Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Alexandrya Hening Widiastuty

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 97

ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO, PRODUKTIVITAS, DAN

PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG AKIBAT PENGARUH EL NINO


DI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

ALEXANDRYA HENING WIDIASTUTY

Skripsi

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT

COMPARATIVE ANALYSIS OF RISK, PRODUCTIVITY AND INCOME


OF FARMING DUE TO THE INFLUENCE OF EL NINO IN NATAR
SUB DISTRIK THE SOUTH OF LAMPUNG

By

ALEXANDRYA HENING W.

This study aims to analyze the risk of corn farming, productivity, and income of
corn farming during the normal season and El Nino season for farmers who
mitigate and do not mitigate in Natar District, South Lampung. The research
location was chosen purposively in three villages of Natar Subdistrict, namely
Krawang Sari Village, Negara Ratu Village, and Pancasila Village. Respondents
were selected using the simple random sampling method and quota sampling with
a total of 60 respondents from the three villages. This study compares between
normal and El Nino seasons using the T test analysis. The results showed that the
analysis of the level of risk, viewed from the side of production risks both farmers
who do mitigation and farmers who non mitigation when El Nino has a low risk.
On the price of risk side, both farmers who mitigate and farmers who non mitigate
have a low level of price risk. In the results of farm productivity analysis, the
normal season and El Nino season under normal conditions are greater than
during El Nino conditions. In the analysis of farm income, statistically the Test T
during the normal season and El Nino season and has a significant difference.

Keywords: El Nino, farm income, farm risk .


ABSTRAK

ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO, PRODUKTIVITAS, DAN


PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG AKIBAT PENGARUH EL NINO
DI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

ALEXANDRYA HENING W.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko usahatani jagung,


produktivitas, dan pendapatan usahatani jagung saat musim normal dan musim El
Nino pada petani yang melakukan mitigasi dan tidak melakukan mitigasi di
Kecamatan Natar Lampung Selatan. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja
(purposive) di tiga desa Kecamatan Natar yaitu Desa Krawang Sari, Desa Negara
Ratu, dan Desa Pancasila. Pengambilan responden dipilih dengan menggunakan
metode sampel acak sederhan dan kuota sampling dengan jumlah dari responden
dari ketiga desa sebanyak 60 orang. Penelitian ini membandingkan antara musim
normal dan El Nino menggunakan analisis Uji Beda T. Hasil penelitian
menunjukan bahwa analisis tingkat risiko, dilihat dari sisi risiko produksi baik
petani yang melakukan mitigasi dan petani yang tidak melakukan mitigasi sat El
Nino memiliki risiko yang rendah. Pada sisi risiko harga, baik petani yang
melakukan mitigasi dan petani yang tidak melakukan mitigasi memiliki tingkat
risiko harga yang rendah. Pada hasil analisis produktivitas usahatani, pada musim
normal dan musim El Nino pada kondisi normal lebih besar dibandingkan pada
saat kondisi El Nino. Pada analisis pendapatan usahatani, secara statistik Uji
Beda T pada saat musim normal dan musim El Nino dan memiliki perbedaan
yang signifikan.

Kata kunci : El Nino, pendapatan usahatani, risiko usahatani.


ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO, PRODUKTIVITAS, DAN
PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG AKIBAT PENGARUH EL NINO
DI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

ALEXANDRYA HENING WIDIASTUTY

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 10

Juli 1994 dari pasangan bapak Albertus Suyoto S.H.,

S.IP. dan Dra. Theresia Chandra Kirti, M.M.Pd. Penulis

merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis

menyelesaikan studi tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) di

TK Fransiskus Tanjung Karang pada tahun 2000, tingkat

Sekolah Dasar (SD) di SD Fransiskus I Tanjung Karang pada tahun 2006, tingkat

Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Fransiskus Bandar Lampung pada

tahun 2009, dan tingkat Sekolah Mengah Atas (SMA) di SMA Fransiskus Bandar

Lampung tahun 2009.

Penulis diterima di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung

pada tahun 2012 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

(SNMPTN) tertulis. Penulis pernah aktif sebagai anggota Persekutuan Oikumene

Mahasiswa Fakultas Pertanian (POMPERTA) periode 2013/2014, anggota Unit

Kegiatan Mahasiswa Katolik (UKMK) pada tahun 2014, dan menjadi Anggota

Bidang III (Pengembangan Minat Bakat dan Kreatifitas) Himpunan Sosial

Ekonomi Pertanian (HIMASEPERTA) pada tahun 2012-2019.


Selama di perguruan tinggi, penulis pernah menjadi Asisten Dosen mata kuliah

Ekonomi Sumber Daya Alam pada Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016.

Penulis pernah mengikuti kegiatan homestay (Praktik Pengenalan Pertanian)

selama 5 hari di Dusun 5 Margodadi Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Kiling-kiling,

Kecamatan Negeri Besar, Kabupaten Way Kanan selama 40 hari pada bulan

Januari hingga Februari 2015. Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT

Mitra Tani Parahyangan Cianjur, Jawa Barat pada Bulan Juli 2016. Pada tahun

2016,penulis mengikuti pelatihan penulisan E-Journal JIIA.


SANWACANA

Puji Syukur kepada Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus atas segala berkat, rahmat

dan perlindungan yang masih terus diberikan kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang Analisis perbandingan risiko, produktivitas,

dan pendapatan usahatani jagung akibat pengaruh El Nino di Kecamatan

Natar Kabupaten Lampung Selatan.

Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya

dukungan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini dengan rendah hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih kepada mereka yang penuh kesabaran dan dedikasi membantu penulis

dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Ir. Zainal Abidin, M.E.S. selaku Pembimbing Pertama, atas

semua bimbingan, saran, nasihat, dukungan, dan perhatian kepada penulis

selama penyelesaian skripsi maupun selama perkuliahan.

3. Bapak Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si. selaku Pembimbing Kedua dan

Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas

semua bimbingan, saran, dan nasihat kepada penulis selama penyelesaian

skripsi.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria M.S. selaku Penguji Bukan

Pembimbing, yang telah memberikan saran yang membangun, arahan, dan

masukan untuk perbaikan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat menjadi

lebih baik.

5. Bapak Muhammad Ibnu, S.P., M.M., M.Sc., Ph. D., selaku Pembimbing

Akademik, yang telah memberikan arahan, saran, dan motivasi selama

menjadi mahasiswa agribisnis.

6. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis atas semua ilmu yang telah diberikan

selama penulis menjadi mahasiswi di Universitas Lampung.

7. Tim Dosen Jurusan Agribisnis yang terlibat dalam program perpanjangan

mahasiswa atas semua bimbingan, kesabaran, dan motivasi yang tiada

hentinya yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswi program

perpanjangan di Agribisnis.

8. Karyawan-karyawan di Jurusan Agribisnis (mba Iin, mba Vanesa, mba

Tunjung, mas Boim, mas Bukhori), atas semua bantuan dan kerjasama

yang telah diberikan selama ini.

9. Bapak dan Ibuku yang luar biasa, untuk setiap doa, dukungan, nasehat,

materi, dan kasih sayang yang tiada henti dan tidak terbalas sehingga

penulis memiliki alasan untuk terus berjuang. Kakak tersayang Vincetia

Atika, S.P. dan Adik-adikku Chaterine Tyas Puspita W. dan Robertus

Zidan H.S. yang telah banyak memberikan nasehat, motivasi, materi, dan

curahan kasih sayang yang tidak ada habisnya hingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.


10. Sahabat terbaik penulis, Ni Made Anggiasari, Mita Fitria Dewi, Ririn

Pamuncak, Desi Darmilayanti, Tutut Diosa, Maria Karina, Angeline

Zhang, Fransiska Ratih, Theresia Pia Susanto, Sheila Veronika, Yunarni

Marta, Winanti Puspa, Marietta Debora, Riki Arya, Irpan Rilpani yang

telah memberikan do’a, semangat, dan motivasi tiada henti kepada penulis.

11. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2012 Ade Agung, M. Agung,

Pindo, Sofian, Yudi, Nuri, Evi, Zupika, Triwidya, Innaka, Andre,

Khairuni, Shandy, Dhevi, Agustya, Selvi,Cherli, Fitri, Yohana, Maria

Christina, Bernadus, Made Tresna, Julaily, Mulia, Nadia, Yohilda,

Annisa, Adelia, Rahma, Meiska, Muher, Imam, Agnesya, Ayu Yuni,

Bayu, Nopralita, Audina dan teman – teman lain yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu, terimakasih atas pengalaman dan kebersamaanya

selama ini.

12. Adik-adik Mahasiswa Agribisnis 2013-2016 yang telah memberikan

semangat dan dukungan kepada penulis.

13. Almamater tercinta, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Bandar Lampung, 22 November 2019

Penulis,

Alexandrya Hening W.
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI.................................................................................................... i

DAFTAR TABEL............................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1


B. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
C. Manfaat Penelitian `........................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, HIPOTESIS DAN KERANGKA


PEMIKIRAN ............................................................................................ 9

A. Tinjauan Pustaka................................................................................ 9
1. Fenomena El Nino ..................................................................... 9
2. Konsep Usahatani Jagung.......................................................... 13
3. Usahatani .................................................................................... 16
4. Risiko dan Ketidakpastian .......................................................... 17
5. Produktivitas Usahatani .............................................................. 21
6. Teori Pendapatan ........................................................................ 23
7. Penerimaan Usahatani................................................................. 28
8. Pengeluaran Usahatani................................................................ 29
9. Mitigasi ....................................................................................... 30
B. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 33
C. Kerangka Pemikiran........................................................................... 39
D. Hipotesis ............................................................................................ 41

III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 43

A. Konsep Dasar Dan Definisi Operasional .......................................... 43


B. Waktu, Lokasi, dan Responden Penelitian ....................................... 48
C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data .............................................. 52
D. Metode Analisis dan Pengetahuan Data ............................................ 53

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ................................... 59


ii

A. Keadaan Umum Lampung Selatan .................................................... 59


B. Keadaan Umum Kecamatan Natar...................................................... 60
C. Keadaan Umum Desa Krawangsari, Negara Ratu,
dan Pancasila....................................................................................... 62

V. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 67

A. Karakteristik Petani Responden .......................................................... 67


1. Usia Petani..................................................................................... 67
2. Pendidikan Petani ......................................................................... 68
3. Pekerjan Sampingan ..................................................................... 69
4. Lama Berusahatani........................................................................ 70
5. Jumlah Tanggungan Keluarga ...................................................... 71
6. Luas Lahan .................................................................................... 72
7. Status Kepemilikan Lahan ........................................................... 73
8. Permodalan Petani......................................................................... 74
B. Keragaan Usahatani ............................................................................ 74
1. Pola Tanam Usahatani Jagung ..................................................... 74
2. Budidaya Jagung .......................................................................... 75
3. Penggunaan Sarana Produksi ........................................................ 77
C. Analisis Risiko Usahatani ................................................................... 89
1. Risiko Produksi ............................................................................ 91
2. Risiko Harga ................................................................................ 94
3. Risiko Kelembagaan ..................................................................... 97
4. Risiko Teknologi........................................................................... 97
D. Analisis Produktivitas Usahatani ........................................................ 98
E. Analisis Pendapatan Usahatani ........................................................... 99
1. Pendapatan Usahatani ................................................................... 99
2. R/C ................................................................................................ 101
F. Dampak El Nino Terhadap Biaya Sarana Produksi Usahatani
Jagung di Kecamatan Natar Lampung Selatan ................................... 104
1. Analisis Uji Beda Biaya Penggunaan Benih Usahatani Jagung
Pada Saat Kondisi Normal dan Kondisi El Nino .......................... 104
2. Analisis Uji Beda Biaya Penggunaan Pupuk Usahatani Jagung
Pada saat Kondisi Normal dan Kondisi El Nino........................... 105
3. Analisis Uji Beda Biaya Penggunaan Pestisida Pertanian
Usahatani Jagung pada saat Kondisi Normal dan Kondisi
El Nino .......................................................................................... 106
G. Dampak El Nino Terhadap Hasil Usahatani Jagung di Kecamatan
Natar Lampung Selatan ...................................................................... 107
1. Analisis Uji Beda Produksi Usahatani Jagung
Pada Saat Kondisi Normal dan Kondisi El Nino .......................... 107
2. Analisis Uji Beda Harga Jual Jagung Usahatani Jagung
Pada saat Kondisi Normal dan Kondisi El Nino ........................... 108
3. Analisis Uji Beda Penerimaan Usahatani Jagung pada saat Kondisi
Normal dan Kondisi El Nino......................................................... 106
H. Analisis Dampak Fenomena El Nino terhadap Pendapatan
Usahatani Jagung di Kecamatan Natar Lampung .............................. 109
iii

I. Mitigasi Yang Dilakukan Petani ......................................................... 112

VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 113

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 115

LAMPIRAN .................................................................................................... 121


DAFTAR TABEL

Tabel halaman
1 Luas panen dan produksi jagung menurut kecamatan di
Lampung Selatan.................................................................................. 122

2 Luas panen dan produksi jagung menurut kecamatan


Di lampung Selatan .............................................................................. 123

3 Jumlah curah hujan (mm) di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung


Selatan sampai oktober 2015 ............................................................... 124

4 Angka tetap tahun 2014 per sub round menurut kabupaten/


Kota komoditi jagung........................................................................... 125

5 Produksi jagung di Kecamatan Natar menurut desa ........................... 126

6 Data petani jagung di Kecamatan Natar Lampung Selatan.................. 127

7 Definisi operasional variable-variabel yang berhubungan dengan


pendapatan, produktivitas, dan risiko usahatani jagung....................... 46

8 Jumlah pembagian responden menurut cara kuota sampling .............. 52

9 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin di


Kabupaten Lampung Selatan tahun 2016 ........................................... 59

10 Sebaran penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin


Di kecamatan Natar tahun 2016........................................................... 60

11 Penggunaan lahan di Kecamatan Natar tahun 2016............................. 61

12 Penggunaan lahan di Desa Krawangsari, Desa Negara Ratu,


dan Desa Pancasila tahun 2016 ............................................................ 64

13 Distribusi umur responden petani jagung di Kecamatan Natar


Lampung Selatan tahun 2016.............................................................. 68

14 Sebaran petani jagung responden berdasarkan tingkat


Pendidikan di Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2016........... 68
v

15 Sebaran responden petani jagung berdasarkan pekerjaan di luar


budidaya jagung di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
tahun 2016............................................................................................ 69

16 Pengalaman responden petani petani jagung berdasarkan Pengalaman


berusahatani di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
tahun 2016............................................................................................ 70

17 Jumlah tanggungan keluarga petani jagung di Kecamatan Natar


Kabupaten Lampung Selatan ............................................................... 71

18 Luas lahan petani jagung di Kecamatan Natar Kabupaten


Lampung Selatan.................................................................................. 72

19 Status kepemilikan lahan usahatani jagung di Kecamatan Natar


Lampung Selatan tahun 2016............................................................... 73

20 Rata-rata penggunaan biaya input usahatani jagung di Kecamatan


Natar Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2016 .......................... 79

21 Rata-rata penggunaan biaya pupuk usahatani jagung per


Hektar di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada
Tahun 2016........................................................................................... 81

22 Rata-rata biaya penggunaan pupuk usahatani jagung per


Hektar di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada
Tahun 2016........................................................................................... 81

23 Rata-rata penggunaan pestisida petani jagung per luas lahan


Dan per hektar di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2016........................................................................................... 82

24 Rata-rata biaya pestisida petani jagung per hektar di Kecamatan


Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2016................................... 83

25 Rata-rata penggunaan tenaga kerja luar keluarga di Kecamatan


Natar Lampung Selatan 2016 ............................................................. 84

26 Rata-rata biaya tenaga kerja luar keluarga usahatani jagung


Kecamatan Natar Lampung Selatan 2016............................................ 85

27 Rata-rata banyaknya tenaga kerja dalam keluarga usahatani


Jagung di Kecamatan Natar Lampung Selatan .................................... 86

28 Rata-rata biaya tenaga kerja dalam keluarga usahatani di


Kecamatan Natar Lampung Selatan..................................................... 86
vi

29 Rata-rata nilai penyusutan peralatan untuk usahatani jagung


di Kecamatan Natar Lampung Selatan................................................. 89

30 Risiko produksi dan risiko harga usahatani jagung di Kecamatan


Natar Lampung Selatan tahun 2016..................................................... 91

31 Rata-rata produktivitas usahatani jagung di Kecamatan Natar


Tahun 2016 .......................................................................................... 98

32 Analisis pendapatan usahatani per hektar pada kondisi normal


dan El Nino di Kecamatan Natar ........................................................ 100

33 Perbandingan r/c usahatani jagung di Kecamatan Natar


Tahun 2016 .......................................................................................... 102

34 Hasil uji beda biaya benih usahatani jagung di Kecamatan Natar


Kabupaten Lampung Selatan ............................................................... 104

35 Hasil uji beda biaya pupuk usahatani jagung pada kondisi normal
dan kondisi El Nino di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan .................................................................................................. 105

36 Hasil uji beda penggunaan penggunaan pestisida usahatani jagung


Pada kondisi normal dan kondisi El Nino di Kecamatan Natar
Lampung Selatan tahun 2016............................................................... 107

