Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
0% found this document useful (0 votes)
40 views13 pages

1 PB - 230526 - 074826

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 13

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 13 / No.

2 / Agustus 2018

Pengaruh Faktor Pendukung terhadap Perilaku Masyarakat dalam


Pencegahan Penyakit Filariasis di Kota Semarang
Ariska Tri Hapsari*), Zahroh Shaluhiyah*), Antono Suryoputro*)
*)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Korespondensi: ariskanabila01@gmail.com

ABSTRACT
Background: Filariasis is chronic infectious disease due to filariasis worm infection which
transmitted through mosquitoe bites. There were 241 districts as filariasis endemic districts in
Indonesia. More than 50% of the population in endemic areas are potential to contract with
this disease. High prevalence of filariasis cases, can cause the increasing mortality cases if
the disease did not treat it properly and prevent it early. There were 21 new cases found and
three cases of them have died. This study aims to analyze the supporting factors influence to
prevention behaviour of filariasis.
Method: This study is a quantitative study with a cross sectional design involved 178
respondents as total sampling. The people who live surrounding the filariasis sufferer (≤
100m) were recruited as a sample. Data collected using face to face interview by standard
questionnaire. Data were analyzed using univariate, Chi-square test and multiple logistic
regression.
Results: The results shows that the support of family, neighbors, and community leaders were
not significant associated to the filariasis preventive behavior of respondents (P value> 0.05)
while the support of health workers and the exposure of health promotion programs were
significant associated the filariasis prevention behavior of the respondents. According to
multivariate analysis, exposure on health promotion programs and supporting from health
provider influenced the prevention behaviour of respondents with Odds Ratio 11.237 and p
value 0.023. The role of health providers in the prevention programs to the community was
greatly important to improve knowledge, attitude, and people behaviour to prevent this
disease. To reduce disease incidence is needed community empowerment program to improve
community participation in preventing disease.
Keywords: filariaris, supporting factors, behaviour of preventing filariasis

ABSTRAK
Latar Belakang: Filariasis adalah penyakit menular menahun karena penyebabnya adalah
infeksi cacing filariasis yang ditularkan melalui nyamuk. Terdapat 241 kabupaten di
Indonesia yang merupakan daerah endemis filariaris dan 50% penduduknya berpotensi
tertular penyakit ini. Masih tingginya prevalensi kasus filariasis dibeberapa daerah dapat
meningkatkan kematian. Kasus filariasis di Kota Semarang saat ini mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2017 kasus filariasis terdapat sebanyak 21 kasus dan 3
diantaranya meninggal dunia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor pendukung
perilaku masyarakat dalam mencegah penularan penyakit filariasis.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional
dengan subjek penelitian sebanyak 178 orang. Sample dipilih secara total sampling (sampling
jenuh) yaitu masyarakat yang tinggal <100m2 dari penderita. Data dikumpulkan melalui
wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner. Data kemudian dianalisis secara
univariat, bivariate, multivarat dengan test Chi-square dan regresi logistic berganda.

143
Pengaruh Faktor Pendukung… (Ariska T.H., Zahroh S., Antono S.)

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga, tetangga dan tokoh
masyarakat tidak berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit filarialis (P value >
0.05), Sedangkan dukungan tenaga kesehatan dan akses atau keterpaparan terhadap promosi
kesehatan tentang pencegahan filariasis berpengaruh terhadap perilaku pencegahan penyakit
filariasis tersebut. Menurut hasil analisis multivariate, variabel keterpaparan program
pencegahan merupakan faktor dominan yang berpengaruh terhadap perilaku pencegahan
penyakit tersebut dengan Odds Ratio sebesar 11,237 dan p value 0,023. Peran tenaga
kesehatan dalam keterpaparan terhadap program pencegahan penyakit filariasis kepada
masyarakat sangat penting untuk merubah perilaku masyarakat dalam mencegah penyakit
filariaris di daerah penelitian ini. Hal ini berupa perilaku dalam kebersihan lingkungan untuk
menghilangkan tempat perindukan nyamuk filariasis. Diperlukan strategi upaya menurunkan
prevalensi kejadian penyakit dengan melibatkan masyarakat melalui program pemberdayaan.
Kata Kunci: filariaris, faktor pendukung, perilaku pencegahan, Semarang

