Skripsi Tanpa Bab Pembahasan
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan
(Skripsi)
Oleh:
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
ABSTRAK
Oleh
Kata kunci: Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB), periode starter, kadar
protein, ransum, performa.
ABSTRACT
By
This aims of this research: 1) to know the effect of feed crude protein ration on
KUB chicken’s performance in starter period (age 0--4 weeks); 2) to know the
best crude protein ratio levels that has affect on KUB chicken’s performance in
starter period (age 0--4 weeks). The research was conducted in May--June 2017
in Poultry Cage Integrated Field Laboratory, Faculty of Agriculture, University of
Lampung. The method is used is completely randominted design (CRD) with
three treatments and eight replications. Each trial unit consists of four chickens
and quantity of ninety six chickens. Treatments are: diet with high levels of
coarse protein 21.50%; 18.50%; and 15.57%. The data obtained were analyzed by
using anova at 5% level and continue with BNT. The results showed that the
ration with different levels of crude protein, an effect was not significant
(P> 0.05) on feed consumption, protein consumption, body weight gain, feed
conversion, and Income Over Feed Cost (IOFC).
Oleh
Skripsi
Pada
Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
pertama dari dua bersaudara, putri pasangan Bapak M. Ulhadi dan Ibu Imas.
juga menjadi asisten dosen pada mata kuliah Agama Islam, Ilmu Nutrisi Ternak
Praktik Umum di PT Juang Jaya Abdi Alam, Lampung Selatan pada Juli--Agustus
2016 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik di Desa Rama Gunawan,
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
mudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim, no. 2699)
Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang
paling pahit ialah berharap kepada manusia
[Ali bin Abi Tholib].
PERSEMBAHAN
Alhamdulillaah, segala puji bagi Robb Semesta Alam, yang hidup dan
matiku berada dalam kuasa-Nya atas segala limpahan rahmat dan
nikmat-Nya disetiap denyut nadiku. Sholawat dan salam teruntuk
seorang yang paling mulia akhlaknya, Rasulullaah shalallaahu ‘alayhi wa
salam serta para sahabatnya, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, dan orang-orang
yang tetap siqoh dalam sunnah beliau.
Untuk Mahanida Anggala Mayora, adikku yang manis, atas segala tawa,
canda, semangat, dan kebersamaannya
Bidik Misi dan Dirjen Dikti yang telah membiayai beasiswa hingga
penulis dapat menyelesaikan masa study
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah ‘Azza wa Jalla, karena atas segala
skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada :
penelitian;
9. Orangtuaku tercinta, Ayah M. Ulhadi dan Ibu Imas, serta adik tersayang
10. Teman satu tim penelitian, Made Lupita Sari, Hery Irawan dan Lukman
11. Teman- teman seperjuangan Irma, Shinta, Pipit, Elsa, Fafa, Jeje, Silfia,
Tika, Okti, Lara, Arum, Leni, Tiara, Widya, Semi, Tri, Aje, Hani, Erlina,
Dea, St, Elly, para pria PTK’13, kyay atu PTK’11, PTK’12, dan Bude
semangatnya;
12. Keluarga Besar MPI Lampung -- para ukhty--atas rasa motivasi, kehangatan,
dan kekeluargaannya;
Semoga semua bantuan dan jasa yang telah diberikan kepada penulis mendapat
pahala dari Allah subhanallaahu wa ta’ala. Penulis berharap semoga karya ini
Halaman
I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
E. Hipotesis ................................................................................. 6
B. Ayam KUB........................................................................... 8
D. Konsumsi Ransum................................................................ 14