37 Uji beda produksi usahatani jagung pada kondisi normal dan el


Nino di Kecamatan Natar tahun 2106.................................................. 108

38 Hasil uji beda harga jual jagung di Kecamatan Natar pada musim
normal dan El Nino tahun 2016 ........................................................... 109

39 Uji beda penerimaan usahatani jagung pada kondisi normal dan


kondisi El Nino di Kecamatan Natar tahun 2016 ................................ 110

40 Uji beda pendapatan usahatani pada kondisi normal dan el nino


Di Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2016............................. 111

41 Mitigasi yang dilakukan petani di kecamatan natar


Tahun 2016 ......................................................................................... 112

42 Identitas responden petani jagung yang melakukan mitigasi di


Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2016.................................. 128

43 Identitas responden petani jagung yang tidak melakukan mitigasi


Di Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2016............................. 130

44 Komoditas lahan petani yang melakukan mitigasi di Kecamatan


vii

Natar Lampung Selatan tahun 2016..................................................... 131

45 Komoditas lahan petani yang tidak melakukan mitigasi di


Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2016.................................. 133

46 Pengunaan biaya benih petani jagung petani yang melakukan


mitigasi di Kecamatan Natar tahun 2016 ............................................. 134

47 Pengunaan biaya benih petani jagung yang tidak melakukan


Mitigasi di Kecamatan Natar tahun 2016............................................. 136

48 Jumlah penggunaan sarana produksi pupuk pada usahatani jagung


Petani yang melakukan mitigasi pada musim normal th 2016 ............ 137

49 Jumlah penggunaan sarana produksi pupuk pada usahatani jagung


Yang melakukan mitigasi pada musim el nino tahun 2016 ................. 139

50 Jumlah penggunaan sarana produksi pupuk petani yang tidak


Melakukan mitigasi saat musim normal tahun 2016 ........................... 141

51 Jumlah penggunaan sarana produksi pupuk petani yang tidak


melakukan mitigasi saat musim el nino di Kecamatan Natar
Lampung Selatan pada tahun 2016 ...................................................... 142

52 Jumlah penggunaan sarana produksi pestisida pada usahatani jagung


yang melakukan mitigasi pada musim normal di Kecamatan Natar
Lampung Selatan tahun 2016 .............................................................. 143

53 Jumlah penggunaan sarana produksi pestisida pada usahatani


Jagung yang melakukan mitigasi pada 2016 saat musim El Nino ...... 147

54 Jumlah penggunaan sarana produksi pestisida pada usahatani jagung


yang tidak melakukan mitigasi saat musim normal di Kecamatan
Natar Lampung Selatan tahun 2016..................................................... 151

55 Jumlah penggunaan sarana produksi pestisida pada usahatani


Jagung yang tidak melakukan mitigasi saat musim el nino di
Kecamatan Natar Lampung Selatan 2016............................................ 153

56 Penggunaan tenaga kerja pada usahata tani jagung musim normal


di Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2016.............................. 155

57 Penggunaan tenaga kerja pada usahata tani jagung yang melakukan


mitigasi di Kecamatan Natar Lampung Selatan musim El nino tahun
2016...................................................................................................... 165
viii

58 Penggunaan tenaga kerja pada usahata tani jagung yang tidak


melakukann mitigasi pada musim normal di Kecamatan Natar
Lampung Selatan tahun 2016............................................................... 175

59 Penggunaan tenaga kerja pada usahata tani jagung yang tidak


melakukan mitigasi saat musim El Nino di Kecamatan Natar
Lampung Selatan tahun 2016............................................................... 179

60 Penyusutan alat-alat usahatani jagung untuk petani yang melakukan


mitigasi................................................................................................. 183

61 Penyusutan alat-alat usahatani jagung untuk petani yang tidak


melakukan mitigasi .............................................................................. 189

62 Biaya lain-lain dalam usahatani jagung yang melakukan mitigasi


dalam musim normal tahun 2016......................................................... 192

63 Biaya lain-lain dalam usahatani jagung yang melakukan mitigasi


dalam musim El Nino tahun 2016........................................................ 194

64 Biaya lain-lain dalam usahatani jagung petani yang tidak melakukan


mitigasi dalam musim normal tahun 2016 ........................................... 195

65 Biaya lain-lain dalam usahatani jagung petani yang tidak melakukan


mitigasi dalam musim El Nino tahun 2016.......................................... 197

66 Produksi petani jagung petani yang melakukan mitigasi di


Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2016................................. 198

67 Produksi petani jagung yang tidak melakukan mitigasi di


Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2016................................. 200

68 Pendapatan usahatani jagung petani yang melakukan mitigasi


pada musim normal Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan 2016 ......................................................................................... 201

69 Pendapatan usahatani jagung yang melakukan mitigasi pada musim


El Nino di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan 2016....... 205

70 Pendapatan usahatani jagung yang tidak melakukan mitigasi di


Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada musim normal
tahun 2016............................................................................................ 209

71 Pendapatan usahatani jagung petani yang tidak melakukan mitigasi


di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada musim
El Nino tahun 2016 .............................................................................. 211
ix

72 Rata-rata penerimaa, biaya, dan pendapatan usahatani oleh petani


yang melakukan mitigasi pada musim normal tahun 2016 di
Kecamatan Natar Lampung Selatan..................................................... 213

73 Rata-rata penerimaa, biaya, dan pendapatan usahatani oleh petani


yang melakukan mitigasi pada musim El Nino tahun 2016 di
Kecamatan Natar Lampung Selatan..................................................... 214

74 Rata-rata penerimaa, biaya, dan pendapatan usahatani oleh petani


yang tidak melakukan mitigasi pada musim normal tahun 2016 di
Kecamatan Natar Lampung Selatan..................................................... 215

75 Rata-rata penerimaa, biaya, dan pendapatan usahatani oleh petani


yang tidak melakukan mitigasi pada musim El nino tahun 2016 di
Kecamatan Natar Lampung Selatan..................................................... 216

76 Produktivitas usahatani jagung yang melakukan mitigasi di


Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2016.................................. 217

77 Produktivitas usahatani jagung yang tidak melakukan mitigasi di


Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2016.................................. 219

78 Risiko usahatani jagung yang melakukan mitigasi dan yang tidak


melakukan mitigasi di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan 2016 ......................................................................................... 220

79 Rata-rata biaya benih jagung petani yang melakukan


mitigasi di Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2016 ................ 221

80 Rata-rata biaya benih jagung petani yang melakukan


mitigasi di Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2016 ................ 222

81 Rata-rata biaya pupuk usahatani jagung petani yang tidak


melakukan mitigasi di Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun
2016...................................................................................................... 223

82 Rata-rata biaya pupuk usahatani jagung petani yang melakukan


mitigasi di Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2016 ................ 227

83 Rata-rata biaya pestisida usahatani jagung petani yang melakukan


mitigasi di Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2016 ................ 231

84 Rata-rata biaya pestisida usahatani jagung petani yang tidak


melakukan mitigasi di Kecamatan Natar Lampung Selatan
tahun 2016 ............................................................................................ 232

85 Rata-rata produksi jagung petani yang melakukan mitigasi di


Kecamatan Natar Lampung Selatan Tahun 2016................................. 233
x

86 Rata-rata produksi jagung petani yang tidak melakukan mitigasi di


Kecamatan Natar Lampung Selatan Tahun 2016................................. 234

87 Rata-rata harga jagung usahatani jagung yang melakukan mitigasi


di Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2016.............................. 235

88 Rata-rata harga jagung usahatani jagung yang tidak melakukan


mitigasi di Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2016 ................ 236

89 Rata-rata penerimaan usahatani jagung yang melakukan mitigasi di


Kecamatan Natar Lampung selatan tahun 2016................................... 237

90 Rata-rata penerimaan usahatani jagung yang tidak melakukan


mitigasi di Kecamatan Natar Lampung selatan tahun 2016................. 238

91 Rata-rata pendapatan usahatani jagung yang melakukan mitigasi di


Kecamatan Natar Lampung selatan tahun 2016................................... 239

92 Rata-rata pendapatan usahatani jagung yang tidak melakukan


mitigasi di Kecamatan Natar Lampung selatan tahun 2016................. 240

93 Regress Input uji beda Paired Samples t-Test biaya benih pada
saat kondisi normal dan kondisi El Nino ............................................ 241

94 Uji Beda Paired Samples t-Test biaya penggunaan benih pada saat kondisi
normal dan kondisi El Nino ........................................................................... 242

95 Regress Input uji beda Paired Samples t-Test biaya penggunaan


pupuk pada saat kondisi normal dan kondisi El Nino .......................... 243

96 Output uji beda Paired Samples t-Test biaya penggunaan pupuk pada
saat kondisi normal dan kondisi El Nino ............................................. 245

97 Regress Input uji beda Paired Samples t-Test biaya penggunaan


pestisida pada saat kondisi normal dan kondisi El Nino ..................... 247

98 Output uji beda Paired Samples t-Test biaya penggunaan pestisida


pada saat kondisi normal dan kondisi El Nino ................................... 248

99 Regress Input uji beda Paired Samples t-Test produksi pada saat
kondisi normal dan kondisi El Nino .................................................... 249

100 Output uji beda Paired Samples t-Test produksi usahatani pada saat
kondisi normal dan kondisi El Nino..................................................... 250

101 Regress Input uji beda Paired Samples t-Test harga jagung pada
saat kondisi normal dan kondisi El Nino ............................................. 251
xi

102 Output uji beda Paired Samples t-Test harga jagung usahatani pada
saat kondisi normal dan kondisi El Nino ............................................. 252

103 Regress Input uji beda Paired Samples t-Test peneriman pada saat
kondisi normal dan kondisi El Nino .................................................... 253

104 Output uji beda Paired Samples t-Test penerimaan usahatani pada
saat kondisi normal dan kondisi El Nino ............................................ 254

105 Regress Input uji beda Paired Samples t-Test pendapatan pada saat
kondisi normal dan kondisi El Nino .................................................... 251

106 Output uji beda Paired Samples t-Test pendapatan usahatani pada
saat kondisi normal dan kondisi El Nino ............................................ 252
DAFTAR GAMBAR

Gambar hal

1 Data curah hujan daerah Lampung Selatan Tahun 2015 (mm) ......... 3

2 Paradigma pemikiran risiko, produktivitas, dan pendapatan


usahatani jagung (zea mays) akibat pengaruh El Nino di
Kecamatan Natar Lampung Selatan .................................................. 42

3 Pola tanam usahatani jagung ............................................................ 74


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertanian merupakan salah satu jenis usaha yang berisiko tinggi karena

kegiatan pertanian sangat bergantung pada kondisi alam. Kondisi alam yang

mendukung merupakan faktor determinan bagi pencapaian produksi produk

pertanian baik dari aspek kuantitas maupun kualitas. Kondisi alam yang tidak

bersahabat pada petani, seperti iklim yang tidak menentu, banjir, kemarau,

serangan hama dan penyakit bisa menyebabkan kuantitas dan kualitas produk

pertanian menurun bahkan mengakibatkan kegagalan panen.

Iklim selalu dapat berubah sehingga membentuk pola atau siklus tertentu, baik

harian, musiman, tahunan maupun siklus beberapa tahunan. Fenomena

perubahan iklim merupakan proses yang sangat rumit. Terjadinya perubahan

iklim merupakan fenomena global yang dipicu oleh kegiatan manusia terutama

yang berkaitan dengan bahan bakar fosil (BBF) dan kegiatan alih guna lahan

secara besar-besaran menjadi sector lain.

Iklim yang sering berubah atau menyimpang membuat sektor pertanian

menjadi sulit di perkirakan dan di antisipasi dengan pasti. Penyimpangan

iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan

distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor
2

kehidupan manusia yang terjadi dalam kurun waktu yang panjang (Budianto,

2001). Penyimpangan iklim atau anomali iklim kadang bersifat ekstrim dan

berdampak kuat terhadap kegiatan pertanian dan salah satunya disebabnya oleh

anomali iklim El nino. Kerusakan pada pertanian pada umumnya disebabkan

karena umur tanaman pangan yang relatif pendek maka anomali iklim El nino

dapat memberikan dampak yang lebih besar terhadap tanaman pangan.

El Nino terjadi karena penurunan jumlah dan intensitas curah hujan akibat

naiknya suhu permukaan laut di wilayah Samudra Pasifik Selatan yang

mendorong mengalirnya massa uap air di wilayah Indonesia ke arah timur. El

nino juga pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1997, pada tahun tersebut

terjadi bencana kekeringan yang luas. Kasus kebakaran hutan di Indonesia

menjadi perhatian internasional karena asapnya menyebar ke negara-negara

tetangga. Kebakaran hutan yang melanda banyak kawasan di Pulau Sumatera

dan Kalimantan saat itu, memang bukan disebabkan oleh fenomena El nino

secara langsung. Namun kondisi udara kering dan sedikitnya curah hujan telah

membuat api menjadi mudah tersulut dan merambat dan juga sulit

dikendalikan. Di sisi lain, kekeringan dan kemarau panjang juga menyebabkan

banyak wilayah sentra pertanian mengalami gagal panen karena distribusi

curah hujan yang tidak memenuhi kebutuhan tanaman (BMKG, 2014).

Pada tahun 2015 Indonesia mengalami El nino kuat, seperti yang pernah terjadi

pada tahun 1997, berupa curah hujan di bawah normal yang melanda wilayah

yang lebih luas. Di beberapa wilayah seperti Sumatera Selatan, Bangka

Belitung, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat,
3

Nusa Tenggara Timur, Kalimantan selatan, Sulewesi selatan, Sulawesi

tenggara, Maluku dan sebagian Papua bahkan curah hujan hanya turun dalam

kisaran 10-30 % dibanding normalnya, terutama pada bulan September dan

Oktober. Hal ini sesuai data curah hujan dari BMKG, curah hujan di

kecamatan Natar Lampung Selatan pada tahun 2011 sampai dengan 2015

terjadi penurunan curah hujan pada musim kemarau terjadi pada bulan Mei

sampai dengan Oktober yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Curah Hujan Daerah Lampung Selatan (mm) Tahun 2015


500
450
400
Curah Hujan (mm)

350
300
250 2011
200 2012
150 2013
100 2014
50
2015
0

Bulan

Gambar 1. Data Curah Hujan Daerah Lampung Selatan (mm) Tahun 2015

Terjadinya perubahan iklim akan berdampak pada pergeseran musim, yakni

semakin singkatnya musim hujan namun dengan curah hujan yang lebih besar.

Selain itu, kerusakan pertanian yang terjadi karena intensitas curah hujan yang

tinggi berdampak pada banjir, tanah longsor dan angin. Fluktuasi suhu dan

kelembapan udara yang semakin meningkat mampu menstimulasi

pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman. Kerusakan


4

tanaman tersebut terjadi karena disebabkan kekeringan maupun hama dan

penyakit. Kegagalan produksi tanaman pangan akibat kekurangan air atau

kekeringan merupakan dampak El nino umum terjadi dan berdampak langsung

pada komoditas pangan seperti padi, jagung, dan kedelai umumnya

dibudidayakan dalam dua musim tanaman yaitu itu musim hujan (MH) dan

musim kemarau (MK).

Jagung merupakan salah satu hasil dari sektor pertanian yang penting dalam

ketahanan pangan, industri dan pakan ternak. Selain itu, jagung merupakan

salah satu sumber pangan lokal yang memiliki potensi untuk terus

dikembangkan dan menjadi sandaran sumber diversifikasi pangan yang

menunjang upaya ketahanan pangan nasional Menurut data dari Kementerian

Pertanian pada tahun 2015, setiap tahun permintaan akan kebutuhan jagung di

Indonesia untuk kebutuhan pangan, industri ternak selalu meningkat dapat

dilihat pada Tabel 2. Meningkatnya kebutuhan jagung akan berdampak pada

meningkatnya permintaan pasar yang berpengaruh pada terbukanya peluang

usaha dan peningkatan produksi pada tingkat usahatani. Tujuan usahatani

jagung bagi petani adalah untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi pada

waktu panen. Namun karena adanya dampak perubahan iklim yang tidak bisa

diperkirakan oleh petani yang mengalami kerugian (Fitriani, dkk, 2011).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2015, pertumbuhan

produksi jagung pipilan Indonesia pada tahun 2015 meningkat sebesar 0,60

juta ton menjadi sebesar 19,61 juta ton jagung pipil kering dibandingkan pada

tahun sebelumnya, pada tahun 2014 sebesar 19,03 juta ton pipilan kering.
5

Peningkatan produksi ini diikuti tidak diikuti dengan perluasan luas panen

jagung di Indonesia dimana, pada tahun 2015 luas panen jagung menurun

sebesar 0,5 ton/hektar menjadi 3,78 juta hektar. Jika dibandingkan tahun

sebelumnya luas panen jagung sebesar 3,83 juta hektar

Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah penghasil jagung terbesar ketiga

dari lima daerah sentral produksi jagung di Indonesia, memiliki peluang untuk

menjadi pemasok jagung terbesar di Indonesia dalam rangka swasembada

jagung nasional, Pada tahun 2013, Badan Pusat Statistik mencatat bahwa,

produksi jagung di Provinsi Lampung sebesar 1,76 juta ton pipilan kering, naik

tiga ribu ton dibandingkan 2012, akibat kenaikan produktivitas sebesar 0,19 ton

per hektar data dapat dilihat pada tabel 4.

Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu daerah yang memiliki

potensi sebagai penghasil jagung di Lampung. Pada tahun 2014, Kabupaten

Lampung Selatan menjadi sentra produksi jagung tertinggi di Provinsi

Lampung dengan produksi sebesar 597.079 ton. Kabupaten Lampung Selatan

menjadi daerah penghasil jagung utama di tingkat provinsi. Hal ini sesuai

dengan data dari BPS (2015) dari tujuh belas kecamatan yang ada di

Kabupaten Lampung Selatan, produksi jagung terbanyak ada di tiga

kecamatan, yaitu Kecamatan Natar, Penengahan, dan Kalianda. Kecamatan

Natar merupakan salah satu kecamatan di Lampung Selatan sebagai penghasil

jagung dengan luas lahan 16.270 ha, produktivitas sebesar 5.18 ton/ha dan

produksi jagung sebanyak 84.313 ton. Mengalami peningkatan produksi, jika

pada tahun 2013, hanya menghasilkan produksi jagung sebesar 79.167 ton.
6

Produksi jagung di Kecamatan Natar menyebar ke berbagai desa yaitu desa

Krawang Sari,Tanjung Sari, Muara Putih, Rulung Mulya, Rulung Helok,

Bandarejo, Mandah. Namun pada musim tanam tahun 2015 banyak petani

mengalami gagal panen karena adanya keterbatasan sumberdaya. Pada

keadaan sawah atau ladang dengan irigasi dan tadah hujan terjadi musim

kemarau panjang akibat El nino menyebabkan meningkatkan kekeringan

karena kekurangan pasokan air dan peningkatan salinitas tanah. Para petani

mengalami kesulitan untuk mendapatkan pasokan air sehingga hal ini

berpengaruh terhadap produksi jagung yang menurun tajam. Pada tahun 2014,

Dinas Pertanian Lampung mencatat bahwa pada bulan September hingga 2014

jumlah produksi jagung di Lampung selatan mengalami penurunan menjadi

65.825 ton, dari jumlah produksi pada bulan januari sampai dengan agustus

rata-rata produksi sebesar 283.156 ton.

Upaya antisipasi mengatasi penyimpangan iklim telah banyak dilakukan,

namun sifatnya tidak mencegah. Kerugian yang sangat besar akibat kemarau

perlu adanya langkah atau upaya deteksi, delinasi, antisipasi, adaptasi dan

mitigasi dampak penyimpangan iklim agar resiko yang ditimbulkan dapat

diminimalisir (Irianto, 2003). Berbagai Mitigasi telah dilakukan oleh para

petani untuk menekan resiko produksi akibat kemarau agar para petani tetap

dapat melakukan usahatani. Hal – hal tersebut dilakukan dengan memanfaatkan

sumur bor, pompa air, embung, irigasi, dan menunda musim tanam untuk

menanam jagung.
7

Kondisi ini merupakan fenomena yang terjadi di sector pertanian dan

berpengaruh besar pada ketahan pangan sehingga perlu diangkat menjadi topik

penelitian yaitu tentang “Analisis pendapatan, produktivitas, usahatani jagung

terhadap pengaruh El nino di Kecamatan Natar Lampung Selatan.”

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diidentifikasi permasalahan berikut:

1. Bagaimanakah perbandingan risiko usahatani jagung saat musim normal

dan musim kemarau (El nino) di Kecamatan Natar Lampung Selatan.

2. Bagaimanakah perbandingan produktivitas usahatani jagung saat musim

normal dan musim kemarau (El nino) di Kecamatan Natar Lampung

Selatan.

3. Bagaimanakah perbandingan pendapatan usahatani jagung saat musim

normal dan musim kemarau (El nino) di Kecamatan Natar Lampung

Selatan.

4. Bagaimana cara mitigasi yang perlu dilakukan oleh petani untuk

menghadapi musim kemarau panjang di Kecamatan Natar Lampung

Selatan.

B. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalah tersebut maka penelitian ini dilakukakan untuk

sebagai berikut:

1. Menganalisis perbandingan risiko usahatani jagung di musim normal dan

musim kemarau (El nino) pada kelompok petani yang melakukan mitigasi

dan tidak melakukan mitigasi di Kecamatan Natar Lampung Selatan

2. Menganalisis perbandingan produktivitas usahatani jagung di musim normal

dan musim kemarau (El nino) pada kelompok petani yang melakukan
8

mitigasi dan tidak melakukan mitigasi di Kecamatan Natar Lampung

Selatan

3. Menganalisis perbandingan pendapatan usahatani jagung saat musim normal

dan musim kemarau (El nino) pada kelompok petani yang melakukan

mitigasi dan tidak melakukan mitigasi di Kecamatan Natar Lampung

Selatan.

4. Mengetahui cara mitigasi yang dilakukan oleh petani untuk menghadapi

kemarau panjang di Kecamatan Natar Lampung Selatan.

C. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Bagi petani, dapat memberikan informasi bagi petani dalam menghadapi

kemarau panjang yang berdampak langsung pada usahatani.

2. Bagi pemerintah, dapat berguna sebagai bahan pertimbangan untuk

menentukan kebijakan.

3. Bagi akademisi, dapat memotivasi akademisi untuk mengadakan evaluasi

yang lebih komprehensif mengenai pengaruh El nino terhadap usahatani

jagung.

4. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian

pada bidang yang sama.


II. TINJAUAN PUSTAKA, HIPOTESIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Fenomena El nino

El Nino adalah fenomena yang terjadi karena adanya pernyimpangan suhu

permukaan laut samudra pasifik, dimana suhu normal lebih tinggi daripada

suhu normal, akibatnya musim kemarau lebih panjang dari biasanya, curah

hujan berkurang dan awal musim hujan mundur. Di Indonesia El Nino buka

satu satunya faktor penting pemicu kekeringan, dapat dipertimbangkan

faktor lain yaitu dipole mode (model interaksi antara atmosfer laut dan suhu

permukaan laut (sea surface temperature/SST).

Berbeda dengan gelombang panas yang diindikasikan oleh kenaikan suhu

local secara signifikan dalam waktu 3-10 hari, sedangkan El Nino

menyebabkan berkurangnya curah hujan selama kurun waktu 4-5 bulan.

Gelombang panas tidak memasuki wilayah Indonesia yang beriklim tropis,

gelombang panas biasanya terjadi di wilayah yang beriklim sub tropis pada

lintang diatas 10 derajat LU dan LS.

Dalam kondisi iklim normal, suhu permukaan laut disekitar Indonesia

(pasifik equator bagian barat) umumnya proses penguapan mudah terjadi

dan awan-awan pun mudah terbentuk. Namun keetika fenomena El Nino


10

terjadi permukaanlaut dipasifik equator bagian tengah dan timur

menghangat jsutru perairan sekitar Indonesia pada umumnya mengalami

pernurun suhu (menyimpang dari biasanya). Akibat terjadi perubahan suhu

pada perdaran masa udara yang berdampak pada berkurangnya

pembentukan awan-awan hujan di Indonesia. Hal ini menyebabkan

beberapa wilayah di Indonesia mengalami kekeringan, kekurangan air

bersih, gagal panen, kebakaranhutan, yang berakibat pada ketahan pangan.

El Nino tidak terjadi begitu saja proses perubahan suhu laut yang baisanya

dingin kemudian menghangat dapat terjadi dalam hitungan minggu hingga

bulan. Fenomena El Nino sudah terjadi sejak bulan Juni dan diperkirakan

berkahir di bulan November 2015. Tidak semua wilayah Indonesia

mengalami El Nino, BMKG mendata El Nino hanya bisa terjadi di

Indonesia bagian Selatan seperti Sumatera Selatan, Lampung, Pulau Jawa,

Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Bali,

Sulawesi Selatan Dan Sulawesi Tenggara.

Kejadian El Nino memiliki dampak pada pola turunnya hujan maupun

panjang durasinya. Intensitas El-Nino secara numerik ditentukan

berdasarkan besarnya penyimpangan suhu permukaan laut di samudra

pasifik equator bagian tengah. Berdasar intensitasnya El Nino dikategorikan

sebagai :

1. El Nino Lemah (Weak El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di

Pasifik ekuator +0.5º C s/d +1,0º C dan berlangsung minimal selama 3

bulan berturut-turut.
11

2. El Nino sedang (Moderate El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut

di Pasifik ekuator +1,1º C s/d 2,0º C dan berlangsung minimal selama 3

bulan berturut-turut.

3. El Nino kuat (Strong El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di

Pasifik ekuator > 2,0º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan

berturut-turut.

Menurut BMKG (2015), kejadian El Nino pada tahun 2015 dalam kategori

intesitas sedang akan tetapi pada Bulan Agustus El Nino berpotensi berubah

menjadi intesitas moderat menguat mendekatai batas ambang El Nino kuat

dan diperkirakan bertahan sampai November 2015. Di Indonesia khususnya

Provinsi Lampung pernah terjadi El Nino kuat yaitu pada tahun 1997, pada

tahun 2005 dan 2009 juga terjadi El Nino kuat tetapi tidak separah tahun

1997. Pada tahun 2015 fenomena El Nino ini mirip dengan kejadian di

tahun 2009 dan 2010. El Nino tahun ini berlangsung lebih kuat

dibandingkan dengan tahun 1997. Sebagian besar kejadian-kejadian el-nino

itu, mulai berlangsung pada akhir musim hujan atau awal hingga

pertengahan musim kemarau yaitu Bulan Mei, Juni dan Juli.

Dalam catatan bencana di Indonesia sejak 1950-2015, El Nino yang terjadi

tahun 1997-1998 lalu sementara ini dapat dikatakan sebagai fenomena El

Nino yang memiliki dampak paling kuat terjadi bencana kekeringan yang

luas. Di sisi lain, kekeringan dan kemarau panjang juga menyebabkan

banyak wilayah sentra pertanian mengalami gagal panen karena distribusi

curah hujan yang tidak memenuhi kebutuhan tanaman. Saat itu kekeringan
12

melanda 3,9 juta hektar lahan pertanian dengan total kerugian 466 juta

dollar AS. Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan terjadi pada 11,6 juta

hektar dengan total kerugian 2,75 miliar dollar AS. Dari luas total hutan

yang terdampak ketika itu, terdapat 1,45 juta lahan gambut yang kaya

karbon. Ini mengakibatkan emisi karbon dioksida sebesar 2,5 gigaton atau

setara 40 persen emisi global. Angka emisi karbon yang menggila tersebut

berdampak luar biasa hebat pada kebakaran hutan dan seketika

mencemarkan langit Indonesia dalam warna hitam pekat akibat kebakaran

hutan.

Pusat prakiraan iklim Amerika (Climate Prediction Center) mencatat bahwa

sejak tahun 1950, telah terjadi setidaknya 22 kali fenomena el-nino, 6

kejadian di antaranya berlangsung dengan intensitas kuat yaitu 1957/1958,

1965/1966, 1972/1973, 1982/1983, 1987/1988 dan 1997/1998. El-nino

tahun 1982/1983 dan tahun 1997/1998 adalah dua kejadian el-nino terhebat

yang pernah terjadi di era modern dengan dampak yang dirasakan secara

global. Disebut berdampak global karena pengaruhnya melanda banyak

kawasan di dunia. Amerika dan Eropa misalnya, mengalami peningkatan

curah hujan sehingga memicu bencana banjir besar, sedangkan Indonesia,

India, Australia, Afrika mengalami pengurangan curah hujan yang

menyebabkan kemarau panjang.

Fenomena El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah

Indonesia berkurang, tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat

tergantung dari intensitas El Nino tersebut. Namun karena posisi geografis


13

Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah

Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino.

El Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah

hujan berkurang dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk dengan

meluasnya kebakaran hutan dan asap yang ditimbulkannya. Kekeringan dan

kebakaran hutan terparah yang pernah terjadi selama 50 tahun terjadi di

tahun 1997. Polusi udara yang ditimbulkannya menyebar hingga ke seluruh

wilayah ditambah negara-negara tetangga –Brunei, Filipina, dan Thailand

(BMKG, 2015)

2. Konsep UsahataTani Jagung

Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan

penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi.

Pada masa kini, jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak.

Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan

dasar tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan

baku berbagai produk industri.

Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi objek penelitian genetika yang

intensif. Secara fisiologi, tanaman ini tergolong tanaman C4 sehingga

sangat efisien memanfaatkan sinar matahari. Dalam kajian agronomi,

tanggapan jagung yang dramatis dan khas terhadap kekurangan atau

keracunan unsur-unsur hara penting menjadikan jagung sebagai tanaman

percobaan fisiologi pemupukan yang disukai. Berikut adalah klasifikasi

tanaman jagung secara ilmiah.


14

Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divis : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membudidayakan jagung dalam

usahatani jagung sebagai berikut :

1. Syarat tumbuh

Jagung mampu beradaptasi dengan suhu rendah dan kawasan tinggi,

jagung adalah tanaman dataran rendah dengan suhu hangat dan penyuka

cahaya matahari penuh. Perkecambahan jagung terhenti pada suhu di

bawah 10 °C.

Kebutuhan air jagung adalah rata-rata, namun kekurangan air pada masa

awal tumbuh, masa pembungaan, dan pengisian biji akan berakibat pada

penurunan hasil yang dramatis.

Jagung dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, asalkan ketersediaan air

dan hara tercukupi dan akar mampu tumbuh dengan baik. Perakaran

jagung tidak dalam, sehingga lapis olah tidak boleh terlalu keras.

Kebutuhan hara jagung tinggi, terutama terhadap nitrogen dan fosfor.

Jagung menyukai tanah dengan kemasaman netral (pH 5 - 6,5).

Penanaman jagung di tanah masam, seperti gambut dan podsolik merah

kuning (PMK), memerlukan pengapuran, pengatusan (drainasi) yang

baik, serta kultivar yang toleran. Pengolahan lahan untuk persiapan


15

penanaman jagung biasanya mencakup pembajakan, perataan, pembuatan

parit atusan, serta pengapuran (pada tanah masam). Sebelum ditanam,

lahan perlu diirigasi terlebih dahulu.

2. Cara bercocok tanam

Jagung memerlukan cahaya matahari langsung untuk tumbuh dengan

normal. Tempat dengan curah hujan 85-200 mm per bulan, suhu udara

23-27°C (ideal), dan pH tanah 5,6-7,5 adalah tempat terbaik. Air yang

cukup pada fase pertumbuhan awal, dan fase pembungaan serta pengisian

biji adalah kritis bagi produksi jagung pipilan.

Lahan penanaman jagung tidak boleh memiliki genangan. Pengolahan

tanah awal perlu mempertimbangkan pembuatan parit pengatusan air

atau pembuatan bedengan. Pada tanah masam pengapuran diperlukan

untuk usahatani jagung. Penanaman jagung secara tradisional dilakukan

dengan tangan menggunakan tugal untuk melubangi tanah. Kepadatan

populasi tanam yang biasa dipakai adalah 60 000 sampai 120 000

tanaman per ha, yang biasa diterjemahkan dalam jarak antarbaris (50-100

cm) dan jarak dalam baris (10-40 cm). Pemilihan jarak tergantung

ukuran tanaman jagung.

Jagung yang dipanen genjah dapat toleran terhadap kepadatan tanam

tinggi, sementara jagung berukuran besar seperti jagung hibrida

memerlukan populasi yang sedang sampai rendah. Kebutuhan hara

jagung dikenal relatif tinggi. Selain memerlukan pupuk organik sebagai

pupuk dasar/awal, jagung memerlukan masukan nitrogen (N,


16

dari ureaataupun ZA), fosfat, dan kalium untuk pertumbuhan dan hasil

yang optimal. Kebutuhan nitrogen jagung tinggi, pemberian pupuk N

biasanya diberikan dua sampai tiga kali. Unsur kalium penting bagi

pembungaan.

Pada pertengahan masa pertumbuhan vegetatif jagung mengeluarkan akar

udara (aerial roots) sehingga memerlukan pembumbunan untuk

memaksimalkan penyerapan hara. Pengendalian tumbuhan pengganggu

(gulma) dilakukan menggunakan herbisida atau dilakukan dengan

pendangiran. Pemberian air biasanya diberikan dengan cara

penggenangan parit apabila hujan tidak tersedia. Air dialirkan melalui

saluran irigasi atau menggunakan pompa air (Purwono, 2005).

3. Usaha tani

Menurut Mosher (dalam Mubyarto, 1989), usahatani adalah himpunan dari

sumber-sumber alam yang terdapat di suatu tempat yang diperlukan untuk

produksi pertanian seperti tanah, air, perbaikan tanah, sinar matahari,

bangunan di atas tanah, dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha

bercocok tanam atau memelihara ternak. Ilmu usahatani adalah ilmu yang

mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkordinir faktor-

faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga

member manfaat yang sebaik-baiknya. (Suratiyah, 2008).

Menurut Adiwilaga (1982), ilmu usahatani adalah ilmu yang

menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang

melakukan pertanian dan permasalahan yang ditinjau secara khusus dari


17

kedudukan pengusahanya sendiri atau Ilmu usahatani yaitu menyelidiki

cara-cara seorang petani sebagai pengusaha dalam menyusun, mengatur

dan menjalankan perusahaan itu.

