Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
0% found this document useful (0 votes)
10 views77 pages

Kti Gabung

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 77

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN DANPERILAKU

MAKAN DENGAN STATUS GIZI KURUS PADA SISWA DI


SMP NEGERI 29 KOTA PADANG TAHUN 2014

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan ke Program Studi DIII Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Padang Sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Politeknik Kesehatan Padang

Oleh :

Rima Rahmawati Putri


NIM: 112110164

JURUSANGIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
2014
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN GIZI
Scientific Treatise, July2014
Rima Rahmawati Putri

The Correlation Of The Energy Intake, Protein And Eating Behavior With
Underweight Nutritional Status Of Students In Junior High School 29
Padang 2014
Vi + 52 Pages, 10Tables, 5 Attachments
ABSTRACT
The immediate cause of malnutrition is food and infectious diseases uffered by
children. Indirect causes is knowledge, food security in family, parenting, health
services and environmental health and eating behavior. The prevalence of
underweight nutritional status of children aged 13-15 nationally based Riskesdas
2010 are 10.1%, 12.8% in West Sumatra. Based on the screening results Padang
City Health Department 2012, the prevalence of underweight nutritional status of
the city of Padang 13.8%, in SMPN 29 prevalence of underweight nutritional
status are 35.8%. The purpose of the study was to determine the relationship of
energy intake, protein intake and eating behavior with underweight nutritional
status in SMP 29 Padang.
This study is an analytical cross-sectional study design. The samples in this study
were collected by simple random sampling, obtained a sample of 74 people. Data
weight and height were measured with a bathroom scale and microtoise, energy
intake and protein intake using the Quantitative Food Frequency Semy format and
eating behavior using a questionnaire. Data were analyzed using univariate and
bivariate by statistical chi-square test with a confidence level of 95%.
The results showed that the prevalence of underweight in the nutritional status of
SMPN 29 Padang was 17.6%, students with less energy intake as much as 27%,
less protein intake as much as 31.1% of students behave and eat less as much as
40.5%. There is a significant association between the intake energy and intake
protein and underweight nutritional status.There was no significant association
between eating behavior and underweight nutritional status.
It is recommended that parents pay more attention to the nutritional status of
children, the intake of the children, students also pay attention to intake, and that
the school provides a healthy school canteen.
Keywords: skinny nutritional status, energy intake, protein intake, eating
behavior.

Bibliography 33 (1973-2013)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN GIZI
KaryaTulis Ilmiah, Juli 2014
Rima Rahmawati Putri

Hubungan Asupan Energi, Protein dan Perilaku Makan dengan Status Gizi
Kurus pada Siswa di SMP Negeri 29 Kota Padang Tahun 2014

vi+ 52 halaman, 10 tabel, 5 lampiran

ABSTRAK

Penyebab langsung kurang gizi adalah makanan dan penyakit infeksi yang
diderita anak. Penyebab tidak langsung adalah pengetahuan, ketahanan pangan di
keluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan
serta perilaku makan. Prevalensi status gizi kurus secara nasional anak umur 13-
15 tahun berdasarkan Riskesdas 2010 yaitu 10,1%, di Sumatera Barat 12,8%.
Berdasarkan hasil skrining Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2012, prevalensi
status gizi kurus di kota Padang 13,8%, sedangkan di SMP N 29 Kota Padang
35,8%. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan asupan energi,
protein dan perilaku makan di SMP Negeri 29 Kota Padang.
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional study. Sampel dalam
penelitian ini diambil secara simple random sampling, diperoleh sampel sebanyak
74 orang. Data berat badan dan tinggi badan diukur dengan timbangan kamar
mandi dan microtoise, asupan energi menggunakan format Semy Quantitative
Food Frequency dan perilaku makan menggunakan angket. Data dianalisis secara
univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistic chi-square dengan tingkat
kepercayaan 95%.
Hasil penelitian diperoleh bahwa prevalensi status gizi kurus di SMP N 29 Kota
Padang adalah 17,6%, siswa dengan asupan energi kurang sebanyak 27%, asupan
protein kurang sebanyak 31,1% dan siswa berperilaku makan kurang sebanyak
40,5%. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi, protein dengan
status gizi kurus. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku makan
dengan status gizi kurus.
Disarankan agar orang tua lebih memperhatikan status gizi anak, asupan anak,
siswa juga memperhatikan asupannya, serta agar pihak sekolah menyediakan
kantin yang sehat disekolah.
Kata kunci : Status gizi kurus, asupan energi, asupan protein, perilaku makan.
Daftar Pustaka 33 (1973-2013)
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan do’a dan mengucapkan Puji Syukur kehadirat

Tuhan Yang Maha Esa, dengan berkat serta Rahmat dan Karunia-Nya, penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan oleh penulis walaupun menemui

kesulitan maupun rintangan.

Penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan suatu

rangkaian dari proses pendidikan serta menyeluruh di Progran Studi DIII Jurusan

Gizi di Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang, dan sebagai persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan DIII Gizi pada masa akhir pendidikan.

Judul Karya Tulis Ilmiah ini “Hubungan Asupan Energi, Protein Dan

Perilaku Makan Dengan Status Gizi Kurus Pada Siswa Di SMP Negeri 29

Kota Padang Tahun 2014”.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari akan keterbatasan

kemampuan yang ada, sehingga penulis merasa masih belum sempurna baik

dalam isi maupun dalam penyajian. Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik

dan saran yang membangun guna penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya atas segala bimbingan, pengarahan dari Ibu Hermita Bus Umar

SKM M. Kes dan Ibu Defriani Dwiyanti S. SiT M. Kes selaku pembimbing

Karya Tulis Ilmiah dan berbagai pihak yang penulis terima, sehingga penulis

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:

1. Bapak Sunardi, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Padang.

2. Ibu Hasneli DCN M.Biomed selaku Ketua Jurusan Gizi.

3. Bapak John Amos SKM M.Kes selaku penguji I yang telah memberi

masukan dan saran.

4. Bapak Andrafikar SKM M.Kes selaku penguji II yang telah memberi

masukan dan saran.

5. Ibu Dra. Drita Yani selaku Kepala Skolah di SMP Negeri 29 Kota Padang

yang telah memberikan data mengenai SMP Negeri 29.

6. Orang tua tercinta yang selalu memberi semangat dan dukungan.

7. Teman-teman Gizi seangkatan tahun 2011.

Dengan kesungguhan dan kerja keras penulis berupaya memberikan hasil

yang semaksimal mungkin demi tercapainya kesempurnaan. Tanggapan, kritikan

dan saran akan sangat berarti begi penulis dalam mencapai kesempurnaan Karya

Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi

semua pihak.

Padang, Juli 2014

Penulis,
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................. 5
1. Tujuan Umum ............................................................................ 5
2. Tujuan Khusus ........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Status Gizi ....................................................................................... 8
1. Pengertian Status Gizi ............................................................... 8
2. Klasifikasi Status Gizi ............................................................... 9
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi .............................. 10
1. Asupan Makanan ...................................................................... 10
2. Perilaku Makan ........................................................................ 14
C. Angka Kecukupan Gizi .................................................................. 18
D. Penilaian Status Gizi ...................................................................... 20
1. Penilaian Secara Langsung ...................................................... 20
2. Penilaian Secara Tidak Langsung ............................................ 21
E. Remaja ............................................................................................ 24
F. Kerangka Konsep ........................................................................... 26
G. Hipotesis ........................................................................................ 27
H. Definisi Operasional ....................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ............................................................................ 29
B. Lokasi dan Waktu ........................................................................... 29
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 29
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................. 30
E. Pengolahan dan Analisis Data ........................................................ 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum ........................................................................... 34
B. Hasil Penelitian ............................................................................... 35
C. Pembahasan ................................................................................... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 50
B. Saran ............................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Umur 5-18 Tahun
Berdasarkan Indeks (WHO 2005) ..................................................... 9

Tabel 2 Angka Kecukupan Gizi yang di Anjurkan di Indonesia .................... 20

Tabel 3 Distribusi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin di SMP N 29 Kota


Padang Tahun 2014 ........................................................................... 35

Tabel 4 Distribusi Siswa Berdasarkan Status Gizi di SMP N 29 Kota


Padang Tahun 2014 ........................................................................... 35

Tabel 5 Distribusi Siswa Berdasarkan Asupan Energi di SMP N 29 Kota


Padang Tahun 2014 ........................................................................... 36

Tabel 6 Distribusi Siswa Berdasarkan Asupan Prorein di SMP N 29 Kota


Padang Tahun 2014............................................................................ 36

Tabel 7 Distribusi Siswa Berdasarkan Perilaku Makan di SMP N 29 Kota


Padang Tahun 2014 ............................................................................ 37

Tabel 8 Hubungan Asupan Energi dengan Status Gizi Kurus pada Siswa di
SMP N 29 Kota Padang Tahun 2014 ................................................. 38

Tabel 9 Hubungan Asupan Protein dengan Status Gizi Kurus pada Siswa di
SMP N 29 Kota Padang Tahun 2014 ................................................. 38

Tabel 10 Hubungan Perilaku Makan dengan Status Gizi Kurus pada Siswa di
SMP N 29 Kota Padang Tahun 2014 ................................................. 39
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden

Lampiran B : Daftar Pertanyaan Penelitian

Lampiran C : Master Tabel

Lampiran D : Analisis Univariat

Lampiran E : Analisis Bivariat

Lampiran F : Surat Izin Pengambilan Data dan Studi Pendahuluan

Lampiran G : Surat Mohon Izin Penelitian

Lampiran H : Surat Izin Pengambilan Data dari Dinas Pendidikan

Lampiran I : Balasan Surat Telah Melakukan Penelitian

Lampiran J : Kartu Konsultasi Pembimbing I

Lampiran K : Kartu Konsultasi Pembimbing II


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan atas status gizi buruk,

kurang, baik dan lebih.1 Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh asupan

makanan dan infeksi. Asupan makanan dan infeksi juga disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya adalah persediaan makanan dirumah, perawatan

anak dan ibu hamil, pelayanan kesehatan. Ketiga faktor ini, juga disebabkan

oleh beberapa faktor, merupakan pokok masalah dari masalah gizi yaitu

kemiskinan, kurang pendidikan dan keterampilan.2

Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa. Remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir

pada usia 18-22 tahun.3 Pertumbuhan manusia, secara mendadak meningkat

saat memasuki usia remaja. Peningkatan pertumbuhan mendadak ini disertai

dengan perubahan-perubahan hormonal, kognitif, dan emosional. Semua

perubahan yang terjadi pada remaja ini membutuhkan zat gizi secara khusus.4

Saat memasuki usia 10-12 tahun pertumbuhan anak perempuan lebih cepat

dibanding anak laki-laki. Percepatan pertumbuhan pada anak perempuan ini

disebabkan karena tubuh anak perempuan memerlukan persiapan menjelang

usia reproduksi. Sedangkan anak laki-laki baru dapat menuysul setelah dua

tahun kemudian.5 Pertumbuhan pada remaja putri terjadi pada usia 10-11

tahun, dan puncaknya pada usia 12 tahun serta berakhir pada usia 15 tahun.

