Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Ahmad+Hirson+Khoiri+17052022 1

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 2 (2022) p.

142-155
© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

JTRESDA
Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/

Kajian Efektivitas Kolam Retensi Dalam Mereduksi


Banjir Jalan Raya Porong Kabupaten Sidoarjo
dengan Storm Water Management Model
Ahmas Hirson Khoiri1*, Ussy Andawayanti1, Riyanto Haribowo1
1
Departemen Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya,
Jalan MT. Haryono No. 167, Malang, 65145, INDONESIA

*Korespondensi Email: hirsonkhoiri179@gmail.com

Abstract: An effectiveness study needed to determine the ability of the retention pond
built in the Sidoarjo Mud flow affected area to reduce flooding that occurs especially
around Porong Highway area. This problem occurred due to geological deformation
in the form of land subsidence, precisely in the area around Porong Highway and
caused flooding that spread to the surrounding environment flooded several villages.
Several retention ponds were built in the area as one of the strategic steps to deal with
the flooding that occurred. To simulate the flooding that occurred, a rainfall intensity
with a 5-year return period was used which was simulated using EPA SWMM 5.1
software with catchment area of 148,31 hectares which divided into 27
subcatchments. From the simulation results, the volume of runoff from surrounding
villages and Porong Highway is 126,000 m3, with an existing pond capacity of
94373,9 m3 the effectiveness of the pond in reducing flooding is 74,48% and with an
alternative pond capacity of 151415,5 m3 effectiveness pond is 120,17%.
Furthermore, standard operating procedures are prepared as an effort to maximize the
effectivity of the pond.

Keywords: Effectiveness, Floods, Retention Pond, SWMM 5.1

Abstrak: Diperlukan kajian efektivitas untuk mengetahui kemampuan kolam retensi


yang dibangun pada daerah terdampak semburan Lumpur Sidoarjo dalam mereduksi
banjir yang terjadi khususnya sekitar Jalan Raya Porong. Permasalahan ini terjadi
diakibatkan oleh deformasi geologi berupa penurunan muka tanah tepatnya pada
daerah sekitar Jalan Raya Porong dan menyebabkan banjir dan menyebar ke
lingkungan sekitar serta membanjiri beberapa desa. Dibangunan beberapa kolam
retensi pada daerah tersebut sebagai salah satu langkah strategis penanganan banjir
yang terjadi. Untuk mensimulasikan banjir yang terjadi digunakan intensitas hujan
dengan kala ulang 5 tahun yang disimulasi menggunakan software EPA SWMM 5.1
dengan area penelitian seluas 148,31 hektar yang dibagi menjadi 27 subcatchment.
Dari hasil simulasi didapatkan besaran volume limpasan dari desa sekitar dan Jalan
Raya Porong sebesar 126.000 m3, dengan kapasitas kolam eksisting sebesar 94373,9
m3 efektivitas kolam dalam mereduksi banjir adalah sebesar 74,48% dan dengan
kapasitas kolam alternatif dengan volume 151415,5 m3 efektivitas kolam adalah

*Penulis korespendensi: hirsonkhoiri179@gmail.com


Khoiri, A. H. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 2 (2021) p. 142-155

sebesar 120,17%. Selanjutnya standar operasional prosedur disusun sebagai bentuk


upaya untuk memaksimalkan kemampuan effektivitas kolam.

