
yang tinggi. Hal itulah yang memicu terjadinya pencemaran pada lingkungan baik
pada tanah maupun air tanah. Air tanah yang tercemar tersebut tentunya sangat
tidak layak untuk dipergunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik
untuk aktivitas apalagi untuk dikonsumsi sebagai air minum.
Amanah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang sampah
menyebutkan bahwa menjadi kewajiban bagi Pemerintah maupun pemerintahan
daerah untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan
berwawasan lingkungan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber
daya.
Dengan demikian, pengelolaan sampah seharusnya diselenggarakan
berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan,
asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas
nilai ekonomi. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tersebut, maka substansi terpenting dalam pengelolaan sampah adalah bahwa
semua pemerintah kabupaten/kota harus mengubah sistem pembuangan sampah
menjadi sistem pengelolaan sampah. Sebagaimana tersebut dalam strategi kelima
pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan
KNSP-SPP, bahwa perlunya meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah
sanitary landfill. Selain itu, kegiatan pengelolaan sampah dengan prinsip ramah
lingkungan juga telah diatur dalam Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang pengelolaan sampah dan PP Nomor 16 Tahun 2005 tentang Sistem
Penyediaan Air Minum (pasal 20). Para ahli lingkungan juga merekomendasikan
metode pemrosesan akhir sampah yang tepat adalah dengan metode Sanitary
andfill.
Pengelolaan sampah di Kabupaten Tuban saat ini ditangani oleh Bidang
Kebersihan dan Pertamanan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tuban.
Sedangkan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tuban membawahi empat bidang,
yaitu Bidang Prasarana Jalan, Bidang Cipta Karya dan Permukiman, Bidang
Pengairan dan Bidang Kebersihan dan Pertamanan. Secara otomatis, seluruh
permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan persampahan di Kabupaten Tuban
menjadi tugas dari bidang ini. Kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh
Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tuban

428
saat inimenggunakan pendekatan end of pipe solution, yaitu berupa kegiatan
pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah ke Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) sampah.Sampah hasil aktivitas penduduk di Kecamatan Kota Tuban
dilayani oleh TPA Gunung Panggung yang terletak di Kelurahan Gedongombo
Kecamatan Semanding. Menurut data Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tuban,
pelayanan persampahan di Kota Tuban telah menjangkau 25 kelurahan/desa yang
ada. Menurut Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tuban, jumlahtimbulan sampah
terangkut ke TPA pada tahun 2015 adalah kurang lebih 250 m3/hari dengan luas
lahan TPA sebesar 3,8 hektar. Perhitungan laju timbulan sampah tersebut
dilakukan dengan pendekatan SNI 19-3983-1995, untuk katagori kota dengan
jumlah penduduk 100.000<penduduk<500.000 denggan besaran sampah antara
0,7 – 0,8 kg/orang.hari dengan densitas sampah yang masuk ke TPA sebesar 321
kg/m3. TPA Gunung Panggung telah dipergunakan dan dioperasikan sejak tahun
1992 berdasarkan SK Bupati Nomor 377 Tahun 1992, merupakan TPA yang
didesain dengan sistem Controlled Landfill.
Namun demikian, upaya pengelolaan sampah menurut Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2008 bukanlah menjadi tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten/Kota saja, namun asas kebersamaan sebenarnya juga memberikan
amanah bahwa masyarakat sebagai penghasil sampah juga memiliki tanggung
jawab untuk menunjang upaya pengelolaan sampah yang dilakukan oleh
Pemerintah setempat. Pelayanan pengelolaan sampah yang telah dilakukan
dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten Tuban ternyata belum diimbangi dengan
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mengelola sampah yang baik dan
benar. Ketergantungan masyarakat dalam pengelolaan sampah terhadap pelayanan
sampah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tuban masih sangat tinggi.
Hasil pengamatan di beberapa TPS/Transfer Depo dan lokasi TPA Gunung
Panggung menunjukkan masih terdapat sejumlah pemulung yang memilah
sampah sebagai rutinitas hariannya menunjukkan bahwa sebenarnya sampah yang
masuk ke TPS/Transfer Depo maupun TPA Gunung Panggung masih berpotensi
untuk dipilah dan direduksi/dikurangi. Hal ini menjadi indikator bahwa upaya-
upaya mereduksi/mengurangi sampah pada sumbernya yang dilakukan pada skala
rumah tangga. Mengingat belum adanya upaya pemilahan sampah pada
sumbernya dan sistem pengangkutan yang masih tercampur, maka sampah yang
masuk ke TPA Gunung Panggung merupakan sampah yang masih tercampur.
Besar kemungkinan keterdapatan bahan B3 yang akan mengganggu
mikroorganisme pada proses dekomposisi sampah yang ada ditempat
penimbunan, sekaligus akan membahayakan bagi lingkungan setempat baik tanah
maupun air. Meskipun ada geomembran yang melapisi sel sampah, limbah B3
masih dapat masuk melalui kebocoran atau pada saat masuk dalam kolam
pengolahan limbah. Pengelolaan limbah B3 seharusnya mengacu pada Peraturan
Pemerintah nomor 18 tahun 1999 dan dilakukan pada tempat yang terpisah.
Meningkatnya kegiatan perekonomian dan investasi telah memberikan
dampak terhadap peningkatan laju pertumbuhan penduduk sekaligus laju timbulan
sampah kota. Kedepan, hal ini tentunya akan meningkatkan jumlah timbulan
sampah yang masuk ke TPA Gunung Panggung Kabupaten Tuban. Meningkatnya
jumlah timbulan sampah yang tidak diimbangi dengan penambahan luasan lahan
TPA tentunya akan menyebabkan sampah cepat menumpuk di TPA dan masa
umur pakai TPA akan semakin pendek. Ketika masa umur pakai TPA telah habis

429
maka solusinya adalah mencari lahan TPA baru atau melakukan upaya perluasan
lahan di TPA. Upaya ini akan menjadi sulit karena semakin sulit mencari lahan
baru seiring bertambahnya kepadatan kota. Sebelum hal-hal tersebut diatas
menjadi permasalahan bagi masyarakat Kabupaten Tuban, maka Pemerintah
Kabupaten Tuban perlu melakukan evaluasi terhadap kebijakan pengelolaan
sampah yang dilakukan saat ini dalam mencari alternatif kebijakan kedepan
terkait upaya-upaya yang perlu dilakukan sebagai penyelesaian terhadap
permasalahan tersebut.Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian
mempunyai rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana evaluasi kebijakan pengelolaan sampah di TPA Gunung
Panggung KabuptenTuban menuju sistem Sanitary Landfill?