PENDAHULUAN yaitu program eliminasi yang dilaksanakan


Filariasis adalah penyakit menular melalui pengobatan massal dan perawatan
yang disebabkan infeksi cacing filaria yang untuk mencegah kecacatan setahun sekali
ditularkan melalui gigitan nyamuk. Infeksi selama 5 tahun dan Indonesia sepakat
sistemik yang disebabkan oleh cacing untuk memberantas filariasis sebagai
filaria dewasa yang hidup dalam kalenjar bagian dari eliminasi filariasis global.(3)
limfe dan darah manusia, menimbulkan Data WHO menunjukkan bahwa 1,3
pembengkakan pada tangan, kaki, glandula milyar penduduk dunia yang tinggal di 83
mammae, dan skrotum, serta dapat negara berisiko tertular filariasis dan 60%
menimbulkan kecacatan seumur hidup kasus berada di Asia Tenggara.(4) Selain
apabila tidak mendapatkan pengobatan.(1) itu, sebanyak 947 juta jiwa di 54 negara
Penyakit ini disebabkan oleh cacing dari atau ±13% penduduk di seluruh dunia
kelompok nematode yaitu Wuchereria tinggal di daerah dengan potensi penularan
bancrofi, Brugia malayi, dan Brugia timor filariasis, yang 80% diantaranya adalah
yang dapat menyebabkan produktifitas Indonesia. Hal ini memerlukan upaya
penderitanya menurun dan mengakibatkan preventif untuk menghentikan penyebaran
kerugian akibat kehilangan jam kerja atau infeksi parasite tersebut agar tidak
aktifitas sehari-hari yang disebabkan menyebar keseluruh masyarakat.(5) Jumlah
penyakit tersebut.(2) Word Health penderita filariasis di Kota Semarang sejak
Organization (WHO) sudah menetapkan tahun 2011 hingga tahun 2016 terus
Kesepakatan “The Global Goal of meningkat. Sejak tahun 2011 telah
Elimination of Lymphatic Filariasis as a ditemukan tiga (3) kasus baru filariasis,
Public Health Problem by the Year 2020” tiga (3) suspek di tahun 2012 yang telah

144
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 13 / No. 2 / Agustus 2018

ditetapkan sebagai kasus, enam (6) kasus mempengaruhi kepadatan vektor filariasis
ditemukan di tahun 2013, lima (5) kasus yaitu lingkungan fisik, lingkungan biologi
ditemukan di tahun 2014, enam (6) yang buruk dan lingkungan sosial dan
penderita filariasis ditemukan pada tahun ekonomi yang kurang. Faktor lingkungan
2015, dan lima (5) kasus filariasis di tahun biologi meliputi tanaman air dan semak-
2016, sehingga secara kumulatif dari tahun semak. Keberadaan lingkungan biologi
2011 sampai 2016 telah ditemukan 28 maupun fisik erat kaitannya dengan
penderita filariasis di Kota Semarang, satu bionomik vektor filariasis, kepadatan
(1) penderita telah meninggal pada tahun vektor yang tinggi dan juga perilaku
2013, dan satu penderita meninggal pada masyarakat dalam pemberantasan sarang
akhir tahun 2016. Penderita filariasis laki- nyamuk yang belum optimal. Tujuan dari
laki berjumlah 9 orang dengan persentase penelitian ini untuk mengetahui faktor-
34,62% dan jumlah penderita filariasis faktor yang mempengaruhi perilaku
perempuan sebanyak 17 orang dengan Masyarakat terhadap pencegahan kejadian
persentase sebesar 65,39% dan pada tahun filariasis di Kota Semarang.
2017 menjadi 21 kasus, diantaranya tiga
(3) meninggal dunia dua (2) warga yang METODE
menderita filariasis sudah pindah tempat Penelitian ini merupakan penelitian
tinggal. Sampai dengan saat ini belum penjelasan (explanatory research) dengan
dilaksanakan program pengendalian desain penelitian yang digunakan adalah
filariasis di Kota Semarang dikarenakan desain potong lintang (cross sectional).
persentase microfilaria rate (mf rate) kota Pengambilan sampel dilakukan dengan
semarang <1%.(6). Kejadian filariasis sampling Jenuh, dimana semua anggota
berhubungan erat dengan beberapa faktor populasi yang tinggal ≤ 100 M dari rumah
risiko, salah satu diantaranya ialah faktor penderita filariasis digunakan sebagai
perilaku. Perilaku masyarakat yang kurang sampel. Total sampel yang didapat adalah
menjaga kebersihan, seperti adanya air 178 orang kepala keluarga. Data dianalisis
yang menggenang, air limbah dan parit menggunakan univariate melalui frekwensi
dengan sampah yang berserakan disekitar distribusi, bivariate dengan uji Ch-Square
rumah adalah salah satu habitat yang baik dan multivariate dengan logistic regressi
untuk perindukan dan tempat istirahat ganda.(7) Informed consent diberikan yang
vektor/nyamuk spesies tertentu khususnya kemudian ditandatangani oleh responden
vector filariasis.(7) Faktor lingkungan juga untuk mengikuti penelitian ini. Ethical
merupakan salah satu faktor yang clearance didapatkan dari Komisi Etik