Menurut Kadarsan (1995), Usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang

atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti

alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk

menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau

mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan

efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber

daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen (Shinta, 2011).

4. Risiko Usahatani

Usahatani adalah suatu organisasi produksi dimana petani sebagai usahawan

yang mengorganisisr lahan atau tanah, tenaga kerja dan modal yang

ditujukan pada produksi dalam lapangan pertanian. Sebagai usahawan

dimana petani berhadapan dengan berbagai permasalahan yang perlu segera

diputuskan. Salah satu permasalahan tersebut adalah apa yang harus

ditanam petani agar nantinya usaha yang dilakukan tersebut dapat

memberikan hasil yang menguntungkan. Sumber ketidakpastian yang

penting di sektor pertanian adalah adanya fluktuasi hasil pertanian dan

fluktuasi harga (Soekartawi, 1995).

Sebagai contoh, ketidakpastian akibat fluktuasi hasil pertanian dalam

agribisnis komoditas pertanian disebabkan faktor alam seperti hama dan


18

penyakit, curah hujan yang deras pada saat panen. Sedangkan

ketidakpastian akibat fluktuasi harga disebabkan oleh ketergantungan harga

komoditas local terhadap komoditas impor yang terus mengalami

perubahan. Ketidakpastian prediksi hasil pertanian disebabkan oleh faktor

alam seperti iklim, hama, dan penyakit serta kekeringan, sedangkan

ketidakpastian harga sulit diprediksi secara tepat yang disebabkan oleh

fluktuasi harga (Soekartawi, Rusmadi, dan Damaijati, 1993).

Pada risiko peluang terjadinya kemungkinan merugi dapat diketahui terlebih

dahulu, sedangkan ketidakpastian merupakan sesuatu yang tidak bisa

diramalkan sebelumnya karena peluang terjadinya merugi belum diketahui.

Sumber ketidakpastian yang penting di sektor pertanian adalah fluktuasi

hasil pertanian dan fluktuasi harga. Ketidakpastian hasil pertanian

disebabkan oleh faktor alam seperti iklim, hama dan penyakit serta

kekeringan. Jadi produksi menjadi gagal dan berpengaruh terhadap

keputusan petani untuk berusahatani berikutnya (Soekartawi, Rusmadi, dan

Damaijati, 1993).

Berdasarkan definisi di atas, risiko dapat diartikan sebagai penyimpangan

dari hasil yang diperoleh dengan hasil yang diharapkan. Pada risiko

probabilitas dan hasil akhir dapat diketahui, sedangkan ketidakpastian

probabilitas dan hasil akhirnya tidak bisa ditentukan. Menurut Kadarsan

(1995) ada beberapa hal penyebab risiko, yaitu ketidakpastian produksi,

tingkat produksi, tingkat harga dan perkembangan teknologi sebagai

berikut:
19

a. Risiko produksi

Risiko produksi di sektor pertanian lebih besar dibandingkan dengan

sektor non pertanian karena pertanian sangat dipengaruhi oleh alam

seperti cuaca, hama penyakit, suhu, kekeringan, dan banjir. Risiko

berubah secara regional dan tergantung pada jenis dan kualitas tanah,

iklim, dan penggunaan irigasi.

b. Risiko biaya

Risiko biaya terjadi akibat fluktuasi harga sarana-sarana produksi, seperti

benih, pupuk, dan pestisida.

c. Risiko teknologi

Risiko teknologi terjadi pada inovasi teknologi baru disektor pertanian

karena petani belum paham, belum cukup terampil atau gagal dalam

menerapkan teknologi baru.

Secara statistik, pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan ukuran

ragam (variance) atau simpangan baku (standard deviation). Pengukuran

dengan ragam dan simpangan baku menjelaskan risiko dalam arti

kemungkinan penyimpangan pengamatan sebenarnya di sekitar nilai rata

rata yang diharapkan. Besarnya keuntungan yang diharapkan (E)

menggambarkan jumlah rata-rata keuntungan yang diperoleh petani,

sedangkan simpangan baku (V) merupakan besarnya fluktuasi keuntungan

yang mungkin diperoleh atau merupakan risiko yang ditanggung petani.

Selain itu penentuan batas bawah sangat penting dalam pengambilan

keputusan petani untuk mengetahui jumlah hasil terbawah di bawah tingkat

hasil yang diharapkan. Batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai


20

nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh petani

(Shinta, 2011).

Pengetahuan tentang hubungan antara resiko dengan pendapatan merupakan

bagian yang penting dalam pengelolaan usahatani. Hubungan ini biasanya

diukur dengan koefisien variasi atau tingkat resiko terendah dan batas

bawah pendapatan. Koefisien variasi atau tingkat resiko terendah

merupakan perbandingan antara resiko yang harus ditanggung oleh petani

dengan jumlah pendapatan yang akan diperoleh sebagai hasil dari sejumlah

modal yang ditanamkan dalam proses produksi, koefisien variasi dapat

jugadigunakan untuk memilih alternatif yang memberikasn resiko paling

sedikit dalam mengharapkan suatu hasil (Kadarsan, 1995). Sedangkan

batas atas pendapatan menurut Hernanto (1994), adalah menunjukkan nilai

nominal pendapatan terendah yang mungkin diterima oleh petani.

Koevisien variasi (CV) yang merupakan ukuran resiko relatif secara

sistematis dirumuskan sebagai berikut (Pappas dan Hirschey, 1995) :

Keterangan: CV : koefisien variasi


σ : standar deviasi
Q : rata-rata produksi (kg)

Jika nilai koefisien variasi (CV) diketahui, maka kita akan dapat mengetahui

besarnya risiko produksi, harga, dan keuntungan yang harus ditanggung

petani dalam budidaya tanaman padi organik anorganik. Nilai CV

berbanding lurus dengan risiko yang dihadapi petani padi, artinya semakin

besar nilai CV yang didapat maka semakin besar pula risiko yang harus
21

ditanggung petani. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah nilai CV yang

diperoleh maka risiko yang harus ditanggung petani akan semakin kecil.

Penentuan batas bawah untuk mengetahui jumlah hasil terbawah tingkat

hasil yang diharapkan dirumuskan sebagai berikut (Kadarsan, 1995):

L=E–2σ

Keterangan :

L : batas bawah produksi, harga dan keuntungan


σ : akar kuadran dari nilai varian (simpangan baku)
E : rata-rata produksi, harga, dan keuntungan yang diperoleh.

5. Produktivitas Usaha Tani

Produktivitas merupakan perbandingan hasil yang telah dicapai dengan

jumah faktor produksi yang digunakan yatu: tenaga kerja, lahan, dan input

lainnya (Hernanto, 1994). Berdasarkan Peraturan Mentri Pertanian No

25/permentan/ OT.140/5/2009, produktivitas usaha menggambarkan

perolehan hasil usaha per satuan unit usaha saat ini (faktual) maupun potensi

perolehan hasil usaha yang dapat dicapai untuk meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha.

Selanjutnya Mubyarto (1994) mengatakan bahwa produktivitas merupakan

penggambungan antara konsepsi efisiensi usaha dengan kapasitas tanah.

Efisiensi usaha mengukur banyaknya hasil produksi yang dapat diperoleh

dari satu kesatuan input, sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu

menggambarkan kemampuan tanah itu untuk menyerap tenag dan modal

sehingga memberikan hsil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada

tingkatan teknologi tertentu. Jadi produktivitas tanah adalah pembagian


22

antara efisiensi usaha (produksi) dengan kapasitas (tanah) hal –hal yang

menyangkut kombinasi faktor-faktor produksi dalam pertanian (Mubyarto,

1995) yaitu :

1. Faktor produksi tanah

Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting, hal ini

terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan

faktor-faktor produksi lainnya. Tanah merupakan salah satu faktor

produks sama halnya modal dan tenaga kerja dapat pula dibuktikan dari

tinggi rendahnya balas jasa (sewa bagi hasil) yang sesuai dengan

perminataan dan penawaran tanah dalam masyarakat dan daerah tertent.

Perkembangan perekonomian mengakibatkan kebutuhan manusia akan

tanah tidakklah terbatas pada kebutuhan untuk memproduksikan bahan

makan dan sandang.

2. Faktor produksi modal

Modal adalah barang atau uang yang bersam-sama faktor produksi tanah

dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu dalam hasil ini

hasil pertanian.

3. Faktor produksi tenaga kerja

Pembicaraan mengenai tenaga kerja dalam pertanian di Indonesia harus

dibedakan ke dalam persoalan tenaga kerja dalam usahatani kecil-kecilan

(usahatani pertanian rakyat) dan persoalan tenaga kerja dalam perusahaan

pertanian yang besar-besaran yaitu perkebunan, kehutanan, perternakan,

dan sebagainya. Pembedaan ini penting karena apa yang dikenal sebagai
23

tenaga kerja dalam usahatani tidaklah sama pengertiaanya secara

ekonomis dengan pengertian dengan tenaga kerja dalam perusahaan-

perusahaaan dalam perkebunan.

4. Faktor produksi pengolahan atau manajemen

Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani bertindak sebagai

penglolaan dari usahanya. Petani harus pandai mengorganisasi

penggunaan faktor-faktor produksi yang dikuasai sebaik mungkin untuk

memperoleh produksi secara maksimal, karena produktivitas masing-

masing faktor produksi dan produktivitas usahatani merupakan tolok uur

keberhasilan pengelolaan.

Produktivitas pertanian sangat dipengaruhi oleh input dan output dari

pertanian. Input dari pertanian meliputi tenaga kerja, lahan pertanian,

teknologi, dan modal, sedangkan output dari pertanian meliputi hasil

pertanian yang dikelola misalnya padi, selain itu produktivitas di bidang

pertanian juga tidak lepas dari faktor-faktor sosial ekonomi yang ada

disekitarnya. Rumus umum produktivitas menurut Kusnandi (2009) yang

biasa digunakan dalam mengukur produktivitas adalah sebagai berikut :

Output
Produktivitas =
Input

6. Teori Pendapatan

Menurut Hernanto (1994), besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari

suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang

mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha,

pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan


24

kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya

sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi.

Pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan

pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari

penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan

yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang

berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih

antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung

dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani

adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar

usahatani seperti berdagang, mengojek, dll (Gustiyana, 2004).

a. Pendapatan Usahatani

Pendapatan menurut Sumarwan (2004) diartikan sebagai imbalan yang

diterima oleh seorang dari pekerjaan yang dilkaukanya. Pendapatan

sebagai balas jasa dan kerja sama factor-faktor produksi lahan, tenaga

kerja, modal, dan pengelolaan. Terdapat beberapa istilah yang

digunakan dalam melihat pendapatan usahatani, antaralain sebagai beikut

yaitu :

1. Pendapatan tunai (farm net cash flow)

Kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai dapat diukur oleh

adanya pendapatan tunai usahatani. Pendapatan tunai usahatani

merupakan selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran

usahatani. Perhitungan pendapatan usahatani menggambarkan jumlah


25

uang tunai yang dihasilkan usahatani dan berguna untuk keperluan

rumahtangga (Soekartawi,2002).

2. Pendapatan Kotor yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam

usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil

penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah

berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil.

3. Pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam

satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses

produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil

sarana produksi.

Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani (Soekartawi,

1995) dapat ditulis sebagai berikut :

π = Y. Py – Σ Xi.Pxi - BTT
Keterangan :
π = Keuntungan (Rp)
Y = Hasil produksi (Kg)
Py = Harga hasil produksi (Rp)
Xi = Faktor produksi (i = 1,2,3,….,n)
Pxi = Harga faktor produksi ke-i (Rp)
BTT = Biaya tetap total (Rp)

Untuk mengetahui usahatani menguntungkan atau tidak secara ekonomi

dapat dianalisis dengan menggunakan nisbah atau perbandingan antara

penerimaan dengan biaya (Revenue Cost Ratio). Secara matematis

menurut Soekartawi (1995) dapat dirumuskan sebagai berikut :

R/C =

Keterangan:
R/C = Nisbah penerimaan dan biaya
PT = Penerimaan Total (Rp)
BT = Biaya Total (Rp)
26

Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:


1. Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena

penerimaan lebih besar dari biaya.

2. Jika R/C < 1, maka usahatani mengalami kerugian karena

penerimaan lebih kecil dari biaya.

3. Jika R/C = 1, maka usahatani mengalami impas karena penerimaan

sama dengan biaya.

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur

penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah

hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan

pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan

sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi

tersebut (Ahmadi, 2001).

b. Pendapatan Rumah Tangga

Sumber pendapatan keluarga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu

sektor pertanian (on farm) dan non pertanian (non farm). Sumber

pendapatan dari sektor pertanian dapat dirincikan lagi menjadi

pendapatan nelayandan pendapatan usahatani lainnya. Sumber

pendapatan dari sektor non pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari

industri keluarga, perdagangan, pegawai, jasa, buruh non pertanian serta

buruh subsektor pertanian lainnya (Sajogyo, 1997).

Hernanto (1994), menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang

mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu faktor internal seperti unsur


27

tanah, air, iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan

jumlah tenaga kerja. Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal,

yaitu tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, harga, sarana

produksi, fasilitas kredit, dan penyuluhan.

Menurut Soekirno (1985), terdapat empat ukuran pendapatan:

1) Pendapatan Kerja Petani

Pendapatan ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan

kenaikan investasi yang kemudian dikurangi dengan pengeluaran baik

tunai maupun bunga modal dan investasi nilai kerja keluarga.

2) Penghasilan Kerja Petani

Pendapatan ini diperoleh dari selisih total penerimaan usahatani setelah

dikurangi dengan bunga modal.

3) Pendapatan Kerja Keluarga

Pendapatan yang diperoleh dari balas jasa dan kerja serta pengelolaan

yang dilakukan petani dan anggotanya yang bertujuan untuk menambah

penghasilan rumah tangga.

4) Pendapatan Keluarga

Angka ini diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber-sumber

lain yang diterima petani bersama keluarga disamping kegiatan

pokoknya.

Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu

sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor

pertanian dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak,


28

buruh petani, menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari

sektor non pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah

tangga, perdagangan, pegawai, jasa, buruh non pertanian serta buruh

subsektor pertanian lainnya (Sajogyo, 1990).

Menurut Soeratno (1996), ukuran pendapatan yang digunakan untuk tingkat

kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari

bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja dirumah tangga akan

terdorong bekerja untuk kesejahteraan keluarganya. Beberapa hasil studi

menunjukkan bahwa anggota keluarga seperti istri dan anak-anak adalah

penyumbang dalam berbagai kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga

maupun mencari nafkah.

7. Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani menurut Hernanto (1994) adalah nilai produksi yang

diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara

jumlah produksi toal dengan harga satuan dari hasil produksi tersebut.

Beberapa istilah yang sering digunakan dalam melihat penerimaan usahatani

adalah (1) penerimaan tunai usahatani (farm receipt) , yang didefinisikan

sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani

(soekartawi, 2002). Penerimaan tunai tidak mencakup yang berupa benda,

sehingga, nilai produk usahtani yang idkomsusmis tidak dihitung sebagai

penerimaan tunai sebagai penerimaan tunai usahatani.


29

Penerimaan tunai usahatani yang tidak berasal dari penjualan produk

usahtani sepert pinjaman tunai, harus ditambhkan (2) penerimaan luar

usahtani yang berarti penerimaan yang diperoleh dari luar aktivitas

usahatani seperti upah yang diperoleh dari luar usahatani, dan (3)

penerimaan kotor usahtani (gross return), yang didefiniskan sebagai

penerimaan dalam jangka waktu (biasanya satu tahun atau satu musim) baik

yang dijual (tunai) maupun yang tidak dijual (tidak tunai seperti

kosumsumsi keluarga, bibit, pakan, dan ternak). Penerimaan kotor juga

sama dengan pendapatan kotor atau nilai produksi.

8. Pengeluaraan Usahatani

Pengeluaran usahatani meliputi; pengeluaran tunai (farm payment),

pengeluaran tidak tunai biaya tetap (fixed cost), dan biaya variable (variable

cost). Pengeluaran tunai atau biaya tunai usahatani merupakan sejumlah

uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani baik

secara tunai ataupun kredit, sedangkan pengeluaran tidak tunai atau biaya

diperhitungkan ialah pengeluaran berupa nilai barang dan jasa untuk

keperluan usahatani yang dibayarkan dengan benda, seperti halnya jika

usahatani menggunakan mesin-mesin maka nilai penyusutan dari mesin

tersebut harus dimasukan kedalam baiaya pengeluaran tidak tunai dan

digunakan untuk menghitung pendapatan kerja petani jika bunga modal dan

nilai tenaga kerja keluarga diperhitungkan.

Pengeluaran tidak tetap (variable cost) dapat didefinisikan sebagai biaya

yang selalu berubah dan besar kecilnya biaya dipengaruhi oleh jumlah
30

produksi, sedangkan pengeluaran tetap (fixed cost) didefiniskan sebagai

biaya yang relative tetap jumlah dan tidak berpengaruh pada besar kecilnya

jumlah yang diproduksi seperti; pajak, penyusunan alat produksi, bunga

pinjaman, sewa lahan, iuran irigasi, bangunan pertanian, pemeliharaan

ternak, pemeliharaan pompa air, traktor dan lain sebagainya.