Dari uraian 2 (dua) subbab di atas maka dapat kita ketahui mengapa kita
sebut pengelolaan sampah di TPA Gunung Panggung Kabupaten Tuban masih
kurang sesuai dengan tuntutan perundang-undangan yang berlaku tentang
pengelolaan sampah yang lebih ramah lingkungan. Oleh karena itu penelitian ini
mencoba melakukan evaluasi terhadap sistem pengelolaan sampah yang ada
(eksisting) pada TPA Gunung Panggung Kabupaten Tuban agar dapat diketahui
langkah-langkah apa saja yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten
Tuban dalam menyusun kebijakan publik pengelolaan sampah di TPA Gunung
Panggung menuju sistem Sanitary Landfill.
Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN),2008 bahwa Kebijakan
Publik merupakan produk (output) dari suatu input yang diproses secara politis.
Penelitian ini mencoba menggabungkan makna kebijakan public sebagai sebuah
output dari input dengan indicator/criteria evaluasi sebagaimana disampaikan oleh
William Dunn (1994), bahwa terdapat 5 (lima) indikator atau kriteria dalam
sebuah evaluasi yang mencakup 1). Efektifitas, 2). Kecukupan, 3). Pemerataan 4)
Responsitas dan 5) Ketepatan.
Untuk itu, penelitian ini akan mencoba melakukan evaluasi secara
komprehensif terhadap 5 (lima) criteria tersebut dengan pendekatan sudut
pandang kinerja input dan output pelayanan persampahan, dalam hal ini kinerja
input dan outputnya. Dengan demikian hasil evaluasi diharapkan akan lebih
mendekati kepada kondisi yang sesungguhnya sehingga rekomendasi terhadap
langkah perbaikan dapat disampaikan sebagai bahan masukan kepada Pemerintah
Kabupaten Tuban dalam merumuskan kebijakan Pengelolaan Sampah di masa
mendatang.

Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang dipilih peneliti adalah deskriptif
kualitatif dengan maksud mengevaluasi kinerja pengelolaan sampah di TPA
Gunung Panggung Kabupaten Tuban. Penelitian ini dilakukan dalam rangka
mengkaji lebih dalam lagi tentang evaluasi kinerja pengelolaan sampah di TPA
Gunung Panggung Kabupten Tuban menuju sistem Sanitary Landfilldengan
kajian dari kinerja input, meliputi aspek teknis, kelembagaan, lingkungan, Sumber
Daya Manusia (SDM), peraturan perundangan dan pendanaan. Kinerja Output
pengelolaan sampah meliputi aspek peran serta masyarakat, aspek teknis (cakupan
pelayanan) dan aspek lingkungan.

430
Obyek/subyek Penelitian
Obyek Penelitian adalah pengelolaan sampah di TPA Gunung Panggung
Kabupaten Tuban, meliputi aspek teknis (kesesuaian dengan standar teknis
ketentuan pengelolaan sampah di TPA Gunung Panggung), aspek kelembagaan
pengelola TPA Gunung Panggung dan aspek lingkungan masyarkat sekitar TPA.

Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini diperlukanberbagai data, baik data primer maupundata
sekunder. Adapun beberapa teknikpengumpulan data yang digunakandalam
penelitian ini adalah melalui studi kepustakaan (desk research), observasi,
wawancara dan dokumentasi. Tujuan survey adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta–fakta,
sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nasir, 2007).
Wawancara diperlukan untuk lebih memahami bagaimana kondisi eksisting
pengelolaan sampah di TPA Gunung Panggung serta permasalahan yang dihadapi
oleh pengelola/lembaga. Sedangkan kajian literatur/pustaka merupakan langkah
untuk mengetahui teori/hasil penelitian terdahulu/peraturan yang erat kaitannya
dengan permasalahan yang telah dirumuskan. Teori/hasil penelitian terdahulu
tersebut yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menetapkan cara/pola
terhadap penyelesaian rumusan masalah yang ada. Tinjauan pustaka didapatkan
dari buku literatur, jurnal penelitian serta penulisan ilmiah serta dokumen hasil
penelitian sebelumnya.
Proses Evaluasi Pengelolaan Sampah di TPA Gunung Panggung Kabupaten
Tuban dilakukan secara bertahap mengikuti Tahapan Penelitian. Tahapan
Penelitian meliputi Tahap Persiapan, Tahap Pengumpulan Data, Tahap Analisis
Data dan Tahap Akhir Penelitian. Tahap Persiapan dilakukan dengan menentukan
ide penelitian/latar belakang, perumusan masalah, penetapan tujuan penelitian
sebagaimana yang telah diuraikan pada bab satu terdahulu. Tahap pengumpulan
data dimulai melalui kegiatan pengumpulan data yaitu data primer yang dilakukan
dengan survey/pengukuran langsung ke lapangan dan wawancara maupun data
sekunder, selanjutnya dengan berpedoman kepada kajian literatur/pustaka
dilakukan analisis baik secara deskriptif kualitatif terhadap data yang diperoleh.

Teknik Analisis Data


Dalam melakukan kajian langkah – langkah yang diperlukan dalam upaya
peningkatan pengelolaan TPA menuju sistem Sanitary Landfill, dilakukan analisis
secara kualitatif terhadap data – data hasil evaluasi baik yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif/tidak terukur/yang tidak dapat dijelaskan melalui analisis
kuantitatif. Semua data hasil evaluasi kinerja input pengelolaan sampah yang
meliputi aspek teknis, lingkungan, pendanaan, kelembagaan, sumber daya
manusia maupun kinerja output (peran serta masyarakat, lingkungan dan cakupan
pelayanan) pada proses pengelolaan sampah di TPA Gunung Panggung kemudian
dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk menggambarkan fenomena yang
diperoleh dari hasil penelitian secara terperinci. Selanjutnya diinterpretasikan
secara kualitatif dengan makna yang diperoleh dari hasil penelitian. Untuk
memperoleh kedalaman penghayatan terhadap interaksi antara konsep yang dikaji
secara empiris, maka penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif.

431
Dalam analisis data kualitatif tersebut ditemukan dan dikumpulkan untuk
menggambarkan serta diuraikan dan diinterpretasikan dengan menggunakan
uraian kata-kata atau kalimat yang mudah dipahami (Sanapiah Faisal,1981).

