Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Ghita

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

HUBUNGAN POLA KONSUMSI BUAH DAN SAYUR, DAN AKTIVITAS FISIK

TERHADAP STATUS GIZI PADA REMAJA SMA 7 KOTA BENGKULU

Ghita Aprilia Ramasari¹)

Jurnal Ahli Gizi¹, Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu, Bengkulu, 38225


Email: ghitaapril17@gmail.com

ABSTRACT

The prevalence of overweight in adolescents in Indonesia is increasing every year. Based on


the 2018 Basic Health Research (Riskesdas) data, it shows that in adolescents aged 13-15
years the nutritional status of Very Thin is 1.9%, Underweight is 6.8%, Normal is 75.3%, Fat
is 11.2% and Obesity is 4.8%. factors that affect the nutritional status of vegetable and fruit
consumption and physical activity. This study aims to determine the relationship between
physical activity, fruit and vegetable consumption patterns, and the nutritional status of
adolescents at SMA 7 Bengkulu City. This type of research is analytic descriptive research
using a cross-sectional design. The total sample of 90 respondents was taken by accidental
sampling technique. Data collection is done by using primary data. The data obtained next,
processed and analyzed using univariate analysis and bivariate analysis using the chi square
test. The results showed that more than half (66.7%) of the respondents had moderate and
good consumption habits of fruits and vegetables, more than half of the respondents (64.4%)
had active categories of physical activity, more than half of the respondents (67, 8%), have
normal nutritional status. there is a relationship between fruit and vegetable consumption,
physical activity and overweight status in SMA 7 Bengkulu City. The conclusion is that fruit
and vegetable consumption, physical activity affect the nutritional status of adolescents.
respondents (64.4%), have active category of physical activity, more than half of respondents
(67.8%), have normal nutritional status. there is a relationship between fruit and vegetable
consumption, physical activity and overweight status in SMA 7 Bengkulu City. The
conclusion is that fruit and vegetable consumption, physical activity affect the nutritional
status of adolescents. respondents (64.4%), have active category of physical activity, more
than half of respondents (67.8%), have normal nutritional status. there is a relationship
between fruit and vegetable consumption, physical activity and overweight status in SMA 7
Bengkulu City. The conclusion is that fruit and vegetable consumption, physical activity
affect the nutritional status of adolescents.

Keywords : Nutritional Status, Physical Activity, Fruits and Vegetables

ABSTRAK

Pravelensi kejadian gizi lebih pada remaja di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan pada remaja usia
13-15 tahun status gizi Sangat Kurus sebesar 1,9%, Kurus sebesar 6,8%, Normal sebesar
75,3%, Gemuk 11,2% dan Obesitas sebesar 4,8%. faktor yang mempengaruhi status gizi
konsumsi sayuran dan buah serta aktifits fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan aktifitas fisik, pola konsumsi buah dan sayur, terhadap status gizi pada remaja
SMA 7 Kota Bengkulu. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan
menggunakan desain cross-sectional. Jumlah sampel 90 responden diambil dengan teknik
Accidental Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer. Data
yang diperoleh selanjutnya, diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis univariat dan
analisis bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lebih

1
dari setengah (66.7%), responden mempunyai kebiasaan konsumsi buah dan sayur kategori
cukup dan baik, lebih dari setengah dari, responden (64,4%), mempunyai aktivitas fisik
kategori aktif, lebih dari setengah responden (67,8%), mempunyai status gizi normal. ada
hubungan konsumsi buah dan sayur, aktifitas fisik terhadap status gizi lebih di SMA 7 Kota
Bengkulu. Kesimpulan bahwa konsumsi buah dan sayur, aktifitas fisik berpengaruh terhadap
kepada status gizi remaja. kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

Kata Kunci : Status Gizi, Aktivitas Fisik, Buah dan Sayur


PENDAHULUAN
Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan
perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama, kognitif dan sosial (Sarwano, 2012).
Menurut Stanley hall (dalam Gunarsa, 2010) bahwa masa remaja merupakan masa penuh
gejolak emosi dan ketidakseimbangan, yang tercangkup dalam stromand stress. Dengan
demikian remaja mudah terkena pengaruh oleh lingkungan.
Masalah kegemukan dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua kelompok umur dan
pada semua strata sosial ekonomi. Pada anak sekolah, kejadian kegemukan dan obesitas
merupakan masalah yang serius karena akan berlanjut hingga usia dewasa. Kegemukan dan
obesitas pada anak berisiko berlanjut ke masa dewasa, dan merupakan faktor risiko terjadinya
berbagai penyakit metabolik dan degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes
mellitus, kanker maupun osteoartritis. Pada anak, kegemukan dan obesitas juga dapat
mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang sangat merugikan kualitas hidup anak
seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnea (henti napas sesaat)
dan gangguan pernafasan lain (Kemenkes RI, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 340 juta anak dan remaja
berusia 5-19 tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas pada tahun 2019.
Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di antara anak-anak dan remaja berusia 5-19
tahun lebih dari sebanyak 19%. Sedangkan pada tahun 2020 jumlah anak remaja yang
mengalami obesitas sebayak 21% (WHO, 2021).
Pravelensi kejadian gizi lebih pada remaja di Indonesia masih cukup tinggi.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan pada remaja usia
13-15 tahun status gizi sangat kurus sebesar 1,9%, kurus sebesar 6,8%, normal sebesar
75,3%, gemuk 11,2% dan obesitas sebesar 4,8% (Riskesdas, 2018).
Prevalensi Status Gizi (IMT/U) pada remaja umur 13 - 15 tahun di provinsi bengkulu,
berdasarkan riskesdas di provinsi bengkulu (2018), diketahui bahwa kategori sangat kurus
0,98%, kurus 6,50%, normal 75,93%, gemuk 12,65%, dan obesitas 3,94%. Prevalensi Status
Gizi (IMT/U) pada remaja umur 13 - 15 tahun di kota bengkulu kategori sangat kurus 2,43%,
kurus 7,17%, normal 66,53%, gemuk 7,60%, dan obesitas 6,27% (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan data dinas kesehatan Kota Bengkulu tahun (2020), diketahui bahwa jumlah
remaja SMA yang mempunyai status gizi gemuk sebanyak 485 orang dan obesitas sebanyak
145 orang dari sebanyak 7553 remaja.
Sayur dan buah yang dikonsumsi dengan cukup dapat membantu mencegah terjadinya
penyakit degenerative dan kanker. Menurut WHO, 2005 masalah yang paling umum
terjadinya pada kelompok remaja adalah kurangnya konsumsi sayur dan buah. Rendahnya
konsumsi sayur dan buah yang kemudian sering diikuti dengan tingginya mengkosumsi fast
food dapat meningkatkan resiko terjadinya obesitas (Dina, 2018).
Konsumsi sayur dan buah diperlukan tubuh sebagai sumber vitamin, mineral dan serat
dalam mencapai pola makan sehat sesuai anjuran pedoman gizi seimbang untuk kesehatan
yang optimal. Sebagai vitamin dan mineral yang terdapat dalam sayur dan buah mempunyai
fungsi sebagai antioksidan sehingga dapat mengurangi kejadian penyakit tidak menular
terkait gizi, sebagai dampak dari kelebihan atau kekurangan gizi (Ghea, 2020).
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran
tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila. seseorang
melakukan latihan fisik atau olah raga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari
dalam seminggu. Beberapa aktivitas fisik yang dapat dilakukan antara lain aktivitas fisik
sehari-hari seperti berjalan kaki, berkebun, menyapu, mencuci, mengepel, naik turun tangga
dan lain-lain (Miko, 2017).
Aktifitas fisik berpengaruh terhadap obesitas, aktivitas fisik rendah dapat menyebabkan
penumpukan lemak yang berlebih yang pada akhirnya dapat menyebabkan obesitas. Aktivitas