Kata kunci: Efektivitas, Banjir, Kolam Retensi, SWMM 5.1

1. Pendahuluan
Air merupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan manusia, mulai dari air minum, sanitasi,
pertanian, industri dan perternakan semuanya membutuhkan air. Permasalahan yang berkatian dengan
air yang muncul juga harus ditangani. Banjir sudah menjadi masalah umum di perkotaan khususnya di
Indonesia, faktor bertambahnya jumlah penduduk dan saluran drainse yang tidak lagi memadai menjadi
faktor utama terjadinya kasus banjir di Indonesia, banjir adalah kondisi dimana ketidakmampuan
saluran untuk menampung air atau terhambatnya aliran air dalam saluran [1]. Namun ada juga faktor
lain yang dapat menyebabkan masalah banjir seperti banjir tahunan yang terjadi pada Kecamatan
Porong Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Banjir yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo terjadi karna permasalahan semburan Lumpur Sidoarjo
yang terjadi sejak 15 tahun silam tepatnya pada tanggal 29 Mei 2006 [2]. Permasalahan Lumpur
Sidoarjo mengakibatkan sungai dan saluran drainase yang ada pada daerah tersebut mengalami
pendangkalan sehingga tidak mampu menampung limpasan air hujan. Selain itu terdapat permasalah
deformasi geologi berupa penurunan muka tanah (land subsidence), faktor inilah yang menyebabkan
masalah banjir pada daerah tersebut. Limpasan yang tidak dapat mengalir secara gravitasi setiap terjadi
hujan dikarenakan muka air sungai yang tinggi, membuat desa sekitar dan Jalan Raya Porong tergenang
banjir. Untuk mengatasi banjir pada daerah studi dibuat beberapa kolam retensi yang bertujuan untuk
menampung limpasan air hujan sementara sebelum dapat dibuang secara gravitasi saat muka air di avoer
Sungai Ketapang turun.
Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan adanya kajian efektivitas untuk mengetahui
kemampuan kolam retensi yang dibangun dalam menampung limpasan dan mereduksi banjir yang
terjadi. Software EPA SWMM (Storm Water Management Model) 5.1 digunakan pada kajian ini untuk
permodelan kemampuan saluran dan tampungan dalam menampung limpasan yang terjadi. Pemilihan
SWMM juga didasari oleh kapabilitasnya yang lengkap karena dapat menyimulasikan berbagai jenis
aliran baik saluran terbuka maupun tertutup, serta komponen sistem drainase lain [3]. Setelah
kemampuan dan efektivitas tampungan diketahui maka dapat disusun SOP untuk meningkatkan
kemampuan kolam dalam mereduksi banjir.
2. Bahan dan Metode
2.1 Bahan
Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Sidoarjo yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Timur
terletak pada 112.5º – 112.9 º BT dan 7.3 º – 7.5 º LS. Kabupaten Sidoarjo memiliki luas wilayah
71.424,25 km2 yang terbagi menjadi 18 Kecamatan. Kondisi topografi di wilayah Kabupaten Sidoarjo
adalah dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 0 s/d + 25 m diatas permukaan laut, dengan
kemiringan lereng 0 % s/d 2 %. Peta Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur yang merupakan lokasi
studi berlokasi dekat dengan Jalan Raya Porong dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

143
Author 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p.

Gambar 1: Peta Administrasi Kabupaten Sidoarjo dan Lokasi Studi

Seperti dilihat pada Gambar 1 menunjukan lokasi studi Desa Ketapang dan Desa Pamotan
Kecamatan Tanggulangin yang merupakan desa terdampak banjir yang berlokasi dekat Jalan Raya
Porong. Gambar kenampakan lokasi studi Desa Ketapang, Pamotan, Gedang dan Besuki Timur dapat
dilihat pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Peta Kenampakan Daerah Studi

Seperti dapat dilihat Gambar 2 dari hasil pengolahan afvour Sungai Ketapang menjadi satu-satunya
drainase yang berfungsi mengalirkan air hujan wilayah Tanggulangin. Afvour ini juga menampung
aliran air dari saluran losses canal, air hujan serta dimanfaatkan untuk irigasi yaitu melalui Bendung
Gempolsari, Bendung Penatar Sewu dan Bendung Kedungan yang sampai saat ini masih digunakan.
Akibat keadaan tersebut debit yang terjadi di Sungai Ketapang melebihi kapasitasnya dan menimbulkan
banjir di pemukiman penduduk Desa Ketapang.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data – data yang dibutuhkan
adalah sebagai berikut:
1. Data curah hujan harian tahunan di Stasiun Hujan Kludan tahun 2010 – 2019 untuk analisa
hidrologi.
2. Data kolam retensi dan pompa eksisting untuk input data komponen SWMM 5.1.
3. Data peta tata guna lahan untuk menganalisa koefisien limpasan yang akan digunakan untuk
simulasi SWMM 5.1
4. Peta topografi untuk pembagian beberapa subcatchment berdasarkan elevasi dan saluran.

