92 178 1 SM
92 178 1 SM
92 178 1 SM
Naskah Masuk: 30 Maret 2017 Naskah Revisi: 13 April 2017 Naskah Diterima: 28 April 2017
ABSTRACT
The prevalence of hypertension in type 2 diabetic patients is 1,5-3 times higher than in nondiabetic
The objectives of this research is to explain the risk factors affecting hypertension in type 2 diabetic
patients. The research used an observational studies with case-control study design in Primary
Healthcare Centers patients in Pati Regency of 2014. Case group were 57 patients with
hypertension in type 2 diabetes, while control group were the type 2 diabetes patients without
hypertension. Data were obtained from medical records and qualitative interviews. Chi-square test
in bivariate and multiple logistic regression in multivariate analysis. This study has been obtained
ethical clearance from The Ethical Committee of Health Research Medical Faculty of Diponegoro
University or dr. Kariadi Hospital. Results : factors that influence hypertension in type 2 diabetic
patients were physical activity (OR=6.4; 95% CI: 2.18-18.77; p=0.001), diabetes duration ≥ 5
years (OR=5.4; 95% CI: 1.97 – 14.704; p=0.001), and medication adherence (OR=3.6; 95% CI:
1.32-9.83; p=0.012). Other risk factors that not significantly influenced were age ≥45 years, male,
diet compliance, history of hypertension, smoking, salt consumption, coffee consumption, and sleep
duration.
Keywords: risk factor, hypertension, type 2 diabetes mellitus
ABSTRAK
Prevalensi hipertensi pada penderita DM tipe 2 lebih tinggi dibandingkan non DM tipe 2. Tujuan
penelitian untuk menjelaskan faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi pada penderita
DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Pati tahun 2014. Jenis Penelitian observasional
dengan rancangan studi kasus kontrol pada pasien Puskesmas. Kelompok kasus adalah 57 pasien
DM tipe 2 dengan hipertensi sedangkan kelompok kontrol adalah 57 pasien DM tipe 2 tanpa
hipertensi. Data diperoleh dari observasi catatan medis dan wawancara. Uji chi-square pada analisis
bivariat dan analisis multivariat dengan regresi logistik ganda. Penelitian ini telah memdapatkan
Ethical clearance dari Komisi Etik FK UNDIP/RSUP dr. Kariadi Semarang. Hasil Penelitian :
faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi pada penderita DM tipe 2 adalah aktivitas
fisik kurang (OR=6,4; 95% CI: 2,18 - 18,77; p=0,001), lama menderita DM ≥5 tahun (OR=5,4;
95% CI: 1,97 - 14,704; p=0,001), dan kepatuhan minum obat DM (OR=3,6; 95% CI: 1,32 - 9,83;
p=0,012). Faktor yang tidak berpengaruh adalah : usia ≥45 tahun, jenis kelamin laki-laki, kepatuhan
diet DM, riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, kebiasaan makan asin, kebiasaan minum kopi, dan
lama waktu tidur.
Kata kunci : faktor risiko, hipertensi, DM tipe 2
47
Faktor-faktor yang berpengaruh...... Gracilaria dkk.
48
Jurnal Litbang Vol. XIII, No. 1 Juni 2017: 47-59
kepatuhan minum obat DM, dan lama (tahap pradiabetes) tetapi belum
waktu tidur (Fukui, 2011). memenuhi kriteria penderita diabetes
Tujuan penelitian ini adalah untuk melitus. Selanjutnya sel beta tidak
untuk menganalisis faktor-faktor yang sanggup lagi mengkompensasi resistensi
berpengaruh terhadap terjadinya insulin hingga kadar glukosa darah
hipertensi pada penderita DM tipe 2 di meningkat dan fungsi sel beta pankreas
wilayah Puskesmas di Kabupaten Pati semakin menurun saat itulah diagnosa
diabetes ditegakkan. Penurunan fungsi
TINJAUAN PUSTAKA
sel beta berlangsung secara progresif
Pengertian Diabetes Melitus sampai akhirnya sama sekali tidak
Menurut American Diabetes mampu lagi mengekresi insulin (WHO,
Association (2014), diabetes melitus 1999). Peningkatan produksi glukosa
merupakan suatu penyakit kronik yang hati, penurunan pemakaian glukosa dan
ditandai dengan adanya hiperglikemi lemak oleh otot berperan atas terjadinya
sebagai akibat berkurangnya produksi hiperglikemia kronik saat puasa dan
insulin, ataupun gangguan aktivitas dari setelah makan. Perubahan proses
insulin ataupun keduanya. Keadaan ini toleransi glukosa, mulai dari kondisi
akan mengakibatkan perubahan- normal, toleransi glukosa terganggu dan
perubahan metabolisme terhadap DM tipe 2 dapat dilihat sebagai keadaan
karbohidrat, lemak maupun protein yang berkesinambungan (Soewondo,
(WHO, 1999). Diabetes melitus adalah 2007).