Hasil dan pembahasan


Eksisting Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Tuban
Menurut SNI 19-3983-1995 tentang spesifikasi timbulan sampah untuk kota
kecil dan sedang di Indonesia, katagori Kota Kecil adalah apabila jumlah
penduduknya kurang dari 100.000 jiwa dan Kota Sedang adalah apabila jumlah
penduduknya lebih dari 100.000 jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk kota Tuban
pada akhir tahun 2014 sebesar 151.960 jiwa, maka Kota Tuban termasuk Kota
Sedang (dengan penduduk 100.000<p<500.000).
Pengelolaan sampah di Kabupaten Tuban ditangani oleh Bidang Kebersihan
dan Pertamanan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tuban. Pengelolaan
sampah yang dilakukan oleh Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Tuban masih menggunakan pendekatan end of pipe solution, yaitu berupa
kegiatan pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Menurut Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Tuban, jumlah TPA yang ada di Kabupaten Tuban adalah 3 buah, yaitu TPA
Kecamatan Jatirogo seluas 3,57 Ha, TPA Rengel seluas 3,27 Ha dan TPA Gunung
Panggung seluas 3,8 Ha.
1. Timbulan Sampah
Dengan mengacu pada SNI 19-3983-1995 tentang spesifikasi timbulan
sampah untuk kota kecil dan sedang di Indonesia, maka rata-rata timbulan
sampah per orang hari adalah 0,7 – 0,8 kg/orang.hari. Dengan demikian,
apabila diasumsikan timbulan sampah per orang hari adalah 0,75 kg dan
jumlah penduduk kota Tuban pada akhir tahun 2014 adalah sebesar 151.960
orang, maka potensi timbulan sampah di Kota Tuban adalah sebesar 113,97
ton/hari. Angka tersebut adalah jumlah potensi timbulan sampah kota Tuban
yang dilayani oleh TPA Gunung Panggung Kabupaten Tuban.
2. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah
Sistem pengumpulan sampah dilakukan dengan menggunakan pola individual
tak langsung, dimana proses pengambilan sampah dimulai dari tempat
pewadahan/penampungan sampah dari sumber timbulan sampah baik
domestik maupun non domestik. Pengangkutan sampah yang menjadi
wewenang Bidang Kebersihan dan Pertamanan adalah dari TPS menuju TPA,
dengan mengarahkan armada di bidang persampahan (berupa dump truck dan
arm roll).
3. Aspek Sumber Daya Manusia
Sedangkan dari sumber daya pengelola sampah, jumlah karyawan di Bidang
Kebersihan dan Pertamanan adalah 327 orang dengan pembagian tugas
meliputi 24 orang staf kantor/administrasi, 8 orang sopir, 164 orang tenaga
penyapu jalan/satgas kebersihan/pasukan kuning di wilayah kota Tuban, 50
orang tenaga penyapu jalan/satgas kebersihan/pasukan kuning tersebar di
wilayah Ibu Kota Kecamatan di Kabupaten Tuban, 17 orang pengangkut
sampah, 9orang petugas TPA.

432
4. Aspek Pendanaan
Untuk pembiayaan pengelolaan sampah, saat ini dilakukan dengan sumber
pendanaan dari APBD Kabupaten Tuban dan partisipasi masyarakat melalui
penerimaan retribusi pelayanaan persampahan/kebersihan. Besaran retribusi
pelayanan persampahan/kebersihan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Tuban Nomor 17 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan. Dalam Peraturan Daerah tersebut dijelaskan secara
terperinci besaran retribusi pelayanan
5. Aspek Peraturan Perundangan
Aspek Peraturan yang menjadi dasar pelaksanaan pengelolaan sampah di
Kabupaten Tuban saat ini masih sangat terbatas. Selain mengacu pada
ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2005 tentang dan Peraturan
Menteri LH, Kabupaten Tuban hanya memiliki 1 (satu) buah Perda dalam
pengelolaan Persampahan yaitu Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2001
tentang Retribusi Sampah. Selain itu juga SK setingkat Kepala SKPD terkait
dengan Pengelolaan Bank Sampah. Minimalnya jumlah aturan pada tingkat
daerah nampaknya akan menjadi isu strategis kedepan dalam peningkatan
pengelolaan sampah di Kabupaten Tuban.
6. Aspek Peran Serta Masyarakat
Saat ini terdapat sekitar 13 Bank Sampah yang ada lingkungan masyarakat di
Kota Tuban yang telah ditetapkan keberadaaanya melalui SK Kepala Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Tuban, dimana setiap satu unit Bank Sampah
memberdayakan sepuluh unit Sub Bank sampah di lingkungan sekitarnya.
diantara 25 desa/kelurahan yang menjadi daerah layanan pengelolaan sampah
di TPA Gunung Panggung, hanya 9 (sembilan) Desa/Kelurahan yang
memiliki Bank Sampah (36%). Hal ini berarti bahwa proses reduksi sampah
yang terjadi di Kota Tuban sebagian besar dilakukan oleh para pemulung di
setiap unit TPS.

Evaluasi Kinerja Input Pengelolaan Sampah di TPA Gunung Panggung


Dalam kajian ini, yang dimaksudkan sebagai indikator kinerja input adalah
indikator masukan yang dipergunakan untuk melaksanakan kebijakan pengelolaan
sampah di TPA Gunung Panggung.

Kriteria Evaluasi “Ketepatan”


Secara teknis, yang menjadi kunci dari tujuan akhir pengelolaan sampah
adalah kriteria evaluasi atas ketepatan pemilihan sistem pengelolaan sampah di
TPA. Pengelolaan Sampah di TPA menurut Undang – Undang Nomor 18 Tahun
2008 diarahkan kepada Sistem Sanitary Landfill.Acuan/standar terkait
penyelenggaraan TPA sistem Sanitary Landfill antara lain NSPM Departemen
Pekerjaan Umum tentang Tata Cara Perencanaan TPA Sistem Controlled Landfill
dan Sanitary Landfill (2007), NSPM Departemen Pekerjaan Umum, 2008 tentang
Petunjuk Teknis Operasional Penyelenggaraan TPA Sistem Controlled Landfill
dan Sanitary Landfill. Sistem Santary Landfill merupakan sistem pengelolaan
sampah yang telah memperhatikan aspek sanitasi lingkungan. Disini ada proses
penyebaran dan pemadatan sampah pada area pengurugan sampah dan penutupan
sel sampah dilakukan setiap hari. Penutupan sel sampah dengan anah penutup
juga dilakukan setiap hari. Metode ini merupakan metode standar yang dipakai