2. Ransum ....................................................................... 21
2. Analisis data................................................................ 25
5. Vaksin ......................................................................... 27
A. Simpulan............................................................................... 39
B. Saran ..................................................................................... 39
LAMPIRAN ..................................................................................... 45
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
19. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap bobot badan akhir .... 47
Gambar : Halaman
I. PENDAHULUAN
Ayam kampung atau biasa disebut ayam buras (bukan ras) merupakan ayam lokal
Indonesia yang mudah beradaptasi. Ayam kampung bersifat adaptif yang dapat
menyesuaikan diri pada situasi serta perubahan iklim dan cuaca. Selain itu,
tekstur daging yang berbeda daripada ayam ras pedaging (broiler) banyak disukai
oleh konsumen. Hal ini membuat ayam kampung banyak dibudidayakan oleh
Potensi yang baik ini perlu diupayakan untuk meningkatkan produktivitas oleh
melakukan seleksi untuk menghasilkan ayam kampung unggul yang diberi nama
ayam KUB (Kampung Unggul Hasil Seleksi Balai Penelitian Ternak). Ayam
pertumbuhan yang lebih seragam, dan penggunaan ransum yang lebih efisien
dibandingkan dengan ayam kampung pada umumnya. Hal ini sudah dibuktikan
dari beberapa uji coba yang dilakukan di kandang percobaan dan di lokasi
Tulang Bawang Barat dengan nama ayam kampung Mano-Q Tubaba yang
peternakan, karena biaya yang dibutuhkan dari segi ransum dapat mencapai
60--70% dari total biaya produksi (Siregar, 1994). Oleh sebab itu, penggunaan
produksi dapat berkurang. Salah satu penentu harga ransum terletak pada kadar
protein kasar dalam ransum tersebut. Semakin tinggi kadar protein ransum, maka
Salah satu cara untuk dapat meningkatkan efisiensi ransum adalah dengan
pada salah satu peternakan ayam KUB di BUMT Kabupaten Tulang Bawang
Barat pada masa periode starter menggunakan 100% ransum Hi-pro 511 dari PT.
3.025 kkal/kg. Pemberian ransum broiler selain harganya yang mahal, kebutuhan
memiliki kebutuhan protein yang sedikit jika dibandingkan dengan broiler. Ayam
broiler periode starter umur 0--3 minggu memerlukan energi metabolis sebesar
3.080 kkal/kg dengan protein antara 23--24%. Ayam periode finisher umur 3--6
energi 2.900 kkal/kg, dan pada periode grower II energi metabolis sekitar 3.000
performa ayam KUB periode starter dengan pemberian protein kasar berbeda
dalam ransum, sehingga dapat diketahui kadar protein kasar terbaik dalam ransum
B. Tujuan Penelitian
C. Kegunaan Penelitian
pemberian kadar protein kasar dalam ransum yang terbaik dalam menghasilkan
Badan Usaha Milik Tiuh (BUMT) yang berada di Kabupaten Tulang Bawang
Barat memelihara ayam KUB (Ayam Kampung Unggul Hasil Seleksi Balai
Penelitian Ternak) yang berasal dari Ciawi (Bogor) diberi nama Mano-Q Tubaba.
oleh gen yang diwariskan dari orang tua, sedangkan faktor lingkungan
ayam KUB yang dipelihara BUMT Tulang Bawang Barat pada pemeliharaan
umur 0--4 minggu yang berasal dari 100% Hi-pro 511 PT. Charoen Pokphand.
Menurut Sartika (2016), kebutuhan protein kasar ayam KUB untuk penggemukan
umur 0--12 minggu adalah 17,50%. Manajemen pemberian ransum ini masih
didasarkan pada kebutuhan broiler, padahal kebutuhan antara ayam ras dan buras
ransum, dan biaya ransum. Biaya ransum berpengaruh, karena semakin tinggi
kadar protein kasar dalam ransum, maka semakin mahal harga ransum tersebut.