3
fisik memainkan peran penting dalam mengontrol berat badan karena kalori yang dibakar saat
melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit per hari untuk
kesehatan jantung, 60 menit untuk mencegah kenaikan berat badan dan 90 menit untuk
menurunkan berat badan (Kumala, dkk. 2019).
Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi lebih adalah aktifits fisik. Asupan
energy yang berlebih dan tidak diimbangi dengan pengeluaran energy yang seimbang
(dengan kurang melakukan aktifitas fisik) akan menyebabkan terjadinya penambahan berat
badan. Perubahan gaya hidup mengakibatkan terjadinya perubahan pola makan tinggi kalori,
lemak dan kolesterol, dan tidak diimbangi dengan aktifitas fisik dapat menimbulkan masalah
gizi lebih. Kondisi berupa kelebihan lemak tubuh ini perlu mendapat perhatian serius karena
bisa menyebabkan berbagai komplikasi di kemudian. Mulai dari kolesterol tinggi, diabetes,
dan hipertensi. (Katmawanti. 2019).
Kebiasaan mengkonsumsi sayur dan buah merupakan tindakan yang baik dalam
mencegah terjadinya obesitas, karena serat larut air (sayur dan buah) mempunyai kemampuan
menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan, sehingga
makanan yang kaya akan serat memiliki waktu yang lebih lama untuk dicerna di lambung.
Makanan dengan kandungan serat kasar lebih tinggi biasanya mengandung kalori rendah,
kadar gula dan lemak rendah yang dapat membantu mengurangi terjadinya obesitas
(Burhannudin, 2015).
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
hubungan pola konsumsi buah, sayur, aktifitas fisik terhadap status gizi pada remaja SMA 7
Kota Bengkulu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola konsumsi buah dan sayur,
dan aktifitas terhadap status gizi pada remaja SMA 7 Kota Bengkulu.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Remaja
1. Pengertian
Remaja dalam bahasa Inggris disebut “adolescence” berasal dari bahasa latin
yaitu “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan itu bukan
hanya kematangan fisik namun juga kematangan sosial dan psikologis. Masa remaja
adalah masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa, namun tidak semua menyadari
bahwa pada masa remaja terjadi perubahan yang besar. Perubahan yang terjadi dengan
cepat pada tinggi dan berat badan dikenal dengan istilah adolescence growth spurt.
Sering kali kondisi ini sulit dilewati dengan nyaman karena adanya perubahan yang
bersifat fisik. Perubahan fisik yang terjadi berhungan langsung dengan kepribadian,
seksual dan peran sosial remaja dalam masyarakat (Pratiwi, 2015).
2. Ciri-Ciri Usia Remaja
Menurut Gunarsa dalam Kusmiran (2014) mengungkapkan bahwa masa remaja
merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua
perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Definisi remaja
sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai
20-21 tahun.
b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi
fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual.
c. Secara psikologis, remaja merupakan dimana individu mengalami perubahan-
perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan moral, di antara masa anak-anak
menuju masa dewasa.
Menurut Sarwono (2015) Ciri-ciri usia remaja antara lain adalah sebagai berikut:
1) Masa pra pubertas usia 12-13 tahun :
Peralihan dari masa kanak-kanak ke masa pubertas Ciri-ciri nya :
a. Tidak suka diperlakukan sebagai anak kecil lagi.
b. Mulai bersifat kritis
2) Masa pubertas usia 14-16 tahun :
a) Mulai cemas dan bingung dengan tentang perubahan fisiknya.
b) Memperhatikan penampilan
c) Sikapnya tidak menentu/plin plan
d) Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
3) Masa akhir pubertas, usia 17-18 tahun peralihan pada masa pubertas kemasa
adolence Ciri-ciri nya :
a) Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologis nya belum
tercapai.
b) Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja putra.
4) Periode remaja adolence usia 19-21 tahun merupakan masa akhir remaja, beberapa
sifat pada masa ini :
a. Perhatiannya tertutup pada hal-hal realitas
b. Mulai menyadari akan realitas
c. Sikapnya mulai jelas tentang hidup
d. Mulai tampak bakat dan minatnya
B. Konsep Status Gizi
1. Pengertian
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui digesti, absorsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi.
Sedangkan status gizi merupakan ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Arianai, 2017).
Sedangkan menurut Sutomo (2018), status gizi adalah suatu keadaan kesehatan
tubuh bberkat asupan zat gizi mealui makanan dan minuman yang di hubungkan
dengan kebutuhan. Status gizi biasanya baik dan cukup, namun karena poa konsumsi
yang tidak seimbang menimbulkan gizi buruk dan lebih.
2. Gizi Kurang
Gizi kurang merupakan suatu keadaan dimana kebutuhan nutrisi pada tubuh tidak
terpenuhi dalam jangka waktu tertentu sehingga tubuh akan memecah cadangan
makanan yang berada di bawah lapisan lemak dan lapisan organ tubuh (Adiningsih,
2010). Gizi kurang merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu
yang cukup lama (Sodikin, 2013).
3. Faktor Penyebab Gizi Kurang
Beberapa faktor penyebab masalah gizi di Indonesia, antara lain :
1. Konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang
memenuhi syarat gizi seimbang.
2. Penyakit infeksi yang berkaitan dengan tingginya kejadian penyakit menular
terutama diare, cacingan dan penyakit pernapasan akut (ISPA). Hal ini terjadi karena
lingkungan dan kualitas hidup yang kurang sehat.
3. Ketersediaan pangan di keluarga, pola asuh, dan juga akses informasi mengenai gizi
dan kesehatan.
4. Tingkat kemiskinan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi.
4. Dampak Kekurangan Gizi Pada Remaja
Anak-anak hingga remaja tetap membutuhkan nutrisi yang seimbang untuk
memaksimalkan pertumbuhannya. Karena terjadi perubahan fisiologis saat remaja yang
mempengaruhi kebutuhan gizi. Sangat disayangkan bila generasi muda bangsa sudah
mengalami masalah gizi. Padahal mereka lah yang diharapkan menjadi calon pemimpin
bangsa di kemudian hari yang sehat dan juga produktif. Apabila kebutuhan remaja tidak
terpenuhi, pada masa depan akan muncul gangguan pertumbuhan fisik, penyakit kronis
seperti diabetes, jantung, kanker, terhambatnya maturasi seksual, hingga osteoporosis.
5. Gizi Lebih
Gizi lebih adalah keadaan tubuh seseorang yang mengalami berat badan berlebih
karena kelebihan jumlah asupan energi yang disimpan dalam bentuk cadangan berupa
lemak. Sedangkan Obesitas adalah kelebihan energi yang terjadi bila konsumsi energy
melalui makanan yang melebihi energi yang dikeluarkan, kelebihan energi ini akan
diubah menjadi lemak tubuh (Almatsier,S 2015).
6. Faktor Penyebab Obesitas Pada Remaja
Obesitas merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
tubuh yang berlebihan, hal ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain faktor
makanan, faktor genetik, faktor hormonal atau metabolisme, faktor psikologis dan
faktor aktivitas fisik. Obesitas adalah suatu keadaan yang terjadi bila kuantitas jaringan
lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar dari pada kondisi normal
(Praditasari, J. 2018).
Menurut Triwibowo (2015), faktor-faktor yang berpengaruh pada gizi antara lain
yaitu:
a. Kondisi Fisik
b. Aktivitas fisik
c. Pemilihan makanan
d. Pola Makan.
e. Faktor Lingkungan
f. Lingkungan Ekonomi
g. Lingkungan budaya
h. Lingkungan sosial
i. Lingkungan Politik
j. Interaksi sosial
7. Perilaku Makan Khas Pada Anak dan Remaja
Pada umumnya remaja lebuh suka makanan jajanan kurang gizi seperti goreng-
gorengan coklat, permen dan es. Sehingga makanan yang beraneka ragam tidak
dikonsumsi. Remaja sering makan diluar rumah bersama teman-teman, sehingga waktu
makan tidak teratur, akibatnya menggangu sistem pencernaan (gangguan maag atau
nyeri lambung). Selain itu, remaja sering tidak makan pagi karena tergesa-gesa