Tenaga kerja keluarga dapat digolongkan pada biaya tetap bila tidak ada

imbangan alam pengunaannya, atau tidak ada penawaran untuk itu terutama

utnuk usahtani maupun diluar usahatani. Biaya-biaya yang tergolong pada

biaya variabel adalah biaya untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan

penyakit, buruh atau tenaga kerja upahan, biaya panen, biaya pengolahan

tanah baik yang berupa kontrak maupun upah harian dan sewa tanah

(Hernanto, 1994).

Menurut Hernanto (2005), biaya tunai dari biaya tetap dapat berupa air, dan

pajak tanah, biaya tunaiuntuk biaya variable dapat berupa biaya untuk

pemakaian bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga luar keluarga, biaya tidak

tunai dari biaya tetap meliputi biaya untuk tenaga keluarga, dan biaya tidak

tunai dari biaya varibel adalah biaya panen, pengolahan tanah dari keluarga,

dan pupuk kandang yang dipakai.

9. Mitigasi

Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,

mengatakan bahwa pengertian mitigasi dapat didefinisikan. Pengertian

mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik


31

melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana adalah

serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui

pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008

Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).

Bencana sendiri adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,

baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana dapat

berupa kebakaran, tsunami,gempa bumi, letusan gunung api, banjir, longsor,

badai tropis, dan lainnya.

Tahap-Tahap Penanganan Bencana yaitu sebagai berikut :

a. Mitigasi merupakan tahap awal penanggulangan bencana alam untuk

mengurangi dan memperkecil dampak bencana. Mitigasi adalah kegiatan

sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain membuat peta

wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman

pohon bakau, penghijauan hutan, serta memberikan penyuluhan dan

meningkatkan kesadaran masyarakat yang tinggal di wilayah rawan

gempa.

b. Kesiapsiagaan merupakan perencanaan terhadap cara merespons kejadian

bencana. Perencanaan dibuat berdasarkan bencana yang pernah terjadi

dan bencana lain yang mungkin akan terjadi. Tujuannya adalah untuk
32

meminimalkan korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana pelayanan

umum yang meliputi upaya mengurangi tingkat risiko, pengelolaan

sumber-sumber daya masyarakat, serta pelatihan warga di wilayah rawan

bencana.

c. Respons merupakan upaya meminimalkan bahaya yang diakibatkan

bencana. Tahap ini berlangsung sesaat setelah terjadi bencana. Rencana

penanggulangan bencana dilaksanakan dengan fokus pada upaya

pertolongan korban bencana dan antisipasi kerusakan yang terjadi akibat

bencana.

d. Pemulihan merupakan upaya mengembalikan kondisi masyarakat seperti

semula. Pada tahap ini, fokus diarahkan pada penyediaan tempat tinggal

sementara bagi korban serta membangun kembali saran dan prasarana

yang rusak. Selain itu, dilakukan evaluasi terhadap langkah

penanggulangan bencana yang dilakukan.

Upaya yang bersifat struktural mencakup adaptasi melalui perbaikan dan

pembangunan sarana dan prasarana, seperti pembuatan bangunan

pengendalian banjir, saluran drainase, waduk dan sarana irigasi,

pengembangan teknologi pemanenan air hujan, rehabilitasi wilayah tutupan

hujan, perluasan lahan pertanian baru/ pencegahan konversi lahan pertanian,

dan upaya lainnya. Pembangunan sarana dan prasarana tersebut

memerlukan data yang akurat sehingga kebijakan yang ditetapkan dapat

dirasakan manfaatnya oleh petani.

Adapun usaha yang bersifat nonstruktural mencakup peningkatan indeks

penanaman pada wilayah tertentu, perbaikan atau introduksi varietas yang


33

lebih tahan terhadap cekaman iklim, pengembangan teknologi hemat air,

penguatan lembaga penyuluhan pertanian dan sumber daya penyuluh yang

memahami masalah iklim, serta meningkatkan kapasitas petani dalam

memanfaatkan informasi iklim untuk mengelola resiko iklim yang kian

meningkat di masa depan. Langkah-langkah mitigasi dan adaptasi untuk

sektor pertanian, terlebih untuk komoditas pangan, perlu segera dilakukan

dan merupakan tanggung jawab bersama. Mitigasi dan adaptasi adalah dua

hal yang harus dikembangkan secara simultan. Kebijakan jangka pendek

dan tidak tepat guna hanya akan merugikan kita di masa depan (Darwanto,

2012).

B. Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian Suharyanto, dkk. ( 2015) bahwa, risiko produksi usahatani

padi sawah yang diusahakan pada musim kemarau memiliki risiko produksi

yang lebih rendah dibandingkan pada musim hujan. Risiko produksi padi

sawah juga lebih tinggi pada lahan bukan milik dibandingkan lahan dengan

status milik sendiri. Hal ini mengindikasikan variasi produksi yang lebih tinggi

pada usahatani padi sawah diusahakan pada musim hujan dan status lahan

bukan milik. Faktor yang mempengaruhi risiko produksi usahatani padi sawah

antara lain luas lahan, pupuk organik dan pestisida. Sebagai implikasi

kebijakan dari penelitian ini, maka di sarankan beberapa hal sebagai berikut:

(1) menambah penggunaan input produksi yang secara signifikan

meningkatkan produksi dan menurunkan risiko antara lain pupuk organic,

mengaplikasikan pendekatan PHT dalam pengendalian OPT secata utuh

sehingga penggunaan pestisida dapat dioptimalkan, (2) upaya untuk


34

penanganan risiko produksi dapat dilakukan melalui oenerapan diversifikasi

usahatani atau pola tanam optimal dan (3) upaya mengurangi risiko juga dapat

dilakukan melalui perbaikan dan perancangan teknologi yaitu dengan

menggunakan varietas-varietas tahan OPT dan memiliki stabilitas hasil yang

tinggi serta daya adaptasi yang luas terhadap berbagai cekaman lingkungan.

El Nino dan La Nina menurut penelitian Irawan (2014) yaitu merupakan

kondisi iklim ekstrim yang dirangsang oleh pemanasan global dan berpotensi

menimbulkan dampak terhadap produksi pangan. Selama periode 1970-2012

telah terjadi 11 tahun kejadian El Nino dan 11 tahun kejadian La nina. El Nino

berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap produksi pangan sebagian

besar pada periode1970-2000 dan pada periode 2001-2012. Akibat El Nino

musim kemarau cenderung semakin panjang dan musim hujan semakin pendek

dan curah hujan bulanan semakin rendah, sebaliknya pada kejadian La Nina.

Dengan demikian maka upaya antisipasi dampak negative El Nino dan peluang

peningkatan luas panena akibat La nina seyogyanya difokuskan pada musim

tanaman MK. El Nino yang terjadi pada 1970-2010 menimbulkan dampak

penurunan produksi padi sebesar 4.09% dan sekitar 1.67% pada produksi

palawija. Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh penurunan luas panen

dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh penurunan produktivitas.

Dengan demikian upaya antisipasi dampak negatif El Nino terhadap produksi

pangan perlu difokuskan pada upaya pencegahan penurunan luas panen.

Widyantara dan Yasa (2013) melakukan penelitian terkait tanaman hortikultura

seperti bawang merah dipengaruhi oleh iklim (musim) setempat, karena


35

bawang merah sangat peka terhadap hujan dan kekeringan. Analisis yang

digunakandalm penelitian ini yaitu risiko produksi dengan memakai

pendekatan koefisien variasi, baik risiko produksi pada musim hujan maupun

risiko produksi pada musim kemarau. Pada produksi usahatani bawang merah

ternyata iklim sangat berpengaruhi terhadap risiko produksi usahatani bawang

merah, dimana menanam bawang merah pada musim hujan akan menghadapi

risiko lebih kecil daripada jika menaman bawang merah saat musim kemarau,

sikap petani tetap berani menghadapi risiko.

Fadholi (2013) melakukan penelitian terkait Dampak El Nino Dan Indian

Ocean Dipole (Iod) Terhadap Curah Hujan Di Pangkalpinang. Besar kecilnya

pengaruh itu beragam dari satu tempat ke tempat yang lain. Di kota

Pangkalpinang yang memiliki pola curah hujan monsoon, dilakukan studi

tentang dampak El Nino dan IOD terhadap curah hujan yang terjadi. dengan

menggunakan metode korelasi didapatkan hasil bahwa nilai korelasi antara

indeks Dipole Mode dengan anomali curah hujan lebih tinggi dibandingkan

dengan indeks Nino 3.4. kondisi El Nino dan IOD positif mempunyai efek

yang jelas di Pangkalpinang pada bulan-bulan musim kemarau.

Muhammad (2012) Penelitian ini mengkaji pengaruh ENSO (El Nino and

Southern Oscillation) di Selat Malaka dengan memakai indek osilasi selatan

Samudera Pasifik dalam menentukan kondisi Normal, El Nino dan La Nina

sebagai analisis transpor massa air laut, elevasi muka laut dan densitas laut.

Metode penelitian menggunakan persamaan Navier-Stokes dengan gaya

pembangkit pasang surut, angin dari National Centers for Environmental


36

Prediction (NCEP) Tahun 1980-2007, Salinitas (Levitus dan Boyer, 1994a) dan

Temperatur (Levitus dan Boyer, 1994b). Persamaan gerak air laut tersebut

dimodelkan dengan model Hamburg Shelf Ocean Model (HAMSOM). Hasil-

hasil menunjukkan bahwa transpor di bagian barat laut Selat Malaka

pergerakannya melemah dan transpor di bagian tenggara pergerakannya

menguat dibandingkan pada kondisi tahun Normal dan La Nina. Sedangkan

elevasi muka air di Selat Malaka pada kondisi tahun El Niño lebih rendah

dibandingkan pada kondisi Normal dan La Nina.

Sitompul (2011) melakukan penelitian terkait pengaruh El Nino Southern

Oscillation (enso) terhadap curah hujan musiman dan tahunan di indonesia.

ENSO merupakan sebuah interaksi laut atmosfer yang berpusat di wilayah

ekuatorial Samudra Pasifik yang menyebabkan anomali iklim global, termasuk

di Indonesia. Analisis regresi digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian

ini. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh ENSO lebih nyata terhadap curah

hujan tahunan dibandingkan pengaruh dari El Nino atau La Nina; pengaruh

nyata ENSO dan El Nino dirasakan saat PMK dan AMH. Daerah dengan curah

hujan tahunan dipengaruhi nyata oleh ENSO, El Nino dan La Nina.

Anwarie (2011), melakukan penelitian terkait akibat pemanasan global secara

langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap perubahan iklim

yang pada akhirnya mengancam produktivitas tanaman pertanian diantaranya

produktivitas tanaman padi. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang didasarkan pada

pemecahan masalah faktual. Intensitas hujan yang tinggi ketika terjadi La Nina
37

(2010) cenderung lebih mempengaruhi produksi padi, khususnya pada masa

tanam sedangkan pada kondisi El Nino (2009) tidak terlalu berpengaruh karena

sistem pengairan pertanian sudah berupa irigasi.

Utami, Jamhari, dan Hardyastuti (2011), menjelaskan bahwa Padi dan jagung

merupakan dua tanaman pangan penting di Indonesia dan terutama diproduksi

di Pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan data crosssection dari empat

provinsi di Jawa digabungkan dan dianalisis bersama dengan data deret waktu

tahun 1987–2006. Untuk menghitung fungsi penawaran padi dan jagung

peneliti menggunakan OLS. .El Nino dan La Nina tidak mempengaruhi

penawaran padi, sedangkan La Nina mempengaruhi penawaran jagung di Jawa.

Penawaran jagung di Jawa meningkat pada saat terjadi La Nina.

Ariyanto (2010) menjelaskan bahwa, akibat pemanasan global secara langsung

maupun tidak langsung akan berdampak terhadap perubahan iklim yang pada

akhirnya mengancam produktivitas tanaman pertanian diantaranya

produktivitas tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.). Metode dasar

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif (deskriftive

analysis) kuantitatif maupun kualitatif yaitu penelitian yang didasarkan pada

pemecahan masalah-masalah faktual yang ada pada masa sekarang. Volume

curah hujan bulan Mei sangat mempengaruhi produktivitas kacang hijau yang

ditanam pada musim tanam ke dua (MT) pada lahan kering di Kabupaten Pati.

Ambarwati (2008), penelitiannya terkait petani melakukan musim tanam dua

kali dan melakukan panen dua kali, namun jika dilihat dari presentasenya

petani menanam lebih banyak (87%) dari pada panen (85%). Hal ini
38

menunjukan adanya kemungkinan petani mengalami kerugian usahatani. Hal

lain meunjukkan petani sering mengalami bencana kekeringan dan banjir

dalam kurun waktu 30 tahun. Metode yang digunakan menggunakan analisis

simpangan curah hujan dan korelasi, evaluasi tanggap produksi padi terhadap

anomali iklim (El Nino dan Lanina), pendapatan usahatani. Pada saat El Nino

di musim hujan kelayakan usahatani turun dari kondisi normal, pada saat La

nina turun dari kondisi normal.

Irawan (2006) melakukan penelitian terkait fenomena anomali iklim el nino

dan la nina serta kecenderungan jangka panjang dan pengaruhnya terhadap

produksi pangan. Penurunan produksi pangan akibat El Nino dan peningkatan

produksi pangan akibat La Nina paling tinggi terjadi pada produksi jagung.

Hal ini menunjukkan bahwa produksi jagung paling sensitif terhadap peristiwa

anomali iklim. Dalam rangka menekan dampak negatif El Nino terhadap

produksi pangan maka diperlukan kebijakan penanggulangan yang

komprehensif yang meliputi tiga upaya pokok yaitu : (1) pengembangan sistem

deteksi dini anomali iklim, (2) pengembangan sistem diseminasi informasi

yang efisien tentang anomali iklim, dan (3) mengembangkan,

mendiseminasikan dan memfasilitasi petani untuk menerapkan teknik budidaya

tanaman yang adaptif terhadap situasi kekeringan di samping membangun dan

merehabilitasi jaringan irigasi serta mengembangkan teknik pemanenan curah

hujan.

Boer dan Subbiah (2005) melaporkan bahwa sejak tahun 1844 hingga 2009

masing-masing telah terjadi 47 dan 38 kali peristiwa El-Nino dan La-Nina


39

yang menimbulkan kekeringan dan banjir serta gangguan terhadap produksi

padi nasional. Secara klimatologis, dampak El-Nino dan La-Nina dapat di

perlemah atau diperkuat jika dalam waktu bersamaan juga terjadi fenomena

IOD. Fenomena IOD memengaruhi dinamika dan peredaran udara dan massa

uap air dari/ke Samudra Hindia daratan Asia Selatan dan Indonesia. IOD

positif cenderung memperkuat dampak El-Nino, sedangkan bila IOD negatif

akan memperkuat dampak La-Nina. Perubahan iklim telah menyebabkan

penurunan produktivitas dan produksi tanaman pangan akibat peningkatan

suhu udara, banjir, kekeringan, intensitas serangan hama dan penyakit, serta

penurunan kualitas hasil pertanian.

C. Kerangka Pemikiran

Pertanian merupakan salah satu jenis usaha yang berisiko tinggi karena

kegiatan pertanian sangat bergantung pada kondisi alam. Kondisi alam yang

mendukung merupakan faktor determinan bagi pencapaian produksi produk

pertanian baik dari aspek kuantitas maupun kualitas. Iklim selalu berubah

sehingga membentuk pola atau siklus tertentu, baik harian, musiman, tahunan

maupun siklus beberapa tahunan.

Terjadinya perubahan iklim akan berdampak pada pergeseran musim, yakni

semakin singkatnya musim hujan namun dengan curah hujan yang lebih besar.

Kerusakan tanaman tersebut terjadi karena disebabkan kekeringan maupun

hama dan penyakit. Kegagalan produksi tanaman pangan akibat kekurangan

air atau kekeringan merupakan dampak El nino umum terjadi dan berdampak

langsung pada komoditas pangan seperti padi, jagung, dan kedelai umumnya
40

dibudidayakan dalam dua musim tanaman yaitu itu musim hujan (MH) dan

musim kemarau (MK).

Upaya antisipasi mengatasi penyimpangan iklim telah banyak dilakukan,

namun sifatnya tidak mencegah. kerugian yang sangat besar akibat kemarau

perlu adanya langkah atau upaya deteksi, delinasi, antisipasi, adaptasi dan

mitigasi dampak penyimpangan iklim agar risiko yang ditimbulkan dapat

diminimalisir (Irianto, 2003). Berbagai Mitigasi telah dilakukan oleh para

petani untuk menekan risiko produksi akibat kemarau agar para petani tetap

dapat melakukan usahatani.

Jagung merupakan salah satu hasil dari sektor pertanian yang penting dalam

ketahanan pangan, industri dan pakan ternak. Provinsi Lampung sebagai

salah satu daerah penghasil jagung terbesar ketiga di Indonesia, Kabupaten

Lampung Selatan merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sebagai

penghasil jagung di Lampung. Pada tahun 2014, Kabupaten Lampung

Selatan menjadi sentra produksi jagung tertinggi di Provinsi Lampung.