145
Pengaruh Faktor Pendukung… (Ariska T.H., Zahroh S., Antono S.)

Fakultas Kesehatan Masyarakat kelamin laki-laki lebih banyak yakni


Universitas Diponegoro. (73,6%) dari pada berjenis kelamin
Perempuan (26,4%). Jenjang pendidikan
HASIL DAN PEMBAHASAN menunjukkan pendidikan rendah (tidak
Tabel 1 menunjukkan karakteristik tamat SD sampai dengan SMP) lebih tinggi
responden dengan presentase responden yakni (57,3%) dibanding pendidikan tinggi
yang berumur <50 tahun lebih banyak (SMA sampai dengan sarjana) yakni
yakni (54,5%) dari pada usia ≥50 tahun (42,7%).
sebanyak 45,4%). Mayoritas berjenis

Tabel 1. Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik Responden N %
Umur
<50 97 54.5
≥50 81 45.5
Jenis Kelamin
Laki-laki 131 73.6
Perempuan 47 26.4
Pendidikan
Rendah (Tidak Tamat SD 100 56.2
sampai dengan SMP)
Tinggi (SMA sampai 78 43.8
dengan Sarjana)
Jumlah 178 100
Tabel 2. Perilaku Pencegahan Filariasis, Dukungan Keluarga, Dukungan Tetangga,
Dukungan Tokoh Masyarakat, Dukungan Tenaga Kesehatan, Ketersediaan Program
Penyuluhan

Variabel Kategori N %
Dependen
Perilaku Pencegahan Filariasis Buruk 95 53.4
Baik 83 46.6
Independen
- Dukungan Keluarga Tidak Mendukung 64 36.0
Mendukung 114 64.0
- Dukungan Tetangga Tidak Mendukung 56 31.5
Mendukung 122 68.5
- Dukungan Tokoh Masyarakat Tidak Mendukung 58 32.6
Mendukung 120 67.4
- Dukungan Tenaga Kesehatan Tidak Mendukung 43 24.2
Mendukung 135 75.8
- Akses / terpapar Program Tidak pernah 166 93.3
Penyuluhan Pernah 12 6.7
Total 178 100

146
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 13 / No. 2 / Agustus 2018

Tabel 3. Hubungan Dukungan Keluarga, Tetangga, Tokoh Masyarakat, Tenaga Kesehatan,


Program Penyuluhan terhadap Perilaku Pencegahan Filariasis.

Variabel Perilaku Pencegahan Filarisis


Buruk Baik Total P POR (95% CI)
N % N % n %
Dukungan Keluarga
Tidak .810
32 50 32 50 64 100 0,604
mendukung (.438-1.495)
Mendukung 63 55,3 51 44,7 114 100
Dukungan Tetangga
Tidak .821
28 50,0 28 50,0 56 100 0,653
mendukung (.436-1.547)
Mendukung 67 54,9 55 45,1 122 100
Dukungan Tokoh Masyarakat
Tidak .738
28 48,3 30 51,7 58 100 0,431
mendukung (.394-1.384)
Mendukung 67 55,8 53 44,2 120 100
Dukungan Tenaga Kesehatan
Tidak 2.385
30 69,8 13 30,2 43 100 0,021
mendukung (1.194-5.173)
Mendukung 65 48,1 70 51,9 135 100
Ketersediaan Program Penyuluhan
Tidak .093
84 50,6 82 49,4 166 100 0,014
Tersedia (.012-.738)
Tersedia 11 91,7 1 8,3 12 100
Total 95 53,4 83 46.6 178 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa karena kebersihan lingkungan termasuk