Sampai saat ini belum ada hasil penelitian mengenai kadar protein kasar dalam
ransum yang terbaik terhadap performa ayam KUB. Penelitian Astuti (2012),
menyatakan bahwa penggunaan ransum broiler 100% dan 75% untuk ayam
kampung memberikan kinerja yang terbaik, yaitu konsumsi ransum yang lebih
rendah, pertambahan berat badan yang lebih tinggi, dan konversi ransum yang
lebih rendah. Alwi (2012) menambahkan energi dan protein dalam ransum pada
ransum di level protein 18% dan energi 2.800 kkal/kg memberikan performa
ayam arab yang lebih baik walaupun tidak berbeda nyata dengan protein 17%
pengaruh pemberian ransum dengan tingkat protein kasar yang berbeda untuk
mengetahui performa ayam KUB. Pemberian protein kasar yang berbeda dalam
menggunakan ransum Hi Pro 511 yang bersal dari PT Charoen Pokphand, jagung
kuning yang telah digiling halus, dan dedak halus. Penggunaan ransum Hi-Pro
511 untuk memudahkan dalam menaikkan kadar protein kasar dalam ransum,
sedangkan untuk jagung dan dedak dipakai karena kuantitas yang cukup banyak,
dengan kadar protein kasar 21,50%, 18,60% dan 16,57%. Peubah performa yang
diukur meliputi konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh, konversi ransum, dan
E. Hipotesis
1. Terdapat pengaruh pemberian ransum dengan kadar protein kasar yang berbeda
terhadap performa ayam kampung KUB periode starter (umur 0--4 minggu).
A. Ayam Kampung
Ayam kampung merupakan hasil domestikasi ayam hutan merah (red jungle fowl/
Gallus gallus) yang telah dipelihara oleh nenek moyang secara turun temurun dan
(1996) dan Pramual et al., (2013) ayam kampung Indonesia berasal dari
subspesies Gallus gallus bankiva yang berasal dari Lampung, Jawa, dan Bali.
mempunyai kekerabatan (jarak genetik) yang dekat dengan ayam hutan merah
bahwa ayam yang terdapat di pedesaan di Indonesia adalah keturunan ayam hutan
lokal/kampung atau ayam sayur. Ayam Hutan Hijau (Gallus varius) tidak
al., 2007). Hal tersebut dibuktikan bahwa persilangan ayam hutan hijau dengan
missmatch kromosom.
famili Phasianidae. Ayam mempunyai jengger (comb) di atas kepala dan dua
8
gelambir (wattles) di bawah dagu. Dalam bahasa Latin, gallus artinya comb, jadi
ayam hasil domestikasi dinamakan Gallus gallus domesticus. Spesies lain yang
masih hidup liar di hutan dari genus Gallus adalah Gallus gallus (Red jungle fowl)
sebarannya meliputi China, India, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Gallus
Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, dan pulau kecil di sekitarnya. Gallus
lafayettii (Sri Lanka jungle fowl) distribusinya hanya di Sri Lanka. Sementara itu
Gallus sonneratii (Grey jungle fowl) distribusinya meliputi India bagian Selatan
ayam KUB (ayam Kampung Unggul Balai Penelitian Ternak) merupakan salah
(0--4 minggu), periode grower 1 (4--6 minggu), periode grower 2 (6--8 minggu),
merupakan langkah awal dalam menentukan kriteria seleksi yang tepat untuk
bertelur (UPB), bobot induk pertama bertelur (BIPB), bobot telur pertama (BTP),
rata-rata bobot telur (RBT), dan produksi telur selama 6 bulan (PT). Hasil
penelitian sekitar 15 tahun dan sampai dengan sekarang telah menjadikan KUB
sebagai jenis ayam kampung unggul yang telah banyak dibudidayakan (Sartika,
2016).
Keunggulan ayam KUB yang merupakan ayam kampung murni hasil seleksi galur
mengeram yang sangat rendah, yaitu 10%. Sifat mengeram yang sangat rendah
muncul disebabkan oleh hasil seleksi dengan membuang (culling) ayam yang
mengalami masa pengeraman panjang lebih dari 21 hari. Tampilan luar layaknya
ayam kampung pada umumnya merupakan salah satu keunggulan ayam KUB,
(Sartika, 2016).
