Terbit
Terbit
Terbit
Volume 2, Nomor 2
Agustus – Januari 2023
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu dari sekian aktivitas yang senantiasa dan terus
menerus dilakukan oleh tiap-tiap manusia selama masa hidupnya, baik secara terencana
ataupun tidak (Suwantoro, 2018). Hal itu menjadi wajib dilakukan dalam konteks untuk
mengetahui, mengenal, dan sebagai sarana mempertahankan hidup dengan terus
mengasah atau mengolah pemikirannya serta memberdayakan dirinya dengan
mempelajari berbagai macam bidang ilmu pengetahuan. Pendidikan dimaknai juga
upaya sosialisasi, yakni memasyarakatkan nilai-nilai, ilmu pengetahuan, dan
keterampilan dalam kehidupan (Pratama & Zulhijra, 2019).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 menegaskan tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang telah mengamanatkan agar pendidikan
diselenggarakan dengan cara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai spiritual keagamaan, nilai
kultural kebudayaan, dan kemajemukan-kemajemukan dalam berbangsa yang menjadi
wajib diimplementasikan sebagai satu-kesatuan yang bersifat sistemik dengan sistem
yang terbuka dan multimakna.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang
berkepribadian, dalam mengembangkan intelektual peserta didik dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan pemimpin yang efektif mempunyai ciri-
ciri yaitu mampu menepati janji dan melaksanakan komitmen, saling percaya dan
terbuka, membantu orang lain untuk menjadi sukses, mendorong anggotanya untuk
berbuat lebih baik, serta menyadari akan kesalahan yang dilakukan diri sendiri.
Sebagai sebuah institusi, lembaga atau wadah, pendidikan dituntut agar terus
mampu menunjukkan dan meningkatkan kualitasnya dalam menjalankan tugas dan
kewajiban sebagaimana yang tertuang dalam tujuan pokok pendidikan nasional yaitu
berkomitmen total untuk mencerdasakan kehidupan bangsa dan negara. Berfokus pada
tujuan mulia tersebut tentu saja bisa berhasil secara optimal apabila didukung dan di
back-up oleh mutu pendidikan yang berkualitas tinggi (Nonsihai et al., 2022)
Usaha mengupayakan pengembangan sekolah tentu akan menemukan banyak
kendala, persoalan, dan faktor. Diantara dari sekian banyak faktor tersebut yang paling
dominan tampak adalah faktor finasial. Meskipun pemerintah telah menggelontorkan
anggaran khusus sebanyak 20% dari dana APBN untuk kepentingan pemberdayaan
pendidikan, tetap saja seringkali anggaran tersebut belum bisa memenuhi berbagai
macam kebutuhan-kebutuhan dalam berlangsungnya proses pendidikan.
Kepemimpinan menjadi barometer penentu terhadap baik atau tidaknya suatu
organisasi. Kesuksesan sebuah organisasi juga sangat dipengaruhi oleh faktor
kepemimpinan, dalam kepemimpinan terdapat pemimpin dan pengikut (Meilani et al.,
2022). Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan atau seni dalam mempengaruhi
seseorang agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut
dalam membimbing orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Dasar kenyataannya
harus dikatakan bahwa peningkatan kualitas pelayanan dan mutu lembaga pendidikan
membutuhkan kerja keras ekstra dari berbagai pihak tak terkecuali seorang pemimpin
(Hasri, 2014).
Berbicara tentang kepemipminan artinya berbicara tentang manajemen, dimana
manajemen berfungsi sebagai cara atau seni dalam mengatur sesuatu. Berdasarkan
makna etimologis, manajemen memiliki arti mengelolah, memeriksa, mengawasi, dan
mengurus. Sementara secara terminologi manajemen diartikan sebagai proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha para
anggota organisasi guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Supriani et
al., 2022).