perilaku responden dalam pencegahan pencegahan air tergenang sebagai
filariasis lebih banyak yang berperilaku perindukan nyamuk aedes aegypti lebih
buruk (53,4%) dibandingkan dengan yang difokuskan dibanding pencegahan penyakit
berperilaku baik yaitu (46,6%). Hal ini filariasis sehingga masyarakat tidak
menunjukkan kesadaran masyarakat yang mengerti dengan pencegahan penyakit
masih kurang dalam hal pencegahan filariasis. Penyuluhan yang sangat kurang
filariasis. Sebetulnya dukungan dari tentang filariasis karena belum merupakan
keluarga, tetangga, tokoh masyarakat dan program puskesmas juga menjadikan
dukungan petugas dalam pencegahan masyarakat tidak paham tentang penyakit
filariasis seperti menjaga kebersihan ini.
lingkungan, pembersihan sarang nyamuk, Tabel 3 menunjukkan bahwa
semuanya lebih banyak yang mendukung presentase responden yang berperilaku
dibanding dengan yang tidak mendukung. pencegahan buruk lebih banyak terdapat
Tetapi pada prakteknya banyak responden pada responden yang memiliki dukungan
yang berperilaku kurang atau buruk keluarga terhadap pencegahan yakni
terhadap kebersihan lingkungan. Hal ini (55,3%) dibandingkan dengan responden

147
Pengaruh Faktor Pendukung… (Ariska T.H., Zahroh S., Antono S.)

yang tidak memiliki dukungan keluarga ketersediaan program penyuluhan yakni


yakni (50,0%). Untuk dukungan tetangga (50,6%). Hasil uji statistik dari semua
menunjukkan bahwa presentase responden variabel menunjukkan bahwa ada
yang berperilaku pencegahan buruk lebih hubungan yang signifikan antara dukungan
banyak terdapat pada responden yang tenaga kesehatan dan ketersediaan program
memiliki dukungan tetangga yakni (54,9%) penyuluhan terhadap perilaku pencegahan
dibandingkan dengan responden yang tidak filariasis.
memiliki dukungan tetangga yaitu (50,0%).
Dukungan tokoh masyarakat menunjukkan Dukungan Keluarga terhadap Perilaku
bahwa presentase responden yang Pencegahan Filariasis
berperilaku pencegahan buruk lebih Hasil analisis bivariat menunjukkan
banyak pada responden yang mendapatkan bahwa presentase responden yang
dukungan tokoh masyarakat yakni (55,8%) berperilaku pencegahan buruk lebih
dibandingkan dengan responden yang tidak banyak terdapat pada responden yang
mendapat dukungan tokoh masyarakat memiliki dukungan keluarga yakni
yakni (48,3%). Walaupun demikian (35,1%) dibandingkan dengan responden
dukungan keluarga, dukungan tetangga dan yang tidak memiliki dukungan keluarga
tokoh masyarakat tidak signifikan yakni (32,8%). Hasil uji statistik chi-
berhubungan dengan perilaku responden square di peroleh nilai p value = 0.604 (p>
dalam pencegahan filariasis. 0,05), hal ini berarti tidak ada hubungan
Dukungan tenaga kesehatan yang signifikan antara dukungan keluarga
menunjukkan bahwa presentase responden dengan perilaku pencegahan kejadian
yang berperilaku pencegahan buruk lebih filariasis. Dukungan keluarga (suami,
banyak terdapat pada responden yang tidak orang tua, anak) ikut memberikan
memiliki dukungan tenaga kesehatan yakni pengaruh positif terhadap perilaku
(69,8%) dibandingkan dengan responden pencegahan filariasis. Keluarga merupakan
yang memiliki dukungan tenaga kesehatan orang terdekat dalam mendukung
yakni (48,1%) dan ketersediaan program kesehatan. Dukungan keluarga dapat
penyuluhan menunjukkan bahwa mendatangkan rasa aman, rasa puas, rasa
presentase responden yang berperilaku nyaman dan membuat orang yang
pencegahan buruk lebih banyak pada bersangkutan merasa mendapatkan
responden yang terakses/terpapar program dukungan emosional yang akan
penyuluhan yakni (91,7%) dibandingkan mempengaruhi kesejahteraan manusia.(8)
dengan responden yang tidak mengetahui Keluarga mempunyai efek yang sangat