10
Ayam KUB betina dapat dijadikan parent stock untuk dikawinkan dengan
pejantan ayam lokal yang mempunyai bobot besar seperti pelung, gaok, sentul,
dan nunukan. Hasil dari perkawinan ini dapat menghasilkan DOC (day old chick)
final stock ayam kampung pedaging bobot badan 1 kg pada umur >2 bulan.
Keunggulan lain dari ayam KUB diantaranya konsumsi ransum rendah, mortalitas
rendah, daya tetas telur yang tinggi, dan pertumbuhan lebih cepat (Sartika, 2016).
Ayam KUB (Kampung Unggul Hasil Seleksi Balai Penelitian Ternak) sudah
salah satu tempat peternakan ayam KUB, yang bertempat di Kabupaten Tulang
Ransum adalah campuran bahan pakan yang dapat diberikan kepada ternak untuk
Ransum yang baik mengandung nutrisi yang mampu memenuhi kebutuhan ayam
sesuai tujuan (Rasyaf, 1994). Secara umum ayam membutuhkan nutrisi yaitu
protein, karbohidrat, dan lemak sebagai sumber energi, serta vitamin mineral yang
pada berbagai umur menurut Nawawi dan Nurrohmah (2011) dapat dilihat pada
Tabel 1.
11
Tabel 1. Kandungan gizi yang dibutuhkan ayam kampung pada berbagai
tingkatan umur
Umur (minggu)
Nutrisi
0--12 12--22 >22
Energi metabolis (kkal/kg) 2.600 2.400 2.400--2.600
Protein kasar (%) 15,00--17,00 14,00 14,00
Kalsium/Ca (%) 0,90 1,00 3,4
Fosfor (%) 0,45 0,45 0,34
Metionin 0,37 0,21 0,22--0,30
Lisin 0,87 0,45 0,68
Sumber: Nawawi dan Nurrohmah (2015)
1. Protein ransum
Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi.
hidrogen, dan oksigen, tetapi protein juga mengandung nitrogen. Hampir lima
puluh persen dari berat kering suatu sel hewan adalah protein. Penyusun struktur
adalah sebuah polimer dari asam-asam amino yang digabungkan dengan ikatan
(Tillman et al., 1998). Protein dalam ransum sebagai zat pembangun untuk
pertumbuhan, mengganti jaringan sel rusak, dan membentuk telur. Protein terdiri
dari asam amino esensial dan nonesensial, asam amino esensial tidak dapat dibuat
dalam tubuh ayam, sehingga harus disediakan dalam ransum (Sarwono, 2007).
Bahan sumber protein ransum dapat berasal dari protein hewani (dari hewan) atau
protein nabati (dari tumbuhan). Bahan sumber protein hewani antara lain tepung
ikan, tepung cacing, tepung bulu, dan tepung darah. Protein hewani dibutuhkan
ayam kampung sebesar 3--10% dari jumlah ransumnya. Bahan sumber protein
12
nabati terdiri atas bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, dan
ampas tahu. Protein nabati yang dibutuhkan ayam kampung sebesar 10--30% dari
pertumbuhan untuk ayam KUB pedaging adalah 610 g/kg ransum broiler starter,
110 g/kg jagung kuning, 270 g/kg dedak padi, dan 10 g/kg mix komersil
(Sartika, 2016).