Kepala sekolah dalam perannya sebagai seorang pemimpin harus mampu
mengarahkan orang lain untuk melakukan tugas-tugas yang diinginkannya dan
menyenangkan bagi para guru dalam bekerja. Seorang pemimpin yang baik adalah
mereka yang mampu memperhatikan kebutuhan dan tujuan orang-orang yang bekerja
untuknya (bawahannya), seperti apa yang dinyatakan oleh Follet bahwa para pimpinan
seharusnya berorientasi pada kelompok dan bukan berorientasi pada kekuasaan. Kinerja
kepala sekolah selaku pemimpin dipengaruhi oleh faktor kualitas kepemimpinan,
fleksibilitas, prilaku gaya kepemimpinan, faktor pengikut, dan situasi yang ada
(Syaroni, 2007).
Kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan
mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam
bekerja, memberikan layananyang optimal, serta disiplin kerja yang kuat (Saifulloh et
al., 2012). Kepala sekolah merupakan figur pemimpin yang siap bekerja keras untuk
dapat memajukan sekolah serta meningkatkan produktivitas atau kinerja guru secara
intensif serta mampu membina dan membimbing para guru, harus senantiasa
menumbuhkan semangat dan motivasi agar tercipta harmonisasi hubungan antar
pemimpin dan yang dipimpin. Dengan demikian akan meningkatkan kualitas kerja yang
tinggi sehingga akan tercipta prestasi kerja yang baik.
Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala
sekolah dalam mengelola tenaga pendidik dan kependidikannya yang tersedia di
sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh
dalam meningkatakan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan kegiatan, pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana
(Mulyasa, 2007). Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu melakukan
proses pematangan kualitas siswa yang dikembangkan dengan cara membebaskan siswa
dari ketidaktahuan dan ketidakmampuan (Baro’ah, 2020).
Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan
menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki
komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala
sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui
program pembinaan kemampuan tenaga pendidik dan kependidikan. Oleh karena itu
dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan
kebutuhan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga.
Sebuah organisasi lembaga pendidikan seperti sekolah, kepala sekolah sebagai
seorang pemimpin atau leadership yang memegang kendali manajemen dituntut untuk
mampu membawa sekolah ke arah yang lebih baik, maju, dan terdepan, baik dari sisi
mutu pendidikannya maupun dari sisi keberlangsungan sekolahnya (Murti, 2016).
Kepala sekolah merupakan seorang individu yang mempunyai tanggung jawab paling
besar dalam menjalankan fungsi manajemen, dimana dia diberikan otonomi khusus
untuk melaksanakan dan mengambil arah kebijakan terkait strategi peningkatan mutu
pendidikan sekolah yang dipimpinnya. Berbicara tentang strategi artinya berbicara
tentang kebijakan-kebijakan yang penting dari sebuah lembaga pendidikan untuk
mencapai tujuan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan
(Noprika, Yusro, & Sagiman, 2020)
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Kepala Sekolah
Tugas yang harus diemban kepala sekolah dalam memimpin atau mengelola
sekolah yaitu meningkatkan mutu pendidikan. Sekolah yang telah menerapkan suatu
strategi dan bekerja secara sistematis berdasarkan strategi yang telah direncanakan
untuk membina rasa kepatuhan, komitmen, pemahaman, dan kepemilikan terhadap
sekolahnya yang dapat menghasilkan peserta didik yang sukses daripada sekolah-
sekolah yang tidak mempunyai identitas. Strategi adalah suatu rencana tentang
pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan
efektivitas dan efisien.
Strategi dalam Sistem penjaminan mutu pendidikan merupakan cara atau
pendekatan yang dilakukan dalam melakukan penjaminan mutu dalam menilai kualitas
proses dan kualitas hasil. Strategi merupakan penempatan misi suatu organisasi,
penempatan sasaran organisasi dengan meningkatkan kekuatan eksternal dan internal.
Perumusan kebijakan dan teknik tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan
implementasinya secara tepat sehingga tujuan dan sasaran utama dari organisasi akan
tercapai (Dimyati, 2014).