beraktifitas, sehingga mengalami lapar dan lemas, kemampuan menangkap pelajaran
menurun, semangat belajar menurun, keluar keringat dingin, kesadaran menurun
sampai pingsan (Proverawati, 2014).
Remaja putri sering menghindari beberapa jenis bahan makanan seperti telur dan
susu. Susu dianggap minuman anak-anak atau dihubungkan dengan kegemukan.
Akibatnya akan kekurangan protein hewani, sehingga tidak dapat tumbuh atau
mencapai tinggi secara optimal. Kadang setandar langsing tidak jelas untuk remaja.
Banyak remaja putri menganggap dirinya kelebihan berat badan atau mudah menjadi
gemuk, sehingga sering diet dengan cara yang kurang benar seperti membatasi atau
mengurangi frekuensi makan dan jumlah makan, memuntahkan makanan yang sering
dimakan, sehingga lama-lama tidak ada nafsu makan yang sangat membahayakan bagi
remaja (Murni, 2018).
8. Pengukuran Status Gizi
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi
keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat badan yang normal,
yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi badannya. Indikator tersebut dikenal dengan
Indeks Masa Tubuh (IMT). Untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus
berikut:
Berat Badan(kg)
IMT =
Tinggi Badan ( m ) × Tinggi Badan(m)
Kemudian nilai IMT dibandingkan dengan nilai z-skor IMT/U berdasarkan
klasifikasi IMT menurut Kemenkes RI 2010 untuk anak usia 5-18 tahun
Nilai Z-skor :  Klasifikasi
z-skor ≥ +2 : Obesitas
+1 < z-skor < +2 : Gemuk
-2 < z-skor < +1 : Normal
-3 < z-skor < -2 : Kurus
z-skor < -3 : Sangat kurus
C. Buah dan Sayur
1. Pengertian
Sayur dan buah yang dikonsumsi dengan cukup dapat membantu mencegah
terjadinya penyakit degenerative dan kanker. Menurut WHO, 2005 masalah yang
paling umum terjadinya pada kelompok remaja adalah kurangnya konsumsi sayur dan
buah. Rendahnya konsumsi sayur dan buah yang kemudian sering diikuti dengan
tingginya mengkosumsi fast food dapat meningkatkan resiko terjadinya obesitas (Dina,
2018).
Konsumsi sayur dan buah diperlukan tubuh sebagai sumber vitamin, mineral dan
serat dalam mencapai pola makan sehat sesuai anjuran pedoman gizi seimbang untuk
kesehatan yang optimal. Sebagai vitamin dan mineral yang terdapat dalam sayur dan
buah mempunyai fungsi sebagai antioksidan sehingga dapat mengurangi kejadian
penyakit tidak menular terkait gizi, sebagai dampak dari kelebihan atau kekurangan gizi
(Ghea, 2020).
2. Manfaat Buah dan Sayur
Manfaat buah dan sayur adalah sebagai berikut :
a. Mengandung enzim yang penting untuk system saluran pencernaan dan system
penyerapan gizi yang terkandung dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi
sehari-hari.
b. Kaya akan kandungan potassium dan sedikit kandungan sodium untuk mencegah
hipertensi dan menjaga kesehatan pembuluh darah jantung.
c. Buah dan sayur berwarna kuning, ungu, merah, dan hijau mengandung keratin yang
berfungsi sebagai antioksidan kuat yang melawan pertumbuhan sel kanker dan
menangkal radikal bebas.
d. Kandungan falvonoid didalam buah dan sayur bermanfaat unt7k menghalau zat
potensial penyebab kanker. Juga berfungsi sebagai antivirus, antialergi,
antiperadangan.
e. Buah dan sayur mengandung serat berfungsi membawa lemak dan kolesterol keluar
tubuh serta melancarkan buang air besar. (Devi, 2012).
3. Anjuran Konsumsi Buah dan Sayur
Badan kesehatan dunia (WHO) secara umum menganjurkan konsumsi sayuran
dan buah buahan untuk hidup sehat sejumlah 400 gram per orang per hari, yang terdiri
dari 250gram saur (setara dan ditiriskan) dan 150 gram buah, (setara dengan 3 buah
pisang ambon ukuran sedang atau 1 potong papaya ukuran sedang atau 3 buah jeruk
ukuran sedang). Bagi masyarakat Indonesia terutama balita daa anak usia sekolah
dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 gram per orang per
hari dan bagi remaja dan orang dewasa sebanyak 400-600 gram per orang per hari.
Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran konsumsi tersebut adalah porsi sayur.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Buah dan Sayur
Permasalahan utama yang dihadapi dalam konsumsi sayuran dan buah adalah
bahwa secara nasiona konsumsi sayuran dan buah penduduk Indonesia masih berada
dibawah konsumsi yang dianjurkan. Faktor internal terdiri atas faktor-faktor yang
berpengaruh positif dan negative terhadap konsumsi sayuran dan buah yang berasal dari
pengetahuan dan sikap. Faktor eksternal merupakan peluang dan hambatan yang
berpengaruh terhadap konsumsi sayuran dan buah yang berasal dari luar diri
(Aswatini,dkk,2008).
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Pengetahuan
d. Sikap
e. Ketersediaan buah dan sayur dirumah
D. Aktivitas Fisik
1. Pengertian
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran
tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila.
seseorang melakukan latihan fisik atau olah raga selama 30 menit setiap hari atau
minimal 3-5 hari dalam seminggu. Beberapa aktivitas fisik yang dapat dilakukan antara
lain aktivitas fisik sehari-hari seperti berjalan kaki, berkebun, menyapu, mencuci,
mengepel, naik turun tangga dan lain-lain (Permenkes RI, 2014).
Aktivitas fisik dan olah raga sebenarnya sangat berhubungan tetapi pada dasarnya
berbeda. Olah raga termasuk aktivitas fisik, namun tidak semua jenis aktivitas fisik
adalah olah raga. Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh
otot rangka yang mengeluarkan energi (Pristisa, 2020).
2. Manfaat Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang teratur akan meningkatkan kesempatan hidup sehat lebih
panjang. Dasar sederhana adalah mempertahankan berat badan normal, seimbang kalori
yang dimakan dan kalori yang digunakan (dibakar). Karena itu pola konsumsi makanan
yang sehat disertai aktivitas fisik dalam lingkungan bebas polusi termasuk yang ada
asap rokok akan membantu mengontrol berat badan, sehingga badan akan menjadi
lebih sehat (Saint. 2019).
3. Tipe-Tipe Aktivitas Fisik
Menurut Kemenkes RI, dikutip oleh Rizky (2011), ada 3 tipe/macam/sifat
aktivitas fisik yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh yaitu:
a. Ketahanan (endurance)
b. Kelenturan (flexibility)
c. Kekuatan (strength)
4. Cara Pengukuran Aktivitas Fisik
Aktifitas fisik memiliki tiga tingkatan yaitu, aktifitas fisik berat adalah kegiatan
yang secara terus menerus melakukan aktivitas fisik selama 10 menit sampai
menigkatnya denyut nadi dan nafas lebih cepat dari biasanya (misalnya menimba air,
mendaki gunung, lari cepat, menebang pohon, mencangkul, dll) selama minimal tiga
hari dalam satu minggu dan total waktu beraktivitas ≥ 1500 MET minute, aktifitas
sedang yaitu apabila melakukan aktivitas fisik sedang (menyapu, mengepel, dll)
minimal lima hari atau lebih dengan total lamanya beraktivitas 150 menit dalam satu
minggu, aktivitas ringan adalah selain dari aktivitas tersebut (Riskesdas, 2013).
Kegiatan aktivitas fisik dihitung dengan menggunakan metode faktorial dengan
cara merinci jenis kegiatan secara spesifik serta lamanya kegiatan yang telah dilakukan
selama 24 jam (dalam menit) untuk kemudian dicatat dan kemudian disesuaikan dengan
estimasi standar faktorial dari total pengeluaran energi. Besar energi kegiatan dihitung
sebagai kelipatan BMR per menit yang disebut sebagai Physical Activity Ratio (PAR),
dan kebutuhan energi 24 jam dinyatakan sebagai kelipatan dari Basal Metabolic Rate
(BMR) per 24 jam dengan menggunakan nilai Physical Activity Level (PAL) (James
dan Schofield dalam Lubis 2016).
Besarnya aktivitas fisik dalam waktu 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical
Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang
dikeluarkan dalam kkal per kilogram berat badan dalam 24 jam (FAO, 2001 dalam
Lubis 2016).
( PAR × Alokasi Waktu Tiap Aktivitas )
PAL=
24 Jam
Keterangan :
PAL : Physical Activity Level
PAR : Physical Activity Ratio
Berikut ini tabel aktivitas fisik standar berdasarkan nilai Physical Activity Level (PAL).