Kabupaten Lampung Selatan menjadi daerah penghasil jagung utama di

tingkat provinsi. Produksi jagung di Kecamatan Natar menyebar ke berbagai

desa yaitu desa Krawang Sari,Tanjung Sari.

Pada musim tanam tahun 2015 banyak petani mengalami gagal panen karena

adanya keterbatasan sumberdaya. Pada keadaan sawah atau ladang dengan

irigasi dan tadah hujan terjadi musim kemarau panjang akibat El nino

menyebabkan meningkatkan kekeringan karena kekurangan pasokan air dan

peningkatan salinitas tanah. Para petani mengalami kesulitan untuk


41

mendapatkan pasokan air sehingga hal ini berpengaruh terhadap produksi

jagung yang menurun tajam.

D. Hipotesis

Dalam peneltian ini perlu dilakukan uji hipotesis kajian pendapatan,

produktivitas, dan risiko usahatani jagung di Kecamatan Natar Lampung

Selatan. Uji Hipotesisnya sebagai berikut :

H0 : Tidak ada beda yang signifikan antara tingkat risiko, produktivitas, dan

pendapatan, usahatani jagung terhadap pengaruh El Nino pada petani yang

melakukan mitigasi dan tidak melakukan mitigasi di Kecamatan Natar

Lampung Selatan.

Hi : Ada beda yang signifikan antara tingkat risiko, produktivitas, dan

pendapatan usahatani jagung terhadap pengaruh El Nino pada petani yang

melakukan mitigasi dan tidak melakukan mitigasi di Kecamatan Natar

Lampung Selatan.
42

Petani Jagung

Usaha Utama : Usaha Non Jagung: Usaha di


Jagung -Ustan pekarangan luar
-Ustan ladang usahatani:
-Ustan kolam -PNS
Risiko Mitigasi -Buruh
Teknologi
Risiko Produksi

Input Produksi:
Luas lahan Output
DAMPAK Benih
EL NINO Produksi: Produktivitas
Pupuk Jagung
Pestisida Usahatani
pipilan
Tenaga kerja
Risiko
Peralatan
Kelembagaan

Risiko Harga
harga

Biaya Penerimaan

Pendapatan
Usahatani

Gambar 2. Paradigma pemikiran risiko, produktivitas, dan pendapatan usahatani


jagung (Zea Mays) akibat pengaruh El Nino di Kecamatan Natar
Lampung Selatan
.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Konsep Dasar Definisi Operasional

Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

mengenai variabel yang akan digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data

sehubungan dengan tujuan penelitian. Konsep dasar penelitian ini adalah

mengenai pengaruh El nino terhadap risiko usahatatani, produktivitas, dan

pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Natar Lampung Selatan, berikut

beberapa pengertian yang berkaitan dengan konsep ini yakni sebagai berikut

El Nino adalah fenomena yang terjadi karena adanya pernyimpangan suhu

permukaan laut samudra pasifik, dimana suhu normal lebih tinggi daripada suhu

normal, akibatnya musim kemarau lebih panjang dari biasanya, curah hujan

berkurang dan awal musim hujan mundur.

Musim adalah waktu yang berkaitan dengan iklim. Musim dibagi menjadi dua

jenis yaitu musim rendeng dan gadu. Musim rendeng adalah musim yang

mengalami intesitas hujan yang tinggi yang akan mendapatkan ketersediaan yang

yang berlimpah terjadi pada bulan November 2015- Maret 2016 sedangkan pada

musim gadu adalah musim yang mengalami intesitas hujan yang rendah yang akan
44

mendapatkan ketersediaan air yang kurang sehingga membutuhkan pasokan air

lebih yang terjadi pada bulan April 2015- Oktober 2015.

Petani adalah sebutan orang atau manusia yang melakukan kegiatan usaha

bercocok tanam dalam pemanfaatan lahan di bidang pertanian.

Usahatani adalah suatu kegiatan produksi pertanian dengan mengkombinasikan

berbagai faktor sumberdaya alam, tenaga kerja, dan modal sesuai dengan kondisi

lingkungan untuk mencapai pendapatan maksimal.

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui

pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi

ancaman bencana.

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian

yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa

dan irigasi rawa.

Sumur bor adalah salah satu jenis sumur buatan yang dibuat dengan bantuan alat

bor untuk mencapai kedalaman sumur yang cukup sehingga akan bertemu dengan

sumber air tanah yang melimpah.

Embung atau cekungan penampung (retention basin) adalah cekungan yang

digunakan untuk mengatur dan menampung suplai aliran air hujan serta untuk

meningkatkan kualitas air di badan air yang terkait (sungai, danau). Embung
45

digunakan untuk menjaga kualitas air tanah, mencegah banjir, estetika, hingga

pengairan.

Sewa pompa adalah pelayana fasilitas yang diberikan oleh kelompok tani kepada

anggotanya berupa peminjaman pompa air untuk membantu petani dalam

memenuhi suplay air ke lahan petani.

Risiko usahatani jagung adalah kemungkinan tidak diharapkan oleh petani jagung

dalam melakukan usahatani jagung.

Standar deviasi diukur dari akar kuadrat nilai varian. Semakin kecil standar deviasi

maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usahatani.

Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dengan return yang diharapkan

(expected return). Semakin kecil nilai koefisien variasi maka semakin rendah

risiko yang dihadapi.

Produktivitas jagung merupakan perbandingan hasil yang telah dicapai dengan

jumah faktor produksi usahatani jagung yang digunakan yatu: tenaga kerja, lahan,

dan input lainnya. Produktivitas diukur dalam satuan kilogram per hektar (Kg/Ha).

Faktor-faktor produksi adalah input yang digunakan petani dalam memproduksi

usahataninya agar menghasilkan output yang maksimal. Faktor-faktor produksi

yang digunakan dalam berusaha tani terdiri dari lahan, benih, pupuk, dan tenaga

kerja.
46

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung terdiri dari luas

lahan, harga benih, harga pupuk urea, harga pupuk SP36, harga pupuk npk, harga

pupuk organik, dan upah tenaga kerja.

Harga produksi jagung adalah nilai tukar ditingkat petani dalam satu kali musim

tanam dan diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Harga input jagung (benih, pupuk, pestisida) adalah harga input yang ditetapkan

oleh kios atau toko. Harga input diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan

usahatani jagungi dalam satu kali musim tanam yang diukur dalam satuan rupiah

(Rp) per musim tanam. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya

variabel.

Tabel 7. Definisi operasional variable-variabel yang berhubungan dengan


pendapatan, produktivitas, dan tingkat risiko usahatani jagung.

No Variabel Definisi operasional Satuan


Luas lahan tanam yang
1 Luas Lahan digunakan untuk usahatani Hektar (ha)
jagung.
Seluruh biaya pemakaian faktor-
faktor produksi yang dikeluarkan
Biaya Produksi dalam usahatani jagung, secara
2 Rupiah (rp)
Jagung tunai maupun yang
diperhitungkan dalam satu
musim tanam.
Sejumlah uang yang dibayarkan Rupiah (Rp)
untuk pembelian barang dan jasa
Biaya Tunai
3 usahatani secara tunai dalam satu
Usahatani
musim tanam terdiri dari Biaya
Variabel dan Biaya Tetap.
47

Lanjutan tabel 7

No Variabel Definisi operasional Satuan


Biaya dalam proses produksi
usahatani yang selalu berubah
berhubungan langsung dengan Rupiah/Kilogram
4 Biaya Variabel
jumlah produksi berupa tenaga (Rp/Kg)
kerja, benih, dan pupuk dalam
satu musim tanam.
Harga input seperti benih, pupuk
5 Harga Input dan pestisida yang ditetapkan Rp/ satuan input
oleh toko.
Banyaknya pemakaian benih
6 Jumlah Benih yang digunakan dalam satu Kilogram (kg)
musim tanam jagung.
biaya yang dikeluarkan dalam
proses produksi melalui Rupiah/kilogram
7 Biaya Benih
penggunaan benih dalam satu (Rp/Kg)
kali musim tanam
Banyaknya pupuk urea yang
Jumlah Pupuk digunakan oleh petani pada
8 Kilogram (kg)
Urea proses produksi dalam satu kali
musim tanam.
Biaya yang dikeluarkan dalam
Biaya Pupuk proses produksi melalui Rupiah/kilogram
9
Urea penggunaan pupuk urea dalam (Rp/Kg)
satu kali musim tanam
Banyaknya pupuk TSP yang
Jumlah Pupuk digunakan oleh petani pada
10 Kilogram (kg)
TSP proses produksi dalam satu kali
musim tanam.
Biaya yang dikeluarkan dalam
Biaya Pupuk proses produksi melalui Rupiah/kilogram
11
TSP penggunaan pupuk TSP dalam (Rp/Kg)
satu kali musim tanam
Banyaknya pupuk NPK yang
Jumlah Pupuk digunakan oleh petani pada
12 Kilogram (kg)
NPK proses produksi dalam satu kali
musim tanam.
Biaya yang dikeluarkan dalam
Biaya Pupuk proses produksi melalui Rupiah/kilogram
13
NPK penggunaan pupuk NPK dalam (Rp/Kg)
satu kali musim tanam
48

Lanjutan tabel 7.

No Variabel Definisi operasional Satuan


Banyaknya pupuk kandang
14 Jumlah Kandang yang digunakan petani jagung Kilogram (kg)
dalam satuan musim tanam
Biaya yang dikeluarkan dalam
Biaya Pupuk proses produksi melalui Rupiah/kilogram
15
Kandang penggunaan pupuk kandang (Rp/Kg)
dalam satu kali musim tanam
Banyaknya herbisida yang
16 Jumlah Herbisida digunakan dalam satu kali Milligram (mg)
produksi usahatani jagung.
Biaya yang dikeluarkan dalam
proses produksi melalui Rupiah/miligram
17 Biaya Herbisida
penggunaan herbisida dalam (Rp/ml)
satu kali musim tanam
Banyaknya insektisida yang
Jumlah
18 digunakan dalam satu kali Milligram (mg)
Insektisida
produksi usahatani jagung.
Biaya yang dikeluarkan dalam
proses produksi melalui Rupiah/miligram
19 Biaya Insektisida
penggunaan insektisida dalam (Rp/ml)
satu kali musim tanam
Banyaknya Fungisida yang
20 Jumlah Fungisida digunakan dalam satu kali Milligram (mg)
produksi usahatani jagung.
Biaya yang dikeluarkan dalam
proses produksi melalui Rupiah/miligram
21 Biaya Fungisida
penggunaan fungisida dalam (Rp/ml)
satu kali musim tanam
Jumlah tenaga kerja yang
berasal dari luar keluarga yang
Jumlah Tenaga Rupiah/ Harian
digunakan dalam satu kali
22 Kerja Luar orang Kerja
produksi usahatani jagung dari
Keluarga (Rp/HOK)
pengolahan lahan hingga pasca
panen.
Biaya tenaga kerja dari luar
keluarga yang dikeluarkan
Rupiah/HOK
23 Biaya TKLK dalam proses produksi dari
(Rp/HOK)
pengolahan lahan hingga panen
dalam satu kali musim tanam
49

Lanjutan tabel 7.

No Variabel Definisi operasional Satuan


Biaya yang dikeluarkan dalam
usahatani yang besar- kecilnya
tidak tergantung output yang
24 Biaya Tetap Rupiah (Rp)
diperoleh dalam satu musim
tanam. Contohnya biaya TKDK,
pajak, sewa lahan, biaya air.
Biaya yang dipungut atau
dibayarkan kepada pemeritnah
25 Biaya Pajak Rupiah (Rp)
oleh petani atas lahan garapan
yang dimiliki per tahun.
Biaya yang dibayarkan oleh petani
Biaya Sewa dalam menggarap lahan yang
26 Rupiah (Rp)
Lahan bukan milik sendiri dalam satu
musim tanam
Biaya mitigasi yang dikeluarkan
petani untuk proses usahatani
27 Biaya Air Rupiah (Rp)
dalam menghadapi kemarau/ El
nino dalam satu musim tanam.
Biaya yang tidak dibayarkan
Biaya Non Tunai
secara langsung per satu musim
28 atau Biaya Rupiah (Rp)
tanam. Contoh TKDK, Penyusutan
diperhitungkan
Alat, Biaya lahan sendiri.
Jumlah tenaga kerja yang berasal
Jumlah Tenaga dari dalam keluarga yang Rupiah/ Harian
29 Kerja Dalam digunakan dalam satu kali produksi orang Kerja
Keluarga usahatani jagung dari pengolahan (Rp/HOK)
lahan hingga pasca panen.
Biaya tenaga kerja dari dalam
keluarga yang dikeluarkan dalam
Rupiah/HOK
30 Biaya TKDK proses produksi dari pengolahan
(Rp/HOK)
lahan hingga panen dalam satu
kali musim tanam
Alokasi Biaya perolehan suatu
sebagian besar harga perolehan
Rupiah per
suatu asset tetap selama masa
31 Penyusutan Alat musim tanam
manfaat asset itu. Selisih antara
(Rp/musim)
harga perolehan dengan nilai sisa
per musim tanam.
Biaya yang tidak dibayarkan oleh
Biaya Sewa
32 petani dalam sewa lahan milik Rupiah (Rp)
Lahan Sendiri
sendiri dalam satu musim tanam
50

Lanjutan tabel 7.

No Variabel Definisi operasional Satuan


Biaya total yang dikeluarkan
untuk melakukan usahatani dari
jumlah biaya variabel dan biaya
33 Biaya Total Rupiah (Rp)
tetap maupun dari biaya tunai
dan non tunai dalam satu musim
tanam.
Jumlah jagung yang dihasilkan
34 Produksi Jagung oleh petani dalam satu musim Kilogram (Kg)
tanam.
Nilai produksi yang diperoleh
dalam jangka waktu tertentu
Penerimaan
dari hasil perkalian antara
35 Usahatani Rupiah (Rp)
jumlah produksi jagung dengan
Jagung
harga satuan dari hasil produksi
jagung.
Penerimaan yang diperoleh
Pendapatan petani setelah dikurangi biaya Rupiah per
36 Usahatani yang dikeluarkan selama proses musim tanam
Jagung produksi dalam satu kali musim (Rp/tanam)
tanam jagung

B. Waktu, Lokasi, dan Responden Penelitian

Waktu pengambilan data responden dilakukan pada bulan Agustus sampai

dengan September 2016. Lokasi penelitian di Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja

(purposive) dengan pertimbangan bahwa Lampung selatan merupakan sentra

produksi jagung pipilan tertinggi di provinsi lampung tepatnya di Kecamatan

Natar. Selain itu kecamatan Natar adalah kecamatan yang memiliki luas areal

terbesar di Kabupaten Lampung. Pada pemilihan daerah di kecamatan Natar

wilayah yang memiliki sentra sumber air berdasarkan proses mitigasi adalah Desa

Krawang Sari, Desa Pancasila, dan Desa Negara Ratu.


51

Pada penelitian ini metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Teknik probability sampling dengan Pengambilan sampel petani

dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Dalam teknik

pengambilan ini, yang diambil sebagai anggota sampel adalah populasi petani

jagung yang secara aktif melakukan mitigasi berjumlah 239 orang. Dari populasi

tersebut, ditentukan jumlah sampel penelitian yang mengacu pada Isaac dan

Michael (dalam Sugiarto, Sunaryanto, dan Oetomo, (2003)) dengan rumus :

n=

keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah anggota dalam populasi
Z = Distribusi Z (95% = 1,96)
S2 = Varian sampel (5% = 0,05)
d = Simpangan baku (5% = 0,05

Berdasarkan rumus tersebut, jumlah sampel yang diperoleh adalah 60 orang.

selanjutnya dihitung alokasi secara proporsional dengan rumus :

ni = N

Berdasarkan perhitungan, diperoleh sampel yang melakukan mitigasi saat el nino

sebanyak 45 orang dan di yang tidak melakukan mitigasi saat el nino sebanyak

15 orang. Metode Quota Sampling (Sampel Berdasarkan Kuota), metode ini

merupakan teknik pengambilan sampel dengan cara menetapkan jumlah tertentu

sebagai target yang harus dipenuhi dalam pengambilan sampel dari populasi. Pada

quota sampling banyaknya sampel yang ditetapkan itu hanya sekedar perkiraan

akan relatif memadai untuk mendapatkan data yang diperlukan yang diperkirakan
52

dapat mencerminkan populasinya. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau

kuota tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada

unit sampling. Setelah kuota terpenuhi, pengumpulan data dihentikan (Margono,

2004).

Pada penelitian kali ini sampel yang diambil berjumlah 60 sampel yang meliputi

jumlah yang mewakili criteria dari petani yang menggunakan sumur bor, menyewa

pompa, irigasi, menunda musim tanam, dan tidak melakukan mitigasi. Pada

ukuran sampel ini ditentukan dari responden yang memiliki karakteristik wilayah

dan perlakuan yang sama. Jumlah ini diperoleh berdasarkan pengamatan peneliti

saat pra survey, dengan rata-rata yang menggunakan cara mitigasi oleh para

petani.