144
Khoiri, A. H. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 2 (2021) p. 142-155

5. Data avoer Sungai Ketapang dan Saluran Juwet sebagai saluran drainase utama.
6. Peta karakteristik banjir untuk mengetahui historis genangan banjir untuk analisa genangan
historis dalam memprediksi kala ulang.
7. Peta DTA dan jaringan Subsistem Drainase Desa Ketapang Barat dan Desa Pamotan untuk
mengetahui pola arah aliran drainase.
8. Data elevasi dan dimensi saluran untuk memperoleh kapasitas tampungan saluran.
2.2 Metode
Metode penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan agar didapatkan pengerjaan dan hasil
yang tepat. Tahapan pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan data sekunder yang dibutuhkan lalu
melakukan pengolahan data berupa perhitungan hidrologi meliputi :
1. Uji konsistensi (Metode RAPS) Uji konsistensi data hujan dengan menggunakan Metode
Rescaled Adjusted Partial Sums (RAPS) atau uji kepanggahan. Cara ini dilakukan dengan cara
menghitung nilai kumulatif penyimpangannya terhadap nilai rata-rata (mean). Uji konsistensi
dapat dikatakan memenuhi syarat atau panggah apabila Q /n dan R / n lebih kecil dari nilai
kritik confidence level yang sesuai hingga batas konsistensi 90% - 99% [4].
2. Analisis frekuensi (Distribusi Gumbel dan Log Person III) dengan statistik untuk menentukan
besaran hujan rancangan dengan kala ulang tertentu [5] dan dari hasil perhitungan hujan
rancangan dengan dua metode akan diuji kesesuaian distribusi untuk dipilih yang sesuai [6].
Pada penelitian ini, dilakukan analisa frekuensi menggunakan distribusi Log Pearson III.
Parameter yang digunakan dalam analisis ini meliputi nilai rata-rata, nilai standar deviasi, dan
koefisien kepencengan skewness.
3. Distribusi yang dipilih pada analisa frekuensi belum tentu sesuai dengan data hidrologi untuk
merencanakan hujan rancangan. Karena itu, perlu dilakukan uji kesesuaian distribusi. Metode
yang digunakan yaitu Uji Chi Square dan Uji Smirnov Kolmogorov, masing-masing metode
memberikan penilaian subjektif berdasarkan teori dengan hasil yang menentukan diterima atau
ditolaknya suatu distribusi hujan yang telah diuji [7].
4. Menghitung intensitas hujan dengan kala ulang 5 tahun yang digunakan sebagai input rain gage
pada software EPA SWMM. Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan
waktu [8]. Hasil perhitungan intensitas hujan berupa intensitas hujan jam-jaman yang akan
digunakan untuk perhitungan debit limpasan hujan yang akan diinput ke dalam aplikasi SWMM
dibagian time series. Intensitas hujan jam-jaman dihitung menggunakan Metode Mononobe
karena ketersediaan data berupa data hujan harian [8], dengan persamaan berikut :
𝑅₂₄ 24 2
I= ( )3 Pers.1
24 𝑇

5. Kala ulang dalam perencanaan debit rancangan pada saluran drainase dapat ditentukan
berlandaskan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang
penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. Pemilihan tahun desain kala ulang didasarkan
pada luas Daerah Tangkapan Air (DTA) dan tipologi kota wilayah studi. Berikut untuk
ketentuan penentuan kala ulang disajikan pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1: Penentuan Kala Ulang Berdasarkan Klasifikasi Kota dan Luas DTA

Daerah Tangkapan Air (Ha)


Tipologi Kota
<10 10 - 100 101 - 500 >500
Kota Metropolitan 2 Th 2 - 5 Th 5 - 10 Th 10 - 25 Th
Kota Besar 2 Th 2 - 5 Th 2 - 5 Th 5 - 20 Th
Kota Sedang 2 Th 2 - 5 Th 2 - 5 Th 5 - 10 Th
Kota Kecil 2 Th 2 Th 2 Th 2 - 5 Th

145
Author 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p.

Selanjutnya membagi Daerah Tangkapan Air (DTA) menggunakan aplikasi Autocad untuk
mencari luasan area pelayanan saluran drainase. Melakukan permodelan SWMM setelah semua
parameter data terkumpul, yaitu rain gage, subcatchment, conduit, junction, dan outfalls. Setelah input
data-data pada SWMM 5.1 maka dapat dilakukan running simulation.
Hasil dari pengolahan dapat disimpulkan sehingga terlihat kemampuan saluran drainase, kolam
eksisting dan kolam alfternatif, serta berapa persen efektivitas masing – masing tampungan kolam
dalam menerima limpasan yang terjadi. Fungsi utama dari dibuatnya suatu tampungan dalam suatu
sistem drainase adalah sebagai penahan dan penunda puncak banjir, dimana tampungan dapat menahan
aliran masuk (limpasan permukaan) kemudian mengeluarkannya dengan besaran yang lebih kecil dan
waktu yang lebih lama ke dalam sistem. Berdasarkan tujuan itu diperlukan kolam retensi yang kosong
dan siap menerima limpasan agar efektivitas dalam mereduksi banjir tercapai, maka dibuat suatu standar
operasional prosedur (SOP) dari tampungan tersebut agar kinerja dan pemanfatannya lebih optimal.
3. Hasil dan Pembahasan
3. 1 Analisa Hidrologi
Data hujan yang digunakan dalam kajian ini adalah data hujan yang berasal dari stasiun hujan yang
ada di wilayah sekitar lokasi Studi, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Stasiun hujan yang berada
disekitar lokasi yaitu Stasiun Porong, Stasiun Kludan, Stasiun Kedungcangkring dan Stasiun Putat. Dari
keempat stasiun yang berada disekitar lokasi studi dipilih Stasiun Kludan karena datanya paling lengkap
dan dianggap paling berpengaruh. Data hujan yang digunakan adalah curah hujan harian maksimum
tahunan, dalam kurun waktu 10 tahun, yaitu tahun 2010 hingga 2019.