Tabel 2.4. Kategori Aktivitas Fisik Standar Berdasarkan Nilai Physical Activity
Level (PAL).
Kategori aktivitas fisik Nilai PAL
berdasarkan nilai Physical
Activity Level (PAL).
Ringan 1,40 – 1,69
Sedang 1,70 – 1,99
Berat 2,00 – 2,40
Sumber : FAO, (2001 dalam Lubis 2016)
E. Hubungan Konsumsi Buah dan Sayur dengan Status Gizi Remaja
Anjuran konsumsi sayuran lebih banyak dari pada buah karena buah juga
mengandung gula, ada yang sangat tinggi sehingga rasa buah sangat manis dan juga ada
yang jumlahnya cukup. Konsumsi buah yang sangat manis dan rendah serat agar dibatasi.
Hal ini karena buah yang sangat manis mengandung fruktosa dan glukosa yang tinggi.
Asupan fruktosa dan glukosa yang sangat tinggi berisiko meningkatkan kadar gula darah
(Permenkes RI, 2014).
Mengonsumsi sayuran dan buah-buahan sebaiknya bervariasi sehingga diperoleh
beragam sumber vitamin ataupun mineral serta serat. Kalau ingin hidup lebih sehat lipat
gandakan konsumsi sayur dan buah. Konsumsi sayur dan buah bisa dalam bentuk segar
ataupun yang sudah diolah. Konsumsi sayuran hijau tidak hanya direbus ataupun dimasak
tetapi bisa juga dalam bentuk lalapan (mentah) dan dalam bentuk minuman yaitu dengan
ekstraksi sayuran dan ditambah dengan air tanpa gula dan tanpa garam. Klorofil atau zat
hijau daun yang terekstrak merupakan sumber antioksidan yang cukup bagus. Sayuran
berwarna seperti bayam merah, kobis ungu, terong ungu, wortel, tomat juga merupakan
sumber antioksidan yang sangat potensial dalam melawan oksidasi yang menurunkan
kondisi kesehatan tubuh (Permenkes RI, 2014).
F. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Anak Sekolah
Aktivitas Fisik merupakan bagian penting dalam gaya hidup sehat aktivitas fisik
dapat dapat mendukung pembentukan otot, meningkatkan metabolisme dan mencegah
penyakit. Diantaranya anak-anak, kelebihan berat badan, obesitas dan rendahnya aktivitas
fisik terbukti menyebabkan peningkatan resiko penyakit dimasa selanjutnya (Sharlin
&Edelstein, 2015).
Menurut Khomsan (2004), di kutip oleh Sari (2011), mengatakan bahwa aktivitas
fisik adalah aktifitas yang dilakukan oleh pergerakan anggota tubuh yang dilakukan
seseorang selama 24 jam serta banyak mengeluarkan energi. Pada anak berkurangnya
aktivitas fisik lebih banyak disebabkan oleh kegiatan nonton televisi (TV). Menonton TV
tergolong kedalaman aktivitas fisik ringan, ini berarti tidak banya kenergi tubuh yang
terpakai, sementara itu bila konsumsi energi dari makanantetap ataumeningkat maka
terjadilah ketidak seimbangan antara pemasukan dan kebutuhan energi (Sari, 2011).
G. Hipotesis
1. Ha : Ada hubungan pola konsumsi buah dan sayur terhadap status gizi pada remaja di
SMA 7 Kota Bengkulu
H0 : Tidak ada hubungan pola konsumsi buah dan sayur terhadap status gizi pada
remaja di SMA 7 Kota Bengkulu
2. Ha : Ada hubungan aktifitas fisik terhadap status gizi pada remaja di SMA 7 Kota
Bengkulu
H0 : Tidak ada hubungan aktifitas fisik terhadap status gizi pada remaja di SMA 7
Kota Bengkulu