Tabel 8. Jumlah pembagian responden menurut cara kuota sampling

Cara Mitigasi Jumlah Petani Yang Melakukan Mitigasi


Sumur Bor 11
Sewa Pompa 13
Irigasi 11
Menunda Musim Tanam 10
Tidak Melakukan Mitigasi 15
Total 60

C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode

survei. Menurut Sukardi (2007), metode survei merupakan metode yang

bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik populasi yang

di pilih melalui sampel terpilih. Metode ini digunakan karena penelitian ini
53

mengambil sampel dari populasi di daerah penelitian.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh melalui metode survei, yaitu mewawancarai secara

langsung petani yang berusahatani jagung dengan menggunakan daftar pertanyaan

(kuesioner) sebagai alat bantu pengumpulan data. Data yang dikumpulkan antara

lain data produksi, biaya produksi, dan pendapatan usahatani dan penyuluh

pertanian setempat. Dalam mendukung data sekunder diperoleh dari studi

literatur, laporan-laporan, publikasi, dan pustaka lainnya yang berhubungan

dengan penelitian ini, serta data produksi jagung, data curah hujan

lembaga/instansi yang terkait dalam penelitian ini.

D. Metode Analisis dan Pengolahan Data

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah

menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis uji beda T (statistik).

Adapun analisis ini diigunakan untuk menjawab beberapa tujuan dari penelitian

dengan menggunakan metode pengolahan data sebagai berikut:

1. Risiko Usahatani

Untuk menjawab tujuan ketiga dengan menggunakan analisis Risiko usahatani

Analisis ini dihitung dengan melihat data hasil produksi dan harga jagung antar

petani jagung dalam satu musim tanaman. Ukuran untuk hasil yang diharapkan

adalah hasil rata-rata atau mean (E) yang dikemukakan oleh Kadarsan (1995),

dengan rumus seperti berikut :


54


=

Keterangan :
Ei = keuntungan yang didapat (Rp)
n = jumlah pengamatan (satu musim tanam)

Secara statistik, risiko dapat dihitung dengan menggunakan ukuran ragam

(variance) atau simpangan baku (standar deviasi). Ukuran rumus ragam ( 2)

menurut Hernanto (1994) dapat ditulis sebagai berikut :

∑ ( − )
=
( − 1)

Keterangan :
E = keuntungan rata-rata
Ei = keuntungan pada periode musim ke-i
N = jumlah periode pengamatan (satu musim tanam),
= akar dari ragam

Tingkat risiko usahatani yang paling rendah dalam memberikan suatu hasil

dapat ditentukan berdasarkan nilai koefisien variasi yang ditulis menggunakan

rumus sebagai berikut merurut Pappas dan Hirschey (1995) :

Risiko usahatani jagung dapat dilihat melalui hasil perhitungan atau nilai

koefisien variasi (CV). Jika nilai koefisien variasi (CV) > 0,5, maka risiko

yang harus ditanggung oleh petani jagung juga semakin besar. Begitu juga jika

nilai CV ≤ 0,5, maka risiko yang harus ditanggung oleh petani jagung juga

semakin kecil.
55

Batas bawah (L) menunjukkan nilai terendah produksi, harga, dan pendapatan

yang mungkin diterima oleh petani jagung. Batas bawah (L) dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Kadarsan, 1995) :

= −2

Keterangan :
E = rata-rata
= Simpangan baku

Kemungkinan hasil yang akan diperoleh adalah sebagai berikut :

a. Jika L ≥ 0, maka petani jagung tidak akan mengalami kerugian,

b. Jika L ≤ 0, maka petani jagung akan mengalami kerugian dalam setiap

produksi.

2. Produktivitas Usahatani

Untuk menjawab tujuan kedua dengan menggunakan analisis Produktivitas

jagung. Analisis ini digunakan dengan melalukan perbandingan antara

produksi jagung dengan luas lahan yang digunakan untuk usahatani jagung.

Rumus yang digunakan untuk menghitung produktivitas menurut Kusnandi

(2009) adalah:

( )
Produktivitas Jagung = ( )

Produksi yang digunakan untuk menghitung produktivitas jagung adalah rata-

rata produksi jagung selama setahun terakhir yang dihasilkan oleh petani

jagung di daerah penelitian. Perhitungan produktivitas jagung dilakukan pada

usahatani jagung pada musim normal dan musim kemarau saat El nino, hal ini

dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan produktivitas jagung


56

pada usahatani pada musim normal dan musim kemarau saat El nino.

3. Pendapatan Usahata Tani Jagung

Untuk menjawab tujuan pertama yaitu menghitung pendapatan usahatani pada

masing-masing mitigasi, dilakukan analisis penerimaan dan biaya. Menurut

Soekartawi (1995), pendapatan yang diterima dalam usahatani antara lain

pendapatan tenaga kerja, pendapatan bersih dan pendapatan keluarga.

Pendapatan bersih usahatani diperoleh dengan cara mengurangi keseluruhan

penerimaan dengan biaya atau dirumuskan :

Pd = TR-TC = Y.Py – FC+VC

Keterangan:
Pd = Pendapatan bersih usahatani
TR = Total penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh dari usahatani
Py = Harga Y
TC = Total biaya
FC = Biaya tetap
VC = Biaya variabel

4. Untuk menganalisis dan menguji hipotesis satu yaitu perbedaan pendapatan

usahatani dan produktivitas usahatani jagung pada musim normal dan El Nino

digunakan Analisis Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Saling Bebas (Paired

Samplet-Test). Uji Paired Sample t-test menunjukkan apakah sampel

berpasangan mengalami perubahan yang bermakna. Hasil uji Paired Sample t-

test ditentukan oleh nilai signifikansinya. Nilai ini kemudian menentukan

keputusan yang diambil dalam penelitian. Uji Paired Sample t-test adalah

pengujian yang digunakan untuk membandingkan selisih dua mean dari dua

sampel yang berpasangan dengan asumsi data berdistribusi normal. Sampel


57

berpasangan berasal dari subjek yang sama, setiap variabel diambil saat situasi

dan keadaan yang berbeda. Uji ini juga disebut Uji T berpasangan

a. Nilai signifikansi (2-tailed) < 0,05 menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan antara variabel awal dengan variabel akhir. Ini menunjukkan

terdapat pengaruh yang bermakna terhadap perbedaan perlakuan yang

diberikan pada masing-masing variabel.

b. Nilai signifikansi (2-tailed) > 0,05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara variabel awal dengan variabel akhir. Ini

menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang bermakna terhadap perbedaan

perlakukan yang diberikan pada masing-masing variabel

Dimana :

t-hitung ≤ t-tabel atau nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Hipotesis H0 diterima

t-hitung > t-tabel atau nilai signifikansi < 0,05 Hipotesis H1 diterima

Hipotesis :

H0 : Diduga tidak ada perbedaan antar risiko, produktivitas, dan pendapatan

usahatani jagung antara musim normal dan El Nino

H1 : Diduga adanya perbedaan antar risiko, produktivitas, dan pendapatan

usahatani jagung antara musim normal dan El Nino


IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Selatan

1. Letak Geografi

Berdasarkan penjelasan dari Badan Pusat Statistika Kabupaten Lampung

Selatan (2016), Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu dari 14

kabupaten dan kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Daerah Kabupaten

Lampung Selatan mempunyai daerah daratan kurang lebih 2.007,01 km

terdiri dari 17 kecamatan. Kabupaten Lampung Selatan terletak di antara

105o14’ sampai dengan 105o45’ Bujur Timur dan 5o15’ sampai dengan 6o

Lintang Selatan. Kabupaten Lampung Selatan telah mengalami pemekaran

sebanyak dua kali.

Pertama berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1997 yang ditetapkan

pada tanggal 3 Januari 1997 tentang pembentukan Kabupaten Tanggamus.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2008

tentang Pembentukan Kabupaten Pesawaran tanggal 10 Agustus 2008.

Wilayah administrasi Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas-

batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lampung


Tengah dan Lampung Timur;
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Selat Sunda;
Sebelah Barat : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pesawaran;
Sebelah Timur : berbatasan dengan Laut Jawa.
59

2. Keadaan Demografi

Penduduk Kabupaten Lampung Selatan menurut hasil proyeksi pada tahun

2016 berjumlah 982.885 jiwa terdiri dari 504.498 penduduk laki-laki dan

478.387 penduduk perempuan. Berikut merupakan penjelasan tentang

jumlahpenduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin pada tabe 10

Tabel 9. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin di


Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2016

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase


(∑ tahun) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (%)
0 – 14 147.098 139.334 286.432 29.14
15 – 64 333.335 314.164 647.499 65.87
> 65 24.065 24.889 48.954 4.98
Jumlah 504.498 478.387 982.885 100,00
Sumber : Lampung Selatan dalam Angka, 2017

Penduduk yang berdomisili di Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari

bermacam-macam suku dari seluruh Indonesia, seperti dari Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi, Sumatera Selatan, Sumatera

Barat, Sumatera Utara, Aceh dan lain-lain. Dari semua suku tersebut, yang

dimungkinkan berasal oleh adanya transmigrasi pada masa setelah

kemerdekaan, disamping perpindahan penduduk secara swakarsa dan

spontan.

3. Keadaan Iklim

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya

tempat tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. Pada

tahun 2015, suhu udara berkisar antara 20,80C sampai 34,60C sedangkan

kelembaban relatif berkisar antara 66,00C sampai 85,00C. Curah hujan


60

tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu mencapai 330,3 mm, sedangkan

curah hujan terendah terjadi pada bulan Oktober 1,8 mm.

B. Keadaan Umum Kecamatan Natar

1. Letak Geografi

Kecamatan Natar merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten

Lampung Selatan dengan membawahi 26 Desa dengan luas wilayah 253,74

Km2. Kecamatan Natar berbatasan dengan daerah :

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran

b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Bandar Lampung

c) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran

d) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jati Agung

Secara topografis wilayah Kecamatan Natar sebagian besar bentuk

permukaan tanah adalah dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan

laut kurang dari 100 m (Natar Dalam Angka, 2017).

2. Keadaan Demografi

Berdasarkan Kecamatan Natar dalam angka (2017), jumlah penduduk laki-

laki adalah 90.311 jiwa, dan jumlah penduduk perempuan adalah 86.059

jiwa, seperti disajikan pada tabel 10.

Tabel 10. Sebaran penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin
di Kecamatan Natar, tahun 2016

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase


(∑ tahun) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (%)
0 – 14 27.993 26.451 54.444 42,11
15 – 64 64.200 3.422 67.622 52,30
> 65 4.269 2.961 7.230 5,59
Jumlah 96.462 32.834 129.296 100,00
Sumber : Kecamatan Natar Dalam Angka, 2017
61

Tabel 10. menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan

Natar berada pada kelompok umur 15 – 64 tahun (52,30%). Menurut

Mantra (2004), secara ekonomi umur dapat dibagi ke dalam tiga kelompok

yaitu, kelompok umur 0 - 14 tahun (umur belum produktif), kelompok umur

15 - 64 tahun (umur produktif), dan kelompok umur di atas 65 tahun (umur

tidak lagi produktif).

3. Keadaan Pertanian

Penggunaan lahan di Kecamatan Natar pada umumnya digunakan sebagai

persawahan, peladangan, perkebunan, pemukiman penduduk, dan lain-lain.

Penggunaan lahan di Kecamatan Natar akan dijelaskan pada Tabel 11.

Tabel 11. Penggunaan lahan di Kecamatan Natar, tahun 2016

Luas Persentase
No Penggunaan lahan
(ha) (%)
1 Sawah Irigasi 412 1.53
2 Sawah non Irigasi 4.643 17.22
3 Lahan Pertanian non sawah 14.808 54.93
4 Lain-lain 7.095 26.32
Jumlah 438.546 100,00
Sumber : Kecamatan Natar dalam Angka, 2017

Penggunaan lahan pertanian non sawah di Kecamatan Natar umumnya

digunakan untuk perladangan, perkebunan, dan peternakan. Pada lahan

perladangan tanaman yang diusahakan sebagian besar adalah jagung dan

sayuran. Lahan peladangan jagung tersebut rata-rata diusahakan 2 kali

dalam setahun dengan pola tanam jagung semua.


62

C. Keadaan Umum Desa Krawangsari, Desa Negara Ratu dan Desa


Pancasila

1. Letak Geografi

Desa Krawangsari merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan

Natar. Luas Desa Krawang Sari sebesar 10,62 km2. Desa Krawangsari

terdiri dari 6 dusun dan 19 RT yang tersebar di masing-masing

perbatasan wilayah. Batas administrasi wilayah Desa Krawangsari

adalah sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pancasila, sebelah selatan

berbatasan dengan Kecamatan Jati Agung; sebelah Barat berbatasan

dengan Desa Merak Batin, dan sebelah timur berbatasan dengan

Perkebunan PTPN 7 Rejosari.

Desa Negara Ratu merupakan salah satu desa di Kecamatan Natar yang

lokasinya berdekatan dengan PT. Perkebuanan Nusantara. Desa

Negara Ratu memilliki luas areal sebesar 850 km2 yang terdiri dari 14

dusun dan 47 RT. Jarak Desa Negara Ratu dengan pusat pemerintahan

kecamatan sejauh 1,5 km. Batas administrasi wilayah Desa Negara

Ratu adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Rejosari, sebelah

selatan berbatasan dengan Gedung Tataan, sebelah Barat berbatasan

dengan Desa Natar, sebelah timur berbatasan dengan Desa Merak

Batin.

Penelitian ini juga dilakukan di Desa Pancasila yang memiliki luas wilayah

11.088 ha. Jarak Desa Pancasila dengan Ibukota Kabupaten Lampung

Selatan adalah 90 km sedangkan dengan Ibukota Kecamatan Natar adalah

15 km. Secara administratif batas wilayah Desa Pancasila sebagai sebelah


63

utara berbatasan dengan Desa Bandar Rejo, sebelah selatan berbatasan

dengan Desa Krawang Sari, sebelah barat berbatasan dengan Desa Muara

Putih, sebelah timur berbatasan dengan Desa Rejomulyo Kecamatan Jati

Agung.

2. Keadaan Topografi dan Iklim

Keadaan topografi Desa Krawangsari, Desa Negara Ratu, dan Desa

Pancasila terletak di dataran rendah dengan kontur tanah datar sampai

bergelombang dengan ketinggian 50-60 meter diatas permukaan laut dan

kemiringan tahan 0 – 15%. Curah hujan rata-rata 10 tahun mencapai 2.114

mm/th dengan rata-rata bulan basah 3 – 6 bulan dan bulan kering 3 – 6.

Suhu udara di desa ini mencapai 25oC – 31oC dengan kelembaban rata-rata

60%.

3. Keadaan Demografi

Berdasarkan data BPS tahun 2017, jumlah penduduk menurut jenis kelamin

di Desa Krawangsari terdapat 2.222 penduduk berjenis kelamin laki – laki

dan 2.032 penduduk berjenis kelamin perempuan. Struktur pemerintahan

penduduk Desa Krawangsari terdapat 1 kepala desa, 5 kepala urusan, 6

kepala dusun dan 19 RT.

Jumlah penduduk di Desa Negara Ratu pada tahun 2016 menurut jenis

kelamin yang terdiri dari 6.769 jiwa adalah laki-laki dan 6. 434 jiwa adalah

perempuan Struktur pemerintahan penduduk Negara Ratu terdapat 1 kepala

desa, 14 kepala dusun, 47 RT, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak

3.432 KK.
64

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin yang terdiri dari 1. 498 jiwa adalah

laki-laki dan 1. 457 jiwa adalah perempuan. Struktur pemerintahan

penduduk Desa Pancasila terdapat 1 kepala desa, 6 kepala dusun, 12 RT,

dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 763 KK.

4. Keadaan Pertanian

Penggunaan lahan di Desa Krawangsari, Desa Negara Ratu, dan Desa

Pancasila meliputi persawahan, peladangan/tegalan, pekarangan,

perkebunan, dan lahan lain-lain.

Tabel 12. Penggunaan lahan di Desa Krawangsari, Desa Negara Ratu, dan
Desa Pancasila tahun 2016

Desa Desa
Desa Pancasila
Penggunaan Krawang Sari Negara Ratu
lahan Luas Persen Luas Persen Luas Persen
(ha) (%) (ha) (%) (ha) (%)
Sawah Irigasi 0,00 0,00 98,00 8,45 578,25 34,70
Sawah non
330,00 31,07 330,00 28,45 500,00 30,01
Irigasi
Lahan Pertanian
617,00 58,10 617,00 53,19 334,00 20,05
non sawah
Lain-lain 115,00 10,83 115,00 9,91 254,00 15,24
Jumlah 1.062,00 100,00 1.160,00 100,00 1.666,25 100,00
Sumber : Natar Dalam Angka, 2017

Pada tabel 12, dapat dijelaskan bahwa Desa Krawangsari, Desa Negara

Ratu, dan Desa Pancasila dalam penggunaan lahan di bidang pertanian

sebagian besar pada penggunaan Lahan Pertanian non sawah. Lahan

Pertanian non sawah ini digunakan sebagian besar untuk ladang/tegalan

sebagaian besar yang digunakan petani untuk usahatani jagung, sehingga

daerah ini menjadi sentra produksi jagung terbesar di Kecamatan Natar.