433
secara internasional. Namun sistem ini cukup mahal dari sisi investasi maupun
operasionalnya. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Sampah merekomendasikan pengelolaan sampah di TPA menggunakan sistem
controlled landfill untuk katagori kota sedang/kecil dan sanitary landfill untuk
kota besar dan metropolitan. Hanya saja penggunaan sistem controlled landfill
bersifat sementara sampai sistem sanitary landfill dapat dilakukan.
Menurut NSPM Bidang Persampahan Departemen Pekerjaan Umum (2007),
terdapat beberapa perbedaan pengelolaan TPA sistem Controlled Landfill dengan
Sanitary Landfill.
Berdasarkan survey dalam peneitian kami, dapat diketahui bahwa aspek
teknis pengelolaan sampah di TPA Gunung Panggung Kabupaten Tuban
sebagaian besar sudah memenuhi ketentuan untuk pengoperasian menuju sistem
sanitary landfill. Namun dari sisi ketepatan pemilihan metode pengelolaan, sistem
controlled landfill yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Tuban
sebenarnya masih kurang tepat. Untuk itu, perlu pembenahan-pembenahan yang
wajib disarankan sehingga dapat dipergunakan dalam peningkatan system
pengelolaan sampah dari Controlled Landfill menuju Sanitary Landfill.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Kebersihan dan Persampahan,
terdapat kendala kedepan terkait dengan bertambahnya potensi jumlah timbulan
sampah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pada sisi lain,
keterbatasan lahan yang ada di TPA Gunung Panggung, terutama untuk area
penimbunan sampah saat ini adalah seluas 2 hektar dengan perkiraan masa pakai
TPA sekitar 30 Tahun. Apabila TPA Gunung Panggung telah beroperasi sejak
tahun 1992 maka TPA akan habis masa pakainya pada tahun 2022. Dengan
demikian 7 tahun lagi, mau tidak mau Pemerintah Kabupaten Tuban harus sudah
menambah jumlah luasan area penimbunan yang ada di TPA Gunung Panggung
Kabupaten Tuban.

Aspek lingkungan
Keberhasilan pengelolaan sampah di TPA tidak terlepas dari faktor
ketersinambungan lingkungan sekitarnya. Pengelolaan di TPA sebagaimana
ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Sampah
mengamanatkan bahwa pengelolaan sampah di TPA wajib dilaksanakan dengan
tetap memperhatikan faktor kenyamanan lingkungan sekitarnya. Para ahli
lingkungan juga menyampaikan bahwa kriteria kenyamanan lingkungan pada
kegiatan pengelolaan sampah tidak terlepas dari 3 (tiga) kriteria yaitu no odour
(tidak berbau), no disease (tidak menimbulkan penyakit) dan no pollution (tidak
menimbulkan pencemaran bagi lingkungan). Untuk mengetahui kinerja
pengelolaan sampah di TPA Gunung Panggung apakah sudah sesuai dengan
ketentuan dan kriteria tersebut diatas, maka peneliti melakukan analisis melalui 2
(tua) tahap, yaitu yang pertama dengan membandingkan kesesuaian kriteria
pemilihan lokasi TPA Gunung Panggung dengan ketentuan SNI 19-3241-1994
tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA. Berdasarkan kriteria pada SNI tersebut,
bahwa pemilihan lokasi TPA Gunung Panggung telah sesuai dengan ketentuan
(data terlampir).
Tahapan yang kedua, adalah dengan melakukan wawancara kepada
masyarakat terhadap dampak potensial yang ditimbulkan dari kegiatan
operasional pengelolaan sampah di TPA Gunung Panggung Kabupaten Tuban.

434
Mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11
Tahun 2006 tentang Rencana Usaha/Kegiatan yang wajib melaksanakan kegiatan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), mengingat luasan
TPA Gunung Panggung kurang dari 10 Ha maka penyelenggaraan kegiatan di
TPA Gunung Panggung baik secara Controlled Landfill maupun Sanitary Landfill
bukan termasuk pada jenis usaha/kegiatan yang wajib melaksanakan AMDAL.
Analisis aspek lingkungan dilaksanakan dengan pendekatan terhadap
dampak potensial yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan pengelolaan sampah di
TPA sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 11 Tahun 2006 yaitu Pencemaran Gas/Udara, Kesehatan Masyarakat dan
Pencemaran dari Leachate/Lindi yang dihasilkan. Melalui kegiatan
survey/pengamatan di TPA Gunung Panggung (visual) dan wawancara kepada
masyarakat di lingkungan sekitar TPA dan institusi terkait pengelolaan
persampahan (TPA) dan lingkungan hidup, maka diharapkan dapat diidentifikasi
sejauh mana dampak potensial tersebut mempengaruhi lingkungan sekitar TPA
Gunung Panggung.Jarak lokasi TPA Gunung Panggung ke permukiman terdekat
sekitar 1 km. Berikut ini adalah hasil wawancara kepada masyarakat terkait
dengan parameter dampak yang ditimbulkan oleh operasional kegiatan TPA
Gunung Panggung Kabupaten Tuban.
Hasil wawancara yang dilakukan kepada 100 orang responden yang tinggal
di sekitar lokasi TPA Gunung Panggung menunjukkan bahwa 76% responden
menyatakan tidak terganggu oleh keberadaan TPA Gunung Panggung, sedangkan
13% menyatakan bahwa TPA Gunung Panggung dapat menyebabkan timbulnya
penyakit. Selanjutnya hanya 6 % masyarakat memiliki persepsi bahwa oleh
lindi/leachate di TPA Gunung Panggung menimbulkan pencemaran air tanah dan
5 % responden menyatakan terganggu oleh bau sampah yang ada di TPA.
Untuk memastikan sejauh mana kegiatan pengelolaan sampah di TPA
GunungPanggungmaka dilakukan wawancara kepada Pemerintahan Desa
Gedongombo. Hasil wawancara menyebutkan bahwa beberapa penduduk yang
tinggal di sekitar lokasi TPA Gunung Panggung menderita penyakit kusta.
Sedangkan secara medis menyatakan bahwa penyakit kusta lebih diakibatkan
karena kuman yang disebabkan oleh kontak dengan media perantara air ludah
penderita yang belum diterapi, sehingga tidak memiliki korelasi dengan
keberadaan sampah di TPA. Data sekunder terkait dengan jumlah penyakit yang
diderita oleh warga sekitar TPA Gunung Panggung juga menjelaskan bahwa 10
(sepuluh) jenis penyakit yang dikeluhkan oleh masyarakat di sekitar TPA Gunung
Panggung tidak terkait dengan operasional TPA Gunung Panggung.
Dari uraian tersebut diatas, hasil sebaran kuisioner yang menunjukkan
bahwa sebagian besar masyarakat tidak terganggu dengan operasional
pengelolaan sampah di TPA Gunung Panggung dapat dijadikan dasar bahwa
pemilihan metode pengelolaan sampah di TPA Gunung Panggung sudah
memenuhi kriteria ketersinambungan lingkungan.