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian secara deskriptif analitik dengan menggunakan
desain cross-sectional yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan
pengukuran atau pengamatan pada saat bersama (sekali sewaktu) antara faktor
resiko/paparan dengan penyakit (Hidayat, 2012).
B. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini variabel konsumsi buah dan sayur dan aktivitas fisik sebagai
variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel status gizi lebih pada remaja SMP
sebagai variabel terikat, kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut:
Variabel Independen

Konsumsi buah dan Variabel dependen


sayur

Status Gizi

Aktivitas Fisik
C. Tempat dan Waktu
Tempat penelitian ini dilakukan di SMA 7 Kota Bengkulu tahun 2022. Penelitian
dilakukan dilakukan pada tanggal 10 Juni sampai tanggal 14 Juni tahun 2022.
D. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah 432 pelajar kelas X SMA 7 Kota Bengkulu tahun 2022.
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
Accidental Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana yaitu siapa saja siswa yang
secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang
orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Pada teknik ini, setiap
subyek yang ada dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi
sampel. Besar sampel dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
N
1+N ( d 2 )
432
2
n = 1+432 (0,1 )
432
n = 1+4,32
432
5,32
n=
n= 81,2
Untuk menghindari drop out maka sampel diambahkan 10% sehingga sampel menjadi
90 responden. Adapun dalam pengambilan sampel yang digunakan menggunakan kriteria
inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
Kriteria inklusi:
1) Bersedia menjadi responden dalam penelitian
2) Mempunyai postur tubuh yang gemuk
3) Sehat jasmani dan rohani
4) Bersedia bersedia di ukur dan di wawancarai
5) Usia remaja
Kriteria ekslusi:
1) Sedang izin sekolah atau sakit
2) Mempunyai postur kurus
3) Bukan merupakan siswa SMA 7 Kota Bengkulu
E. Sumber Data
Data primer dalam penelitian ini untuk mengetahui konsumsi sayur dan buah dan
responden yang didapat dengan cara mengajukan pertanyaan menggunakan lembar
kuesioner. Selain itu dalam penelitian ini juga peneliti melakukan pengukuran dan
penimbangan berat badan anak untuk mendapatkan data tentang status gizi remaja.
Data sekunder berupa data jumlah siswa SMA Kota Bengkulu didapat dengan cara
melihat catatan anak didik yang belajar di SMA Kota Bengkulu
F. Pengolahan dan Data
Data yang telah terkumpul dianalisa dan selanjutnya diolah kembali. Pengolahan data
dilakukan secara manual dan menggunakan program komputer, adapun langkah-langkah
awal yang penulis gunakan dalam pengolahan data tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Pengeditan data (Editing)
2. Pengkodean Data (Coding)
3. Memproses Data (Processing)
4. Pembersihan Data (Cleaning)
G. Analisa Data
1. Analisa Data Univariat
Analisis univariat untuk melihat gambaran distribusi frekuensi masing-masing
variabel yang diteliti baik variabel yang diteliti. Hasil penghitungan disajikan dalam
bentuk persentase dengan kriteria sebagai berikut:
1) 0% : Tidak satupun dari responden
2) 1%-25% : Sebagian kecil dari responden
3) 26%-49% : Hampir sebagian dari responden
4) 50% : Setengah dari responden
5) 51%-74% : Lebih dari setengah
6) 75%-90% : Sebagian besar dari responden
7) 91%-99% : Hampir seluruh dari responden
8) 100% : Seluruh responden.
2. Analis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependent
dan independent. Dengan menggunakan analisis statistik Chis-Square (x2) dengan
derajat kemaknaan (α) 5% diolah dengan menggunakan system komputerisasi dengan
menggunakan program SPSS. Hasil analisis X2 yaitu : bila p < 0,05, Ha diterima dan p
> 0,05 maka Ha ditolak.
a. Ha : diterima apabila p < 0,05 artinya ada hubungan ada hubungan pola konsumsi
buah, sayur, aktifitas fisik terhadap status gizi pada remaja SMA 7 Kota
Bengkulu
b. Ha : ditolak apabila p > 0,05 artinya tidak ada hubungan ada hubungan pola
konsumsi buah, sayur, aktifitas fisik terhadap status gizi pada remaja SMA 7
Kota Bengkulu
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Analisis Univariat
Anailis univariat pada penelitian ini untuk melihat distribusi frekuensi variabel
penelitian yaitu kebiasaan konsumsi sayuran dan buah, aktivitas fisik dan status gizi
remaja yang dapat dilihat pada tabel berikut:
a. Pola Konsumsi Buah dan Sayur Pada Remaja
Tabel 4.1
Pola Konsumsi Buah dan Sayur Pada Remaja di SMA 7 Kota Bengkulu

Konsumsi Buah dan Sayur Frekuensi Persentase


(n) (%)
Jarang 30 33.3
Sering 60 66.7
Total 90 100.0

Tabel 4.1 diketahui bahwa terdapat lebih dari setengah (66.7%), responden
mempunyai kebiasaan konsumsi buah dan sayur kategori sering.

b. Aktivitas Fisik Pada Remaja


Tabel 4.2
Aktifitas Fisik Pada Remaja di SMA 7 Kota Bengkulu

Aktifitas Fisik Remaja Frekuensi Persentase


(n) (%)
Kurang aktif 32 35.6
Aktif 58 64.4
Total 90 100.0

Tabel 4.2 diketahui bahwa lebih dari setengah dari, responden (64,4%),
mempunyai aktivitas fisik kategori aktif.

c. Status Gizi Pada Remaja


Tabel 4.3
Status Gizi Pada Remaja di SMA 7 Kota Bengkulu

Status Gizi Frekuensi Persentase


(n) (%)
TIdak Normal 29 32.2
Normal 61 67.8
Total 90 100.0

Tabel 4.3 diketahui bahwa terdapat lebih dari setengah responden (67,8%),
mempunyai status gizi normal

2. Analisis Bivariat
Anailis bivariat pada penelitian ini untuk melihat hubungan pola konsumsi buah,
sayur, aktifitas fisik terhadap status gizi pada remaja SMA 7 Kota Bengkulu,yang
dapat dilihat pada tabel berikut:

a. Hubungan Pola Konsumsi Buah dan Sayur Terhadap Status Gizi Pada
Remaja
Tabel 4.4
Hubungan Pola Konsumsi Buah dan Sayur Terhadap Status Gizi
Pada Remaja SMA 7 Kota Bengkulu