3.1.1 Analisa Konsistensi Data Hujan


Hasil dari uji konsistensi menggunakan Metode RAPS dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2: Hasil Uji Konsistensi
0,5 0,62 < 1,14 ===> Memenuhi Syarat
Q/n =
0,5 1,03 < 1,28 ===> Memenuhi Syarat
R/n =

Seperti dilihat pada Tabel 2 diatas uji konsistensi data pada stasiun hujan Kludan nilai Q/n dan
R/n lebih kecil dari nilai kritis, dan memenuhi syarat untuk analisa hidrologi selanjutnya.
3.1.2 Analisa Frekuensi
Perhitungan metode Log Pearson III dapat dilihat pada Tabel 3 yang disajikan dengan periode
kala ulang.
Tabel 3: Curah Hujan Rancangan Metode Log Pearson III

Kala
Pr (%) K K . Sd Log X R rancangan
Ulang (Tr)
2 50 -0,069 -0,005 1,946 88,212
5 20 0,832 0,064 2,015 103,543
10 10 1,336 0,103 2,054 113,256
25 4 1,903 0,147 2,098 125,256
50 2 2,276 0,176 2,127 133,852
Berikut dapat dilihat pada Tabel 3 diatas perhitungan curah hujan rancangan dengan Metode Log
Pearson III kala ulang 2, 5, 10, 25, dan 50 tahun.

146
Khoiri, A. H. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 2 (2021) p. 142-155

3.1.3 Uji Kesesuaian Distribusi


Hasil uji kesesuaian distribusi dengan Metode Smirnov Kolmogorov dan Metode Chi Square
disajikan pada Tabel 4 diabawah ini
Tabel 4: Uji Kesesuaian Distribusi dengan Metode Smirnov Kolmogorov dan Chi Square
No, Metode ɑ X2cr X2hitung Keterangan
Smirnov
1 5% 0,409 0,116 Distribusi Sesuai
Kolmogorov
Metode ɑ Δcr Δmaks Keterangan

2 Chi Square 5% 3,841 0,40 Distribusi Sesuai

Seperti dilihat pada Tabel 4 diatas uji kesesuaian distribusi untuk metode Log Pearson III derajat
kepercayaan 5% hasilnya sesuai pada kedua metode karena hasil hitung lebih kecil dari angka kritis.

3.1.4 Intensitas Hujan Rancangan


Dengan asumsi bahwa rata-rata hujan di Indonesia berdurasi selama 6 jam [9], maka perhitungan
distribusi curah hujan jam-jaman selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5: Nilai Intensitas Hujan Metode Mononobe Dengan Kala Ulang

Hujan jam-jaman (mm)


Jam ke- Rasio
2 5 10 25 50
1 0,550 36,409 42,736 46,745 51,698 55,246
2 0,143 9,463 11,108 12,150 13,437 14,360
3 0,100 6,638 7,792 8,523 9,426 10,073
4 0,080 5,285 6,203 6,785 7,504 8,019
5 0,067 4,463 5,238 5,730 6,337 6,772
6 0,059 3,901 4,579 5,009 5,539 5,919
Jumlah 66,159 77,657 84,942 93,942 100,389
Hujan Rancangan 88,212 103,543 113,256 125,256 133,852
Koefisien Pengaliran 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75
Hujan Efektif 66,159 77,657 84,942 93,942 100,389

Dari hasil perhitungan intensitas hujan jam-jaman dibuat grafik intensitas hujan jam-jaman dengan
kala ulang yang dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut.

Gambar 3. Grafik Intensitas Durasi Frekuensi (IDF) Dengan Kala Ulang

147
Author 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p.

Dilihat dari Tabel 5 dan Gambar 3 hujan jam-jaman harus sama dengan nilai hujan efektif. Hasil
yang sama ini merupakan kontrol dari perhitungan hujan jam-jaman. Jumlah hujan jam-jaman kala
ulang 5 tahun sebesar 77,657 mm sama dengan nilai hujan efektif 77,657 mm. Sehingga perhitungan
hujan jam-jaman dapat dikatakan benar atau kontrol.
3.1.5 Penentuan Kala Ulang
Berdasarkan Tabel 5 diatas dan hasil analisa DTA yang didapatkan dengan luas sebesar 148,31
Ha, serta wilayah Kabupaten Sidoarjo termasuk dalam Kota Besar, maka kala ulang yang digunakan
adalah 5 tahun.
3. 2 Analisa Tata guna lahan
Daerah Tangkapan Air merupakan area tangkapan air hujan yang akan dilayani suatu saluran.
Berdasarkan bentuk kontur dan arah aliran yang rumit dan sebagian besar lahan masih berupa lahan
tidak terpakai, maka dalam perhitungan DTA ini tidak dapat digunakan metode amplop atau trapesium,
tetapi dengan membaginya berdasarkan kontur daerah aliran daerah tersebut serta pengamatan langsung
di lapangan. Gambar batas daerah tangkapan air studi ditunjukan Gambar 4 sebagai berikut.