Secara sederhana kepala madrasah merupakan seseorang yang diberi tugas oleh
bawahannya untuk memimpin suatu madrasah, dimana dalam madrasah
diselenggarakan proses belajar-mengajar. Kepala sekolah merupakan personal sekolah
yang bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan sekolah. oleh karena itu, seorang
kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan untuk mempengaruhi, mengarahkan, dan
mengerakkan setiap sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi
(Wahjosumidjo, 2013).
Kepala sekolah dituntut untuk mampu memimpin sekaligus mengorganisir dan
mengelola pelaksanaan program belajar-mengajar yang diselenggarakan di sekolah yang
dipimpinnya. Kepala sekolah harus mampu menjadi supervisor tim yang terdiri dari
guru, staf, dan siswa dalam mewujudkan proses belajar-mengajar yang efektif dan
efesien sehingga tercapai produktivitas belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan
mutu pendidikan. Pada peningkatan kualitas sekolah, kepala sekolah sebagai manajer
yang bertanggung jawab terhadap maju mundurnya satuan pendidikan yang menjadi
wilayah otoritasnya.
perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi
tertentu (Basri, 2013).
Kepala sekolah dituntut untuk mampu memimpin sekaligus mengorganisir dan
mengelola pelaksanaan program belajar-mengajar yang diselenggararakan di sekolah
yang dipimpinnya. Dalam hal ini, kepala sekolah harus mampu menjadi supervisor tim
yang terdiri dari guru, staf, dan siswa dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang
efektif dan efesien sehingga tercapai produktivitas belajar yang pada akhrinya dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
Pada peningkatan kualitas sekolah, kepala sekolah sebagai manajer yang
bertanggung jawab terhadap maju mundurnya satuan pendidikan yang menjadi wilayah
otoritasnya, yang paling pertama harus dilakukannya adalah merumuskan visi
kepemimpinannya, mempersiapkan sekolah yang layak untuk penyelenggaraan
pendidikan dan pembelajaran. Kepala sekolah merupakan jabatan strategis dalam
penyelenggaraan pendidikan, baik yang berkaitan dengan pengelolaan maupun terkait
dengan pengembangan sekolah.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan komitmen para anggota suatu profesi
untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensi mereka yang bertujuan
agar keprofesionalan mereka dalam menjalankan dan memimpin segala sumber daya
yang ada di suatu sekolah dan mau bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
Kesimpulannya bahwa kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai
kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada di suatu sekolah, sehingga
dapat didaya gunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.
Sehubungan dengan itu, kepala sekolah harus mampu melaksanakan peran dan
fungsi supervisor kepada guru untuk mengembangkan profesi. Kaitannya dengan
peningkatan kualitas pendidikan, kepala sekolah jangan bertindak sebagai manajer yang
mengatur segala sesuatu tentang proses belajar mengajar, tetapi harus terampil sebagai
instructional leader (pemimpin pengajaran), yang bertugas mengawasi jalannya
kegiatan belajar-mengajar di sekolah yang dipimpinnya.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif adalah penelitian
yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik
atau cara kuantifikasi lainnya. Metode penelitian kualitatif yaitu suatu proses penelitian
dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena
sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci, dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi yang alami (Moleong, 1993).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan informasi yang lebih
jelas, lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti untuk melakukan
penelitian observasi. Oleh karena itu, maka penulis menetapkan lokasi penelitian adalah
tempat dimana penelitian akan dilakukan. Lokasi penelitian terletak di Pondok
Pesantren Darussalam Kepahiang yang beralamat di jalan Merdeka Kelurahan Dusun
Kepahiang. Penelitian in dimulai pada tanggal 10 sampai dengan 15 Oktober 2022.
Pada penelitian ini sumber data primer diperoleh berupa kata-kata yang diperoleh
dari wawancara dengan para informan yang telah ditentukan yang meliputi berbagai hal
yang berkaitan dengan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di
Pondok Pesantren Kepahiang, Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini
berupa program sekolah, visi misi, dan data-data yang berkaitan tentang objek
penelitian.