2. Energi ransum
Bahan pembentuk ransum yang merupakan sumber energi bagi ayam dibutuhkan
dalam jumlah banyak, sekitar 25--60 % dari total ransum yang diberikan (Nawawi
ransum terjadi bila perbandingan energi dan protein, vitamin serta mineral dalam
Kebutuhan energi metabolis untuk ayam kampung umur 0-->22 minggu berkisar
Jika ayam kekurangan energi, maka zat lain yang terdapat dalam tubuh ayam
seperti protein dan lemak akan diubah menjadi energi. Bahan pembentuk ransum
sumber energi cukup banyak dan relatif mudah didapatkan, diantaranya jagung,
ubi kayu, sagu, bungkil kedelai, dedak, atau bekatul, dan bungkil kelapa (Nawawi
Protein merupakan zat organik yang tersusun dari unsur karbon, nitrogen, oksigen
dan hidrogen. Fungsi protein untuk hidup pokok, pertumbuhan jaringan baru,
1994). Protein merupakan senyawa biokimia kompleks yang terdiri atas polimer
amino lainnya merupakan asam amino esensial yang harus disediakan dari luar
Energi metabolis merupakan energi yang siap untuk dimanfaatkan oleh ternak
kandungan serat kasar yang merupakan faktor utama dalam yang menentukan
besarnya energi metabolis yang mungkin dapat dicapai (McDonald et al., 1994),
kapasitas laju pertumbuhan genetis ternak itu sendiri. Kekurangan asupan protein
berhenti makan. Kandungan energi yang tinggi dalam ransum akan membuat
D. Konsumsi Ransum
Menurut Nova et al., (2002), konsumsi ransum diukur dalam satu minggu,
sedangkan konsumsi ransum menurut standar produksi dihitung per hari, per
minggu, atau konsumsi kumulatif setiap kali produksi. Rasyaf (2011) menyatakan
lingkungan, tahap produksi, dan energi ransum. Selain itu, bentuk ransum, ukuran
terhadap konsumsi ransum (Aksi Agraris Kanisius, 2003). North dan Bell (1990)
juga diatur oleh mekanisme lain yang berlangsung terus menerus sampai batas
kebutuhan yang dipengaruhi oleh besar badan dan pertambahan bobot badannya
Konsumsi ransum tiap ekor ternak berbeda-beda. Konsumsi ransum pada ayam
kampung dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain umur, jenis ternak,
15
aktifitas ternak, energi dalam ransum, dan bobot badan. Selain hal tersebut, suhu
yang tinggi merangsang reseptor termal perifer untuk mengirimkan impuls saraf
konsumsi ransum. Menurut Sartika (2016), contoh pemberian ransum pada KUB
pedaging di Tabel 2.
Konsumsi ransum tiap umur ayam akan berbeda-beda. Semakin tinggi umur ayam
penelitian Alwi (2014) tentang ayam arab yang diberi protein kasar 18% dan
310,29--398,38 g/ekor/minggu.
16
E. Konsumsi Protein
sehingga metabolisme sel-sel dalam tubuh berlangsung secara normal. Hal ini
sesuai dengan pendapat Tampubolon dan Bintang (2012) yang menyatakan bahwa
berperan penting dalam proses deposisi protein melalui sintesis dan degradasi
ransum dalam pakan sehingga konsumsi ransum yang baik akan menunjukkan
konsumsi protein yang baik pula. Konsumsi protein, yaitu jumlah protein yang
dikonsumsi oleh ayam. Konsumsi protein dinyatakan dalam satuan gram, dihitung
dengan rumus menurut Tillman et al., (1998) adalah dengan cara mengalikan
jumlah konsumsi ransum (g) dengan kadar protein kasar dalam ransum (%).
Sari et al., (2014) menyatakan bahwa pada penelitian broiler yang diberi ransum
bahwa energi metabolis yang diberikan sama dalam ransum akan menghasilkan
konsumsi ransum yang sama, dengan kata lain ransum mengandung protein yang
sama sehingga konsumsi protein juga sama. Hal ini sesuai dengan pendapat
17
Wahju (1997) yang menyatakan bahwa konsumsi ransum dalam jumlah besar
Kelebihan konsumsi protein dari ransum akan disimpan dalam bentuk energi,
adalah retensi protein dan rasio efisiensi protein (Protein Efficiency Ratio)
dapat menurunkan konsumsi pakan sehingga protein yang dikonsumsi juga akan
mengalami penurunan.