Kriteria Evaluasi “Kecukupan”


Berdasarkan data dan wawancara yang dilakukan kepada Kepala Seksi
Kebersihan dan Persampahan, Bidang Kebersihan dan Pertamanan pada Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Tuban, jumlah SDM pengelola persampahan masih
sangat terbatas. Tercatat hanya terdapat 5 (lima) orang petugas TPA yang terdiri

435
dari 1 orang pengawas TPA, 1 orang supir alat berat, 2 orang tenaga komposer
dan 1 orang tenaga administrasi. Sedangkan menurut NSPM Departemen
Pekerjaan Umum Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Operasional
Penyelenggaraan TPA Sistem Controlled Landfill dan Sanitary Landfill,
kebutuhan pengelola TPA minimal meliputi Kepala TPA, Supir Alat Berat,
Satpam dan Teknisi. Untuk kebutuhan Supir alat berat sudah terpenuhi, namun
untuk kebutuhan teknisi tentunya akan sangat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis
sampah yang dikelola di TPA Gunung Panggung. Saat ini SDM yang dapat
dianggap sebagai teknisi hanyalah petugas kebersihan/komposter. Padahal tugas
seorang teknisi tentunya tidak hanya terkait dengan pembuatan kompos maupun
kebersihan saja, namun juga teknisi-teknisi dalam mengelola pemilahan sampah,
pengelola gas metan, air limbah, prasarana TPA lainnya.
Hasil pengamatan di TPA Gunung Panggung, sampah yang masuk ke TPA
Gunung Panggung setiap harinya diangkut dengan menggunakan kontainer
sampah (arm roll) maupun dump truk dalam keadaan tercampur. Meskipun
Pemerintah Kabupaten Tuban telah menyediakan fasilitas pembuangan sampah di
tempat umum telah terpilah menjadi 5 (lima wadah terpisah) namun karena proses
pengangkutannya menggunakan arm roll/dump truk, maka sampah pada wadah
yang terpisah tersebut kembali tercampur dalam kontainer arm roll/dump truk.
Dengan demikian kondisi sampah masuk ke TPA masih dalam keadaan
tercampur. Di TPA terdapat beberapa pemulung yang setiap hari memilah
sampahuntuk mencari barang yang dapat dijual kembali.
Jumlah teknisi tentunya diperlukan lebih dari 2 (dua) orang. Sehingga
paling tidak diperlukan tambahan minimal 3 (tiga) orang teknisi lagi, yaitu
sebagai teknisi pengelola gas metan, teknisi pengelola air limbah dan teknisi
pengelola limbah B3.
Tentunya penambahan jumlah teknisi tersebut juga tetap harus
mempertimbangkankesesuaian kemampuan dan keahlian pada bidangnya. Namun
upaya untuk menambah jumlah personil pengelola/petugas TPA tidaklah mudah.
Menambah jumlah pegawai berarti akanmenambah kebutuhan pendanaan
untuk gaji personil pengelola/petugas TPA karena hal tersebut sangat dipengaruhi
oleh kemampuan pendanaan. Mengingat saat ini seluruh pendanaan baik untuk
operasional TPA maupun gaji personil pengelola/petugas TPA sangat bergantung
pada APBD Kabupaten Tuban dan untuk mendapatkan harus melalui kebijakan
Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) serta mempertimbangkan program
pembangunan pada bidang lainnya, maka sampai dengan saat ini belum pernah
dilakukan rekrutmen/penambahan tenaga pengelola TPA.

Aspek Peraturan
Saat ini yang menjadi dasar hukum dan peraturan dalam penyelenggaraan
pengelolaan bidang kebersihan dan persampahan di Kabupaten Tuban masih
terbatas pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Sampah. Hanya ada
1 (satu) buah Peraturan Daerah tentang Retribusi Sampah menunjukkan masih
minimnya jumlah peraturan yang diterbitkan terkait dengan pengelolaan sampah
di Kabupaten Tuban. Keterbatasan jumlah peraturan yang diterbitkan pada tingkat
daerah terkait dengan pengelolaan sampah tentunya sangat mempengaruhi kinerja
pengelolaan sampah di Kabupaten Tuban, tentunya dalam belum optimalnya
penerimaan pendapatan dari retribusi persampahan, ketidaktegasan Pemerintah

436
Kabupaten Tuban dalam pemberian sanksi bagi masyarakat terkait dengan masih
rendahnya kesadaran masyarakat dalam pembayaran retribusi sampah, belum
adanya peraturan terkait upaya reduksi sampah dari sumber sampah.

Aspek Kelembagaan
Secara kelembagaan, Sub Bidang Kebersihan dan Persampahan yang
merupakan unit kerja yang bertanggungjawab terhadap pelayanan pengelolaan
sampah di Kabupaten Tuban merupakan sebuah unit kerja yang menjadi bagian
pada SKPD Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tuban. Bentuk kelembagaan
pelayanan pengelolaan sampah seperti ini memiliki banyak keterbatasan utamanya
terkait dengan keleluasaan dalam pengelolaan anggaran, pemberian sanksi dan
apresiasi kepada masyarakat dalam pengelolaan sampah serta pelaksanaan
peraturan-peraturan teknis terkait pengelolaan sampah baik pada tingkat pusat
maupun daerah.
Saat ini pelaksana Peraturan Daerah terkait dengan Retribusi Persampahan
yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Tuban melekat pada unit organisasi
induk yang menerbitkan peraturan tersebut. Hal tersebut akan menyulitkan dalam
pengukuran kinerjanya, karena unit organisasi tersebut memiliki fungsi ganda
sebagai perencana maupun pelaksana. Lain halnya apabila unit pelaksana
berbentuk sebuah lembaga pelaksana.

Kriteria Evaluasi “Efektifitas”


Anggaran merupakan aspek input yang sangat penting dalam pengelolaan
persampahan terutama di TPA. Anggaran diperlukan utamanya untuk
menggerakkan kegiatan termasuk didalamnya berbagai prasarana dan sarana
pelayanan pengelolaan dibidang persampahan, membiayai program/kegiatan dan
untuk pembayaran gaji pegawai. Berdasarkan data alokasi anggaran Pengelolaan
Persampahan, Pemerintah Kabupaten Tuban setiap tahunnya telah meningkatkan
jumlah alokasi anggaran pada pengelolaan persampahan termasuk pengelolaan
kinerja persampahan di TPA Gunung Panggung. Pada akhir tahun 2015, jumlah
anggaran peningkatan kinerja persampahan mencapai Rp. 4.510.000.000. Apabila
jumlah penduduk kota Tuban yang mendapatkan pelayanan pada bidang
persampahan adalah sejumlah 155.607 orang, maka biaya pengelolaan yang
disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Tuban mencapai+Rp.
29.000,00/orang.tahun atau sekitar Rp. 950,00/orang.bulan. Angka tersebut
tentunya sangat kecil dan masih sangat tidak memadai untuk memberikan
pelayanan pengelolaan persampahan secara optimal kepada masyarakat.
Sedangkan pendapatan dari hasil retribusi pengelolaan sampah cenderung sangat
sedikit kontribusinya terhadap jumlah anggaran yang telah dialokasikan oleh
Pemerintah Kabupaten Tuban. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari kurangnya
kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi sampah. Padahal retribusi
sampah di Kabupaten Tuban sejak tahun 2001 atau 14 tahun lalu belum pernah
mengalami kenaikan. Pada sisi lain, penegakan hukum berupa pemberian sanksi
terhadap masyarakat yang tidak mau membayar retribusi sampah tidak ada sama
sekali. Semestinya, pemasukan dari retribusi jasa pelayanan sampah menjadi
komponen utama pembiayaan pengelolaan bidang persampahan, namun ternyata
hal ini belum dapat dilakukan secara optimal. Belum adanya peraturan daerah
yang mengatur terkait sanksi tersebut merupakan hal mendasar yang menjadi