Variabel Status Gizi Remaja


Konsumsi Buah Tidak Total p
dan Sayur Normal Normal Value
n % n % n %
Jarang 18 60.0 12 40.0 30 100 0,000
Sering 11 18.3 49 81.7 60 100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 30 remaja yang mempunyai


kebiasaan konsumsi buah dan sayur jarang terdapat 18 (60%), remaja yang
mempunyai status gizi tidak normal dan 12 (40%) remaja yang mempunyai status
gizi normal, sedangkan dari 60 remaja yang mempunyai kebiasaan konsumsi buah
dan sayur sering terdapat 49 (81.7%), remaja yang mempunyai status gizi normal
dan 11 (18,3%) remaja yang tidak mempunyai status gizi normal. Hasil analisis uji
statisik chi square (Continuity Correctionb) menunjukkan bahwa ada hubungan
konsumsi buah dan sayur terhadap status gizi lebih di SMA 7 Kota Bengkulu
ditunjukkan dengan nilai p=0,000 lebih kecil dari nilai alpha 0,05.

b. Hubungan Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Remaja

Tabel 4.5
Hubungan Aktifitas Fisik Terhadap Status Gizi Remaja
di SMA 7 Kota Bengkulu

Variabel Status Gizi Remaja


Aktivitas fisik Tidak Total p
Normal Normal Value
n % n % n %
Kurang Aktif 17 53.1 15 46.9 32 100 0,004
Aktif 12 20.7 46 79.3 58 100

Tabel 4.5 diketahui bahwa dari 32 remaja yang mempunyai aktivitas fisik
kurang aktif terdapat 17 (53.1%), remaja mempunyai status gizi tidak normal dan
15 (46,9%), remaja mempunyai status gizi normal. Sedangkan dari 58 remaja yang
mempunyai aktivitas fisik aktif terdapat 46 (79.3%) remaja yang mempunyai status
gizi normal dan 12 (20,7%) remaja yang mempunyai status gizi tidak normal. Hasil
analisis statistik chi square (Continuity Correctionb) menunjukkan bahwa ada
hubungan aktifitas fisik terhadap status gizi kurang di SMA 7 Kota Bengkulu
ditunjukkan dengan nilai p=0,004 lebih kecil dari nilai alpha 0,05.

B. PEMBAHASAN
1. Gambaran Pola konsumsi buah dan sayur pada remaja di SMA 7 Kota Bengkulu
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir sebagian 40% responden
mempunyai pola konsumsi buah jarang dan lebih dari setengah responden 60%
mempunyai pola konsumsi buah sering. Hasil penelitian ini menggambarakan bahwa
remaja sudah mempunyai pola konsumsi buah yang cukup baik.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat hampir sebagian 27,8%
responden, mempunyai pola konsumsi sayuran kategori jarang dan lebih dari setengah
(72.2%), responden mempunyai mempunyai pola konsumsi sayur kategori kurang sering.
Hasil penelitian Purwita (2018), di SMP Negeri 3 Abiansemal Kabupaten Badung
menunjukkan bahwa, sebanyak 70 sampel (85.37%) menunjukkan kurangnya jumlah
konsumsi sayur dan buah, dari standar normal yang dianjurkan yakni, 500 gram/hari atau
5 porsi per hari.
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Arza (2021), menunjukkan bahwa remaja
di SMP Kabupaten Pesisir Selatan dari total 67 siswa, yaitu sejumlah 41 siswa (61%)
kategori sering, 26 siswa (39%) kategori jarang konsumsi sayur (1 kali dalam sebulan).
Mayoritas remaja di SMP Kabupaten Pesisir Selatan adalah sering konsumsi sayur yaitu
1 kali dalam sebulan. Dari total 67 siswa, yaitu 59 siswa (88%) kategori sering dan 8
siswa (12%) kategori jarang konsumsi buah. Mayoritas remaja di SMP Kabupaten Pesisir
Selatan adalah sering konsumsi buah.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Muthmainnah dkk (2018) yaitu dari total 72
siswa sejumlah 57 siswa konsumsi < 60 gram sayur per hari. Sedangkan 57 siswa
(79,2%) konsumsi buah >100 gram per hari. Mengonsumsi sayuran sebaiknya bervariasi
sehingga diperoleh beragam sumber vitamin ataupun mineral serta serat. Kalau ingin
hidup lebih sehat lipat gandakan konsumsi sayur dan buah. Konsumsi sayur dan buah
bisa dalam bentuk segar ataupun yang sudah diolah. Konsumsi sayuran hijau tidak hanya
direbus ataupun dimasak tetapi bisa juga dalam bentuk lalapan (mentah) dan dalam
bentuk minuman yaitu dengan ekstraksi sayuran dan ditambah dengan air tanpa gula dan
tanpa garam. Klorofil atau zat hijau daun yang terekstrak merupakan sumber antioksidan
yang cukup bagus. Sayuran berwarna seperti bayam merah, kobis ungu, terong ungu,
wortel, tomat juga merupakan sumber antioksidan yang sangat potensial dalam melawan
oksidasi yang menurunkan kondisi kesehatan tubuh (Permenkes RI, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang dikemukanan dapat disimpulkan bahwa,
konsumsi buah sangatlah penting bagi remaja dimana kandungan vitamin dan mineral
yang terkandung dalam buah sangat dibutuhkan untuk kebutuhan pertumbuhan remaja.
Walaupun demikian masih banyak remaja yang jarang dalam mengkonsumsi buah, hal
ini terjadi karena adanya faktor seperti kemampuan daya beli, ketidak sukaan dalam
mengonsumsi buah-buahan karena cara mengonsumsinya kurang praktis (harus mencuci
dan mengupasnya terlebih dahulu) dan membutuhkan tempat khusus jika dijadikan bekal
sekolah. Sedangkan snack atau junk food lebih praktis dan lebih mengikuti trend jika
dijadikan bekal sekolah dan dapat langsung dikonsumsi tanpa harus mencuci dan
mengupasnya telebih dahulu. Seperti di ketahui keanyakan sifat remaja yang cenderung
ikut-ikutan trend dan kebiasaan temantemannya di sekolah berpengaruh terhadap pola
konsumsinya.
2. Gambaran aktifitas fisik pada remaja di SMA 7 Kota Bengkulu
Hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengah dari, responden (64,4%),
mempunyai aktivitas fisik kategori aktif dan hampir sebagian responden (35.6%),
mempunyai aktivitas kurang aktif. Hasil penelitian mengambarkan bahwa remaja
mempunyai aktvitas yang cukup aktif.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang telah di jelaskan dapat dijelaskan bahwa
aktivitas fisik remaja rerata aktif, hal ini terjadi karena adanya faktor lingkungan, usia,
serta dipengaruhi kegiatan disekolah. Dengan adanya aktivitas fisik yang cukup aktif
dapat menciptakkan kesehatan yang optimal karena adanya pembakaran lemak dalam
tubuh, serta memperlancar metabolisme tubuh.
3. Gambaran status gizi pada remaja di SMA 7 Kota Bengkulu
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lebih dari setengah responden
(67,8%), mempunyai status gizi normal dan hampir dari setengah responden (32,2%),
mempunyai status gizi tidak normal. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa status gizi
remaja di SMA 7 Kota Bengkulu rata-rata mempunyai status gizi yang normal dari
indeks tinggi badan dan berat badan ideal, namun berdasarkan hasil penelitian ini juga
diketahui bahwa masih cukup banyak juga remaja yang mengalami status gizi tidak
normal, keadaan ini dapat terjadi karena kurangnya asupan makanan yang sesuai maupun
tindakan yang salah pada remaja dalam pengaturan diet makanan ataupun pengaruh
lingkungan remaja yang tidak memilah makanan yang sehat.
Berdasarkan hasil penelitian ini dan beberapa teori yang telah di uraikan dapat
disimpulkan bahwa status gizi normal merupakan hal yang sangat penting bagi remaja,
karena dengan status gizi yang baik remaja akan dapat mencapai pertumbuhan yang
normal dan dapat menghindari berbagai macam penyakit karena dengan status gizi yang
sesuai dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi maupun gangguan
kesehatan lainnya seperti gangguan menstruasi pada remaja putri.
4. Hubungan pola konsumsi buah dan sayur terhadap status gizi lebih di SMA 7 Kota
Bengkulu
Hasil analisis uji statisik menunjukkan bahwa ada hubungan konsumsi buah dan
sayur terhadap status gizi lebih di SMA 7 Kota Bengkulu. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Arza (2021) pada Remaja di SMP Kabupaten Pesisir Selatan,
menunjukkan bahwa ada hubungan konsumsi sayur dengan status gizi remaja dengan
hasil p=0,01, ada hubungan konsumsi buah dengan status gizi remaja dengan hasil
p=0,0001. Kesimpulan penelitian bahwa ada hubungan antara konsumsi buah dan sayur
dengan status gizi remaja di SMP Kabupaten Pesisir Selatan
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Burhannudin (2015), yang menunjukkan
bahwa kebiasaan mengkonsumsi sayur dan buah merupakan tindakan yang baik dalam
mencegah terjadinya obesitas, karena serat larut air (sayur dan buah) mempunyai
kemampuan menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan,
sehingga makanan yang kaya akan serat memiliki waktu yang lebih lama untuk dicerna
di lambung. Makanan dengan kandungan serat kasar lebih tinggi biasanya mengandung
kalori rendah, kadar gula dan lemak rendah yang dapat membantu mengurangi terjadinya
obesitas.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang telah dikemukakan dan penelitian
terdahulu dinyatakan bahwa status gizi remaja erat hubungnnya dengan kebiaasaan
remaja dalam mengkonsumsi sayur dan buah, hal ini terjadi karena didalam sayuran dan
buah-buahan yang dapat membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan, sehingga
makanan yang kaya akan serat yang berguna bagi keseimbangan nutrisi yang diperlukan
tubuh.