Gambar 4. Batas Daerah Tangkapan Air (DTA) Studi

Dari hasil penentuan batas dan luas DTA didapatkan luas sebesar 148,31 hektar dan selanjutnya
dibagi menjadi 27 subcatchment berdasarkan pola arah aliran dan berdasarkan batas layanan saluran
drainase. Pembagian subcatchment dilakukan dengan menggunakan software Autocad dan didapat
pembagian masing-masing subcathment ditunjukan Gambar 5 sebagai berikut.

Gambar 5. Pembagian Subcatchment Daerah Tangkapan Air

Seperti dilihat pada Gambar 5 pembagian masing-masing daerah dengan melihat elevasi, kontur
tanah pada daerah tersebut dan mempertimbangkan daerah layanan saluran disesuaikan dengan melihat
alur jalan sesuai dengan hasil survei yang telah dilakukan. Gambar pembagian subcatchment pada
SWMM 5.1 dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini.

148
Khoiri, A. H. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 2 (2021) p. 142-155

Gambar 6. Permodelan Pembagian subcatchment SWMM 5.1

Seperti dilihat pada Gambar 6 diatas setiap subcathment atau sub dta memiliki karakteristik tata guna
lahan dan nilai parameter yang berbeda-beda jadi setiap parameter harus diisi sesuai dengan
karakteristik masing-masing subcathment. Beberapa parameter yang digunakan dalam parameter data
subcatchment adalah area, width, percent slope, percent imprevious, n-imprevious, n-pervious, d store-
imprevious, d store-pervious, dan percent zero imprevious. Pengisian lengkap parameter subcathment
dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6: Nilai Parameter Tiap Subcatcment

Width Slope Imperv n n Dstore- Dstore- % zero


No Sub A (ha)
(m) (%) (%) imperv perv Imperv Perv Imperv

1 S1 4,408 295 0,746 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25


2 S2 3,411 238,7 0,712 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
3 S3 8,628 297 0,654 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
4 S4 3,484 188 0,697 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
5 S5 3,768 199 0,842 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
6 S6 8,695 301,2 0,723 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
7 S7 4,122 189,5 0,694 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
8 S8 7,56 293,8 0,715 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
9 S9 4,9 220,6 0,821 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
10 S10 4,33 212,3 0,541 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
11 S11 2,375 134,6 0,832 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
12 S12 2,543 172,4 0,829 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
13 S13 2,703 150,1 0,828 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
14 S14 2,76 160,75 0,711 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
15 S15 2,894 148,7 0,831 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
16 S16 3,214 194 0,847 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
17 S17 2,15 157,2 0,514 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
18 S18 8,9 337,6 0,435 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
19 S19 2,703 196 0,511 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
20 S20 14,779 422,25 0,280 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
21 S21 8,17 323,05 0,604 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
22 S22 5,613 329,5 0,467 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
23 S23 4,597 250,3 0,390 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
24 S24 5,512 254,2 0,409 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
25 S25 12,86 374 0,714 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
26 S26 5,625 235,9 0,817 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25
27 S27 7,942 348,3 0,724 75 0,014 0,13 1,27 2,54 25

149
Author 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p.

Seperti dapat dilihat pada Tabel 6 setiap parameter subcatchment dipengaruhi tata guna lahan
dan jenis tanah pada daerah tangkapan airnya, hal ini dikarenakan limpasan yang terjadi sangat
tergantung pada tingkat proses infiltrasi [10].
3. 3 Permodelan EPA SWMM 5.1
Pada permodelan yang digunakan saluran drainase eksisting memiliki parameter-parameter yang
harus diisi dengan karakteristik yang berbeda. Untuk parameter bebas diantaranya, yaitu : Raingage
(pengukur hujan), subcatchment (sub daerah tangkapan air), junction (percabangan) conduit (saluran),
Storage (kolam / tampungan ) dan outfall (titik keluaran / outlet). Setelah memasukkan parameter
komponen utama SWMM 5.1 maka dapat dilakukan running simulation dan akan didapatkan suatu
output berupa report status dari saluran drainase, dan data tampungan kapasitas kolam retensi dengan
limpasan.
Adapun parameter tetap adalah parameter yang tidak diubah dan data yang tersusun kemudian
diolah dengan bantuan EPA SWMM 5.1 tentunya dengan variabel yang telah diketahui. Dari parameter-
parameter yang ada akan dilakukan beberapa simulasi dengan kondisi eksisting tanpa penambahan
kolam retensi dan simulasi penambahan kolam retensi berdasarkan kala ulang 5 tahun. Penambahan
kolam akan disimulasikan menggunakan tampungan kolam eksisting dan kolam alfternatif
menggunakan kolam yang dijadikan satu serta perubahan dimensi saluran drainase.
3.3.1 Skematisasi Saluran Drainase Eksisting
Bentuk penampang saluran sesuai hasil pengamatan langsung di lapangan menggunakan saluran
terbuka segiempat yang terbuat dari beton dan plesteran semen. Kekasaran dinding saluran yang
digunakan pada pemodelan ini adalah jenis saluran terbuka dengan material beton. Untuk koefisien
manning saluran terbuka yang digunakan adalah 0,011 (dengan dasar dan dinding diplester semen) dan
0,014 (dasar dan dinding beton). Selengkapnya nilai parameter saluran dapat dilihat pada Tabel 7
berikut.
Tabel 7: Nilai Parameter Conduit
Dimensi Saluran Eksisting