suatu kumpulan gejala yang timbul pada Hipertensi
seseorang yang disebabkan oleh karena
peningkatan kadar glukosa darah akibat Tekanan darah adalah desakan
penurunan sekresi insulin yang progresif darah terhadap dinding-dinding arteri
dilatar belakangi oleh resistensi insulin ketika darah tersebut dipompa dari
(Soegondo dkk, 2009). jantung ke jaringan. Tekanan darah
merupakan gaya yang diberikan darah
Diabetes Melitus Tipe 2 pada dinding pembuluh darah. Tekanan
Patofisiologi DM tipe 2 ditandai ini bervariasi sesuai pembuluh darah
dengan adanya resistensi insulin perifer, terkait dan denyut jantung. Tekanan
gangguan hepatic glucosa production darah pada arteri besar bervariasi
(HGP) dan penurunan fungsi sel ß, yang menurut denyutan jantung. Tekanan
akhirnya akan menuju kerusakan total paling tinggi ketika ventrikel
sel ß. Mula-mula timbul resistensi insulin berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling
kemudian disusul oleh peningkatan rendah ketika ventrikel
sekresi insulin, untuk mengatasi berelaksasi/tekanan diastolik (Price &
kekurangan resistensi insulin agar kadar Wilson, 2006). Menurut WHO (2005),
glukosa darah tetap normal. Pada tahap batas tekanan darah yang masih dianggap
ini, kemungkinan individu tersebut akan normal adalah 140/90 mmHg dan
mengalami gangguan toleransi glukosa tekanan darah sama dengan atau lebih
49
Faktor-faktor yang berpengaruh...... Gracilaria dkk.
50
Jurnal Litbang Vol. XIII, No. 1 Juni 2017: 47-59
Hasil penelitian Sugiarto (2007) dan sodium karbonat (Frisoli et. al,
menyatakan aktivitas fisik seperti 2012). Penelitian yang dilakukan
olahraga dan pekerjaan berat seperti Sugiharto (2007) menunjukkan bahwa
mencangkul, mengangkat beban, seseorang yang terbiasa mengkonsumsi
mengerjakan konstruksi sangat makanan asin berisiko menderita
mempengaruhi stabilitas tekanan darah. hipertensi sebesar 3,95 kali jika
Orang yang tidak aktif melakukan dibandingkan orang yang tidak terbiasa
kegiatan fisik cenderung mempunyai mengkonsumsi makanan asin (p=0,0001;
frekuensi denyut jantung yang lebih 95% CI 1,87–8,36).
tinggi sebab mengakibatkan otot jantung Kopi disebut-sebut sebagai salah
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. satu faktor yang dapat menyebabkan
Makin keras usaha otot jantung hipertensi. Kopi merupakan sumber
memompa darah, makin besar pula kafein terbesar, konsumsi kafein yang
tekanan yang dibebankan pada dinding terlalu banyak akan membuat jantung
arteri sehingga meningkatkan tahanan berdegup lebih cepat dan tekanan darah
perifer yang menyebabkan kenaikan meningkat. Kafein dalam 2-3 cangkir
tekanan darah. Olahraga dihubungkan kopi (200-250 mg) terbukti
dengan pengelolaan hipertensi, karena meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-
olahraga teratur dapat menurunkan 14 mmHg dan tekanan diastolik sebesar
tahanan perifer yang akan menurunkan 4-13 mmHg. Kafein bukan termasuk zat
tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan gizi, tetapi secara nyata menyebabkan
dengan peran obesitas pada hipertensi. naiknya tekanan darah dalam waktu
WHO merekomendasikan aerobik secara singkat untuk kemudian kembali normal.
teratur minimal 30 menit setiap hari, Penderita hipertensi tidak dianjurkan
setiap hari dalam seminggu (WHO, mengkonsumsi kopi karena dapat
2005). meningkatkan risiko terjadinya stroke
Konsumsi natrium yang berlebih dan meningkatkan ekskresi kalsium yang
menyebabkan konsentrasi natrium di berakibat peningkatan tekanan darah
dalam cairan ekstraseluler meningkat. (Sheps & Sheldon, 2005).