5. Hubungan aktifitas fisik terhadap status gizi kurang di SMA 7 Kota Bengkulu
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan aktifitas fisik terhadap
status gizi kurang di SMA 7 Kota Bengkulu. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Wulandari (2015), dengan judul asupan energi dan aktivitas fisik berhubungan dengan Z-
Score IMT/U anak sekolah dasar di daerah perdesaan, menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara asupan energi (p=0,003) dan aktivitas fisik (p=0,003) dengan kejadian
gizi lebih.
Hasil penelitian Ibrahim (2018), dengan judul hubungan aktivitas fisik dengan
kejadian obesitas pada remaja di SMAN 1 Gamping Sleman Yogyakarta, menunjukkan
bahwa ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada remaja di SMAN 1
Gamping Sleman Yogyakarta dengan nilai signifikan 0,011 (p<0,05) dan keeratan
hubungan signifikan r (-0,49) menunjukkan hubungan negatif sedang
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Sharlin &Edelstein, (2015), yang
menyatakan bahwa aktivitas Fisik merupakan bagian penting dalam gaya hidup sehat
aktivitas fisik dapat dapat mendukung pembentukan otot, meningkatkan metabolisme
dan mencegah penyakit. Diantaranya anak-anak, kelebihan berat badan, obesitas dan
rendahnya aktivitas fisik terbukti menyebabkan peningkatan resiko penyakit dimasa
selanjutnya.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa aktivitas fisik remaja mempunyai pengaruh
yang cukup signifikan terhadap status gizi remaja, dimana dengan adaya aktivitas yang
aktif dapat membantu membakar kalori dan lemak tubuh yang berlebih. Asupan energy
yang berlebih dan tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang seimbang (dengan
kurang melakukan aktivitas fisik) akan menyebabkan terjadinya penambahan berat
badan. Perubahan gaya hidup mengakibatkan terjadinya perubahan pola makan
masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, lemak dan kolesterol, dan tidak
diimbangi dengan aktivitas fisik dapat menimbulkan masalah gizi lebih.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan aktifitas fisik, pola konsumsi buah dan
sayur, terhadap status gizi pada remaja SMA 7 Kota Bengkulu, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
a. Lebih dari setengah (66.7%), responden mempunyai pola konsumsi buah dan sayur
kategori cukup dan baik
b. Lebih dari setengah dari, responden (64,4%), mempunyai aktivitas fisik kategori aktif
c. Lebih dari setengah responden (67,8%), mempunyai status gizi normal.
d. Ada hubungan konsumsi buah dan sayur terhadap status gizi pada remaja di SMA 7 Kota
Bengkulu
e. Ada hubungan aktifitas fisik terhadap status gizi pada remaja di SMA 7 Kota Bengkulu