Conduit RUAS SALURAN L B H A P R n

m m m m2 m m
1 Canal juwet 2 240 1,25 1,1 1,38 3,45 0,399 0,014
2-3 Canal Juwet 1 290 1,25 1,1 1,38 3,45 0,399 0,014
4-5-6 jl. Pasar Baru Porog 427 1,25 1,2 1,38 3,45 0,399 0,014
7 Gedang Rt 6 1 792 1,25 1,3 1,38 3,45 0,399 0,014
8 Gondang Rt9 287 1,25 1,3 1,38 3,45 0,399 0,014
9-10 Jl. Flamboyan 5 255 1,35 1,3 1,62 3,75 0,432 0,014
11-C Desa Siring 1 252 1,8 1,5 2,70 4,80 0,563 0,014
12 Desa Siring 2 268 1,8 1,5 2,70 4,80 0,563 0,014
13 jl. Bhayangkari 5 371 1,1 0,95 1,05 3,00 0,348 0,014
14 jl. Bhayangkari 4 582 1,1 0,95 1,05 3,00 0,348 0,014
15 jl. Juwet utara 1 556 1,1 0,8 0,88 2,70 0,326 0,014
16 jl. Juwet Utara 2 572 1,1 0,8 0,88 2,70 0,326 0,014
17 Desa Gedang 4 312 1,1 0,95 1,05 3,00 0,348 0,014
18 Jl. Wr. Supratman 2 410 1,25 1,12 1,40 3,49 0,401 0,014
19 Jl. Wr. Supratman 1 76 1,2 0,83 1,00 2,86 0,348 0,014
20 Jl. Ra. Kartini 192 1,1 0,8 0,88 2,70 0,326 0,014
21 jl. Flamboyan 4 334 1,44 1,2 1,73 3,84 0,451 0,014
22 jl. Flamboyan 2 324 1,44 1,2 1,73 3,84 0,451 0,014

150
Khoiri, A. H. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 2 (2021) p. 142-155

Setelah parameter pada Tabel 7 sudah dimasukan maka dilakukan proses simulasi dengan
pengaturan pada General adalah pengaturan Infiltrasion Model pilih Curve Number dan untuk Routing
Model pilih Dynamic Wave. Selanjutnya pada pengaturan Dates dapat diubah End Analysis sesuai
pilihan yang diinginkan. Asumsi simulasi dijalankan pada tanggal 11 September 2021 dari pukul 00.00
sampai pukul 06.00 dengan waktu interval 10 menit. Simulasi dilakukan dengan kala ulang perencanaan
5 tahun. Kustomisasi pengaturan running pada simulation option window dan hasil status report dapat
dilihat pada Gambar 6 dibawah ini.

Gambar 6. Simulation Option Window dan Status Report

Seperti dilihat pada Gambar 6 setelah memasukan data dan running dengan continuity error
yang kurang dari 5% berarti hasil simulasi dianggap baik dan dapat diteruskan. Selanjutnya gambar
skematisasi dengan keterangan waktu, link capacity dan node flooding ditunjukan oleh Gambar 7
berikut ini.

Gambar 7. Skematisasi Drainase Eksisting Tanpa Kolam

Seperti dapat dilihat pada Gambar 7 hasil running pada waktu puncak 1 jam 40 menit terdapat
beberapa saluran yaitu conduit 15, 16, 18, 19 dan conduit 21 yang linknya berwarna merah yang berarti
meluap atau kapasitas tampungannya tercapai maksimal.
3.3.2 Skematisasi dengan penambahan kolam eksisting
Skematisasi sistem drainase untuk kondisi eksisting dengan penambahan kolam retensi. Dengan
penambahan kolam retensi diharapkan air limpasan hujan dapat ditampung sehingga dapat
mengendalikan limpasan permukaan. Selanjutnya hasil dari running model SWMM untuk skematisasi
sistem drainase dengan penambahan kolam retensi dapat dilihat pada Gambar 8 dibawah ini.