Kajian penelitian ini difokuskan pada strategi kepala sekolah dalam meningkatkan
mutu pendidikan di Pondok Pesantren Kepahiang yang meliputi strategi apa yang
HASIL PEMBAHASAN
Deskripsi Data Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darussalam Kepahiang
Bermula dari cita-cita ulama Kepahiang bapak Kayum Mahmud bersama istrinya
Hj. Zahara Kayum menginginkan serta berharap berdirinya pondok pesantren di
Kecamatan Kepahiang pada masa itu (Kabupaten Kepahiang pada saat ini), karena
bapak Kayum Mahmud adalah santri yang pernah mondok di Pondok Pesantern
Candung Parabek Padang Sumatera Barat selama ± 7 alumni tahun 1913 dan sejak
pulang kampung ke Kepahiang dari tahun 1914 beliau mulai berkiprah pada dunia
pendidikan agama bersama teman-temannya (guru agama pada masa itu) dari tahun
1914 sampai dengan 1973. Ada beberapa madrasah yang mereka dirikan diantaranya
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan
PGA yang tersebar di desa dalam Kecamatan Kepahiang pada masa itu (Kabupaten
Kepahiang pada masa ini). Adapun madrasah yang masih hidup/masih berjalan yaitu
MTsN 02 Kepahiang dan MIN Nanti Agung, sementara gedung madrasah yang masih
ada diantaranya MI Mandi Angin, MI Perti Imigrasi Permu, dan MI Taba Santing. Pada
tahun 1979 Kayum Mahmud meninggal dunia, namun cita-cita tersebut tetap
dilanjutkan oleh istrinya ibu Hj. Zahara Kayum pada tahun 1987. Setelah Drs. Saukani
menamatkan pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu, ibunda Hj. Zahara
Kayum mengumpulkan ke 9 Orang anaknya yaitu:
1. H. Rusdi Kayum BSC
2. Nurmayalis Kayum
3. Suarti Kayum
4. M Kaprowi Kayum
5. Riyadatulljannah Kayum
6. Tarmizi Kayum
7. Ernawati Kayum
8. Saukani Kayum
9. Zuryatul Aini Kayum
Menyepakati bahwa ada amanah ayahanda untuk mewakafkan sebidang tanah
yang diperuntukan untuk kepentingan Yayasan Pendidikan Agama/Pondok Pesantren,
serta H. Rusdi Kayum juga menyatakan menambah mewakafkan tanahnya ± 1,5 Hektar.
Mengingat belum ada Tokoh Agama/Tokoh Masyarakat atau lembaga/badan yang mau
atau berminat mendirikan Yayasan Pendidikan Agama /Pondok Pesantren, maka tanah
tersebut sempat terbengkalai ± 12 tahun tidak dimanfaatkan kecuali area pertanian tahun
1999. Pada saat itu Drs. Saukani berupaya merealisasikan untuk tewujudnya cita-cita
tersebut, dengan berupaya untuk mendirikan yayasan yang diberi nama Yayasan Al-
Akhsyar dengan badan pendiri terdiri dari:
1. Hj Zahara Kayum
2. Drs Saukani 3. Rusdi Kayum
4. H darussalam Dalbadri
5. Tarmizi Kayum BA
Pada tanggal 14 Januari 2000 terbitlah Akta Notaris Yayasan Al-Akhsyar nomor
01 tahun 2000 dan mendapat pengesahan dari Pengadilan Negeri Curup Kabupaten
Rejang Lebong pada tanggal 20 Januari 2000 nomor pengesahan : 01/BH/2000 dengan
didukung masyarakat Kabupaten Kepahiang, maka pada bulan Maret 2000 dimulailah
peletakan batu pertama Pondok Pesantren Modern Darussalam Kabupaten Kepahiang.
Selama satu tahun pelaksanaan pembangunan, telah menghasilkan bangunan 3 lokal
permanen dengan kontreksi bertingkat. Selain itu juga telah dibangun 4 asrama semi
permanen 1 unit dapur umum, dan 1 unit kamar mandi, dengan mengharap ridho Allah
pada tanggal 16 juli 2001 dimulailah tahun pelajaran pertama Pondok Pesantren Modern
Darussalam Kepahiang dengan jumlah santri 33 orang (19 orang santri laki-laki dan 14
orang santri perempuan).