437
penyebab belum optimalnya penerimaan retribusi persampahan di Kabupaten
Tuban. Pembayaran retribusi sampah saat ini masih tergantung pada kesadaran
masyarakat dan peran aktif organisasi pengelola sampah dalam memungutnya.
Bila retribusi yang diterima sedikit, maka operasional pelayanan akan terganggu.
Dengan demikian perlu adanya ketegasan dari Pemerintah Daerah untuk
menetapkan aturan sanksi bagi yang tidak membayar retribusi pelayanan
persampahan. Lebih lanjut, apabila ditinjau dari sisi fleksibilitas pengelolaan
anggaran, bentuk lembaga pengelola sampah sangat berpengaruh. Lembaga
pengelola sampah yang berbentuk Badan Usaha atau Perusahaan Daerah tentunya
akan lebih fleksibel dan memiliki keleluasaan dalam pengelolaan anggaran
apabila dibandingkan dengan lembaga yang berbentuk SKPD akan sangat
bergantung pada peran Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang tentu saja akan
tetap mempertimbangkan kebutuhan dan prioritas program dengan SKPD lainnya.

Kriteria Evaluasi “Responsitas”


Mencermati Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Sampah,
dalam Pasal 5 disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertugas
menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan
lingkungan. Tugas ini kemudian diuraikan lebih rinci dalam pasal 6 yang
menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertugas
menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan sampah. Sementara di sisi lain, dalam pasal 12 (ayat 1) disebutkan
bahwa setiap orang wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara
berwawasan lingkungan. Itulah mengapa kemudian peneliti menempatkan
indikator kinerja output yang dapat menjelaskan tentang tingkat partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah. Indikator ini setidaknya dapat
memberikan gambaran tentang sejauh mana Pemerintah Daerah mampu
menginisiasi tumbuhnya kesadaran masyarakat diwilayahnya untuk berpartisipasi
aktif dalam melakukan pengelolaan sampah.
Salah satu indikator yang dapat dipergunakan oleh peneliti dalam
menganalisis tingkat kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah
masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi persampahan.
Berikut ini adalah uraian terkait dengan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan
sampah dalam perspektif kemauan untuk membayar jasa retribusi pelayanan
sampah.
Dari data tersebut diatas, dapat terlihat bahwa apabila diasumsikan cakupan
pelayanan 100%, maka jumlah KK yang mendapatkan pelayanan persampahan di
Kota Tuban pada tahun 2014 adalah 43.018 KK. Apabila dihitung besaran
retribusi persampahan menurut Perda No. Tahun 2012 sebesar Rp.
1.000/KK.bulan, maka potensi pendapatan dari retribusi jasa persampahan yang
dilayani oleh TPA Gunung Panggung adalah sebesar Rp. 516.216.000,00 rupiah.
Apabila dilihat realisasi pendapatan retribusi jasa persampahan skala rumah
tangga pada tahun 2014 hanya sebesar Rp. 14.815.500,00. Angka tersebut sangat
jauh dari potensi yang semestinya dapat diandalkan untuk meningkatkan
pengelolaan sampah di TPA Gunung Panggung. Artinya bahwa kemauan
masyarakat yang masih rendah dalam membayar jasa retribusi pelayanan sampah
kota dapat menunjukkan bahwa peran serta masyarakat dalam pengelolaan

438
persampahan masih sangat rendah. Berikut ini adalah potensi pendapatan dari
retribusi persampahan skala rumah tangga.
Rendahnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota
Tuban juga dapat ditunjukkan dari masih sedikitnya jumlah kepemilikan Bank
Sampah pada masing-masing Desa/Kelurahan.Dari 25 Desa/Kelurahan yang
terdapat di wilayah kota Tuban, hanya 9 Desa/Kelurahan yang memiliki Bank
Sampah. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masyarkat masih belum
memiliki kesadaran terhadap perannya dalam mengurangi dan menangani sampah
dengan cara berwawasan lingkungan sebagaimana ketentuan pasal 12 Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Sampah. Rendahnya kesadaran
masyarakat dalam mengurangi dan menangani sampah sebetulnya juga tidak
terlepas dari masih belum optimalnya peran Pemerintah Daerah dalam
memberikan motivasi dan sosialisasi atas peran serta masyarakat dalam
pengelolaan Sampah. Paradigma kumpul, angkut dan buang masih menjadi sistem
pengelolaan sampah di Kota Tuban, sehingga sebagian besar peran pengelolaan
sampah masih terletak pada Pemerintah Kabupaten Tuban. Padahal pada sisi lain,
prosentase penyumbang sampah terbesar yang masuk ke TPA Gunung Panggung
Kabupaten Tuban adalah sampah organik yang bersumber dari sampah skala
rumah tangga. Uraian tersebut menunjukkan bahwa pentingnya peran serta
masyarakat dalam pengelolaan sampah terutama dalam mengurangi dan
menangani sampah mengingat keterbatasan pelayanan yang dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Tuban. Peran serta masyarakat dalam mengurangi sampah
sejak dari sumbernya menjadi sangat penting mengingat keterbatasan masa pakai
TPA Gunung Panggung yang segera berakhir pada akhir tahun 2023. Dengan
pengurangan sampah yang dilakukan oleh masyarakat sejak dari sumbernya, maka
diharapkan volume sampah yang masuk ke TPA Gunung Panggung akan jauh
lebih sedikit. Dengan semakin sedikitnya volume sampah yang masuk ke TPA
Gunung Panggung, maka kebutuhan biaya operasional pengelolaan sampah akan
lebih terjangkau sehingga sistem pengelolaan sampah yang saat ini dilakukan
dengan metode controlled landfill dapat ditingkatkan dengan metode sanitary
landfill sebagaimana yang direkomendasikan oleh Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2008 tentang Sampah.
Uraian diatas dapat menjelaskan bahwa masih rendahnya kesadaran
masyarakat dalam membayar retribusi jasa persampahan dan kurangnya kesadaran
dalam melakukan reduksi sampah pada sumbernya menunjukkan bahwa
responsitas masyarakat terhadap kebijakan pengelolaan sampah di Kota Tuban
masih sangat rendah.
Kriteria Evaluasi “Pemerataan”
Kriteria pemerataan dapat ditunjukkan dengan aspek teknis seberapa besar
dan luas cakupan pelayanan persampahan. Cakupan pelayanan persampahan
sekaligus menjadi tolok ukur keberhasilan pelayanan pengelolaan sampah di Kota
Tuban. TPA Gunung Panggung melayani area pengelolaan sampah di wilayah
kota Tuban yang meliputi 25 Desa/Kelurahan. Berikut ini adalah data jumlah
penduduk yang ada di Kota Tuban pada tahun 2014
Untuk melihat besarnya cakupan pelayanan pengelolaan persampahan yang
telah dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum, dapat terlihat dari jumlah dan
sebaran fasilitas TPS/Depo di area pelayanan sampah di Kota Tuban. Dari tabel
4.2. terdahulu, dapat diketahui bahwa dari 25 Desa/Kelurahan yang menjadi area