Pada remaja putra pertumbuhan terjadi pada usia 12-13 tahun dan puncaknya

pada usia 14 tahun serta berakhir pada usia 19 tahun.6


Masa remaja merupakan masa yang berada pada kelompok rentan gizi

karena dipengaruhi berbagai sebab, diantaranya percepatan pertumbuhan dan

perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak seperti

mineral, perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan menuntut untuk

penyesuaian masukan energi dan zat gizi, dan kehamilan, keikutsertaan dalam

berolahraga, kecanduan alkohol, minum obat meningkatkan kebutuhan energi

dan zat gizi.5 Oleh karena itu, konsumsi merupakan aspek yang perlu

diperhatikan dalam tahap ini. Apabila konsumsi tidak seimbang dengan

pertumbuhan dan kegiatannya, maka akan terjadi defisiensi yang nantinya akan

menghambat pertumbuhannya sendiri.3

Terkait dengan masalah gizi penduduk adalah masalah asupan makanan

yang tidak seimbang. Masalah kekurangan konsumsi energi dan protein terjadi

pada semua kelompok umur, terutama pada anak usia sekolah (6–12 tahun),

usia pra remaja (13–15 tahun), usia remaja (16–18 tahun), dan kelompok ibu

hamil, khsusunya ibu hamil di pedesaan. Secara nasional, penduduk Indonesia

yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 70%

dari angka kecukupan gizi bagi orang Indonesia) adalah sebanyak 40,7%.

Penduduk yang mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal (kurang

dari 80% dari angka kecukupan bagi orang Indonesia) adalah sebanyak 37%.7

Kurang gizi disebabkan oleh beberapa faktor. Penyebab langsung

kurang gizi adalah makanan dan penyakit infeksi yang diderita anak. Anak

yang makan dengan tingkat tidak cukup baik, maka daya tahan tubuhnya

(imunitas) dapat melemah. Dalam keadaan demikian, mudah diserang infeksi

yang dapat mengurangi nafsu makan dan akhirnya dapat menderita kurang gizi.
Penyebab tidak langsung dari masalah gizi yaitu ketahanan pangan di

keluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan

lingkungan. Sedangkan faktor penyebab tidak langsumg masalah gizi kurang

berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan keluarga.8

Yusminatati,9 dalam penelitiannya mengatakan bahwa ada hubungan

bermakna antara asupan energi dengan status gizi anak sekolah berdasarkan

IMT/U. Diperoleh bahwa lebih banyak anak dengan asupan energi kurang

berada pada status gizi kurus dibandingkan dengan anak yang asupan

energinya cukup berada pada status gizi normal. Begitu juga dengan asupan

protein. Anak yang asupan proteinnya kurang cenderung berada pada status

gizi kurus dibandingkan dengan anak yang asupan proteinnya cukup cenderung

berada pada status gizi normal.

Terdapat hubungan yang erat anatara asupan energi, protein dengan

status gizi dalam penelitian Pratiwi.10 Anak yang asupan energi dan proteinnya

cukup cenderung memiliki status gizi yang normal. Sedangkan anak yang

mempunyai asupan energi dan protein yang kurang, cenderung memiliki status

gizi kurang.

Gusliandra,11 dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara asupan energi dan protein dengan status gizi.

Anak yang asupan energinya kurang mempunyai peluang 9,4 kali menderita

kurus dibandingkan dengan anak yang asupan energinya cukup. Begitu juga

dengan asupan protein, anak yang asupan proteinnya kurang, memiliki peluang

11,5 kali lipat menderita kurus dibandingkan dengan anak yang asupan

proteinnya cukup.
Perilaku makan merupakan faktor yang mempengaruhi status gizi.

Diana12 dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada pengaruh perilaku makan

terhadap status gizi. Ini terlihat dari uji statistik didapat bahwa p=0,000. Hasil

penelitian ini didukung oleh panjaitan13 dalam penelitannya bahwa ada

hubungan perilaku makan dan status gizi (r= 0,001;p<0,05).

Perilaku makan remaja dapat dilihat bahwa remaja putri suka

melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih makan makanan ringan.

Sebagian besar makanan ringan mengandung sedikit kalori dan zat gizi, dan

dapat mengganggu atau menghilangkan nafsu makan.3 Banyak remaja terlalu

memikirkan dietnya karena khawatir tentang penampilannya. Mereka dengan

sengaja tidak makan, sangat membatasi asupan makanan, atau sama sekali

tidak makan semua jenis makanan, sehingga bisa mengakibatkan timbulnya

gizi kurang.6

Berdasarkan Riskesdas 2010, secara nasional prevalensi status gizi umur

13-15 tahun berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) didapat

bahwa 10,1% anak kurus, yang terdiri dari 2,7% sangat kurus dan 7,4% kurus.

Di Indoesia terdapat sebanyak 12 provinsi dengan prevalensi anak kurus

(IMT/U) di atas prevalensi nasional yaitu Provinsi Sumatera Barat, Sumatera

Selatan, DI Yogyakarta, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Nusa

Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat

dan Papua. Prevalensi status gizi kurang (IMT/U) di Sumatera Barat yaitu

sebanyak 12,8%, terdiri dari 4.9% sangat kurus dan 7.9% kurus.7

Berdasarkan hasil skrining kesehatan yang dilakukan pada murid SMP

Kota Padang tahun 2012 dari seluruh puskesmas yang ada terdapat 13,8%
siswa SMP yang berada pada status gizi kurus, terdiri dari 1,2% sangat kurus

dan 12,6% kurus. Dari data skrining tersebut didapat bahwa, Kecamatan

Nanggalo merupakan salah satu Kecamatan di Kota Padang yang mengalami

masalah gizi kurang. Data tersebut menyatakan bahwa terdapat 29,1%

mengalami gizi kurus di Nanggalo. Data skrining tersebut juga menjelaskan

bahwa terdapat 3 SMP yang berada di Nanggalo, yaitu SMPN 29, SMPN 22

dan SMP Pertiwi. Dari ke tiga SMP tersebut didapat bahwa prevalensi gizi

kurus di SMPN 29 yaitu sebanyak 35,8%, SMPN 22 sebanyak 24,7% dan SMP

Pertiwi sebanyak 21,7%. Sehingga diperoleh bahwa SMP Negeri 29

merupakan SMP yang mengalami masalah gizi kurus paling tinggi dibanding

SMP lainnya.14

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Asupan Energi, Protein Dan Perilaku

Makan Dengan Status Gizi Kurus Pada Siswa Di SMP Negeri 29 Kota

Padang Tahun 2014”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan

Asupan Energi, Protein Dan Perilaku Makan Dengan Status Gizi Kurus Pada

Siswa Di SMP Negeri 29 Kota Padang Tahun 2014”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Asupan Energi, Protein Dan Perilaku Makan

Dengan Status Gizi Kurus Pada Siswa Di SMP Negeri 29 Kota Padang

Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi siswa berdasarkan status gizi kurus siswa di SMP

Negeri 29 Kota Padang tahun 2014.

b. Diketahuinya distribusi siswa berdasarkan asupan energi siswa di SMP

Negeri 29 Kota Padang tahun 2014.

c. Diketahuinya distribusi siswa berdasarkan asupan protein siswa di SMP

Negeri 29 Kota Padang tahun 2014.

d. Diketahuinya distribusi siswa berdasarkan Perilaku Makan di SMP

Negeri 29 Kota Padang tahun 2014.

e. Diketahuinya hubungan asupan energi dengan status gizi kurus siswa Di

SMP Negeri 29 Kota Padang tahun 2014.

f. Diketahuinya hubungan asupan protein dengan status gizi kurus siswa di

SMP Negeri 29 Kota Padang tahun 2014.

g. Diketahuinya hubungan perilaku makan dengan status gizi kurus siswa

di SMP Negeri 29 Kota Padang tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan pengembangan

kemampuan dibidang penelitian terutama dalam menyusun Karya Tulis

Ilmiah.

2. Bagi Remaja

Dapat menambah pengetahuan remaja mengenai masalah gizi yang

terjadi pada remaja saat ini dan dapat memperhatikan status gizinya menjadi

yang lebih baik.


3. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi kepada masyarakat mengenai bagaimana pentingnya

menjaga stats gizi yang baik agar tidak terjadi masalah gizi yang lebih

lanjut.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada remaja kelas VII dan VIII di SMP Negeri 29

Kota Padang tahun 2014 untuk mengetahui hubungan antara asupan energi,

protein dan perilaku makan dengan status gizi kurus pada remaja dengan

menggunakan desain cross sectional study. Data primer dikumpulkan dengan

melakukan wawancara secara langsung kepada responden. Sedangkan data

sekunder didapat dari Dinas Kesehatan Kota Padang dan Tata Usaha SMP

Negeri 29 Kota Padang. Dimana variabel yang akan diukur yaitu asupan

energi, asupan protein, perilaku makan dan status gizi, dan kemudian di

analisis secara univariat dan bivariat.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu, atau perujudan dari keadaan gizi dalam bentuk variabel

tertentu. Keadaan gizi merupakan keseimbangan antara konsumsi dan

penyerapan zat gizi dan penggunan zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik

akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.2 Status gizi merupakan

keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan pengunaan zat-zat

gizi. Status gizi dibedakan atas status gizi buruk, kurang, baik dan lebih.1

Jadi, status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan

antara kebutuhan dan masukan zat gizi.15

Status Gizi anak umur 6-18 tahun dikelompokan menjadi tiga

kelompok umur yaitu 6-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Indikator

status gizi yang digunakan untuk kelompok umur ini didasarkan pada

pengukuran antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang

disajikan dalam Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U). Indeks massa

tubuh anak dihitung berdasarkan rumus berikut.7

Dengan menggunakan baku antropometri anak 5-18 tahun WHO 2005

dihitung nilai Z-score IMT/U masing-masing anak.


Berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) yang

kemudian dihitung nilai Z- Scorenya status gizi dikelompokkan menjadi:

Tabel 1
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Umur 5-18 Tahun
Berdasarkan Indeks (WHO 2005)

KATEGORI
AMBANG BATAS
INDEKS STATUS
(Z-SCORE)
GIZI
Sangat Kurus <-3 SD
Indeks Masa Tubuh Kurus -3 SD sampai dengan <-2SD
Menurut Umur Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
(IMT/U)
Anak Umur 5 – 18 Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Tahun Obesitas >2 SD

Sumber : KEPMENKES No 1995/Menkes/SK/XII/2010 16

2. Klasifikasi Status Gizi :

Status gizi dapat diklasiikasikan sebagai berikut:17

a Gizi baik

Asupan gizi harus seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang yang

bersangkutan. Kebutuhan gizi ditentukan oleh: kebutuhan gizi basal,

aktifitas, keadaan fisiologis tertentu, misalnya dalam keadaan sakit.

b Gizi kurang

Merupakan keadaan tidak sehat yang timbul karena tidak cukup

makanan atau konsumsi energi dan protein kurang selama jangka waktu

tertentu.

c Gizi lebih

Keadaan tidak sehat yang disebabkan kebanyakan makan.

Kegemukan (obesitas) merupakan tanda pertama yang dapat dilihat dari

keadaan gizi lebih. Obesitas yang berkelanjutan akan mengakibatkan


berbagai penyakit antara lain: diabetes melitus, tekanan darah tinggi, dan

lain-lain.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi:

1. Asupan Makanan

Penyebab langsung masalah gizi adalah ketidakseimbangan antara

asupan makanan yang berkaitan dengan penyakit infeksi. Kekurangan

asupan makanan membuat daya tahan tubuh semakin lemah, memudahkan

tubuh terkena penyakit infeksi sehingga tubuh kurang gizi.18 Penurunan

asupan gizi misalnya pada bencana, kelaparan dan anoreksia, dapat

menyebabkan masalah kurang gizi.19

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status

gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup

zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memugkinkan

pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan

secara umum pada tingkat setinggi mungkin.1

a. Asupan energi

1) Pengertian energi

Energi merupakan daya atau kemampuan bekerja. Energi

adalah zat yang diperlukan makhluk hidup untuk mempertahankan

hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik.17

Energi dalam tubuh manusia dapat timbul karena adanya

pembakaran karbohidrat, protein dan lemak. Untuk mencukupi

kebutuhan energi, diperlukan pemasukan zat-zat makanan yang

cukup ke dalam tubuh. Seseorang yang kurang makan akan lemah


baik daya kegiatan, pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya pikir

karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuh yang dapat

menghasilkan energi.20 Kebutuhan seseorang akan energi

tergantung pada basal metabolic rate (BMR) dan kegiatannya.

BMR dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, suhu lingkungan,

penyakit dan komposisi tubuh.15

2) Fungsi energi:

Energi diperlukan tubuh untuk proses sebagai berikut.15

a) Proses pertumbuhan dan mempertahankan jaringan tubuh.

Tubuh memerlukan energi untuk kegiatan yang berlangsung

yang berlangsung didalam sel.

b) Proses memertahankan suhu tubuh

c) Gerakan otot tak sadar, seperti gerakan otot jantung, gerakan

saluran pencernaan dan gerakan yang terlibat dalam kegiatan

respirasi.

d) Gerakan otot sadar seperti bekerja, berjalan, dan berolahraga.

3) Akibat kekurangan energi

Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui

makanan kurang dari energi yang dikeluarkan, sehingga tubuh

akan mengalami keseimbangan energi negatif. Akibatnya berat

badan kurang dari berat badan yang seharusnya, dan menurunnya

produktivitas kerja Apabila hal ini terjadi pada bayi dan anak-

anak akan menghambat pertumbuhannya, dan jika terjadi pada


orang dewasa akan mengalami penurunan berat badan dan

kerusakan jaringan tubuh.17

b. Asupan protein

1) Pengertian protein

Protein termasuk zat gizi yang sangat penting, karena yang

paling erat hubungannya dengan proses kehidupan. Protein

merupakan konstituen penting pada semua sel. Jenis zat gizi ini

berupa struktur kompleks yang terbuat dari asam-asam amino.

Semua bahan makanan yang berasal dari hewan maupun tanaman

mengandung protein.15

Asupan protein yang tidak adekuat umumnya menjadi

bagian dari kondisi gizi kurang. Sehingga, protein tidak tersedia

lagi untuk pemeliharaan jaringan ataupun pertumbuhan. Pada

anak, timbul gejala pendek, kehilangan masa otot, burukya

penyembuhan luka, dan meningkatnya risiko infeksi. Kadar

albumin plasma menjadi rendah, mengakibatkan edema.21

2) Fungsi protein

a) Bagian utama dari sel inti dan protoplasma.22

b) Bagian padat dari jaringan tubuh misalnya otot, glandula dan

sel-sel darah. 22

c) Penunjang organik dari matrix, tulang, gigi, rambut dan

kuku.22

d) Bagian dari cairan yang disekresikan kelenjar kecuali empedu,

keringat, dan urin. 22


e) Zat pembangun yaitu dalam pertumbuhan jaringan.

Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan dimungkinkan bila

tersedia susunan asam amino tertentu yang sesuai.23

f) Zat pertahanan tubuh melawan berbagai mikroba dan zat

toksik lain yang datang dari luar dan masuk ke dalam milieu

interiur tubuh. 6

g) Zat pengatur proses-proses metabolisme dalam bentuk hormon

dan enzim.6 Protein khususnya enzim, hormon dan antibodi

berfungsi dalam proses pengaturan biokimia, seperti

pencernaan, anabolisme dan katabolisme zat gizi, pengaturan

gula darah, tekanan darah, ekskresi, reaksi pertahanan tubuh,

penglihatan dan lain-lain.23

h) Sumber energi jika penyediaan energi dari lemak dan

karbohidrat tidak mencukupi.23

i) Protein bersama mineral, berperan dalam pemeliharaan

keseimbangan air dengan cara menjaga jumlah cairan yang

cukup disetiap ruang bagian cairan tubuh, yaitu cairan dalam

pembuluh darah, ruang antar sel dan didalam sel.23

j) Pengangkut zat gizi dan molekul lain.23

3) Akibat kekurangan protein

Apabila tubuh kekurangan protein, maka akan terjadi penyakit

yang berhubungan dengan gizi yaitu penyakit kurang kalori dan

protein dan penyakit penyerta seperti penyakit infeksi saluran

pernapasan, penyakit infeksi saluran pencernaan, berbagai penyakit


anak secara umum juga meningkat, baik dalam morbiditas maupun

mortalitas.6

2. Perilaku makan

a. Pengertian perilaku

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau

makhluk hidup yang bersangkutan atau perilaku merupakan respon atau

reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.24

Perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, peñyakit, dan faktor-faktor yang

mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan,

minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku

kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang

dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini

mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah

kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan

apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.24

3 ranah perilaku menurut bloom.24

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan

seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera


penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.

2. Sikap

Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus

atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi

yang bersangkutan. Sikap juga merupakan suatu sindroma atau

kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap

melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.

3. Tindakan

Sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak. Terwujudnya

tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan

prasarana.

Menurut Levi dalam Diana (2008) aspek-aspek perilaku makan

adalah sebagai berikut.25

1. Keteraturan waktu makan

Keteraturan waktu makan adalah konsistensi untuk mengikuti

anjuran tiga waktu makan yaitu makan pagi, makan siang dan makan

malam. Keteraturan waktu makan bukan saja memberi cadangan

energi bagi tubuh namun dapat juga menyeimbangkan metabolisme

tubuh. Bagi pelajar sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi dan

prestasi belajar. Sarapan pagi juga dapat menghindarkan diri dari

mengonsumsi berbagai makanan ringan pada saat sebelum makan

siang atau makan malam dengan porsi yang lebih besar yang pada

ahirnya dapat menyebabkan masalah gizi.


2. kebiasaan makan

Kebiasaan makan dapat dilihat dalam beberapa hal diantaranya

aktifitas yang dilakukan ketika makan. Pada saat makan dianjurkan

untuk tidak melakukan aktifitas yang lain seperti menonton televisi,

berdiskusi, ataupun aktifitas lainnya. Hal tersebut bukan saja dapat

mengganggu kenikmatan pada makanan namun dapat juga

menyebabkan kurangnya pengendalian diri pada banyaknya jumlah

makanan yang dikonsumsi.

3. Alasan makan

Ada beberapa alasan yang menyebabkan remaja makan, seperti

makan dilakukan karena memenuhi kebutuhan fisiologis yaitu makan

karena untuk memenuhi rasa lapar dan berhenti setelah merasa

kenyang. Makan juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan

psikologis dengan mengikuti perasaan dan suasana hati, dan terkadang

makan juga digunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sosial

agar dapat bersosialisasi dengan teman sebaya atau kelompok bahkan

dapat juga untuk meningkatkan gengsi.

4. Jenis makanan yang di makan

Terkadang remaja tidak terlalu jeli dalam memilih makanan.