Untuk menormalkannya cairan
METODE PENELITIAN
intraseluler ditarik ke luar, sehingga
volume cairan ekstraseluler meningkat. Jenis penelitian yang dilakukan
Meningkatnya volume cairan adalah studi observasional analitik
ekstraseluler tersebut menyebabkan dengan desain studi case control.
meningkatnya volume darah, sehingga Variabel terikat pada penelitian ini
berdampak kepada timbulnya hipertensi. adalah kejadian hipertensi pada penderita
Karena itu disarankan untuk mengurangi DM tipe 2. Variabel bebas dalam
konsumsi natrium/sodium. Sumber penelitian ini usia ≥45 tahun, jenis
natrium/sodium yang utama adalah kelamin laki-laki, lama menderita DM,
natrium klorida (garam dapur), penyedap kepatuhan diet DM, kepatuhan minum
masakan monosodium glutamate (MSG), obat DM, riwayat hipertensi pada
51
Faktor-faktor yang berpengaruh...... Gracilaria dkk.
52
Jurnal Litbang Vol. XIII, No. 1 Juni 2017: 47-59
55,9±8,5 tahun, rerata lama menderita kopi (81,6%), dan sebagian besar
DM adalah 5,5±5,8 tahun. Sebagian responden memiliki waktu tidur malam
besar responden berusia ≥45 tahun yang cukup (63,2%).
(91,2%), sebagian besar responden Analisis bivariat (Tabel 1)
berjenis kelamin perempuan (75,4%), menunjukkan bahwa faktor yang
pekerjaan terbanyak responden adalah berpengaruh terhadap terjadinya
tidak bekerja/IRT (36,8%), pendidikan hipertensi pada penderita DM tipe 2
terakhir responden sebagian besar adalah usia ≥45 tahun (OR=10,5;
responden adalah tamat SD (39,5%), p=0,020), lama ≥5 tahun (OR=4,1;
sebagian besar responden memiliki lama p=0,001), kepatuhan diet DM (OR=3;
DM <5 tahun (63,2%), sebagian besar p=0,011), kepatuhan minum obat DM
responden tidak patuh diet DM (64,9%), (OR=3,6; p=0,02) dan aktivitas fisik
sebagian besar responden patuh minum kurang (OR=4,8; p=0,001). Analisis
obat DM (60,5%), sebagian besar multivariat (Tabel 2) mendapati bahwa
responden (39,5%) memiliki riwayat variabel yang berpengaruh terhadap
hipertensi, sebagian besar responden terjadinya hipertensi pada penderita DM
tidak merokok (81,6%), sebagian besar tipe 2 adalah aktivitas fisik kurang
responden memiliki aktivitas fisik yang (OR=6,4; p=0,001), lama menderita DM
kurang (68,4%), sebagian besar ≥5 tahun (OR=5,4; p=0,001), dan
responden sering makan asin (62,3%), kepatuhan minum obat DM (OR=3.6;
sebagian besar responden jarang minum p=0,012).
Tabel 1.
Rangkuman Hasil Analisis Bivariat Variabel Bebas
Terhadap Terjadinya Hipertensi pada Penderita DM Tipe 2
95 % CI
No Variabel Nilai p OR
Bawah Atas
1. Usia ≥ 45 thn 0,020 10,5 1,28 85,88
2. Jenis kelamin laki-laki 0,828 0,827 0,35 1,94
3. Lama DM ≥ 5 tahun 0,001 4,1 1,83 9,48
4. Kepatuhan diet DM 0,011 3 1,36 6,83
5. Kepatuhan minum obat DM 0,002 3,6 1,65 8,13
6. Riwayat hipertensi 0,446 1,5 0,65 3,55
7. Kebiasaan merokok 1,000 1,1 0,44 2,9
8. Aktivitas fisik kurang 0,001 4,8 1,98 11,59
9. Kebiasaan makan asin 0,699 1,3 0,58 2,67
10. Kebiasaan minum kopi 0,629 1,4 0,55 3,7
11. Lama waktu tidur 0,609 1,3 0,61 2,83
Sumber : Pengolahan Data (2015)
53
Faktor-faktor yang berpengaruh...... Gracilaria dkk.