DAFTAR PUSTAKA
Adriani dan Wirjatmadi. 2015. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Kencana
Prenadamedia Group: Jakarta
Almatsier, S. 2015. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Arza. 2021. Hubungan konsumsi sayur dan buah dengan status gizi pada Remaja di SMP
Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada 12 (2) 136-141
https://doi.org/10.34035/jk.v12i2.758
Dina. 2018. Gambaran konsumsi sayur dan buah dengan status gizi remaja di SMP negeri 3
Abiansemal Kabupaten Badung. Journal of Nutrition Science7 (03). 93-101
https://doi.org/10.33992/jig.v7i3.330
Bahar, E. 2012. 301 Tips dan Terapi Agar Tanaman Cepat Berbuah dan Tetap Berbuah di
Luar Musim. Chivita Books: Yogyakarta.
Ghea. 2020. Pengetahuan Konsumsi Sayur Buah dan Konstipasi Siswa Boarding School
SMAN 5 Gowa. JGMI: The Journal of Indonesian Community Nutrition. 43 (2) 13-18
https://doi.org/pgm/article/view/3626
Harti 2019. Hubungan pola konsumsi pangan sumber serat dengan kejadian overweight pada
remaja di SMP negeri 3 Makassar. JGMI: Journal of Indonesian Community Nutrition
8 (2) 71-78 https://doi.org/10.30597/jgmi.v8i2.8508
Hidayat. 2012. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Salemba Medika: Jakarta
Hardi, A. D., Indriasari, R., & Hidayanti, H. (2019). Hubungan Pola Konsumsi Pangan
Sumber Serat Dengan Kejadian Overweight Pada Remaja Di Smp Negeri 3 Makassar.
Jurnal Gizi Masyarakat Indonesia: The Journal of Indonesian Community Nutrition, 8
(2), 71–78. https://doi.org/10.30597/jgmi.v8i2.8508
Haryanti, R., T, V. Y., & Agnita Utami. (2021). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Status
Gizi Pda Ibu Hamil. Jurnal Medika Hutama, 2 (9), 698–705. http://doi.org/430-1-10-
20210106.Mh.2715
Ibrahim 2018. Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada remaja di SMAN 1
Gamping Sleman Yogyakarta. Jurnal unisayogya. 4 (1) 34-42
http://doi.org.digilib.unisayogya.ac.id/4317/
Ismiati, I., & Suri, D. (2018). Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi
Pada Remaja Di Sma Negeri 2 Sigli Kabupaten Pidie. Journal of Healthcare
Technology and Medicine, 3(1), 178-181. https://doi.org/10.33143/jhtm.v3i1.1012
Kumala, A. M., Margawati, A., & Rahadiyanti, A. (2019). Hubungan Antara Durasi
Penggunaan Alat Elektronik (Gadget), Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Dengan Status
Gizi Pada Remaja Usia 13-15 Tahun. Journal of Nutrition College, 8(2), 73-81.
https://doi.org/10.14710/jnc.v8i2.23816
Kemenkes RI. 2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Kementrian
Kesehatan Ri Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta
Kemenkes RI. 2012. Pedoman pencegahan dan penanggulangan kegemukan dan obesitas
pada anak sekolah. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta.
Kusmiran, E., 2014. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika:
Jakarta
Lubis, R. U. (2016). Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Obesitas Pada Guru
Smp Negeri 3 Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang
jurnal USU. 1 (2), 6–38. https://doi.org handle/123456789/16583
Miko, A., & Pratiwi, M. (2017). Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian
Obesitas Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh. AcTion: Aceh Nutrition
Journal, 2 (1), 12-19. https://doi.org/10.30867/action.v2i1.29
Moyoyo, B., & Pangemanan, M. (2020). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi di
SMP Nasional Mogoyunggung. Jurnal Olympus Jurusan PKR, 01(01), 29–34.
https://doi.org/olympus/article/150
Murni, K., Suryani, D., & W, T. W. (2019). Hubungan Konsumsi Sayur dan Buah dengan
Kejadian Obesitas Sentral Pada Dewasa Di Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu
Tahun 2018. Jurnal Teknologi Dan Seni Kesehatan, 10(1), 81–91
https://doi.org/11.13573/mgi.
Muthmainah. 20119. Konsumsi Sayur dan Buah pada Siswa SMP sebagai Implementasi
Pedoman Gizi Seimbang. Jurnal Media Kesehatan Indonesia 15 (2) 178-187
https://doi.org/10.30597/mkmi.v15i2.6222
Nirmala. 2012. Gizi Anak Sekolah. PT Kompas Media Nusantara: Jakarta
Notoatmodjo. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta: Jakarta
Praditasari, J. A., & Sumarmik, S. (2018). Asupan Lemak, Aktivitas Fisik Dan Kegemukan
Pada Remaja Putri Di Smp Bina Insani Surabaya. Media Gizi Indonesia, 13(2), 117-
124. https://doi.org/10.20473/mgi.v13i2.
Purwita, N. K. D. D., Kencana, I. K., & Kusumajaya, A. . N. (2018). Gambaran Komsumsi
Sayur dan Buah dengan Status Gizi Remaja di SMP Negeri 3 Kabupaten Badung.
Journal of Nutrition Science, 7 (3) 57–63. https://doi.org.rpd/844/
Purwita et al., 2018)Arza, P. A., & Nola Sari, L. (2021). Hubungan Konsumsi Sayur Dan
Buah Dengan Status Gizi Pada Remaja Di Smp Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada, 12 (2), 136–141. https://doi.org/10.34035/jk.v12i2.758
Permenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Kemenkes RI : Jakarta
Pratiwi, RY. 2014. Kesehatan Remaja. IDAI : Jakarta
Pristisa. 2020. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Pada Remaja. Jurnal
Kesehatan. 14 (2) 07-23 https://doi.org/10.22236/argipa.v6i2.6786
Proverawati. 2014. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Nuha Medika: Yogyakarta
Ramadhani, D. T., dan Hidayati, L. 2017. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi
Sayur dan Buah pada Remaja Putri SMPN 3 Surakarta. Seminar Nasional Gizi 2017
Program Studi Ilmu Gizi UM.45-58.
Rikesdas. 2018. Laporan Rikesdas Indonesia. Lembaga Penerbit Badan Litbang Kesehatan
Rikesdas. 2018. Laporan Rikesdas Provinsi Bengkulu. Lembaga Penerbit Badan Litbang
Kesehatan
Rosita. 2018. Hubungan tingkat pola konsumsi buah, sayur dan aktivitas fisik dengan status
gizi remaja di SMA Muhammadiyah 1 Semarang. Jurnal Gizi. 11 ( 1) 47–55
https://doi.org/2708/ums.
Saint, H. O., & Ernawati. (2019). Hubungan aktivitas fisik dengan status gizi pada siswa X
dan XII IPA SMAN 7 Surakarta periode 2017 / 2018. Tarumanagara Medical Juornal,
2(1), 54–58. DOI: http://d,x.doi.org/10.24912/tmj.v2i1.5858
Sambe, G. F. Manti Battung, S., Dachlan, D. M., Jafar, N., & Mansur, M. A. (2021).
Pengetahuan, Konsumsi Sayur Buah Dan Konstipasi Siswa Boarding School Sman 5
Gowa Knowledge and, Consumption of Vegetable Fruit To Constipation on Boarding
School Students Sman 5 Gowa. Journal of Indonesian Community Nutrition, 10 (1),
12–24. https://doi.org index.php/mgmi/article/view/10500/7398
Sarwono. 2015. Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Sharin dan Eldestein. 2015. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC: Jakarta
Suiraoka. I. 2012. Penyakit degenerative. Nuha Medika: Yogyakarta.
Supariasa et al. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC: Jakarta
Triwibowo. 2015. Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Nuha Medika: Yogyakarta.
Wahyuni, E. N., & Nugroho, P. S. (2021). Hubungan Konsumsi Sayur dan Buah terhadap
Gizi Kurang pada Remaja. Borneo Student Research, 2(3), 2038–2044.
https://doi.org/10.20473/amnt.v1.i3
Wulandari, S. 2013. Status Gizi, Aktivitas Fisik, Dan Usia Menarche Remaja Putri. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 16. (1), 55-59
http://doi.org.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/20/20

You might also like