Dalam memilih jenis makanan kadang lebih banyak hanya

mempertimbangkan nilai gengsi makanan bukan pada kandungan gizi

makanan tersebut. Hal tersebut menyebabkan banyak remaja

menggonsumsi makanan cepat saji yang tinggi lemak namun sedikit

serat.
5. perkiraan kalori yang dikandung makanan yang dimakan

Pada sebagian orang jumlah kalori yang dikandung dalam

makanan bukanlah hal yang penting, namun pada sebagian lainnya

dengan tujuan tertentu jumlah kalori yang terkandung dalam makanan

merupakan sesuatu yang sangat diperhitungkan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

perilaku makan mencakup praktek terhadap makan, alasan makan,

jenis makanan yang dimakan dan perkiraan jumlah kalori dalam

makanan.

b. Perilaku makan remaja

Pola makan remaja seringkali tidak menentu yang merupakan risiko

terjadinya masalah gizi. Masalah ekonomi, keterbatasan pangan, psiko-

sosial merupakan penentu dalam memilih makanan pada remaja. Pada

masa ini, remaja cenderung umtuk melakukan pencarian identitas, upaya

untuk ketidaktergantungan dan diterima lingkungannya, kepedulian akan

penampilan, rentan terhadap masalah komersial dan tekanan dari teman

sekelompok serta kurang peduli akan masalah kesehatan, akan

mendorong remaja kepada pola makan yang tidak menentu tersebut. 26

Hampir 50% remaja terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan.

Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang

menyakini kalau sarapan memang penting, namun mereka yang sarapan

secara teratur hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua kali

waktu makan, dan lebih memilih makan makanan ringan. Sebagian besar

makanan ringan mengandung sedikit kalori dan zat gizi, dan dapat
mengganggu atau menghilangkan nafsu makan.3 Banyak remaja terlalu

memikirkan dietnya karena khawatir tentang penampilannya. Mereka

dengan sengaja tidak makan, sangat membatasi asupan makanan, atau

sama sekali tidak makan semua jenis makanan. Sebagian remaja putri

tidak memahami peningkatan jaringan lemak selama masa pubertas

diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan, sedangkan remaja

putra memiliki keyakinan yang salah bahwa diet akan memperbaiki

penampilan atletis mereka.6, 27 Hal tersebut dapat mengakibatkan asupan

makanan tidak sesuai kebutuhan dan gizi seimbang dengan akibatnya

terjadi gizi kurang.

C. Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Angka kecukupan gizi merupakan suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap

hari bagi setiap orang menurut golongan usia, jenis kelamin, ukuran tubuh dan

aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.28

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan adalah taraf konsumsi zat-zat gizi

esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi

kebutuhan hampir semua orang. Angka kecukupan gizi berbeda dengan angka

kebutuhan gizi. Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi minimal

yang dibutuhkan seseorang untuk memperahankan status gizi adekuat.1

AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-

masing kelompok umur, jenis kelamin, aktifitas fisik dan kondisi fisiologis

tertentu seperti kehamilan dan menyusui. Dalam penggunaan AKG, bila

terdapat berat badan yang berbeda dengan patokan yang digunakan, maka perlu
dilakukan penyesuaian. Bila berat badan jauh lebih kurus dari yang sebenarnya,

maka dihitung berdasarkan berat badan idealnya.1

1. Kegunaan AKG

AKG dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu.28

a. Menentukan kecukupan makanan.

b. Merencanakan bantuan makanan dalam rangka program kesejahteraan

rakyat.

c. Mengevaluasi tingkat kecukupan penyediaan pangan untuk kelompok

tertentu.

d. Menilai tingkat konsumsi individu maupun masyarakat.

e. Menilai status gizi masyarakat.

f. Merencanakan fortifikasi makanan

g. Merencanakan KIE dibidang gizi termasuk penyusunan PUGS.

h. Merencanakan kecukupan gizi institusi.

i. Membuat label gizi pada kemasan produk makanan industri.

2. Angka kecukuan Gizi untuk remaja

Berdasarkan AKG 2012, angka kecukupan gizi untuk remaja menurut

kelompok umur dan jenis kelamin dapat dibedakan sebagai berikut.


Tabel 2
Angka Kecukupan Gizi Di Anjurkan Untuk Remaja Di Indonesia

Kelompok BB TB Energi Prot Lem Kh VitA VitD VitE VitK VitB1 VitC
umur (kg) (cm) (kkal) (gr) (gr) (gr) (µg) (mg) (mg) (µg) (mg) (mg)
Laki-laki
10-12 tahun 34 142 2100 50 70 290 600 15 11 35 1,1 50
2550 62 85 350 600 15 15 55 1,2 75
13-15 tahun 46 158
16-18 tahun 56 166 2650 62 88 350 600 15 15 55 1,3 90
Perempuan
10-12 tahun 36 145 2000 52 70 270 600 15 11 35 1,0 50
2150 60 70 300 600 15 15 55 1,1 65
13-15 tahun 46 155
16-18 tahun 50 157 2150 58 70 300 600 15 15 55 1,1 75
Sumber : kementerian Kesehatan RI 20132

D. Penilaian Status Gizi

1. Penilaian Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dikelompokkan menjadi:2

a. Antropometri

Antropometri artinya ukuran tubuh. Ditinjau dari sudut pandang

gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai

macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai

tingkat umur dan tingkat gizi. Secara umum metode ini digunakan untuk

melihat ketidakseimbangan asupan energi dan protein.

Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi

jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.

b. Biokimia

Merupakan pemeriksaan spesimen yang di uji secara laboratorium

yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh

yang digunakan antara lain: darah, urin, tinja dan beberapa jaringan

tubuh yang lain seperti hati dan otot.


c. Klins

Merupakan metode yang sangat penting untuk menilai status gizi

masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang

terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Metode ini

umumnya digunakan untuk survei klinis secara cepat. Survei ini

dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis dari

kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.

d. Biofisik

Merupakan penentuan status gizi dengan melihat kemampuan

fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

Pada umumnya digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta

senja epidemik. Cara yang digunakan adalah adaptasi gelap.

2. Penilaian secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dikelompokkan

menjadi:2

a. Survei konsumsi makanan

Merupakan metode penentuan status gizi secara tidak langsung

dengan melihat jumlah dan jenis zat-zat yang dikonsumsi. Pengumpulan

data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi

berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini

dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

Metode pengukuran konsumsi makanan berdasarkan jenis data

yang diperoleh dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu bersifat kualitatif

dan kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk


mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan

makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan. Metode

secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang

dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizinya.

1) Metode recall 24 hours

Prinsip dari metode recall 24 hours adalah dilakukan dengan

mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada

periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini, responden, ibu atau

pengasuh (bila anak masih kecil) disuruh menceritakan semua yang

dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya

dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur malam

harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara

mundur ke belakang sampai 24 jam penuh.

2) Metode frekuensi makanan (food frequensy)

Metode frekuensi makanan merupakan metode yang digunakan

untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan

makanan atau makanan jadi selama periode tertentu, hari, minggu,

bulan dan tahun. Dapat memberikan gambaran konsumsi bahan

makanan secara kualitatif, namun sering digunakan dalam survei

epidemiologi. Kuesionernya memuat tentang daftar bahan makanan

atau makanan dan frekuensi penggunaannya selama periode waktu

tertentu. Bahan makanan yang ada didalam daftar tersebut merupakan

bahan makanan yang dikonsumsi cukup sering oleh responden.


3) Estimated food records

Metode ini digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi.

Pada metode ini, responden diminta untuk mencatat semua yang ia

makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam ukuran rumah

tangga atau menimbang dalam ukuran berat dalam periode tertentu (2-

4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan

makanan tersebut.

4) Food weighing (Penimbangan makanan)

Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas

menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi

responden selama 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya

berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan penelitian, dana

penelitian dan tenaga yang tersedia.

5) Metode Riwayat Makan

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola

kosumsi berdasarkan pengamatan pada waktu tertentu yang cukup

lama (bisa 1 minggu, 1 bulan bahkan 1 tahun).

b. Statistik vital

Merupakan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti

angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat

penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Pada

metode ini dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung

pengukuran status gizi masyarakat.


c. Faktor ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi

beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan

yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,

irigasi dan lain-lain. Faktor ekologi dipandang sangat penting untuk

mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk

melakukan progran intervensi gizi.

E. Remaja

Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan

tidak mantap. Disamping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh

pengaruh-pengaruh negatif. Disisi lain masa remaja merupakan masa yang

amat baik untuk mengembangkan segala potensi positif yang mereka miliki

seperti bakat, kemampuan dan minat.30 Remaja merupakan suatu tahap antar

masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa remaja tergolong masa transisi

(trantition stage) yaitu masa peralihan dari masa ana-anak menuju masa

dewasa muda. Tanda yang spesifik dalam keidupan remaja ialah adanya

perubahan-perubahan fisiologis yang menyebabkan mengalami kematangan

seksual dan pubertas.31

Dilihat dari siklus kehidupan, masa remaja merupakan masa yang paling

sulit untuk dilalui oleh individu. Masa ini dapat dikatakan sebagai masa yang

paing kritis bagi perkembangan pada tahap-tahap kehidupan selanjutnya. Hal

ini dikarenakan pada masa ini terjadi begitu banyak perubahan dalam diri

individu baik itu perubahan fisik maupun psikologis. Perubahan dari ciri

kanak-kanak menuju kedewasaan. Batasan remaja menurut klasifikasi WHO


(World Health Organization) adalah mereka yang berumur 10 sampai 19

tahun. Sedangkan United Nations (UN) meyebutkan bahwa remaja merupakan

anak muda yang berusia 15-24 tahun. Hal ini kemudian disatukan dalam

batasan kaum muda (young people) yang mencakup usia 10 sampai 24 tahun.32

Usia remaja termasuk periode rentan gizi karena berbagai sebab.

Pertama, remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan

pertumbuhan fisik dan perkembangan yang dramatis tersebut. Kedua,

perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan remaja mempengaruhi asupan

maupun kebutuhan gizinya. Ketiga, remaja yang mempunyai kebutuhan gizi

khusus, yaitu remaja yang aktif dalam kegiatan olahraga, menderita penyakit

kronis, sedang hamil, melakukan diet secara berlebihan, pecandu alkohol

ataupun obat terlarang.4

Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai

berikut: 33

1. Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak

dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak

tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan

terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat

dengan teman sebaya.

2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang

baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu

sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri. Pada masa ini remaja
mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan

impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan

dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari

lawan jenis menjadi penting bagi individu.