Disisi yang lain, kesadaran masyarakat akan adanya pergeseran nilai-nilai
keagamaan akibat dari pengaruh sosial budaya barat yang tidak menguntungkan bagi
umat manusia yang berbudaya dan beragama. Keadaan ini semakin hari semakin
4 Kantor 5 Buah 4 1 - 12 X 12 m2
8 MCK 40 Unit 30 5 5 10 X 26 m2
12 Gudang 1 Buah - 1 - 10 X 8 m2
20 Aula 1 Buah 1 - - 12 X 42
terdapat di dalam struktur isi. Adanya tambahan waktu, maka satuan pendidikan
diperkenankan mengadakan penyesuaian-penyesuaian, misalnya mengadakan program
remedial bagi peserta didik yang belum mencapai standar ketuntasan belajar minimal.
disiplin dalam proses belajar, media yang dipakai, dan tidak disiplin dalam mengelola
manajemen waktu. Dengan demikian, adanya supervisi kesalahan dan kekurangan-
kekurangan akan dapat diperbaiki secara langsung.
3. Melakukan Evaluasi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Evaluasi KBM sangat dibutuhkan dalam sebuah lembaga pendidikan formal,
seperti pondok pesantren. Tanpa adanya evaluasi KBM, maka mutu pendidikan yang
ada di sekolah tersebut tidak akan baik. Hal ini seperti yang dilakukan kepala/pimpinan
Pondok Pesantren Darussalam Kepahiang. Evaluasi ini berkaitan dengan bagaimana
seorang guru ketika mengajar di dalam kelas. Kekurangan dan kesulitan apa yang
dihadapi guru tersebut. Kepala sekolah dan pimpinan pondok tidak sungkan untuk
memberikan masukan dan pengarahan demi perbaikan guru kedepannya agar menjadi
guru yang profesional. Setiap guru diharuskan memiliki rasa kepekaan dengan
memahami kondisi psikologis anak didiknya, sebab dengan kepekaan akan memberikan
dorongan kepada seorang guru untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam hal
menemukan cara pembelajaran yang tidak hanya menyenangkan tetapi juga dapat
diterima dengan mudah oleh siswanya (Warsah, Khair, et al., 2020). Indikator guru
yang profesional dalam proses kegiatan belajar mengajar adalah guru yang mampu
membuat rancangan pembelajaran dalam bentuk tertulis sebelum melakukan praktik
kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas (Warsah & Nuzuar, 2018).
4. Melakukan Pembinaan Kedisiplinan Guru
Guru merupakan tenaga pendidik yang termasuk dalam sumber daya manusia
yang dituntut untuk mampu mengatur dan mengorganisir isi, proses, situasi, dan
kegiatan sekolah secara multikultur, dimana setiap siswa dari berbagai latar belakang,
suku, gender, dan ras memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri serta dapat
saling menghargai akan setiap perbedaan (Warsah, 2017). Kepala sekolah dalam
memberdayakan guru dan siswa dituntut untuk melakukan pembinaan kedisiplinan di
lingkungan pondok pesantren. Kedisiplinan dalam hal masuk kerja, disiplin dalam
administrasi, disiplin dalam mengelola manajemen waktu, tidak meninggalkan
pekerjaan sebelum waktu kerja selesai, mematuhi segala perintah, aturan-aturan internal
pondok pesantren, dan lain-lain. Pada pembinaan ini kepala sekolah terjun secara
langsung dalam upaya pembinaan disiplin para guru. Pembinaan ini dilakukan dengan
cara mengadakan rapat secara internal dengan memberikan teguran langsung secara
individual disertakan dengan perjanjian-perjanjian tertulis apabila pelanggaran
ketidakdisiplinan yang dilakukan sudah melebihi ketetapan aturan dasar pondok
pesantren. Melalui pembinaan yang dilakukan oleh kepala/pimpinan bahwa para guru di
Pondok Pesantren Darussalam Kepahiang sejauh ini sudah masuk kategori disiplin.