148
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 13 / No. 2 / Agustus 2018

penting bagi kesehatan dan kesejahtraan mau membantu orang tua dalam
berfungsi bersamaan, dengan adanya membersihkan lingkungan rumah. Tetapi
dukungan akan memberikan rasa dalam hal ini dukungan keluarga seperti
kepercayaan diri untuk menghadapi istri atau anak masih terkesan enggan dan
masalah seperti sedang dalam keadaan tidak perduli untuk mengingatkan sesama
sakit. anggota keluarga untuk menjaga
Menurut Friedman, terdapat kebersihan lingkungan rumah agar
hubungan yang kuat antara keluarga dan terhindar dari penyakit filariasis, walaupun
status kesehatan anggotanya dimana peran mereka setuju untuk dilakukan pencegahan
keluarga sangat penting bagi setiap aspek berbagai penyakit.
perawatan kesehatan anggota keluarga,
mulai dari strategi-strategi pencegahan Dukungan Tetangga terhadap Perilaku
penyakit hingga fase rehabilitasi. Mengkaji Pencegahan Filariasis
dan memberikan perawatan kesehatan Hasil analisis bivariate bahwa
merupakan hal yang penting dalam responden yang berperilaku pencegahan
membantu setiap anggota keluarga untuk buruk lebih banyak terdapat pada
mencapai suatu keadaan sehat hingga responden yang memiliki dukungan
tingkat optimum. Menurut Moran tetangga yakni (54,9%) dibandingkan
menyatakan dukungan keluarga dengan responden yang tidak memiliki
berpengaruh penting dalam pelaksanaan dukungan tetangga yaitu (50,0). Hasil uji
pengobatan berbagai jenis penyakit kronis statistik chi-square di peroleh nilai p value
sedangkan menurut Bosworth dukungan = 0.653 (p> 0,05), hal ini berarti tidak ada
keluarga sangat berpengaruh terhadap hubungan yang signifikan antara dukungan
kesehatan mental anggota keluarganya, tetangga dengan perilaku pencegahan
atau lebih dikenal dengan dukungan sosial. kejadian filariasis. Dukungan tetangga ikut
Hal ini tidak terlepas dari kemampuan memberikan pengaruh terhadap perilaku
kepala keluarga yang dituntut mampu pencegahan filariasis, kebersamaan dalam
mengambil keputusan yang tepat untuk melakukan kebersihan lingkungan dengan
keluarganya, karena dukungan kepala tetangga sering dilakukan bila ada perintah
keluarga dibutuhkan dalam partisipasi dari tokoh masyarakat terutama bila ada
mencegah meluasnya penularan filariasis. pemeriksaan jentik nyamuk demam
Misalnya saja seperti dukungan suami atau berdarah. Tetapi bila tidak ada program
istri yang selalu mengingatkan untuk selalu dari puskesmas, maka masyarakat tidak
menjaga lingkungan rumah, anak yang peduli sesama untuk saling mengingatkan