3. Masa remaja akhir (19-22 tahun)

Masa ini di tandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran

orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha menetapkan tujuan

vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan

yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman

sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini.

F. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Asupan
Energi

Asupan
Protein Status Gizi
Kurus

Perilaku
makan
G. Hipotesis

1. Ada hubungan antara asupan energi denganstatus gizi kurus pada siswa

SMP Negeri 29 Kota Padang.

2. Ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi kurus pada siswa

SMP Negeri 29 Kota Padang.

3. Ada hubungan antara perilaku makan dengan status gizi kurus pada siswa di

SMP Negeri 29 Kota Padang.


H. Definisi Operasional

Variabel Defenisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala


Ukur
Status gizi Keadaan tubuh Timbangan Menimbang Dikelompokkan Ordinal
kurus remaja yang kamar mandi BB berdasarkan
dipengaruhi oleh 1. Kurus
makanan yang Microtoise Mengukur
TB <-3 SD - <-2
dikonsumsinya dan
SD
dinilai berdasarkan
indeks IMT/U 2. Tidak kurus
-2SD - >2
SD16

Asupan Jumlah makanan dan Formulir Wawancara 1. Kurang<80% Ordinal


energi minuman yang Semy AKG
dikonsumsi remaja Quanatitatie 2. Baik: ≥80%
yang mengandung food AKG2
energi dalam satu Frequency
hari.

Asupan Jumlah makanan dan Formulir Wawancara 1. Kurang: Ordinal


protein minuman yang Semy <80% AKG
dikonsumsi remaja Quanatitatie 2. Baik : ≥80%
yang mengandung food AKG2
protein dalam satu Frequency
hari.

Perilaku Perilaku makan Kuesioner Angket 1. Kurang: Ordinal


makan adalah pengetahuan <median
yang dimiliki siswa 2. Baik :
tentang makanan, ≥median
sikap siswa terhadap
makanan tersebut
serta diwujudkan
dalam tindakan
dalam memilih
makanan yang baik,
dalam jumlah yang
sesuai dan sesuai
dengan aturan
makan sehari.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik. Penelitian ini menggunakan desain cross

sectional study dimana variabel independen dan dependen diukur secara

bersamaan.

B. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 29 kota Padang pada bulan

September sampai Juli tahun 2014.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua murid kelas VII dan VIII

siswa SMP Negeri 29 Kota Padang yang berjumlah 462 siswa.

2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara simple

random sampling, dimana besarnya sampel ditentukan dengan rumus

sebagai berikut :

(Z1-α/2)2 x P(1-P)N
n=
d2 (N-1) + (Z1-α/2)2 x P(1-P)

Keterangan:

n = Jumlah sampel
N =Populasi
(Z1-α/2)2 = Nilai Z pada tingkat kepercayaan tertentu (1,96)
(1-P) = proporsi suatu kejadian untuk tidak terjadi
P = Proporsi (35,8 % )
d = Presisi (10%)
Dari perhitungan di atas didapat jumlah sampel yaitu sebanyak 74 orang.

Dengan kriteria sampel:

a. Bersedia menjadi responden

b. Bisa berkomunikasi dengan baik

c. Sehat jasmani dan rohani

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer dari penelitian ini meliputi asupan energi, asupan protein,

berat badan, tinggi badan dan perilaku makan. Pengumpulan data dilakukan

oleh peneliti dan dibantu oleh 2 orang mahasiswa gizi Poltekkes Kemenkes

RI Padang tigakat 3. Data ini didapat dengan cara melakukan pengukuran

berat badan dan tinggi badan. Data asupan energi dan protein dilakukan

secara wawancara menggunakan format Semy Quantitative Food

Frequency. sedangkan data perilaku makan dilakukan menggunakan angket.

Cara pengumpulan data terdiri dari :

a. Dilakukan pemilihan sampel secara random. Cara pengambilan

sampel yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.32

1) Dibuat daftar unit sampel, kemudian disusun dan diberi nomor

secara berurutan.

2) Semua unit sampel tersebut ditulis pada gulungan kertas yang

sama, kemudian dimasukkan kedalam kotak dan diaduk rata.


3) Kemudian gulungan kertas tersebut diambil sesuai jumlah sampel

yang diinginkan.

b. Mengunjungi responden ke sekolah SMP Negeri 29 Kota Padang

untuk melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan dan

wawancara tentang asupan energi dan asupan protein serta pola

konsumsi melalui format Semy Quantitative Food Frequency.

c. Pengumpulan data dilakukan selama 10 hari yang akan dibantu oleh 2

orang mahasiswa gizi tingkat 3.

2. Data Sekunder

Data sekunder didapat dari Dinas Kesehatan Kota Padang meliputi data

skrining status gizi murid SMP se Kota Padang dan Tata Usaha SMP Negeri

29 Kota Padang meliputi demografi SMP Negeri 29 Kota Padang serta

jumlah Siswa di SMP Negeri 29 Kota Padang.

E. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data yang telah diperoleh dilakukan secara komputerisasi

dengan menggunakan program software Semy Quantitative Food Frequency

untuk asupan energi dan protein. Semua data digabung dalam program

komputer yang sesuai untuk dianalisis.

Adapun tahap-tahap dalam pengolahan data yaitu sebagai berikut:

a Editing

Tahapan memeriksa kembali jawaban kuesioner yang telah di

jawab responden tentang pengetahuan gizi siswa. Tujuan dari editing ini
adalah untuk melengkapi data yang masih kurang maupun memeriksa

kesalahan untuk diperbaiki yang berguna dalam pengolahan data.

b Coding

Tahapan pemberian kode dari kuesioner yang terkumpul pada

setiap pertanyaan dalam kuesioner. Tujuannya untuk mempermudah saat

analisis dan mempercepat pemasukan data. Data yang diberi kode adalah

sebagai berikut:

a. Status gizi kurus dikategorikan berdasarkan:16

1. Kurus :0

2. Tidak kurus :1

b. Asupan energi dikategorikan berdasarkan:2

1. Kurang jika asupan <80 % AKG :0

2. Baik jika asupan ≥80% AKG :1

c. Asupan protein dikategorikan berdasarkan:2

1. Kurang jika asupan <80 % AKG :0

2. Baik jika asupan ≥80% AKG :1

d. Perilaku makan dikategorikan berdasarkan:

1. Kurang : < median

2. Baik : ≥ median

c Entry

Merupakan memasukkan data ke dalam master tabel dengan

memasukkan kode jawaban pada program data. Dalam proses entry data

ini, menggunakan program komputer yaitu program software Semy

Quantitative Food Frequency.


d Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry.

Kesalahan tersebut terjadi pada saat kita memasukkan data ke komputer

dengan mempertimbangkan kesesuaian jawaban dengan maksud

kuesioner, kelogisan dan dengan melihat distribusi frekuensi dari

variabel.

2. Analisis Data

Data yang sudah diolah dianalisis secara univariat dan bivariat dengan

menggunakan komputerisasi. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui

distribusi frekuensi masing-masing variabel penelitian yang meliputi status

gizi siswa, asupan energi dan protein siswa, perilaku makan di SMP Negeri

29 Kota Padang.

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen, yakni meliputi hubungan asupan

energi dan protein serta perilaku makan dengan status gizi kurus pada siswa

SMP Negeri 29 Kota Padang.

Uji yang dilakukan dalam analisa bivariat ini adalah uji chi-square.

Hipotesis akan diuji dengan batas kepercayaan atau confidence limit 95%.

Terdapat hubungan yang bermakna p ≤ α dan dikatakan tidak bermakna

apabila nilai p > α.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Menengah Pertama Negeri 29 Kota Padang merupakan salah

satu SMP yang berada dibawah dinas pendidikan kota Padang. SMP N 29

terletak di Jalan Kurao Padang Kecamatan Nanggalo Kota Padang

Propinsi Sumatera Barat. SMP N 29 Kota Padang ini merupakan SMP

yang berada dalam Rintisan Sekolah Standar Nasional. Jumlah murid di

SMP Negeri 29 Kota Padang ini sebanyak 817 orang. Kelas satu terdiri

dari 218 orang orang, kelas dua 322 orang dan kelas 277 orang.

SMP N 29 Kota Padang memiliki 1 ruang guru, 1 ruang tata usaha, 1

mushalla, 1 kantin yang berada di dalam sekolah serta warung yang berada

di luar sekolah.

Warung yang ada di SMP N 29 Kota Padang umumnya menjual

makan makanan ringan seperti chiki-chiki, minum-minuman ringan. Pada

saat jam istirahat biasanya siswa siswi di SMP N 29 Kota Padang membeli

makan makanan yang dijual di warung tersebut. Hampir semua siswa yang

mengkonsumsi makan makanan ringan dilihat dari angket yang telah

dikumpulkan.
2. Gambaran Umum Sampel

a. Jenis kelamin

Distribusi siswa berdasarkan jenis kelamin di SMP N 29 Kota

Padang tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3
Distribusi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin di SMP N 29
Kota Padang Tahun 2014

Umur Jumlah Persentase


Laki-laki 28 37,8
Perempuan 46 62,2
Total 74 100

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 74 sampel didapat

bahwa lebih dari separoh sampel adalah perempuan yaitu sebanyak 46

orang (62,2%).

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a. Status Gizi Siswa SMP N 29 Kota Padang Tahun 2014

Distribusi siswa berdasarkan status gizi di SMP N 29 Kota

Padang dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4
Distribusi Siswa Berdasarkan Status Gizi di SMP N 29 Kota
Padang Tahun 2014

Status Gizi kurus n %


Kurus 13 17,6
Tidak kurus 61 82,4
Total 74 100
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa sebagian kecil

siswa memiliki status gizi kurus (17,6%).

b. Asupan Energi Siswa SMP N 29 Kota Padang Tahun 2014

Berikut merupakan distribusi siswa berdasarkan asupan energi di

SMP N 29 Kota Padang tahun 2014.

Tabel 5
Distribusi Siswa Berdasarkan Asupan Energi di SMP N 29
Kota Padang Tahun 2014

Asupan energi n %
Kurang 20 27
Baik 54 73
Total 74 100

Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa hampir sepertiga siswa memiliki

asupan energi kurang (27%).

c. Asupan Protein Siswa SMP N 29 Kota Padang Tahun 2014

Berikut merupakan distribusi siswa berdasarkan asupan protein di

SMP N 29 Kota Padang tahun 2014.