5. Melakukan Promosi Secara Berkala
Usaha untuk mengkomunikasikan peningkatan mutu dan keberhasilan pada
bidang pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan
melakukan promosi secara berkala (Wahid, 2017). Promosi merupakan salah satu
strategi yang dilakukan kepala sekolah untuk rekrutmen peserta didik baru di Pondok
Pesantren Darussalam Kepahiang. Peserta didik merupakan salah satu faktor yang juga
mempengaruhi mutu pendidikan di pondok pesantren. Sebagai salah satu komponen
pada sistem pondok pesantren, maka keadaan siswa harus dipertimbangkan sedemikian
rupa sehingga dapat diproses untuk meningkatkan kompetensinya. Melalui promosi
diharapkan masyarakat tahu keberadaan Pondok Pesantren Darussalam Kepahiang, serta
masyarakat tahu akan prestasi-prestasi dan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai
sehingga masyarakat dapat menyekolahkan putra-putrinya di Pondok Pesantren
Darussalam Kepahiang. Promosi yang dilakukan kepala madrasah yaitu melalui brosur,
sosialisasi ke sekolah-sekolah, masyarakat, serta gencar dalam melakukan koordinasi
dan MOU terhadap instansi dan lembaga terkait guna melakukan promosi dan menarik
minat peserta didik, termasuk melakukan promosi secara berkala dengan memanfaatkan
media digital (Facebook, Instagram, WhatsApp dan Website lainnya) dengan seoptimal
mungkin.
6. Melakukan Peningkatan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan sumber daya fisik yang terlihat secara langsung
dan termasuk salah satu indikator penilaian dalam meningkatkan mutu pendidikan pada
sebuah sekolah dan pondok pesantren. Sarana dan prasarana di pondok pesantren
meliputi bangunan fisik sekolah, ruang kelas, perpustakaan, dan sebagainya yang sangat
penting bagi kelangsungan pembelajaran. Kelayakan fasilitas ini tidak bisa dilepaskan
dari pertimbangan peningkatan mutu sekolah. Peranan sumber belajar sangat penting
dalam kegiatan peningkatan mutu pendidikan. Sumber belajar dalam hal ini tidak hanya
meliputi buku-buku pelajaran saja, tetapi juga meliputi sumber belajar manusia, uang,
peralatan, bahan, dan lingkungan yang dapat memberikan kontribusi penting bagi hasil
belajar siswa. Diantara sarana dan prasarana yang ditingkatkan oleh kepala
sekolah/pimpinan pondok yaitu pembuatan masjid utama terpadu, ruang kelas baru,
laboratorium komputer, laboratorium bahasa, kantin, tempat parkir, lapangan olahraga,
dan lain-lain.
7. Melakukan Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru dapat
mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendoronng siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pada
konsep ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa
mereka, dan bagaimana mencapainya. Siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka
pelajari berguna untuk hidupnya nanti sehingga akan membuat mereka memposisikan
sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya
nanti dan siswa akan berusaha untuk menanggapinya. Menurut kepala sekoah Pondok
Pesantren Darussalam Kepahiang pendekatan kontekstual harus diimplenetasikan oleh
setiap pimpinan yang ada pada setiap lembaga pendidikan.
perubahan, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka menemukan cara baru
untuk memperbaiki produktivitas dan kualitas layanan pendidikan.
11. Melakukan Pengorganisasian Kelas
Pengorganisasian kelas merupakan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan
global. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang
memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dan aspek ekonomi,
budaya, bahasa, teknologi informasi, komunikasi dan lain-lain yang semuanya
bermanfaat bagi perkembangan kompetansi peserta didik. Kurikulum untuk semua
tingkat satuan pendidikan dapat memasukan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan
global. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari
semua mata pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal. Pendidikan
berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal
lain atau satuan pendidikan nonformal, dimana keduanya sangat memiliki pengaruh
bagi sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sebab dengan upaya-upaya
tersebutlah kompetensi siswa akan terlihat lebih muda untuk berkembang secara
individu maupun secara kelompok. Pengoranisasian kelas yang baik akan memberikan
kesempatan keberhasilan bagi para siswa dalam mengembangkan potensi dirinya
termasuk mengembangkan keunggulan lokal di daerahnya.