Pertambahan berat tubuh adalah selisih antara bobot tubuh saat tertentu dengan
bobot tubuh semula (Rasyaf, 2002). Menurut North dan Bell (1990), variasi
kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh tipe unggas, jenis kelamin, umur, galur,
tata laksana, suhu lingkungan, serta kualitas ransum, sedangkan Jull (1992)
Bobot tubuh rata-rata ayam KUB dapat dilihat pada Tabel 3. Menurut penelitian
Astuti (2012), pertambahan berat tubuh ayam kampung dari pemberian ransum
G. Konversi Ransum
ini dengan pertambahan berat tubuh yang dicapai pada kurun waktu tertentu
(Nova et al., 2002). Konversi ransum dapat digunakan sebagai gambaran untuk
mengetahui tingkat efisiensi produksi. Angka konversi ransum yang kecil berarti
Proses konversi zat gizi dalam sistem metabolisme ayam juga dipengaruhi oleh
ransum ayam buras yang dipelihara dengan sistem pemeliharaan intensif berkisar
Konversi ransum pada sistem pemeliharaan tradisional sekitar >10, pada sistem
pemeliharaan secara semi intensif didapatkan hasil berkisar 8--10 dan sistem
19
pemeliharaan secara intensif didapatkan hasil konversi ransum berkisar antara
Astusi (2012) mengatakan bahwa konversi ransum hasil penelitian ayam kampung
energi dan protein berbeda terhadap konsumsi ransum dan air serta konversi
ransum ayam buras periode layer yaitu 3,40--4,43. Konversi ransum bernilai 1
(Rasyaf, 2011).
hasil produksi peternakan dalan kilogram hidup, sedangkan biaya ransum adalah
jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan bobot ayam hidup (Nova et
al., 2002). Menurut Rasyaf (2011), nilai IOFC adalah perhitungan dengan cara
jumlah biaya pengeluaran untuk ransum. Nilai IOFC yang dihasilkan akan
IOFC berkaitan dengan pegangan produksi dari segi teknis, sehingga dapat diduga
tingkat efisiensi ayam mengubah makanan menjadi daging (Nova et al., 2002).
Nilai IOCF dipengaruhi oleh bibit ayam, ransum, dan harga (Nova et l., 2002).
Biaya ransum memegang peran penting karena merupakan biaya terbesar dari
20
total biaya yang dikeluarkan selama pemeliharaan ayam. Menurut Yahya (2003),
penggunaan ransum yang berkualitas baik dan harganya yang relatif murah
sebesar Rp1,91--2,18. Besarnya nilai IOFC yang baik untuk usaha peternakan
Penelitian ini telah dilaksanakan selama 4 minggu pada Mei 2017--Juni 2017,
B. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan adalah 96 ekor ayam KUB berumur 1 hari dengan rata-rata
bobot tubuh sekitar 30,85 ± 3,67 g/ekor (KK: 11,90%) dengan tidak memisahkan
jantan dan betina dalam 1 petak (unsex). Ayam KUB yang digunakan produksi
2. Ransum
Ransum yang digunakan pada penelitian ini adalah ransum berbentuk mash
dengan kadar protein kasar 21,50%, 18,60%, dan 15,57%. Bahan ransum
22
terdiri atas dedak padi, jagung kuning, dan ransum komersil Hi-pro 511 produksi
Perlakuan
Bahan
P0 P1 P2
Ransum 511 (%) 100 80,30 60,00
Jagung (%) 0 10,00 16,20
Dedak padi (%) 0 9,70 23,80
Protein kasar ransum (%) 21,50 18,60 15,57
Serat kasar (%) 5,00 5,50 6,50
Energi metabolis ransum (kkal/kg) 3.025 3.089 3.006
kasar ayam KUB untuk penggemukan umur 0--12 minggu sebesar 17,50%.
23
Penelitian ini menggunakan kadar protein kasar 21,50% dalam ransum sebagai
kontrol perlakuan. Harga untuk ransum penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.
C. Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah sapu lidi untuk
jaring pemisah antar sekat kandang; gunting untuk memotong; tali rafia untuk
mengikat antar sekat dengan waring; wing web untuk memberi tanda pada ayam;
untuk alas (litter) kandang; koran digunakan untuk pelapis sekam saat ayam baru
datang; plastik terpal sebagai tirai penutup kandang; brooder sebagai pemanas
gas 3 kg, tempat ransum baki (chick feeder tray) digunakan sebagai tempat
ransum ayam umur 1--14 hari; tempat ransum gantung(hanging feeder) digunakan
sebagai tempat ransum ayam berumur 15--30 hari; tempat air minum gantung
D. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
dengan 8 ulangan. Masing-masing ulangan terdiri dari 4 ekor ayam KUB sebagai
Tata letak dalam percobaan ini berukuran 25x25x50 cm dengan pemisah antar
satuan petak berupa sekat dengan jaring. Tata letak percobaan dapat dilihat pada
Gambar 1.
Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf nyata 5%. Apabila setelah
dilakukan analisis ragam diperoleh hasil yang berbeda nyata maka dilakukan uji
E. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan kandang
Kandang dibersihkan seminggu sebelum DOC (day old chick) datang (chick in),
1. Merakit kandang dari sekat dan waring dengan ukuran 25x25x50 cm untuk
2. Mencuci peralatan kandang (feeder tray, hanging feeder, dan tempat air
minum);
5. Memasang sekat;
6. Menaburi lantai kandang dengan sekam setebal 5--10 cm apabila kapur telah
kering.
DOC yang telah tiba ditimbang untuk mengetahui bobot tubuh awalnya,
selama 24 jam. Setiap unit percobaan terdiri dari 4 ekor ayam. Semua petak
Konsumsi ransum dihitung setiap minggu. Selain itu, juga diukur suhu dan
kelembapan lingkungan kandang setiap hari pada pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB,
dan 17.00 WIB. Suhu dan kelembaban lingkungan kandang diukur menggunakan
3. Pembuatan Ransum
1. Menyiapkan pakan yang akan dijadikan ransum, pada penelitian ini berupa
ransum dengan jumlah yang lebih sedikit diletakkan di atasnya, setelah itu
kedua bahan tersebut dari dasar ke atas beberapa kali hingga homogen.
27
4. Air minum
Air minum yang digunakan dalam penelitian ini berupa air sumur yang diberikan
secara ad libitum. Pemberian air minum dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari.
5. Vaksin
Vaksin yang diberikan pada penlitian ini disajikan dalam Tabel 7. Vaksinasi AI
bagi daerah bebas flu burung tidak diperlukan. Namun, bagi daerah yang positif
flu burung, vaksinasi AI diperlukan pada umur 2 minggu dan 5 minggu dengan
Umur
Vaksin Aplikasi
Pemberian
Medivac ND® Tetes mata 3 hari
Medivac Gumboro® Tetes mulut 7 hari
ND Lasota® Tetes mata 21 hari
Sumber: Sartika (2016)
Konsumsi ransum diukur setiap minggu berdasarkan selisih antara jumlah ransum
yang diberikan pada awal minggu (g) dengan sisa ransum pada akhir minggu
(Rasyaf, 2005).
28
2. Konsumsi protein (g/ekor/minggu)
Konsumsi protein yaitu jumlah protein yang dikonsumsi oleh ayam dengan cara
mengalikan jumlah konsumsi ransum setiap minggu (g) dengan kadar protein
berdasarkan selisih berat ayam pada hari akhir penimbangan pada setiap minggu
4. Konversi ransum
awal dengan pertambahan berat tubuh yang dicapai pada kurun waktu tertentu
Nilai Income Over Feed cost (IOFC) diperoleh dengan cara membandingkan
A. Simpulan
Pemberian ransum dengan kadar protein kasar berbeda pada ayam KUB periode
protein, pertambahan berat tubuh, konversi ransum, income over feed cost.
B. Saran
untuk ayam KUB periode starter karena nilai konversi ransum yang rendah
dalam ransum dengan selang yang lebih besar dalam ransum. Untuk
ayam KUB.