Tabel 6
Distribusi Siswa Berdasarkan Asupan Protein di SMP N 29
Kota Padang Tahun 2014

Asupan Protein n %
Kurang 23 31,1
Baik 51 68,9
Total 74 100

Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa sepertiga (31,1%) siswa

memiliki asupan protein kurang.


d. Perilaku Makan Siswa SMP N 29 Kota Padang Tahun 2014

Berikut merupakan distribusi siswa berdasarkan perilaku makan

di SMP N 29 Kota Padang Tahun 2014.

Tabel 7
Distribusi Siswa Berdasarkan Perilaku Makan di SMP N 29
Kota Padang Tahun 2014

Perilaku Makan n %
Kurang 30 40,5
Baik 44 59,5
Total 74 100

Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa hampir separoh siswa memiliki

perilaku makan kurang (40,5%).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk menghubungkan variabel

independen dengan variabel dependen. Analisis bivariat antara variabel

independen dan variabel dependen dikatakan bermakna juka p Value ≤ α

atau P value ≤ 0,05 dan dikatakan tidak bermakna jika p Value > α atau >

0,05.

1. Hubungan Asupan Energi dengan Status Gizi Kurus Pada Siswa

di SMP N 29 Kota Padang Tahun 2014

Hubungan antara asupan energi dengan status gizi kurus pada

siswa di SMP N 29 Kota Padang tahun 2014 dapat dilihat pada tabel

8.
Tabel 8
Hubungan Asupan Energi dengan Status Gizi Kurus pada
Siswa di SMP N 29 Kota Padang Tahun 2014

Status Gizi Kurus


Asupan Tidak Jumlah P value
Energi Kurus kurus
n % n % n %
Kurang 7 35 13 65 20 100
Baik 6 11,1 48 88,9 54 100 0,04
Total 13 17,6 61 82,4 74 100

Tabel 8 mengatakan bahwa lebih banyak siswa yang asupan

energinya kurang berada pada status gizi kurus (35%) dibandingkan

dengan siswa yang asupan energi baik berada pada statas gizi kurus

(11,1%). Dari uji statistik didapat p value yaitu 0,04. Ini berarti bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status

gizi kurus pada siswa di SMP N 29 Kota Padang tahun 2014.

2. Hubungan Asupan Protein dengan Status Gizi Kurus Pada Siswa

di SMP N 29 Kota Padang Tahun 2014

Hubungan antara asupan protein dengan status gizi kurus pada

siswa di SMP N 29 Kota Padang tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 9

ini.
Tabel 9
Hubungan Asupan Protein dengan Status Gizi Kurus pada
Siswa di SMP N 29 Kota Padang Tahun 2014

Status Gizi Kurus


Asupan Tidak Jumlah p value
Kurus
Protein kurus
n % N % n % 0.022
Kurang 8 34,8 15 65,2 23 100
Baik 5 9,8 46 90,2 61 100

Total 13 17,6 61 82,4 74 100

Pada tabel 9 diatas didapat bahwa lebih banyak siswa dengan

asupan protein kurang memiliki status gizi kurus (34,8%)

dibandingkan dengan siswa dengan asupan protein baik memiliki

status gizi kurus (9,8%). Didapat p value 0,022 menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan status

gizi kurus pada siswa di SMP N 29 Kota Padag tahun 2014.

3. Hubungan Perilaku Makan dengan Status Gizi Kurus Pada Siswa

di SMP N 29 Kota Padang Tahun 2014

Analisis bivariat antara perilaku makan dengan status gizi kurus

dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini.


Tabel 10
Hubungan Perilaku Makan dengan Status Gizi Kurus pada
Siswa di SMP N 29 Kota Padang Tahun 2014

Status Gizi Kurus Jumlah p value


Perilaku Tidak
makan Kurus kurus
n % n % n % 0,632
Kurang 4 13,3 26 86,7 30 100
Baik 9 20,5 35 79,5 44 100

Total 13 17,6 61 82,4 74 100

Tabel 10 diatas mengatakan bahwa siswa yang mempunyai

perilaku makan kurang lebih sedikit memiliki status gizi kurus

(13,3%) dibandingkan dengan siswa yang mempunyai perilau makan

baik mempunyai status gizi kurus (20,5%). Hasil uji statistik

mengatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku

makan dengan status gizi kurus pada siswa di SMP N 29 Kota Padang

Tahun 2014 dengan p value yaitu 0,632.

C. Pembahasan

1. Hasil Univariat

a. Status Gizi Kurus pada Siswa di SMP N 29 Kota Padang Tahun

2014

Indikator status gizi yang digunakan dalam penelitian ini

pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan dan kemudian

disajikan dalam Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U). IMT

dihitung berdasarkan rumus:


Dengan menggunakan baku antropometri anak 5-18 tahun WHO

2005 dihitung nilai Z-Score IMT/U masing-masing siswa. Status gizi

siswa berdasarkan Z-Score dalam penelitian ini dibedakan menjadi

kurus dan tidak kurus. Siswa dikatakan kurus jika didapat Z-Score <-

3 SD - <-2 SD dan tidak kurus jika didapat Z-Score -2SD - >2 SD.16

Hasil penelitian di SMP N 29 Kota Padang tahun 2014 didapat bahwa

sebagian kecil siswa memiliki status gizi kurus (17,6%).

Prevalensi status gizi kurus secara nasional anak umur 13-15

tahun berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur didapat

bahawa 10,1% anak berada pada status gizi kurus. Di Sumatera Barat

prevalensi status gizi kurus lebih tinggi jika dibandingakan dengan

nasional. Anak yang mengalami status gizi kurus di Sumatera Barat

yaitu sebanyak 12,8%. Jika dilihat di Kota Padang yang didapat dari

hasil skreening kesehatan yang dilakukan pada murid SMP Kota

Padang tahun 2012 dari seluruh puskesmas yang ada didapat bahwa

angka status gizi kurus pada anak SMP di Kota Padang lebih tinggi

jika dibandingkan dengan prevalensi nasional dan Sumatera Barat

yaitu sebanyak 13,8%. Berdasarkan perbandingan data sekunder

diatas dapat disimpulkan bahwa status gizi kurus di SMP N 29 Kota

Padang tahun 2014 cukup tinggi yaitu sebanyak 17,6%.

Angka ini menunjukkan adanya permasalahan gizi pada anak usia

sekolah khususnya anak SMP. Masalah status gizi kurus ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor langsung

dan faktor tidak langsung. Faktor langsung yang menyebabkan status

gizi kurus adalah asupan dan kejadian infeksi sedangkan faktor tidak

langsung yang menyebabkan terjadinya status gizi kurus adalah

pengetahuan, kemiskinan, ketersediaan makanan dirumah, kurang

pendidikan, perilaku makan, dll.

b. Asupan Energi pada Siswa di SMP N 29 Kota Padang Tahun

2014

Tingkat asupan energi siswa di SMP N 29 Kota Padang tahun

2014 didapat melalui wawancara dengan menggunakan format Semy

Quantitative Food Frequency. kecukupan gizi anak SMP didapat

dengan melihat rata-rata asupan dalam sehari dibandingkan dengan

AKG 2012. AKG 2012 untuk remaja umur 13-15 tahun adalah 2550

kkal untuk laki-laki dan 2150 kkal untuk perempuan. Setelah didapat

persen kecukupan energi, maka asupan energi dikelompokkan

berdasarkan asupan kurang dan asupan baik. Asupan siswa dikatakan

kurang jika mengkonsumsi energi <80% kebutuhan dan dikatakan

baik jika mengkonsumsi energi ≥80% kebutuhan. Rata-rata asupan

energi siswa perempuan sehari adalah 2008,604 kkal dan rata-rata

asupan energi laki-laki adalah 2107,057 kkal. Dari hasil penelitian

didapat bahwa siswa hampir sepertiga siswa memiliki asupan energi

kurang (27%).

Berdasarkan riskesdas 2010 dengan cutt off point yang berbeda

dengan penelitian, secara nasional prevalensi asupan energi kurang


pada remaja umur13-15 tahun <dari 70% AKG yaitu sebanyak 54%.

Hasil ini apabila dibandingkan dengan angka Sumatera Barat lebih

kecil prevalensi Sumatera Barat yaitu sebanyak 46,3%. 7

Kekurangan asupan energi dapat terjadi jika tubuh mengkonsumsi

energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan,

sehingga berat badan berkurang jika dibandingkan dengan berat badan

yang seharusnya, bisa menurunkan produktivitas kerja. Apabila

kekurangan energi terjadi pada bayi dan anak-anak bisa

mengakibatkan pertumbuhannya terganggu dan jika kekurangan

energi juga terjadi pada orang dewasa akan mengakibatkan penurunan

berat badan dan kerusakan jaringan tubuh.17 Hal ini dikarenakan oleh

fungsi energi didalam tubuh yaitu untuk proses pertumbuhan dan

mempertahankan jaringan tubuh.15

c. Asupan Protein pada Siswa di SMP N 29 Kota Padang Tahun

2014

Tingkat asupan protein siswa di SMP N 29 Kota Padang tahun

2014 didapat melalui wawancara dengan menggunakan formar Semy

Quantitative Food Frequency. kecukupan gizi anak SMP didapat

dengan melihat rata-rata asupan dalam sehari dibandingakan dengan

AKG 2012. AKG Protein 2012 untuk remaja umur 13-15 tahun adalah

untuk laki-laki 62 gr dan untuk perempuan 60 gr. Setelah didapat

persen kecukupan protein, maka asupan protein dikelompokkan

berdasarkan asupan kurang dan asupan baik. Asupan siswa dikatakan

kurang jika mengkonsumsi protein <80% kebutuhan dan dikatakan


baik jika mengkonsumsi protein ≥80% kebutuhan. Rata-rata asupan

protein siswa perempuan sehari adalah 52,39 gr dan rata-rata asupan

protein laki-laki adalah 53,04 gr. Dari hasil penelitian didapat bahwa

sepertiga (31,1%) siswa memiliki asupan protein kurang.