PENUTUP
Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan di atas, strategi yang
diimplementasikan atau dipakai oleh kepala sekolah di Pondok Pesantren Darussalam
Kepahiang dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan untuk menjadikan sekolah
yang dipimpinnya dapat meningkatkan mutu adalah sebagai berikut:
1) Melakukan Penguatan dari Dalam
2) Melakukan Suvervisi Rutin (Berkesinambungan)
3) Melakukan Evaluasi Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM)
4) Melakukan Pembinaan Kedisiplinan Guru
5) Melakukan Promosi Secara Berkala
6) Melakukan Peningkatan Sarana dan Prasarana
7) Melakukan Pendekatan Kontekstual
8) Pemilihan Kepala Sekolah yang Tepat
9) Mengoptimalkan Implementasi Kurikulum
10) Stabilisasi Lingkungan (Budaya Sekolah)
11) Melakukan Pengorganisasian Kelas
Diharapakan para peneliti dan akademisi selanjutnya untuk lebih berfokus kepada
penelitian tentang strategi marketing pendidikan islam guna menjadikan lembaga
madrasah dan pondok pesantren menjadi lembaga yang maju, terdepan, dan terbuka
terhadap tuntutan zaman yang menuntut untuk tetap kreatif dan inovatif dalam upaya
menarik minat pelanggan jasa pendidikan serta mampu bersaing terhadap lembaga-
lembaga pendidikan islam dan lembaga pendidikan konvensional lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Baro’ah, S. (2020). Kebijakan Merdeka Belajar sebagai Peningkatan Mutu Pendidikan.
Jurnal Tawadhu, 4(1), 1063–1073.
Basri, H. (2013). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: Pustaka Setia.
Dimyati, H. (2014). Manajemen Proyek. Bandung: CV Pustaka Setia.
Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusun Skripsi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Hasri. (2014). Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam. Jurnal Tarbiyah STAIN
Palopo, 2(1), 69–84.
Meilani, H., Lubis, M. J., & Darwin. (2022). Implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) di dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jurnal Basicedu, 6(3),
4374–4381. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2840
Moleong, L. J. (1993). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2011). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Murti, Y. (2016). Pengaruh Motivasi Kerja Guru, Iklim Kerja dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kota
Mukomuko. Universitas Terbuka.
Nonsihai, Indah Aldama, Daniel, S., Hendrowanto Nibel, & Alexandro, R. (2022).
Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Manajemen Berbasis Sekolah di SMP
Negeri Satu Atap 1 Kotawaringin Lama Kabupaten Kotawaringin Barat. Journal
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, 14(1), 52–57.
https://doi.org/10.37304/jpips.v14i1.4730
Noprika, M., Yusro, N., & Sagiman, S. (2020). Strategi Kepala Sekolah dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan. Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam Dan
Manajemen Pendidikan Islam, 2(2), 224–243.
https://doi.org/10.36671/andragogi.v2i2.99
Pratama, I. P., & Zulhijra. (2019). Reformasi Pendidikan Islam di Indonesia. Jurnal PAI
Raden Fatah, 1(2), 117–127. https://doi.org/10.19109/pairf.v1i2.3216
Saifulloh, M., Muhibbin, Z., & Hermanto. (2012). Strategi Peningkatan Mutu
Pendidikan di Sekolah. Jurnal Sosial Humaniora, 5(2), 206–218.
http://dx.doi.org/10.12962/j24433527.v5i2.619
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D (Cetakan 6). Bandung: Alfabeta.
Supriani, Y., Tanjung, R., Mayasari, A., & Arifudin, O. (2022). Peran Manajemen
Kepemimpinan dalam Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam. JIIP :Jurnal Ilmiah
Ilmu Pendidikan, 5(1), 332–338. https://doi.org/10.54371/jiip.v5i1.417