DAFTAR PUSTAKA
Aisjah, T., R.Wiradimadja dan Abun. 2007. suplementasi metionin dalam ransum
berbasis lokal terhadap imbangan efisiensi protein pada ayam pedaging.
Artikel Ilmiah Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas
Peternakan, Universitas Padjajaran, Jatinangor, Bandung.
Aryanti F, Aji, Budiono. 2013. Pengaruh pemberian air gula merah terhadap
performans ayam kampung pedaging. Jurnal Sains Veteriner. ISSN : 31 (2) :
0126-0421
Cherry, J. A. 1982. Non caloric effect of dietary fat and cellulose on the voluntary
feed consumtionof white leghorn chicken. Poult. Sci. 61: 345-350
Fumihito AS, Miyake, Takada, Singu, Endo, Gojobori, Kondo, Ohno. 1996.
Monophyletic origin and unique dispersal patterns of domestic fowis. Proc
Nati Acad Soi. 93:6792-6795
Guernec, A., B. Chevalier, and M. J. Duclos. 2004. Nutrient supply enhances both
IGF-1 and MSTN mRNA Levels in chicken skeletal muscle. Domes. Anim.
Endocrinol. 26(2):143-154.
Gultom, S.M., Supratman, Abun. 2014. Pengaruh Imbangan energi dan protein
ransum terhadap bobot karkas dan bobot lemak abdominal ayam broiler umur
3--5 minggu. Jurnal Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran, Bandung.
Hakim, L. 2005. Evaluasi pemberian feed additive alami berupa campuran herbal,
probiotik, dan prebiotik terhadap performa, karkas dan lemak abdominal serta
hdl dan ldl daging broiler. skripsi. fakultas peternakan. institut pertanian
bogor. Bogor
Ketaren, P.P. 2007. Peran itik sebagai penghasil telur dan daging nasional.
Wartazoa 17(3): 117 – 127
Kurtini, T., K. Nova, dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas. Buku
Ajar. AURA Printing dan Publishing. Bandar Lampung
North, M.O. and D.D Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual.
4 Edition. Van Nostrand Rainhold. New York.
Nova, K., T. Kurtini, dan Riyanti. 2002.Manejemen Usaha Ternak Unggas. Buku
Ajar. Universitas lampung. Bandar Lampung.
Parakasi, A. 1985. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan IPB,
Bandung.
Rusdiansyah, Muh. 2014. Pemberian level energi dan protein berbeda terhadap
konsumsi ransum dan air serta konversi ransum ayam buras fase layer.
Skripsi. Universitas Hasanudin. Makasar.
Sarwono, B. 2007. Beternak Ayam Buras: Pedaging dan Petelur Edisi Revisi.
Penebar Swadaya, Jakarta
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia
ustaka Utama. Jakarta.
Suryana dan A. Hasbianto. 2008. Usaha tani ternak ayam buras di Indonesia
permasalahan dan tantangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Kalimantan Selatan, J. Litbang Pertanian 27(3): 75 – 83.
Suthama, N., Wahyuni, H.I., dan Mangitsah, I., 2010. Laju pertumbuhan
berdasarkan degradasi protein tubuh pada ayam kedu dipelihara ex situ.
Prosiding Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal ke-IV. Semarang 7
Oktober 2010. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Hal.
138 – 146
Tampubolon., Bintang, P.P., 2012. Pengaruh imbangan energi dan protein ransum
terhadap energi metabolis dan retensi nitrogen ayam broiler. Jurnal Fakultas
Peternakan Universitas Padjajaran, Bandung.
Tuslam, 2010. Pengaruh pembatasan waktu pemberian pakan pada siang hari
terhadap efisiensi penggunaan protein ayam broiler. Skripsi. Universitas
Diponegoro, Semarang
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-V. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Yousef, M.K. 1985. Stress Physiologi in Livestock. Vol 1. CRC Press. Boca
Raton. Florida.