Secara nasional, berasarkan Riskesdas 2010 prevalensi asupan

protein kurang pada remaja umur 13-15 tahun <dari 80% AKG yaitu

sebanyak 38,1%. Prevalensi asupan protein kurang di Sumatera Barat

yaitu sebanyak 35,5%. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi asupan

protein kurang di SMP N 29 Kota Padang lebih tinggi dibandingkan

dengan angka nasional.7

Asupan protein yang kurang umumnya menjadi bagian penyebab

gizi kurang. Jika asupan protein terus menerus kurang, maka protein

didalam tubuh tidak tersedia lagi untuk pemeliharaan jaringan ataupun

pertumbuhan.21

d. Perilaku makan pada Siswa di SMP N 29 Kota Padang Tahun

2014

Hasil penelitian didapat bahwa hampir separoh (40,5%) siswa

memiliki perilaku makan kurang dibandingkan dengan median. Rata-

rata pengetahuan siswa tentang gizi telah baik, umumnya siswa telah

bersikap positif tapi siswa tidak mempraktekkan dengan tindakan

dalam kehidupan sehari-hari. contohnya, siswa tahu manfaat sarapan

pagi, mereka juga setuju bahwa sarapan pagi bisa meningkatkan

konsentrasi belajar, tetapi sebagian siswa tidak sarapan pagi setiap

pagi. Siswa juga sering mengkonsumsi makanan ringan sehari-hari


seperti chiki-chiki dan minum-minuman ringan. Dilihat dari hasil,

hampir semua siswa mengkonsumsi makan-makanan ringan tersebut.

Perilaku makan remaja seringkali tidak menentu yang merupakan

faktor risiko terjadinya masalah gizi. para remaja terlalu memikirkan

dietnya karena khawatir tentang penampilannya. Mereka dengan

sengaja tidak makan untuk membatasi asupan makanan. Remaja putri

malah melewatkan dua kali waktu makan dan lebih memilih makan

makanan ringan. Sebagian besar makanan ringan mengandung sedikit

kalori dan zat gizi, dan dapat mengganggu atau menghilangkan nafsu

makan. 3,6

2. Hasil Bivariat

a. Hubungan Asupan Energi dengan Status Gizi Kurus Pada Siswa

di SMP N 29 Kota Padang Tahun 2014

Hasil analisis hubungan antara asupan energi dengan status gizi

kurus pada siswa di SMP N 29 Kota Padang tahun 2014 lebih banyak

siswa yang asupan energinya kurang berada pada status gizi kurus

(35%) dibandingkan dengan siswa yang asupan energi baik berada

pada statas gizi kurus (11,1%). Dapat disimpulkan bahwa anak yang

asupan energi kurang lebih cendrung memiliki status gizi kurus

dibandingkan dengan anak yang asupan energi baik.

Berdasarkan hasil uji statistik didapat bahwa p value 0,04

(P<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara asupan energi dengan status gizi kurus pada siswa di

SMP N 29 Kota Padang tahun 2014. Hasil ini sejalan dengan


penelitian Yusminatati, (2011) mengatakan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi anak sekolah

berdsarkan IMT/U. Diperoleh bahwa lebih banyak dengan asupan

energi kurang berada pada status gizi kurus dibandingkan dengan anak

yang asupan energinya cukup berada pada status gizi normal.9

Hasil tersebut juga didukung oleh Pratiwi (2012) dalam

penelitiannya bahwa terdapat hubungan yang erat antara asupan energi

dengan status gizi. Anak yang asupan energinya cukup cendrung

memiliki status gizi normal dan anak yang asupan energinya kurang

cenderung memiliki status gizi kurang.10

Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Gusliandra (2013)

mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan

energi dengan status gizi. Anak yang asupan energi nya kurang

mempunyai peluang 9,4 kali menderita kurus dibandingkan dengan

anak yang asupan energinya cukup.11

Jumlah konsumsi energi akan berpengaruh secara langsung

pada status gizi khususnya berat badan yang merupakan salah satu

petunjuk keadaan status gizi saat sekarang. Energi merupakan suatu

zat gizi yang dibutuhkan makhluk hidup untuk bekerja,

mempertahankan hidup, menunjang perumbuhan dan melakukan

aktifitas. Konsumsi makanan yang sedikit akan membuat daya fisik

dan daya fikir seseorang melemah sehingga pekerjaan yang dilakukan

menjadi tidak produktif. Hal ini disebabkan karena kurangnya zat-zat

makanan yang diterima tubuh untuk menghasilkan energi, bila


dibiarkan terus menerus tubuh seseorang akan mengalami status gizi

kurang.20

b. Hubungan Asupan Protein dengan Status Gizi Kurus Pada Siswa

di SMP N 29 Kota Padang Tahun 2014

Hasil analisis hubungan antara asupan protein dengan status gizi

kurus pada siswa di SMP N 29 Kota Padang tahun 2014 didapat

bahwa siswa dengan asupan protein kurang lebih banyak memiliki

status gizi kurus (34,8%) dibandingkan dengan siswa yang asupan

proteinnya baik (9,8%). Dapat disimpulkan bahwa anak yang asupan

protein kurang lebih cendrung memiliki status gizi kurus

dibandingkan dengan anak yang asupan protein baik cenderung

memiliki status gizi tidak kurus.

Berdasarkan hasil uji statistik didapat bahwa p value 0,022

(P<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara asupan protein dengan status gizi kurus pada siswa di

SMP N 29 Kota Padang tahun 2014. Hasil ini sejalan dengan

penelitian Yusminatati (2011), mengatakan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara asupan protein dengan status gizi anak sekolah

berdsarkan IMT/U. Diperoleh bahwa lebih banyak dengan asupan

protein kurang berada pada status gizi kurus dibandingkan dengan

anak yang asupan proteinnya cukup berada pada status gizi normal.9

Hasil tersebut juga didukung oleh Pratiwi (2012) dalam

penelitiannya bahwa terdapat hubungan yang erat antara asupan

protein dengan status gizi. Anak yang asupan proteinnya cukup


cendrung memiliki status gizi normal dan anak yang asupan

proteinnya kurang cenderung memiliki status gizi kurang.10

Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Gusliandra (2013)

mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan

protein dengan status gizi. Anak yang asupan proteinnya kurang

mempunyai peluang 11,5 kali menderita kurus dibandingkan dengan

anak yang asupan proteinnya cukup.11

Protein termasuk zat gizi yang sangat penting bagi tubuh karena

memiliki hubungan yang erat dengan proses kehidupan. Asupan

protein yang kurang bisa mengakibatkan gizi kurang, protein tidak

tersedia lagi dalam tubuh untuk pemeliharaan jaringan tubuh maupun

pertumbuhan. Jika hal ini terjadi pada anak bisa mengakibatkan anak

menjadi pendek, kehilangan massa otot, buruknya penyembuhan luka,

dan meningkatnya risiko infeksi.21

c. Hubungan Perilaku Makan dengan Status Gizi Kurus Pada Siswa

di SMP N 29 Kota Padang Tahun 2014

Hasil analisis hubungan antara perilaku makan dengan status gizi

kurus pada siswa di SMP N 29 Kota Padang tahun 2014 didapat

bahwa Siswa yang mempunyai perilaku makan kurang lebih sedikit

memiliki status gizi kurus (13,3%) dibandingkan dengan siswa yang

mempunyai perilau makan baik mempunyai status gizi kurus (20,5%).

Berdasarkan hasil uji statistik didapat bahwa p value 0,632

(P>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara perilaku makan dengan status gizi kurus pada
siswa di SMP N 29 Kota Padang tahun 2014. Hal penelitian ini tidak

sama dengan penelitian Diana (2011) bahwa ada pengaruh perilaku

makan terhadap status gizi, terlihat dari hasil uji statistik didapat

p=0,000 (p≤α). Panjaitan (2012) dalam penelitiannya juga

mengatakan bahwa ada hubungan antara perilaku makan dengan

status gizi dengan p = 0,001.

Tidak adanya hubungan antara perilaku makan disebabkan

karena perilaku makan merupakan faktor tidak langsung

mempengaruhi status gizi. Status gizi secara langsung dipengaruhi

oleh asupan dan kejadian infeksi. Perilaku makan siswa bisa dikatakan

baik, tetapi jumlah asupan yang dikonsumsi sedikit, bisa

mengakibatkan terjadinya gizi kurang.

Rata-rata pengetahuan siswa tentang gizi telah baik, umumnya

siswa telah bersikap positif tapi siswa tidak mempraktekkan dengan

tindakan dalam kehidupan sehari-hari. contohnya, siswa tahu manfaat

sarapan pagi, mereka juga setuju bahwa sarapan pagi bisa

meningkatkan konsentrasi belajar, tetapi sebagian siswa tidak sarapan

pagi setiap pagi. Siswa juga sering mengkonsumsi makanan ringan

sehari-hari seperti chiki-chiki dan minum-minuman ringan. Dilihat

dari hasil, hampir semua siswa mengkonsumsi makan-makanan ringan

tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP N 29 Kota

Padang maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Sebagian kecil (17,6%) memiliki status gizi kurus.

2. Hampir sepertiga (27%) siswa memilki asupan energi kurang.

3. Sepertiga (31,1%) siswa memilki asupan protein kurang

4. Hampir separoh (40,5%) siswa memilki perilaku makan kurang.

5. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi

kurus (p<0,05).

6. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan status gizi

kurus (p<0,05).

7. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku makan dengan

status gizi kurus (p>0,05).


B. Saran

1. Sekolah

Agar pihak sekolah menyediakan kantin sehat disekolah dengan

menjual makanan porsi yang tinggi zat gizi dan mengurangi penjualan

makan-makanan ringan.

2. Orang tua siswa

Agar orang tua lebih memperhatikan asupan anaknya supaya zat gizi

anak tercukupi untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

3. Siswa

Agar siswa lebih meningkatkan asupan makanannya dan tidak

mengkonsumsi makan makanan ringna supaya tidak terjadi status gizi

kurus lebih lanjut.


DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;
2009

2. Supariasa, dkk Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran: EGC;


2002

3. Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT


Rineka Cipta; 2007

4. Almatsier, Sunita. dkk. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta:


Gramedia; 2011

5. Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC; 2009

6. Paath, Erna Francin, dkk. Gizi dalam Kesehatan Reroduksi. Jakarta: EGC;
2005

7. Litbangkes. Riset kesehatan dasar 2010. Jakarta: Badan penelitian dan


pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2010

8. Adisamito, Wiku. Sistem Kesehatan. Jakarta: PT Raga Grapindo Persada;


2007

9. Yusminatati. 2011. Hubungan asupann energi, potein dan pengetahuan


gizi dengan status gizi anak SDN 16 Sintuk Toboh Gadang Kecamatan
Sintuk Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman tahun [Karya Tulis
Ilmiah]. Padang: Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
padang; 2011

10. Pratiwi, Yoni. Hubungan Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi
Anak Asuh di Panti Asuhan Aisyiyah Cab. Nangglo Padang [Karya Tulis
Ilmiah . Padang: Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang; 2012

11. Gusliandra, Ardina. Faktor resiko status gizi kurus pada anak usia 6-12
tahun di Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Padang [Karya
Tulis Ilmiah]. Padang: Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang; 2013

12. Diana. Pengaruh Citra Tubuh Terhadap Perilaku Makan Dan Status Gizi
Remaja Putri Di SMAN I Medan [Tesis]. Medan; Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara; 2011
13. Panjaitan, Wanri E.S. Hubungan Persepsi Body Image, Perilaku Makan
Dan Status Gizi Pada Remaja [Skripsi]. Jakarta: Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul; 2012

14. Dinas Kesehatan Kota Padang. Rekap Hasil Skreening kesehatan Murid
SMP Puskesmas se Kota Padang; 2012

15. Beck, Mary E. Ilmu gizi dan diet hubungannya dengan penyakit untuk
perawat dan dokter. Yogyakarta: CV. Andi Offset; 2011

16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Standar Antropometri


Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak; 2011

17. Cakrawati, Dewi dan Mustika NH. Bahan Pangan Gizi dan Kesehatan.
Bandung: Alfabeta; 2012

18. Mitayani dan Wiwi Sartika. Buku saku ilmu gizi. jakarta: CV. Trans Info
Media; 2010

19. Gibney, Michael J. dkk. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC; 2009

20. Kartasapoetra, dan Marsetyo. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan, dan
Produktivitas Kerja). Jakarta: Rineka Cipta; 2010

21. Barasi, Mary E. Ilmu gizi. Jakarta: Erlangga; 2007

22. Waryana. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Utamma; 2010

23. Tejasari. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2005

24. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan (Teori dan Aplikasi) Jakarta:


Rineka Cipta; 2005

25. Levi dalam Diana. Pengaruh Citra Tubuh Terhadap Perilaku Makan Dan
Status Gizi Remaja Putri Di SMAN I Medan [Tesis]. Medan; Program
Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara; 2011

26. Ikatan Dokter Anak Indonesia [Diakses 26 Januari pukul 09.15 WIB]
Tersedia dari: URL:http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-
anak/nutrisi-pada-remaja.html

27. Williams, Lippincott dan Wilkins. Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah.
Jakarta: EGC; 2011
28. Muhilal, dkk. 1994. Dalam Aritonang, Irianton. Kebiasaan Makan Gizi
Seimbang. Yogyakarta: Leutika dan CEBios; 2011

29. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.


Jakarta: Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; 2013

30. Willis, Sofyan. Remaja dan Permasalahannya. Bandung: Alfabeta; 2005

31. Dariyo, agoes. Psikologi Perkembangan anak tiga tahun pertama.


Bandung: PT Refika Aditama; 2007

32. Proverawati, Atikah dan Erna Kusumawati. Ilmu Gizi untuk Keperawatan
dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011

33. Konopka, 1973 dalam Agustiani, Hendriati. Psikologi Perkembangan


(Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri). Bandung: Refika
Aditama; 2009
Lampiran A

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian dan

membantu segala sesuatu dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Asupan

Energi, Protein Dan Perilaku Makan Dengan Status Gizi Kurus Pada Siswa Di

SMP Negeri 29 Kota Padang Tahun 2014” oleh saudari Rima Rahmawati Putri

Padang, ………………. 2014

( )
Lampiran B

Kode
Sampel

DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN DAN PERILAKU


MAKAN DENGAN STATUS GIZI KURUS PADA SISWA DI SMP
NEGERI 29 KOTA PADANG TAHUN 2014

A. Identitas Responden

Nama :

Tempat, tanggal lahir :

Berat Badan :

Tinggi Badan :

Jenis kelamin :
B. SQ-FFQ
C. Perilaku Makan

1. Menurut adik, apa yang dimaksud dengan gizi?

a. Makan makanan yang beragam dan seimbang

(3)

b. Makan makanan yang banyak mengandung serat dan lemak

(2)

c. Makan makanan yang banyak mengandung lemak

(1)

d. Tidak tahu

(0)

2. Menurut adik apa manfaat sarapan pagi?

a. Supaya badan sehat (2)

b. Supaya tidak mengantuk saat belajar (2)

c. Tidak tahu (0)

3. Menurut adik, apa fungsi makanan?

a. Untuk menimbulkan rasa kenyang (1)

b. Untuk membuat badan gemuk (1)

c. Sebagai zat tenaga, pembangun dan pengatur (2)

d. Tidak tahu (0)

4. Menurut adik, apa guna makan 3x sehari?

a. Membuat badan kuat (2)

b. Supaya aktif dalam beraktivitas (2)

c. Tidak tahu (0)

d.
5. Menurut adik, apa dampak jika kita makan terlalu sedikit?

a. Tubuh kurus (2)

b. Tubuh langsing (1)

6.

Sangat Tidak
Setuju
Pernyataan setuju setuju
(3)
(4) (2)

Makan makanan yang bergizi bisa membuat tubuh terhindar dari


penyakit

Sarapan pagi bisa meningkatkan konsentrasi belajar

Makan makanan seperti nasi, ikan, tahu, sayur dan buah yang
cukup menyebabkan badan sehat

Makan 3x sehari bisa memperoleh berbagai manfaat kesehatan

Tidak menghabiskan makanan setiap kali makan adalah


perbuatan yang tidak baik

7. Apakah dalam sehari-hari, adik sering makan makanan ringan?

a. Ya (0)

b. Tidak (1)

8. Apakah adik sarapan pagi setiap hari?

a. Ya (0)

b. Tidak (1)
9. Apakah dalam sehari-hari, adik makan makanan yang terdiri

dari nasi, ikan, tahu, sayur dan buah?

a. Ya (0)

b. Tidak (1)

10. Apakah adik makan 3x sehari?

a. Ya (0)

b. Tidak (1)

11. Apakah adik menghabiskan makan setiap kali makan?

a. Ya

b. Tidak
Lampiran C

MASTER TABEL
Lampiran D

A. Distribusi siswa berdasarkan jenis kelamin

Statistics

Jenis
Kelamin

N Valid 74

Missing 0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid L 28 37,8 37,8 37,8

P 46 62,2 62,2 100,0

Total 74 100,0 100,0

B. Analisis univariat
Statistics

Konsumsi
Konsumsi PROTEIN
status gizi Energi 80% 80% kat med

N Valid 74 74 74 74

Missing 0 0 0 0
Frequency Table

status gizi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurus 13 17,6 17,6 17,6

Tidak Kurus 61 82,4 82,4 100,0

Total 74 100,0 100,0

Konsumsi Energi 80%

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 20 27,0 27,0 27,0

baik 54 73,0 73,0 100,0

Total 74 100,0 100,0

Konsumsi PROTEIN 80%

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 23 31,1 31,1 31,1

baik 51 68,9 68,9 100,0

Total 74 100,0 100,0


kat med

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 30 40,5 40,5 40,5

baik 44 59,5 59,5 100,0

Total 74 100,0 100,0

C. Analisis Bivariat

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Konsumsi Energi
74 100,0% 0 ,0% 74 100,0%
80% * status gizi
Konsumsi Energi 80% * status gizi Crosstabulation

status gizi Total

Kurus Tidak Kurus Kurus

Konsumsi Energi kurang Count 7 13 20


80%
% within Konsumsi
35,0% 65,0% 100,0%
Energi 80%

baik Count 6 48 54

% within Konsumsi
11,1% 88,9% 100,0%
Energi 80%

Total Count 13 61 74

% within Konsumsi
17,6% 82,4% 100,0%
Energi 80%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 5,751(b) 1 ,016

Continuity
4,220 1 ,040
Correction(a)

Likelihood Ratio 5,215 1 ,022

Fisher's Exact Test ,034 ,023

Linear-by-Linear
5,674 1 ,017
Association

N of Valid Cases 74

a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,51.
Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Konsumsi PROTEIN
74 100,0% 0 ,0% 74 100,0%
80% * status gizi

Konsumsi PROTEIN 80% * status gizi Crosstabulation

status gizi Total

Kurus Tidak Kurus Kurus

Konsumsi PROTEIN kurang Count 8 15 23


80%
% within Konsumsi
34,8% 65,2% 100,0%
PROTEIN 80%

baik Count 5 46 51

% within Konsumsi
9,8% 90,2% 100,0%
PROTEIN 80%

Total Count 13 61 74

% within Konsumsi
17,6% 82,4% 100,0%
PROTEIN 80%
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 6,830(b) 1 ,009

Continuity
5,214 1 ,022
Correction(a)

Likelihood Ratio 6,349 1 ,012

Fisher's Exact Test ,018 ,013

Linear-by-Linear
6,737 1 ,009
Association

N of Valid Cases 74

a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,04.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kat med * status gizi 74 100,0% 0 ,0% 74 100,0%


kat med * status gizi Crosstabulation

status gizi Total

Kurus Tidak Kurus Kurus

kat med kurang Count 4 26 30

% within kat med 13,3% 86,7% 100,0%

baik Count 9 35 44

% within kat med 20,5% 79,5% 100,0%

Total Count 13 61 74

% within kat med 17,6% 82,4% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square ,625(b) 1 ,429

Continuity
,230 1 ,632
Correction(a)

Likelihood Ratio ,642 1 ,423

Fisher's Exact Test ,541 ,320

Linear-by-Linear
,616 1 ,432
Association

N of Valid Cases 74

a Computed only for a 2x2 table

b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,27.

You might also like