149
Pengaruh Faktor Pendukung… (Ariska T.H., Zahroh S., Antono S.)

dan saling menjaga kebersihan lingkungan merupakan salah satu faktor penguat
rumah agar tetap bersih dan sehat, seperti tindakan seseorang untuk memelihara dan
mengingatkan membersihkan pekarangan melestarikan nilai-nilai kehidupan yang
rumah, membersihkan drainase dari berdasarkan kegotongroyongan dan
sampah-sampah, membersihkan barang- kekeluargaan serta untuk membantu
barang bekas yang ada di sekitar rumah meningkatkan kelancaran pelaksanaan
sehingga dapat terhindar dari penyakit tugas pemerintahan, pembangunan,
filariasis. kemasyarakatan di kelurahan dan
meningkatkan peran serta masyarakat
Dukungan Tokoh Masyarakat terhadap dalam pembangunan. Tetapi seringkali
Perilaku Pencegahan Filariasis kegiatan tersebut hanya berjalan sesekali
Persentase responden yang saja bila ada program yang diperintahkan
berperilaku pencegahan buruk lebih oleh puskesmas.
banyak pada responden yang mendapatkan
dukungan tokoh masyarakat yakni (55,8%) Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap
dibandingkan dengan responden yang tidak Perilaku Pencegahan Filariasis
mendapat dukungan tokoh masyarakat Responden yang berperilaku
yakni (48,3%). Hasil uji statistik chi- pencegahan buruk lebih banyak terdapat
square di peroleh nilai p value = 0.431 (p> pada responden yang tidak memiliki
0,05), hal ini berarti tidak ada hubungan dukungan tenaga kesehatan yakni (69,8%)
yang signifikan antara dukungan tokoh dibandingkan dengan responden yang
masyarakat dengan perilaku pencegahan memiliki dukungan tenaga kesehatan yakni
kejadian filariasis. Hal ini sejalan dengan (48,1%). Hasil uji statistik chi-square di
penelitian yang dilakukan oleh febri dkk, peroleh nilai p value = 0.021 (p< 0,05).
bahwa tidak ada hubungan antara Hal ini berarti ada hubungan yang
dukungan tokoh masyarakat dengan signifikan antara dukungan tenaga
perilaku pencegahaan penyakit filariasis kesehatan dengan perilaku pencegahan
(p=0,716). Peran tokoh masyarakat untuk kejadian filariasis. Penelitian ini sejalan
menjaga kebersihan lingkungan belum dengan peneliltian yang dilakukan oleh
sepenuhnya terlaksana, dilihat dari febri dan kawan-kawan, bahwa ada
kegiatan gotong royong belum terlaksana hubungan antara dukungan petugas
dengan rutin. Tokoh masyarakat kesehatan dengan perilaku pencegahaan
merupakan salah satu faktor penguat penyakit filariasis (p=0,001). Artinya
tindakan seseorang.(9) Tokoh masyarakat perilaku hidup sehat yang dilakukan oleh

150
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 13 / No. 2 / Agustus 2018

masyarakat tidak hanya perlu pengetahuan tidak pernah mendapatkan program


dan dukungan fasilitas saja namun juga penyuluhan pencegahan filariasis.
perlu adanya keteladanan dari petugas Sebanyak 92,1% responden tidak
kesehatan.(10) Penelitian ini juga senada mendapatkan kunjungan dari petugas
dengan penelitian yang dilakukan oleh kesehatan untuk memberikan informasi
imam dkk, bahwa dukungan petugas tentang filariasi. Hasil uji statistik chi-
kesehatan dengan konsumsi obat kaki square di peroleh nilai p value = 0.014 (p<
gajah didapatkan p value 0,011 sehingga 0,05), hal ini berarti ada hubungan yang
ada pengaruh dukungan petugas kesehatan signifikan antara ketersediaan program
terhadap konsumsi obat kaki gajah. penyuluhan dengan perilaku pencegahan
Petugas kesehatan merupakan orang yang kejadian filariasis. Dalam hal ini menurut
dipercaya oleh masyarakat dalam hal ini responden, pihak kesehatan pernah datang
petugas kesehatan keberadaannya sangat kepada penderita filariasis yang ada
diperlukan oleh masyarakat, ketika ada didekat rumahnya untuk memberikan
program yang harus dijalani masyarakat. rujukan ke puskesmas dan diberikan
Diharapkan Petugas kesehatan pengobatan, tetapi pihak kesehatan tidak
memberikan sosialisasi kepada masyarakat pernah memberikan penyuluhan ataupun
untuk meningkatkan pengetahuan dan kunjungan kesehatan mengenai filariasis
keyakinan akan dampak akibat penyakit kepada mereka. Tidak adanya ketersediaan
filariasis.(11) penyuluhan mengenai filariasis
dikarenakan tidak adanya program
Dukungan Ketersediaan Program filariasis di Kota Semarang. Hal ini
Penyuluhan terhadap Perilaku disebabkan angka mikrofilaria filariasis di
Pencegahan Filariasis Kota Semarang masih <1%. Menurut
Hasil penelitian menunjukan bahwa Kemenkes, jika angka mikrofilaria >1%
presentase responden yang mengatakan baru dikatakan daerah endemis dan
tidak tersedianya progam penyuluhan lebih diberikan program filariasis. Sementara itu
banyak yakni (93,3%) dari pada responden semakin kurangnya informasi kesehatan
yang mengatakan tersedianya progam yang diberikan kepada masyarakat tentang
penyuluhan yakni (6,7%). Secara lebih filariasis, kejadian filariasis di Kota
rinci bahwa hasil penelitian menunjukan Semarang tiap tahunnya mengalami
bahwa hanya 6,7% responden mengatakan peningkatan. Untuk itu diharapkan pihak
tersedianya progam penyuluhan dan terkait yaitu dinas kesehatan dan
hamper seluruhnya 94,9% responden puskesmas dapat membuat kebijakan