151
Author 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p.

Gambar 8. Skematisasi Drainase Dengan Penambahan Kolam dan Pompa

Seperti dilihat pada Gambar 8 diatas kita dapat mengetahui kemampuan tampungan dari kolam
eksisting yang dipresentasikan node storage penuh pada waktu 3 jam 20 menit.
3.3.3 Skematisasi dengan penambahan kolam alternatif
Skematisasi sistem drainase untuk kondisi eksisting dengan penambahan alternatif kolam retensi
gabungan serta perubahan saluran eksisting yang mengalami peluapan. Indikasi saluran yang perlu
perubahan dilihat dari link capacity atau kapasitas saluran saat running dilakukan, jika dari hasil
simulasi kapasitas saluran tercapai 1 atau penuh menandakan saluran tersebut meluap. Dengan
penambahan alternatif berupa kolam retensi gabungan dan saluran drainase baru diharapkan semua air
limpasan hujan dapat ditampung sehingga dapat mengendalikan limpasan dan bisa ditahan untuk
dibuang ke Sungai Ketapang (out fall) tanpa menyebabkan genangan, untuk hasil dari skematisasi
sistem drainase dengan kolam retensi gabungan dan perubahan dimensi saluran dapat dilihat Gambar 9
sebagai berikut.

Gambar 9. Skematisasi Drainase Dengan Alternatif

Seperti dilihat pada Gambar 9 diatas kita dapat mengetahui kemampuan tampungan dari kolam
alternatif node storage yang mempresentasikan kolam alternatif penuh pada waktu 6 jam atau end of
running time. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa kolam menerima semua debit limpasan yang masuk.
3. 4 Efektivitas Tampungan Kolam Retensi
Perhitungan efektivitas kolam retensi ditentukan dengan cara membandingkan volume limpasan
yang masuk ke kolam dengan kapasitas kolam yang tersedia [11].

152
Khoiri, A. H. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 2 (2021) p. 142-155

1. Analisa Efektivitas Kolam Eksisting


Perhitungan efektivitas kolam retensi ditentukan dengan cara membandingkan volume banjir hasil
simulasi SWMM yang masuk ke kolam dengan kapasitas kolam eksisting yang tersedia, dijabarkan
dalam perhitungan berikut ini :
94373,9
Efektivitas = 𝑥 100%
126000

= 74,48 %
Didapat dari hasil perhitungan efektifitas kolam sebesar 74,48 % tersebut terjadi pada saat kolam
masih belum terisi air, apabila kolam telah terisi air sebanyak setengah atau 47186,9 m 3 dari kapasitas
kolam maka efektifitas kolam akan berkurang menjadi 37,24 %.
2. Analisa Efektivitas Kolam Alternatif
Perhitungan efektivitas kolam retensi menggunakan kolam retensi gabungan dari kolam Intrance
dan Lentera. Perhitungan efektivitas kolam retensi ditentukan dengan cara membandingkan volume
banjir simulasi SWMM yang masuk ke kolam dengan kapasitas yang tersedia yang dijabarkan dalam
perhitungan berikut ini :
151415,5
Efektivitas = 𝑥 100%
126000

= 120,17%
Didapat angka efektifitas kolam alternatif dengan asumsi kolam kosong adalah sebesar 120,17%.
Angka efektivitas ini menandakan kolam alternatif dinilai mampu atau efektif dalam mereduksi banjir
yang terjadi di Jalan Raya Porong dan menerima limpasan dari desa sekitar terdampak Lumpur
Sidoarjo.
3. 5 Standar Operasional Prosedur (SOP)
Dengan mempertimbangkan keadaan lapangan seperti kondisi kolam dan kondisi saluran drainase.
Saran SOP kolam retensi dan pompa utama disusun berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang
digunakan untuk acuan pekerjaan Review Pedoman Operasi Pemeliharaan Drainase dan Lingkungan
ini adalah:
1. Permen PU No. 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan [12].
2. Permen PUPR No. 06/PRT/M/2015 tentang Ekploitasi dan Pemeliharaan Sumber Air dan
Bangunan Pengairan [13].
3. Pedoman Operasi dan pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan, tahun 2009 [14].
Berikut saran penyusunan Standar Operasional Prosedur pintu bypass kolam untuk pengosongan
ataupembuangan air dan pompa utama ditunjukan oleh gambar 10 berikut ini.

153
Author 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p.

Mulai Mulai

Kondisi Kolam Retensi Kondisi Drainase dan Kolam

Cuaca Muka Air Sungai


Ketapang Kapasitas Drainase Muka Air
Tercapai Kolam Retensi <
1,8m

Ya Tidak Ya Tidak
Hujan Normal
Pengoprasian
Pompa
Kontrol Pintu Bypass Intrance
Kolam Retensi

Mengurangi Muka Air


Kolam Retensi
<=0,2m Muka Air Kolam Tercapai

Infiltrasi
Tidak
Genangan Terduksi Tambahan Pompa Mobile

Menutup Pintu
Ya
Bypass
Pemompaan Ke Kolam Exit
Tol dan Tanggul LUSI
Membuka Pintu
Kolam Retensi
Pengoprasian Pintu Kolam
dan Bypass
Pengisian Kolam
Retensi Hingga 1,8m