439
pelayanan persampahan masyarakat yang akan diangkut menuju TPA Gunung
Panggung, terdapat 9 Desa/Kelurahan yang belum memiliki TPS/Transfer Depo.
Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa jangkauan pelayanan pengangkutan
sampah dari sumber rumah tangga menuju TPA Gunung Panggung masih belum
tersedia. Kesembilan Desa/Kelurahan tersebut adalah Desa Sumurgung, Desa
Sugiharjo, Desa Kembangbilo, Kelurahan Latsari, Kelurahan Sukolilo, Kelurahan
Kutorejo, Kelurahan Karangsari Kecamatan Tuban Desa Tegalagung Kecamatan
Semanding dan Desa Sugihwaras Kecamatan Jenu. Dengan demikian cakupan
pelayanan pengelolaan sampah di Kota Tuban sebenarnya masih terbatas pada
penduduk pada wilayah yang telah tersedia TPS/Transfer Depo. Apabila dilihat
jumlah penduduk pada masing-masing Desa/Kelurahan tersebut, maka pelayanan
persampahan di Kota Tuban hanya dijangkau oleh penduduk sejumlah 109.339
orang dari total penduduk yang seharusnya dilayani yaitu sebesar 151.960.
Dengan demikian perbandingan antara jumlah penduduk yang terlayani terhadap
jumlah penduduk yang seharusnya mendapatkan pelayanan persampahan adalah
sebesar 66,73 persen. Angka tersebut menunjukkan jumlah jangkauan pelayanan
persampahan yang ada di Kota Tuban.
Pengelolaan sampah yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten
Tuban, melalui Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum
adalah dari TPS ke TPA. Dari hasil wawancara dengan Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Tuban, jumlah sampah terangkut ke TPA pada akhir tahun 2014 setiap
hari sebesar 185 m3/hari. Dengan densitas (berat jenis) sampah di Kabupaten
Tuban sebesar 320,59 kg/m3 maka rata –rata sampah terangkut ke TPA saat ini
adalah sebesar 59,31 ton/hari. Dengan menghitung jumlah penduduk yang
terjangkau jasa pengelolaan sampah di Kota Tuban adalah sebesar 109.339 jiwa,
apabila diasumsikan timbulan sampah adalah 0,75 kg/orang.hari, maka potensi
timbulan sampah yang seharusnya terangkut ke TPA Gunung Panggung adalah
sebesar 82 ton/hari. Dari hasil wawancara dengan petugas TPA Gunung
Panggung, jika rata-rata sampah terangkut ke TPA Gunung Panggung saat ini
adalah 59,31 ton/hari, maka reduksi sampah dari sumber ke TPA adalah sebesar
22,69 ton/hari atau sebesar 27,67 persen. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa
proses reduksi sampah ini terjadi di TPS (oleh Pemulung) dan sebagian kecil pada
skala rumah tangga.

Langkah-Langkah yang dengan Sistem Sanitary Landfill


Dari hasil evaluasi kinerja input dan output pengelolaan sampah di
Kabupaten Tuban tersebut diatas, maka beberapa langkah yang harus ditempuh
oleh Pemerintah Kabupaten Tuban dalam mewujudkan sistem pengelolaan
sampah di TPA Gunung Panggung dengan sistem Sanitary Landfill adalah
sebagaimana berikut:
1. Menuju “Ketepatan” Metode Pengelolaan Sampah
a. Mengingat umur masa pakai TPA hanya 7 tahun lagi dan luasan lahan TPA
yang terbatas, maka perlu dilakukan pengurangan volume sampah yang
masuk ke TPA melalui reduksi sampah sejak dari sumbernya (skala rumah
tangga).
b. Perlu penambahan jumlah TPS pada 9 (sembilan) Desa/Kelurahan sehingga
jangkauan pelayanan dapat ditingkatkan.

440
c. Perlu beberapa penyesuaian pada TPA Gunung Panggung apabila dilakukan
dengan sistem sanitary landfill, diantaranya penambahan jumlah dan jenis
tanaman peneduh sebagai zona penyangga, pengurugan sel sampah
dilakukan setiap hari atau minimal setiap tiga hari.
2. Menuju Kriteria “Kecukupan” Kebijakan
1. Diperlukan penambahan jumlah personil utamanya teknisi teknis yang
berkaitan dengan pengelolaan Limbah B3, Limbah cair, Pengelola Gas
Metan dan Petugas Komposter dengan spesifikasi keahlian yang sesuai.
2. Pemerintah Kabupaten Tuban perlu meninjau ulang jenis kelembagaan
pengelola sampah dari berbentuk SKPD menjadi lembaga berbentuk Badan
Layanan Usaha Daerah. Hal ini berkaitan dengan upaya untuk
memaksimalkan pendapatan retribusi dan peningkatan kualitas pelayanan
sampah.
3. Meningkatkan “Efektifitas” Kebijakan
Perlunya menggali sumber pendanaan lainnya diluar retribusi jasa pengelolaan
sampah, diantaranya dengan kerjasama pengelolaan bank sampah dengan pihak
ketiga.