151
Pengaruh Faktor Pendukung… (Ariska T.H., Zahroh S., Antono S.)

program kepada melalui gasurkes puskesmas atau dinas kesehatan saja dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat agar mengatasi penyakit filariasis terutama yang
penyakit ini bias dicegah penyebarannya berhubungan dengan penggerakan
sedini mungkin dan kasus yang terjadi masyarakat dalam kebersihan lingkungan.
segera teratasi. Menurut penelitian santoso Menurut Notoadmodjo, adanya suatu
bahwa responden yang mendapat obat pada tindakan seperti pendidikan kesehatan
saat pembagian obat massal setelah maupun promosi kesehatan akan menjadi
kegiatan promosi kesehatan meningkat dari stimulus / rangsangan dalam diri seseorang
80,3% menjadi 94,9%, signifikan dalam bertindak. Kemudian dari stimulus
(p=0,002). Proporsi responden yang pernah tersebut akan terjadi proses yang
minum obat pada saat pembagian obat memungkinkan seseorang untuk
massal setelah kegiatan promkes memberikan respon yang pada akhirnya
meningkat dari 70,1% menjadi 88,9%. melahirkan sikap tertutup yang dilanjutkan
Selain itu hal ini juga sejalan dengan reaksi tingkah laku yang terbuka yaitu
penelitian sarjono bahwa kegiatan respon yang dapat menyikapi suatu
penyebarluasan informasi tentang filariasis tindakan baik tindakan negatif maupun
dapat meningkatkan pengetahuan, sikap tindakan positif. Promosi kesehatan
dan perilaku masyarakat dalam mendukung mempengaruhi proses belajar, makin baik
kegiatan pencegahan filariasis. Menurut promosi kesehatan yang diberikan, makin
Arsunan bahwa pemberian penyuluhan mudah orang tersebut untuk menerima
kepada masyarakat di daerah endemis informasi, menyadari, menyikapi dan
mengenai cara penularan dan cara mempraktekannya. Promosi kesehatan,
pengendalian vektor nyamuk dapat untuk mendapatkan informasi, dapat terjadi
mencegah untuk terkena penyakit filariasis baik secara langsung dari orang lain
dan dapat meningkatkan status kesehatan maupun dari media massa. Semakin
masyarakat. Kegiatan penyuluhan terhadap banyak informasi yang masuk semakin
masyarakat perlu kerjasama dengan lintas banyak pula pengetahuan yang didapat
sektor terkait, seperti lembaga swadaya tentang kesehatan. Peningkatan
masyarakat dan lembaga pemerintahan pengetahuan tentang filariasis tidak mutlak
daerah. Penguatan sistem kesehatan dan diperoleh dari petugas kesehatan saja,
membangun kerjasama lintas sektor tetapi pada pendidikan lain seperti TV,
merupakan hal penting dalam mengatasi media social dan cetak atau kesenian
masalah kesehatan masyarakat kesehatan masyarakat.
yang tidak hanya menjadi tanggung jawab

152
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 13 / No. 2 / Agustus 2018

Tabel 4. Faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku pencegahan filariasis

Variabel P Value POR 95% CL for Lower Upper


EXP B
Dukungan tenaga 0,013 1,391 0,186 0,823
kesehatan
Ketersediaan program 0,023 11,237 1,404 89,916
penyuluhan