65

Luasan areal tanah kering di Desa Negara Ratu lebih besar dibanding areal

tanah sawah. Luas areal tanah kering di Desa Negara Ratu adalah 490

hektar, masing-masing terbagi atas 283 hektar tegalan dan 207 hektar

pekarangan. Sistem sawah yang diterapkan di Desa Negara Ratu adalah

sistem sawah teknis seluas 115 hektar dan sistem sawah tadah hujan seluas

105 hektar, dengan total persawahan seluas 220 hektar.

Penggunaan lahan di Desa Pancasila meliputi persawahan,

peladangan/tegalan, perkebunan, dan lain-lain. Sebagian besar penggunaan

lahan di Desa Pancasila adalah untuk lahan persawahan, khususnya sawah

setengah teknis, dengan luas areal mencapai 578,25 hektar. Seluas 283,5

hektar merupakan areal tegalan yang ditanami berbagai tanaman pangan dan

hortikultur seperti jagung, kacang panjang, ubi kayu, ubi jalar, cabe,

mentimun, terong, dan lain-lain (Desa Pancasila, 2015).

5. Kelembagaan Pertanian

Kelembagaan pertanian mencakup pengertian organisasi petani yang

memiliki tujuan yang sama antar individu yaitu untuk memenuhi kebutuhan

petani sehingga lembaga mampu berfungsi dengan baik. Kelembagaan

sebagai suatu sarana penunjang bagi mobilitas pertanian, hal ini sangat

membantu petani dalam menyelesaikan masalah seputar pertanian.

Adanya kelembagaan pertanian di pedesaan akan memudahkan bagi

pemerintah dalam memberikan bantuan bagi petani.

Kelembagaan pertanian di Desa Krawangsari yaitu kelompok tani yang di

koordinir oleh ketua gapoktan dan didampingi oleh pekerja penyuluh


66

pertanian di kantor BP3K Kecamatan Natar. Anggota kelompok tani di

Desa Krawangsari berjumlah 418 petani yang terdiri dari petani jagung,

petani padi, dan petani hortikultura.

Kelembagaan pertanian di Desa Negara Ratu terdapat beberapa

kelembagaan pertanian seperti P3A, Balai Benih Induk (BBI), Gapoktan

dan kelompoktani. Kelompoktani yang terdapat di desa ini berjumlah 19

kelompok tani yang tergabung dalam satu kelompok yaitu gabungan

kelompoktani (Gapoktan).
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik simpulan sebagai

berikut :

1. Berdasarkan hasil analisis tingkat risiko diketahui bahwa usahatani jagung

pada risiko produksi dan risiko harga memiliki nilai koefisien variasi (CV)

dibawah 0,5 sehingga usahatani jagung pada petani yang melakukan

mitigasi dan tidak melakukan mitigasi miliki risiko yang rendah

2. Berdasarkan hasil analisis diketahui produktivitas usahatani jagung di

Kecamatan Natar Lampung Selatan pada kondisi normal lebih besar

dibandingkan pada saat kondisi El nino, hal ini disebabkan oleh adanya

perbedaan pada jumlah produksi hasil usahatani jagung pada musim normal

dan El nino sehingga dapat mempengaruhi hasil produktivitas.

3. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pendapatan usahatani jagung

petani pada saat kondisi normal dan kondisi El Nino pada kelompok petani

yang melakukan mitigasi dan tidak melakukan mitigasi tidak memiliki

perbedaan yang signifikan. Pendapatan usahatani jagungdi Kecamatan

Natar Lampung Selatan pada saat kondisi normal lebih besar dibandingkan

dengan pada saat kondisi El Nino.


114

4. Keputusan petani untuk melakukan mitigasi saat musim El Nino, dengan

melakukan berbagai cara seperti menggunakan sumur bor, menunda musim

tanam, mengubah pola tanam, dengan menggunakan pompa air yang

dialirkan dari irigasi atau dengan tidak melakukan mitigasi dengan bertahan

dengan kemarau dan bertahan pada iklim yang ada.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan, diharapkan melakukan

kegiatan penyuluhan dan pemberian informasi lebih intens mengenai musim

El Nino dan langkah yang harus dilakukan agar petani tidak mengalami

kerugian yang lebih besar.

2. Bagi petani jagung diharapkan bekerjasama dengan pihak penyuluh BP3K

Kabupaten Lampung Selatan dan BMKG Lampung mengenai musim dan

waktu yang tepat untuk melakukan tanam jagung. Diharapkan untuk para

petani agar lebih aktif dalam mencari info dalam penanganan usahatani jika

mengalami dampak yang serius saat musim kemarau.

3. Bagi peneliti lain, penelitian ini hanya terbatas pada perhitungan perbedaan

pendapatan, produktivitas, dan risiko usahatani pada musim normal dan el

nino diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti dampak El Nino

terhadap pengaruh penguasaan lahan dan terhadap perbedaan harga pada

dua musim.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, A. 1982. Ilmu Usahatani. Penerbit Alumni. Bandung

Ahmadi. 2001. Imu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ambarwati, D. O. 2008. Evaluasi Dampak El Nino dan La Nina terhadap


Produktivtas Padi dan Pendapatan Usahatani di Propinsi Jawa Tengah
(Studi Kasus : Pertanian Padi Kabupaten Cilacap). Jurnal Fakultas
Matematika dan Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Diakses pada 12 Maret 2015 pukul 18.36 WIB.

Anonim. 2015. El Nino Pengertian Dampak dan Proses Terjadinya .


http://www.pintarbiologi.com/2015/08/el-nino-pengertian-dampak-dan-
proses-terjadinya.html . Diakses pada 15 Desember 2015 pukul 16.40
WIB.

Anonim. 2015. Pengaruh Iklim Terhadap Sektor Pertanian.


http://geografimun4.blogspot.co.id/2015/06/pengaruh-iklim-terhadap-
sektor-pertanian.html. Diakses pada 15 Desember 2015 pukul 4.45 WIB.

Anwarie, M. 2011. Pengaruh Anomali Curah Hujan Terhadap Produksi Padi di


Kabupaten Jember. Jurnal Geofrafi FMIPA. Universita Indonesia.
Depok. Diakses pada 16 Januari 2017 pukul 19.34.

Ariyanto, S. E. 2010. Kajian Dampak Perubahan Iklim terhadap Produktivitas


Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L.) di Lahan Kering. Jurnal Fakultas
Pertanian ISSN 1979-6870: 1-10. Universitas Muria Kudus. Kudus.
Diakses pada 7 Januari 2016 pukul 16.06 WIB.

Arsyad, L. 1992. Pembangunan Ekonomi, Edisi 2.STIE. YKPN. Yogyakarta.

BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika). 2014. Fenomena El Nino


dan El Nina. BMKG Branti Lampung Selatan. Lampung Selatan.

________.2015. Jumlah Curah Hujan tahun 2011-2015. BMKG Branti Lampung


Selatan. Lampung Selatan.
116

BPS (Badan Pusat Statistik). 2014. Statistik Luas Panen dan Produksi dan
Produktivitas Tanaman Jagung Propinsi Lampung Tahun 2014. BPS
Pusat. Jakarta.

_______. 2014 . Statistik Luas Panen dan Produksi dan Produktivitas Tanaman
Jagung Propinsi Lampung Tahun 2014. BPS Provinsi Lampung. Bandar
Lampung.

_______. 2015 . Statistik Luas Panen dan Produksi dan Produktivitas Tanaman
Jagung Propinsi Lampung Tahun 2015. BPS Pusat. Jakarta.

_______. 2017. Lampung Selatan dalam Angka tahun 2016. BPS Provinsi
Lampung. Bandar Lampung.

_______. 2017. Kecamatan Natar dalam Angka tahun 2016. BPS Provinsi
Lampung. Bandar Lampung.

BP3K (Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan) Kecamatan Natar


Kabupaten Lampung Selatan. 2015. Jumlah Produksi dan Luas Lahan
di Kecamatan Natar. BP3K Natar. Lampung Selatan.

_______. 2016. Jumlah Petani Jagung di Kecamatan Natar. BP3K Natar.


Lampung Selatan.

Boer, R,. dan A.R. Subbiah. 2005. Agriculture drought in Indonesia.p. 330-344.
In V.S. Broken, A.P. Cracknell and R. L. Healthcote (Eds). Monitoring
and Predicting Agriculture Drought: A global Study. Oxford Univ.
Press.

Debertin, D. L.1986. Agricultural Production Economics (first edition).


Macmillan Publishing Company. New York:

Desa Pancasila. 2015. Profil Desa Pancasila Kabupaten Lampung Selatan. Natar
Lampung Selatan.

Dinata, A. S, dkk. 2014. Pendapatan Petani Jagung Anggota dan Non Anggota
Koperasi Tani Makmur Desa Natar Kabupaten Lampung Selatan. JIIA.
2(3): 206-207 . Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas
Lampung.Bandar Lampung
Diakses pada 12 Juni 2017 pukul 12.45.

Doll dan Orazem, 1984. Production Economics. John Willey & Sons,Inc.
Canada.

Eprianda, Dian. 2017. Efisiensi Produksi Dan Analisis Risiko Budidaya Selada
Keriting Hijau Dan Selada Romaine Hidroponik Nft (Nutrient Film
Technique) Di PT XYZ, Provinsi Jawa Barat. JIIA 5(3) hal 247. Jurusan
117

Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(Diakses pada 3 September 2019 pukul 21.42 WIB)

Fadholi, A. 2013. Studi Dampak El Nino Dan Indian Ocean Dipole (Iod)
terhadap Curah Hujan di Pangkal Pinang. Jurnal Ilmu Lingkungan
Program Pascasarjana UNDIP 11(1) : 43-50. Univesitas Diponegoro.
Semarang. Diakses pada 21 Juni 2016 pukul 05.00 WIB.

Fitriani, S. 2011. Tingkat Adopsi terhadap Diversifikasi Pangan Berbasis Jagung


pada Organisasi Kelompok Masyarakat di Propinsi Lampung. JIIA 2 (1)
: 68-73. Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.
Bandar Lampung. Diakses pada 6 Maret 2016 pukul 9.10 WIB.

Gustiyana, H. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani untuk Produk Pertanian.


Salemba Empat. Jakarta.

Harmoni, A. 2006. Dampak Sosial Ekonomi Perubahan Iklim. Fakultas Ilmu


Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Gunadarma. Depok.

Heady, F. 1984. Public Administration: A Comparative Perspective. Marcel


Dekker. New York.

Hernanto. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Irawan. 2002. Stabilization of Upland Agriculutre Under El Nino-Induced


Climatic Risk: Impact Assessment and mitigation Measure in Indonesia.
CGPRT Centre Working Paper No. 62. United Nation.

Irawan, Bambang. 2006. Fenomena Anomali Iklim El Nino Dan La Nina Serta
Kecenderungan Jangka Panjang Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi
Pangan. Jurnal Litbang Pertanian Vol. 24 (1): 28 – 45. Litbang. Bogor.
Diakses pada 26 oktober 2015 pukul 16.36 WIB.

_______. 2013. Politik Pembangunan Pertanian Menghadapi Perubahan Iklim.


IAARD Press. Jakarta.

Irianto, Gatot. 2006. Pengelolaan Sumbedrdaya Lahan dan Air. Strategi


Pendekatan dan Pendayagunaan. Papar Sinar Sinanti. Jakarta.

Kadarsan. 1995. Keuangan Pertanian dan PembiayaanPerusahaan Agribisnis.


PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Mubyarto. 1990. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta

_______. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Pustaka LP3ES. Jakarta

Muhammad, Syamsul Rizal, dan Junaidi M. Affan. 2012. Pengaruh ENSO (El
Niño And Southern Oscillation) terhadap Transpor Massa Air Laut di
118

Selat Malaka. Jurnal Fakultas Kelautan dan Perikanan 1(1): 6-.


Fakultas Kelautan dan Perikanan. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Aceh. Diakses pada 21 Juni 2016 pukul 16.50 WIB

Neni, Heriani. 2013. Analisis Keuntungan Dan Risiko Usahatani Tomat Di


Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus. JIIA 1(2) hal 171.
Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bandar
Lampung. Diakses pada 2 Agustus 2019 pukul 13.12 WIB.

Nugroho. 2018. Dampak Fenomena El Nino terhadap Pendapatan Usahatani dan


Pola Tanam Petani Padi di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandarl
Lampung.

Nurdin. 2011. Antipasi Perubahan Iklim Untuk KeberlanjutanKetahanan Pangan.


Jurnal Pertanian hal 1- 3. Fakultas Pertanian. Universitas Gorontalo.
Diakses pada 26 Oktober 2016 pukul 16.43 WIB.

Nopralita, 2017. Dampak El Nino terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani


Padi di Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi.
Jurusan Agribisnis. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Pappas JM. Hierschey, M. 1995. Ekonomi Managerial Edisi Keenam Jilid II.
Binarupa Aksara. Jakarta.

Purwono dan Hartono, R. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya.


Bogor.

Rahaju, J. 2014. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Usaha Apel di Kecamatan


Poncokusumo Kabupaten Malang. Jurnal Pertanian 5(1). Universitas
Wisnuwardhana. Malang. Diakses pada 2 Febuari 2016 pukul 9.12 WIB.

Republik Indonesia. 2007. Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang


Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Lembaran Negara RI .
Sekretaria Negara RI. Jakarta.

_______. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 6 PP


Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Lembaran
Negara RI . Sekretaria Negara RI. Jakarta.

Santoso, Heru, Tatiek Koerniawati, Nur Layli R. 2011. Dampak Perubahan Iklim
Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung (Zea Mays L).
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya, XI (3) 152-
162. https://agrise.ub.ac.id/article/view. Diakses pada 9 Maret 2016
pukul 17.56 WIB

Sajogyo. 1990. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.


Yogyakarta
119

_______. 1997. Pembangunan Pertanian dan Pedesaan dalam rangka


Industrialisasi. Bunga rampai: Industrialisasi Pedesaan, Editor :
Sajogyo dan Mangara Tambunan. Sekindo Eka Jaya. Jakarta.

Sari, D. K. 2014. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah


Tangga. Petani Jagung Di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan. JIIA 2(1) hal 64-70. Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Bandar Lampung. Diakses pada 2 Febuari 2016
pukul 9.12 WIB.

Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usaha Tani. Universitas Brawijaya Press (UB
Press). Malang.

Sitompul, Zulfahmi, N., Emilya. 2013. Pengaruh El Nino Southern Oscillation


(Enso) terhadap Curah Hujan Musiman dan Tahunan di Indonesia.
Jurnal Bumi Indonesia 2(1). Fakultas Geografi. Univesitas Gadjah
Mada. Yogyakarta. Diakses pada 2 Febuari 2016 pukul 9.15 WIB.

Soekartawi, Rusmadi, dan E. Damarjati. 1993. Risiko dan Ketidakpastiaan dalam


Agribisnis. Raja Grafindo Persada. Jakarta,

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

_________. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Depok.

Sugiyono. 2005. Ekonomi Pembangunan Edisi Kedua Proses, Masalah, dan


Kebijakan. Penerbit Kencana. Jakarta.

_________. 2012. Metode Penelitian Administrasi. Cetakan Ke-20. Penerbit


Alfabeta. Bandung.

Suharyanto. 2015. Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi Sawah di Provinsi


Bali. Jurnal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali 2(1).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali. Diaskses pada 7
September 2019 pukul 21.20 )

Soeratno. 1996. Ekonomi Pertanian.Universitas Terbuka. Jakarta.

Sugiarto D, Sunaryanto S dan Oetomo DS. 2003. Teknik Sampling. Gramedia


Pustaka Utama. Jakarta.

Sumarno, Wargiono, J., Kartasasmita, U.G., Hasanuddin, A. 2008. Anomali


Iklim 2006/2007 dan Saran Kebijakan Teknis Pencapaian Target
Produksi Padi. Jurnal Iptek Tanaman Pangan 3 (1) : 69-97. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Jakarta. Diakses pada
2 Febuari 2016 pukul 9. 34 WIB.
120

Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani: Biaya dan Pendapatan dalam Usahatani.


Edisi ke 1. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suryana, A. 2005. Kebijakan ketahanan pangan nasional dalam Makalah


Simposium Nasional Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Era
Otonomi dan Globalisasi Bogor 2 November. Jurnal Pertanian. Fakultas
pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Diakses pada 2 Febuari 2016
pukul 9.30WIB.

Utami, A. W. Jamhari, dan S. Hardyastuti. 2011. El Nino, La Nina, Dan


Penawaran Pangan Di Jawa, Indonesia. Jurnal Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian 12( 2) : Hlm.257-271. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah
Mada. Diakses pada 21 Juni 2016 pukul 04.58 WIB.

Widyantara,W., dan Nengah S. Y. Iklim Sangat Berpengaruh Terhadap Risiko


Produksi Usahatani Bawang Merah (Allium Ascalonicum L). Jurnal
Agribisnis 2(1) :32-36. Fakultas Pertanian Universitas. Udayana.
Diakses pada 1 Januari 2017 pukul 06.11 WIB.

You might also like