Pembuangan Ke Sungai
Selesai
Selesai Ketapang

Gambar 10. Diagram Alir Pola Oprasi Pintu dan Pompa

Seperti dapat dilihat pada Gambar 10 pola operasi pintu kolam dan pompa utama yang memiliki
kapasitas hingga 0,25 m3/s dipengaruhi keadaan tampungan kolam dengan menyesuaikan kondisi
lapangan. Berdasarkan perhitungan debit maksimal yang lewat sebesar 15,404 m3/dt dan waktu yang
dibutuhkan untuk pengosongan kolam adalah 3,072 jam yang dilakukan dengan memperhatikan tinggi
air pada avoer Sungai Ketapang.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil simulasi kolam retensi menggunakan permodelan EPA SWMM 5.1 diketahui
kolam retensi eksisting belum dapat menampung debit limpasan dengan kala ulang hujan 5 tahun yang
disimulasi selama 6 jam waktu running. Tampungan pada kolam retensi eksisting penuh dan mencapai
ketinggian masksimum di 1,8 m dalam waktu 3 jam 20 menit, dari hasil hasil ini juga diketahui masih
terjadi genangan di beberapa titik. Beberapa saluran pada ruas jalan lain yang meluap selain Jalan Raya
Porong adalah pada ruas Jalan Juwet Utara I, Juwet Utara II, Jalan Wr. Supratman I, Wr. Supratman II
dan Jalan RA. Kartini. Hal ini dipertegas dengan melihat hasil running kondisi Counduit C15, C16,
C18, C19 dan C20 yang kapasitas salurannya tercapai.
Hasil analisa efektivitas kolam retensi eksisting dengan kemampuan tampungan efektif sebesar
94.373,9 m3 didapatkan angka efektivitas kolam retensi eksisting yang dibangun di lapangan dapat
mereduksi limpasan hingga 74,48%, dengan asumsi kolam belum terisi air. Hasil alternatif perubahan
dimensi saluran dan alternatif kolam gabungan dengan kemampuan tampungan efektif sebesar
151.415,5 m3 maka efektivitas kolam dinilai dapat mereduksi limpasan hingga 120,17%. Hal ini
membuktikan dengan penambahan kolam alternatif mampu menanggulangi banjir dengan efektif. Dan
untuk mencapai kemampuan kolam optimal dibuat SOP (Standar Operasional Prosedur) dengan

154
Khoiri, A. H. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 2 No. 2 (2021) p. 142-155

mempertimbangkan keadaan lokasi studi dengan harapan kolam retensi selalu memiliki ruang
tampungan yang memadai untuk menerima limpasan saat terjadinya hujan.

Daftar Pustaka

[1] Suripin, Sistem Drainase Perkotaan, Andi Offset, Yogyakarta, 2004.


[2] Ir. Karyadi Dipl. HE, Ir. Soegiarto, C., & Ir. Aris Harnanti Dipl. He. Pengaliran Lumpur Sidoarjo.
Bayumedia Publishing, 2012.
[3] M. Baitullah Al Amin. Permodelan Sistem Drainase Perkotaan Menggunakan SWMM.
DEEPPUBLISH, 2020.
[4] Soewarno, “Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data Jilid I”, Nova, Bandung,
1995.
[5] S. Harto, Analisis Hidrologi. Gramedia Pustaka Utama, Yogyakarta, 1993
[6] CT Saputra, U Andawayanti, MJ Ismoyo, “Studi Jaringan Drainase Perkotaan Kabupaten
Nganjuk Provinsi jawa Timur”, J. Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air 2, Vol. 2 No. 1,
2022, pp. 328-340, 2021.
[7] Sri Harto, Br. Analisis Hidrologi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 2000.
[8] C. Asdak, Hidrologi dan Pengelolaan DAS, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007.
[9] B. Triatmodjo, Hidrologi Terapan. Beta Offset, 2015.
[10] D. Harisuseno, D.N. Khaeruddin, R. Haribowo, “Time of concentration based infiltration under
different soil density, water content, and slope during a steady rainfall”. Journal of Water and
Land Development, 2019, pp. 61–8. DOI: 10.2478/jwld-2019-0028.
[11] Desyi Astuti, Siswanto dan Imam Suprayogi, “Analisis Kolam Retensi Sebagai Pengendalian
Banjir Genangan di Kecamatan Payung Sekaki”, Fakultas Teknik Universitas Riau, 2015.
[12] Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, “Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 12/PRT/M/2014”, Lampiran III, pp. 3-26.
[13] Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, “Peraturan Menteri
Nomor 06/PRT/M/2015”, Tentang Ekspoitasi dan Pemeliharaan Sumber Air dan Bangunan
Pengairan.
[14] Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia. “Pedoman Operasi
dan pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan”, 2009, pp. 25-37.

155

You might also like