Faktor yang Paling Berpengaruh SIMPULAN


terhadap Perilaku Pencegahan Faktor yang mempengaruhi
Filariasis masyarakat dalam melakukan pencegahan
Tabel 4 menunjukkan bahwa faktor penyakit filariasis adalah keteraksesan atau
yang paling berpengaruh terhadap perilaku keterpaparan dengan penyuluhan program
pencegahan filariasis adalah ketersediaan pencegahan penyakit filariasis dan
program penyuluhan dengan Odd Ratio dukungan tenaga kesehatan berupa
sebesar 11,237 (95% CI: 1,404-89,916) kunjungan tenaga kesehatan didaerah kasus
dan Dukungan tenaga kesehatan dengan filariasis sekaligus memberikan informasi
Odd Ratio sebesar 1,319 (95% CI: 0,186- kepada masyarakat sekitar. Kurangnya
0,823). Artinya bahwa masyarakat yang penyuluhan dari puskesmas dan perhatian
terakses dengan program penyuluhan petugas kesehatan terhadap kejadian
tentang penyakit filariasis mempunyai penyakit filariasis menyebabkan
kemungkinan untuk berperilaku baik dalam masyarakat tidak melakukan pencegahan
pencegahan filariasis sebesar sebelas (11,2) dan tidak peduli terhadap keberadaan
kali dibanding yang tidak pernah akses penyakit tersebut di sekitar mereka. Peran
penyuluhan filariasis. Sedangkan tenaga kesehatan dalam promosi kesehatan
masyarakat yang mendapat dukungan kepada masyarakat sangat berpengaruh
petugas seperti dikunjungi petugas terhadap perilaku pencegahan penyakit
kesehatan dalam mengatasi penyakit filariaris di daerah penelitian ini. Untuk itu
filariasis, mempunyai kemungkinan disarankan walaupun penyakit filariasis
berperilaku baik dalam pencegahan sebesar belum menjadi prioritas program tetapi
1,3 kali disbanding dengan yang tidak pada daerah dengan peningkatan kasus,
pernah dikunjungi petugas kesehatan. perlu upaya menurunkan prevalensi

153
Pengaruh Faktor Pendukung… (Ariska T.H., Zahroh S., Antono S.)

filariasis dengan memberikan penyuluhan Development Of The Government Of


pencegahan kepada masyarakat dan The United Kingdom Of Great Britain
pemberdayaan masyarakat agar masyarakat And Northern Ireland, Editor.
sadar, mampu dan mau melakukan perilaku Switzerland; 2013
pencegahan, 6. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Data
Kasus Filariasis Semarang. Semarang;
KEPUSTAKAAN 2015.
1. Suryo S, Nurjazuli, Raharjo M. Faktor- 7. Kementrian Kesehatan Republik
Faktor Yang Berhubungan Dengan Indonesia. Epidemiologi Filariasis Di
Kejadian Filariasis Di Kecamatan Indonesia. Jakarta; 2010.
Buaran Kabupaten Pekalongan. Jurnal 8. Nadirawati, Hubungan Dukungan
Kesehatan Lingkungan Indonesia. Kepala Keluarga Dengan Partisipasi
2017;16 (1), 22028. Keluarga Dalam Program Eliminasi
2. Yanuarini C, Aisah S, Maryam. Faktor- (Minum Obat) Filariasis Di Majasetra
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kabupaten Bandung. Jurnal
Kejadian Filariasis Di Puskesmas Tirto Keperawatan Soedirman (The
1 Kabupaten Pekalongan. Jurnal Soedirman Journal of Nursing),
Keperawatan Fikkes. 2015;8(1):73–86 Volume 6, No.1, Maret 2011.
3. Zulkoni, A. Parasitologi Keperawatan 9. Saryono. Metodologi Penelitian
Kesehatan Masyarakat Dan Teknik Kesehatan Penuntun Praktis Bagi
Lingkungan. Cetakan I. Yogyakarta: Pemula. Yogyakarta: Mitra Cendekia
Nuha Medika; 2011. Offset; 2008.
4. Masrizal. Penyakit Filariasis. Jurnal 10. Departemen Kesehatan Republik
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Peraturan Menteri
Andalas. 2013;Vol 7 No 1. Kesehatan Republik Indonesia Nomor
5. World Health Organization. Lymphatic 94 Tentang Penanggulangan Filariasis.
Filariasis: A Handbook Of Practical 2014.
Entomology For National Lymphatic 11. Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Profil
Filariasis Elimination Programmes. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Department For International 2015.

154

You might also like