4. Meningkatkan “Responsitas” Kebijakan


a. Perlu penetapan Peraturan Daerah terkait dengan upaya peningkatan
pengelolaan sampah kota, diantaranya Perda tentan Peran Serta Masyarakat
dalam Reduksi Sampah.
b. Perlunya sosialisasi dan pendampingan kepada masyarakat terkait dengan
peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah.
5. Meningkatkan “Pemerataan” Kebijakan
Pemerintah Kabupaten Tuban diharapkan segera menambah jumlah prasarana
pengelolaan sampah berupa TPS/Transfer Depo untuk 9 (sembilan)
desa/kelurahan yang saat ini belum terjangkau pelayanan persampahan.

Kesimpulan dan Saran


6.1. Kesimpulan
1. Pemilihan sistem controlled landfill dalam pengelolaan TPA Gunung
Panggung belum memenuhi kriteria ketepatan kebijakan publik. Menurut
ketentuan UU no 18 Tahun 2008, metode yang tepat dalam pengeloaan sampah
di TPA adalah sistem Sanitary Landfill.
2. Kurangnya jumlah SDM pengelola TPA,
keterbatasan bentuk kelembagaan dalam mengelola anggaran serta masih
sedikitnya jumlah peraturan daerah yang ditetapkan untuk menunjang
kebijakan pengelolaan sampah di Kabupaten Tuban menunjukkan bahwa
kebijakan pengelolaan sampah di TPA Gunung Panggung masih belum
memenuhi kriteria kecukupan sebagai sebuah kebijakan publik.
3. Keterbatasan jumlah anggaran yang ditunjukkan dengan minimnya jumlah
anggaran pengelolaan sampah serta pemasukan retribusi sampah menunjukkan
bahwa Kebijakan Sampah di TPA Gunung Panggung masih belum memenuhi
kriteria efektifitas sebagai sebuah kebijakan public.
4. Cakupan pelayanan pelayanan pengelolaan sampah baru mencapai 66,73%
menunjukkan bahwa Kebijakan Pengelolaan Sampah di TPA Gunung

441
Panggung masih belum memenuhi kriteria “pemerataan” sebagai sebuah
kebijakan publik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
5. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi sampah (3%) dan
kemauan dalam melakukan reduksi sampah pada sumbernya (22,67%)
menunjukkan bahwa Kebijakan Pengelolaan sampah di TPA Gunung
Panggung belum memenuhi kriteria “responsitas” kebijakan publik.
6.2. Saran dan rekomendasi
Beberapa langkah disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Tuban dalam
mewujudkan sistem pengelolaan sampah di TPA Gunung Panggung dengan
sistem Sanitary Landfill adalah sebagaimana berikut :
1. Menuju “Ketepatan” Metode Pengelolaan Sampah
a. Mengingat umur masa pakai TPA hanya 7 tahun lagi dan luasan lahan TPA
yang terbatas, maka perlu dilakukan pengurangan volume sampah yang
masuk ke TPA melalui reduksi sampah sejak dari sumbernya (skala rumah
tangga).
b. Perlu penambahan jumlah TPS pada 9 (sembilan) Desa/Kelurahan sehingga
jangkauan pelayanan dapat ditingkatkan.
c. Perlu beberapa penyesuaian pada TPA Gunung Panggung apabila dilakukan
dengan sistem sanitary landfill, diantaranya penambahan jumlah dan jenis
tanaman peneduh sebagai zona penyangga, pengurugan sel sampah
dilakukan setiap hari atau minimal setiap tiga hari.
6. Menuju Kriteria “Kecukupan” Kebijakan
a. Diperlukan penambahan jumlah personil utamanya teknisi teknis yang
berkaitan dengan pengelolaan Limbah B3, Limbah cair, Pengelola Gas
Metan dan Petugas Komposter dengan spesifikasi keahlian yang sesuai.
b. Pemerintah Kabupaten Tuban perlu meninjau ulang jenis kelembagaan
pengelola sampah dari berbentuk SKPD menjadi lembaga berbentuk Badan
Layanan Usaha Daerah. Hal ini berkaitan dengan upaya untuk
memaksimalkan pendapatan retribusi dan peningkatan kualitas pelayanan
sampah.
7. Meningkatkan “Efektifitas” Kebijakan
Perlunya menggali sumber pendanaan lainnya diluar retribusi jasa pengelolaan
sampah, diantaranya dengan kerjasama pengelolaan bank sampah dengan pihak
ketiga.
8. Meningkatkan “Responsitas” Kebijakan
a. Perlu penetapan Peraturan Daerah terkait dengan upaya peningkatan
pengelolaan sampah kota, diantaranya Perda tentan Peran Serta Masyarakat
dalam Reduksi Sampah.
b. Perlunya sosialisasi dan pendampingan kepada masyarakat terkait dengan
peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah.
9. Meningkatkan “Pemerataan” Kebijakan
Pemerintah Kabupaten Tuban diharapkan segera menambah jumlah prasarana
pengelolaan sampah berupa TPS/Transfer Depo untuk 9 (sembilan)
desa/kelurahan yang saat ini belum terjangkau pelayanan persampahan.

442
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal, 2004. Kebijakan Publik, Edisi Revisi. Jakarta Pancur siwah.
Calista, Donald J. 1994. Policy Implementation in Stuart S. Nagel,
Ed,. Encyclopedia Of Policy Studies, 2nd. Ed. Rev and Exp,. New
York : Marcel Dekker, Inc.
Keban, Yeremias T., 2008 Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep,
Teori, dan Isu, Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Yogyakarta,Penerbit
Gaya Media.
Moloeng, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda.
Nasution, Prof. Dr. S., 2003, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung :
Tarsito.
N. Dunn,William,1994, Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Public Policy
Analysis: An Introduction), Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press
Nugroho, Riant., 2011., Public Policy. Jakarta,PT. Elex Media Komputindo.
Pasolong, Harbani., 2010, Teori Administrasi Publik. Bandung,Alfabeta.
Sedarmayanti, 2010, Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan
Kepemimpinan Masa Depan. Bandung,PT. Refika Aditama
Suaedi, Falih dan Bintoro Wardiyanto., 2010, Revitalisasi Administrasi Negara,
Reformasi Birokrasi dan e-Governance. Yogyakarta, Graha Ilmu.
Tangkilisan, Hessel Nogi S., 2003, Evaluasi kebijakan publik.Yogyakarta,
Balairung
Tchobanoglous, G., Theisen, H., Vigil, S., (1993), Integrated Solid Waste
Management : Engineering Principles and Management
Issue,Mc.Graw Hill lnc, International Editions, New York.
Trianasari, N., (2008), Evaluasi Pengelolaan Sampah di TPA Segawe Kabupaten
Tulungagung menuju Sanitary Landfill, Tesis, Surabaya.
Widodo, Joko, 2008 Analisis Kebijakan Publik. Jakarta,Bayumedia.
Winarno, Budi, 2007 Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta,Media
Pressindo.

443
444

You might also like