54
Jurnal Litbang Vol. XIII, No. 1 Juni 2017: 47-59
55
Faktor-faktor yang berpengaruh...... Gracilaria dkk.
sebagai faktor risiko karena kesetaraan hipertensi. Hal ini berarti juga pada
proporsi paparan pada kasus (57,1%) dan orang-orang yang menderita DM tipe 2 <
kontrol (46,7%). 5 tahun, apalagi yang > 5 tahun harus
Selain itu dari 114 responden, melalukan manajemen yang baik
hanya 87 orang yang dapat menjawab terhadap aktivitas fisiknya maupun dalam
status riwayat hipertensi pada keluarga, keteraturan minum obat. Jika penderita
sedangkan 27 orang lainnya menjawab melakukan manajemen aktivitas fisik
tidak tahu. Kebiasaan merokok tidak yang baik dan teratur minum obat maka
terbukti sebagai faktor risiko karena tetap ada harapan bagi penderita DM tipe
adanya kesetaraan proporsi paparan pada 2 untuk terhindar dari hipertensi
kasus (19,3%) dan kontrol (17,5%). meskipun penderita tersebut sudah
Merokok juga masih didominasi oleh menderita DM tipe 2 lebih dari 5 tahun.
laki-laki sedangkan 75,4% subyek Aktivitas fisik sangat bermanfaat untuk
penelitian ini adalah perempuan yang meningkatkan sirkulasi darah,
tidak merokok. Kebiasaan makan asin menurunkan berat badan dan
tidak terbukti sebagai faktor risiko karena memperbaiki sensitivitas terhadap
proporsi responden yang makan asin insulin, sehingga akan memperbaiki
pada pada kasus 64,9% dan pada kontrol kadar glukosa darah (Sugiharto, 2007).
59,6% hampir setara. Selain itu,
KESIMPULAN DAN SARAN
penelitian ini tidak memisahkan antara
penggunaan natrium klorida (garam Kesimpulan
dapur) dengan penyedap rasa 1. Variabel yang terbukti berpengaruh
monosodium glutamate (MSG). terhadap terjadinya hipertensi pada
Kebiasaan minum kopi tidak terbukti penderita DM tipe 2 adalah aktivitas
sebagai faktor risiko karena minum kopi fisik yang kurang, lama menderita
masih didominasi oleh laki–laki, DM dan kepatuhan minum obat DM.
sedangkan sebagian besar responden 2. Variabel yang tidak terbukti
adalah perempuan yang tidak minum berpengaruh terhadap terjadinya
kopi. Lama waktu tidur tidak terbukti hipertensi pada penderita DM tipe 2
sebagai faktor risiko karena proporsi adalah usia ≥45 tahun, jenis kelamin
paparan pada kasus (40,4%) dan kontrol laki-laki, kepatuhan diet DM, riwayat
(33,9%) yang tidak jauh berbeda hipertensi, kebiasaan merokok,
sehingga menyebabkan tidak adanya kebiasaan makan asin, kebiasaan
pengaruh yang signifikan. minum kopi, dan lama waktu tidur.
Variabel kepatuhan minum obat
dan kurangnya aktivitas fisik terbukti Saran
menjadi faktor risiko hipertensi pada 1. Masyarakat melakukan aktivitas fisik
penderita DM tipe 2,artinya 2 faktor ini dengan cara olahraga secara teratur
perlu diwaspadai juga oleh para penderita minimal 3 kali seminggu selama 30
DM tipe 2 yang sudah > 5 tahun yang menit, mengkonsumsi obat diabetes
juga terbukti menjadi faktor risiko dengan tepat waktu, tepat dosis dan
56
Jurnal Litbang Vol. XIII, No. 1 Juni 2017: 47-59
57
Faktor-faktor yang berpengaruh...... Gracilaria dkk.
58
Jurnal Litbang Vol. XIII, No. 1 Juni 2017: 47-59
59